Analisis Perbandingan Keuntungan Penjualan Domba Dan Kambing (Studi Kasus Hari Raya Idul Adha 2009 Pada Peternakan Berkah Sepuh Farm)

ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN PENJUALAN
DOMBA DAN KAMBING (STUDI KASUS HARI RAYA
IDUL ADHA 2009 PADA PETERNAKAN
BERKAH SEPUH FARM)

SKRIPSI
M. FACHRI JAMASYARI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
i

RINGKASAN
M. FACHRI JAMASYARI D14052705. 2012. Analisis Perbandingan
Keuntungan Penjualan Domba Dan Kambing (Studi Kasus Hari Raya Idul
Adha 2009 Pada Peternakan Berkah Sepuh Farm). Skripsi. Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Dwi Joko Setiono, MS.

Pembimbing Anggota : Ir. Maman Duldjaman, MS.
Usaha penggemukan domba dan kambing merupakan salah satu usaha
tersendiri di Indonesia. Umumnya peternakan ini dilakukan secara sederhana.
Keunggulan dari usaha ini adalah domba dan kambing memiliki daya tahan dan
daya adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan serta waktu produksinya
yang cukup singkat. Dari segi ekonomi, ternak ini tidak memerlukan lahan yang
cukup luas, memiliki produk sampingan yang memiliki daya jual yang tinggi
seperti wool, kulit, tanduk, tulang, dan kotoran ternak yang dapat digunakan untuk
beberapa industrI. Selain itu, modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini
tidak terlalu besar jika dibandingkan usaha ternak yang lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sistem produksi,
serta perbedaan kauntungan kambing dan domba pada saat hari raya Idul Adha
tahun 2009. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai
November 2009 di peternakan Berkah Sepuh Farm (BSF), Kampung Bojong
Limus rt 02/06 desa Cibening Kecamatan Pamijahan, Bogor.
Ternak yang digunakan adalah kambing kacang jantan dan domba ekor
tipis jantan yang berumur kurang dari satu tahun (I0). Berjumlah masing-masing
51 ekor untuk domba dan 59 ekor pada kambing, dimana bobot rata dari ternak
adalah 15-20 kg. Pemberian pakan ini dilakukan selama lima bulan (Agustus–
Desember). Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel untuk

mempermudah perhitungan data. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini
terdiri dari analisis deskriptif, serta analisis perbandingan keuntungan antara
domba dan kambing.
Sistem produksi antara ternak domba dan kambing tidak begitu berbeda
perbedaan hanya di tunjukkan pada saat pembersihan ternak dimana domba harus
dilakukan pemotongan bulu sedangkan kambing tidak. Hasil penelitian ini pun
menunjukkan bahwa penjualan ternak domba jauh lebih menguntungkan dan
memiliki biaya produksi yang jauh lebih rendah.

Kata-kata kunci : Domba, Kambing, Biaya Produksi, Pendapatan.

ii

ABSTRACT
Compared Analysis of Sales Revenue from Sheep and Goat
Jamasyari, M.F., D. J. Setiono and M. Duldjaman
Fattening sheep and goats is one of the livestock business in Indonesia.
The advantages of this business is sheep and goats have the endurance and high
adaptability to environmental changes as well as a fairly short time of production.
This study aims to determine the differences in production systems, as well as

differences in the benefits of goats and sheep when Idul Adha. Animals used were
male Local goat and a thin tail sheep males aged less than one year. Amounted to
51 each tail to tail on the sheep and 59 goats, where the average weight of cattle is
15-20 kg. Feeding was conducted over five months (August-December). The
results are displayed in tabular form to facilitate the calculation of the data. The
analysis conducted in this study consisted of descriptive analysis, and analysis of
comparative revenue between sheep and goats.
Livestock production system between sheep and goats are not so different.
The difference only in the show when sheep shearing must be done while the
goats are not. The results of this study also showed that sales of sheep is much
more profit and the production costs are much lower.
Keywords: Sheep, Goat, Production Cost, Revenue

iii

ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN PENJUALAN
DOMBA DAN KAMBING (STUDI KASUS HARI RAYA
IDUL ADHA 2009 PADA PETERNAKAN
BERKAH SEPUH FARM)


M. FACHRI JAMASYARI
D14052705

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
iv

Judul

: ANALISIS PERBANDINGAN KEUNTUNGAN PENJUALAN
DOMBA DAN KAMBING (STUDI KASUS HARI RAYA IDUL
ADHA 2009 PADA PETERNAKAN BERKAH SEPUH FARM)


Nama

: M. Fachri Jamasyari

NIM

: D14052705

Menyetujui,
Pembimbing Utama,

Pembimbing Anggota,

Ir. Dwi Joko Setiono, MS.
NIP. 19601123 198903 1001

Ir. Maman Duldjaman, MS
NIP. 19460105 197403 1001

Mengetahui:

Ketua Departemen,
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc.
NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian :

Tanggal Lulus:

v

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Pebruari 1988 di Bandung, Jawa Barat.
Penulis adalah putra kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Agus dan Ibu
Neneng.
Pendidikan pertama kali diselesaikan di SD Negeri Mangkura Makasar,
Sulawesi Selatan pada tahun 1999. Pendidikan lanjutan tingkat pertama
diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Negeri Denpasar, Bali dan pendidikan
menengah umum di SMU BPI 3 Bandung dan diselesaikan pada tahun 2005. Pada

tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama
Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006.
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor, penulis aktif di lembaga kemahasiswaan seperti HIMAPROTER sebagai
anggota Divisi ABC. Selain itu penulis juga aktif dalam rohis mahasiswa sebagai
ketua divisi Infokom.
Kegiatan – kegiatan yang pernah diikuti penulis selama kuliah antara lain
menjadi asisten mata kuliah Ilmu Produksi dan Teknologi Ruminansia Kecil.
Selain itu, penulis juga sempat menjadi panitia dalam Seminar Nasional Flu
Burung, dan TRALIS-D. Serta pada tahun 2009 – 2011 penulis berwirausaha
ternak domba dan kambing.

vi

KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Puji syukur Penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat, karunia dan nikmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rosulullah Muhammad
SAW beserta para keluarga, sahabat, dan umat muslim hingga akhir zaman.
Penelitian

yang

penulis

lakukan

mengambil

judul

“ANALISIS

PERBANDINGAN KEUNTUNGAN PENJUALAN DOMBA DAN KAMBING
(Studi Kasus Hari Raya Idul Adha 2009 Pada Peternakan Berkah Sepuh Farm)
(BSF) ”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Melalui
penelitian ini, diharapkan dapat diketahui perbedaan keuntungan penjualan domba
dan kambing. Semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang
berguna bagi penelitian-penelitian berikutnya dan dapat diterapkan secara nyata di
masyarakat.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran terhadap penulisan skripsi ini dari semua
pihak untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan sehingga skripsi ini diharapkan
menjadi lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang
lain. Terakhir, tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut membantu dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Nopember 2011

Penulis

vii

DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ................................................................................................ i
ABSTRACT ...................................................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
PENDAHULUAN ..........................................................................................

1


Latar Belakang ...................................................................................
Perumusan masalah ............................................................................

1
2

Tujuan ..................................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................

3
3
4
5
6
6
7
7
8
9
9
10

Kambing dan Domba ...........................................................................
Jenis Kambing dan Domba ..................................................................
Pemilihan Bibit Kambing dan Domba ...............................................
Pemeliharaan kambing dan Domba ....................................................
Pemberian Pakan .....................................................................
Penggemukan ..........................................................................
Perkandangan ..........................................................................
Pengedalian Penyakit ..............................................................
Pemasaran ............................................................................................
Biaya ....................................................................................................
Laba dan Rugi ......................................................................................

METODE ....................................................................................................... 11
Lokasi dan Waktu ...............................................................................
Materi .................................................................................................
Prosedur ..............................................................................................
Persiapan ................................................................................
Pemeliharaan dan Penggemukan ............................................
Penjualan dan Pengumpulan data ...........................................
Analisis data ...........................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

11
11
11
12
12
12
12
15

Domba dan Kambing ......................................................................... 15
Pemilihan Bibit ................................................................................... 15
Pemeliharaan Ternak Domba dan Kambing ....................................... 16

viii

Pemberian Pakan .....................................................................
Penggemukan ..........................................................................
Perkandangan .........................................................................
Pengedalian Penyakit ..............................................................
Pemasaran Domba dan Kambing .......................................................

16
17
17
18
18

Analisis Perbandingan Keuntungan .................................................... 19
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 24
Kesimpulan ......................................................................................... 24
Saran ................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 25
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... 27
LAMPIRAN .................................................................................................... 28

ix

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Perbedaan Domba dan Kambing..........................................................

3

2.

Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH).............................

16

3.

Jumlah penjualan ternak di Bogor dan Jakarta.....................................

19

4.

Biaya Produksi Kambing......................................................................

19

5.

Biaya Produksi Domba.........................................................................

20

6.

Hasil Penjualan Kambing.....................................................................

21

7.

Hasil Penjualan Domba........................................................................

22

x

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

PBBH Domba .............................................................................

28

2.

PBBH Kambing……………………………………………….....

29

3.

Pembelian Kambing...............................................................

29

4.

PEMBELIAN Domba..................................................................

30

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Krisis ekonomi berkepanjangan yang diikuti dengan bangkrutnya sebagian
besar usaha skala besar telah menggugah kesadaran para pengambil kebijakan
politisi, peneliti, akademisi, pengamat dan berbagai kalangan masyarakat lainnya
terhadap arti penting perekonomian rakyat atau usaha kecil dan menengah (UKM)
dalam perekonomian nasional. Salah satu sektor UKM yang berkembang di
Indonesia adalah sektor pertanian khususnya sub sektor peternakan.
Sub sektor peternakan memegang peranan penting dalam perekonomian
Indonesia. Sub sektor peternakan memiliki potensi yang baik jika melihat dari
peluang pasar, baik dalam maupun luar negeri. Selain itu, permintaan terhadap
daging dan produk ternak yang lain terus meningkat seiring dengan pertambahan
jumlah penduduk serta peningkatan pendapatan yang diiringi dengan meningkatnya
kesadaran akan pentingnya protein hewani. Salah satu usaha peternakan yang
memiliki potensi untuk dikembangkan adalah usaha ternak domba dan kambing.
Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi dan menjadi salah satu komoditi utama sub sektor peternakan
dalam upaya pembangunan dan pengembangan peternakan secara keseluruhan.
Populasi ternak ini di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan
yang semakin meningkat.
Usaha penggemukan domba dan kambing merupakan salah satu usaha
tersendiri di Indonesia. Umumnya peternakan ini dilakukan secara sederhana.
Keunggulan dari usaha ini adalah domba dan kambing memiliki daya tahan dan daya
adaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan serta waktu produksinya yang
cukup singkat. Dari segi ekonomi, ternak ini tidak memerlukan lahan yang cukup
luas, memiliki produk sampingan yang memiliki daya jual yang tinggi seperti wool,
kulit, tanduk, tulang, dan kotoran ternak yang dapat digunakan untuk beberapa
industri (Sodiq & Abidin 2002). Selain itu, modal yang dibutuhkan untuk memulai
usaha ini tidak terlalu besar jika dibandingkan usaha ternak yang lainnya.
Berkah Sepuh Farm (BSF) merupakan salah satu perusahaan peternakan
domba dan kambing di Kabupaten Bogor. Pendirian peternakan bertujuan memenuhi
permintaan daging untuk daerah Bogor dan sekitarnya. Selain itu, tingginya
1

permintaan akan kambing dan domba pada saat hari raya Idhul Adha juga menjadi
tujuan dari peternakan ini. Pada tahun 2009, kapasitas kandang peternakan ini
mencapai lebih dari 400 ekor. Tingginya kapasitas kandang ini diharapkan dapat
meningkatkan produksi ternak domba dan kambing khususnya untuk hari raya Idhul
Adha.
Perumusan Masalah
Domba dan kambing merupakan hewan yang memiliki tingkat permintaan
yang tinggi saat hari raya Idhul Adha. Namun, setiap daerah memiliki rasio
permintaan yang berbeda-beda dimana ada beberapa daerah yang lebih memilih
kambing dibandingkan domba. Perbedaan rasio permintaan ini yang menyebabkan
peternakan BSF menyediakan kedua ternak tersebut baik domba maupun kambing.
Akibat perbedaan tingkat permintaan ini maka dibutuhkan pengkajian lebih lanjut
untuk mengetahui serta membedakan tingkat keuntungan masing-masing ternak
tersebut dari segi modal dan manajemen pemeliharaan.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sistem pemeliharaan,
serta perbedaan keuntungan kambing dan domba pada saat hari raya Idul Adha tahun
2009

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kambing dan Domba
Ensminger (2002) menyatakan bahwa kambing dan domba merupakan hewan
yang pertama didomestikasi sekitar 7000-6000 SM. Mulyono (2003) menyatakan
bahwa banyak kalangan yang mengira kambing dan domba adalah sama. Namun
perlu diketahui bahwa keduanya merupakan makhluk yang berlainan dan keduanya
memiliki bangsa yang berbeda. Ada beberapa hal yang mirip antara kambing dan
domba sehingga banyak kalangan mengatakan keduanya sama saja. Kesamaan atau
kemiripan itu seperti bunyi “mengembek”, rasa daging, ukuran dan bentuk tubuh,
bentuk kepala maupun kaki. Dari aspek anatomi, kedua ternak ini berbeda.
Perbedaan anatomi dan ditunjang jumlah kromosom yang berbeda membuat
keduanya tidak dapat dikawinsilangkan. Ensminger (2002) menyebutkan bahwa
salah satu perbedaan domba dan kambing adalah domba tidak akan menjadi liar jika
dikembalikan ke alam bebas sedangkan kambing akan dengan mudah menjadi liar.

Tabel. 2. Perbedaan Domba dan Kambing
Domba

Kambing

Mempunyai kelenjar di bawah
mata yang menghasilkan sekresi
seperti air mata

Tidak punya

Di celah antara kedua bilah kuku
keluar sekresi yang berbau khas
saat berjalan

Tidak punya

Tanduk berpenampang
dan tumbuh melilit

Tanduk berpenampang bulat dan
tumbuh lurus

segitiga

Bulu wool sangat baik digunakan
sebagai bahan wol

Bulu tidak dapat dimanfaatkan

Domba
prengus

Kambing
jantan
mempunyai
kelenjar bau yang mencolok
(prengus)

jantan

tidak

berbau

Sumber : Mulyono (2003)

3

Jenis Ternak Domba dan Kambing
Pengetahuan tentang jenis kambing dan domba diperlukan dalam
menjalankan usaha peternakan kambing dan domba, terutama saat melakukan seleksi
induk dan pejantan (Mulyono 2003). Jenis-jenis kambing yang ada di Indonesia
adalah sebagai berikut :
1) Kambing kacang: merupakan kambing asli Indonesia yang berbadan kecil dan
relatif pendek. Kambing ini biasa disebut kambing jawa. Kambing kacang tidak
mempunyai garis keturunan yang khusus karena sebagian besar sistem
perkawinannya terjadi di tanah lapang.
2) Kambing merica: merupakan kambing asli Indonesia. Jenis kambing ini
mempunyai ukuran badan yang relatif kecil dibandingkan dengan kambing
kacang. Kambing merica banyak terdapat di pulau Sulawesi.
3) Kambing gembrong: merupakan kambing lokal Indonesia yang banyak ditemui
di pulau Bali dengan bentuk badan yang lebih besar daripada kambing kacang.
4) Kambing etawah: merupakan kambing yang berasal dari India. Jenis kambing ini
mempunyai kelebihan pada produksi susunya. Kambing etawah mempunyai
telinga yang panjang sampai 30 cm dan warna bulu yang belang antara hitamputih, atau cokelat-putih.
5) Kambing peranakan etawah: merupakan hasil persilangan antara kambing kacang
dengan kambing etawah dan dapat beradaptasi terhadap kondisi dan habitat
Indonesia. Kambing jenis ini mempunyai ciri-ciri antara kambing kacang dan
kambing etawah.
6) Kambing saanen: merupakan kambing yang berasal dari daratan Eropa. Jenis
kambing ini termasuk tipe perah. Kambing saanen mempunyai telinga relatif
kecil dan tegak, baik jantan maupun betina tidak bertanduk.
Jenis-jenis domba yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.

Domba ekor tipis (lokal): merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 %
populasinya ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Mulyono 2003). Domba ini
mempunyai tubuh yang kecil sehingga disebut domba kacang atau domba jawa.

2.

Domba priangan: berasal dari Jawa Barat. Jenis domba ini biasa disebut domba
garut. Apabila dibandingkan dengan domba ekor tipis, domba ini termasuk tipe
domba besar.
4

3.

Domba ekor gemuk: banyak ditemui di Jawa Timur, Madura, Sulawaesi, dan
Lombok. Jenis domba ini mempunyai ciri khas yaitu bentuk ekor yang panjang,
lebar, tebal, besar, dan semakin ke ujung semakin kecil ekor membantuk huruf v
dan s.

4.

Domba merino: berasal dari daerah Asia kecil. Jenis domba ini dikenal sebagai
penghasil wool terbaik dengan panjang bulu mencapai 10 cm. Domba merino
berkembang baik di Spanyol, Inggris, dan Australia.

5.

Domba suffolk: berasal dari Inggris dengan bobot badan yang tinggi. Domba
jenis ini unggul karena persentase daging yang tinggi, yaitu 55-65 % dari bobot
badan.

6.

Domba dorset: merupakan tipe daging yang bagus dan penghasil wool sedang.
Presentase daging yang dapat dihasilkan jenis domba ini adalah sebesar 50-65 %
dari bobot badan.
Pemilihan Bibit Kambing dan Domba
Pemilihan bibit ternak harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, pedaging

atau perah. Sumoprotowo (1993) menyatakan bahwa pemilihan bibit ternak
merupakan langkah penting setelah penentuan lokasi. Langkah ini bertujuan untuk
memperoleh bakalan-bakalan yang akan memberikan Pertambahan bobot badan
harian (PBBH) tinggi pada rentang waktu pemeliharaan, sehingga keuntungan yang
diperoleh menjadi maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
bakalan adalah jenis kambing dan domba, jenis kelamin, dan penampilan fisik.
Selain itu, pemilihan bakalan harus memperhatikan umur ternak (masih muda) dan
tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan (Duljaman & Rahayu, 1996).
Pemeliharaan Ternak Domba dan kambing
Dalam melakukan pemeliharaan ternak baik domba maupun kambing
terdapat

beberapa

hal

yang harus

diperhatikan, yaitu pemberian pakan,

penggemukan, perkandangan, dan pengendalian penyakit ternak.
Pemberian Pakan
Pakan sangat penting untuk pertumbuhan ternak kambing dan domba. Bentuk
manajemen pemeliharaan tergantung kepada sistem kandang yang digunakan
disamping ketersediaan pakan harus diperhatikan dan harus selalu tersedia. Pakan
5

digolongkan menjadi dua kategori, yakni hijauan dan konsentrat (Parakkasi 1999).
Tingkat konsumsi pakan dapat mempengaruhi pemberian pakan. Tingkat konsumsi
pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor hewan, makanan yang
diberikan, dan faktor lingkungan (Tillman et al. 1998). Menurut Ensminger (1990),
faktor yang mempengaruhi palatabilitas pada ternak adalah warna hijauan, rasa,
tekstur, dan kandungan nutrisi pakan. Konsumsi pakan secara umum akan meningkat
seiring dengan meningkatnya berat badan, karena pada umumnya kapasitas saluran
pencernaan meningkat dengan semakin meningkatnya bobot badan. Wodzicka et al.
(1993) menyatakan bahwa sistem pemberian pakan pada domba meliputi sistem cut
and carry, gembala yang diikatkan, dan penggembalaan-umbar.
Penggemukan
Tujuan program penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas
dengan cara mendeposit lemak-lemak seperlunya saja. Bila hewan yang digunakan
dalam penggemukan belum dewasa, maka kegiatan tersebut bersifat membesarkan
sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas. Tujuan pengurangan kadar
lemak atau peningkatan kadar protein adalah untuk meningkatkan daging yang dapat
dimakan. Terdapat tiga kategori penggemukan, yaitu penggemukan jangka waktu
pendek (± 1 bulan), sedang (± 2 bulan), dan panjang (± 3 bulan) (Parakkasi 1999).
Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan pemeliharaan ternak dalam
tempat yang terkurung dan makanan dibawa ke ternak (ke kandang) (Preston dan
Willis, 1978 dalam Parakkasi, 1999). Sistem pemeliharaan secara intensif dapat
memperbaiki pertambahan bobot badan harian karena pemberian pakan yang cukup
sesuai dengan kebutuhan domba. Pemeliharaan secara intensif ini, ternak domba
dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan
penuh untuk produksi daging (Mathius, 1998). Pemeliharaan secara intensif ini
diharapkan agar produksi yang dihasilkan tinggi dan waktu produksi yang
dibutuhkan relatif singkat.
Usaha penggemukan domba sangat digemari oleh petani sebagai usaha ternak
komersial karena dinilai lebih ekonomis, relatif cepat, rendah modal, serta lebih
praktis. Bakalan yang dipilih adalah domba bakalan yang kurus dan sehat serta
berkerangka besar. Penentuan kapan suatu program penggemukan akan diakhiri,
karena sudah mencapai titik optimum dan merupakan sesuatu yang tidak mudah
6

(Klosterman, 1972 dalam Parakkasi, 1999). Kondisi masa pertumbuhan yang relatif
kurus dari pasar akan cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung
sekitar 2-3 bulan (Yamin, 2001).
Perkandangan
Tomaszewska et al. (1993) menyatakan bahwa sebelum mulai memelihara
kambing dan domba pembuatan kandang untuk pemeliharaan ternak tersebut harus
dipertimbangkan. Kandang harus tidak dibangun pada tempat dari mana arah angin
bertiup pada tanah yang lebih tinggi dari lokasi rumah petani. Bambang dan
Nazarudin (1994) menambahkan pada umumnya ada dua macam domba, yaitu tipe
panggung dan tipe mupuk (tanpa panggung). Namun demikian, ditinjau dari banyak
segi kandang tipe panggung adalah yang paling baik. Kandang tipe ini lebih
menjamin kebersihan lingkungan kandang, udara segar dapat masuk, menghemat
tenaga, dan memudahkan perawatan. Kandang mupuk meski sepintas membuat
peternak tidak banyak mengeluarkan tenaga pengelolaan, justru menjadi kurang
begitu bermanfaat. Kesehatan domba kurang terjamin karena domba hidup di atas
kotoran sendiri yang bercampur dengan jerami dan sisa-sisa makanan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam membangun kandang yang baik adalah
sebagai berikut (Bambang & Nazarudin 1994):
1) Ruang utama
Ruangan ini adalah tempat kambing dan domba berada. Kambing dan domba
dewasa memerlukan ruangan berukuran 1 x 1,5 meter, sedangkan kambing
dan domba kecil memerlukan ruangan ukuran 1 x 1 meter.
2) Tempat pakan
Tempat pakan dibuat menempel pada bagian depan kandang dengan ukuran
sebagai berikut :
Dasar

: 25 cm

Tinggi

: 50 cm

Lebar

: 50 cm

Ruji-ruji

: 30 cm

Tinggi dari lantai : 20 cm

7

3) Tempat minum
Tempat minum dapat berupa bak air permanen atau potongan drum minyak
tanah yang telah dicat dan ditempatkan di luar kandang. Tempat minum yang
terbuat dari ember dapat ditempatkan di sudut tempat pakan.
4) Tempat garam
Tempat garam dibuat dari kotak kayu, bambu atau bahan lain yang tidak
berkarat dan ditempatkan di salah satu sudut tempat pakan. Jika garam yang
diberikan berupa garam cetakan, maka cukup digantungkan di atas tempat
pakan sehingga kambing dan domba tinggal menjilatnya.
5) Dinding
Tinggi dinding berhubungan langsung dengan ventilasi udara. Dinding di
sebelah kiri dan kanan kandang dibuat rapat dari bawah ke atas. Untuk
dinding belakang yang rapat cukup 1 meter, sisanya dibuat rui-ruji agar udara
segar masuk ke dalam kandang. Dinding bagian depan yang rapat hanya 20
cm pada bagian bawah, sisanya merupakan tempat pakan.
6) Tangga
Kemiringan tangga hendaknya landai agar kambing dan domba mudah
melewatinya. Kemiringan tangga paling terjal membentuk sudut 45 0.
7) Serambi
Serambi adalah ruangan di bawah atap bagian ujung kandang tidak
berdinding. Serambi berfungsi sebagai tempat untuk menaruh hijauan
sebelum diberikan kepada kambing dan domba.
Pengendalian Penyakit Ternak
Dalam usaha peternakan kambing dan domba, kesehatan merupakan hal yang
sangat penting karena berhubungan dengan produksi (Mulyono 2003). Tindakan
pertama yang dianjurkan pada usaha pemeliharaan kambing dan domba adalah
melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit. Duldjaman dan Rahayu (1996)
menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, yakni : (1) memelihara kebersihan
ternak, pakan, tempat minum, dan peralatan lainnya, (2) tidak mencampur ternak
yang sakit dengan yang sehat sehingga tidak teradi penularan, dan (3) melakukan
vaksinasi dan pemberian obat pencegah penyakit yang dilakukan secara teratur.
8

Pemasaran
Menurut Umar (1997), pemasaran adalah kegiatan usaha yang bertujuan
untuk menjual barang dan atau jasa yang diproduksi ke pasar. Analisis kelayakan
aspek ini yang utama adalah :
a) Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya.
b) Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku,
serta keputusan konsumen atas produk.
c) Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan dilaksanakan.
Mulyono (2003) menyebutkan bahwa pemasaran merupakan aspek yang
sangat menentukan tingkat keuntungan. Apabila penjualan pada waktu yang tepat
maka produk akan laku pada tingkat harga yang baik. Waktu pemasaran yang tepat
adalah saat jumlah konsumen maksimal dan jumlah produk yang ada di pasaran
minimal (Hukum Supply and Demand) serta saat kapasitas atau kemampuan ternak
dan atau alat produksi mencapai maksimal.
Biaya
Menurut Mulyadi (2000) dalam Wibowo (2007), biaya dalam arti luas adalah
pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat
diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Rony
(1990) menyatakan bahwa menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI), biaya adalah
pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang
diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang melalui tukar-menukar
ataupun melalui pemberian jasa.
Mulyadi (2000) dalam Wibowo (2007) menggolongkan biaya menurut dasar
tujuan yang hendak dicapai.
a) Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.
b) Biaya semi variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
9

c) Biaya semi fixed
Biaya semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi
tertentu.
d) Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam jumlah kisaran volume
kegiatan tertentu.
Laba dan Rugi
Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan
usaha. Apabila beban labih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Laba dan
rugi merupakan hasil perhitungan secara periodik (berkala). Penetapan laba dan rugi
juga dapat menjadi indikator bahaya terhadap kelangsungan hidup perusahaan
sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan (Soemarso 2005). Handoko, (2000)
menyatakan bahwa untuk memungkinkan analisa yang baik maka dalam menyusun
laporan laba rugi, lazimnya dibedakan menjadi:
1) Laba (rugi) dari operasi.
Laba dari operasi adalah selisish antara hasil dan biaya-biaya “operasi biasa”.
Operasi biasa adalah aktivitas-aktivitas yang memang termasuk rencana
perusahaan.
2) Laba (rugi) di luar operasi biasa (non-operating income).
Dalam kelompok ini termasuk semua hasil dan biaya yang bukan didapat dari
operasi biasa.
3) Koreksi-koreksi atas perhitungan laba tahun-tahun yang lalu (kalau ada).
Kasalahan atasa perhitungan laba tahun-tahun yang lalu menyebabkan
pergeseran yang akan mengganggu laba-rugi tahun yang terakhir.
4) Pajak.
Dilihat dari sudut pemegang saham, pajak merupakan biaya. Namun pajak
berbeda dari biaya-biaya lain karena besarnya pajak tergantung dari policy
pemerintah yang hendak mengarahkan perekonomian ke suatu arah tertentu.

10

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai November 2009
di peternakan Berkah Sepuh Farm (BSF), Kampung Bojong Limus rt 02/06 desa
Cibening Kecamatan Pamijahan, Bogor.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan adalah kambing kacang jantan dan domba ekor tipis
jantan yang berumur kurang dari satu tahun (I0). Berjumlah masing-masing 51 ekor
untuk domba dan 59 ekor pada kambing. Domba diperoleh dari pasar ternak Jonggol
dan Cicurug sedangkan kambing diperoleh dari dari pasar ternak yang berada di
Jawa Tengah, dimana bobot rata dari ternak adalah 15-20 kg.
Pakan dan Obat-obatan
Pakan yang digunakan adalah daun ubi jalar. Pakan ini mengandung kadar air
yang cukup tinggi sehingga ternak tidak perlu diberikan air minum. Obat yang
digunakan meliputi obat sakit mata, penyakit kuku dan kaki, diare, kembung
(bloating), penyakit mulut (orph), dan juga antraks.
Peralatan dan Perkandangan
Peralatan yang digunakan meliputi timbangan pegas, ban bekas, alat tulis,
gunting kuku dan bulu domba, suntuk, tali tambang, label, arit, sapu, dan karung,.
Kandang yang digunakan adalah kandang tipe panggung individu dimana kambing
dan domba ditempatkan dalam kandang yang berbeda dengan posisi ternak dan
tempat pakan head to head.
Prosedur
Persiapan
Kandang disiapkan untuk menampung 110 ekor domba dan kambing.
Kandang yang digunakan adalah kandang panggung dimana kandang A disiapkan
untuk menampung kambing, sedangkan kandang B untuk domba. Masing-masing
kandang memiliki kapasitas sekitar 50 ekor. Kambing diperoleh dari pasar ternak

11

yang berada di daerah Wonosobo dimana harga kambing Rp. 550.000 sampai Rp.
1.000.000, sedangkan domba diperoleh dari pasar ternak jonggol dan cicurug dengan
harga rata-rata sekitar Rp. 500.000 sampai Rp. 550.000. Setelah ternak sampai maka
dilakukan adaptasi terhadap lingkungan dan pakan selama 2 minggu. Selain adaptasi
pemeriksaan kesehatan pun dilakukan agar menekan angka kematian yang cukup
tinggi karena pengaruh transportasi apabila tidak ditanggulangi dengan baik.
Pemeliharaan dan Penggemukan
Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari dan secara ad libitum. Pakan
diberikan pada pagi hari (08.00 WIB), siang hari (14.00 WIB), dan malam hari
(18.00 WIB). Pemberian pakan ini dilakukan selama empat bulan (Agustus–
Desember). Pakan yang diberikan adalah daun ubi jalar dan satu bulan sebelum
penjualan akan diberikan konsentrat, air minum tidak perlu diberikan karena daun
ubi jalar memiliki kandungan air yang cukup tinggi. Penimbangan ternak hanya
dilakukan saat awal penggemukan dan akhir penggemukan sebelum dilakukan
penjualan.
Penjualan Ternak dan Pengumpulan Data
Ternak yang telah digemukkan akan dijual dengan daerah pemasaran
Jabodetabek, ternak akan dijual sesuai dengan bobot ternak. Setelah itu data
penjualan akan dikumpulkan sebagai utama. Strategi pemasaran dilakukan dengan
penyebaran leaflet dan flyer disekitar daerah Bogor dan beberapa tempat di Jakarta.
Analisis Data
Data yang terkumpul selanjutnya diolah menggunakan alat bantu kalkulator
dan komputer dengan program Microsoft excel. Hasil yang diperoleh ditampilkan
dalam bentuk tabel untuk mempermudah perhitungan data. Analisis yang dilakukan
pada penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif, serta analisis perbandingan
keuntungan antara domba dan kambing.
Analisis deskriptif untuk memberikan gambaran mengenai keadaan umum
peternakan Berkah Sepuh Farm, karakteristik perusahaan, aspek teknis usaha
penggemukan domba dan kambing. Analisis perbandingan dilakukan dengan
membandingkan penerimaan total dan kentungan total usaha. Selain itu efisiensi
usaha juga dapat menjadi tolak ukur manakah usaha yang lebih layak dan efisien.
12

Analisis Perbandingan Keuntungan
Analisis keuntungan merupakan hasil pengurangan antara total penerimaan
dengan total biaya yang dikeluarkan. Analisis keuntungan dilakukan dengan
mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran usaha sesuai dengan kapasitas
produksi. Keuntungan dibagi menjadi keuntungan atas biaya tunai dan biaya total.
Penerimaan total adalah nilai produk total dalam jangka waktu tertentu. Pengeluaran
total adalah nilai semua input yang dikeluarkan dalam proses produksi. Pengeluaran
total dibagi menjadi dua bagian, variabel dan tetap. Biaya variabel adalah biaya yang
dikeluarkan secara tunai dan berubah sesuai banyaknya output yang dihasilkan,
sedangkan biaya tetap mencakup biaya tidak langsung dikeluarkan seperti biaya
sewa, listrik, pajak dan biaya penyusutan (Soemarso 2005). Dalam penelitian ini
analisis keuntungan dilakukan atas biaya total saja. Perhitungan keuntungan usaha
atas biaya total secara matematis adalah:

Dimana: π

= keuntungan usaha

TR

= penerimaan total

TB

= total biaya

Analisis keuntungan usaha selalu disertai dengan pengukuran efisiensi. Untuk
mengetahui efisiensi suatu usaha terhadap penggunaan satu unit input dapat
digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan perbandingan
antara penerimaan kotor yang diterima usaha ternak domba dan kambing dari setiap
rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi.

Dimana:
Jika R/C > 1 maka usaha tersebut menguntungkan dan lebih efisien untuk diusahakan
Jika R/C < 1 maka usaha tersebut tidak menguntungkan dan tidak efisien
Selain dengan R/C untuk mengetahui efisiensi suatu usaha terhadap
penggunaan satu unit input dapat digambarkan juga oleh nilai rasio keuntungan dan
biaya yang merupakan perbandingan antara keuntugan yang diterima usaha dari
setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi.

13

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Domba dan Kambing
Domba dan kambing yang dipelihara di Kawasan Usaha Peternakan Berkah
Sepuh Farm meliputi domba ekor tipis dan kambing kacang. Domba yang digunakan
sebanyak 51 ekor sedangkan kambing sebanyak 59 ekor. Domba dan Kambing
tersebut dipelihara untuk di jual pada hari raya idul Adha, dimana tingkat permintaan
sangat tinggi. Mulyono (2003) menyatakan domba ekor tipis merupakan domba asli
Indonesia. Sekitar 80% populasinya berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Domba
yang umumnya saat hari raya idul adha adalah Domba ekor tipis dan Domba Gibas.
Jika dilihat dari perbandingan harga bibit harga domba gibas memiliki harga yang
jauh lebih tinggi. Selain itu permintaan konsumen yang berada di daerah jabotabek
lebih memilih domba ekor tipis, Sedangkan permintaan konsumen untuk kambing,
umumnya lebih memilih kambing jawa.
Pemilihan Bibit
Jenis kambing dan domba yang dipilih BSF adalah kambing kacang dan
domba ekor tipis. Kedua jenis ternak tersebut dipilih sebagai komoditi dengan
mempertimbangkan beberapa alasan, diantaranya adalah bibitnya yang mudah
didapat dan harganya relatif lebih murah dibandingkan ternak jenis lain. Selain itu,
berdasarkan hasil survey yang dilakukan ke beberapa peternakan lain di Jawa Barat,
domba ekor tipis dan kambing kacang lebih banyak diternakkan. Hal ini berkaitan
dengan perilaku konsumen Jawa Barat yang lebih menyukai domba ekor tipis
ataupun kambing kacang dibandingkan jenis domba dan kambing lainnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bakalan adalah jenis
kambing dan domba, jenis kelamin, dan penampilan fisik. Selain itu, pemilihan
bakalan harus memperhatikan umur ternak (masih muda) dan tidak pernah terserang
penyakit yang membahayakan. Jenis kelamin bibit domba maupun kambing dipilih
yang jantan hal ini dikarenakan domba jantan memiliki tingkat pertumbuhan yang
lebih cepat ditambah dengan adanya program perlidungan betina produktif sehingga
ternak betina disarankan tidak di sembelih. Penilaian penampilan fisik bibit domba
dan kambing menjadi penting karena dapat dijadikan indikasi awal kondisi kesehatan
domba maupun kambing yang akan dipilih dan diternakkan. Penampilan fisik yang

15

dilihat sebagai penilaian dasar kualitas bibit domba dan kambing yaitu Bentuk tubuh
: Pilih yang besar diantara pejantan yang umurnya sama. Dada lebar, relatif panjang,
bagian tubuh sebelah belakang lebih besar dan lebih tinggi.
Peternakan BSF memilih bibit domba dan kambing yang bobotnya berkisar
15-20 kg, sedangkan untuk kriteria umur, bibit domba dan kambing yang dipilih
adalah yang berumur 6-8 bulan. Pemilihan kisaran umur tersebut didasari oleh syarat
dari umur ternak yang disarankan untuk kurban adalah minimal 1 tahun. Selain itu,
pemilihan bakalan harus memperhatikan umur ternak (masih muda) dan tidak pernah
terserang penyakit yang membahayakan (Duljaman dan Rahayu, 1996).
Penggemukan
Tabel 3. Rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Ternak

PBBH (g/ekor/hari)

Domba

60 ± 15

Kambing

97 ± 26

Data menunjukkan bahwa domba memiliki pertambahan bobot badan yang
lebih kecil daripada kambing. Program penggemukan yang dilakukan di BSF adalah
penggemukan jangka panjang, yaitu selama tiga bulan. Yamin (2001) menambahkan
bahwa Kondisi masa pertumbuhan yang relatif kurus dari pasar akan cukup ideal
untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar 2-3 bulan.Menurut Parakkasi
(1999), Program penggemukan dilakukan untuk memperbaiki kualitas karkas dengan
cara mendeposit lemak-lemak seperlunya saja. Bila hewan yang digunakan dalam
penggemukan belum dewasa, maka kegiatan tersebut bersifat membesarkan sambil
menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas. Pengurangan kadar lemak atau
peningkatan kadar protein bertujuan untuk meningkatkan daging yang dapat
dimakan. terdapat tiga kategori penggemukan, yaitu penggemukan jangka waktu
pendek (± 1 bulan), sedang (± 2 bulan), dan panjang (± 3 bulan).
Penggemukan domba dilakukan secara insentif dengan menggunakan
kandang individu. Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan pemeliharaan
ternak dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa ke ternak (ke kandang)

16

(Preston dan Willis, 1978 dalam Parakkasi, 1999). Mathius (1998), menambahkan
Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot badan
harian karena pemberian pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhan domba.
Pemeliharaan secara intensif ini, ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat
menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk produksi daging (Mathius,
1998). Pemeliharaan secara intensif ini diharapkan agar produksi yang dihasilkan
tinggi dan waktu produksi yang dibutuhkan relatif singkat
Pemberian Pakan
Pemberian pakan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ternak
kambing dan domba. Sistem pemberian pakan disesuaikan dengan sistem
perkandangan. Pakan di berikan pada domba melalui system cut and carry dimana
domba tidak digembalakan melainkan pakan diberikan secara langsung oleh pekerja.
Wodzicka et al. (1993) menyatakan bahwa sistem pemberian pakan pada domba
meliputi sistem cut and carry, gembala yang diikatkan, dan penggembalaan-umbar.
Pakan yang diberikan pada ternak di BSF adalah daun ubi jalar dengan
frekuensi pemberian tiga kali sehari secara ad libitum. Pakan diberikan pada pagi
hari (08.00 WIB), siang hari (14.00 WIB), dan malam hari (18.00 WIB).. Pemberian
pakan daun ubi jalar ini bersifat lebih ekonomis karena ketersediaannya yang cukup
melimpah di sekitar kandang sehingga dapat membantu menurunkan biaya produksi.
Karena kandungan air dalam daun ubi jalar ini cukup tinggi maka ternak tidak perlu
diberi air minum.
Perkandangan
Tipe kandang yang digunakan adalah kandang panggung, kandang berada di
daerah pegunungan dan jauh dari perumahan hal ini ditujukan agar peternakan tidak
menggangu aktivitas dan kenyamanan warga sekitar. Kandang domba dan kambing
dibuat terpisah dengan kapasitas yang berbeda. Kandang yang digunakan merupakan
kandang panggung dengan tinggi kandang 1 meter sistem kandang head to head dan
individual.
Kandang tipe ini lebih menjamin kebersihan lingkungan kandang, udara segar
dapat masuk, menghemat tenaga, dan memudahkan perawatan. Kandang mupuk
meski sepintas membuat peternak tidak banyak mengeluarkan tenaga pengelolaan,

17

justru menjadi kurang begitu bermanfaat. Kesehatan domba kurang terjamin karena
domba hidup di atas kotoran sendiri yang bercampur dengan jerami dan sisa-sisa
makanan. Kandang individu berukuran panjang 1,5 meter dan lebar 1 meter baik
untuk domba ataupun kambing dengan menggunakan atap asbes. Tempat pakan di
buat dengan saling berhadapan (head to head), tempat pakan ditambahkan tempat
garam yang dibuat dari kayu.
Pengendalian Penyakit Ternak
Penyakit yang terjadi selama masa pemeliharaan adalah penyakit orph dan
perut kembung. Selama domba dan kambing terkena penyakit domba dan kambing
dipisahkan dari kandang serta di suntikkan obat orph dan obat penyakit kembung,
Hal ini agar penyakit tidak menular pada domba dan kabing yang sehat. Tindakan
pencegahan akan timbulnya penyakit dilakukan dengan maka dilakukan penyuntikan
obat-obatan secara rutin, selain itu dilakukan pembersihan pada ternak dengan
pemotongan bulu pada domba, dan pemotongan kuku pada kedua ternak.
Pembersihan tidak hanya dilakukan pada ternak, kandang, alat-alat, dan pakan yang
akan digunakan. Duldjaman dan Rahayu (1996) menyatakan bahwa ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit, yakni : (1) memelihara kebersihan ternak, pakan, tempat minum, dan
peralatan lainnya, (2) tidak mencampur ternak yang sakit dengan yang sehat
sehingga tidak teradi penularan, dan (3) melakukan vaksinasi dan pemberian obat
pencegah penyakit yang dilakukan secara teratur.
Pemasaran Domba dan Kambing
Pasar yang paling utama yang dibidik peternakan BSF adalah umat muslim
dengan kondisi keuangan menengah ke atas. Konsumen dengan kriteria tersebut
umumnya memiliki permintaan yang tinggi akan domba dan kambing pada saat
tertentu. Permintaan pasar paling tinggi yakni pada saat perayaan hari raya Idul
Adha. Hal ini selaras dengan pernyataan Mulyono (2003) yang menyebutkan bahwa
apabila penjualan pada waktu yang tepat maka produk akan laku pada tingkat harga
yang baik. Waktu pemasaran yang tepat adalah saat jumlah konsumen maksimal dan
jumlah produk yang ada di pasaran minimal (Hukum Supply and Demand) serta saat
kapasitas atau kemampuan ternak dan atau alat produksi mencapai maksimal.

18

Faktor lain yang penting untuk diperhatikan pula adalah promosi, di mana di
peternakan BSF dilakukan dengan menyebarkan pamflet dan flyer secara door to
door. Sementara itu, pemasarannya sendiri dilakukan dengan cara membuka lapak.
Hambatan utama dalam membuka lapak yaitu sulitnya menemukan lokasi yang tepat.
Lokasi yang dipilih peternakan BSF yaitu di daerah Kebon Pedes. Lapak ini terutama
untuk memasarkan domba, sedangkan ternak kambing dipasarkan ke beberapa
tempat di Jakarta.
Tabel 4. Jumlah Penjualan Ternak di Bogor dan Jakarta
Ternak

Jakarta

Bogor

Domba

-

51 ekor

59 ekor

-

Kambing

Khusus untuk ternak kambing pemasaran lebih gencar dilakukan di daerah
Jakarta hal ini dikarenakan perbedaan selera konsumen dimana ternak kambing lebih
diminati, sedangkan untuk bogor ternak kambing tidak begitu diminati.
Analisis keuntungan Domba dan Kambing
Tabel 5. Tabel Biaya Produksi Kambing
Biaya Tetap
1.

Penyusutan kandang

Rp.

625.000

2.

Peralatan

Rp.

250.000

Rp.

875.000

Biaya Tetap
Biaya Variabel
1.

Pembelian kambing 59 ekor

Rp. 42.485.000

2.

Biaya tenaga kerja 1 orang/bulan Rp. 900.000 (4 bulan)

Rp. 3.600.000

3.

Biaya transportasi (pembelian ternak di wonosobo)

Rp. 4.784.000

4.

Obat-obatan dan lain lain

Rp.

500.000

5.

Biaya listrik (Rp 75.000)/ bulan (4 bulan)

Rp.

300.000

Biaya variabel

Rp. 51.669.000

Biaya total

Rp. 52.544.000

19

Tabel 6. Tabel Biaya Produksi Domba
Biaya tetap
1.

Penyusutan Kandang

Rp.

510.000

2.

Peralatan

Rp.

250.000

Rp.

760.000

Biaya tetap
Biaya variable
1.

Pembelian Domba 51 ekor

Rp. 26.830.000

2.

Biaya tenaga kerja 1 orang/bulan Rp. 900.000 (4 bulan)

Rp. 3.600.000

3.

Biaya transportasi (pembelian di jonggol)

Rp.

500.000

4.

Obat-obatan dan lain-lain

Rp.

500.000

5.

Biaya listrik (Rp. 75.000)/bulan (4 bulan)

Rp.

300.000

Biaya variabel

Rp. 31.730.000

Biaya total

Rp. 32.490.000

Biaya produksi kambing/ekor

= Biaya variabel/jumlah ekor
= Rp. 51.669.000
59
= Rp. 875.745

Biaya produksi domba/ekor

= Biaya variabel/jumlah ekor
= Rp. 31.370.000
51
= Rp. 615.098

Tabel di atas menunjukkan bahwa biaya produksi kambing jauh lebih besar
dari biaya produksi domba. Hal ini dikarenakan biaya produksi kambing jauh lebih
tinggi dimana harga rata-rata adalah Rp. 875.745/ekor, sedangkan pada domba harga
rata-rata pada domba berkisar antara Rp. 615.745/ekor. Biaya transportasi kambing
jauh lebih tinggi karena pembelian ternak di daerah wonosobo, sedangkan pembelian
domba di daerah jonggol. Biaya tenaga kerja dari kedua ternak adalah sama yaitu Rp.
900.000/bulan/pekerja dimana tenaga kerja 2 orang, sehingga jumlah biaya tenaga
kerja total sebesar Rp. 7.200.000.
Biaya pakan tidak dimasukkan dalam tabel karena pakan yang digunakan

20

merupakan tanaman atau daun yang tumbuh di sekitar kandang berupa daun ubi jalar.
Daun yang tumbuh memiliki jumlah yang cukup banyak sehingga pakan tersebut
dapat digunakan agar biaya produksi dapat ditekan menjadi lebih rendah. Hal ini
juga

ditujukan

agar

laba

yang

dihasilkan

menjadi

lebih

tinggi

tanpa

mengesampingkan kualitas pakan.

Tabel 7. Hasil Penjualan Kambing
Total Penjualan

Nominal

1.

20 ekor (18 - 23 kg) x (Rp

900.000)

Rp. 18.000.000

2.

21 ekor (24 - 27 kg) x (Rp, 1.050.000)

Rp. 22.050.000

3.

15 ekor (28 - 33 kg) x (Rp. 1.300.000)

Rp. 19.500.000

4.

3 ekor (35 - 40 kg) x (Rp. 1.400.000)

Rp. 4.200.000

Total

Rp. 63.750.000

Pendapatan kambing/ekor = total pendapatan/jumlah ternak
= Rp. 63.750.000
59
= Rp. 1.080.508

Pendapatan total ternak kambing yaitu:
µ total usaha

= Rp. 63.750.000 – Rp 52.544.000
= Rp. 11.206.000

B/C

= Rp. 63.750.000
Rp. 52.544.000
= 1.213

Ratio keuntungan

= Rp. 11.206.000
Rp. 52.544.000
= 0.213

Pendapatan per ekor kambing;
µ total usaha

= Rp. 1.080.508 – Rp 875.745
= Rp. 204.763

B/C

= Rp. 1.080.508

21

Rp. 875.745
= 1.233
Ratio keuntungan

= Rp. 204.763
Rp. 875.745
= 0.233

Tabel 8. Hasil Penjualan Domba
Total Penjualan

Nominal

1.

39 ekor (18 - 23 kg) x (Rp. 850.000)

Rp. 33.150.000

2.

8 ekor (24 - 27 kg) x (Rp. 1.000.000)

Rp. 8.000.000

3.

2 ekor (28 - 33 kg) x (Rp. 1.200.000)

Rp. 2.400.000

Total

Rp. 43.550.000

Pendapatan Domba/ekor = total pendapa