Kinerja Produksi Belut Monopterus albus pada Media Budidaya yang Berbeda

KINERJA PRODUKSI BELUT Monopterus albus PADA MEDIA
BUDIDAYA YANG BERBEDA

BRILIAN PUTRA PERDANA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja Produksi
Belut Monopterus albus pada Media Budidaya yang Berbeda” adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Brilian Putra Perdana
NIM C14080036

ABSTRAK
BRILIAN PUTRA PERDANA. Kinerja Produksi Belut Monopterus albus pada
Media Budidaya yang Berbeda. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan YANI
HADIROSEYANI.
Belut Monopterus albus merupakan komoditas ikan air tawar Indonesia
yang habitat alaminya di lumpur sawah. Budidaya belut menggunakan media
lumpur selama ini belum memberikan hasil yang memuaskan, tidak efesien dan
susahnya pengamatan terhadap belut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kinerja produksi budidaya belut Monopterus albus pada budidaya di kolam terpal
dengan media yang berbeda, yaitu media lumpur, media air jernih, dan media air
jernih dengan tanaman air kapu-kapu Pistia stratiotes. Penelitian dilakukan di
Kolam Percobaan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Benih belut yang digunakan berukuran
23,26±0,40 cm/ekor dan 9,35±0,42 g/ekor, dipelihara dengan padat penebaran
30e/0,25 m2 dengan ketinggian air 7 cm dan sistem air mengalir. Benih dipelihara

selama 30 hari dan diberi pakan cacing tanah dengan jumlah 5% dari biomassa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan media mempengaruhi
kelangsungan hidup antara media air jernih (11,11±7,7%) dengan media lumpur
(31,11±1,92%) dan media dengan tanaman kapu-kapu (25,55±6,94%), tetapi tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan harian dan
laju pertumbuhan bobot mutlak benih belut. Berdasarkan kadar glukosa, belut
pada media lumpur mengalami penurunan kadar glukosa cenderung paling banyak
yaitu 28,78 mg/dL dari 58,78±10,79 mg/dL menjadi 30±4,71 mg/dL. Kandungan
kualitas nutrisi belut relatif sama walaupun pada akhir perlakuan secara umum
menunjukkan adanya kecenderungan penurunan kadar protein dan lemak, kecuali
pada perlakuan lumpur terjadi kenaikan protein 15,84%. Pemakaian media subtrat
lumpur dan media air jernih dengan tanaman air kapu-kapu memberikan hasil
yang terbaik.
Kata kunci : air jernih, belut, kelangsungan hidup, media budidaya, pertumbuhan

ABSTRACT
BRILIAN PUTRA PERDANA Production Performance of eel Monopterus albus
in Different Aquaculture System. Supervised by TATAG BUDIARDI and YANI
HADIROSEYANI.
Rice field eel Monopterus albus is live naturally in mud medium, however

rice field culture in this medium is ineffecient and difficult to observe the animal.
This research was conducted to determine the best production performance of
Monopterus albus on different aquaculture system, i.e aquaculture mud medium,
clear water and clear water with aquatic plants kapu-kapu Pistia startiotes. This
experiment was conducted at Department of Aquaculture, Faculty of Fisheries and
Marine Science, Bogor Agricultural University. The juvenile with average length
of 23,26±0,40 cm and weight of 9,35±0,42 g were reared in plastic layer ponds
with 7 cm water depth and using continuous water flow system. Fish density was

30 individu/0,25 m2 and reared for 30 days. During the rearing period, the fish
was fed using with earthworm at a level of 5% biomass once a day. The result
indicated that different medium significantly affected fish survival, i.e. clear water
system (11.11±7.7%) with mud medium (31.11±1.92%) and clear water with
aquatic plants (25.55±6.94%), but did not affect specific growth rate, daily weight
gain and length. According to blood glucose level, fish on mud medium showed a
decreased level of 28,78 mg/dL from 58,78±10,79 mg/dL to 30±4,71
mg/dL.Proximate analyses showed that protein and lipid levels were decreasing
except for fish that reared in mud medium. In conclusion, rice field eel culture
with mud substrate and clear water with aquatic plants resulted in the best
production performance

Keywords: clear water , culture system, eel, growth, survival

KINERJA PRODUKSI BELUT Monopterus albus PADA MEDIA
BUDIDAYA YANG BERBEDA

BRILIAN PUTRA PERDANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kinerja Produksi Belut Monopterus albus pada Media Budidaya

yang Berbeda
Nama
: Brilian Putra Perdana
NIM
: C14080036

Disetujui oleh

Dr Ir Tatag Budiardi, MSi
Pembimbing I

Ir Yani Hadiroseyani, MM
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah
kinerja produksi, dengan judul Kinerja Produksi Belut Monopterus albus pada
Media Budidaya yang Berbeda di Kolam Percobaan, Departemen Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tatag Budiardi MSi dan
Ibu Ir Yani Hadiroseyani MM selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan penelitian maupun penyusunan
skripsi, serta Ibu Yuni Puji Hastuti SPi MSi yang telah banyak memberi saran.
Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak atas segala doa dan kasih
sayang kepada kedua orang tua, ayahanda Sofran Nurozi , ibunda Lenda Hasrini,
adikku Mutiara Annisa, Muhammad Ilham dan juga kepada Nora Putri Sari yang
saya sayangi. Selain itu, ucapan terima kasih kepada M Raziansyah, rekanrekan BDP angkatan 45, SISTEK 45, teman-teman LKI, Nutrisi, Reproduksi,
Genetik, lingkungan, serta sobat KOTAK2 ikan atas bantuan dan dukungannya
dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Juli 2013
Brilian Putra Perdana

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

vi

PENDAHULUAN............................................................................................

1


Latar Belakang..............................................................................................

1

Tujuan Penelitian..........................................................................................

2

METODE.........................................................................................................

2

Waktu dan Tempat........................................................................................

2

Rancangan Percobaan...................................................................................

2


Prosedur Percobaan......................................................................................

2

Prosedur Analisis Data.................................................................................

5

HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................

5

Hasil..............................................................................................................

5

Pembahasan..................................................................................................

9


KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................

11

Kesimpulan...................................................................................................

11

Saran.............................................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

11

LAMPIRAN.....................................................................................................

13


RIWAYAT HIDUP..........................................................................................

17

DAFTAR TABEL
1. Komposisi proksimat benih belut Monopterus albus dalam 100 g bobot
basah pada perlakuan A, L, dan K di awal dan akhir masa
pemeliharaan..............................................................................................
2. Nilai kualitas air masing-masing perlakuan A, L dan K selama
pemeliharaan benih belut Monopterus albus.............................................

8
9

DAFTAR GAMBAR
1. Penyusunan media pemeliharaan, (a) subtrat lumpur (b) media air
jernih (c) media air jernih dengan tanaman air kapukapu...........................................................................................................
2. Derajat kelangsungan hidup benih belut Monopterus albus yang
dipelihara hingga hari ke-30 pada perlakuan A (Air), L (lumpur), K
(Kapu-kapu)...............................................................................................
3. Pertumbuhan panjang mutlak benih belut Monopterus albus yang
dipelihara hingga hari ke-30 pada perlakuan A (Air), L (lumpur), K
(Kapu-kapu)...............................................................................................
4. Laju pertumbuhan harian benih belut Monopterus albus yang dipelihara
hingga hari ke-30 pada perlakuan A (Air), L (lumpur), K (Kapukapu)..........................................................................................................
5. Laju pertumbuhan bobot mutlak benih belut Monopterus albus yang
dipelihara hingga hari ke-30 pada perlakuan A (Air), L (lumpur), K
(Kapu-kapu)...............................................................................................
6. Kadar glukosa darah benih belut hari ke-0 dan hari ke-30 pada
perlakuan A (Air), L (lumpur), K (Kapu-kapu).........................................

3

6

6

7

7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Perbedaan warna tubuh benih belut..........................................................
Skema penyusunan wadah........................................................................
Derajat kelangsungan hidup benih belut (%)............................................
Pertumbuhan panjang mutlak benih belut (cm)......................................
Laju pertumbuhan harian benih belut (%)...............................................
Laju pertumbuhan bobot mutlak benih belut (g/hari).............................
Kadar glukosa darah benih belut (mg/dL)................................................
Kualitas air selama masa pemeliharaan....................................................
Kematian selama pemeliharaan...............................................................

13
13
13
14
14
15
15
16
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belut Monopterus albus merupakan salah satu komoditas ikan air tawar asli
Indonesia yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan harga pasar mencapai
Rp 40.000-65.000/kg dan memiliki kandungan protein dan gizi yang cukup tinggi.
Menurut Astawan (2008) dalam 100 g daging belut mengandung energi 303 kkal,
protein 18,4 %, zat besi 20 mg, vitamin A 1.600 SI, vitamin D sepuluh kali dari
daging, asam lemak omega 3, serta fosfor dua kali dari daging dan telur. Belut di
habitat aslinya hidup di sawah, rawa atau tempat yang berlumpur. Dari tahun ke
tahun, permintaan akan belut baik dari pasar domestik ataupun mancanegara
menunjukkan peningkatan.
Menurut WPI (2010) potensi pasar lokal belut saat ini masih tergolong
besar. Pasar dalam negeri seperti Jakarta membutuhkan 20 ton per hari sedangkan
Yogyakarta membutuhkan sebanyak 30 ton per hari untuk memenuhi 150 industri
rumah tangga, sementara untuk daerah lain permintaan mencapai ratusan kilo per
hari. Permintaan pasar lokal juga diiringi oleh tingginya permintaan dari pasar
internasional. Hal itu terbukti dari semakin meningkatnya nilai ekspor belut.
Berdasarkan data KKP tahun 2010, ekspor belut Indonesia ditujukan ke beberapa
negara seperti China, Hongkong, Jepang, Singapura, Taiwan, Korea, Thailand.
Pada tahun 2007 volume ekspor sebanyak 2.189 ton, tahun 2008 volume
ekspor sekitar 2.676 ton, dan sampai akhir tahun 2009 sebanyak 4.744 ton
meningkat sekitar 77,2 % dibandingkan tahun 2008.
Permintaan belut yang terus meningkat dikhawatirkan dapat mengurangi
populasi belut di alam, karena belut yang ada di pasaran merupakan belut hasil
tangkapan. Selain itu, penangkapan belut hanya dapat dilakukan pada musim
hujan sehingga suplai belut tidak dapat dilakukan secara kontinyu. Salah satu cara
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan budidaya belut, walaupun
sampai saat ini budidaya belut belum memuaskan karena masih banyak terjadi
kegagalan dalam usahanya. Budidaya belut yang telah dilakukan masih
menggunakan campuran lumpur dengan bahan organik lainnya sebagai media
alami belut (Warintek 2005). Akan tetapi, budidaya belut dengan menggunakan
media seperti ini memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaannya, seperti
persiapan wadah dengan dasar tanah lumpur yang memerlukan berbagai bahan
campuran, dan waktu yang diperlukan untuk persiapan wadah yang cukup lama,
pemanenan yang kurang efesien sehingga untuk memulai pemeliharaan
selanjutnya memerlukan waktu kembali, serta susahnya memantau perkembangan
dan kelangsungan belut selama pemeliharaan. Karena budidaya yang tidak
terkontrol, upaya intensifikasi budidaya belut sulit dilakukan sehingga produksi
belut relatif sulit diprediksi.
Penggunaan media air jernih sebagai media pemeliharaan diharapkan
mampu menjadi solusi budidaya belut yang selama ini kurang memuaskan. Dalam
media budidaya air jernih belut akan lebih mudah dikontrol dan diamati
pertumbuhan serta kelangsungan hidupnya. Adaptasi belut dari habitat alami pada
lumpur ke dalam habitat buatan pada air tanpa media lumpur merupakan suatu
proses domestikasi. Domestikasi merupakan suatu proses adaptasi organisme

2
terhadap lingkungan budidaya dan terhadap semua aspek pengolahan yang
digunakan untuk pertumbuhan/perkembangan (FAO 2008). Belut sebelum
diharapkan mampu untuk berkembang biak pada media tanpa lumpur, terlebih
dahulu perlu dikaji bagaimana kinerja produksi belut pada media tanpa lumpur
ini, seperti derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhannya.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja produksi budidaya belut
pada budidaya di kolam terpal dengan media yang berbeda, yaitu media lumpur
media air jernih dan media air jernih dengan tanaman air kapu-kapu.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Januari
2013 di Kolam Percobaan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, masing-masing diulang
sebanyak 3 kali, yaitu budidaya dalam kolam terpal dengan media lumpur, media
air jernih, dan media air jernih dengan tanaman air kapu-kapu Pistia stratiotes
(Lampiran 1). Sistem pengairan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sistem air mengalir dengan debit air 0,5L/menit.

Prosedur Percobaan
Persiapan Wadah Budidaya
Persiapan wadah budidaya dimulai dengan pembuatan terpal berukuran 50
cm x 50 cm x 50 cm sebanyak 9 buah. Terpal dicuci terlebih dulu sebelum media
pemeliharaan dimasukkan ke dalam terpal. Untuk media lumpur, lumpur
dimasukkan ke dalam wadah dan diletakkan dengan ketinggian 5 cm dan air
setinggi 2 cm di atas permukaan lumpur. Skema penyusunan media pemeliharaan
tertera pada Gambar 1.

3

Gambar 1 Penyusunan media pemeliharaan, (a) subtrat
lumpur (b) media air jernih (c) media air jernih
dengan tanaman air kapu-kapu
Pemeliharaan Belut
Setelah wadah pemeliharaan siap, kemudian benih belut dengan bobot ratarata 9,35±0,42 g/ekor yang berasal dari penjual benih KBU Baitul Ilmi Sentul
dimasukkan ke dalam masing-masing dengan padat penebaran 30 e/0,25 m2. Belut
dipelihara selama 30 hari dengan pemberian pakan berupa cacing tanah dengan
jumlah pakan 5% dari biomassa yang diberikan satu kali sekali yaitu pada sore
hari. Pengambilan contoh dilakukan setiap 10 hari.
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati selama penelitian meliputi kelangsungan hidup,
panjang, bobot, kondisi belut, glukosa darah dan analisis proksimat pada awal dan
akhir penelitian, serta kualitas air (oksigen terlarut/DO, pH, nitrit, amonia, total
amonia nitrogen, suhu).
1) Derajat Kelangsungan Hidup
Derajat kelangsungan hidup (SR) dihitung dengan rumus Goddard (1996):
SR = (Nt / No ) x 100%
keterangan :
SR = Derajat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
2) Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak dihitung dengan rumus Effendie (1979):
Pm = Lt – Lo
Keterangan :
Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
Lt = Panjang rata-rata akhir (cm)
Lo = Panjang rata-rata awal (cm)

4
3) Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian dihitung dengan rumus Zonneveld et al. (1991) :
[√

]

Keterangan :
SGR = Laju pertumbuhan bobot harian (%)
t
= Periode pengamatan (hari)
Wi = Bobot rata-rata individu ikan waktu ke-i (g/ekor)
Wo = Bobot rata-rata individu ikan waktu ke-0 (g/ekor)
4) Laju Pertumbuhan Bobot Mutlak
Laju pertumbuhan bobot mutlak dihitung melalui rumus Goddard (1996) :
Laju pertumbuhan bobot mutlak = Wt – Wo
t
Keterangan:
Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram)
Wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram)
t
= Waktu pemeliharaan (hari)
5) Glukosa Darah
Kadar glukosa darah diamati pada hari ke-0 dan hari ke-30 (Lampiran 8).
Menurut Wedemeyer dan Yasutake (1977) hasil pengukuran glukosa darah
dihitung berdasarkan persamaan berikut :
Glukosa (mg/dl) = Au x Cs
As
Keterangan :
Au = Absorbansi sampel
Cs = Konsentrasi standar
As = Absorbansi standar
6) Kandungan Nutrisi Benih Belut
Analisis proksimat diamati pada hari ke-0 dan hari ke-30 dengan metode
Kjehdal (Takeuchi 1988), meliputi analisis kadar air, abu, protein, lemak, dan
karbohidrat berdasarkan persamaan berikut :
Kadar air (%) =
Keterangan :
A = Bobot sampel awal
B = Bobot sampel akhir

A–B
A

Kadar abu (%) =
Keterangan :
X = Bobot sampel awal
Y = Bobot cawan awal
Z = Bobot cawan dan sampel akhir

Z–Y
X

x 100%

x 100%

5
Kadar protein (%) = [ {0,0007* x (Vb-Vs) x F x 6,25**x 20}/ S] x 100%
Keterangan :
Vs = M1 0,05 N titran NaOH untuk sampel
Vb = M1 titran NaOH untuk blanko
F = faktor koreksi dari 0,05 larutan NaOH
S = bobot sampel (g)
* = setiap mL 0,05 N NaOH ekuivalen dengan 0,0007 g nitrogen
** = faktor nitrogen

Kadar lemak (%) =

B–A
a

x 100%

Keterangan :
A = Bobot labu
a = Bobot sampel
B = Bobot labu dan sampel akhir
Kadar karbohidrat (%bb) = 100% - (kadar air + kadar abu + kadar protein + kadar
lemak) %

Kadar karbohidrat (%bk) =

100 %
(100 - kadar air) %

x kadar karbohidrat (%bb)

Prosedur Analisis Data
Data diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft Excel
2010. Sementara itu, analisis data kinerja pertumbuhan dilakukan dengan analisis
statistik menggunakan SPSS 17.0 yang meliputi analisis ragam (ANOVA) pada
selang kepercayaan 95%, digunakan untuk menentukan ada atau tidaknya
pengaruh perlakuan terhadap kinerja pertumbuhan benih belut (Monopterus
albus.). Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat perbedaan antar perlakuan
yang akan diuji menggunakan uji Beda Nyata Jujur atau Duncan. Selanjutnya data
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Derajat Kelangsungan Hidup
Berdasarkan hasil pengamatan, derajat kelangsungan hidup tertinggi
diperoleh pada perlakuan L, sedangkan
nilai terendah diperoleh pada
perlakuan A. Perlakuan L dan K tidak berbeda nyata (P> 0,05) namun keduanya
berbeda nyata dengan perlakuan A (P< 0,05) (Gambar 2 dan Lampiran 4).

6
31,11±1,92%

Derajat Kelangsungan
Hidup (%)

35

25,55±6,94%

30
25
11,11±7,7%

20
15
10
5
0

A

L
Perlakuan

K

Gambar 2 Derajat kelangsungan hidup benih belut
Monopterus albus yang dipelihara hingga hari
ke-30 pada perlakuan A (Air), L (lumpur), K
(Kapu-kapu)

Pertumbuhan Panjang Mutlak
(cm)

Pertumbuhan Panjang Mutlak
Berdasarkan hasil pengamatan, pertumbuhan panjang mutlak perlakuan A, L,
dan K tidak berbeda nyata (P> 0,05) (Gambar 3 dan Lampiran 5).
1,8
1,6

1,22±0,42

0,86±0,68

1,4
1,2
0,72±0,25

1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
A

L
Perlakuan

K

Gambar 3 Pertumbuhan panjang mutlak benih belut
Monopterus albus yang dipelihara hingga hari
ke-30 pada perlakuan A (Air), L (lumpur), K
(Kapu-kapu)
Laju Pertumbuhan Harian
Berdasarkan hasil pengamatan, laju pertumbuhan harian perlakuan A, L,
dan K tidak berbeda nyata (P> 0,05) (Gambar 4 dan Lampiran 6).

Laju Pertumbuhan harian (%)

7
0,73±0,20

1

0,65±0,22
0,56±0,19

0,8
0,6
0,4
0,2
0
A

L

K

Perlakuan

Gambar 4 Laju pertumbuhan harian benih belut Monopterus
albus yang dipelihara hingga hari ke-30 pada
perlakuan A (Air), L (lumpur), K (Kapu-kapu)
Laju Pertumbuhan Bobot Mutlak
Berdasarkan hasil pengamatan, laju pertumbuhan bobot mutlak perlakuan
A, L, dan K tidak berbeda nyata (P> 0,05) (Gambar 5 dan Lampiran 7).
Laju Pertumbuhan bobot
Mutlak (g/hari)

0,1

0,068±0,02

0,071±0,02

0,062± 0,03

A

L
Perlakuan

K

0,08
0,06
0,04
0,02
0

Gambar 5 Laju pertumbuhan bobot mutlak benih belut
Monopterus albus yang dipelihara hingga hari
ke-30 pada perlakuan A (Air), L (lumpur), K
(Kapu-kapu)
Kadar Glukosa Darah
Berdasarkan hasil pengamatan kadar glukosa darah benih belut pada awal
dan akhir pemeliharaan. Kadar glukosa darah benih belut pada awal pemeliharaan
yaitu sebesar 58,78±10,79 mg/dL. Pada akhir perlakuan kadar glukosa perlakuan
A, L dan K berturut-turut sebesar 42,34±0,47 mg/dL, 30±4,71 mg/dL dan
43±12,73 mg/dL. Berdasarkan data tersebut terlihat nilai kadar glukosa cenderung
menurun hingga akhir pemeliharaan dengan kadar glukosa cenderung tinggi yaitu
pada perlakuan K sedangkan kadar glukosa cenderung rendah yaitu pada
perlakuan L (Lampiran 8).

8
80

Glukosa Darah (mg/dL)

70

58,78±10,79

58,78±10,79

58,78±10,79

60

43±12,73

50

42,34±0,47
30±4,71

40
30
20
10
0
A

L
Perlakuan

K

Gambar 6 Kadar glukosa darah benih belut hari ke-0 dan
hari ke-30 pada perlakuan A (Air), L (lumpur),
K (Kapu-kapu)
Kandungan Nutrisi Benih Belut
Berdasarkan hasil pengamatan kandungan nutrisi benih belut pada awal
dan akhir masa pemeliharaan, kandungan protein pada perlakuan L (15,84%)
relatif lebih tinggi daripada perlakuan lainnya, yang juga mengalami peningkatan
dari awal pemeliharaan (15,17%). Kandungan protein pada perlakuan A (13,99%)
relatif paling rendah. Kandungan lemak pada perlakuan K (1,60%) relatif lebih
tinggi daripada lainnya, sedangkan kandungan lemak relatif paling rendah yaitu
perlakuan A (1,25%). Kandungan lemak tersebut mengalami penurunan dari awal
pemeliharaan (2,71%). Komposisi proksimat benih belut pada awal dan akhir
masa pemeliharaan tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi proksimat benih belut Monopterus albus dalam 100g bobot
basah pada perlakuan A, L, dan K di awal dan akhir masa pemeliharaan
Komposisi
Nutrisi (100%)
Kadar Air
Kadar Abu
Protein
Lemak
Karbohidrat

Awal

78,23
3,55
15,17
2,71
0,34

A
(Air)
78,52
4,13
13,99
1,25
2,12

Akhir
L
(Lumpur)
76,51
3,82
15,84
1,38
2,44

K
(Kapu-kapu)
76,95
3,14
14,91
1,6
3,4

Kualitas Air
Kualitas air yang diperoleh dari masing-masing perlakuaan A, L dan K
selama pemeliharaan 30 hari seperti yang tercantum pada Tabel 2 dan secara
terinci pada Lampiran 9.

9
Tabel 2 Nilai kualitas air masing-masing perlakuan A, L dan K selama
pemeliharaan benih belut Monopterus albus
Asal sampel
Parameter
Tandon

A
(Air)

L
(Lumpur)

K
(Kapu-kapu)

Suhu (°C) 26-27,5

25,5-27,5

25,5-28,0

25,5-27,5

pH

6,82-7,17

6,60-7,65

6,67-7,66

6,25-7,80

5,68-5,80

4,87-6,86

3,30-5,68

4,73-7,33

0,135-0,200 0,200-1,047

0,200-1,267

0,200-0,933

0,002-0,005 0,002-0,012

0,002-0,052

0,001-0,015

DO
(mg/L)
Nitrit
(mg/L)
Amonia
(mg/L)
a

Kisaran
Optimala
25-32
(Boyd 1990)
6,5-9,0
(Boyd 1990)
>5,0
(Boyd 1982)
0,5-5,0
( Boyd 1982)