Inventarisasi Karet (Hevea brasiliiensis) pada berbagai Ketinggian di Sumatera Utara
INVENTARISASI KARET ( Hevea brasiliensis ) PADA BERBAGAI KETINGGIAN DI SUMATERA UTARA
SIKRIPSI Oleh :
NATANAEL SIMANJUNTAK 091201154 / BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
0 Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
NATANAEL SIMANJUNTAK : Inventory of Rubber (Hevea brasiliiensis) In the Different Altitude in North Sumatra . Under Supervised by BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Rubber (Hevea brasiliensis) is one of the important agricultural commodity, both as a source of revenue, driving economic growth and preservation of the environment and biological resources. The purpose of this research is to inventory the distribution of rubber (H.brasiliensis) in North Sumatra in relation to climate differences and altitude. This study used a descriptive method of determining location based on the difference in height between 0-800 meters above sea level with the criteria that the village has a rubber plant where sampling method was done by Purposive Sampling which sampling deliberately chosen.
The results showed that low productivity of smallholder rubber plantations in North Sumatra is mainly caused by the application of rubber technology and farm management are not as recommended. Rubber Development in North Sumatra with the extension in a cold climate region has the potential to increase the productivity of smallholder rubber such as is found in some villages which have cold climates Desa Martelu, Kecamatan Sibolangit with rubber areas of 10 hectares, Desa Parsikkaman, Kecamatan Adiankoting with rubber areas of 30 hectares, Desa Onan Hasang, Kecamatan Pahae Julu with rubber areas of 25 hectares, Desa Perdamean Nainggolan, Kecamatan Pahae Jae with rubber areas of 38 hectares, and Desa Simirik, Kecamatan Sipirok with rubber areas of 36 hectares. Keywords : rubber, distribution, altitude above sea level, purposive sampling,
rubber’s productivity.
i
1 Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
NATANAEL SIMANJUNTAK : Inventarisasi Karet (Hevea brasiliiensis) pada berbagai Ketinggian di Sumatera Utara. Dibawah Bimbingan BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, pendorong pertumbuhan ekonomi serta pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi sebaran karet (H.brasiliensis) di Sumatera Utara dalam hubungannya dengan perbedaan iklim dan ketinggian tempat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggi anantara 0-800 mdpl dengan kriteria desa yang memiliki tanaman karet yang dimana metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yakni pengambilan sampel dengan sengaja dipilih.
Hasil penelitian menunjukkan Rendahnya produktivitas perkebunan karet rakyat di Sumatera Utara terutama disebabkan oleh penerapan teknologi perkaretan dan pengelolaan kebun yang belum sesuai rekomendasi. Pengembangan karet di Sumatera Utara dengan ekstensifikasi di wilayah iklim dingin memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas karet rakyat seperti ditemukan dibeberapa desa yang memiliki iklim dingin yaitu Desa Martelu, Kecamatan Sibolangit seluas 10 ha, Desa Parsikkaman, Kecamatan Adiankoting seluas 30 ha, Desa Onan Hasang, Kecamatan Pahae Julu seluas 25 ha, Desa Perdamean Nainggolan, Kecamatan Pahae Jae seluas 38 ha, dan Desa Simirik, Kecamatan Sipirok seluas 36 ha. Kata Kunci: karet, penyebaran, ketinggian mdpl, purposive sampling,
produktifitas karet.
i2i
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putra dari Ayahanda Alm.Mesrea Simanjuntak dan Ibunda Tetti Br.Siahaan yang dilahirkan pada tanggal 26 Desember 1991 di Panti. Penulis putra ke empat dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 27 Panti pada tahun 2003, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 1 Panti tahun 2006 dan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari SMA Negeri 1 Panti tahun 2009 dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian dan pada semester VII memilih minat studi Budidaya Hutan.
Selama kuliah penulis merupakan anggota pada organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU. Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Gunung Barus dan Hutan Pendidikan USU Kabupaten Karo selama 10 hari.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Baluran, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur dari tanggal 28 Januari sampai 28 Februari 2013.
iii
3 Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Hasil penelitian ini yang berjudul Inventarisasi Karet (Hevea brasiliensis) di Sumatera Utara. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa menghaturkan terimakasih kepada Ibunda Tetti Br.siahaan dan Kakanda Priston Simanjuntak, Perniwati Simanjuntak, Flora Simanjuntak dan Adinda Nissa Simanjuntak atas segala curahan cinta kasih, pengorbanan dan doanya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Budi Utomo SP, MP dan Afifuddin Dalimunthe SP, MP selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, masukan dan saran dalam menyelesaikanhasil penelitian ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh Dosen, Staf Pegawai dan Teman-teman Khususnya angkatan 2009 Program Studi KehutananUniversitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi segala pihak yang membutuhkan.
4
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ................................................................................................ ABSTRAK .................................................................................................. RIWAYAT HIDUP..................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................ DAFTAR TABEL....................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
i ii iii iv vii viii ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ Tujuan Penelitian ........................................................................................ Manfaat Penelitian. .....................................................................................
1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA
Karet (Heveabrasiliensis)............................................................................ Daerah Asal dan Penyebaran Karet............................................................. Kesesuaian Tempat Tumbuh....................................................................... Budidaya Karet. .......................................................................................... Jenis-Jenis Klon Kret .................................................................................. Pembibitan Karet......................................................................................... Produktivitas Karet Rakyat ......................................................................... Manfaat Tanaman Karet.............................................................................. Gambaran Umum Sumatera Utara ..............................................................
4 7 8 11 12 13 14 15 16
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian. .................................................................... Bahandan Alat Penelitian............................................................................ Metode Penelitian. ...................................................................................... Pengumpulan Data. ..................................................................................... Analisis Data. ..............................................................................................
19 19 20 20 21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Sebaran Karet Wilayah Studi .......................................................... Sebaran Karet Berdasarkan Ketinggian Tempat ......................................... Sebaran Karet Berdasarkan Iklim ............................................................... Sebaran Karet Berdasarkan Jenis Klon ....................................................... Sebaran Karet Berdasarkan Umur Pohon ................................................... Sebaran Karet Berdasarkan Budidaya......................................................... Sebaran Karet Berdasarkan Produksi Perketinggian................................... Sebaran Karet Berdasarkan Harga Karet/kg ............................................... Penanganan Panen dan Pasca Panen ...........................................................
23 26 27 28 29 31 33 34 36
5v
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................. Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................ LAMPIRAN ................................................................................................
37 37
38 39
vi6
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Pengelompokan Luas Karet Berdasarkan Ketinggian .........................
20
2. Lokasi Penyebaran Karet Berdasrkan Ketinggian dan Luas Karet (ha) .............................................................................................
22
3. Luas Tanaman Karet Rakyat pada Berbegai Ketinggian .....................
25
4. Luas Tanaman Karet Berdasarkan Suhu..............................................
26
5. Persentase Penggunaan Klon Karet Unggul Oleh Petani Karet Rakyat ........................................................................................
27
6. Persentase Kelas Umur Karet yang Dimiliki Responden ....................
28
7. Persentase Budidaya Karet yang Digunakan Responden ....................
30
8. Persentase Kendala yang Menghambat Pertumbuhan Karet
Menurut Responden .............................................................................
33
v7ii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Peta Rencana Studi Lapangan..............................................................
19
2. Peta Penyebaran Kebun Karet Rakyat .................................................
24
3. Sistem Budidaya Karet Secara Agroforestri/Wanatani........................
32
vi8ii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Foto-foto Penelitian .............................................................................
39
2. Titik Koordinat Lokasi Penelitian........................................................
41
3. Kuisioner Penelitian.............................................................................
42
i9x
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
NATANAEL SIMANJUNTAK : Inventory of Rubber (Hevea brasiliiensis) In the Different Altitude in North Sumatra . Under Supervised by BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Rubber (Hevea brasiliensis) is one of the important agricultural commodity, both as a source of revenue, driving economic growth and preservation of the environment and biological resources. The purpose of this research is to inventory the distribution of rubber (H.brasiliensis) in North Sumatra in relation to climate differences and altitude. This study used a descriptive method of determining location based on the difference in height between 0-800 meters above sea level with the criteria that the village has a rubber plant where sampling method was done by Purposive Sampling which sampling deliberately chosen.
The results showed that low productivity of smallholder rubber plantations in North Sumatra is mainly caused by the application of rubber technology and farm management are not as recommended. Rubber Development in North Sumatra with the extension in a cold climate region has the potential to increase the productivity of smallholder rubber such as is found in some villages which have cold climates Desa Martelu, Kecamatan Sibolangit with rubber areas of 10 hectares, Desa Parsikkaman, Kecamatan Adiankoting with rubber areas of 30 hectares, Desa Onan Hasang, Kecamatan Pahae Julu with rubber areas of 25 hectares, Desa Perdamean Nainggolan, Kecamatan Pahae Jae with rubber areas of 38 hectares, and Desa Simirik, Kecamatan Sipirok with rubber areas of 36 hectares. Keywords : rubber, distribution, altitude above sea level, purposive sampling,
rubber’s productivity.
i
1 Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
NATANAEL SIMANJUNTAK : Inventarisasi Karet (Hevea brasiliiensis) pada berbagai Ketinggian di Sumatera Utara. Dibawah Bimbingan BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, pendorong pertumbuhan ekonomi serta pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi sebaran karet (H.brasiliensis) di Sumatera Utara dalam hubungannya dengan perbedaan iklim dan ketinggian tempat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggi anantara 0-800 mdpl dengan kriteria desa yang memiliki tanaman karet yang dimana metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yakni pengambilan sampel dengan sengaja dipilih.
Hasil penelitian menunjukkan Rendahnya produktivitas perkebunan karet rakyat di Sumatera Utara terutama disebabkan oleh penerapan teknologi perkaretan dan pengelolaan kebun yang belum sesuai rekomendasi. Pengembangan karet di Sumatera Utara dengan ekstensifikasi di wilayah iklim dingin memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas karet rakyat seperti ditemukan dibeberapa desa yang memiliki iklim dingin yaitu Desa Martelu, Kecamatan Sibolangit seluas 10 ha, Desa Parsikkaman, Kecamatan Adiankoting seluas 30 ha, Desa Onan Hasang, Kecamatan Pahae Julu seluas 25 ha, Desa Perdamean Nainggolan, Kecamatan Pahae Jae seluas 38 ha, dan Desa Simirik, Kecamatan Sipirok seluas 36 ha. Kata Kunci: karet, penyebaran, ketinggian mdpl, purposive sampling,
produktifitas karet.
i2i
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi perkebunan
penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, dan pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati. Selain itu, tanaman karet ke depan akan merupakan sumber kayu potensial yang dapat mensubstitusi kebutuhan kayu yang selama ini mengandalkan hutan alam.
Berkurangnya luas hutan sekarang akibat konversi hutan menjadi kelapa sawit telah menyebabkan rusaknya fungsi hutan. Oleh sebab itu pemerintah membuat solusi dengan menggantikan kelapa sawit dengan karet. Karet telah dikenal sebagai salah satu tanaman kehutanan yang diusulkan sebagai tanaman penghijauan karena memiliki kambium yang mampu menyerap karbon dibandingkan kelapa sawit. Upaya ini diharapkan dapat mengembalikan salah satu fungsi kawasan hutan.
Indonesia merupakan negara dengan areal tanaman karet terluas di dunia. Pada tahun 2005, luas perkebunan karet Indonesia mencapai 3,2 juta ha, disusul Thailand (2,1 juta ha), Malaysia (1,3 juta ha), China (0,6 juta ha), India(0,6 juta ha), dan Vietnam (0,3 juta ha). Dari areal tersebut diperoleh produksi karet Indonesia sebesar 2,3 juta ton yang menempati peringkat kedua di dunia, setelah Thailand dengan produksi sekitar 2,9 juta ton. Posisi selanjutnya ditempati Malaysia (1,1 juta ton), India (0,8 juta (ton), China (0,5 juta ton), dan Vietnam (0,4 juta ton) (Apriyantono, 2007).
110
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengembangkan perkaretan nasional, pengembangan karet di Indonesia terutama ditujukan pada perkebunan karet rakyat. Hal ini karena perkebunan karet rakyat mempunyai peran yang sangat penting, tetapi masih banyak menghadapi masalah dan kendala. Produktivitas karet rakyat masih relatif rendah, yaitu 700−900 kg/ha/tahun atau r ata-rata 892 kg/ha/ tahun. Produktivitas ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan produk swasta 1.542 kg/ha/tahun (Ditjenbun, 2008), atau produktivitas karet rakyat di negara lain. Sebagai contoh, produktivitaskaret rakyat di Malaysia telah mencapai 1.100 kg/ha/tahun, di Thailand 1.600 kg/ha/tahun, di India 1.334 kg/ha/ tahun, dan di Vietnam 1.358 kg/ha/tahun. Penyebab rendahnya produktivitas karet Indonesia adalah masih luasnya tanaman karet tua yang perlu diremajakan, yaitu lebih dari 300.000 ha dan penggunaan bahan tanam klonal yang relatif rendah. Sebagai gambaran, penggunaan tanaman klonal Indonesia sekitar 40%, Malaysia 90%, Thailand 95%, India 99%, dan Vietnam 100% (Ditjenbun, 2008).
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk penanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi sebagai penghasil karet yang cukup baik dan signifikan. Oleh karena itu Provinsi Sumatera Utara salah satunya diklasifikasikan dalam klaster industri karet. Hal ini terbukti pada tahun 2009, Sumatera Utara telah menghasilkan produksi karet mencapai 382.073 ton, dimana yang berasal dari produksi Perkebunan Rakyat sebesar 201.026 ton, Perkebunan Negara Sebesar 68.751 ton dan Perkebunan Swasta Sebesar 112.296 ton (BPS, 2011).
11 2
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan produksi karet di Indonesia dapat dilakukan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi merupakan pengembangan areal baru yang sebelumnya dianggap tidak sesuai untuk karet maupun peningkatan produktivitas dengan meremajakan areal tanaman karet tua, rehabilitasi tanaman. Sedangkan intensifikasi merupakan penggantian/peremajaan karet rakyat yang tua dengan klon-klon unggul terbaru. Tujuan Penelitian
1. Untuk menginventarisasi sebaran karet di Sumatera Utara dalam hubungannya dengan perbedaan iklim dan ketinggian tempat.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produktifitas karet rakyat
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang sebaran
karet di Sumatera Utara dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang budidaya karet yang benar untuk meningkatkan produksi karet.
123
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Karet (Hevea brasiliensis) Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon dengan ke
tinggiannya dapat mencapai 30-40 m. Sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar rateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Batangnya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996).
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan Menurut Cahyono (2010) dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub divisi : Angiospermae (biji berada dalam buah) Kelas : Dycotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiales Genus : Hevea Spesies : Hevea bransiliensis
Bagian-bagian karet terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Secara morfologi, karakteristik bagian-bagian karet tersebut adalah sebagai berikut :
413
Universitas Sumatera Utara
a. Akar Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang, akar ini mampu menampang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.
b. Batang Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki perimbangan yang tinggi di atas. Di bebrapa perkebunan karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke utara. Batang ini mengandung getah yang dikenal dengan nama Lateks
c. Daun Daun karet berwarna hijau apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Biasanya tanaman karet mempunyai “jadwal” kerontokan daun pada setiap musim kemarau. Dimusim rontok ini kebun karet menjadi indah karena daun-daun karet berubah warna dan jatuh berguguran. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai daun. Panjang tangkai daun berukuran 3-20 cm. Panjang tangkai arakan daun antara 3-10 cm, dan pada ujungnya terdapat kelenjar anak daun disebut eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya serta dan gundul tidak terjun.
d. Bunga Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam mali payung tambahan yang jarang, pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit, panjang tenda
145
Universitas Sumatera Utara
bunga 4-8 mm, bunga betina berambut vil, ukurannya lebih besar sedikit dari yang jantan yang mengandung bakal buah yang beruang tinggi. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersususun menjadi satu liang. Kepala sari terbagi dalam dua karangan, tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujungnya adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna. e. Buah Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas, masing-nasing ruangan berbentuk wilayah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Apabila buah sudah masak maka akan pecah dengan sendirinya. Pecahannya terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pecahan biji ini berhubungan dengan pengembang biakan tanaman karet secara alami, biji yang terlontar kadang-kadang sampai jatuh, maka akan tumbuh dalam lingkungan yang medukung. f. Biji Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya tiga kadang sampai enam sesuai dengan jumalah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpoin yang khas. Biji yang sering menjadi mainan anak-anak sebenarnya berbahaya karena mengandung racun (Setyamidjaja, 2000).
15 6
Universitas Sumatera Utara
Daerah Asal dan Penyebaran Karet Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara
tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil-Amerika Selatan. Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai Amazone dan secara tradisional diambil getahnya oleh penduduk setempat untuk digunakan dalam berbagai keperluan, antara lain sebagai bahan untuk menyalakan api dan bola untuk permainan. Akan tetapi meskipun telah diketahui penggunaannya oleh Colombus dalam pelayarannya ke Amerika Selatan pada akhir abad ke-15 dan bahkan oleh penjelajah-penjelajah berikutnya pada awal abad ke-16, sampai saat itu karet masih belum menarik perhatian orang-orang Eropa (Setyamidjaja, 1995).
Tanaman karet atau Hevea brasiliensis. termasuk famili Euphorbiaceae. Tanaman karet ini dalam beberapa bahasa, antara lain rubber (Inggris), Chauco (Spanyol), Para-rubber (Belanda), Caoutchouc (Perancis), Kautschuk (Jerman), Seringueira (Portugis), Karet (Indonesia) (Sianturi, 2001).
Tahun 1864 untuk pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan di Indonesia yang pada waktu itu masih jajahan belanda. Mula-mula karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Dari tanaman koleksi, karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji coba penanaman karet adalah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Jenis yang pertama kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica atau karet rembung. Jenis karet Hevea brasiliensis baru ditanam di Sumatera bagian timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906 (Tim Penebar Swadaya, 2008).
167
Universitas Sumatera Utara
Kesesuaian Tempat Tumbuh Pohon Karet Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama di Brazil yang
beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di daerah – daerah tropis lainnya. Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 150 Lintang Utara sampai 100 Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan kelembapan yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata – rata 25 – 30 0C. Apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata – rata kurang dari 20 0C, maka tanaman karet tidak cocok di tanam di daerah tersebut. Pada daerah yang suhunya terlalu tinggi, pertumbuhan tanaman karet tidak optimal (Setiawan, 2000).
Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS
dan 150 LU. Pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25 °C sampai 35 °C dengan suhu optimal rata-rata 28 °C, dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Suhendry, 2002).
Menurut Endert (1949), dalam Djikman, (1951) tanaman karet (Hevea brasiliensis) paling cocok ditanam pada wilayah yang mempunyai iklim dengan kriteria bulan kering antara 0-3 dan jumlah curah hujan tahunan yang ideal adalah 2.500-5.000 mm, maka untuk wilayah Sumatera Utara yang cocok adalah wilayah yang mempunyai tipe iklim Schimidth-Ferguson A-B, artinya kalau dilihat dari sisi iklim (curah hujan) hampir semua wilayah sumatera Utara cocok untuk tanaman karet.
17
8
Universitas Sumatera Utara
Curah Hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai dengan 150 hari/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Ketinggian Tempat Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m – 400 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut dan suhu harian lebih dari 30 °C, akan mengakibatkan tanaman karet tidak dapat tumbuh dengan baik (Nazaruddin dan Paimin, 2006). Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klonklon tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi, 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya trik-trik khusus untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan petak-petak guludan tanam, jarak tanam dalam barisan agar lebih diperapat. Metode ini dipakai berguna untuk memecah terpaan angin
.
189
Universitas Sumatera Utara
Tanah Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, btekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain : - Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air - Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir - Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro - Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5 - Kemiringan tanah < 16% dan - Permukaan air tanah < 100 cm (Anwar, 2001).
1910
Universitas Sumatera Utara
Budidaya Karet Karet cukup baik dikembangkan di daerah lahan kering beriklim basah.
Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: (1) dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, (2) mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, (3) dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan (4) memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia (Anwar, 2001).
Delapan faktor strategis yang mempengaruhi pengembangan karet berkelanjutan yaitu: ketersediaan teknologi, tenaga pembina, pelatihan petani, dukungan kebijakan, luas kebun petani, ketrampilan petani, kelembagaan petani, produksi dan produktivitas. Empat faktor strategis yaitu ketersediaan teknologi, tenaga pembina, pelatihan petani dan dukungan kebijakan dikategorikan sebagai faktor penentu (input) dalam sistem agribisnis karena faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap faktor lainnya, tetapi ketergantungannya kepada faktor lain relatif lemah (Herman et al, 2009).
pengembangan usahtani karet berbasiskan sistem wanatani merupakan salah satu upaya meningkatkan produktivitas karet rakyat dan pendapatan petani karet. Selain pola wanatani penanaman karet juga banyak diusahakan masyarakat dengan sistem monokultur (Suhatini at al, 2003).
1201
Universitas Sumatera Utara
Jenis-Jenis Klon Karet Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung
pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Klon‐klon unggul baru generasi‐4 pada periode periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klon‐klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat‐sifat sekunder lainnya. Klon‐klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati‐hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat (Anwar, 2001).
Jenis Klon karet unggul yang dianjurkan untuk sistem pertanian karet di daerah Sumatera dan Kalimantan adalah PB 260, AVROS 2037, RRIC 100, BPM 1 dan RRIM 600. Selain itu, BPM 24 dapat digunakan juga di Jambi. Semua jenis klon karet tersebut memberikan hasil yang baik, pertumbuhan batang yang cepat, dan dapat diadaptasikan ke dalam kondisi perkebunan rakyat. Semua jenis klon
12
21 Universitas Sumatera Utara
tersebut mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit daun Colletotrichum kecuali BPM 24 dan toleran terhadap penyadapan yang kasar (Purwanto, 2001). Pembibitan Karet
Menurut Djoehana (2004).Pembibitan tanaman karet dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Secara Vegetatif Pembibitan secara vegetatif yaitu dengan menggunakan okulasi atau
penempelan bertujuan untuk menyatukan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh batang bawah (stock) dengan batang atas (scion) yang ditempelkan kepadanya. Untuk maksud tersebut, dalam pelaksanaan okulasi harus tersedia pembibitan batang bawah dan kebun entres atau tanaman bahan okulasi.
• Okulasi adalah penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi lebih tinggi
b. Secara Generatif Pembibitan secara generatif yaitu pembibitan yang menggunakan biji,
dimana biji-biji tersebut sudah diseleksi.
1223
Universitas Sumatera Utara
Produktivitas Karet Rakyat Produktivitas adalah perbandingan antara jumlah produksi dengan luas
lahan dalam suatu kegiatan usaha tani yang dinyatakan dalam satuan kg/ha atau ton/ha. Secara umum permasalahan utama dalam perkebunan karet rakyat adalah produktivitas yang rendah, hanya sekitar 610 kg/ha/tahun, padahal produktivitas perkebunan besar negara atau swasta masing-masing mencapai 1.107 kg dan1.190 kg/ha/tahun (Ditjenbut, 2002). Rendahnya produktivitas karet rakyat tersebu tantara lain disebabkan oleh luasnya areal karet yang menggunakan bahan tanam non unggul (seedling), dan tanaman umumnya sudah tua atau rusak sehingga perlu diremajakan. Upaya peremajaan oleh petani dengan menerapkan teknologi maju secara swadaya berjalan relatif lambat dan tingkat keberhasilannya rendah karena adanya berbagai kendala, antara lain terbatasnya dana, kurangnya ketersediaan informasi dan sumber dayamanusia yang handal, serta lemahnya kelembagaan finansial (Supriadi et al.1999).
Perkebunan rakyat dicirikan oleh produksi yang rendah, keadaan kebun yang kurang terawat, serta rendahnya pendapatan petani. Rendahnya produktivitas perkebunan karet rakyat juga disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani, sehingga petani tidak mampu untuk menggunakan teknik-teknik budidaya yang sesuai dengan syarat-syarat teknis yang diperlukan dan rendahnya produksi tnaman karet juga disebabkan oleh usia pohon yang sudah sangat tua (Soekartawi, 1995).
Untuk mengembangkan potensi dan memanfaatkan peluang jangka panjang permintaan karet alam dunia yang akan terus tumbuh, pemerintah telah menetapkan Kebijakan Pengembangan Karet Nasional dengan sasaran jangka
23
14
Universitas Sumatera Utara
panjang produksi karet nasional mencapai 3,8−04,00 juta ton pada tahun 2025. Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan penggunaan klon unggul menjadi lebihdari 85%, dengan produktivitas rata-rataminimal 1.500 kg/ha (Badan Litbang Pertanian, 2005) Manfaat Tanaman Karet
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Kayu karet juga akan mempunyai prospek yang baik sebagai sumber kayu menggantikan sumber kayu asal hutan. Indonesia sebagai negara dengan luas areal kebun karet terbesar dan produksi kedua terbesar di dunia (Boerhendhy et al, 2002).
Indraty (2005), menyebutkan bahwa tanaman karet juga memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pelestarian lingkungan. Upaya pelestarian lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu penting mengingat kondisi sebagian besar hutan alam makin memprihatinkan. Pada tanaman karet, energi yang dihasilkan seperti oksigen, kayu, dan biomassa dapat digunakan untuk mendukung fungsi perbaikan lingkungan seperti rehabilitasi lahan, pencegahan erosi dan banjir, pengaturan tata guna air bagi tanaman lain, dan menciptakan iklim yang sehat dan bebas polusi. Pada daerah kritis, daun karet yang gugur mampu menyuburkan tanah.
1245
Universitas Sumatera Utara
Gambaran Umum Sumatera Utara Kondisi Geografis
Provinsi Sumatera Utara terletak di antara 10-40 Lintang Utara dan 9801000 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.680,68 km2 atau 3,72% dari luas Wilayah Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat. Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi Aceh di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat, serta Selat Malaka di sebelah Timur. Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Topografis Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan
dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur di tengah-tengah dari Utara ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0-12% seluas 65,51% seluas 8,64% dan di atas 40% seluas 24,28%, sedangkan luas Wilayah Danau Toba 112.920 ha atau 1,57%.
Berdasarkan topografinya, Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 km2 atau 34,77% dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah Pantai Barat
25
16
Universitas Sumatera Utara
dan dataran tinggi. Banjir juga sering melanda wilayah tersebut akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang kritis.
Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 km2 atau 65,23% dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik.
Iklim Iklim di Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh
angin Passat danangin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78%-91%, curah hujan (800-4000) mm/ tahun dan penyinaran matahari 43%.
Batas Administrasi Wilayah Sumatera Utara berada pada jalur perdagangan internasional,
dekat dengan dua negara Asean, yaitu Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3 (tiga) provinsi, dengan batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh - Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka - Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera
Barat - Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia
26
17
Universitas Sumatera Utara
Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan Seiring dengan laju perkembangan pemekaran wilayah kabupaten/kota di
wilayah Sumatera Utara yang begitu pesat, sampai tahun 2008 jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara telah bertambah jumlahnya menjadi 28 kabupaten/kota yang terdiri dari 21 kabupaten dan7 kota, 383 kecamatan, desa kelurahan 5736 dengan ibukota provinsinya di Kota Medan dengan luas 265 km2 dan jumlah penduduk 2.083.156 jiwa.
2178
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Sumatera Utara dan dilaksanakan pada bulan Juni-
juli 2013. Topografi cukup beragam dari dataran rendah, berbukit dan bergelombang dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 0-800 mdpl. Dalam penelitian ini rencana studi dilapangan dapat dilahat pada gambar dibawah ini :
Gambar 1. Peta Rencana Studi Lapangan 1928
Universitas Sumatera Utara
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta Sumatera Utara,
lokasi topografi karet pada masing-masing kelas ketinggian 0-1200 mdpl (meter di atas permukaan laut) yang diacak tiap kelompok topografi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: peralatan survey seperti GPS. Peralatan lain yang digunakan adalah peralatan tulis dan kamera digital.
Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif yaitu penentuan lokasi
berdasarkan perbedaan ketinggian antara 0-1200 mdpl dengan kriteria desa yang memiliki karet. Luas karet di hitung berdasarkan ketinggian yang disajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini. Tabel 1. Pengelompokan Luas Berdasarkan ketinggiaan
No. Ketinggian
1 800-1200 mdpl 2 600-800 mdpl 3 400-600 mdpl 4 200-400 mdpl 5 0-200 mdpl
Luas/ha
……….. ……….. ……….. ……….. ………..
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah 1. Data Primer
a. Kuisioner Merupakan suatu daftar pertanyaan yang ditunjukkan kepada para petani pemilik tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebaran kuisoner ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang dibutuhkan dalam penelitian.
2920
Universitas Sumatera Utara
b.Wawancara Wawancara ditujukan untuk melengkapi data lainnya yang berkaitan dengan penelitian untuk memperoleh data-data yang lebih akurat
c. Pengamatan Survey langsung dengan melihat karet berdasarkan ketinggian tempat
2. Data Sekunder a. Studi Pustaka Data yang dikumpulkan dalam studi pustaka antara lain adalah : kondisi umum penelitian atau data umum yang ada pada instansi pemerintah pada tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan desa.
Analisis Data 1. Data analisis adaptasi jumlah dan jenis karet berdasarkan ketinggian tempat disajikan dalam bentuk tabulasi 2. Data hasil perhitungan jumlah tegakan dalam bentuk tabulasi berdasarkan ketinggian 3. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yakni pengambilan sampel dengan sengaja dipilih. Pemilihan kelompok subyek berdasarkan atas ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam menentukan ukuran sampel maka digunakan rumus penentuan sampel menurut Slovin:
n=1+��������� 2
Keterangan :
n = Ukuran sampel
3201
Universitas Sumatera Utara
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir karena
kesalahan pengambilan sampel, ditetapkan sebesar 10 %. Rumus di atas digunakan untuk mendapatkan jumlah masyarakat yang dijadikan sebagai sampel. Berdasarkan data BPS jumlah seluruh penduduk dari desa yang diuji yaitu 45.563 orang. Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah responden sebanyak 99,7 orang, digenapkan menjadi 100 orang, dengan ketentuan masingmasing desa diambil 4-5 orang responden.
2231
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Sebaran Karet Wilayah Studi Perbedaan jumlah tanaman karet yang ditemukan pada lokasi wilayah
studi, pada hasil pengamatan perbedaan jumlah sangat bervariasi pada ketinggian
0-1200 mdpl. Pertumbuhan tanaman karet di berbagai ketinggian dapat di sajikan
pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Lokasi Penyebaran Karet Berdasarkan Ketinggian Tempat dan Luas Karet (ha).
No Nama Desa Kecamatan Kabupaten
1 Martelu
Sibolangit
Deli Serdang
2 Parsikkaman Adiankoting Tapanuli Utara
3 Onan Hasang Pahae Julu Tapanuli Utara
4 Marisi
Angkola Timur
Tapanuli Seatatan
5 Simirik
Sipirok
Tapanuli Selatan
6
Perdamean Nainggolan
Pahae Jae
Tapanuli Utara
7 Aek Puli
Pahae Jae
Tapanuli Utara
8
Simangumban julu
Simangumban Tapanuli Utara
9 Purba lama
Lembah Sorik Merapi
Mandailing Natal
10 Laru
Tambangan Mandailing Natal
11 Sipolu-polu
Penyabungan Mandailing Natal
12 Aek Badak
Sayur Matinggi
Tapanuli Selatan
13 Simangambat Siabu
Mandailing Natal
14 Bandar Nagori Silau Kahean Simalungun
15 Paranginan
Padang Bolak
Padang Lawas Utara
16 Sipupus
Padang Bolak Padang Lawas Julu Utara
17 Kuala Bali
Serba Jadi Serdang Bedagai
18
Batang Baruhar
Padang Bolak
Padang Lawas Utara
19 Hutaimbaru
Halongonan
Padang Lawas Utara
Ketinggian 0-800 mdpl
796 692 684 618 554 501 470 462
447 439 239 219 195 167 154
125 123 119
116
Luas karet (ha)
10 30 25 28 36 38 40 45
60 90 130 160 185 130 220
150 130 100
150
3223
Universitas Sumatera Utara
No
Desa
Kecamatan
20 Pegajahan Hulu Bintang Bayu Serdang Bedagai
21 Siamporit
Kualuh Selatan
Labuhanbatu Utara
22
Hesa Genting
Air Air Batu
Asahan
23 Kandangan
Sei Suka
Batubara
Kabupaten 85
Ketinggian 0-800 mdpl 120
44 80
37 40 18 20
Berdasarkan tabel di atas pertumbuhan karet yang terbesar ditemukan pada
Desa Paranginan Kecamatan Padang Bolak dengan ketinggian 119 mdpl dengan
luas 220 ha dan jumlah pertumbuhan karet terkecil terdapat pada Desa Siteluhen
Kecamatan Sibolangit dengan ketinggian 796 dengan luas 8 ha. Ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan tanaman karet dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
Hasil pengamatan dan survey di lapangan penyebaran kebun karet rakyat
di beberapa ketinggian di Sumatera Utara yang terdiri atas Kabupaten Asahan,
Batubara, Deliserdang, Labuhan Batu Utara, Langkat, Mandailing Natal, Padang
Lawas Utara, Simalungun, Tapanuli selatan, Tapanuli Utara, dan Serdang Bedagai
dengan kriteria ketinggian 0 – 1200 mdpl. Untuk jumlah pertumbuhan karet
masing-masing kawasan desa sangat berbeda-beda seperti disajikan dalam peta
pada gambar 2 sebagai berikut:
24
33
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Peta Penyebaran Kebun Karet rakyat 25
34
Universitas Sumatera Utara
Sebaran Karet Berdasarkan Ketinggian Tempat Pertumbuhan karet serta penyebarannya tedapat pada berbagai ketinggian
yang ada. Karet menyebar luas pertumbuhannya sesuai dengan lokasi yang dipilih secara acak berdasarkan ketinggian. Dari hasil pengamatan dan analisis kuisioner pada masyarakat dilapangan sebaran tanaman karet yang ditemukan pada ketinggian 0-800 mdpl luasnya berbeda-beda. Luas sebaran tanaman karet pada berbagai ketinggian dapat disaji
kan pada Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Luas Tanaman Karet Rakyat Pada Berbagai Ketinggian
No. Ketinggian
1 800-1200 mdpl 2 600-800 mdpl 3 400-600 mdpl 4 200-400 mdpl 5 0-200 mdpl
Luas/ha
0 61 309 295 1.385
Berdasarkan tabel diatas sebaran karet paling banyak terdapat pada
ketinggian 0-200 mdpl dan paling sedikit terdapat pada ketinggian 600-800 mdpl
sedangkan pada ketinggian 800-1200 mdpl tidak ada ditemukan pertumbuhan
karet. Ini menunjukkan bahwa pada ketinggian 200-600 mdpl antusias masyarakat
masih kurang dalam menanam karet sehingga produktivitas karet rakyat rendah.
Dimana pada ketinggian 200-600 mdpl masih syarat tumbuh yang cocok untuk
karet seperti dikatakan Nazaruddin dan Paimin (2006) bahwa karet dapat tumbuh
optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 0 - 400 mdpl dengan produktifitas
yang tinggi dengan suhu harian 30°C dengan topografi beragam, dataran,
berbukit, dan bergelombang dengan kelerengan < 16 %. Sedangkan pada
ketinggian > 600 mdpl akan mengakibatkan tanaman karet tidak dapat tumbuh
dengan baik.
3526
Universitas Sumatera Utara
Sebaran Karet Berdasarkan Iklim
Suhu udara memiliki hubungan yang erat dengan ketinggian tempat dari
permukaan laut. Pengaruh suhu udara juga terlihat pada sebaran karet di Sumatera
Utara seperti disajikan dalam tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Luas Tanaman Karet Rakyat Berdasarkan Suhu
No
Suhu (°C)
Luas (ha)
1 < 22 148
2
22-24
224
3
24-26
365
4
26-28
820
5
28-30
428
Berdasarkan tabel di atas sebaran karet paling banyak terdapat pada suhu
26-28 °C dengan luas lahan 820 ha, diikuti suhu 28-30 °C luas lahan 428 ha, suhu
24-26 °C luas lahan 365 ha, suhu 22-24 °C luas lahan 224 ha, dan suhu >22 luas
lahan 148 ha. Ini menunjukkan suhu yang cocok untuk mengembangkan tanaman
karet terdapat pada 24-30 °C. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Suhendry
( 2002) Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25 °C sampai 35 °C dengan
suhu optimal rata-rata 28 °C, dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas
matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam. Namun kenyataan di lapangan
antusias masyarakat diberbagai daerah berbeda-beda untuk mengembangkan
tanaman karet. Masih banyak daerah dengan suhunya yang sesuai belum
dimanfaatkan petani dan ini mempengaruhi terhadap produksi karet rakyat.
Berdasarkan data curah hujan di Sumatera Utara yaitu 800-4.000
mm/tahun, dengan rata-rata hujan tahunan 2.900 mm hampir semua wilayah
cocok ditanam dengan karet kecuali beberapa daerah yang relative kecil yang
tidak cocok seperti: Dairi, sebagian besar Kab.Tobasa, Samosir, dan Karo.
27
36
Universitas Sumatera Utara
Sebaran Karet Berdasarkan Jenis Klon Perkembangan karet pada desa yang diteliti berbeda-beda, dimana
pemakaian klon karet unggul belum dikenal luas di kalangan petani rakyat. Berdasarkan pegamatan dan analisis kuisioner di lapangan jenis karet yang paling banyak ditemukan yaitu jenis karet kampung. Karet kampung didefenisikan karet yang sudah tumbuh selama puluhan tahun yang lalu. Ini menunjukkan bahwa penggunaan bibit unggul oleh petani karet rakyat di Sumatera Utara masih rendah dapat dilahat pada hasil analisa kuisio
SIKRIPSI Oleh :
NATANAEL SIMANJUNTAK 091201154 / BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
0 Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
NATANAEL SIMANJUNTAK : Inventory of Rubber (Hevea brasiliiensis) In the Different Altitude in North Sumatra . Under Supervised by BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Rubber (Hevea brasiliensis) is one of the important agricultural commodity, both as a source of revenue, driving economic growth and preservation of the environment and biological resources. The purpose of this research is to inventory the distribution of rubber (H.brasiliensis) in North Sumatra in relation to climate differences and altitude. This study used a descriptive method of determining location based on the difference in height between 0-800 meters above sea level with the criteria that the village has a rubber plant where sampling method was done by Purposive Sampling which sampling deliberately chosen.
The results showed that low productivity of smallholder rubber plantations in North Sumatra is mainly caused by the application of rubber technology and farm management are not as recommended. Rubber Development in North Sumatra with the extension in a cold climate region has the potential to increase the productivity of smallholder rubber such as is found in some villages which have cold climates Desa Martelu, Kecamatan Sibolangit with rubber areas of 10 hectares, Desa Parsikkaman, Kecamatan Adiankoting with rubber areas of 30 hectares, Desa Onan Hasang, Kecamatan Pahae Julu with rubber areas of 25 hectares, Desa Perdamean Nainggolan, Kecamatan Pahae Jae with rubber areas of 38 hectares, and Desa Simirik, Kecamatan Sipirok with rubber areas of 36 hectares. Keywords : rubber, distribution, altitude above sea level, purposive sampling,
rubber’s productivity.
i
1 Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
NATANAEL SIMANJUNTAK : Inventarisasi Karet (Hevea brasiliiensis) pada berbagai Ketinggian di Sumatera Utara. Dibawah Bimbingan BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, pendorong pertumbuhan ekonomi serta pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi sebaran karet (H.brasiliensis) di Sumatera Utara dalam hubungannya dengan perbedaan iklim dan ketinggian tempat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggi anantara 0-800 mdpl dengan kriteria desa yang memiliki tanaman karet yang dimana metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yakni pengambilan sampel dengan sengaja dipilih.
Hasil penelitian menunjukkan Rendahnya produktivitas perkebunan karet rakyat di Sumatera Utara terutama disebabkan oleh penerapan teknologi perkaretan dan pengelolaan kebun yang belum sesuai rekomendasi. Pengembangan karet di Sumatera Utara dengan ekstensifikasi di wilayah iklim dingin memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas karet rakyat seperti ditemukan dibeberapa desa yang memiliki iklim dingin yaitu Desa Martelu, Kecamatan Sibolangit seluas 10 ha, Desa Parsikkaman, Kecamatan Adiankoting seluas 30 ha, Desa Onan Hasang, Kecamatan Pahae Julu seluas 25 ha, Desa Perdamean Nainggolan, Kecamatan Pahae Jae seluas 38 ha, dan Desa Simirik, Kecamatan Sipirok seluas 36 ha. Kata Kunci: karet, penyebaran, ketinggian mdpl, purposive sampling,
produktifitas karet.
i2i
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putra dari Ayahanda Alm.Mesrea Simanjuntak dan Ibunda Tetti Br.Siahaan yang dilahirkan pada tanggal 26 Desember 1991 di Panti. Penulis putra ke empat dari lima bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 27 Panti pada tahun 2003, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 1 Panti tahun 2006 dan pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas dari SMA Negeri 1 Panti tahun 2009 dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian dan pada semester VII memilih minat studi Budidaya Hutan.
Selama kuliah penulis merupakan anggota pada organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU. Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan, Gunung Barus dan Hutan Pendidikan USU Kabupaten Karo selama 10 hari.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Baluran, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur dari tanggal 28 Januari sampai 28 Februari 2013.
iii
3 Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Hasil penelitian ini yang berjudul Inventarisasi Karet (Hevea brasiliensis) di Sumatera Utara. Hasil penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa menghaturkan terimakasih kepada Ibunda Tetti Br.siahaan dan Kakanda Priston Simanjuntak, Perniwati Simanjuntak, Flora Simanjuntak dan Adinda Nissa Simanjuntak atas segala curahan cinta kasih, pengorbanan dan doanya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr. Budi Utomo SP, MP dan Afifuddin Dalimunthe SP, MP selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, masukan dan saran dalam menyelesaikanhasil penelitian ini. Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh Dosen, Staf Pegawai dan Teman-teman Khususnya angkatan 2009 Program Studi KehutananUniversitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat berguna sebagai sumber informasi bagi segala pihak yang membutuhkan.
4
iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ................................................................................................ ABSTRAK .................................................................................................. RIWAYAT HIDUP..................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................ DAFTAR TABEL....................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
i ii iii iv vii viii ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................ Tujuan Penelitian ........................................................................................ Manfaat Penelitian. .....................................................................................
1 3 3
TINJAUAN PUSTAKA
Karet (Heveabrasiliensis)............................................................................ Daerah Asal dan Penyebaran Karet............................................................. Kesesuaian Tempat Tumbuh....................................................................... Budidaya Karet. .......................................................................................... Jenis-Jenis Klon Kret .................................................................................. Pembibitan Karet......................................................................................... Produktivitas Karet Rakyat ......................................................................... Manfaat Tanaman Karet.............................................................................. Gambaran Umum Sumatera Utara ..............................................................
4 7 8 11 12 13 14 15 16
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian. .................................................................... Bahandan Alat Penelitian............................................................................ Metode Penelitian. ...................................................................................... Pengumpulan Data. ..................................................................................... Analisis Data. ..............................................................................................
19 19 20 20 21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Sebaran Karet Wilayah Studi .......................................................... Sebaran Karet Berdasarkan Ketinggian Tempat ......................................... Sebaran Karet Berdasarkan Iklim ............................................................... Sebaran Karet Berdasarkan Jenis Klon ....................................................... Sebaran Karet Berdasarkan Umur Pohon ................................................... Sebaran Karet Berdasarkan Budidaya......................................................... Sebaran Karet Berdasarkan Produksi Perketinggian................................... Sebaran Karet Berdasarkan Harga Karet/kg ............................................... Penanganan Panen dan Pasca Panen ...........................................................
23 26 27 28 29 31 33 34 36
5v
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................. Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA. ................................................................................ LAMPIRAN ................................................................................................
37 37
38 39
vi6
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Pengelompokan Luas Karet Berdasarkan Ketinggian .........................
20
2. Lokasi Penyebaran Karet Berdasrkan Ketinggian dan Luas Karet (ha) .............................................................................................
22
3. Luas Tanaman Karet Rakyat pada Berbegai Ketinggian .....................
25
4. Luas Tanaman Karet Berdasarkan Suhu..............................................
26
5. Persentase Penggunaan Klon Karet Unggul Oleh Petani Karet Rakyat ........................................................................................
27
6. Persentase Kelas Umur Karet yang Dimiliki Responden ....................
28
7. Persentase Budidaya Karet yang Digunakan Responden ....................
30
8. Persentase Kendala yang Menghambat Pertumbuhan Karet
Menurut Responden .............................................................................
33
v7ii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Peta Rencana Studi Lapangan..............................................................
19
2. Peta Penyebaran Kebun Karet Rakyat .................................................
24
3. Sistem Budidaya Karet Secara Agroforestri/Wanatani........................
32
vi8ii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Foto-foto Penelitian .............................................................................
39
2. Titik Koordinat Lokasi Penelitian........................................................
41
3. Kuisioner Penelitian.............................................................................
42
i9x
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
NATANAEL SIMANJUNTAK : Inventory of Rubber (Hevea brasiliiensis) In the Different Altitude in North Sumatra . Under Supervised by BUDI UTOMO and AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Rubber (Hevea brasiliensis) is one of the important agricultural commodity, both as a source of revenue, driving economic growth and preservation of the environment and biological resources. The purpose of this research is to inventory the distribution of rubber (H.brasiliensis) in North Sumatra in relation to climate differences and altitude. This study used a descriptive method of determining location based on the difference in height between 0-800 meters above sea level with the criteria that the village has a rubber plant where sampling method was done by Purposive Sampling which sampling deliberately chosen.
The results showed that low productivity of smallholder rubber plantations in North Sumatra is mainly caused by the application of rubber technology and farm management are not as recommended. Rubber Development in North Sumatra with the extension in a cold climate region has the potential to increase the productivity of smallholder rubber such as is found in some villages which have cold climates Desa Martelu, Kecamatan Sibolangit with rubber areas of 10 hectares, Desa Parsikkaman, Kecamatan Adiankoting with rubber areas of 30 hectares, Desa Onan Hasang, Kecamatan Pahae Julu with rubber areas of 25 hectares, Desa Perdamean Nainggolan, Kecamatan Pahae Jae with rubber areas of 38 hectares, and Desa Simirik, Kecamatan Sipirok with rubber areas of 36 hectares. Keywords : rubber, distribution, altitude above sea level, purposive sampling,
rubber’s productivity.
i
1 Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
NATANAEL SIMANJUNTAK : Inventarisasi Karet (Hevea brasiliiensis) pada berbagai Ketinggian di Sumatera Utara. Dibawah Bimbingan BUDI UTOMO dan AFIFUDDIN DALIMUNTHE.
Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, pendorong pertumbuhan ekonomi serta pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi sebaran karet (H.brasiliensis) di Sumatera Utara dalam hubungannya dengan perbedaan iklim dan ketinggian tempat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penentuan lokasi berdasarkan perbedaan ketinggi anantara 0-800 mdpl dengan kriteria desa yang memiliki tanaman karet yang dimana metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yakni pengambilan sampel dengan sengaja dipilih.
Hasil penelitian menunjukkan Rendahnya produktivitas perkebunan karet rakyat di Sumatera Utara terutama disebabkan oleh penerapan teknologi perkaretan dan pengelolaan kebun yang belum sesuai rekomendasi. Pengembangan karet di Sumatera Utara dengan ekstensifikasi di wilayah iklim dingin memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas karet rakyat seperti ditemukan dibeberapa desa yang memiliki iklim dingin yaitu Desa Martelu, Kecamatan Sibolangit seluas 10 ha, Desa Parsikkaman, Kecamatan Adiankoting seluas 30 ha, Desa Onan Hasang, Kecamatan Pahae Julu seluas 25 ha, Desa Perdamean Nainggolan, Kecamatan Pahae Jae seluas 38 ha, dan Desa Simirik, Kecamatan Sipirok seluas 36 ha. Kata Kunci: karet, penyebaran, ketinggian mdpl, purposive sampling,
produktifitas karet.
i2i
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi perkebunan
penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, dan pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumber daya hayati. Selain itu, tanaman karet ke depan akan merupakan sumber kayu potensial yang dapat mensubstitusi kebutuhan kayu yang selama ini mengandalkan hutan alam.
Berkurangnya luas hutan sekarang akibat konversi hutan menjadi kelapa sawit telah menyebabkan rusaknya fungsi hutan. Oleh sebab itu pemerintah membuat solusi dengan menggantikan kelapa sawit dengan karet. Karet telah dikenal sebagai salah satu tanaman kehutanan yang diusulkan sebagai tanaman penghijauan karena memiliki kambium yang mampu menyerap karbon dibandingkan kelapa sawit. Upaya ini diharapkan dapat mengembalikan salah satu fungsi kawasan hutan.
Indonesia merupakan negara dengan areal tanaman karet terluas di dunia. Pada tahun 2005, luas perkebunan karet Indonesia mencapai 3,2 juta ha, disusul Thailand (2,1 juta ha), Malaysia (1,3 juta ha), China (0,6 juta ha), India(0,6 juta ha), dan Vietnam (0,3 juta ha). Dari areal tersebut diperoleh produksi karet Indonesia sebesar 2,3 juta ton yang menempati peringkat kedua di dunia, setelah Thailand dengan produksi sekitar 2,9 juta ton. Posisi selanjutnya ditempati Malaysia (1,1 juta ton), India (0,8 juta (ton), China (0,5 juta ton), dan Vietnam (0,4 juta ton) (Apriyantono, 2007).
110
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengembangkan perkaretan nasional, pengembangan karet di Indonesia terutama ditujukan pada perkebunan karet rakyat. Hal ini karena perkebunan karet rakyat mempunyai peran yang sangat penting, tetapi masih banyak menghadapi masalah dan kendala. Produktivitas karet rakyat masih relatif rendah, yaitu 700−900 kg/ha/tahun atau r ata-rata 892 kg/ha/ tahun. Produktivitas ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan produk swasta 1.542 kg/ha/tahun (Ditjenbun, 2008), atau produktivitas karet rakyat di negara lain. Sebagai contoh, produktivitaskaret rakyat di Malaysia telah mencapai 1.100 kg/ha/tahun, di Thailand 1.600 kg/ha/tahun, di India 1.334 kg/ha/ tahun, dan di Vietnam 1.358 kg/ha/tahun. Penyebab rendahnya produktivitas karet Indonesia adalah masih luasnya tanaman karet tua yang perlu diremajakan, yaitu lebih dari 300.000 ha dan penggunaan bahan tanam klonal yang relatif rendah. Sebagai gambaran, penggunaan tanaman klonal Indonesia sekitar 40%, Malaysia 90%, Thailand 95%, India 99%, dan Vietnam 100% (Ditjenbun, 2008).
Sejumlah lokasi di Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk penanaman karet, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi sebagai penghasil karet yang cukup baik dan signifikan. Oleh karena itu Provinsi Sumatera Utara salah satunya diklasifikasikan dalam klaster industri karet. Hal ini terbukti pada tahun 2009, Sumatera Utara telah menghasilkan produksi karet mencapai 382.073 ton, dimana yang berasal dari produksi Perkebunan Rakyat sebesar 201.026 ton, Perkebunan Negara Sebesar 68.751 ton dan Perkebunan Swasta Sebesar 112.296 ton (BPS, 2011).
11 2
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan produksi karet di Indonesia dapat dilakukan melalui ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi merupakan pengembangan areal baru yang sebelumnya dianggap tidak sesuai untuk karet maupun peningkatan produktivitas dengan meremajakan areal tanaman karet tua, rehabilitasi tanaman. Sedangkan intensifikasi merupakan penggantian/peremajaan karet rakyat yang tua dengan klon-klon unggul terbaru. Tujuan Penelitian
1. Untuk menginventarisasi sebaran karet di Sumatera Utara dalam hubungannya dengan perbedaan iklim dan ketinggian tempat.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya produktifitas karet rakyat
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang sebaran
karet di Sumatera Utara dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang budidaya karet yang benar untuk meningkatkan produksi karet.
123
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Karet (Hevea brasiliensis) Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan pohon dengan ke
tinggiannya dapat mencapai 30-40 m. Sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar rateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Batangnya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996).
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan Menurut Cahyono (2010) dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub divisi : Angiospermae (biji berada dalam buah) Kelas : Dycotyledonae (biji berkeping dua) Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiales Genus : Hevea Spesies : Hevea bransiliensis
Bagian-bagian karet terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Secara morfologi, karakteristik bagian-bagian karet tersebut adalah sebagai berikut :
413
Universitas Sumatera Utara
a. Akar Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang, akar ini mampu menampang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.
b. Batang Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki perimbangan yang tinggi di atas. Di bebrapa perkebunan karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke utara. Batang ini mengandung getah yang dikenal dengan nama Lateks
c. Daun Daun karet berwarna hijau apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Biasanya tanaman karet mempunyai “jadwal” kerontokan daun pada setiap musim kemarau. Dimusim rontok ini kebun karet menjadi indah karena daun-daun karet berubah warna dan jatuh berguguran. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai daun. Panjang tangkai daun berukuran 3-20 cm. Panjang tangkai arakan daun antara 3-10 cm, dan pada ujungnya terdapat kelenjar anak daun disebut eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya serta dan gundul tidak terjun.
d. Bunga Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam mali payung tambahan yang jarang, pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit, panjang tenda
145
Universitas Sumatera Utara
bunga 4-8 mm, bunga betina berambut vil, ukurannya lebih besar sedikit dari yang jantan yang mengandung bakal buah yang beruang tinggi. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersususun menjadi satu liang. Kepala sari terbagi dalam dua karangan, tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujungnya adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna. e. Buah Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas, masing-nasing ruangan berbentuk wilayah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Garis tengah buah 3-5 cm. Apabila buah sudah masak maka akan pecah dengan sendirinya. Pecahannya terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pecahan biji ini berhubungan dengan pengembang biakan tanaman karet secara alami, biji yang terlontar kadang-kadang sampai jatuh, maka akan tumbuh dalam lingkungan yang medukung. f. Biji Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya tiga kadang sampai enam sesuai dengan jumalah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpoin yang khas. Biji yang sering menjadi mainan anak-anak sebenarnya berbahaya karena mengandung racun (Setyamidjaja, 2000).
15 6
Universitas Sumatera Utara
Daerah Asal dan Penyebaran Karet Sejak berabad-abad yang lalu, karet telah dikenal dan digunakan secara
tradisional oleh penduduk asli di daerah asalnya, yakni Brasil-Amerika Selatan. Karet tumbuh secara liar di lembah-lembah sungai Amazone dan secara tradisional diambil getahnya oleh penduduk setempat untuk digunakan dalam berbagai keperluan, antara lain sebagai bahan untuk menyalakan api dan bola untuk permainan. Akan tetapi meskipun telah diketahui penggunaannya oleh Colombus dalam pelayarannya ke Amerika Selatan pada akhir abad ke-15 dan bahkan oleh penjelajah-penjelajah berikutnya pada awal abad ke-16, sampai saat itu karet masih belum menarik perhatian orang-orang Eropa (Setyamidjaja, 1995).
Tanaman karet atau Hevea brasiliensis. termasuk famili Euphorbiaceae. Tanaman karet ini dalam beberapa bahasa, antara lain rubber (Inggris), Chauco (Spanyol), Para-rubber (Belanda), Caoutchouc (Perancis), Kautschuk (Jerman), Seringueira (Portugis), Karet (Indonesia) (Sianturi, 2001).
Tahun 1864 untuk pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan di Indonesia yang pada waktu itu masih jajahan belanda. Mula-mula karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Dari tanaman koleksi, karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan komersil. Daerah yang pertama kali digunakan sebagai tempat uji coba penanaman karet adalah Pamanukan dan Ciasem, Jawa Barat. Jenis yang pertama kali diujicobakan di kedua daerah tersebut adalah species Ficus elastica atau karet rembung. Jenis karet Hevea brasiliensis baru ditanam di Sumatera bagian timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906 (Tim Penebar Swadaya, 2008).
167
Universitas Sumatera Utara
Kesesuaian Tempat Tumbuh Pohon Karet Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama di Brazil yang
beriklim tropis, maka karet juga cocok ditanam di daerah – daerah tropis lainnya. Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 150 Lintang Utara sampai 100 Lintang Selatan. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan kelembapan yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata – rata 25 – 30 0C. Apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata – rata kurang dari 20 0C, maka tanaman karet tidak cocok di tanam di daerah tersebut. Pada daerah yang suhunya terlalu tinggi, pertumbuhan tanaman karet tidak optimal (Setiawan, 2000).
Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS
dan 150 LU. Pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25 °C sampai 35 °C dengan suhu optimal rata-rata 28 °C, dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam (Suhendry, 2002).
Menurut Endert (1949), dalam Djikman, (1951) tanaman karet (Hevea brasiliensis) paling cocok ditanam pada wilayah yang mempunyai iklim dengan kriteria bulan kering antara 0-3 dan jumlah curah hujan tahunan yang ideal adalah 2.500-5.000 mm, maka untuk wilayah Sumatera Utara yang cocok adalah wilayah yang mempunyai tipe iklim Schimidth-Ferguson A-B, artinya kalau dilihat dari sisi iklim (curah hujan) hampir semua wilayah sumatera Utara cocok untuk tanaman karet.
17
8
Universitas Sumatera Utara
Curah Hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai dengan 150 hari/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Ketinggian Tempat Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m – 400 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut dan suhu harian lebih dari 30 °C, akan mengakibatkan tanaman karet tidak dapat tumbuh dengan baik (Nazaruddin dan Paimin, 2006). Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman karet yang berasal dari klonklon tertentu dalam berbagai jenis tanah, baik pada tanah latosol, podsolik merah kuning, vulkanis bahkan pada tanah gambut sekalipun (Maryadi, 2005).
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet Untuk lahan kering/darat tidak susah dalam mensiasati penanaman karet, akan tetapi untuk lahan lebak perlu adanya trik-trik khusus untuk mensiasati hal tersebut. Trik-trik tersebut antara lain dengan pembuatan petak-petak guludan tanam, jarak tanam dalam barisan agar lebih diperapat. Metode ini dipakai berguna untuk memecah terpaan angin
.
189
Universitas Sumatera Utara
Tanah Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, btekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 – pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya antara lain : - Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air - Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir - Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro - Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5 - Kemiringan tanah < 16% dan - Permukaan air tanah < 100 cm (Anwar, 2001).
1910
Universitas Sumatera Utara
Budidaya Karet Karet cukup baik dikembangkan di daerah lahan kering beriklim basah.
Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: (1) dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, (2) mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, (3) dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan (4) memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia (Anwar, 2001).
Delapan faktor strategis yang mempengaruhi pengembangan karet berkelanjutan yaitu: ketersediaan teknologi, tenaga pembina, pelatihan petani, dukungan kebijakan, luas kebun petani, ketrampilan petani, kelembagaan petani, produksi dan produktivitas. Empat faktor strategis yaitu ketersediaan teknologi, tenaga pembina, pelatihan petani dan dukungan kebijakan dikategorikan sebagai faktor penentu (input) dalam sistem agribisnis karena faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap faktor lainnya, tetapi ketergantungannya kepada faktor lain relatif lemah (Herman et al, 2009).
pengembangan usahtani karet berbasiskan sistem wanatani merupakan salah satu upaya meningkatkan produktivitas karet rakyat dan pendapatan petani karet. Selain pola wanatani penanaman karet juga banyak diusahakan masyarakat dengan sistem monokultur (Suhatini at al, 2003).
1201
Universitas Sumatera Utara
Jenis-Jenis Klon Karet Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung
pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Klon‐klon unggul baru generasi‐4 pada periode periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klon‐klon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat‐sifat sekunder lainnya. Klon‐klon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hati‐hati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat (Anwar, 2001).
Jenis Klon karet unggul yang dianjurkan untuk sistem pertanian karet di daerah Sumatera dan Kalimantan adalah PB 260, AVROS 2037, RRIC 100, BPM 1 dan RRIM 600. Selain itu, BPM 24 dapat digunakan juga di Jambi. Semua jenis klon karet tersebut memberikan hasil yang baik, pertumbuhan batang yang cepat, dan dapat diadaptasikan ke dalam kondisi perkebunan rakyat. Semua jenis klon
12
21 Universitas Sumatera Utara
tersebut mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap penyakit daun Colletotrichum kecuali BPM 24 dan toleran terhadap penyadapan yang kasar (Purwanto, 2001). Pembibitan Karet
Menurut Djoehana (2004).Pembibitan tanaman karet dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Secara Vegetatif Pembibitan secara vegetatif yaitu dengan menggunakan okulasi atau
penempelan bertujuan untuk menyatukan sifat-sifat baik yang dimiliki oleh batang bawah (stock) dengan batang atas (scion) yang ditempelkan kepadanya. Untuk maksud tersebut, dalam pelaksanaan okulasi harus tersedia pembibitan batang bawah dan kebun entres atau tanaman bahan okulasi.
• Okulasi adalah penempelan mata tunas dari tanaman batang atas ke tanaman batang bawah yang keduanya bersifat unggul. Dengan cara ini akan terjadi penggabungan sifat-sifat baik dari dua tanaman dalam waktu yang relatif pendek dan memperlihatkan pertumbuhan yang seragam. Tujuan utama membuat bibit okulasi adalah agar produksi lebih tinggi
b. Secara Generatif Pembibitan secara generatif yaitu pembibitan yang menggunakan biji,
dimana biji-biji tersebut sudah diseleksi.
1223
Universitas Sumatera Utara
Produktivitas Karet Rakyat Produktivitas adalah perbandingan antara jumlah produksi dengan luas
lahan dalam suatu kegiatan usaha tani yang dinyatakan dalam satuan kg/ha atau ton/ha. Secara umum permasalahan utama dalam perkebunan karet rakyat adalah produktivitas yang rendah, hanya sekitar 610 kg/ha/tahun, padahal produktivitas perkebunan besar negara atau swasta masing-masing mencapai 1.107 kg dan1.190 kg/ha/tahun (Ditjenbut, 2002). Rendahnya produktivitas karet rakyat tersebu tantara lain disebabkan oleh luasnya areal karet yang menggunakan bahan tanam non unggul (seedling), dan tanaman umumnya sudah tua atau rusak sehingga perlu diremajakan. Upaya peremajaan oleh petani dengan menerapkan teknologi maju secara swadaya berjalan relatif lambat dan tingkat keberhasilannya rendah karena adanya berbagai kendala, antara lain terbatasnya dana, kurangnya ketersediaan informasi dan sumber dayamanusia yang handal, serta lemahnya kelembagaan finansial (Supriadi et al.1999).
Perkebunan rakyat dicirikan oleh produksi yang rendah, keadaan kebun yang kurang terawat, serta rendahnya pendapatan petani. Rendahnya produktivitas perkebunan karet rakyat juga disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani, sehingga petani tidak mampu untuk menggunakan teknik-teknik budidaya yang sesuai dengan syarat-syarat teknis yang diperlukan dan rendahnya produksi tnaman karet juga disebabkan oleh usia pohon yang sudah sangat tua (Soekartawi, 1995).
Untuk mengembangkan potensi dan memanfaatkan peluang jangka panjang permintaan karet alam dunia yang akan terus tumbuh, pemerintah telah menetapkan Kebijakan Pengembangan Karet Nasional dengan sasaran jangka
23
14
Universitas Sumatera Utara
panjang produksi karet nasional mencapai 3,8−04,00 juta ton pada tahun 2025. Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan penggunaan klon unggul menjadi lebihdari 85%, dengan produktivitas rata-rataminimal 1.500 kg/ha (Badan Litbang Pertanian, 2005) Manfaat Tanaman Karet
Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa, pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati. Kayu karet juga akan mempunyai prospek yang baik sebagai sumber kayu menggantikan sumber kayu asal hutan. Indonesia sebagai negara dengan luas areal kebun karet terbesar dan produksi kedua terbesar di dunia (Boerhendhy et al, 2002).
Indraty (2005), menyebutkan bahwa tanaman karet juga memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pelestarian lingkungan. Upaya pelestarian lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu penting mengingat kondisi sebagian besar hutan alam makin memprihatinkan. Pada tanaman karet, energi yang dihasilkan seperti oksigen, kayu, dan biomassa dapat digunakan untuk mendukung fungsi perbaikan lingkungan seperti rehabilitasi lahan, pencegahan erosi dan banjir, pengaturan tata guna air bagi tanaman lain, dan menciptakan iklim yang sehat dan bebas polusi. Pada daerah kritis, daun karet yang gugur mampu menyuburkan tanah.
1245
Universitas Sumatera Utara
Gambaran Umum Sumatera Utara Kondisi Geografis
Provinsi Sumatera Utara terletak di antara 10-40 Lintang Utara dan 9801000 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.680,68 km2 atau 3,72% dari luas Wilayah Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat. Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi Aceh di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat, serta Selat Malaka di sebelah Timur. Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Topografis Wilayah Sumatera Utara terdiri dari daerah pantai, dataran rendah dan
dataran tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur di tengah-tengah dari Utara ke Selatan. Kemiringan tanah antara 0-12% seluas 65,51% seluas 8,64% dan di atas 40% seluas 24,28%, sedangkan luas Wilayah Danau Toba 112.920 ha atau 1,57%.
Berdasarkan topografinya, Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 km2 atau 34,77% dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah Pantai Barat
25
16
Universitas Sumatera Utara
dan dataran tinggi. Banjir juga sering melanda wilayah tersebut akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang kritis.
Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 km2 atau 65,23% dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik.
Iklim Iklim di Sumatera Utara termasuk iklim tropis yang dipengaruhi oleh
angin Passat danangin Muson. Kelembaban udara rata-rata 78%-91%, curah hujan (800-4000) mm/ tahun dan penyinaran matahari 43%.
Batas Administrasi Wilayah Sumatera Utara berada pada jalur perdagangan internasional,
dekat dengan dua negara Asean, yaitu Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3 (tiga) provinsi, dengan batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh - Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka - Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera
Barat - Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia
26
17
Universitas Sumatera Utara
Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan Seiring dengan laju perkembangan pemekaran wilayah kabupaten/kota di
wilayah Sumatera Utara yang begitu pesat, sampai tahun 2008 jumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara telah bertambah jumlahnya menjadi 28 kabupaten/kota yang terdiri dari 21 kabupaten dan7 kota, 383 kecamatan, desa kelurahan 5736 dengan ibukota provinsinya di Kota Medan dengan luas 265 km2 dan jumlah penduduk 2.083.156 jiwa.
2178
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Sumatera Utara dan dilaksanakan pada bulan Juni-
juli 2013. Topografi cukup beragam dari dataran rendah, berbukit dan bergelombang dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 0-800 mdpl. Dalam penelitian ini rencana studi dilapangan dapat dilahat pada gambar dibawah ini :
Gambar 1. Peta Rencana Studi Lapangan 1928
Universitas Sumatera Utara
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta Sumatera Utara,
lokasi topografi karet pada masing-masing kelas ketinggian 0-1200 mdpl (meter di atas permukaan laut) yang diacak tiap kelompok topografi. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: peralatan survey seperti GPS. Peralatan lain yang digunakan adalah peralatan tulis dan kamera digital.
Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif yaitu penentuan lokasi
berdasarkan perbedaan ketinggian antara 0-1200 mdpl dengan kriteria desa yang memiliki karet. Luas karet di hitung berdasarkan ketinggian yang disajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini. Tabel 1. Pengelompokan Luas Berdasarkan ketinggiaan
No. Ketinggian
1 800-1200 mdpl 2 600-800 mdpl 3 400-600 mdpl 4 200-400 mdpl 5 0-200 mdpl
Luas/ha
……….. ……….. ……….. ……….. ………..
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah 1. Data Primer
a. Kuisioner Merupakan suatu daftar pertanyaan yang ditunjukkan kepada para petani pemilik tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebaran kuisoner ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer yang dibutuhkan dalam penelitian.
2920
Universitas Sumatera Utara
b.Wawancara Wawancara ditujukan untuk melengkapi data lainnya yang berkaitan dengan penelitian untuk memperoleh data-data yang lebih akurat
c. Pengamatan Survey langsung dengan melihat karet berdasarkan ketinggian tempat
2. Data Sekunder a. Studi Pustaka Data yang dikumpulkan dalam studi pustaka antara lain adalah : kondisi umum penelitian atau data umum yang ada pada instansi pemerintah pada tingkat kabupaten/kota, kecamatan dan desa.
Analisis Data 1. Data analisis adaptasi jumlah dan jenis karet berdasarkan ketinggian tempat disajikan dalam bentuk tabulasi 2. Data hasil perhitungan jumlah tegakan dalam bentuk tabulasi berdasarkan ketinggian 3. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yakni pengambilan sampel dengan sengaja dipilih. Pemilihan kelompok subyek berdasarkan atas ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam menentukan ukuran sampel maka digunakan rumus penentuan sampel menurut Slovin:
n=1+��������� 2
Keterangan :
n = Ukuran sampel
3201
Universitas Sumatera Utara
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian yang masih dapat ditolerir karena
kesalahan pengambilan sampel, ditetapkan sebesar 10 %. Rumus di atas digunakan untuk mendapatkan jumlah masyarakat yang dijadikan sebagai sampel. Berdasarkan data BPS jumlah seluruh penduduk dari desa yang diuji yaitu 45.563 orang. Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah responden sebanyak 99,7 orang, digenapkan menjadi 100 orang, dengan ketentuan masingmasing desa diambil 4-5 orang responden.
2231
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lokasi Sebaran Karet Wilayah Studi Perbedaan jumlah tanaman karet yang ditemukan pada lokasi wilayah
studi, pada hasil pengamatan perbedaan jumlah sangat bervariasi pada ketinggian
0-1200 mdpl. Pertumbuhan tanaman karet di berbagai ketinggian dapat di sajikan
pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Lokasi Penyebaran Karet Berdasarkan Ketinggian Tempat dan Luas Karet (ha).
No Nama Desa Kecamatan Kabupaten
1 Martelu
Sibolangit
Deli Serdang
2 Parsikkaman Adiankoting Tapanuli Utara
3 Onan Hasang Pahae Julu Tapanuli Utara
4 Marisi
Angkola Timur
Tapanuli Seatatan
5 Simirik
Sipirok
Tapanuli Selatan
6
Perdamean Nainggolan
Pahae Jae
Tapanuli Utara
7 Aek Puli
Pahae Jae
Tapanuli Utara
8
Simangumban julu
Simangumban Tapanuli Utara
9 Purba lama
Lembah Sorik Merapi
Mandailing Natal
10 Laru
Tambangan Mandailing Natal
11 Sipolu-polu
Penyabungan Mandailing Natal
12 Aek Badak
Sayur Matinggi
Tapanuli Selatan
13 Simangambat Siabu
Mandailing Natal
14 Bandar Nagori Silau Kahean Simalungun
15 Paranginan
Padang Bolak
Padang Lawas Utara
16 Sipupus
Padang Bolak Padang Lawas Julu Utara
17 Kuala Bali
Serba Jadi Serdang Bedagai
18
Batang Baruhar
Padang Bolak
Padang Lawas Utara
19 Hutaimbaru
Halongonan
Padang Lawas Utara
Ketinggian 0-800 mdpl
796 692 684 618 554 501 470 462
447 439 239 219 195 167 154
125 123 119
116
Luas karet (ha)
10 30 25 28 36 38 40 45
60 90 130 160 185 130 220
150 130 100
150
3223
Universitas Sumatera Utara
No
Desa
Kecamatan
20 Pegajahan Hulu Bintang Bayu Serdang Bedagai
21 Siamporit
Kualuh Selatan
Labuhanbatu Utara
22
Hesa Genting
Air Air Batu
Asahan
23 Kandangan
Sei Suka
Batubara
Kabupaten 85
Ketinggian 0-800 mdpl 120
44 80
37 40 18 20
Berdasarkan tabel di atas pertumbuhan karet yang terbesar ditemukan pada
Desa Paranginan Kecamatan Padang Bolak dengan ketinggian 119 mdpl dengan
luas 220 ha dan jumlah pertumbuhan karet terkecil terdapat pada Desa Siteluhen
Kecamatan Sibolangit dengan ketinggian 796 dengan luas 8 ha. Ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan tanaman karet dipengaruhi oleh ketinggian tempat.
Hasil pengamatan dan survey di lapangan penyebaran kebun karet rakyat
di beberapa ketinggian di Sumatera Utara yang terdiri atas Kabupaten Asahan,
Batubara, Deliserdang, Labuhan Batu Utara, Langkat, Mandailing Natal, Padang
Lawas Utara, Simalungun, Tapanuli selatan, Tapanuli Utara, dan Serdang Bedagai
dengan kriteria ketinggian 0 – 1200 mdpl. Untuk jumlah pertumbuhan karet
masing-masing kawasan desa sangat berbeda-beda seperti disajikan dalam peta
pada gambar 2 sebagai berikut:
24
33
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Peta Penyebaran Kebun Karet rakyat 25
34
Universitas Sumatera Utara
Sebaran Karet Berdasarkan Ketinggian Tempat Pertumbuhan karet serta penyebarannya tedapat pada berbagai ketinggian
yang ada. Karet menyebar luas pertumbuhannya sesuai dengan lokasi yang dipilih secara acak berdasarkan ketinggian. Dari hasil pengamatan dan analisis kuisioner pada masyarakat dilapangan sebaran tanaman karet yang ditemukan pada ketinggian 0-800 mdpl luasnya berbeda-beda. Luas sebaran tanaman karet pada berbagai ketinggian dapat disaji
kan pada Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Luas Tanaman Karet Rakyat Pada Berbagai Ketinggian
No. Ketinggian
1 800-1200 mdpl 2 600-800 mdpl 3 400-600 mdpl 4 200-400 mdpl 5 0-200 mdpl
Luas/ha
0 61 309 295 1.385
Berdasarkan tabel diatas sebaran karet paling banyak terdapat pada
ketinggian 0-200 mdpl dan paling sedikit terdapat pada ketinggian 600-800 mdpl
sedangkan pada ketinggian 800-1200 mdpl tidak ada ditemukan pertumbuhan
karet. Ini menunjukkan bahwa pada ketinggian 200-600 mdpl antusias masyarakat
masih kurang dalam menanam karet sehingga produktivitas karet rakyat rendah.
Dimana pada ketinggian 200-600 mdpl masih syarat tumbuh yang cocok untuk
karet seperti dikatakan Nazaruddin dan Paimin (2006) bahwa karet dapat tumbuh
optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 0 - 400 mdpl dengan produktifitas
yang tinggi dengan suhu harian 30°C dengan topografi beragam, dataran,
berbukit, dan bergelombang dengan kelerengan < 16 %. Sedangkan pada
ketinggian > 600 mdpl akan mengakibatkan tanaman karet tidak dapat tumbuh
dengan baik.
3526
Universitas Sumatera Utara
Sebaran Karet Berdasarkan Iklim
Suhu udara memiliki hubungan yang erat dengan ketinggian tempat dari
permukaan laut. Pengaruh suhu udara juga terlihat pada sebaran karet di Sumatera
Utara seperti disajikan dalam tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Luas Tanaman Karet Rakyat Berdasarkan Suhu
No
Suhu (°C)
Luas (ha)
1 < 22 148
2
22-24
224
3
24-26
365
4
26-28
820
5
28-30
428
Berdasarkan tabel di atas sebaran karet paling banyak terdapat pada suhu
26-28 °C dengan luas lahan 820 ha, diikuti suhu 28-30 °C luas lahan 428 ha, suhu
24-26 °C luas lahan 365 ha, suhu 22-24 °C luas lahan 224 ha, dan suhu >22 luas
lahan 148 ha. Ini menunjukkan suhu yang cocok untuk mengembangkan tanaman
karet terdapat pada 24-30 °C. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Suhendry
( 2002) Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25 °C sampai 35 °C dengan
suhu optimal rata-rata 28 °C, dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas
matahari yang cukup antara 5 sampai 7 jam. Namun kenyataan di lapangan
antusias masyarakat diberbagai daerah berbeda-beda untuk mengembangkan
tanaman karet. Masih banyak daerah dengan suhunya yang sesuai belum
dimanfaatkan petani dan ini mempengaruhi terhadap produksi karet rakyat.
Berdasarkan data curah hujan di Sumatera Utara yaitu 800-4.000
mm/tahun, dengan rata-rata hujan tahunan 2.900 mm hampir semua wilayah
cocok ditanam dengan karet kecuali beberapa daerah yang relative kecil yang
tidak cocok seperti: Dairi, sebagian besar Kab.Tobasa, Samosir, dan Karo.
27
36
Universitas Sumatera Utara
Sebaran Karet Berdasarkan Jenis Klon Perkembangan karet pada desa yang diteliti berbeda-beda, dimana
pemakaian klon karet unggul belum dikenal luas di kalangan petani rakyat. Berdasarkan pegamatan dan analisis kuisioner di lapangan jenis karet yang paling banyak ditemukan yaitu jenis karet kampung. Karet kampung didefenisikan karet yang sudah tumbuh selama puluhan tahun yang lalu. Ini menunjukkan bahwa penggunaan bibit unggul oleh petani karet rakyat di Sumatera Utara masih rendah dapat dilahat pada hasil analisa kuisio