Makna perayaan hari raya Idul Fitri dan hari Natal: analisa perbandingan makna

(1)

(Analisa Perbandingan Makna)

Skripsi

Di ajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar Sarjana S1

Di susun oleh: IHYAUL ULUMUDDIN

NIM. 105032101040

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaykum Wr.Wb.

Bismillah.. Alhamdulillah..

Walaa Haula Walaa Quwwata Illa Billaahil ‘Aliyyil ‘Adzim.. (Wa Ba’du)..

Puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang selalu memberikan nikmat kasih dan sayang-Nya kepada kita. Memberikan hidayah bagi manusia, dan selalu menaungi manusia dengan kasih dan sayang-Nya, khususnya kepada Penulis. Sehingga Penulis mampu menyelesaikan skrispsi ini, walaupun di dalamnya masih banyak kesalahan, kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan adalah hanya milik Allah SWT. Tapi mudah-mudahan ini menjadi hal yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita, Amin.

Shalawat beriring salam, semoga selalu tercurahkan kepada baginda kita Nabi Besar Muhammad SAW, Sang pendobrak pintu kebathilan dan kejahilan, yang membawa umat-Nya kepada zaman yang sekarang kita rasakan. Semoga Allah selalu mencurahkan ridha-Nya kepada beliau, Amin.

Selanjutnya, tiada kata yang sanggup Penulis ucapkan, Khususnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendoakan Penulis dalam proses penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Ayah dan Ibuku tercinta “Ahmad Suryani & Hayati”, yang selalu dan selalu tak pernah lelah untuk terus menghembuskan doanya untukku, kasih sayang dan perhatian yang tiada terkira walaupun dibandingkan dengan luasnya lautan dan tingginya langit. Nasehat dan bimbinganmu selalu ku ingat dengan meneteskan air mataku untukmu Ayah dan Ibuku. Saat ku tulis kata ini air mataku tiada henti terjatuh karena aku belum bisa membalas apa-apa atas apa yang telah Ayah dan Ibu berikan termasuk baktiku untukmu Ayah dan Ibu. Maafkan aku Ayah, maafkan aku Ibu karena selalu membuatmu kecewa dan marah dengan tingkah lakuku yang bandel. Semoga Allah tidak pernah


(3)

akan membawa Ayah dan Ibu berangkat Haji. Aku sangat sayang Ayah dan Ibu lebih dari apapun.

2. Ibu Hj. Siti Nadroh, selaku pembimbingku dalam proses pembuatan skripsi ini. saya sangat berterima kasih kepada Ibu, yang selalu memberikan arahan-arahan dan bimbingan kepada saya selama proses penulisan.

Saya minta maaf jika banyak kesalahan baik sikap, ucapan dan tulisan yang banyak kesalahan dan cela, serta tak mampu membalas dan memberikan apa-apa untuk Ibu. Terima kasih banyak Ibu, semoga Allah SWT selalu memberikan ridho dan kebahagiaan kepada Ibu dan keluarga di dunia dan akhirat, Amin…

3. KAJUR dan SEKJUR Perbandingan Agama, Bapak M. Nuh Hasan dan Bapak Maulana. Terima kasih atas semua bimbingan dan pengajaran yang telah Bapak berikan. Semoga Bapak selalu dicurahkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, jasa-jasa Bapak takkan pernah ku lupakan, semoga Bapak bisa mengangkat nama Jurusan ke prestasi yang lebih baik lagi. Dan semoga Allah membalas kebaikan Bapak dengan berjuta-juta nikmat dan kebahagiaan, Amin…

4. Dekan dan Pembantu-Pembantu Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Penulis ucapkan banyak terima kasih. Semoga selalu diberikan kesehatan dan kekuatan dalam membangun Fakultas dengan lebih baik lagi dan menciptakan generasi-generasi yang bernmanfaat untuk masyarakat dan negara. Dan terakhir, Yang Penting Ushuluddin Jaya Terus Ushuluddin!!!!...

5. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Bapak Komaruddin Hidayat beserta staf-stafnya yang tak bisa Penulis sebutkan satu persatu, terima ksih atas semuanya. Ciptakan terus regenerasi yang dapat dibanggakan oleh bangsa dan negara. Jaya Terus Kampusku Tercinta UIN Jakarta!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!…

6. Seluruh Dosen Perbandingan Agama yang tidak bisa Penulis sebutkan namanya satu-persatu, namun tidak mengurangi rasa terima kasihku untuk Bapak dan Ibu. Terima kasih atas Ilmu dan bimbingan yang telah Bapak dan


(4)

Ibu berikan kepada Penulis, semoga bermanfaat dan bisa Penulis terapkan dalam sehari-hari, khususnya dalam bermasyarakat. Penulis memohon maaf jika selama masa perkuliahan ada kelakuan dan perkataan yang kurang berkenan di hati Bapak dan Ibu. Semoga Allah membalas jasa-jasa Bapak dan Ibu, Jazaa Kumullahu Khoirul Jaza, Syukron Katsiron…

7. Seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, yang telah menyediakan fasilitas dan pelayanan yang Penulis dan mahasiswa lain butuhkan. Semoga perpustakaan Fakultas Ushuluddin bisa terus berkembang dan mempunyai koleksi buku-buku yang lebih lengkap lagi khususnya mengenai materi-materi dari jurusan yang terkait. Maaf jika Penulis dan teman-teman suka membuat keributan-keributan kecil, oya… Musholanya enak buat tidur hehehe… Terima kasih semuanya…

8. Pihak-pihak yang berkaitan dengan penulisan ini (Pondok Pesantren Modern Mirqotul Huda Serang Banten dan Gereja Bethel Indonesia Pertamburan Jakarta). Terima kasih atas partisipasinya (sambutan dan penerimaan) sehingga bisa membantu Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Semoga rahmat dan ridho selalu menghiasi hidup kalian.

9. Untuk keluargaku, kakakku Khoirun Nufus dan A Maman terima kasih atas semua doa dan dukungannya.

Untuk si kecil keponakanku tercinta Ratu Alifah, Om sayang kamu,

Mmmmmuuaagh semoga kamu jadi anak yang berguna dan sholehah Amin… 10.Adikku Ida Rahmawati yang gendut imut dan cantik, makasih yah dah selalu

membantu dan doain aang, aang sayang kamu. Jangan bandel yah, kuliah yang rajin.

11.Spesial untuk kakakku tersayang Durratul Laila, yang selalu senantiasa berdoa dan membantu Penulis dan mengorbankan tenaga dan apapun untuk Penulis.

“Teh saat Ulum nulis ini, Ulum ga kuat nahan air mata. Sumpah Ulum ga kuat, makasih teh atas semuanya. Ulum minta maaf jika selalu menyusahkan dan merepotkan teteh.Ulum pengen banget ngebales semuanya agar kita selalu menjadi saudara yang baik yang selalu bisa menjaga keluarga. Suatu


(5)

12.Kepada yang Tercinta dan Tersayang Thari Mayaratu-Ku, putri dari Bapak Arham dan Ibu Flora Irama. Kamu adalah perempuanku yang paling cantik di Negeriku Indonesia, kamulah yang nomor satu, Aku tak akan bisa sukai lagi perempuan yang lainnya. Terima kasih untuk semua cinta dan kasih sayang yang kamu curahkan padaku, untuk doa yang tiada henti kamu hembuskan untukku, untuk dukungan dan perhatianmu. Semoga Allah membukakan jalan untuk kita menuju jalan yang di ridhai-Nya amin. Terima kasih sayang, Aku sayang kamu.

13.Selanjutnya untuk sahabat-sahabatku yang berada di Ciputat:

Kawan-kawanku Zabil, Adin+Liza, Zays Selir, Bang Adli, Asep+Iroh, Jawara Reyzak, Maksal, Oment, Didin, Kapten, Neng Nina, Bos Raden, NoRule (Dayat)+Janet, Blacky, Nung imut, Tya, Tie2 Cliquers, Irma, Neng Indah, Kiki, All Manager & Personil Amunizi, All Manager of Green Comp (Huget, Adit, Sadut, Daenk, Mustari, H. Danang, Komeng) dan yang lainnya..

Terima kasih semuanya sudah baik kepada penulis.

14.Terimakasih juga kepada SLANKERS, UNGU CLIQUERS, LYLAKU, KERABAT KOTAK, RESPECTOR (BONDAN), PARA WALI, AMUNIZIKU, GIGI KITA, JHAPATY, ST STIA, GREEN_COMP, LA_LIGHT, SAMPOERNA MILD, CENTRE BILLYARD BUKIT SARUA CIPUTAT, HONDA BEAT, BALENONATION, NOKIA, BNI, BRI, COMPAQ, dan semua sponsor yang telah mendukung penulis dalam penggarapan skripsi ini.

15.Kawan-kawanku di Perbandingan Agama khususnya angkatan 2005:

Radhit, bin Musyawarah orang yang terlanjur kaya Low Profil… Jangan kebanyakan ngesrak (males gue) hehehe… Thanks Men buat kebaikan ente… Samsul, makasih men udah bantuin gue dalam hal apapun, Jangan kebanyakan ngesrak juga, kasian wadon-wadon lo abisin terus hehehe...


(6)

Bos Titis, moga makin lancar dan sukses bisnisnya, jangan kebanyakan ngekrum kasian anak orang, mending juga nimbang krescek hehehe…

Wahyu, jangan sibuk konser n sensus terus, artis juga bukan hehehe...

Guntur, Uh takut ada gledek!!!!!! Jangan keseringan nyabutin jenggot, mending juga nyabutin uban bokap lo hahaha… Thanks Men…

[ S i l C a k e p ], Masih semangat kawan-kawan!!!!!!!! Aktivis dan Investor besar lesehan. Thanks brow dah slalu ngasih arahan-arahan.

Deliar, gaul lah jangan sendirian aja, jangan takut dompet jebol kehabisan. Asik kok berteman, saling berbagi dan selalu bareng-bareng…

Toto, salut ane m ente pak. Moga sukses terus…

Robi Abgan, si Mr.Ketoprak Syetan yang ngeselin tapi ngetawain juga. Langka orang kaya lo, hehehehe…. Katttsssaaaaaaaarrrr…

Lukman, My Soulmate si badak muke ma kantong sama-sama Ora Bagus, apalagi kakinya udah kaya singkong bakar hahahahaha…

Zamroni, penggila bola n tehnik, Kalo dari jauh udah ketauan dari jalannya hehehe... Kurangin tidur banyakin ngopi, sambil dengerin RHCP…

Fikri, si bubuwdanbabey bos pulsa, si skater si speda BMX mini. Ngomongnya pelan-pelan jangan gugugugagagagugugug hehehe…

Kiki, gadis imut n gaul yang udah dari Aliah sekelas ma gue, kira-kira ntar sekantor lagi di PLN hehehe…

Lian, si manis jutek tapi mau. Ngilang mulu, kemana ja tau, banyak yang kangen neh…

Iis, si Ndoet yang grabak grubuk tapi mengasikkan, palagi tragedy di rumahnya Guntur, GUBRAAAAK… Apaan tuh? Masya Ampun ternyata Iis toh, hehehe…


(7)

diri dengan kami.

Semuanya selalu bisa buat gue tertawa, bercanda bareng, jalan, kumpul tapi bukan kumpul kebo hahahaha…., gaple dan lain-lain. Susah senang selalu bersama, terima kasih kawan-kawan, semoga kalian pada sukses selalu kedepannya. Semangat kawan-kawan!!!!!!…

Terima kasih kepada semuanya, mohon maaf jika penulis mempunyai kesalahan baik dari sikap maupun ucapan. Semoga Allah memberikan hidayah dan maghfiroh-Nya, agar terciptanya hidup yang harmonis dan selalu dalam ridho-Nya, Amin…

Anyer, 10 Maret 2010

Ihya Ulumuddin


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Metodologi Penulisan ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DALAM AGAMA ISLAM A. Pengertian Hari Raya Idul Fitri ... 9

B. Asal Mula Hari Raya Idul Fitri ... 12

C. Waktu Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri ... 15

D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri ... 18

BAB III PERAYAAN HARI NATAL DALAM AGAMA KRISTEN A. Pengertian Hari Natal ... 24

B. Asal Mula Hari Natal ... 26

C. Waktu Pelaksanaan Hari Natal... 32

D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Natal ... 33


(9)

  viii

NATAL DALAM AGAMA KRISTEN

A. Makna Hari Raya Idul Fitri ... 40 B. Makna Hari Natal ... 47 C. Persamaan dan Perbedaan Makna Hari Raya Idul Fitri dan

Hari Natal ... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 62


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah agama, pada umumnya meniscayakan seorang pemimpin agama sebagai pembawa berita baik nan suci atau pesan mulia yang harus disampaikan kepada seluruh umat manusia. Pemimpin agama sebagai sosok penting bagi eksistensi dan keberlangsungan sebuah agama, bahkan sebagai pendidik untuk memberikan sebuah pembelajaran spiritual keagamaan terhadap seluruh umat manusia.

Pada prinsipnya, pemimpin agama erat hubungannya dengan sosial-kemasyarakatan. Hubungan sosial ini dalam bentuk perjalanan keagamaannya yang merujuk kepada hal-hal atau kegiatan yang pernah ia lakukan, karena itu akan menjadi pangkal contoh perjalanan keagamaan seseorang yang ia anut1.

Pesan-pesan, ajaran-ajaran dan berbagai pengalaman hidup yang di alaminya, kemudian diajarkan dan diwariskan kepada pengikutnya yang akan terus mengembangkan ajaran-ajarannya, sehingga para pengikutnya menjadikan hal tersebut sebagai sebuah tradisi dan kebudayaan yang semakin berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

Demikian dengan agama primitif2, dinamika perjalanan historis keberagamaan para pemimpin pertama tiap-tiap agama kemudian menjadi

1

Munawwir, DKK, Azas-Azas kepemimpinan Dalam Islam (Surabaya: Usaha Nasional, Tt), h. IX. 

2

Agama primitif adalah sebuah kepercayaan yang cenderung terhadap benda-benda atau barang-barang yang mereka anggap antik, langka dan mempunyai makna tersendiri sampai menemukan atau beralih pada kepercayaan dan keyakinan baru, yang kemudian lebih menjurus kepada Atheisme. Sehingga sampai kepada penyempurnaan Monotheisme. 


(11)

sebuah tradisi dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang, leluhur dan pelopor agama itu sendiri. Seperti upacara perkawinan, upacara perayaan tahun baru, upacara pemakaman dan upacara atau ritual perayaan keagamaan lainnya.

Agama mempunyai budaya dan tradisi sesuai dengan ajarannya masing-masing. Misalnya dalam agama Islam, ada sebuah tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri yang dilaksanakan sekali dalam setahun. Akan tetapi untuk menempuh perayaan tersebut, umat Islam terlebih dahulu menjalankan ibadah fardhu yang telah ditetapkan rukun dan syaratnya, dan jika seseorang telah melaksanakan ibadah fardhu sesuai dengan rukun dan syarat yang telah ditetapkan dengan penuh keikhlasan maka ia telah terbebas dari tanggungannya serta tidak ada orang lain yang mempunyai alasan untuk menghukumnya3.

Tidak hanya dalam Islam, setiap agama juga mempunyai upacara-upacara keagamaan dan bagi umatnya masing-masing mempunyai makna tersendiri. Dalam agama Islam, perayaan Hari Raya Idul Fitri sangatlah berarti bagi penganutnya, begitu juga dalam agama Kristen yang merayakan Natal dalam setiap tahunnya.

Pada hari Natal, umat Kristen bersukacita menyambut inkarnasi (kelahiran) Yesus, Putra Allah, sebagai manusia yang mereka pandang sebagai anugerah Tuhan yang paling agung kepada umat manusia. Pada saat itu sudah menjadi tradisi umat Kristen jika gereja-gereja dihias dengan semewah

3

Yusuf Qardhawi, Fiqih Shiyam: Puasa Menurut Al-Quran dan As-Sunnah (Jakarta: Islamuna Press, 1996), h. 175.  


(12)

3

mungkin pada saat perayaan Natal tiba, sering menyertakan palungan bayi, dan umat saling bertukar hadiah serta mengadakan pesta4.

Dari hal tersebut, sudahlah jelas tersirat makna yang sangat berarti bagi umat Kristen, karena pada dasarnya Hari Natal konon dikatakan hari kelahiran Yesus yang telah diketahui oleh umat Kristen pada tanggal 25 Desember dalam setiap tahunnya. Jadi pada tanggal tersebut selalu ditetapkan sebagai perayaan Hari Natal. Perayaan-perayaan keagamaan seperti dalam Islam yang merayakan Hari Raya Idul Fitri dan Kristen yang merayakan Natal, keduanya mempunyai makna dan arti yang baik bagi penganut yang merayakannya.

Secara mendunia gebyar semarak perayaan inilah yang terlihat ramai dalam waktu persiapan dan pelaksanaannya di setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri kedua perayaan inilah yang juga selalu terlihat ramai walaupun ada banyak perayaan hari raya keagamaan di dalamnya, namun yang paling menonjol dari sisi semarak persiapan dan pelaksanaannya adalah Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal. Sampai-sampai masuk ke dalam berita-berita dan iklan-iklan yang diliput oleh stasiun televisi swasta, baik dari persiapan-persiapannya dan pada waktu pelaksanaannya.

Banyak orang-orang Islam yang menganggap Hari Natal adalah lebarannya orang-orang Kristen, tapi tidak banyak juga yang menganggap itu adalah kebohongan. Hal ini mungkin dikarenakan mereka hanya melihat dari gerak bentuk perayaannya saja yang sedikit hampir mirip dengan perayaan Idul Fitri namun tidak secara keseluruhan. Kedua perayaan tersebut bisa

4


(13)

disetarakan karena pelaksanaan perayaan Idul Fitri dan Natal bisa mendunia. Karena hampir disetiap negara yang berada di dunia ada yang beragama Islam dan ada juga yang beragama Kristen, khususnya di Indonesia. Maka pada waktu perayaannya bisa di bilang mendunia.

Selain itu, dari kedua perayaan tersebut tersirat dasar theologis yang sama yaitu melihat dari sisi sejarahnya yang menginginkan hari yang raya yang dulu disalah gunakan oleh orang-orang yang tidak mempunyai dasar keimanan yang kuat sehingga pada hari itu selalu merayakan kesenangan, bermabuk-mabukan, bermain wanita dan lain sebagainya. Maka dari itu, dalam agama Islam ada hal-hal yang dirubah oleh Rasulullah yaitu menjadikan hari raya tersebut menjadi hari raya yang baik dengan penuh berkah dan tidak menyimpang dari ajaran-ajaran keagamaan dan dasar keimanan. begitupun dalam agama Kristen yang mempunyai misi untuk merubah hari untuk meryakan hari kelahiran dewa matahari menjadi hari raya kelahiran sang Juruselamat umat manusia Isa Al-Masih (Yesus).

Selain dasar theologhisnya yang sama, kedua perayaan ini dibesarkan dengan dimensi sosialnya yang tinggi. Dari berbagai kegiatannya, mengandung makna sosial yang sangat tinggi dan juga dikarenakan manusia hidup di dunia ini tidak terlepas dari dinamika sosial kehidupan.

Dengan itu kemungkinan ada sedikit persamaan dan perbedaan persepsi atau pendapat tentang arti dan makna dari kedua perayaan tersebut. Akan tetapi, pada kenyataannya apakah hal tersebut benar-benar ada persamaan dan perbedaan dari sudut pandang masyarakat serta dalam


(14)

5

penggalian arti dan makna Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal dalam data-data kepustakaan atau berdasarkan keyakinan para penganutnya.

Dari uraian-uraian di atas dan dengan semangat Rahmatan Lil ‘Alamin,

selanjutnya penulis ingin sekali mengangkat tema tersebut, yakni mengenai makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal yang lebih diperjelas dengan memberi judul:

“Makna Perayaan Hari Raya Idul Fitri Dan Natal” (Analisa Perbandingan Makna)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Adapun pembahasan yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, yaitu bagaimana reaksi masyarakat terhadap adanya beragam agama di dunia, dan bagaimanakah pokok ajarannya, serta bagaimanakah efek keberagamaan agama untuk kemaslahatan seluruh umat di dunia.

Karena begitu luasnya pembahasan mengenai perayaan hari raya, maka dalam penulisan ini, penulis membatasi penulisan hanya pada:

1. Untuk mengetahui makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal. 2. Untuk mengetahui tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal.

Dari pembatasan-pembatasan masalah tersebut, dapat diperjelas dengan rumusan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini:

1. Bagaimanakah makna dan tradisi perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal di Indonesia?

2. Apa saja persamaan dan perbedaan dari makna Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal?


(15)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dari latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat diketahui bahwa tujuan umum dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memberikan pemahaman tentang makna Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal yang memberikan kemaslahatan bagi seluruh umat Islam dan Kristen di dunia.

2. Mencoba untuk memberikan gambaran tentang tradisi dan kebudayaan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal.

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah, hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi tentang masalah keberagaman agama-agama di dunia khususnya di Indonesia yang mempunyai banyak tradisi dan budaya dari berbagai keberagaman agama-agama yang ada.

Adapun beberapa kegunaan dan manfaat dari penulisan skripsi ini diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu Perbandingan Agama dan sekaligus dapat memberikan penjelasan tentang makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal.

2. Manfaat Praktis

Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa bacaan perpustakaan dilingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Khususnya di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat jurusan Perbandingan Agama.


(16)

7

D. Metodologi Penelitian

Untuk mengkaji pokok permasalahan ini secara akurat, penulis menggunakan metode kepustakaan (library research)5. Library research

sendiri adalah suatu metode penelitian yang menggunakan bahan-bahan dan data-data melalui berbagai literatur seperti buku-buku, majalah, artikel surat kabar dan data-data tulisan lainnya yang akan diambil pokok inti pembahasan yang bersangkutan dengan judul yang diangkat sehingga dianggap relevan dengan pembahasan skripsi ini, dan juga karena kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang tak dapat dihindarkan oleh sang peneliti, namun hal metode kepustakaan ini lebih difokuskan kepada sumber-sumber pustaka.

Setelah mengumpulkan data-data kepustakaan, adapun metode yang digunakan untuk mengungkap keberadaan makna dan tradisi dalam kedua perayaan tersebut, pembahasan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis6. Artinya, penulis menggambarkan atau menjelaskan secara detail berbagai masalah yang berkaitan dengan judul skripsi ini tanpa memberikan penilaian tertentu.

Di samping itu, dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Skripsi, Tesis, Dan Desertasi) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan CeQDA (Centre For Quality Development And Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

5

Moh Nasir Ph.d, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h. 40.  6


(17)

E. Sistematika Penulisan

Secara sistematis penulisan skirpsi ini disusun sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metodologi Penulisan dan Sistematika Penulisan

Bab II Perayaan Hari Raya Idul Fitri Dalam Agama Islam: Pengertian Hari Raya Idul Fitri, Asal Mula Hari Raya Idul Fitri, Waktu Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri dan Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri. Bab III Perayaan Hari Natal Dalam Agama Kristen: Pengertian Hari Natal,

Asal Mula Hari Natal, Waktu Pelaksanaan Raya Natal, Tata Cara Pelaksanaan Hari Natal.

Bab IV Analisa Perbandingan Makna Hari Raya Idul Fitri Dalam Agama Islam Dan Hari Natal Dalam Agama Kristen yang meliputi: Makna Hari Raya Idul Fitri, Makna Hari Natal, Persamaan dan Perbedaan Makna Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal.


(18)

BAB II

PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DALAM AGAMA ISLAM

A. Pengertian Hari Raya Idul Fitri

Pada dasarnya Hari raya adalah semua hari yang di dalamnya terdapat sekumpulan orang yang merayakannya, khususnya untuk agama-agama yang mempunyai perayaan-perayaan hari raya besar ataupun kecil. Misalnya dalam agama Islam terdapat hari raya besar yaitu Hari Raya Idul Fitri, yang selalu dilaksanakan secara berulang-ulang di setiap tahunnya dengan semangat kegembiraan, kebahagiaan, keceriaan, kesedihan dan senyum canda yang baru1. Hari Raya Idul Fitri ialah hari raya kaum muslimin yang dilaksanakan pada tanggal 1 Syawal (sesudah berakhirnya Ramaadhan)2.

Mayoritas umat Islam mengartikan Idul Fitri dengan arti “kembali menjadi suci”. Apabila ditinjau ulang kembali, pendapat yang mengartikan Idul Fitri dengan “kembali suci” tidak sepenuhnya benar, karena kata Al-fitr

apabila diartikan dengan “suci” tidaklah tepat. Sebab kata “suci” dalam bahasa Arabnya adalah al-Qudds atau subhana. Bisa jadi, pengertian tersebut banyak didasari dari kerancuan pemaknaan kata Fitr yang terdapat dalam kalimat tersebut. Biasanya kata Fitr oleh mereka dihubungkan dengan ayat Al-Qur’an surah al-‘Araf ayat 172:

      

1

Hannan Hoesin Bahannan Dkk, Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya (Maktabah Salafy Press, 2002), h. 211. 

2

Cyril Glase, Ensiklopedi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 158. 


(19)

ذإو

ﺬ أ

ﻚ ر

مداء

هرﻮﻬﻇ

ﻬ رذ

هﺪﻬ أو

ﻬ أ

أ

ﻜ ﺮ

,

اﻮ ﺎ

ﺎ ﺪﻬ

نأ

اﻮ ﻮ

مﻮ

ﺔ ا

ﺎ إ

ﺎ آ

اﺬه

)

فاﺮ ﻷا

:

172

(

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)" (QS, Al-A’raf : 172).

Serta hadits nabi yang menyatakan bahwa setiap manusia dilahirkan dengan fitrahnya.

آ

دﻮ ﻮ

ﺪ ﻮ

ةﺮﻄ ا

اﻮ ﺄ

دﻮﻬ

ا

وأ

اﺮ

وأ

ﺎ ﺠ

وأ

)

اور

ىرﺎ

(

Artinya:

Setiap manusia yang dilahirkan atas fitrahnya, maka kedua orang tuanya men-Yahudikan, men-Nasrhonikan, atau me-Majusikan atau men-Islamkan. (Riwayat Bukhori)

Oleh karena itu, menurut penulis istilah Idul Fitri dapat ditelusuri dari pengertian yang terdapat dari kata tersebut, yaitu ‘id dan al-fitr.

Kata ‘id dalam bahasa ‘Arab diambil dari akar kata ‘aada asal kata dari

‘awada, yang memiliki banyak arti, di antaranya: “sesuatu yang terjadi berulang-ulang”. Kata ‘id juga berarti kebiasaan dari kata ‘âdah, selain itu juga memiliki arti “kembali”3.

Sedangkan kata al-fitr satu akar dengan kata “fitrah,” yaitu Fihtratun

artinya perangai, tabi’at, kejadian asli, agama, ciptaan. Fitrah juga terambil

      

3

Nurcholish Madjid, Tiga Puluh Sajian Ruhani : Renungan di Bulan Ramadhan (Bandung: Mizan, 1999), h. 272. Lihat juga, Madjid, Dialog Ramadlan, h. 128. 


(20)

  11

dari akar kata al-fatr yang berarti belahan. Dari makna ini lahir makna-makna lain antara lain pencipta atau “kejadian”4. Kata al-fitr juga bisa diartikan dengan berbuka “futur”.

Jadi Bisa disimpulkan bahwa Idul Fitri bisa diartikan dengan sebuah hari perayaan dan tradisi yang dilakukan secara berulang dalam setiap tahunnya dengan berbagai ketentuan untuk mencapai hari tersebut.

Pengertian lain adalah hari raya berbuka, di mana umat Islam diperbolehkan kembali untuk berbuka bebas makan minum dan lain-lainnya yang dilakukan pada waktu siang hari, setelah umat Islam berpuasa dalam waktu sebulan penuh. Maka di hari itu umat Islam tidak diperbolehkan untuk berpuasa.

Hari Raya Idul Fitri juga diartikan dengan arti keruhanian yaitu kembali pada hati, jiwa dan fikiran yang suci sehingga bisa mencapai puncaknya dengan kembali lagi pada hati dan jiwa yang asli, layaknya seorang bayi yang baru lahir di dunia5.

Ada yang mengatakan Hari Raya Idul Fitri adalah puncak pengalaman sosial keagamaan masyarakat yang beragama Islam. Dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan rakyat selama satu tahun diarahkan untuk merayakan hari raya besar itu dengan sebaik-baiknya. Mereka bekerja dan banyak yang menabung untuk kelak mereka nikmati pada saat tibanya Hari Raya Idul Fitri.

Hari Raya Idul Fitri atau yang biasa disebut dengan Lebaran itu juga sangat mirip dengan hari Thanks Giving Day yang selalu di rayakan di

      

4

Muis Sad Iman, Pendidikan Partisifatif : Menimbang Konsep Fitrah Dan Progresivisme John Dewey (Yogyakarta: Safiria Insani press, 2004), h. 17. 

5


(21)

Amerika Serikat. Saat rakyat negeri itu bersuka ria dengan bersyukur kepada Tuhan bersama seluruh keluarga. Gerak mudik rakyat Indonesia juga mirip sekali dengan yang terjadi pada orang-orang Amerika menjelang Thanks Giving Day itu. Semua merasakan dorongan yang sangat kuat untuk bertemu dengan ayah, ibu dan sanak saudara, dan justru karena dalam suasana keakraban kekeluargaan itu hikmah Hari Raya Idul Fitri atau Thanks Giving Day dapat dirasakan dengan sepenuh-penuhnya6.

Banyak sekali pengertian tentang Hari Raya Idul Fitri, namun pada hakikatnya Hari Raya Idul Fitri mempunyai makna dan tujuan yang sama dan pada hari itu kaum muslim, muslimat, laki-laki, perempuan, orang muqim (menetap), orang musafir7, orang dewasa dan anak kecil silahkan berhari raya dan merayakannya dengan bersuka ria8.

B. Asal Mula Hari Raya Idul Fitri

Ada sebuah riwayat yang menceritakan tentang asal mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri disyari’atkan pada tahun pertama bulan hijriyah, namun bari dilaksanakan pada tahun kedua Hijriyah. Pada masa Rasulullah SAW, di sebuah kota yang terletak di Madinah ada dua hari yang di dalamnya terdapat kaum-kaum Yasyrik yang menggunakan dua hari tersebut dengan berpesta-pesta dan bersenang-senang semata, yang terkesan lebih berfoya-foya. Ke-dua

      

6

Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 127. 

7

Banyak pendapat yang mengatakan orang musafir tidak wajib berjumat, namun orang musafir dipersilahkan pergi untuk menunaikan sholat Ied. 

8

Prof. Dr. Hamka, Tuntunan puasa, Tarawih dan Idul Fitri (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1993), h. 98. 


(22)

  13

hari tersebut dinamakan hari An-Nairuz dan hari Al-Mahrajan9 dan konon hari itu sudah ada sejak zaman Jahiliyah dulu sehingga menjadi sebuah tradisi yang melekat pada orang Madinah kaum Yasyrik.

Ketika hal tersebut menjadi sebuah tradisi dan budaya kaum Yasyrik, sampailah kabar tersebut pada Rasulullah SAW. Sehingga Rasulullah ingin mencari tahu, bahwa apa yang sedang mereka lakukan dengan kedua hari tersebut. Kemudian orang-orang Madinah pun menjawab:

“Wahai Rasul pada hari ini kami sedang merayakan pesta untuk kesenangan dan kepuasan kita, dan kita akan menjadikan hari ini menjadi sebuah tradisi kita karena hari ini suda ada sejak zaman kaum Jahiliyah”10.

Mendengar hal tersebut Rasulullah kaget dan tersentak hatinya untuk menyuruh mereka berhenti melakukan hal yang tidak bermanfaat. Sehingga kemudian Rasulullah berkata kepada kaum Yasyrik tersebut, kalian harus tahu bahwa sesungguhnya Allah menggantikan kedua hari tersebut dengan hari yang lebih baik daripada sekedar berpesta-pesta dan berfoya-foya saja yang hanya akan menjadikan kalian umat yang bodoh yang akan menggunakan waktu dan harta kalian dengan Mubazir atau sia-sia. Sesungguhnya Allah SWT telah mengganti kedua hari tersebut dengan Hari Raya Idul Adha dan Idul Fitri, yang penuh dengan makna dan hikmah-hikmahnya.

      

9

Kedua hari tersebut ditentukan oleh pemimpin yang berkuasa pada masa itu. Penyebab ditentukannya hari itu sebagai hari raya buat mereka adalah karena pada kedua hari tersebut adanya kestabilan situasi kondisi dan suhu udara dan selain itu dari keistimewaan yang sangat nyata bagi orang yang memperhatikan perkara itu. Hannan Hoesin Bahannan Dkk, Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya (Maktabah Salafy Press, 2002), h. 214. 

10


(23)

Peristiwa tersebut menjadi sebuah riwayat yang menjadi Hadist yang terdapat dalam kitab Fiqh Madzahib Al-Arbaah11,:

ر

ﷲا

لﺎ

:

مﺪ

لﻮ ر

ﷲا

ﺔ ﺪ ا

,

ﻬ و

نﺎ ﻮ

نﻮ

ﺎ ﻬ

.

لﺎ

لﻮ ر

ﷲا

:

اﺬه

؟نﺎ ﻮ

اﻮ ﺎ

:

ﺎ آ

نﻮ

ﺎ ﻬ

ﺔ ﻬﺠ ا

.

لﺎ

لﻮ ر

ﷲا

:

نإ

ﷲا

ﺎ ﻬ ﺪ أ

اﺮ

ﺎ ﻬ

مﻮ

ﻷا

مﻮ و

ﺮﻄ ا

) .

اور

دوادﻮ ا

(

Artinya:

Diriwayatkan dari ‘Anas RA berkata : Ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah dan penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang di dalamnya mereka berpesta-pesta dan bermain-main di hari itu pada masa jahiliyah. Lalu Beliau SAW bersabda : Apakah dua hari itu? Mereka berkata: pada hari itu kami berpesta-pesta dan bermain-main dan ini sudah ada sejak zaman jahiliyah dulu. Maka Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan dua hari yang lebih baik yaitu Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri. (Hadis Riwayat Abu Daud)

Dalam kitab Bulugh Al-Marrom, ada sebuah hadis pula yang hampir sama dengan hadis di atas tentang sejarah terjadinya Hari Raya Idul Fitri. Hal ini untuk memperkuat sumber-sumber tentang sejarah asal mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri12. Sejarah asal mula terjadinya Hari Raya Idul Fitri tersebut, dijadikan sebagai landasan dasar theologi yaitu untuk merubah hari yang tidak baik menjadi hari yang sangat baik yang di dalamnya penuh dengan keberkahan.

      

11

Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Madzahib al-Arba’ah-Dalilun Masyru’iyyatun Sholat al-‘Idain (Kairo: Daar Al-Hadist, Tt), h. 271.  

12

Abdu Al-Rasyid Salim, Bidayat al-Anam Bisyarhi Bulugh al-Marom (Darul Ittihad, 2001), h. 158-159. 


(24)

  15

C. Waktu Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri

Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan secara berulang dalam setiap tahunnya, namun membutuhkan sebuah sistem penanggalan untuk menentukan hari terlaksananya Hari Raya Idul Fitri. Metode yang pertama adalah dengan menggunakan metode hisab dalam menentukan hilal13 yang sebenarnya dapat dihitung secara akurat dengan perhitungan-perhitungan astronomi. Sedangkan yang kedua adalah dengan menggunakan menggunakan metode rukyat yang selalu mengacu secara harfiah pada kebiasaan-kebiasaan Nabi dalam menentukan awal Ramadhan dan 1 Syawal.

Secara harfiah hisab diartikan dengan perhitungan14, dalam Al-Quran kata hisab banyak digunakan untuk menjelaskan hari perhitungan (Yaumul Hisab) di mana Allah akan menghitungkan dan menimbang semua amal dan dosa manusia dengan adil. Kata hisab dalam Al-Quran sebanyak 37 kali yang semuanya berarti perhitungan dan tidak memiliki ambiguitas arti.

Pengertian kata hisab ini untuk pengertian yang umum yang kemudian kita lanjutkan dengan dasar hukum yang menggunakan kata hisab dalam cara menentukan hilal yang akan digunakan untuk menentukan awal bulan dalam kalender Islam15.

      

13

Menurut ahli linguistik Arab, hilal didefinisikan dengan sinar bulan pertama, ketika orang melihat dengan nyata bulan sabit pada awal sebuah bulan. Kata hilal bisa berakar dari Halla (dia muncul) dan juga bisa dari Uhilla (dia kelihatan) yang kedua-duanya merupakan proses menyaksikan. Sedangkan menurut ahli linguistik lainnya, hilal berarti dengan bulan yang khusus kelihatan pada hari pertama dan kedua dalam sebuah bulan. Dalam penjelasan ini jelaslah bahwa ada proses melihat secara visual dalam kaitan dengan bulan sabit (hilal). 

14

Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat : Telaah Syariah, Sains dan Teknologi (Jakarta: Gema Insani, 1996), h. 29. 

15

Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab (Jakarta: PT. Amythas Publicita, 2007), h. 120. 


(25)

Sedangkan pengertian rukyat secara harfiah adalah melihat16 dan arti yang paling umumnya adalah melihat secara visual (melihat dengan mata kepala). Para ulama memberikan fatwa bahwa melihat secara visual harus dengan mata kepala telanjang dan tidak diperbolehkan menggunakan alat bantu seperti teropong binekuler dan semacamnya, karena Nabi juga melakukannya dengan mata telanjang. Dan pada zaman Rasulullah, cara-cara perhitungan permulaan bulan berdasarkan perhitungan astronomi memang belum berkembang baik, sehingga cara melihat dengan visual adalah sarana dan metode yang paling mungkin dan paling mudah dilakukan sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan saat itu17. Sehingga sebagaimana telah ditentukan oleh Rasulullah SAW, penentuan Ramadhan dan 1 Syawal adalah dengan menggunakan jalan rukyat (melihat hilal) atau dengan menghitung bilangan bulan Sya’ban yang digenapkan tigapuluh hari, apabila hilal tidak tampak18.

Dalam Al-Quran dikatakan tentang rukyat, namun hanya kutipan ayat saja yang ditafsirkan sebagai dalil tentang rukyat, namun hal tersebut sudah cukup selain itu pula mengacu kepada kebiasaan Nabi pada waktu itu.

Pemerintah Republik Indonesia mempunyai hak dan wewenang untuk menetapkannya, khususnya masalah yang menyangkut dengan pelaksanaan

      

16

Farid Ruskanda, h. 41.  

17

Tono Saksono, h. 184. 

18

Achmad Suyuti, Nuansa Ramadhan, Puasa dan Lebaran (Jakarta: Pustaka Amani, 1996), h. 10. kemudian, satu hal yang mesti diperhatikan bahwa sesuai dengan sunatullah, rukyat hilal tidak mungkin sama di seluruh dunia. Sehingga bagaimana pun penyeragaman awal ramadhan dan 1 syawal untuk seluruh dunia, jelas tidak mungkin diwujudkan, bahkan bisa dikategorikan menyimpang dari sunnah Rasulullah. Penyeragaman hanya mungkin diwujudkan dalam satu wilayah atau negeri tertentu. 


(26)

  17

syariat Islam. Khusus untuk penetapan waktu pelaksanaan syariat Islam, pemerintah harus membentuk badan hisab-rukyat yang beranggotakan para ulama dari Majelis Ulama Indonesia, Ormas-Ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan Persis, para pakar dari IAIN, praktisi atau tenaga ahli dalam hisab-rukyat, staf Planetarium dan Observatorium Jakarta, staf Badan Meteorologi dan Geofisika, serta para pejabat Departemen Agama RI.

Keputusan akan diambil dalam suatu Sidang Itsbat, sedangkan Departemen Agama berfungsi sebagai fasilitator. Dalam merumuskan keputusannya, Sidang Itsbat mengevaluasi semua data, baik data hisab

maupun kesaksian rukyat. Kesaksian rukyat yang datang dari seluruh penjuru Indonesia disahkan oleh Hakim Agama dari Pengadilan Agama sebelum disampaikan ke Jakarta pada Sidang Itsbat. Tidak sedikit pihak yang langsung menyerahkan laporan hasil rukyat mereka kepada cabang-cabang Ormas Islam seperti Muhammadiyah, NU, Persis dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Biasanya, laporan ini dijadikan bahan pertimbangan oleh perwakilan Ormas Islam bersangkutan di dalam Sidang Itsbat.

Setelah Sidang Itsbat mencapai keputusan, maka Pemerintah dan Departemen Agama mengukuhkan lewat surat keputusan Menteri Agama melalui Televisi. Memang tidak semua keputusan disepakati secara bulat, namun dengan asas musyawarah dan mufakat, hasil keputusan Sidang Itsbat

selalu berhasil dirumuskan demi kemaslahatan umat Islam Indonesia dan kecepatan waktu pelaksanaan syariat Islam19.

      

19


(27)

D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri

Hari Raya Idul Fitri selalu dirayakan secara berulang dalam setiap tahunnya, dengan ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan terlebih dahulu agar tercapainya hati, fikiran dan jiwa yang bersih. Sebelum Hari Raya idul Fitri, umat Islam terlebih dahulu harus melaksanakan puasa sebulan penuh atau biasa disebut dengan berpuasa pada bulan suci Ramadhan20. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 183 yang berbunyi:

ﺎﻬ ﺄ

ﺬ ا

اﻮ اء

آ

مﺎ ا

ﺎ آ

آ

ﺬ ا

نﻮ

)

ةﺮ ا

:

183

(

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS, Al-Baqoroh:183)

Puasa adalah ibadah wajib yang paling mendalam bekasnya pada jiwa seorang muslim. Puasa juga mengajarkan umat Islam untuk memperdekat hubungan manusia dengan Allah, karena dalam pelaksanaannya banyak pengalaman yang menyentuh di hati dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama sebulan penuh dengan berbagai kegiatan yang menyertainya seperti berbuka, tarawih21 dan makan sahur pada tengah malam menjelang subuh,

      

20

Bulan Ramadhan adalan bulan yang sangat suci, penuh dengan rahmat, berkah dan maghfiroh-Nya. Karena pada bulan tersebut dimana telah diturunkan-Nya Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga umat Islam berlomba-lomba untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh dengan berkah dan magfiroh-Nya dan pada malam itu adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan karena pada waktu itu telah diturunkan Al-Quran. 

21

Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Adalah Rasulullah SAW menganjurkan supaya shalat di bulan Ramadhan, tetapi tidak memerintahkan dengan jelas (azimah)”, maka beliau berkata: barang siapa yang berdiri shalat dimalam Ramadhan dengan iman dan perhitungan, akan di ampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Diriwayatkan oleh Jamaah). 


(28)

  19

tadarusan (membaca Al-Quran) dengan sesering mungkin senantiasa membentuk unsur kenangan yang mendalam pada jiwa seorang muslim. Maka ibadah puasa merupakan bagian dari pembentuk jiwa keagamaan seorang muslim, dan menjadi sarana pendidikannya di waktu kecil dan seumur hidup22. Berpuasa juga dituntut untuk bersabar dalam hal apapun, seperti menahan amarah kita. Selain itu juga selama berpuasa umat muslin harus menahan hawa nafsu untuk menahan rasa haus, lapar, amarah dan tidak melakukan hubungan badan bagi yang sudah menikah.

Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, hal wajib yang selalu dilakukan oleh Rasulullah dalam berpuasa pada bulan Ramadhan adalah pertama, menutup mata berusaha tidak melihat dan memandang pada hal-hal yang kotor yang mampu mengusik ketenangan hati berzikir kepada Allah SWT. Ke dua, menjaga lisan yaitu menjaga segala bahaya dan dosa yang timbulkan oleh lisan seperti menggunjing dan berbohong. Ke tiga,

menjaga pendengaran yaitu menjaga dari hal-hal yang dibenci oleh agama yang mampu memotivasi berbuat hal-hal yang dilarang oleh agama. Ke empat,

menjaga angota tubuh yang lain seperti tangan, kaki dari perbuatan dosa. Serta menjaga perut untuk tidak memakan barang yang subhat apalagi haram ketika berbuka23.

Umat Islam juga diwajibkan untuk memabayar zakat yang biasa disebut dengan zakat fitrah yang bertujuan untuk mensucikan orang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan yang tidak berguna, dan memberikan makan

      

22

Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah Puasa, Nuzulul Quran, Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 3. 

23


(29)

kepada orang-orang miskin dan mencukupi kebutuhan mereka pada Hari Raya Idul Fitri24.

Adapun kaum miskin berhak untuk menerimanya, dan bagi kaum miskin yang mendapatkan pembagian zakat lebih maka ia pun harus membayar zakat untuk dirinya sendiri, begitu pula dengan seterusnya dengan batas akhir penunaian zakat fitrah ialah saat sebelum Imam/Khotib turun mimbar khotbahnya25. Maka pada hari itu Allah akan membersihkan segala dosa umat Islam yang telah menunaikan ibadah puasa Ramadhan dan membayar zakat fitrah sehingga keadaan hati dan jiwa seperti bayi yang baru lahir26.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

ﺬ ا

نإ

ﻬ ﻜ

ضرﻷا

اﻮ ﺎ أ

ةﺎ ا

اﻮ اءو

ةﺎآﺰ ا

اوﺮ أو

فوﺮ ﺎ

اﻮﻬ و

ﺮﻜ ا

ﷲاو

ﺔ ﺎ

رﻮ ﻷا

)

ﺞ ا

:

41

(

Artinya:

Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. (QS, Al Hajj:41)

Dan Quran surat At Taubah Ayat 60 yang berbunyi:

      

24

Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 224-225. 

25

Abujamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama (Jakarta: Emerald, 2009), h. 309-310. 

26

Samsul Rijal Hamid, Buku Pintar Agama Islam (Jakarta: Penebar Salam, 1997), h. 436. 


(30)

  21

ﺎ إ

تﺎ ﺪ ا

ءاﺮ

آﺎ او

او

ﺎﻬ

ﺔ ﺆ او

ﻬ ﻮ

ﻰ و

بﺎ ﺮ ا

رﺎ او

ﻰ و

ﷲا

او

ا

ﺔ ﺮ

ﷲا

ﷲاو

)

ﺔ ﻮ ا

:

60

(

Artinya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS, At Taubah:60)

Ayat-ayat tersebut menerangkan tentang kewajiban membayar zakat bagi yang mampu kepada para kaum yang telah ditentukan. Pada bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan tidak dibenarkan fakir miskin yang berkeliaran untuk mengemis, karena sejak masuk bulan Ramadhan kaum muslimin sudah dibenarkan mengeluarkan zakat fitrahnya. Pembayaran zakat yang disebut dengan Zakat Fitrah yaitu berupa gandum atau beras dalam jumlah yang telah ditentukan untuk setiap anggota keluarga yang langsung diberikan kepada kaum fakir miskin. Untuk kaum fakir miskin yang mendapatkan zakat lebih dari umat Islam yang memberikan zakat kepadanya, ia pun diwajibkan untuk membayar zakat kepada kaum fakir miskin yang lainnya. Sehingga pada waktu itu tidak ada umat Islam yang menderita merasa kekeurangan masih meminta-minta dan mengemis.

Pada malam sebelum Hari Raya Idul Fitri, umat muslim beramai-ramai mengumandangkan takbir atau biasa disebut dengan takbiran, untuk menyambut hari kemenangan karena pada sebelumya umat Islam telah


(31)

berjuang melakukan puasa sebulan penuh yang didalamnya terdapat banyak ragam kegiatan-kegiatan keruhanian. Dalam Al-Quran dikatakan:

اﻮ ﻜ و

ةﺪ ا

اوﺮ ﻜ و

ﷲا

آاﺬه

ﻜ و

نوﺮﻜ

)

ﺮ ا

:

185

(

Artinya:

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(QS, Al-Baqoroh:185)

Takbir tersebut berbunyi27:

"

ﷲا

ﺮ آأ

ﷲأ

ﺮ آأ

ﷲا

ﺮ آأ

,

إﻻ

ﻻإ

ﷲا

ﷲاو

ﺮ آأ

,

ﷲا

ﺮ آأ

ﷲو

ﺪ ا

"

Artinya:

“Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar, tiada Tuhan selain Allah dan Allah maha besar, Allah maha besar segala puji hanya bagi Allah”

Kegiatan bertakbir dilakukan di mushola-mushola atau di masjid-masjid dengan diiringi irama tabuhan bedug, Disyariatkan pula bagi kaum muslimin untuk mengucapkan takbir dengan suara keras dijalan ketika menuju mushola untuk melaksanakan sholat Idul Fitri (sholat Ied).

Pada pagi harinya, umat Islam bersama-sama, berbondong-bondong dan beramai-ramai menuju mushola ataupun masjid-masjid untuk melaksanakan sholat Ied. Meskipun bentuknya sholat sunnah namun umat Islam wajib melaksakan sholat tersebut sebagai syiar Islam dan berkumpulnya

      

27


(32)

  23

       

manusia pada hari itu lebih besar jumlahnya dari hari jumat. Disyariatkan juga pada hari itu untuk bertakbir seperti yang telah dijelaskan di atas28.

Setelah melaksanakan sholat Ied, umat Islam bersama-sama saling mengunjungi keluarga, kerabat, para tetangga dan teman-teman untuk bersillaturrahmi dan saling maaf memaafkan, dosa-dosa mereka yang disengaja maupun yang tidak terhadap sesama harus bisa dimaafkan atau yang biasa dikenal dengan sebutan Minal Aidin Wal Faizin, Mohon Maaf Lahir dan Batin dan juga mengucapkan Selamat Hari Raya idul Fitri. Membuka lembaran baru dengan mengoreksi diri dari prilaku mereka di tahun lalu. Karena dengan hal tersebut, minimal umat-umat Islam bisa mengurangi dosa-dosanya dari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan terhadap sesamanya, dengan saling memaafkan penuh dengan rasa ketulusan, keikhlasan dan kasih sayang.

Hal itu akan terasa sangat menyentuh, dan rasa bersatunya umat Islam di samping itu juga karena adanya Hari Raya Idul Fitri hari kemenangan umat Islam. Bagi kerabat khususnya yang mempunyai rizki lebih atau mempunyai pendapatan yang lebih dari para kerabat yang lain biasanya saling menyisihkan rezekinya dengan memberikan uang dan makanan. Untuk para pegawai-pegawai yang mempunyai atasan biasanya diberikan Tunjangan Hari Raya (THR) yang berupa uang, baju-baju baru dan makanan.

 

28


(33)

A. Pengertian Hari Natal

Tanggal 25 Desember adalah tanggal perayaan Hari Natal bagi umat Kristiani. Banyak sekali pengertian tentang Hari Natal (Natal), namun pada dasarnya mempunyai makna dan tujuan yang sama. Mayoritas umat Kristen mengartikan Hari Natal dengan mengingat kembali hari kelahiran Yesus.

Kata Natal adalah kata yang sangat umum, tetapi jika disebut Hari Natal, maka konotasinya ialah Hari Kelahiran Jesus, pada tanggal 25 Desember. Oleh umat Nasrani, perayaan Hari Natal dirayakan secara khidmat dan kebesaran baik di dalam gereja ataupun di rumah-rumah1.

Secara bahasa kata Natal berasal dari bahasa Latin yang berarti

”lahir”. Sedangkan menurut istilah, Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingatri hari kelahiran Isa Al Masih yang mereka sebut Tuhan Yesus2. Dalam kamus bahasa Inggris, kata Natal sama dengan Kata Christmas yang artinya Mass of Christ atau disingkat dengan Christ-Mass, diartikan sebagai hari untuk merayakan kelahiran “Yesus”.

Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus3. Namun, tidak ada yang tahu pasti tanggal berapa tepatnya hari lahir Kristus, kebanyakan orang Kristen memperingati Hari       

1

Abujamin Roham, Ensiklopedi Lintas Agama (Jakarta: Emerald, 2009), h. 535.  2

Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara / LPKN), h. 704 

3

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 610. 


(34)

  25

Natal pada tanggal 25 Desember4. Karena pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja untuk mengikuti perayaan keagamaan khusus. Selama masa perayaan Natal berlangsung, sudah menjadi tradisi jika gereja-gereja dihias dengan semewah dan semegah mungkin pada saat seperti ini, dengan menyertakan palungan bayi5 dan umat Kristen saling bertukar kado dan saling memberi hadiah-hadiah, menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon Natal yang bisa terbuat dari apapun6.

Dalam kamus bahasa Inggris kata Natal adalah Christmas7 berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ

(Misa Kristus). Natal juga diartikan telah lahir atau telah dilahirkan, kata Natal ini berasal dari kata Latin yaitu “Natus”. Pada konteks Kristiani, Natal berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan kelahiran Kristus. Dalam arti yang lebih sempit, Natal adalah perayaan kelahiran Yesus di Bethlehem dua ribu tahun yang lalu.

Sebenarnya Natal merupakan hari raya keagamaan bagi umat Kristiani, awalnya hari tersebut bukan merupakan hari libur resmi. Namun, karena kebanyakan orang Amerika Serikat adalah orang Kristen, hari itu adalah hari di saat kebanyakan bisnis tutup dan hari di mana paling banyak pekerja, termasuk karyawan pemerintah, diliburkan. Pulang ke rumah (termasuk pulang kampung) merupakan kebiasaan yang sangat dihormati8.

      

4

Save M. Dagun, h. 704  5

Abujamin Roham, h. 535.  6

Michael Keene, Agama-Agama Dunia (Yogyakarta: Kanisius, 2006), h. 114.  7

Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Indonesia Inggris (Jakarta: PT. Gramedia, 1989),h. 385. 

8

Marsana Windu, Tuntunan Cepat dan Lengkap Memahami Natal (Yogyakarta: Tabora Media, 2006), h. 17. 


(35)

Selain dari tradisi yang sangat bersifat keagamaan, Natal sudah menjadi tradisi dunia, karena perayaan Natal juga dilakukan oleh orang-orang non-Kristen, misalnya di Jepang, China dan negara-negara lainnya juga merayakan Natal sebagai hari untuk bersenang-senang.

Karena perayaan Natal sudah menjadi tradisi dunia, umat Kristen menyikapi hal tersebut dengan cara yang berbeda, bukan sekedar tradisi, melainkan harus benar-benar menghargai karya keselamatan Yesus Kristus yang diawali dengan kelahiran-Nya.

“Kelahiran Yesus Kristus adalah sebagai berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf ternyata Ia mengandung dari roh kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri”. “Dan Karena Ia diperingatkan dalam mimpi, supaya jangan kembali kepada Herodes. Maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain” (Mat. 1:18 & Mat. 2:12), dan “Kebangkitan-Nya sebagai lambang kemenangan-Nya atas maut” (Mat. 28:1-10).

Kesemua tugas ini telah dijalankan-Nya dengan sempurna, oleh karena itu semua umat Tuhan harus menghargainya9.

B. Asal Mula Hari Raya Natal

Perayaan Hari Natal mempunyai sejarah dan asal-usul yang berkaitan dengan kelahiran Yesus Kristus, meskipun pada kenyataannya tidak ada yang tahu pastinya kapan Yesus lahir. Kelahiran Yesus itu merupakan peristiwa yang unik namun begitu sakral untuk umat Kristiani, karena dia adalah Allah namun rela merendahkan diri menjadi sama dengan manusia dengan cara

      

9

Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” (Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009), h. 28. 


(36)

  27

meminjam rahim seorang perawan yang bernama Maria10 dan lahir seperti seorang bayi biasa dan lahir ke dunia ini. Bedanya adalah Ia lahir bukan dari benih fana antara benih perempuan dan laki-laki, melainkan Ia lahir dari Roh Kudus (Roh Allah) sendiri11.

“Tetapi ketika Ia mempertimbangkan maksud itu, Malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: ‘Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang ada di dalam kandungannya adalah dari roh kudus’”. (Mat. 1:20)

Menurut umat kristiani di dalam Al-Kitab sendiri tidak ada pernyataan tentang tanggal hari kelahiran Yesus, Al-Kitab hanya menyatakan bahwa telah lahir seorang putra dari seorang perawan (Maria) yang bernama Yesus Kristus. Kemungkinan besar Yesus sebenarnya tidak lahir pada tanggal 25 Desember, hal ini dibuktikan dengan cerita tentang para gembala yang sedang menggembalakan hewan peliharaan mereka. Pada bulan Desember hingga Januari, daerah Timur Tengah justru mengalami musim dingin, sehingga sangat tidak masuk akal untuk menggembalakan hewan pada waktu-waktu tersebut. Namun, umat Kristiani tetap mempercayai perayaan Hari Natal adalah hari kelahiran Yesus12.

      

10

Gadis perawan yang dipilih oleh Allah untuk melahirkan Sang Juruselamat, ia adalah perempuan yang kuat dan tegar walaupun ia merasa di hina dan dilecehkan oleh para sebagian tetangganya karena telah hamil namun tidak dalam keadaan menjadi seorang istri, akan tetapi ia menyambut ini dengan bersyukur kepada Allah, karena ia mengetahui bahwa bayi yang ia lahirkan adalah Yesus Kristus (Sang Juruselamat) yang akan menyelamatkan umat manusia dari dosa. Perempuan ini merefleksikan kegembiraannya dengan nyanyian syukur karena Allah telah memperhatikan hamba-Nya yang dianggap hina. Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” (Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009), h. 29. 

11

Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan” (Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009), h. 28. 

12


(37)

Awal perayaan Natal berasal dari kebudayaan bangsa Romawi. Orang Romawi sekitar abad ke-10 sebelum Yesus lahir (Sebelum Masehi) mengenal hari lahirnya Dewa Matahari yang diperingati tiap 25 Desember dengan sebutan ‘Saturnalia’. Hari itu dianggap sebagai ‘The Winter Saltice’, dimana matahari berada di titik yang paling jauh dari khatulistiwa13.

Saat matahari memperpanjang kekuatan untuk naik dalam titik balik perjalanan tahun. Saat itulah beberapa daerah di Eropa menjadi siang sepanjang hari tanpa mengalami datangnya malam. Hal itu bertepatan dengan tanggal 25 Desember. Pada proses itulah perayaan Saturnalia dirayakan dengan berpesta pora, hura-hura, mabuk-mabukan, dan berbagai ritual amoral. Mereka menganggap bahwa ini adalah keajaiban alam yang dapat dibuat sang matahari. Itu sebabnya matahari dipuja sebagai Dewa Matahari14.

Perayaan yang diselenggarakan oleh non-Kristen dan semua orang Kristen ini berasal dari ajaran Gereja Kristen Katolik Roma. Tetapi, timbul pertanyaan-pertanyaan dari manakah mereka mendapatkan ajaran itu. Sebab Natal itu bukan dari ajaran Bible (Alkitab), dan Yesus pun tidak pernah memerintah para muridnya untuk menyelenggarakannya. Perayaan yang masuk dalam ajaran Kristen Katolik Roma pada abad ke empat15 ini adalah berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dalam Catholic Encyclopedia, edisi 1911, dengan judul “Christmas”, ditemukan kalimat yang tertulis sebagai berikut: “Natal bukanlah di antara upacara-upacara awal Gereja” bukti awal menunjukkan bahwa pesta tersebut berasal dari Mesir.       

13

Sahabat Gembala, h. 14.  14

Abujamin Roham, h. 535.  15


(38)

  29

Perayaan ini diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.

Umat Kristen pun mengakui bahwa perayaan Natal memang berasal dari sebuah tradisi yang seringkali di lakukan oleh bangsa Romawi yaitu merayakan hari kelahiran Dewa Matahari. Seperti yang kita ketahui, bahwa pada masa Romawi Kuno adalah sudah menjadi tradisi untuk menghormati dewa dan sukar untuk ditinggalkan oleh masyarakat Romawi yang sudah menjadi Kristen. Hal tersebut menjadi pengaruh yang besar untuk bangsa-bangsa yang lain yang terus mengikuti tradisi yang mereka lakukan.

Kemudian gereja memiliki keinginan yang sangat kuat, untuk mengambil alih dan merubah tradisi bangsa Romawi yang mereka anggap kafir yang terkenal dengan ungkapan Dies Natalis Invicti (hari raya kelahiran Dewa Matahari yang tak terkalahkan), yaitu meluruskan kejadian itu dengan memberikan pemahaman serta gagasan kepada umat beriman untuk menjauhi sebuah tradisi yang mereka anggap kafir dan gereja menggantinya dengan misteri kelahiran Yesus sebagai sang matahari sejati yang menerangi setiap insan16.

Menurut umat Kristiani pada masa itu, apakah salah bila perayaan Natal dimaknai dengan arti kelahiran Yesus bagi umat manusia. Karena lebih baik memaknainya secara rohani sehingga tidak membuat bangsa Romawi menyimpang dari ideologi atau maksud kelahiran Yesus Kristus.

      

16

Bosco da Cunha O. Carm, Merayakan Karya Penyelamatan Dalam Kerangka Tahun Liturgi (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hal. 59. 


(39)

Alkisah Natal berasal dari Injil Santo Lukas dan Santo Matius dalam Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri kepada para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di mana Yesus berada.

Catatan pertama peringatan Hari Natal adalah tahun 336 Sesudah Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember. Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (bukan Kristen) pada saat itu.

Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan saling tukar-menukar hadiah17. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Hari Natal. Pada akhir tahun 300-an M agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi.

Di tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an.

Gerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi, banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. Pada tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di       

17

Stan D. Wijaya, Hari Demi Hari Mempersiapkan Natal (Yogyakarta: Kanisius, 1995), h. 25. 


(40)

  31

Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali kepada kebiasaan semula.

Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari Natal, yaitu menghias pohon Natal18 dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinterklas) menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Sejak tahun 1900-an, perayaan Hari Natal menjadi semakin penting untuk berbagai bisnis.

Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (bukan Kristen) pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan saling tukar-menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal.

Pada konteks Kristiani, Natal berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan kelahiran Kristus. Dalam arti yang lebih sempit, Natal adalah perayaan kelahiran Yesus di Bethlehem duaribu tahun yang lalu. Hampir di semua negara, hari Natal (25 Desember) menjadi hari libur nasional. Menurut penanggalan Gereja Katolik Roma sendiri, Natal adalah satu dari enam hari Pesta utama di samping Sikumsisi (tahun baru), Kenaikan Tuhan, Pesta Maria diangkat ke Surga (15 Agustus), Hari Raya Semua Orang Kudus (1 November) dan Perayaan Santa Maria dikandung tanpa noda (8 Desember).

      

18


(41)

Demikianlah asal usul “Christmas – Natal” yang dilestarikan oleh dunia Barat sampai sekarang. Walaupun namanya diubah menjadi selain Sun-day, Son of God, Christmas dan Natal, pada hakikatnya sama dengan merayakan hari kelahiran dewa Matahari19. Yang menjadi dasar teologinya adalah, secara singkat dapat di katakan bahwa perayaan Natal menggaris bawahi misteri kedatangan Yesus Kristus putra Allah dalam rupa daging yang secara konkret dilahirkan oleh santa perawan Maria di Betlehem.

Gereja mengajak seluruh umatnya untuk memandang dan terus mengingat kehadiran Yesus secara manusiawi yang mengasihi umatnya dan berharap umatnya terbebas dari segala dosa-dosanya. Sehingga Natal mempunyai makna kasih khususnya untuk umat Kristiani20. Hal ini yang menjadi dasar theologi terjadinya perayaan Hari Natal yang terus dikembangkan oleh umat Kristiani dan turut diramaikan oleh orang-orang yang ikut merayakannya.

C. Waktu Pelaksanaan Hari Raya Natal

Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen katolik pada abad ke-4M. Peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Di mana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.

Pelaksanaan Hari Natal tidak memerlukan sistem penanggalan seperti layaknya sistem penentuan Hari Raya Idul Fitri dalam agama Islam ataupun       

19

Abujamin Roham, h. 535.  20


(42)

  33

Hari Raya Imlek dalam agama Khonghucu. Karena perayaan Hari Natal selalu dilaksanakan pada tanggal 25 Desember dalam setiap tahunnya21 yang dianggap sebagai hari lahirnya Yesus Kristus. Walaupun pada dasarnya masih belum diketahui kapan tepatnya Yesus Lahir, namun hal ini tidak menghalangi umat Kristiani untuk melaksanakan perayaan Hari Natal yang telah diadopsi dari kisah-kisah sejarah Natal.

Tanggal 25 Desember merupakan hari yang sangat penting bagi umat Kristiani, karena disamping memperingati hari kelahiran Yesus, banyak sekali kegiatan-kegiatan yang ada dalam hari tersebut. Terlebih lagi dalam rangka mempersiapkan perayaan Hari Natal.

Walau bagaimanapun itulah kepecayaan dan keyakinan umat Kristiani, yang meyakini bahwa perayaan Hari Natal adalah sebagai peringatan hari kelahiran Yesus. Oleh karena itu, dalam perayaan Hari Natal banyak sekali gereja-gereja yang memasang dekorasi tentang kelahiran Yesus. Sampai pada saat ini perayaan Hari Natal akan terus dilestarikan oleh masyarakat dan umat Kristiani di seluruh dunia.

D. Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Natal

Hari Natal adalah hari yang sangat penting bagi umat Kristiani, karena dalam perayaan tersebut umat kristiani bisa saling berbagi kasih dan sayang terhadap sesama22. Pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja dengan gaya dan busana yang berbeda dari hari-hari biasa untuk mengikuti perayaan       

21

Andar Ismail,h. 27.  22


(43)

keagamaan khusus. Selama masa Natal, mereka saling bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon Natal23.

Sebagaimana layaknya hari-hari besar agama lainnya, Natal dirayakan dengan semeriah mungkin. Lagu-lagu Natal dan Ornamen Natal dengan pohon Natalnya yang khas telah dipajang di gereja-gereja, pusat-pusat perbelanjaan, perkantoran dan lain sebagainya jauh-jauh hari sebelum Natal itu sendiri tiba, maka semarak Natal pun mulai terasa. Hal ini sangat terasa sekali maknanya ketika saling mengucapkan Selamat Hari Natal serta saling memberikan kado-kado ataupun hadiah-hadiah yang telah disiapkan sebelumnya. Dan memang acara yang paling penting dari seluruh kegiatan Natal adalah “The Christmas Shopping Season – Musim Belanja Natal” yang dilakukan dengan cara membeli dan tukar menukar hadiah24. Peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi. Sebagian besar tradisi Natal berasal dari tradisi pra-Kristen barat yang diadopsi ke dalam tradisi Kristiani.

Bagaimanapun sederhananya sebuah acara ibadah Natal, pasti berbeda dengan ibadah biasa. Lagi pula bukan hanya gereja yang menyelenggarakan ibadah Natal, perusahaan atau organisasi pelayanan juga membuat acara Natal, karena rasanya tidak enak kalau tidak merayakannya. Dengan demikian umat Kristen bisa mengikuti perayaan Natal berkali-kali dalam waktu sehari mulai dari Natal dalam gereja, kantor, pertokoan, pusat-pusat perbelanjaan, kelompok arisan atau kelompok sejenis lainnya, karena ada panitia khusus

      

23

Article From Bulletin, Natal Bukan Sekedar Pesta : Toleransi Kehidupan Beragama

(2007), h. 26.  24


(44)

  35

yang dibentuk jauh-jauh hari sebelumnya, dengan alokasi dana khusus dan acara yang khusus pula.

Menurut informasi di Amerika, seminggu sebelum Natal adalah minggu-minggu tersibuk dalam dunia perbelanjaan karena untuk mempersiapkan parayaan Hari Natal. Sepanjang tahun toko-toko besar meraup 70% keuntungan tahunannya hanya selama sebulan yaitu satu bulan menjelang Natal. Natal menjadi penting bukan hanya karena alasan-alasan keagamaan melainkan juga karena alasan ekonomi dan budaya yang sudah menjadi tradisi untuk merayakannya dengan suka cita.

Di negara Malaysia, salah satu negara muslim juga ada di antara mereka yang beramai-ramai mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk hari Natal, mulai dari memasang berbagai pernak-pernik atau hiasan-hiasan di dalam atau di luar gedung-gedung, mall, rumah-rumah, pertokoan, pusat perbelanjaan, departmen store, restauran dan di tempat lainnya didekor sedemekian rupa hanya untuk menarik minat customer dan para turis dan ikut serta meramaikan perayaan Natal saja25.

Memang pada seminggu sebelumnya, mayoritas umat Kristen telah menyiapkan berbagai persiapan dan kebutuhan-kebutuhan, seperti membeli kado-kado yang akan diberikan kepada orang spesial, menyiapkan tempat-tempat untuk berlibur, menyiapkan berbagai alat peribadatan untuk persiapan malam Natalnya dan juga menyiapkan pernak-pernik untuk digantungkan dalam pembuatan pohon Natal. Tradisi saling memberi dan bertukar kado

      

25


(45)

berasal dari tradisi Barat yang ditandai dengan bertukar hadiah antara teman dan anggota keluarga serta datangnya Santa Claus atau Sinterklas26.

Sinterklas adalah ciptaan seorang pastur yang bernama “Santo Nicholas” yang hidup pada abad ke empat Masehi27. Santo Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember. Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak wanita miskin. Untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan dengan kebiasaannya saat malam Natal, anak-anak diajari dan disuruh menggantungkan kaos kaki di dinding dekat ruangan perapian. Karena pada esok harinya, kaos kaki tersebut penuh dengan hadiah-hadiah berupa mainan atau kotak makanan. Selain hadiah tersebut, juga terdapat sebatang pohon Natal yang dihiasi bunga-bunga kertas berwarna perak dan emas.

Di pohon ini pula, aneka rupa hadiah untuk anak-anak bergelantungan di dahannya dan berserakan di bawahnya. Menurut para orang tua, semua hadiah Natal itu dibawa oleh Sinterklas atau Santa Clause yang telah datang di malam hari, melalui cerobong asap perapian. Semua cerita itu dianggap penuh dengan kepercayaan dan keyakinan, karena hal tersebut merupakan sebuah tradisi dan kebiasaan yang harus diterima.

Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai pada abad ke-16 di Jerman. Pemasangan pohon Natal yang umumnya itu dari pohon

      

26

Stan D. Widjaya, h. 23.  27


(46)

  37

cemara, atau mengadaptasi dari bentuk pohon cemara28. Saat penduduk Jerman menyebar ke berbagai wilayah termasuk Amerika, mereka pun kerap memasang cemara yang tergolong pohon evergreen untuk dekorasi Natal di dalam rumah. Dari catatan yang ada, orang Jerman di Pennsylvania Amerika Serikat memajang pohon Natal untuk pertama kalinya pada tahun 1830-an.

Pohon Natal bukanlah suatu keharusan di gereja maupun di rumah, sebab ini hanya merupakan simbol agar kehidupan rohani kita selalu bertumbuh dan menjadi saksi yang indah bagi orang lain. Pohon Natal ini juga melambangkan "hidup kekal", sebab pada umumnya di musim salju hampir semua pohon rontok daunnya, kecuali pohon cemara yang selalu hijau daunnya29.

Pemasangan pohon Natal dari pohon cemara, baik asli maupun yang terbuat dari plastik, di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi pemandangan yang indah menjelang Natal. Salah satu yang terbesar dari pohon itu disebut “Mistletoe” yang dipakai pada saat perayaan musim panas, karena mereka harus memberikan persembahan suci kepada matahari, yang telah memberikan mukjizat penyembuhan.

Selanjutnya waktu menjelang Natal yaitu pada waktu malam Natal. Karena pada dasarnya malam Natal adalah hari raya keagamaan, hari tersebut tidak dianggap sebagai hari libur resmi. Gereja-gereja mengadakan perayaan pada malam itu. Orang-orang memperhatikan gua Natal (replika dari kandang domba tempat Yesus lahir, dengan patung-patung Yesus, Maria, Yosef,       

28

Ismail Andar, Selamat Natal: 25 Karangan Tentang Natal (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1981), h. 31. 

29


(47)

gembala-gembala dan hewan-hewan) sambil menyanyikan lagu-lagu Natal30, seperti:

“Jingle bells, jingle bells, jingle all the way! Oh what fun it is to ride in a one horse open sleigh”, atau juga “Dashing through the snow in a one horse open sleigh o'er the hills we go laughing all the way bells on bobtail ring making spirits bright what fun it is to ride and sing a sleighing song tonight”.

Namun biasanya pada saat beribadah dimalam Natal ada lagu-lagu khusus yang dinyanyikan dengan khidmat secara seksama untuk memberikan puji-pujian dan mengagungkan kebesaran-Nya sebagai rasa syukur atas segala yang telah diberikan_nya, layaknya orang-orang bershalawat dalam agama Islam.

Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa Adven memuncak pada Misa tengah malam atau peringatan keagamaan lain pada malam sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia. Masa Natal berakhir pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja Kristen Barat, Epifani adalah datangnya para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut umat Kristen Timur, hari tersebut adalah perayaan pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12 hari setelah Hari Natal31.

Pada malam itu Orang-orang dewasa minum eggnog, semacam susu telur madu, yaitu campuran krim, susu, gula, telur kocok dan brandy (semacam minuman beralkohol) atau rum. Menurut kisahnya, pada malam Natal, Santa Claus menaiki kereta salju penuh hadiah, ditarik oleh delapan       

30

Article From Bulletin, Natal Bukan Sekedar Pesta: Toleransi Kehidupan Beragama

(2007), h. 45.  31


(48)

  39

       

ekor rusa kutub. Santa Claus lalu terbang menembus awan untuk mengantarkan hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh dunia. Untuk mempersiapkan kunjungan Santa, anak-anak Amerika mendengarkan orangtuanya membacakan The Night Before Christmas (Malam Sebelum Natal) sebelum tidur pada Malam Natal. Puisi tersebut dikarang oleh Clement Moore di tahun 1832.

Keesokan harinya tibalah perayaan Hari Natal, semua umat Kristiani bergegas bersiap-siap untuk merayakan Hari Natal32 saling mengucapkan Selamat Natal, dan saling memberikan dan bertukar kado, ada juga yang sudah siap membuka kado karena pada malam harinya ada yang membuat kejutan untuk para anak-anak, kekasih dan keluarga. Ada juga yang berangkat ke gereja untuk beribadah kepada Tuhan Yesus, ada juga yang berangkat berlibur bersama keluarga. Semuanya sangat terasa sekali keindahan Natal yang penuh dengan kasih dan sayang.

 

32

Ipphos, Umat Katholik dan Protestan Merayakan Natal Bersama (Jakarta: PN, 1947), h. 7. 


(49)

PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI DALAM AGAMA ISLAM DAN HARI NATAL DALAM AGAMA KRISTEN

A. Makna Hari Raya Idul Fitri

Sebagai hari raya keagamaan, Idul Fitri mempunyai kedudukan yang tinggi bagi umat Islam yang mengandung makna keruhanian1. Hal ini dilihat dari pengertian Idul Fitri serta dari semua tata cara pelaksanaan pada waktu menjelang Idul Fitri seperti menjalankan ibadah puasa ramadhan sebulan penuh untuk menahan segala hawa nafsu sampai waktunya untuk berbuka, dan di dalam bulan tersebut terdapat sebuah malam Lailatul Qadar yaitu malam yang terbaik dari seribu malam dan pada bulan tersebut menjelang hari raya tiba umat Islam di wajibkan untuk membayar zakat yang dinamakan dengan zakat fitrah2 dan pada malam menjelang Idul Fitri umat Islam beramai-ramai mengumandangkan takbir dengan penuh semangat kemenangan3 sebagai rasa keberhasilannya yang telah melewati ujian untuk menahan hawa nafsu dengan melakukan berpuasa wajib di bulan suci ramadhan.

Makna keruhanian yang pertama dari perayaan Hari Raya Idul Fitri adalah sebagai tanda terima kasih atau rasa syukur umat Islam kepada Allah Yang Maha Esa, karena pada dasarnya manusia telah diberikan nikmat yang       

1

Nurcholis Majid, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 128. 

2

Cyril Glase, h. 158.  3

Hannan Hoesin Bahannan h. 223. 


(50)

  41

tidak terbatas dan tidak ternilai harganya. Umat Islam bisa saling berbagi kasih dan sayangnya dengan bentuk saling memberi dan saling mengungkapkan perasaan maaf dan memaafkan.

Idul Fitri merupakan kelanjutan dari puasa dan zakat4, yang sama-sama mengandung makna pembersihan jiwa seseorang, umat Islam bisa kembali pada fitrahnya yaitu saat manusia baru dilahirkan, jiwanya yang bersih suci dan tidak ada dosa. Fitrah adalah sifat yang digunakan untuk mensifati semua yang ada (di dunia) sewaktu awal penciptaannya5. Karena puasa mengandung makna sebagai pembersihan jiwa seorang muslim dengan berbagai godaan yang berbentuk hawa nafsu, sedangkan zakat adalah sebagai pembersihan diri jiwa seorang muslim dari harta yang mereka miliki dengan cara memberikan sebagian hartanya dalam bentuk apapun sesuai yang telah ditentukan.

Makna fitrah sebagai suatu “sifat”6. Sifat di sini berlaku untuk semua makhluk di alam raya. Misalnya malaikat memiliki sifat (fitrah) yang baik, taat, bertasbih, dan tidak pernah melanggar aturan Allah Swt. sedangkan syaitan berfitrah sebagai mahluk yang buruk dan durhaka. Manusia berfitrah sebagai makhluk yang memiliki semua fitrah yang dimiliki oleh semua apa yang ada di alam raya ini.

Menurut Muthahari, fitrah merupakan bawaan alami. Artinya sifat – fitrah merupakan sesuatu yang melekat dalam diri manusia (bersifat bawaan)       

4

Nurcholis Majid, h. 129.  5

Abu al-Baqa Ayyub ibn Musa al-Husain, al-Kulliyat : Mu’jam Fi Mustalah Wa al-Furuq al-Lugowiyah (Beirut : Muassasah al-Risalah, 1992), h. 698. 

6


(51)

dan bukan sesuatu yang diperoleh melalui usaha. Manusia mengatahui bahwa dirinya mengetahui apa yang dia ketahui. Artinya dalam diri manusia terdapat sekumpulan hal yang bersifat fitrah7.

Idul Fitri merupakan satu momen bagi kehidupan manusia guna memperbaiki posisinya dalam mengurangi perjalanan hidup di dunia yaitu, bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Perayaan Idul Fitri memang melambangkan upaya manusia untuk menyadari fitrahnya sekaligus menyadari betapa Maha Besarnya Allah, Maha Suci dan Maha Perkasa. Jadi orang-orang beriman menangkap makna Idul Fitri sebagai hari kemanusiaan universal yang suci. Manusia adalah suci, dan harus berbuat suci kepada sesamanya8.

Pada perayaan Hari Raya Idul Fitri dilaksanakan, umat Islam melakukan sebuah tradisi sungkem khususnya antar keluarga. Hal tersebut mempunyai makna agar dosa-dosanya bisa hilang dan dihapuskan dengan saling maaf dan memaafkan dengan penuh rasa keikhlasan. Selain kepada keluarga juga kepada para kerabat, sahabat, teman, guru serta para warga yang ada di sekitarnya. Dengan itu, di hari setelah perayaannya umat Islam bisa melakukan introspeksi diri dengan membenahi sifat-sifat yang buruk dan merubahnya untuk menjadi yang lebih baik.

Dosa-dosa yang telah diperbuat baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja bisa hilang antar sesama dengan saling memaafkan, karena manusia sifatnya hidup secara sosial jadi acap kali tanpa sengaja manusia       

7

Murtadha Muthahhari, h. 20.  8


(52)

  43

melakukan kesalahan antar sesamanya baik dari perkataan dan perbuatan. Ini akan sangat membekas sekali rasanya untuk umat Islam pada waktu merayakan Hari Raya Idul Fitri.

Dari makna yang serba ruhani sebagai kelanjutan dan buah keruhanian selama Ramadhan, Idul Fitri melimpahkan hikmahnya kepada segi-segi kehidupan sosial yang luas dan sangat bermakna. Sejak simbolisme zakat fitrah yang merupakan rasa setia kepada sesama manusia dan kemanusiaan, sampai kepada tradisi maaf-memaafkan, halal-bihalal dan mudik untuk menyatu kembali dengan keluarga, Idul Fitri memberi bekal keruhanian baru kepada masyarakat untuk menempuh hidup selama setahun mendatang9.

Idul Fitri mempunyai dimensi sosial yang sangat besar khususnya dimensi kekeluargaannya. Pada hari itu, semua merasakan dorongan yang sangat kuat untuk bertemu dengan ayah, ibu, anak, kakek, nenek, saudara-saudara yang lain, masyarakat dan kampung halamannya untuk bersama-sama merayakan Hari Raya Idul Fitri10.

Memasuki datangnya Hari Raya Idul Fitri aktivitas dan mobilitas masyarakat semakin meningkat, khususnya dalam rangka mempersiapkan diri untuk merayakan hari yang dinanti-nantikan tersebut. Bagi mereka yang bekerja mencari nafkah di luar kota yang jarang sekali utnuk pulang dan bertemu dengan keluarganya, pasti merasa ingin pulang dan bertemu dengan keluarganya. Begitu juga sebaliknya, bagi keluarga yang ditinggalkan saudaranya untuk bekerja dan mencari nafkah diluar kota, sangat       

9

Nurcholis Majid, h. 137.  10


(53)

mengharapkan kepulangan saudaranya dengan selamat sampai tujuannya untuk bertemu dan bersama-sama merayakan Hari Raya Idul Fitri. Karena hanya dengan suasana keakraban dalam kekeluargaan dan bermasyarakat itu Idul Fitri dapat dirasakan sepenuh-penuhnya dengan makna yang sangat dalam dan berarti.

Pada hari itu umat Islam saling berbagi kebahagiaan, berbagi kasih dan berbagi perhatiannya sebagai kelonggaran terhadap sesamanya terutama untuk orang-orang fakir dan kerabat-kerabat keluarga mereka. Para dermawan menyisihkan sebagian hartanya untuk saling berbagi dengan penuh keikhlasan.

Di berbagai tempat perusahaan atau perindustrian, menjelang hari itu ada yang mempunyai program berbagi kasih dengan memberikan santunan kepada orang-orang fakir dan anak-anak yatim yang berupa makanan, pakaian dan lain sebagainya. Akan sangat berkesan sekali di hati manusia ketika ia bisa saling berbagi.

Sebelum hari Idul Fitri dilaksanakan, umat Islam juga diwajibkan untuk membayar zakat fitrah. Hal tersebut juga mengandung makna sosial yang tinggi, karena bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri tiba, tidak ada lagi orang-orang yang meminta atau mengemis untuk mencukupi kebutuhannya karena umat Islam sudah bersama-sama diwajibkan untuk membayar zakat fitrah untuk saling melengkapi kebutuhannya.

Selain itu Idul Fitri juga mempunyai makna perekonomian yang sangat besar sekali bagi masyarakat khususnya bagi para orang-orang yang mencari penghasilan dengan berjualan berbagai macam kebutuhan pokok pada


(1)

  60

Kedua hari raya ini mempunyai makna-makna yang sama dan sedikit perbedaan esensi makna keagamaan dan keruhanian bahwa keduanya sama-sama mempunyai makna kembali namun esensi dari arti kembali tersebut berbeda karena Idul Fitri adalah kembalinya umat Islam kepada jiwa yang fitrah seperti seorang bayi yang bari di lahirkan yang bersih dan suci jiwanya, sedangkan Hari Natal adalah kembali kepada kasih Allah yang telah merelakan dirinya untuk berinkarnasi menjadi manusia untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa. Yang menarik adalah kesamaan dan kemiripan berbagai literatur sosial dan perekonomian.


(2)

A. Kesimpulan

Pengertian dan makna perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal tersebut, terlihat sekali keunikan dari beberapa persamaan-persamaannya. Setelah menganalisa dari berbagai sudut pandang dalam perayaan kedua hari raya tersebut, ada beberapa kebenaran yang sifatnya begitu mirip antara keduanya, karena pada dasarnya kedua perayaan ini mempunyai dasar theologi yang sama dan perayaannya dibesarkan dengan sisi yang sama yaitu dengan dimensi sosial.

Hal ini telah didapatkan dari data-data atau sumber-sumber kepustakaan. Adapun persamaan-persamaan dari kedua hari raya tersebut adalah sebagai berikut:

1. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal sama-sama mempunyai sejarah asal mula perayaannya, keduanya menjadi dasar theologi terjadinya perayaan-perayaan tersebut.

2. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal pada dasarnya mempunyai makna rasa syukur terhadap Tuhannya.

3. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal tersirat sebuah makna keruhanian dan keagamaan yang sama yaitu mempunyai makna kembali, tetapi esensi dari makna kembali tersebut berbeda.

4. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal sangat terlihat sekali dimensi sosialnya yang sangat tinggi, oleh karena itu keduanya mengandung makna sosial.


(3)

  62

Hal ini juga yang membesarkan kedua perayaan tersebut menjadi semakin marak dan menggembirakan.

5. Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal juga sisi perekonomiannya sangat tinggi oleh karenanya kedua perayaan tersebut mempunyai makna perekonomian.

B. Saran

Pengertian dan makna Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal begitu sangat luas. Beberapa di dalamnya mengandung makna keruhanian dan keagamaan untuk para umat yang merayakannya. Hal yang terpenting adalah bagaimana seseorang menjiwai makna keruhanian tersebut yang ditambah dengan makna sosial, agar selalu terciptanya hidup yang harmonis, hidup yang beriman, saling menghargai dan menghormati, saling mengasihi dan menyayangi sehingga manusia dalam menjalani roda kehidupannya akan terasa lebih berarti dan bermakna.

Selanjutnya, karena penulisan ini untuk memberikan gambaran dan pengetahuan namun karena terlalu luas dan banyak pembahasan mengenai Hari Raya Idul Fitri dan Hari Natal baik dari segi keruhanian atau keagamaan, sosial dan ekonomi, penulis merasa belum sempurna dalam menyelesaikan skripsi ini, karena kesempurnaan adalah hanya milik sang kholik. Jadi apa bila ada berbagai kekurangan di dalam penulisan ini harap untuk memakluminya. Jika ingin mengetahui lebih jelasnya mengenai pembahasan dalam penulisan ini harap untuk mencari informasi dan bahan-bahan tulisan yang digunakan


(4)

Bahannan, Hanan Hoesin, Dkk, Tuntunan Ibadah Ramadhan dan Hari Raya, Maktabah Salafy Press, 2002.

Bungin, Burhan, Metode penelitian Kulaitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Carm, Bosco da Cunha O., Merayakan Karya Penyelamatan Dalam Kerangka Tahun Liturgi, Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Dagun, Save M., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara / LPKN).

Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.

Echols, Jhon M., dan Shadily, Hasan, Kamus Indonesia Inggris, Jakarta: PT. Gramedia, 1989.

Al-Ghazali, Imam, Ihya Ulumuddin, Lebanon: Daar al-Manar, 1997. Glase, Cyril, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999. Hamid, Samsul Rijal, Buku Pintar Agama Islam, Jakarta: Penebar Salam, 1997. Hamka, Tuntunan puasa, Tarawih dan Idul Fitri, Jakarta: Pustaka Panji Mas,

1993.

Al-Husain, Abu al-Baqa Ayyub ibn Musa, Al-Kulliyat: Mu’jam Fi al-Mustalah Wa al-Furuq al-Lugowiyah, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1992.

Iman, Muis Sad, Pendidikan Partisifatif: Menimbang Konsep Fitrah Dan Progresivisme John Dewey, Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2004.

Ipphos, Umat Katholik dan Protestan Merayakan Natal Bersama, Jakarta: PN, 1947.

Ismail, Andar, Selamat Natal, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985.

Al-Jaziri, Abdurrahman, Fiqh Madzahib al-Arba’ah-Dalilun Masyru’iyyatun Sholat al-‘Idain, Kairo: Daar Al-Hadist, tt.

Keene, Michael, Agama-Agama Dunia, Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Madjid, Nurcholish, Dialog Bersama Cak Nur Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah Puasa, Nuzulul Quran,Lailatul Qadar, Zakat dan Idul Fitri, Jakarta: Paramadina, 2000.


(5)

  64

Madjid, Nurcholish, Tiga Puluh Sajian Ruhani: Renungan di Bulan Ramadhan, Bandung: Mizan, 1999.

Munawwir, DKK, Azas-Azas kepemimpinan Dalam Islam, Surabaya: Usaha Nasional, tth.

Muthahhari, Murtadha, Fitrah, Jakarta: Lentera, 2008.

Nasir, Mohammad, Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.

Pemuda Gereja kreatif, Theologi of Prosperity in Christmas, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009.

Pemuda Gereja kreatif, Natal, Eksklusif dan Glamour, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2009.

Qardhawi, Yusuf, Fiqih Shiyam: Puasa Menurut Al-Quran dan As-Sunnah, Jakarta: Islamuna Press, 1996.

Roham, Abujamin, Ensiklopedi Lintas Agama, Jakarta: Emerald, 2009.

Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab dan Rukyat: Telaah Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani, 1996.

Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: PT. Amythas Publicita, 2007.

Salim, Abdu Al-Rasyid, Bidayat al-Anam Bisyarhi Bulugh al-Marom, Darul Ittihad, 2001.

Suyuti, Ahmad, Nuansa Ramadhan: Puasa dan Lebaran, Jakarta: Pustaka Amani, 1996.

Windu, Marsana, Tuntunan Cepat dan Lengkap Memahami Natal, Yogyakarta: Tabora Media, 2006.

Wijaya, Stan D., Hari Demi Hari Mempersiapkan Natal, Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Yaqub, Ali Musthafa, Islam Masa Kini, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.

_______Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka, 1990. _______Sahabat Gembala “Majalah Untuk Para Pelayan Tuhan”, Jakarta:


(6)

_______Mari Mewarnai : Menyambut Natal, Yogyakarta: Kanisius, 2000.

_______Sahabat Gembala: Natal Bukan Sekedar Tradisi, Jakarta: Yayasan Kalam Hidup, 2008.

Article From Bulletin, Natal Bukan Sekedar Pesta: Toleransi Kehidupan Beragama, 2007.