Jenis hijauan pakan pada peternakan kambing rakyat di Desa Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat

JENIS HIJAUAN PAKAN PADA PETERNAKAN KAMBING
RAKYAT DI DESA CIGOBANG, KECAMATAN
PASALEMAN, KABUPATEN CIREBON,
PROPINSI JAWA BARAT

SKRIPSI
DEWI RATNA SUMINAR

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN
Dewi Ratna Suminar. D24070068. 2011. Jenis Hijauan Pakan Pada Peternakan
Kambing Rakyat Di Desa Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten
Cirebon, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. M. Agus Setiana, M.S.
Pembimbing Anggota : Ir. Sudarsono Jayadi, MSc.Agr.
Cigobang merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Cirebon Timur.

Desa ini merupakan wilayah yang sebagian besar penduduknya mempunyai usaha
sampingan sebagai peternak kambing. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi
jenis hijauan pakan kambing lokal dan prospek meningkatan pemanfaatannya.
Penelitian dilaksanakan di peternakan kambing rakyat Desa Cigobang.
Ternak yang digunakan sebanyak 315 ekor. Untuk pemberian hijauan per hari
digunakan sampel 47 ekor kambing dari 5 orang peternak. Metode yang digunakan
adalah observasi langsung difokuskan pada pengamatan kandang kambing,
memprediksi komposisi botani di kandang ternak, menimbang hijauan pakan yang
diberikan pada ternak, menimbang ternak 148 ekor kambing dan wawancara dengan
peternak, dan pemotretan untuk dokumentasi. Analisis deskriptif diperoleh dari hasil
wawancara responden di lapangan dan data sekunder, analisis identifikasi hijauan
pakan sesuai dengan literatur, analisis komposisi botani “Dry Weight Rank”, dan
analisis daya tampung ternak dihitung dengan metode Nell dan Rollinson.
Terdapat tiga jenis kambing yang dipelihara yaitu kambing Peranakan
Ettawah (PE), Jawa Randu, dan Benggala. Jenis hijauan yang diberikan pada
kambing terbagi menjadi tiga yaitu rumput 1 spesies, legum 14 spesies, dan ramban
11 spesies. Spesies jenis rumput yaitu Imperata cylindrica Div., spesies jenis legum
yaitu Albizzia falcata BACKER, Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp,
Pterocarpus indicus WILLD., Arachis hypogaea LINN., Cassia siamea LAMK.,
Leucaena leucocephala LAMK., Sesbania grandiflora L. PERS., Centrosema

pubescens Benth., Calliandra calothyrsus Meissn., Trifolium repens LINN.,
Erythrina lithosperma MIQ., Shorea pinanga Scheff., Psophocarpus tetragonolobus
DC., Albizzia procera Benth., dan spesies jenis ramban yaitu Spondias lutea LINN.,
Moringa oleifera LAMK., Manihot utilissima POHL., Eugenia aquena BURM.f.,
Ceiba petandra GAERTN., Artocarpus heterophyllus LAMK., Mangifera indica L.,
Hibiscus rosa-sinensis LINN., Dendrophthoe pentandra (L.) Miq., Mutingia
calabura L., dan Lannea grandis ENGL.
Hijauan pakan potensial yang belum dimanfaatkan oleh peternak kambing di
Desa Cigobang terdapat 2 jenis yaitu rumput yang terdiri dari 14 spesies yaitu
Brachiaria subquadripara (Trin) A. Mitchc., Eleusine indica (L) Gaerta., Panicum
maximum JACQ., Eragrostis amabilis (L) Wight R. Arnott ex Nees., Eragrostis
brownii (kaath) Nees., Eulalia trispicata (schalt) Hanrard., Saccharum officinarum
LINN., Zea mays LINN., Fimbristylis miliacea (L.), Leptochloa chinensis (L.) Ness.,
Axonopus compressus (S.W.) Beauv., Brachiaria reptans (L.) Gardn & Hubb.,
Hymenachne acutigluma (Steud) Gilliland., Murdannia nudiflora (L.) Brenan., dan 8
spesies jenis ramban yaitu Sida rhombiflora PERS., Eupatorium odoratum L.,

Alstonia scholatis R. BR., Morinda citrifolia L., Cyperus compressus L., Cyperus
rotundus LINN., Cyperus kyllingia Endl., serta Lantana camara LINN.
Hasil analisis komposisi botani menunjukkan bahwa peringkat pertama

hijauan tertinggi yang diberikan pada kambing adalah legum dengan jumlah
frekuensi pemberian sebesar 87,68 %, disusul oleh ramban dengan frekuensi sebesar
12,17 % dan rumput sebesar 0,17 %. Berdasarkan hasil perhitungan KPPTR efektif
dapat diartikan bahwa kapasitas tampung ternak di Desa Cigobang masih dapat
ditambah ternak sebanyak 217,98 ST.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis hijauan pakan pada peternakan
kambing rakyat di Desa Cigobang secara garis besar terbagi menjadi tiga jenis yaitu
legum, rumput, dan ramban. Prospek yang paling tinggi untuk ditingkatkan
pemanfaatannya yaitu jenis legum.
Kata-kata kunci : rumput, legum, ramban, kambing, komposisi botani

ABSTRACT
Kind of Forages on Goats Breeding Farm In Cigobang Village, Pasaleman
Subdistrict, Cirebon Regency, West Java
Suminar, D. R., M. Agus Setiana, dan S. Jayadi
Cigobang is one of the village in east Cirebon where found goats breeding
farm. There are three kind of goats which are Peranakan Ettawah goat, Jawa Randu
goat, and Benggala goat. These goats eat all sorts forages and it were found three
kind forages which are legume, grass, and leaves for feed. The aim of this
experiment were identifying kind of goats forages and the prospect to increase this

advantages. This experiment used descriptive analysis, composition of botany
analysis, and then Nell and Rollinson method. The results on composition of botany
showed that the first, second, and third rank kind of forages were Leucaena
leucocephala LAMK., Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp, and Sesbania
grandiflora L. PERS. respectively. The frequency of their were 21.98 %, 16.45 %,
and 9.82 % respectively. The result of Nell and Rollinson method was animal patch
capacity in Cigobang village could still intercept animals as many 217.98 animal
unit. The conclusion of this experiment were three kind of forages on Goats Breeding
Farm in Cigobang. They were legume, grass, and leaves for feed, but the highly
prospect to increase was legume.
Keyword: legume, grass, leaves for feed, composition of botany

JENIS HIJAUAN PAKAN PADA PETERNAKAN KAMBING
RAKYAT DI DESA CIGOBANG, KECAMATAN
PASALEMAN, KABUPATEN CIREBON,
PROPINSI JAWA BARAT

DEWI RATNA SUMINAR
D24070068


Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: Jenis Hijauan Pakan Pada Peternakan Kambing Rakyat Di Desa
Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa
Barat

Nama : Dewi Ratna Suminar
NIM

: D24070068


Menyetujui,
Pembimbing Utama,

Pembimbing Anggota,

( Ir. M. Agus Setiana, M.S. )
NIP: 19570824 198503 1 001

( Ir. Sudarsono Jayadi, MSc.Agr. )
NIP: 19660226 199003 1 001

Mengetahui:
Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

( Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. )
NIP: 19670506 199103 1 001

Tanggal Ujian : 26 Juli 2011


Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon, tepatnya di Desa Karangsembung Rt.01/03
Kecamatan Karangsembung Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat pada tanggal 29
September 1989 dari pasangan Bapak Sartono, Amd. dan Ibu Tati Nurhayati, SPd.
Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1994 di Sekolah Dasar
Negeri 3 Karangsembung dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan menengah
pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1 Karangsembung. Penulis melanjutkan pendidikan di
Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Cirebon pada tahun 2004 dan diselesaikan pada
tahun 2007.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2008. Penulis aktif dalam
organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak (HIMASITER) menjabat sebagai
staf biro nutrisi dan industri tahun 2008-2009. Penulis pernah mengikuti kepanitiaan
dalam acara IPB Goes to School menjabat sebagai panitia penilaian lomba essai

pertanian di Cirebon tahun 2008. Penulis bersama teman satu tim pernah
mendapatkan dana dari DIKTI untuk PKM Kewirausahaan yang berjudul “ Kue Putu
Berprotein Hewani sebagai Investasi Kecerdasan Bangsa” pada tahun 2008. Penulis
juga aktif dalam Organisasi Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC) sebagai ketua divisi
IKCers family periode 2007-2009.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana peternakan.
Skripsi dengan judul “Jenis Hijauan Pakan Pada Peternakan Kambing Rakyat
Di Desa Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa
Barat”. Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari sampai April 2011 di Desa
Cigobang. Skripsi ini disusun atas dasar kondisi yang terjadi seperti yang
digambarkan. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui jenis hijauan
pakan yang diberikan pada kambing di Desa Cigobang dan memberikan masukan
mengenai perbaikan pakan pada peternak sehingga dapat memilih hijauan pakan

yang sesuai untuk ternaknya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
sumbangan

pemikiran

terhadap

penulisan

skripsi

ini

diharapkan

dapat

menyempurnakannya. Semoga hasil yang tertuang dalam skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk semua

pihak yang membutuhkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah ikut berperan dalam penelitian sampai penyelesaian penulisan skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN……………………………………………………………......

i

ABSTRACT………………………………………………………………....

iii

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………

iv


LEMBAR PENGESAHAN…………………………………..………..…….

v

RIWAYAT HIDUP………………………………………………………….

vi

KATA PENGANTAR……………………………………………………….

vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………...

viii

DAFTAR TABEL…………………………………………………………...

x

DAFTAR GAMBAR…………………………………………...…………...

xi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………...

xii

PENDAHULUAN……………………………………………………….…..

1

Latar Belakang…………………………………………………….....
Tujuan………………………………………………………………..

1
2

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………..

3

Kambing……………………………………………………………...
Kambing Peranakan Ettawa (PE)…………………………….
Kambing Jawa Randu………………………………………..
Kambing Benggala……………………………………….......
Hijauan Tropis……………………………………………………….
Rumput……………………………………………………….
Legum………………………………………………………..
Hijauan Pakan Alami………………………………………………...
Rumput Lapang….…………………………………………...
Gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp.)……………
Lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.)…………………
Nangka (Artocarpus heterophyllus LAMK.)………………...
Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn)………………….
Hijauan Pakan Budidaya……………………………………………..
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schum)…………….
Rumput Jewawut Mutiara {Pennisetum typhoides (Burm. f.)
Stapf dan C. E. Hubb. >< Pennisetum purpureum Schum}….
Rumput Ruzi (Brachiaria ruziziensis R. Germ)……………..
Herbarium……………………………………………………………
Komposisi Botani Hijauan Pakan……………………………………
Metode Nell dan Rollinson…………………………………………..

3
3
4
5
6
7
7
8
8
8
8
9
9
9
9
10
10
11
11
11

MATERI DAN METODE…………………………………………………...

12

Lokasi dan Waktu Penelitian..…………………………..……….......

12

Materi………………………………………………………………...
Peralatan……………………………………………………...
Ternak………………………………………………………..
Bahan Herbarium…….………………………………………
Metode……………………………………………………………….
Pelaksanaan Penelitian…………………...………..........……
Jenis dan Sumber Data..……………………………………...
Pembuatan Herbarium…..…………………………………...
Penimbangan Hijauan dan Konsumsi……………...………...
Identifikasi Hijauan…...……………………………………...
Analisis Data…………………………………………………………
Analisis Deskriptif……………...……………………………
Analisis Komposisi Botani Hijauan Pakan…………………..
Analisis Kapasitas Daya Tampung Nell dan Rollinson……...

12
12
12
12
12
12
13
13
14
14
14
14
14
15

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN…………………………...

16

Letak Geografi Kabupaten Cirebon………………………………….
Topografi Kabupaten Cirebon……………………………………….
Iklim Kabupaten Cirebon…………………………………………….
Keadaan Umum Sektor Peternakan Kabupaten Cirebon……………
Letak Geografis dan Sosial Ekonomi………………………………..

16
16
16
17
17

HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………...

19

Kondisi Umum Peternakan di Desa Cigobang………………………
Penggunaan Lahan di Desa Cigobang……………………………….
Karakteristik Peternak……………………………………………….
Pemeliharaan Kambing………………………………………………
Performa Kambing…………………………………………………...
Pola Penyediaan Hijauan Pakan……………………………………...
Kualitas dan Kuantitas Hijauan Pakan………………………………
Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Desa Cigobang……..
Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Cigobang……………………
Konsumsi Hijauan Pakan…………………………………………….
Kapasitas Daya Tampung Ternak Nell dan Rollinson………………

19
20
21
23
24
24
24
25
26
31
32

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………...

33

Kesimpulan…………………………………………………………..
Saran…………………………………………………………………

33
33

UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………...

34

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..

35

LAMPIRAN………………………………………………………………….

38

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Peranakan Ettawah..…

4

2.

Rata-Rata Produksi dan Reproduksi Ternak Kambing Jawa
Randu.................................................................................................

5

3.

Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Benggala…………......

6

4.

Populasi dan Produksi Ternak di Kabupaten Cirebon….................

17

5.

Populasi Ternak di Desa Cigobang………………………………..

19

6.

Populasi Kambing di Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon..

20

7.

Jenis Penggunaan Lahan di Desa Cigobang ………………………

21

8.

Peternak Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan……………....

21

9.

Pekerjaan, Penghasilan, dan Jumlah Tanggungan Peternak…….....

22

10.

Rataan Bobot Badan Tiap Jenis Kambing………………………….

24

11.

Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Desa Cigobang……

25

12.

Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Cigobang………………….

27

13.

Rata-Rata Konsumsi Hijauan Segar Kambing di Desa Cigobang….

31

14.

Jumlah Rataan Konsumsi Jenis Hijauan……………………………

31

15.

Konversi Lahan Garapan di Desa Cigobang terhadap Padang
Rumput Permanen berdasarkan Metode Nell dan Rollinson……….

32

Hasil Perhitungan Nell dan Rollinson di Desa Cigobang…………..

32

16.

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Jenis Hijauan Pakan Legum di Desa Cigobang................................

28

2.

Jenis Hijauan Pakan Rumput di Desa Cigobang ….....…………....

29

3.

Jenis Hijauan Pakan Ramban di Desa Cigobang………....………..

30

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Peta Wilayah Desa Cigobang, Kabupaten Cirebon……...………...

39

2.

Kondisi Jumlah Ternak Tiap Peternak………………….…………

39

3.

Gambar Jenis Legum Hijauan Pakan di Desa Cigobang….……….

40

4.

Gambar Jenis Rumput Hijauan Pakan di Desa Cigobang…..…......

41

5.

Gambar Jenis Ramban Hijauan Pakan di Desa Cigobang..………..

42

6.

Gambar Jenis Kambing di Desa Cigobang………………...………

43

7.

Kondisi Peternakan Rakyat di Desa Cigobang…………………….

43

8.

Kapasitas Daya Tampung Ternak Metode Nell dan Rollinson...….

43

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sub sektor peternakan mempunyai peran besar dalam kegiatan perekonomian
pedesaan, dengan demikian perencanaan pembangunan sistem agribisnis peternakan
harus dimulai dari kejelasan indentitas dan potensi lokal yang akan dikembangkan.
Pengembangan usaha ternak ruminansia perlu memperhatikan tiga komponen utama
yang saling terkait, yaitu tersedianya lahan, ternak, dan pakan (Soedarjat, 2000).
Ternak lokal atau asli Indonesia merupakan salah satu kekayaan nasional yang tidak
kecil artinya, baik dilihat dari segi pendapatan, sumber protein hewani yang murah
dan mudah untuk diperoleh, maupun sumber tenaga kerja bagi petani di Indonesia.
Kabupaten Cirebon adalah suatu wilayah yang terletak di Jawa Barat yaitu
berada di sekitar pesisir Laut Jawa. Bagian utara merupakan dataran rendah dan
bagian barat daya berupa pegunungan yaitu lereng Gunung Ciremai. Sebagai daerah
pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon
biasa menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Sunda dan Jawa. Wilayah ini beriklim
tropis dengan cenderung tidak fluktuatif dan dipengaruhi oleh angin kumbang yang
bertiup relatif kencang, terkadang berputar dan bersifat kering. Tipologi kehidupan
masyarakat Cirebon dilihat dari sosial ekonominya yaitu bertani dan beternak.
Kambing merupakan ternak ruminansia terbanyak kedua setelah domba di
Kabupaten Cirebon. Populasi ternak kambing di Kabupaten Cirebon sebanyak 4.355
ekor (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Cirebon, 2009).
Dalam manajemen ternak, pakan merupakan kebutuhan yang paling tinggi
yaitu 60-70 % dari seluruh biaya produksi. Mengingat tingginya biaya tersebut maka
perlu adanya perhatian dalam penyediaan baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Tidak terkecuali bagi ternak ruminansia, dimana pakan yang diperlukan berupa
hijauan makanan ternak. Kebutuhan pokok konsumsi hijauan makanan ternak setiap
harinya kurang lebih 10 % dari bobot badan ternak.
Hijauan makanan ternak merupakan salah satu bahan makanan ternak yang
sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi
ternak kambing. Oleh sebab itu, hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan
makanan merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan kambing di daerah
Cirebon yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak.

1

Kebutuhan akan hijauan pakan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya
jumlah populasi ternak kambing yang dimiliki.
Cigobang merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Cirebon Timur
dengan luas wilayah 488,795 Ha dengan jumlah penduduk 4644 jiwa. Walaupun
iklim di wilayah ini panas dan tanahnya kering, akan tetapi tidak mempengaruhi
ketersediaan hijauan pakan ternak. Desa ini terletak di Kecamatan Pasaleman dan
diantara Desa di Kecamatan Pasaleman, Cigobang merupakan desa yang paling
banyak populasi ternak kambingnya.
Sebanyak 5% dari total kepala keluarga di Desa Cigobang mempunyai usaha
sampingan sebagai peternak kambing. Seluruh peternak memberikan pakan pada
ternaknya hanya hijauan pakan saja tanpa ada penambahan konsentrat sebagai pakan
penguat. Jenis hijauan yang paling banyak dimakan berasal dari famili Leguminosa,
Gramineae atau disebut rumputan, dan ramban atau hijauan dari pohon-pohonan. Hal
tersebut yang mendorong penelitian ini sebagai suatu usaha penambahan ilmu
pengetahuan dalam pengembangan peternakan yang berbasis pada sumberdaya
hijauan pakan lokal.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis hijauan pakan kambing
lokal dan prospek meningkatkan pemanfaatannya.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kambing
Kambing merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang telah dikenal
oleh masyarakat Indonesia. Populasi ternak kambing terus meningkat dari tahun ke
tahun. Hal ini terlihat dari populasi kambing pada tahun 2005 sebesar 13.409.277
ekor menjadi 15.655.740 ekor pada tahun 2009 (Direktorat Jendral Peternakan,
2010).
Kambing yang ada di Indonesia antara lain kambing kacang (menyebar
hampir diseluruh wilayah), kambing Peranakan Ettawah (banyak terdapat di pulau
Jawa), kambing Ettawah, kambing Kosta (banyak terdapat di propinsi Banten), dan
kambing Gembrong (terdapat di pulau Bali dengan populasi yang menurun)
(Heriyadi, 2001).
Bangsa kambing dapat dikelompokkan berdasarkan kegunaannya, yaitu
kambing penghasil daging, susu, dan bulu (mohair). Ada pula beberapa bangsa
kambing yang tergolong tipe dwiguna (dual purpose), seperti bangsa kambing
Peranakan Ettawah yang tergolong tipe daging dan susu (Heriyadi, 2004).
Kambing mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap iklim tropik yang
ekstrim, fertilitas tinggi, interval generasi yang pendek, serta kemampuan
memanfaatkan berbagai macam hijauan dengan efisiensi biologis yang lebih tinggi
dibandingkan sapi. Kambing juga mempunyai adaptasi tinggi, khususnya dari sisi
toleransinya terhadap berbagai jenis hijauan, mulai dari rumput-rumputan, legum,
rambanan, daun-daunan, sampai dengan semak belukar yang biasanya tidak disukai
oleh jenis ruminansia lain, seperti sapi perah, sapi potong, kerbau, dan domba
(Heriyadi, 2004).
Kambing Peranakan Ettawah (PE)
Kambing Peranakan Ettawah (PE) merupakan hasil persilangan antara
kambing Ettawah (asal India) dengan kambing Kacang. Kambing PE tipe dwiguna
yaitu sebagai penghasil daging dan susu. Ciri khas kambing PE antara lain bentuk
muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah
leher, telinga panjang, lembek menggantung, ujung tanduk agak melengkung,
tubuh tinggi, pipih, dan bulu paha panjang serta tebal. Warna bulu ada yang
tunggal, putih, hitam dan coklat. Kebanyakan terdiri dari dua atau tiga pola warna,

3

yaitu belang hitam, belang coklat, dan putih bertotol hitam (Pamungkas et al.,
2009). Karakteristik morfologik tubuh kambing Peranakan Ettawah disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Peranakan Ettawah
No

Uraian

1

Bobot/kg

2

Kambing Peranakan Ettawah
Betina

Jantan

40,2

60

Panjang badan/cm

81

81

3

Tinggi pundak/cm

76

84

4

Tinggi pinggul/cm

80,1

96,8

5

Lingkar dada/cm

80,1

99,5

6

Lebar dada/cm

12,4

15,7

8

Panjang telinga/cm

12

15

9

Tipe telinga

Jatuh

Jatuh

10

Panjang ekor/cm

19

25

Sumber: Pamungkas et al. (2009)

Kambing PE sangat menjanjikan untuk dikembangkan karena selain
produksi susunya tinggi, 990 g/hari dengan panjang masa laktasi 170 hari (Atabany
dan Ruhimat, 2004) juga mempunyai kemampuan untuk produksi daging.
Kandungan lemak susu sangat tinggi, dapat mencapai 4,15 % dan terdiri dari
trigliserida, phospolipid, dan kolesterol. Lemak susu yang tersusun oleh sekitar 60
asam lemak jenuh maupun tak jenuh merupakan komponen penting dalam kualitas
nutrisi susu kambing perah karena beberapa asam lemak tersebut memberikan
pengaruh yang positif pada kesehatan manusia seperti asam oleat dan linoleat yang
dapat memberikan efek cardioprotective pada kerja vascular antiartherogenic
(Bernard et al., 2005).
Kambing Jawa Randu
Kambing Jawa Randu merupakan kambing hasil persilangan antara
kambing Ettawah dan kambing Kacang, sifat fisik kacang lebih dominan. Baik
jantan maupun betina merupakan tipe pedaging. Ciri-ciri fisik kambing Jawa Randu
adalah bertanduk, telinga lebar dan terurai, bentuk tubuh lebih kecil dari kambing

4

Ettawah (Erlangga, 2009). Rata-Rata produksi dan reproduksi ternak kambing Jawa
Randu disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-Rata Produksi dan Reproduksi Ternak Kambing Jawa Randu
No.

Uraian

1

Bobot badan awal induk/bobot kawin (kg/ekor)

2

Konsumsi pakan induk kambing (kg/ekor/hari)

Rata-Rata Hasil
24,82

a. Hijauan

4,61

b. Pakan tambahan

0,59

3

Pertambahan bobot badan induk (g/ekor/hari)

81,80

4

Tingkat kebuntingan (%)

98,75

5

Bobot lahir (kg/ekor)

6

7

a. Tipe kelahiran tunggal jantan

2,60

b. Tipe kelahiran tunggal betina

2,50

c. Tipe kelahiran kembar dua jantan

2,33

d. Tipe kelahiran kembar dua betina

2,02

Pertambahan bobot badan anak (g/ekor/hari)
a. Tipe kelahiran tunggal jantan

90,21

b. Tipe kelahiran tunggal betina

73,21

c. Tipe kelahiran kembar dua jantan

60,29

d. Tipe kelahiran tunggal betina

51,39

Mortalitas anak pra sapih (%)

4,86

Sumber: Pasambe et al. (2003)

Kambing Benggala
Kambing Benggala diduga merupakan hasil persilangan kambing Black
Benggal dengan kambing Kacang. Kambing Benggala secara umum lebih besar
dari kambing Kacang, umumnya didominasi warna hitam dan sedikit berwarna
kecoklatan. Ciri khas dari kambing ini antara lain: bentuk telinga sedang, lurus ke
samping dan kira-kira sepertiga bagian ujung telinga jatuh seperti patah di ujung,
garis muka lurus tidak cembung seperti Peranakan Ettawah (PE), garis punggung
lurus, bulu rambut sedang menutup semua permukaan kulit tetapi tidak panjang
atau tebal dan tanduk tegal ke belakang (Pamungkas et al., 2009).

5

Kambing ini termasuk tipe pedaging (kambing potong) dan biasanya cukup
prolifik (jumlah anak sekelahiran lebih dari satu atau kembar). Kambing Benggala
mempunyai bentuk ambing yang cukup baik sehingga produksi susu relatif cukup
untuk kebutuhan anak walaupun kembar dua atau tiga pada saat pra sapih
(Pamungkas et al., 2009). Karakteristik morfologik kambing Benggala disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Benggala
Uraian

Umur
±6 Bulan

±9 Bulan

Induk

Jantan

13,8

18,9

37,9

40

50

57,2

72,8

77,3

Tinggi pundak

46,9

46,3

59

69,7

Tinggi pinggul

42,4

49,8

62,7

74

Lingkar dada

56,6

63,5

78,3

85,7

Lebar dada

42,6

52,4

62

66,6

Diameter dada

21

26,2

31

33,5

Panjang tanduk

1,8

6,4

15,2

14,3

Panjang telinga

14

13,5

18

27

Lebar telinga

4,8

5,9

6,3

6,8

Panjang ekor

16

9,7

13,2

15,5

Lebar ekor

5

5,6

4,8

6

Bobot (kg)
Panjang badan (cm)

Sumber: Batubara et al. (2007)

Hijauan Tropis
Hijauan tropis merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis
seperti di Indonesia. Hijauan tropis ini dapat berupa rumput, legum, dan hijauan
pohon (Wilkins, 2000). Hijauan ini menyebar merata di berbagai wilayah di
Indonesia dan memiliki karakteristik yang khas antara lain protein kasar tinggi,
serat kasar yang tinggi, kecernaan yang lebih tinggi, kandungan mineral dan
vitamin yang tinggi pula. Dengan karakteristik yang khas tersebut, hijauan ini dapat
dijadikan sebagai hijauan makanan ternak. Selain itu, hijauan ini juga mengandung
zat antinutrisi yang beragam seperti tanin, saponin, dan mimosin. Umumnya zat
antinutrisi ini terdapat di legum pohon, namun menurut McDonald et al.(2002)

6

menyatakan bahwa legum pohon juga dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas pakan ruminansia pada daerah tropis karena mengandung karbohidrat yang
mudah tercerna, terutama pada musim kemarau.
Rumput
Rumput

terutama

sesuai sebagai tanaman

makanan ternak untuk

penggembalaan maupun digunakan sebagai hijauan potongan karena beberapa
sebab, yaitu: (1) tumbuhnya batang-batang baru dengan jalan membentuk tunastunas (tillering) merupakan cara penyembuhan terhadap akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh pemotongan atau penggembalaan. (2) jaringan-jaringan baru yang
dibentuk selama pertumbuhan terutama tumbuh pada pangkal daun sehingga kecil
kemungkinan menjadi rusak karena pemotongan atau penggembalaan. (3) banyak
rumput yang mampu mempertahankan pertumbuhan vegetatif terus-menerus dan
hanya terhenti pada musim kering atau musim dingin. (4) banyak rumput
berkembangbiak dengan rhizoma atau stolon yang dengan mudah membentuk akarakar tambahan sehingga permukaan tanah dapat cepat tertutup. (5) sistem
perakarannya mengikat partikel-partikel tanah dan membentuk jalinan (sod) serta
mangangkut zat-zat hara ke lapisan permukaan yang telah tercuci oleh hujan lebat
kedalam tanah (McIlroy, 1976).
Legum
Legum adalah salah satu hijauan pakan ternak yang mengandung protein
lebih tinggi daripada rumput, tanaman ini umumnya responsif terhadap pemupukan
fosfat karena dibutuhkan untuk pertumbuhan perakaran dan aktivitas fiksasi nitrogen
(Sumarsono, 2002). Legum selain digunakan sebagai pakan ternak, juga berfungsi
sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) dan pendukung kesuburan tanah melalui
fiksasi nitrogen (N2). Fungsi legum dibagi menjadi 3 macam yaitu: (1) sebagai bahan
pangan dan hijauan pakan ternak (Papilionaceae): kacang tanah (Arachis hipogeae),
kacang kedelai (Glycine soya), kacang panjang (Vigna sinensis); (2) sebagai hijauan
pakan ternak (Mimosaceae): kacang gude (Cayanus cayan), kalopo (Calopogonium
muconoides), sentro (Centrosoma pubescens) dan (3) multi fungsi (pakan, pagar,
pelindung, penahan erosi): Gliricidia maculata, Albizzia falcata. Kandungan nilai
protein dari tanaman leguminosa sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman

7

rumput-rumputan. Selain itu, leguminosa juga mempunyai kandungan serat kasar
yang lebih rendah dibanding rumput sehingga kecernaannya akan lebih tinggi.
Hijauan Pakan Alami
Rumput Lapang
Rumput lapang adalah pakan yang sudah umum digunakan oleh peternak
sebagai pakan utama ternak ruminansia. Rumput banyak disekitar sawah atau
ladang, pegunungan, tepi jalan, dan semak-semak. Rumput ini tumbuh liar
sehingga memiliki mutu yang kurang baik untuk pakan ternak (Aboenawan, 1991).
Rumput lapang adalah campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya
tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah, namun
rumput lapang merupakan hijauan yang mudah didapat, murah, dan pengelolaannya
mudah. Rumput mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat bagi ternak seperti
lemak, bahan ekstrak tanpa-N, serat kasar, mineral (terutama phosphor dan garam
dapur), dan vitamin (Wiradarya, 1989).
Gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp)
Tanaman yang berasal dari Amerika Tengah ini, di Indonesia lebih dikenal
dengan nama gamal. Daun gamal dapat digunakan sebagai hijauan makanan ternak
yang memiliki kandungan nutrien yaitu protein kasar (PK) 24,7 %, neutral
detergent fibre (NDF) 31, 8%, dan acid detergent fibre (ADF) 20,4%. Daun gamal
memiliki zat antinutrisi berupa saponin, tanin, kumarin, dan asam fenolat (Wood et
al., 1998). Pemanfaatan daun gamal sebagai sumber pakan ruminansia sangat
memungkinkan dan beralasan, mengingat tanaman gamal dapat tumbuh dengan
baik pada tanah yang kurang subur, tahan terhadap kekeringan dan produksi
hijauan tinggi. Daun gamal dapat dimanfaatkan sebagai pakan basal ternak
kambing (FAO, 2004).
Lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.)
Lamtoro dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Lamtoro memiliki zat
antinutrisi berupa mimosin. Apabila mimosin diberikan pada ruminansia dalam
kadar yang tinggi dapat menjadi racun bagi mikroba rumen sehingga dapat pula
menurunkan produksi asam amino (McDonald et al., 2002). Lamtoro yang banyak
digunakan sebagai makanan ternak yang terkenal merupakan tanaman semak tegak

8

perennial mempunyai karangan bunga berbentuk bola (subfamilia Mimosaideae)
dengan banyak bunga berwarna putih yang akan menghasilkan polongan biji yang
panjangnya 11-17 cm berbentuk pipih dan berwarna coklat mengandung 12-25 biji
berwarna coklat mengkilat dan tiap kilogram berat biji mengandung 21.000-28.000
butir biji. Tanaman ini menyerbuk sendiri. Lamtoro mengandung PK 24, 3%; ADF
21,5%; NDF 31,8%; dan tanin 14,8 mg/g BK (Baba et al., 2002).
Nangka (Artocarpus heterophyllus LAMK.)
Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon dan penyebarannya di
daerah tropis sudah menyeluruh seperti di Indonesia. Daun nangka dapat digunakan
sebagai hijauan makanan ternak. Daun ini memiliki PK 15,9%; ADF 38,4%; NDF
49,6%; dan tanin 6,1 mg/g BK (Baba et al., 2002).
Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn)
Palmer et al. (1995) menunjukan bahwa daun Calliandra calothyrsus Meissn
memiliki nilai pakan yang tinggi untuk ternak, khususnya sebagai sumber protein.
Kaliandra memenuhi kurang lebih 30% kebutuhan kambing, biri-biri, dan ternak
lainnya. Ternak akan tumbuh lebih baik bila disuplementasi dengan kaliandra
dibandingkan hanya diberi rumput. Tingkat suplementasi yang baik adalah 30% dari
total ransum karena pemberian yang lebih tinggi akan merugikan.
Kambing dilaporkan mempunyai kemampuan mencerna tanin karena
memiliki enzim tannase pada mukosa ruminal. Pencampuran kaliandra dengan daun
yang tidak memiliki tannin seperti Sesbania glandiflora juga dilaporkan berguna
untuk mengurangi tannin pada kaliandra (Lowry, 1990).
Hijauan Pakan Budidaya
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schum)
Nilai gizi rumput gajah sebagai hijauan makanan ternak ditentukan oleh zatzat makanan yang terdapat di dalamnya dan kecernaannya. Nilai gizi rumput gajah
dipengaruhi oleh fase pertumbuhan pada saat pemotongan atau penggembalaan.
Rumput gajah sebaiknya dipotong pada fase vegetatif, untuk menjamin pertumbuhan
kembali (regrowth) yang sehat dan kandungan zat-zat gizi yang optimal. Produksi
rumput gajah yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi kesenjangan
produksi hijauan pakan pada musim hujan dan musim kemarau. Untuk

9

memanfaatkan kelebihan produksi tersebut pada fase pertumbuhan yang terbaik,
maka dapat diawetkan dalam bentuk silase, karena rumput gajah merupakan bahan
pakan hijauan yang baik untuk dibuat silase. Tanaman ini merupakan tanaman
tahunan dengan sistem perakaran yang kuat, tumbuh tegak membentuk rumpun
dengan rhizome yang pendek. Umumnya batang tumbuh tegak mencapai tinggi 200600 cm, jumlah buku dapat mencapai 20 buku, diameter batang bagian bawah dapat
mencapai 3 cm. Panjang daun kira-kira 30-120 cm, dan lebar helai daun 10-50 mm.
Warna bunga kehijauan, kekuningan, kecoklatan, atau keunguan (Reksohadiprojo,
2000).
Rumput Jewawut Mutiara {Pennisetum typhoides (Burm. f.) Stapf dan C. E.
Hubb. >< Pennisetum purpureum Schum}
Rumput raja (Pennisetum purputhypoides Burm.) disebut juga “King Grass”
merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum)
dan jewawut mutiara {Pennisetum typhoides (Burm. f.) Stapf dan C. E. Hubb}.
Selanjutnya dinyatakan bahwa rumput raja mempunyai toleransi yang cukup tinggi
terhadap tempat tumbuhnya, tetapi tidak tahan terhadap naungan dan genangan air.
Rumput raja merupakan tanaman tahunan, tumbuh tegak membentuk rumpun.
Perakaran cukup dalam dan tingginya dapat mencapai 4 meter. Berbatang tebal, daun
lebar, dan panjang dibandingkan dengan rumput gajah. Pada daun banyak terdapat
bulu kasar dibandingkan dengan rumput gajah (Reksohadiprojo, 2000).
Rumput Ruzi (Brachiaria ruziziensis R. Germ dan C. M. Evrard)
Brachiaria ruziziensis R. Germ dan C. M. Evrard merupakan salah satu jenis
rumput yang memiliki fungsi ganda yang dapat dipakai oleh ternak (palatabilitas
tinggi) serta pertumbuhannya cepat, sehingga mampu bersaing dengan tanaman lain
seperti gulma/ tanaman liar di sekelilingnya. Disamping itu, tanaman ini tahan
terhadap kemarau sedang, sehingga menjadi salah satu pilihan potensial untuk
mendukung produksi kambing. Brachiaria ruziziensis R. Germ dan C. M. Evrard
sangat cocok untuk pakan kambing baik dalam pemeliharaan tradisional maupun
untuk usaha produksi secara komersial. Berdasarkan asumsi tingkat kebutuhan
pakan, maka daya tahan tampung lahan yang ditanami rumput ruzi terhadap kambing
dengan bobot tubuh rata-rata 25 kg sebesar 330/(15/ 100x 25)= 88 ekor kambing
dewasa/ha per tahun (Hutasoit et al. 2009).

10

Herbarium
Herbarium dapat diartikan sebagai koleksi kering spesimen tumbuhan yang
digunakan dalam penelitian maupun sebagai museum tumbuhan. Spesimen
tumbuhan yang telah dikeringkan ini menjadi sarana yang sangat penting untuk studi
tumbuhan dimasa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Pada masa
sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen tumbuhan yang
diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu, sebagai
sumber informasi dasar untuk para ahli taksonomi sekaligus berperan sebagai pusat
penelitian dan pengajaran, juga pusat informasi bagi masyarakat umum (Balai Taman
Nasional Baluran, 2004).
Komposisi Botani Hijauan Pakan
Analisis komposisi botani untuk menentukan persentase vegetasi yang dapat
dimanfaatkan oleh ternak. Analisis ini menggunakan metode Dry Weight Rank yaitu
dengan menaksir komposisi botani bahan kering tanpa melakukan pemotongan dan
pemisahan spesies hijauan (Mannetje dan Haydock, 1963).
Metode Nell dan Rollinson
Analisis kesesuaian lokasi dilakukan dengan melihat potensi hijauan dan
kapasitas tampung wilayah pengembangan ternak kambing di Desa Cigobang,
Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon. Untuk itu digunakan formula
perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merujuk
pada metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metode komparatif yang
membatasi diri hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau
ukurannya dalam laporan statistik.

11

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di daerah peternakan kambing rakyat di Desa
Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon pada bulan Februari sampai
dengan April tahun 2011. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja
dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan daerah peternak kambing rakyat
dalam skala kecil yang dikelola langsung oleh masyarakat sebagai usaha sampingan
dan memiliki potensi besar untuk penyediaan hijauan makanan ternak.
Materi
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan gantung,
karung, kertas koran, dan kamera. Peternak sebagai responden serta kuisioner yang
digunakan untuk mengetahui keterampilan peternak dan lingkungan pemeliharaan
kambing.
Ternak
Ternak yang digunakan adalah kambing yang terdiri atas kambing anak,
muda, induk, dan pejantan sebanyak 315 ekor. Untuk penimbangan ternak digunakan
sampel ternak sebanyak 148 ekor dan untuk mengetahui pemberian hijauan per hari
digunakan sampel sebanyak 47 ekor kambing dari 5 orang peternak.
Bahan Herbarium
Bahan untuk membuat herbarium adalah sampel hijauan pakan yang terdapat
di kandang yang masih segar dan rumput di daerah sekitar, serta alkohol 70%.
Metode
Pelaksanaan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung
difokuskan pada pengamatan kandang kambing, memprediksi komposisi botani di
kandang ternak, menimbang hijauan pakan yang diberikan pada ternak, menimbang
ternak dengan sampel setiap kandang. Wawancara dengan setiap peternak terkait
kondisi ternak, pakan, lingkungan, serta permasalahannya. Pemotretan untuk

12

dokumentasi situasi lapang dan sebagai pembanding dalam identifikasi hijauan
pakan.
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
didapat dari semua responden melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner
atau daftar pertanyaan yang disusun berdasarkan kriteria faktor penentu kambing.
Teknik observasi yaitu pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan
pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui fenomena atau gejala yang ada
pada objek-objek penelitian dan pengukuran langsung di lapangan (penimbangan
bobot badan, mengamati hijauan pakan yang diberikan dan memotret hijauan
tersebut, serta melakukan penimbangan hijauan yang diberikan peternak).
Data sekunder diperoleh dari bahan tertulis atau pustaka yang dapat dipercaya
dan berhubungan dengan penelitian berupa hasil penelitian dan data-data pendukung
lainnya yang diperoleh dari instansi yang terkait seperti kantor Desa Cigobang,
kantor Kecamatan Pasaleman, dan Dinas Peternakan Kabupaten Cirebon.
Data yang dikumpulkan meliputi keadaan umum Desa Cigobang,
karakteristik peternak responden, hijauan pakan yang digunakan, bobot badan ternak,
dan pemberian hijauan pakan per hari. Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental, karena dalam penelitian ini

tidak memberi perlakukan (kontrol)

terhadap subjek penelitian.
Pembuatan Herbarium
Metode yang digunakan dalam membuat herbarium hijauan pakan yaitu
dengan mengikuti metode Stone (1983) yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan dengan
bunga dan buah (fertil) diproses untuk spesimen herbarium. Setiap hijauan yang
diberikan peternak pada kambing dibuat koleksi (herbarium) kering. Pembuatan
herbarium kering yaitu dengan cara mengambil satu helai tiap jenis hijauan lalu
semprotkan alkohol 70 % pada seluruh bagian tanaman, kemudian ditempatkan pada
kertas koran yang ditutup secara rapat dan dipadatkan dengan menggunakan kardus,
lalu diikat dengan tali.

13

Penimbangan Hijauan dan Konsumsi
Hijauan segar yang diberikan pada ternak dipisahkan tiap jenisnya, kemudian
ditimbang satu per satu untuk mengetahui berapa proporsi tiap jenis hijauan yang
diberikan agar didapatkan hijauan apa saja yang dominan dikonsumsi oleh ternak.
Keesokan harinya menimbang sisa seluruh jenis hijauan yang diberikan dihari
sebelumnya agar dapat mengestimasi berapa banyak hijauan tersebut dimakan oleh
ternak. Penimbangan hijauan ini dilakukan selama lima hari pada lima orang
peternak.
Identifikasi Hijauan
Identifikasi dilakukan dengan mengamati tiap jenis hijauan yang telah dibuat
herbarium dan mencari nama latinnya dengan cara membandingkan ciri-ciri fisiknya
dengan text book terkait. Kemudian mencatat nama lokal dan nama latin serta
memisahkan antara jenis rumput, legum, dan ramban. Rumput merupakan hijauan
pakan dari familia gramineae, legum merupakan hijauan pakan dari familia
leguminoceae, sedangkan ramban merupakan hijauan pakan yang bukan berasal dari
familia gramineae dan leguminoceae.
Analisis Data
Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian diolah dengan rapi serta
dianalisis secara deskriptif, analisis identifikasi hijauan pakan, analisis komposisi
botani, dan analisis kapasitas tampung Nell dan Rollinson.
Analisis Deskriptif
Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan diolah
secara deskriptif meliputi gambarkan keadaan umum di lokasi penelitian,
karakteristik peternak yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman
beternak, dan tanggungan keluarga, karakteristik tata usaha peternakan, gambaran
kondisi dan keragaman hijauan pakan yang diberikan pada ternak, konsumsi hijauan,
meninjau pengaruh pemberian beragam hijauan pakan terhadap ternak pada
peternakan kambing rakyat di Desa Cigobang.
Analisis Komposisi Botani Hijauan Pakan
Menurut metode Dry Weight Rank Mannetje dan Haydock (1963), untuk
analisis komposisi botani, data ditabulasikan untuk mendapatkan perbandingan

14

antara spesies yang menempati tempat pertama, kedua dan ketiga. Kemudian angka
dikalikan dengan koefisien sebagai berikut: tempat pertama dikalikan 8;04; tempat
kedua dikalikan 2,41; dan tempat ketiga dikalikan 1. Metode ini dilakukan dengan
modifikasi pelemparan lingkaran di padang pastura diganti dengan kandang.
Analisis Kapasitas Daya Tampung Nell dan Rollinson
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merujuk pada
metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metoda komparatif yang
membatasi diri hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau
ukurannya dalam laporan statistik. Potensi penyediaan hijauan dari sumber-sumber
tersebut dikonversikan terhadap potensi padang rumput permanen setelah mengalami
serangkaian penelitian empirik dengan perhitungan sebagai berikut:
1.

Daya Dukung Lahan (ST)
Rumus

: Potensi HMT (BK) kg BK/Th
Konsumsi ternak/hari x 365 (Th)

Keterangan :
1. Potensi hijauan pakan dalam bentuk BK dengan satuan kg/tahun
2. Konsumsi atau kebutuhan ternak dengan satuan kg BK/ ST/hari
3. 365 hari=1 tahun
2.

Analisis KPPTR Efektif (ST) = Daya Dukung Lahan – Popriil
Keterangan: Popriil adalah populasi riil ternak ruminansia (ST) pada tahun
tertentu.

15

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Letak Geografi Kabupaten Cirebon
Letak geografis Kabupaten Cirebon berada pada lokasi antara 108º40’108º48’ Bujur Timur dan 6º30’-7º00’ Lintang Selatan. Luas daerah administrasi
mencapai 990,36 km2. Adapun jarak terjauh dari Barat ke Timur mencapai 54 km
dan dari Utara ke Selatan sepanjang 39 km. Ketinggian dari permukaan laut antara
0-130 m dpl, sehingga kondisi masyarakat dan ragam kependidikan akan
memberikan keragaman citra dan budaya. Kabupaten Cirebon secara administratif
memiliki 40 kecamatan yang terbagi atas 424 desa serta kelurahan. Kabupaten
Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak di
bagian timur serta merupakan batas sekaligus pintu gerbang dari Propinsi Jawa
Tengah (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten
Cirebon, 2009).
Topografi Kabupaten Cirebon
Letak daratan memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Dilihat dari
permukaan tanah atau daratannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, pertama
daerah dataran rendah umumnya terletak di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa,
sedangkan sebagian lagi termasuk pada daerah dataran sedang. Kawasan yang
merupakan pedataran dan merupakan lahan subur dengan ketinggian 10 meter dpl
hingga 200 meter dpl terletak di bagian tengah membentang dari Timur ke Barat
Kabupaten Cirebon. Kawasan pesisir dan pantai yang membentang dari Timur ke
Barat sepanjang 54 km. Wilayah yang berbatasan dengan pantai memiliki
ketinggian 0 hingga 10 meter dpl. Kawasan yang tingginya melebihi 200 meter dpl
terletak di bagian selatan dan wilayah yang memiliki ketinggian ≥ 300 meter dpl
topografinya bergelombang (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan
Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2009).
Iklim Kabupaten Cirebon
Berdasarkan analisis curah hujan sepuluh tahunan, diketahui musim
kemarau di Kabupaten Cirebon terjadi pada bulan April sampai September dan
musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai Maret. Curah hujan rata-rata
sebesar 316 mm per bulan, curah hujan tertinggi dan terendah masing-masing

16

adalah 809 mm dan 52 mm (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan
Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2009).
Keadaan Umum Sektor Peternakan Kabupaten Cirebon
Dilihat dari struktur perekonomian, sebagian besar penduduk Kabupaten
Cirebon bermata pencaharian di sektor pertanian secara luas, sedangkan sisanya
merupakan pedagang, buruh, pegawai negeri, dan pegawai swasta serta jenis
pencaharian lainnya. Jenis peternakan yang banyak diusahakan masyarakat baik
ruminansia maupun unggas yakni kambing, domba, sapi, kerbau, ayam, itik, dan
bebek (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten
Cirebon, 2009). Gambaran populasi dan produksi hewan ternak di Kabupaten
Cirebon secara rinci disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Populasi dan Produksi Ternak di Kabupaten Cirebon
No

Jenis Hewan Ternak

Populasi (ekor)

Produksi (kg)

1

Sapi potong

1.863

3.042,76

2

Kerbau

4.247

211,62

3

Kambing

4.355

10,64

4

Domba

154.551

3.834,96

5

Itik

288.582

2.056,40

6

Ayam potong

316.762

1.626,74

7

Ayam kampong

1.543.476

1.420,45

8

Ayam petelur

20.615

178,33

9

Itik petelur

288.582

2.167,55

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon (2009)

Letak Geografis dan Sosial Ekonomi
Desa Cigobang terletak di Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon. Desa
Cigobang berbatasan dengan Desa Waled (utara), Kabupaten Kuningan (selatan),
Desa Waled Kota (barat), dan Desa Cigobangwangi (timur). Desa Cigobang
merupakan

daerah

aliran Sungai

Cisanggarung

sehingga

potensial

bagi

pengembangan ternak ruminansia khususnya ternak kambing yang tahan terhadap
kondisi tanah yang kering.

17

Desa Cigobang merupakan wilayah dengan topografi datar dengan
ketinggian 20 m dpl. Curah hujan rata-rata di desa ini adalah 316 mm/bulan dengan
jumlah bulan hujan 6 bulan dari bulan Oktober-Maret. Suhu rata-rata Desa
Cigobang adalah 28-30ºC. Luas wilayah Cigobang yaitu 488,795 Ha dengan
jumlah penduduk 4644 jiwa (Kantor Desa Cigobang, 2010).
Ditinjau dari status kesejahteraan, masyarakat Desa Cigobang masih banyak
yang belum sejahtera yaitu sebanyak 537 jiwa. Hal ini disebabkan beberapa faktor
salah satunya adalah keterbatasan dalam segi ekonomi karena mata pencaharian
masyarakat Desa Cigobang rata-rata adalah petani kecil yang mengolah ladang milik
orang lain sehingga mendapat keuntungan kecil.

18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Peternakan di Desa Cigobang
Ternak kambing adalah ternak ruminansia yang mendomiasi atau paling
banyak dipelihara di Desa Cigobang karena disamping peternakan yang turuntemurun juga ternak kambing mampu beradaptasi dengan kondisi panas dan kering
seperti yang dijelaskan oleh Sutama (1994), potensi ternak kambing untuk
dikembangkan di lahan marginal sangat memungkinkan, hal ini disebabkan aktivitas
produksi ternak kambing di Indonesia dapat terjadi sepanjang tahun dan memiliki
karakter prolifikasi (beranak lebih da