Pengaruh ibu pada perilaku makan ikan laut siswa sekolah dasar di kabupaten Jepara dan kabupaten Grobogan, Jawa Tengah

(1)

DAN KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH

WAYSIMA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengaruh Ibu pada Perilaku Makan Ikan Laut Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Jepara dan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Januari 2011 Waysima NIM P21600007


(3)

in Jepara Regency and Grobogan Regency, Central Java Province. Under

supervision of UJANG SUMARWAN, ALI KHOMSAN, and FRANSISKA R

ZAKARIA.

Mother’s attitude towards specific food consumption is known to influence children’s attitude and eating behavior. Fish consumption is critical towards children development, such as brain development and overall physical health. The objectives of this research were to elaborate the determinants of children’s fish eating attitude and behavior, behavior in terms of fish eating frequency and total fish consumption. This cross-sectional study was conducted in two different locations in Central Java in a coastal and in an in-land area. There are 248 students from the fifth and sixth grades of elementary schools participating as subjects, including their mothers. Observations and interviews were carried out using standardized questionnaires to describe the mother and children relationship that determined children’s fish eating behavior by using path analysis. The results showed that several variables significantly contribute to children ‘s fish eating attitude, fish eating frequency and total fish consumption. The most influencing were from location of residence namely coastal area, and mother’s affective attitude towards fish. Mother’s education level, cognitive attitude, and her behavior to serve fish in family menu did not significantly contribute to children’s fish eating behavior. It can be concluded that eventhough mother understands the benefits of fish and makes fish available in family menu, when children are unable to sense her likeness to fish, children will not consume the fish. Therefore, mother’s affective attitude towards fish needs special considerations, since it positively influence children’s fish consumption, which will contribute importantly to children’s well-being.

Keywords: Elementary students, fish consumption, coastal area, mother’s affective attitude, TPB, regression and path analysis


(4)

di Kabupaten Jepara dan Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh UJANG SUMARWAN, ALI KHOMSAN, dan FRANSISKA R ZAKARIA.

Perilaku makan pada manusia merupakan suatu proses kompleks yang dipengaruhi oleh serangkaian faktor mulai dari mekanisme biologis, genetis hingga ke faktor-faktor psikologis, sosial, budaya,serta kebutuhan lainnya. Ikan laut merupakan sumber protein, lemak, serta berbagai vitamin dan mineral yang tinggi. Budaya makan ikan yang tinggi di masyarakat Jepang telah membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan pada anak-anak di negara tersebut. Indonesia sebagai negara kepulauan pada Tahun 2006 pernah menjadi negara pengekspor ikan laut terbesar ke 4 di dunia, sehingga seha-rusnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya atas kebutuhan terhadap ikan laut. Pola makan sehat telah dipromosikan selama sepuluh tahun terakhir secara besar-besaran yang mengakibatkan ada kecenderungan masyarakat me-ngonsumsi makanan sehat. Kendala yang diperkirakan menghalangi ibu menye-diakan ikan laut di rumahnya adalah persepsinya tentang kesulitan membeli, menyiangi, mengolahnya serta harga mahal, duri dan bau amis dari ikan laut.

Tujuan khusus penelitian ini adalah 1) Menganalisis pengaruh sosio-demografi keluarga terhadap perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga, 2) Menganalisis penentu sikap anak untuk makan ikan laut, 3) Menga-nalisis relasi sikap-perilaku anak makan ikan laut berdasar pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB), 4) Menganalisis penentu perilaku anak makan ikan laut dan 5) Menganalisis pengaruh ibu pada perilaku anak makan ikan laut.

Penelitian ini dilakukan di Propinsi Jawa Tengah, di wilayah pesisir Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara dan wilayah pedalaman Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan November 2006 hingga bulan Agustus 2007. Pengambilan sampel dilakukan secara clustered random sampling. Sebanyak 248 siswa SD kelas 5 dan 6 dengan rata-rata usia 12 tahun 4 bulan beserta ibunya terlibat sebagai partisipan. Mereka terdiri atas 115 responden wilayah pesisir dan 133 responden wilayah pedalaman. Data dianalisis secara deskriptif dengan uji-t, uji korelasi, regresi linier berganda dan analisis jalur.

Beberapa karakteristik keluarga, yaitu besar keluarga, tingkat pendidikan ibu, pendapatan/kapita/bulan dan pengeluaran untuk ikan /kapita/bulan secara nyata berbeda di kedua wilayah. Besar keluarga dan pengeluaran/kapita/bulan untuk ikan laut lebih tinggi di wilayah pesisir. Mata pencaharian orangtua di kedua wilayah terlihat berbeda, kebanyakan pekerjaan ibu dan ayah di wilayah pesisir adalah pedagang, sedang di wilayah pedalaman kebanyakan pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga (IRT) dan ayah adalah pegawai.

Kondisi wilayah pesisir memungkinkan terjadinya beberapa atribut ibu yang berkaitan dengan ikan laut lebih positif dibandingkan dengan di wilayah pedalaman, seperti persepsi terhadap ikan laut, sikap afektif atau kesukaan terhadap ikan laut dan perilaku menyediakan ikan laut dalam menu keluarga. Ketidakpercayaan terhadap mitos tentang makan ikan laut dan sikap kognitif ibu terhadap ikan laut di kedua wilayah secara signifikan tidak berbeda. Tampaknya tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi di wilayah pedalaman dapat


(5)

diseimbang-tidak percaya pada mitos makan ikan laut dan mampu meningkatkan evaluasinya tentang gizi pada ikan laut. Hal ini terlihat dari ketidakpercayaan terhadap mitos dan sikap kognitif ibu di kedua wilayah tidak berbeda nyata.

Wilayah pesisir yang menyediakan ikan laut lebih banyak secara kuantitas, kualitas dan ragamnya, memberikan pengenalan responden anak yang lebih baik terhadap ikan laut. Pengenalan responden di wilayah pesisir terhadap ikan laut yang relatif lebih segar memungkinkan membawa dampak positif terhadap beberapa atribut anak terkait dengan ikan laut yang lebih baik, yaitu sikap kognitif dan sikap afektif anak di wilayah pesisir lebih baik. Demikian juga komponen TPB lainnya, yaitu kontrol yang anak rasakan untuk makan ikan laut, kecenderungan anak makan ikan laut dan perilaku anak makan ikan laut yang dilihat dari frekuensi makan per minggu dan konsumsi makan ikan laut per hari yang lebih baik pada responden wilayah pesisir.

Analisis jalur yang digunakan untuk menguji beberapa model termuat dalam tujuan penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut. Penentu perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga adalah wilayah pesisir (kontributor terbesar); pendidikan, sikap afektif dan persepsi ibu; pendapatan/kapita dan besar keluarga. Sikap afektif ibu memberi kontribusi lebih besar daripada pendidikan ibu. Pendidikan ayah dan sikap kognitif ibu tidak memberi pengaruh nyata. Penentu sikap anak terhadap makan ikan laut adalah wilayah pesisir; pola makan keluarga; sikap afektif, ketidakpercayaan terhadap mitos dan pendidikan ibu; serta besar keluarga. Perilaku ibu menyediakan ikan laut yang berarti tersedianya ikan laut dalam menu keluarga tidak memberikan kontribusi nyata pada sikap anak. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan ikan laut dalam menu keluarga tidak serta merta akan membuat sikap anak menjadi positif terhadap makan ikan laut. Diperlukan adanya kesukaan ibu terhadap ikan laut agar anak memiliki sikap positif terhadap makan ikan laut. Penentu kecenderungan anak untuk makan ikan laut adalah kontrol perilaku yang anak rasakan untuk makan ikan laut, kemudian sikap anak, wilayah pesisir dan pola makan keluarga. Kontrol yang anak rasakan untuk makan ikan laut merupakan keyakinannya akan kemampuan untuk makan ikan laut. Mereka yang memiliki keyakinan tinggi untuk melakukan tindakan yang dimaksud akan dipermudah untuk melakukan tindakan tersebut (Azjen 1991). Norma subyektif atau dukungan sosial yang anak rasakan untuk makan ikan laut termasuk lemah di kedua wilayah dan tidak memberi kontribusi nyata pada kecenderungan anak makan ikan laut. Kemungkinan salah satu penyebabnya, responden adalah siswa sekolah dasar dalam masa transisi dari masa usia sekolah ke masa remaja dimana pada masa transisi pengaruh orangtua/keluarga mulai memudar sedang dukungan di luar keluarga belum kuat. Hal ini membuat norma subyektif yang anak rasakan lemah.

Perilaku anak mengonsumsi ikan laut diukur melalui dua faktor yaitu frekuensi anak mengonsumsi ikan laut per minggu dan konsumsi ikan laut per hari. Penentu frekuensi anak mengonsumsi ikan laut per minggu adalah wilayah pesisir, persepsi dan sikap afektif ibu terhadap ikan laut serta sikap anak terhadap makan ikan. Dari empat komponen TPB, yaitu sikap anak, norma subyektif dan kontrol perilaku serta kecenderungan anak mengonsumsi ikan laut, hanya sikap anak terhadap makan ikan laut yang memberikan kontribusi nyata


(6)

138,35 gr ikan/hari, telah melampaui rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI, yaitu 72,7 gr ikan/hari. Namun rata-rata konsumsi ikan laut pada anak di wilayah pedalaman lebih rendah dari rekomendasi, yaitu 46 gr ikan/hari. Kesimpulan yang dapat diberikan adalah: Secara keseluruhan sebagian besar keluarga responden termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah, dan status sosial ekonomi keluarga di wilayah pedalaman lebih tinggi; Walaupun tingkat pendidikan ibu di wilayah pesisir lebih rendah serta korelasi tingkat pendidikan ibu dengan ketidakpercayaannya terhadap mitos dan sikap kognitif-nya positif dan kuat, namun wilayah pesisir yang berarti ketersediaan ikan laut di wilayah lebih banyak, lebih beragam dan lebih segar mampu meningkatkan ketidakpercayaan ibu terhadap mitos makan ikan laut dan sikap kognitif ibu terhadap ikan laut, sehingga kedua peubah tersebut tidak berbeda nyata di kedua wilayah; Wilayah pesisir berpengaruh kuat pada atribut anak yang berkaitan dengan makan ikan laut, hampir semua atribut anak di wilayah pesisir lebih baik; Perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga ditentukan secara signifikan oleh wilayah pesisir, pendapatan per kapita, besar keluarga, pendidikan dan persepsi serta sikap afektif ibu tentang ikan laut; Sikap anak terhadap makan ikan laut ditentukan oleh wilayah pesisir, pola makan keluarga, besar keluarga, pendidikan dan ketidakpercayaan terhadap mitos makan ikan laut serta sikap afektif ibu terhadap ikan laut; Frekuensi anak mengonsumsi ikan laut per minggu ditentukan oleh wilayah pesisir, sikap afektif ibu terhadap ikan laut dan sikap anak terhadap makan ikan laut; Konsumsi ikan laut per hari ditentukan oleh wilayah pesisir dan kecenderungan anak makan ikan laut. TPB mampu memprediksi model kecenderungan anak makan ikan laut yaitu melalui sikap anak terhadap makan ikan laut dan kontrol perilaku yang anak rasakan untuk makan ikan laut. TPB juga mampu memprediksi model konsumsi ikan laut per hari, yaitu melalui peubah kecenderungan anak makan ikan laut. Dengan demikian disamping peubah wilayah pesisir yang menjadi kontributor terbesar, sikap afektif ibu merupakan peubah penentu yang signifikan pada sikap dan perilaku anak makan ikan laut, mengalahkan peubah tingkat pendidikan ibu, sikap kognitif dan perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga.

Kata kunci : Siswa sekolah dasar, konsumsi ikan, wilayah pesisir, sikap afektif ibu, TPB, analisis regresi dan jalur


(7)

 

Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah;

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.


(8)

DAN KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH

WAYSIMA

Disertasi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(9)

Penguji pada Sidang Tertutup: 1. Prof. Dr.Ir. Siti Madaniyah, MS 2. Dr.Ir. Lilik Noor Yulianti, MFSc

Penguji pada Sidang Terbuka: 1. Dr.Ir. Diah Krisnatuti, MS 2. Dr.Ir. Agus Heri Purnomo, MSc


(10)

Nama : Waysima

NRP : P21600007

Progam Studi : Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr.Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc. Ketua

Prof. Dr.Ir. Ali Khomsan, MS. Anggota

Prof. Dr. Ir. Fransiska R Zakaria, MSc Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi GMK Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

drh. M Rizal Damanik, M.Rep.Sc,Ph.D. Prof.Dr.Ir. Khairil A Notodiputro, MS.


(11)

hidayahNya sehingga pada akhirnya disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi yang berjudul Pengaruh Ibu pada Perilaku Makan Ikan Laut Siswa Sekolah Dasar di Kabuten Jepara dan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ibu pada perilaku anak makan ikan laut di wilayah pesisir dan wilayah pedalaman.

Disertasi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Prof.Dr.Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing, Prof.Dr.Ir. Ali Khomsan, MS dan Prof. Dr. Ir. Fransiska R Zakaria, MSc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang dengan semangat dan kesabaran luar biasa dalam memberikan bimbingan, motivasi dan teguran pada saat-saat yang sangat penulis perlukan sejak penyusunan proposal hingga selesainya disertasi ini; Para pejabat dan staf di Kantor PEMDA Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Jepara, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Jepara dan Propinsi Jawa Tengah serta para Kepala Sekolah dan Ibu/Bapak Guru atas ijin dan pelaksanaan pengambilan data; Dr.Ir. Hartoyo, MSc, selain sebagai dosen penguji pada prelim lisan juga sebagai pribadi dosen atas masukan bagi perbaikan proposal penelitian dan curahan waktu konsultasi yang mencerahkan, Prof.Dr.Ir. Clara Kusharto, MSc selaku dosen pembahas pada kolokium yang telah memberikan masukan dan koreksi atas proposal penelitian, dan Dr.Ir. Herien Puspitasari, MSc, MSc atas kemauannya membimbing para mahasiswa untuk dapat lebih memahami data; Prof.Dr. Icek Ajzen atas penjelasan mengenai konsep TPB dalam komunikasi personal; Prof.Dr.Ir. Siti Madanijah, MS dan Dr.Ir. Lilik Noor Yuliati, MFSc selaku dosen penguji luar komisi pada ujian tertutup yang telah memberi banyak masukan dan memberitahu kekurangan-kekurangan penulis dengan cara yang sangat baik; Dr.Ir. Diah Krisnatuti, MS dan Dr.Ir. Agus Heri Purnomo, MSc selaku dosen penguji luar komisi pada ujian terbuka yang telah memahami disertasi ini dengan jeli dan memberi masukan atas kurang cermatnya penulis; Rekan-rekan enumerator: Endang Sutapaningsih dan Eugene Pitra Edodya, yang telah membantu pengambilan data di lapangan; serta Prof.Dr.Ir. Ahmad Sulaeman, MSc dan Dr.Ir. Arif Satria, MSc sebagai pimpinan sidang pada Ujian Tertutup dan Ujian Terbuka

Selain itu penulis juga menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan kepada Direksi MMA-IPB, Ketua Program Studi Teknologi Pangan dan Gizi, Dekan Sekolah Pascasarjana serta Rektor IPB yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk melanjutkan studi; DP2M Ditjen DIKTI Depdiknas atas hibah dana penugasan penelitian disertasi yang telah diberikan; Para dosen dan staf kependidikan pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen dan Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB serta teman-teman dosen pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan FATETA IPB yang tidak henti-hentinya memberi motivasi, semangat dan waktu luang pada penulis untuk menyelesaikan disertasi;


(12)

Noor Yuliati, Dr. Istiqlaliyah Muflikhati, Meda Wahini, dan Uke H Rasalwati atas waktu-waktu kebersamaan yang penuh warna dan menyemangati; serta Daisy Irawan, MS dan Dase Hunaefi, MSc yang banyak mencarikan artikel-artikel ilmiah dan memberi buku-buku Psychology of Food.

Terimakasih yang tak terhingga dan penghormatan penulis sampaikan kepada Bapak (alm) yang selalu mendorong penulis untuk mencapai gelar doktor bahkan sebelum penulis menyelesaikan program sarjana; Mama, saudara-saudara dan seluruh keluarga yang selalu memberikan teguran, dorongan semangat, doa yang tiada putus serta sangat memaklumi ego penulis; dan banyak pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan disertasi ini yang karena keterbatasan penulis tidak dapat menyebutkan satu per satu.

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih banyak kesalahan dan jauh dari sempurna, namun walaupun demikian penulis berharap semoga disertasi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Januari 2011 Penulis


(13)

Penulis dilahirkan dan dibesarkan di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 20 Agustus 1953. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Alm Bapak Tohir dan Ibu Ngatirah. Penulis menamatkan pendidikan dasar dan menengahnya di Semarang, yaitu di SR Santa Clara, SMP Institut Indonesia dan SMAN 1. Tahun 1972 penulis melanjutkan studi ke Fakultas Psikologi Universitas Gadjahmada Yogyakarta dengan arahan bidang Psikologi Sosial. Tamat pada Tahun 1978 penulis kemudian bekerja di Usaha Percetakan, Penerbitan dan Toko Buku ABEDE di Semarang, dan bersama beberapa teman psikolog di UNDIP Semarang merintis Kegiatan Konsultasi Mahasiswa UNDIP. Pada tahun 1979, penulis bersama para psikolog yang tergabung dalam Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia Cabang Jawa Tengah di Semarang mendirikan dan menjalankan Biro Konsultasi Psikologi TINARBUKA Semarang. Tahun 1981, penulis mendapat tawaran mengajar mata kuliah Psikologi Pendidikan dan beruntung bergabung dengan para pengajar idealis di Program Diploma Pendidikan Guru Kejuruan Pertanian IPB yang nantinya bergabung ke dalam Fakultas Politeknik Pertanian IPB hingga Tahun 1996.

Tahun 1985 penulis memperoleh beasiswa SEARCA untuk studi di University of The Philippines at Los Banos dengan mengambil Mayor Agricultural Education di Department of Agricultural Education and Rural Studies dan mendapatkan gelar Master of Science pada tahun 1987. Pada tahun 1991 penulis membantu perintisan operasional program magister yang baru di IPB, yaitu Program Magister Manajemen Agribisnis IPB (MMA-IPB) hingga awal tahun 2002. Karena beban kerja yang semakin bertambah dengan mengikuti perkuliahan di PS Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB, akhirnya penulis memilih untuk melepas pekerjaan di MMA IPB pada tahun 2002.

Dengan berakhirnya keberadaan Fakultas Politeknik Pertanian di IPB, sejak tahun 1996 penulis bergabung pada Departemen Teknologi Pangan dan Gizi di Laboratorium Industri Pangan, yang sekarang menjadi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, FATETA IPB. Di departemen sekarang penulis mengajar mata kuliah Evaluasi Sensori dan sedang dalam rintisan untuk mengembangkan Psikologi Pangan. Selain bidang pengajaran, sejak tahun 1983 penulis aktif bekerja sebagai konselor mahasiswa, diantaranya masuk dalam Tim Bimbingan Konseling IPB hingga sekarang. Sejak tahun 1998 penulis bergabung di Pusat Jasa Ketenagakerjaan IPB bersama beberapa teman yang begitu dinamis dengan fasilitas sederhana mengembangkan dan merawat suatu pusat yang menjembatani mahasiswa/alumni dengan dunia kerja hingga sekarang, yang kemudian berganti nama menjadi Direktorat Pembinaan Karier dan Hubungan Alumni IPB.


(14)

ix

DAFTAR GAMBAR ………. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………. xix

PENDAHULUAN ………. 1

Latar Belakang ……….. 1

Perumussan Masalah ………. 4

Tujuan ... 6

Manfaat Studi ... 6

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Ikan Laut sebagai Produk Pangan ... 7

Pola Konsumsi Ikan Laut ... 14

Perilaku Makan ... Preferensi Pangan pada Anak ... 16 22 Relasi Sikap terhadap Makan dan Perilaku Makan ... 32

Theory of Planned Behavior ……….. 37

Pengaruh Sosio-demografi pada Perilaku Makan ………... 42

KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS ……… 49

Kerangka Pemikiran ……… 49

Hipotesis Penelitian ……… 55

METODOLOGI PENELITIAN ………. 57

Desain, Lokasi dan Waktu ………. 57

Teknik Penarikan Sampel ……….. 58

Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ………. 61

Kontrol Kualitas Data ………... 63

Pengukuran Peubah ……….. 65

Pengolahan dan Analisis Data ………... 67

Definisi Operasional ... 69

Keterbatasan Penelitian ……… 72

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 73

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 73

Letak Geografis dan Luas Wilayah ... 73

Kependudukan ... 77

Mata Pencaharian Penduduk ... 82

Sarana Perekonomian Berdasar Ketersediaan Ikan Laut ... 84

Lingkungan Tempat Tinggal Responden ... 88

Karakteristik Keluarga dan Anak ……….….………... 88

Bentuk Keluarga dan Usia Orangtua ... 88

Tingkat Pendidikan Orangtua ... 90

Pekerjaan Orangtua ... 91


(15)

x

Jenis Kelamin Anak ... 98

Urutan Anak dalam Keluarga ... 98

Karakteristik Ibu ... 99

Persepsi Ibu tentang Ikan Laut ……….. 99

Sikap Ibu terhadap Ikan Laut ………...………….…... 107

Sikap Kognitif Ibu terhadap Ikan Laut ……….. 107

Sikap Afektif Ibu terhadap Ikan Laut ………. 108

Posisi Ikan Laut di antara Bahan-bahan Pangan Lainnya ……... 110

Tingkat Kesukaan Ibu terhadap Ikan Laut ……… 113

Ketidakpercayaan terhadap Mitos tentang Makan Ikan Laut …….. 115

Pola Asuh Makan dalam Keluarga ……….. 117

Persepsi Anak terhadap Pola Asuh Makan dalam Keluarga …... 118

Persepsi Ibu terhadap Pola Asuh Makan dalam Keluarga ………. 121

Karakteristik Anak ………….……….. 125

Sikap Anak terhadap Makan Ikan Laut ………….………. 125

Posisi Ikan Laut menurut Anak ……….……... 129

Norma Subyektif untuk Makan Ikan Laut ... 131

Kontrol terhadap Perilaku Makan Ikan Laut ……..……… 136

Kecenderungan untuk Makan Ikan Laut ... 139

Perilaku Anak Makan Ikan Laut ……….. 141

Frekuensi Makan Ikan Laut per Minggu ………... 141

Konsumsi Ikan Laut per Hari ………. 142

Ragam Konsumsi Produk Ikan Laut ………. 144

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Ibu terhadap Ikan Laut …... 145

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Menyediakan Ikan Laut dalam Menu Keluarga ...………… 149

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Responden Anak terhadap Makan Ikan Laut ………..……….… 154

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Anak Makan Ikan Laut ……….……….…... 158

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak Mengonsumsi Ikan Laut ……….. Frekuensi Anak Mengonsumsi Ikan Laut per Minggu ……… 162 162 Konsumsi Ikan Laut per Hari ……… 166

Peran ibu dalam Pembentukan Perilaku Anak Mengonsumsi Ikan Laut ……… 169

KESIMPULAN DAN SARAN ……… 175 Kesimpulan ……… 175

Saran ……….. 178

DAFTAR PUSTAKA ... 181


(16)

xi 1 Fungsi berbagai zat gizi mikro bagi manusia di ikan laut ………. 7 2 Jumlah produksi ikan laut basah menurut jenis ikan laut Tahun 2007

di Kabupaten Jepara ... 8 3 Standar klasifikasi perlakuan produksi dan hasil olahan perikanan

tangkap ……… 9

4 Perbandingan kandungan zat gizi yang terdapat pada beberapa produk ikan laut per 100 gr produk ……… 9 5 Kerangka sampling yang digunakan dalam penelitian ……… 59 6 Jumlah siswa sekolah sampel berdasarkan jenis kelamin ……..…... 60 7 Peubah, alat dan cara pengumpulan data serta skala pengukuran

yang digunakan ……… 62

8 Hasil analisis uji reliabilitas dan validitas instrumen ………. 65 9 Peubah-peubah dalam penelitian dan pengukurannya ………. 66 10 Jumlah penduduk Kecamatan Jepara dan Kabupaten Jepara menurut

kelompok umur dan jenis kelamin Tahun 2007 (jiwa) ……….…. 77 11 Jumlah penduduk Kecamatan Purwodadi dan Kabupaten Grobogan

menurut kelompok usia dan jenis kelamin Tahun 2007 (jiwa) ………. 78 12 Jumlah penduduk Kecamatan Jepara berdasarkan jenjang

pendidikan bagi umur 5 tahun keatas Tahun 2006 ……… 79 13 Jumlah sekolah dasar, siswa dan guru di Kecamatan Jepara

Tahun 2007 ……… 80

14 Jumlah penduduk Kecamatan Purwodadi berdasarkan jenjang

pendidikan bagi umur 5 tahun keatas Tahun 2006 ……… 81 15 Jumlah sekolah dasar, siswa dan guru di Kecamatan Purwodadi

Tahun 2007 ……… 82

16 Jumlah penduduk Kecamatan Jepara berdasarkan mata pencaharian (usia ≥ 10 tahun) Tahun 2007 (jiwa) …..……… 83 17 Jumlah penduduk Kecamatan Purwodadi berdasarkan mata

pencaharian (usia ≥ 10 tahun) Tahun 2007 (jiwa) ………. 84 18 Kategori orang tua di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman ... 89 19 Kategori usia ayah dan ibu responden anak di wilayah pesisir dan

di wilayah pedalaman... 89 20 Kategori tingkat pendidikan ayah dan ibu di wilayah pesisir dan

di wilayah pedalaman ... 90 21 Kategori pekerjaan ayah di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman 91 22 Kategori pekerjaan ibu di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman 92


(17)

xii

pedalaman ... 93 25 Kategori besar keluarga responden di wilayah pesisir dan di wilayah

pedalaman ... 94 26 Kategori pendapatan keluarga responden per kapita per bulan di

wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman ... 95 27 Kategori pengeluaran keluarga per kapita per bulan untuk ikan laut

di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman ... 96 28 Kategori usia responden anak di wilayah pesisir dan di wilayah

pedalaman (bulan) ... 97 29 Sebaran anak berdasarkan jenis kelamin di wilayah pesisir dan di

wilayah pedalaman ……….

98 30 Sebaran anak berdasarkan urutan anak dalam keluarga di wilayah

pesisir dan di wilayah pedalaman ... 99 31 Persentase responden ibu berdasar persepsi tentang ketersediaan

ikan laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ... 100 32 Lokasi pembelian ikan laut yang sering ibu kunjungi di wilayah pesisir

dan di wilayah pedalaman ……….. 100 33 Kategori persepsi ibu tentang ketersediaan ikan laut di tempat biasa

membeli di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) 100 34 Persentase responden ibu berdasar persepsi tentang harga ikan laut

di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ... 101 35 Alasan ibu menyediakan masakan ikan laut untuk keluarga di wilayah

pesisir dan di wilayah pedalaman 101

36 Kategori persepsi ibu tentang harga ikan laut di wilayah pesisir dan

di wilayah pedalaman ... ... 102 37 Persentase responden ibu berdasar persepsi tentang kemudahan

memperoleh produk ikan laut yang disukai di wilayah pesisir dan

di wilayah pedalaman (n=248) ... 103 38 Kategori persepsi ibu tentang kemudahan mendapatkan produk ikan

laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman ... 103 39 Persentase responden ibu berdasar persepsi tentang kemudahan

mengolah ikan laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman ... 104 40 Kategori persepsi ibu tentang kemudahan mengolah ikan laut

di wilayah pesisir dan di wilayah pedalama ... 105 41 Kategori persepsi ibu tentang ikan laut di wilayah pesisir dan di

wilayah pedalaman (n=248... 106 42 Persentase responden ibu berdasar sikap kognitif terhadap ikan laut


(18)

xiii wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ………. 109 45 Kategori sikap afektif ibu terhadap ikan laut di wilayah pesisir dan di

wilayah pedalaman (n=248) ... 110 46 Kategori sikap ibu terhadap ikan laut di wilayah pesisir dan di wilayah

pedalaman (n=248) 110

47 Peringkat pertama kesukaan ibu terhadap berbagai bahan pangan

di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ... 111 48 Frekuensi ibu menyediakan masakan ikan laut bagi keluarga di

wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ……… 112 49 Jenis ikan laut yang disukai ibu untuk peringkat pertama (n=232*) ... 114 50 Produk ikan laut yang ibu sukai sebagai peringkat pertama di wilayah

pesisir dan di wilayah pedalaman (n=232*) ... 115 51 Jenis masakan ikan laut yang ibu sukai sebagai urutan pertama di

wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman ... 115 52 Persentase responden ibu berdasar ketidakpercayaan terhadap mitos

makan ikan laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) 116 53 Kategori ketidakpercayaan ibu terhadap mitos tentang makan ikan

laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ... 117 54 Persentase persepsi anak tentang pola makan keluarga di wilayah

pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ... 119 55 Kategori persepsi anak tentang pola makan keluarga di wilayah

pesisir dan di wilayah pedalaman ... 120 56 Persentase responden anak berdasar persepsi tentang peraturan

makan dalam keluarga di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman .. 120 57 Kategori persepsi anak terhadap peraturan makan keluarga di

wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman ... 121 58 Persentase responden ibu berdasar persepsi tentang pola makan

keluarga di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ... 121 59 Kategori persepsi ibu tentang pola makan keluarga di wilayah pesisir

dan di wilayah pedalaman (n=248) ... 122 60 Perbandingan pola makan keluarga menurut persepsi anak dan

persepsi ibu di kedua wilayah ………... 123 61 Persentase responden ibu berdasar persepsi tentang peraturan

makan keluarga di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) 123 62 Perbandingan peraturan makan keluarga menurut persepsi anak dan

persepsi ibu di kedua wilayah ……….. 124 63 Persentase responden anak berdasar sikap kognitif terhadap makan


(19)

xiv

makan ikan laut (n=248) ... 127 66 Kategori sikap afektif anak terhadap makan ikan laut di wilayah

pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ... 127 67 Kategori sikap anak terhadap makan ikan laut di wilayah pesisir dan

di wilayah pedalaman (n=248) ... 128 68 Urutan pertama kesukaan anak terhadap bahan pangan untuk lauk

di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ... 129 69 Perbandingan pilihan pertama ibu dan anak pada bahan pangan

untuk lauk ... 130 70 Urutan pertama kesukaan anak dan ibu terhadap produk-produk ikan

laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman ... 130 71 Urutan pertama kesukaan anak dan ibu terhadap jenis masakan ikan

laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ... 131 72 Persentase responden anak berdasar dukungan internal yang dirasa

untuk makan ikan laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman ... 132 73 Kategori norma subyektif internal yang anak rasakan untuk makan

ikan laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ……. 133 74 Persentase responden anak berdasar dukungan eksternal yang

dirasa untuk makan ikan laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman ...

134 75 Kategori norma subyektif eksternal yang anak rasakan untuk makan

ikan laut di wilayah pesisir dan wilayah pedalaman (n=248) ……… 134 76 Kategori norma subyektif yang anak rasakan untuk makan ikan laut

Di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ……… 135 77 Persentase responden anak berdasar kondisi yang memfasilitasi

untuk makan ikan laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ...

136 78 Kategori kondisi yang memfasilitasi anak untuk makan ikan laut di

wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) 137 79 Persentase responden anak berdasar pengalaman makan ikan laut

di wilayah pesisir dan di wilayah (n=248) 138 80 Kategori pengalaman anak berkaitan dengan makan ikan laut di

wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman 138

81 Kategori kontrol yang anak rasakan untuk makan ikan laut di wilayah

pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) 139

82 Persentase responden anak berdasar kecenderungan untuk makan

ikan laut di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman (n=248) ... 139 83 Kategori kecenderungan anak makan ikan laut di wilayah pesisir dan


(20)

xv di wilayah pedalaman (gram/hari) (n=248) ……… 143 86 Nilai koefisien regresi peubah yang mempengaruhi sikap ibu

terhadap ikan laut ……….. 146 87 Peubah penentu perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu

keluarga) ……… 153

88 Peubah penentu sikap anak terhadap makan ikan laut ………. 156 89 Peubah penentu kecenderungan responden anak untuk makan ikan

laut ………... 162

90 Peubah penentu frekuensi anak mengonsumsi ikan laut per minggu .. 166 91 Peubah penentu konsumsi ikan laut pada anak per hari ………

.


(21)

(22)

xvii 1 Model Pilgrim: Komponen penerimaan pangan ………. 18 2 Model Randall dan Sanjur: Faktor-faktor yang mempengaruhi

preferensi pangan ……… 19 3 Model Khan: Faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi pangan .. 20 4 Model Shepherd: Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan dan

konsumsi pangan ……….. 21 5 Model Ajzen & Fishbein: Theory of Reasoned Action ………. 37 6 Model Ajzen: Theory of Planned Behavior .……….. 40 7 Kerangka Berpikir: Peran ibu pada pembentukan perilaku anak

makan ikan laut ... 56 8 Peta kabupaten wilayah pesisir (Kabupaten Jepara) ... 73 9 Peta kecamatan wilayah pesisir (Kecamatan Jepara) ... 74 10 Peta kabupaten wilayah bukan-pesisir (Kabupaten Grobogan) ... 75 11 Peta kecamatan wilayah bukan-pesisir (Kecamatan Purwodadi) ... 76 12 Analisis jalur model perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu

keluarga ... 151 13 Analisis jalur model sikap anak terhadap makan ikan laut ... 155 14 Analisis jalur model kecenderungan anak untuk makan ikan laut ... 159 15 Analisis jalur model frekuensi mengonsumsi ikan laut per minggu ... 165 16 Analisis jalur model konsumsi ikan laut per hari pada anak ... 168


(23)

(24)

xix 1 Rata-rata konsumsi protein dan protein ikan per kapita per hari

menurut propinsi di Indonesia Tahun 2008 ……….. 195 2 Daftar frekuensi konsumsi produk ikan laut di wilayah pesisir ……. 196 3 Daftar frekuensi konsumsi produk ikan laut di wilayah bukan-pesisir 198 4 Formulir recall 2x24 hours ……….. 199 5 Hasil korelasi antar peubah penelitian ……….. 200 6 Ragam produk ikan laut yang dikonsumsi responden anak ………. 202


(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perilaku makan pada manusia bukanlah suatu proses sederhana, bukan terjadi hanya berdasarkan aktivitas fisiologis seperti lapar atau kebutuhan akan zat gizi, atau keyakinan akan manfaat kesehatan yang didapat dengan makan makanan tertentu. Perilaku makan merupakan perilaku manusia yang kompleks, dipengaruhi oleh serangkaian faktor mulai dari mekanisme biologis, genetis hingga ke faktor-faktor sosial dan budaya (Shepherd 1999, Sijtsema 2003). Roininen (2001) dalam tesisnya mengutarakan bahwa bahan pangan yang tersedia, individu dan lingkungan sosial-ekonomi secara bersama-sama mempengaruhi pemilihan pangan dan perilaku makan. Pada anak, pola penerimaan terhadap makanan dipengaruhi oleh berbagai pengalaman sejak lahir, seperti melalui orangtua lewat makanan yang diperbolehkan, waktu makan yang ditentukan, dan konteks sosial dimana perilaku makan terjadi (Birch 2002), serta khususnya melalui kegiatan ibu dalam meningkatkan konsumsi pangan sehat pada anak (Brown & Ogden 2004, Fisher & Birch 1996).

Ikan merupakan sumber protein, lemak, kalsium, fosfor, besi dan seng yang tinggi, disamping mengandung iodine dengan konsentrasi tinggi dan asam lemak omega-3 (Choo & Williams 2003). Selain sebagai sumber zat gizi yang bagus, ikan laut memiliki mutu cerna serta daya manfaat tinggi (Muchtadi 1996). Budaya makan ikan yang tinggi dalam masyarakat Jepang telah membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan pada anak-anak di negara tersebut (Khomsan 2002). Oleh karena itu ikan dan produk-produk olahannya sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh para ibu hamil dan ibu menyusui, karena pengaruhnya yang nyata pada kondisi janin di kandungan dan anaknya. Penelitian Al-Alberg et al. (2009) terhadap remaja laki-laki di wilayah barat Swedia, menemukan adanya hubungan nyata antara konsumsi ikan laut dengan intelegensi pada kelompok remaja terdidik maupun kurang terdidik. Konsumsi ikan yang dilakukan para remaja lebih dari satu kali/minggu secara signifikan berhubungan erat dengan kinerja kognitif yang diukur tiga tahun kemudian. Rendahnya asupan DHA menyebabkan kerusakan otak atau mengurangi fungsi optimal otak manusia. Anak-anak yang mengalami hiperaktif atau gangguan konsentrasi cenderung mengalami kekurangan DHA. Selain berkaitan dengan tingkat kecerdasan seseorang, kebiasaan mengonsumsi ikan


(26)

telah membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan usia harapan hidup relatif lebih lama (Dahuri 1999).

Sebagai negara baharí yang memiliki banyak ragam jenis ikan laut, pada Tahun 2006 Indonesia pernah menjadi negara produsen ikan laut terbesar ke 5 di dunia (FAO 2009) dan negara pengekspor ikan laut terbesar ke 4 di dunia (Lymer et al. 2008). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII Tahun 2004 telah menetapkan patokan kecukupan konsumsi protein per kapita per hari adalah 52 gr protein dan yang berasal dari ikan untuk rata-rata penduduk Indonesia se-yogyanya bisa memenuhi standar gizi yaitu 9 gr protein/hari. Itu berarti konsumsi ikan sebesar 26,6 kg/kapita/ tahun. Secara nasional, rata-rata konsumsi protein/ kapita/hari penduduk Indonesia sudah melebihi patokan kecukupan protein yang ditetapkan, yaitu 57,5 gr. Namun protein yang berasal dari ikan masih kurang dari standar gizi yang dipatok (7,9 gr/hari) (Lampiran 1) dengan kisaran konsumsi per propinsi dari 1,9 gr/hari di propinsi DI Yogyakarta hingga 17,7 gr/hari di Propinsi Maluku (BPS 2008).

Dari angka rata-rata konsumsi protein ikan di masing-masing propinsi, terlihat adanya kesenjangan antara propinsi-propinsi di pulau Jawa dan pulau-pulau di Indonesia bagian Timur. Rata-rata konsumsi protein ikan di seluruh propinsi di Pulau Jawa kurang dari standar yang diharapkan, bahkan yang terendah terdapat di Pulau Jawa, sedang rata-rata konsumsi protein ikan di seluruh propinsi Indonesia bagian Timur kecuali Papua telah melebihi standar yang diharapkan dan yang tertinggi terdapat di Indonesia bagian Timur. Salah satu penyebab kesenjangan diperkirakan adalah distribusi produk-produk ikan antar propinsi yang tidak merata. Seluruh propinsi di Pulau Jawa merupakan wilayah terbuka dengan jalur transportasi darat, laut dan udara yang memadai untuk pendistribusian bahan pangan. Akibatnya kebutuhan akan protein dapat diperoleh dari berbagai ragam bahan pangan selain ikan. Sementara di Indonesia bagian Timur, dengan kondisi daerah berpulau-pulau dan jalur trans-portasi yang belum memadai, menyebabkan kurang lancarnya pendistribusian bahan pangan dan hal ini berakibat kurangnya ragam pasokan bahan pangan selain ikan yang produksinya memang lebih banyak di Indonesia bagian Timur. Sarana prasarana dan transportasi bahan pangan yang membaik akan membawa peningkatan ragam bahan pangan yang dapat dinikmati masyarakat, namun sekaligus hal ini memungkinkan penurunan konsumsi ikan laut sebagai salah satu bahan pangan. Tampaknya prasarana dan jalur transportasi bahan


(27)

pangan yang lancar ini dapat merupakan salah satu penjelasan sedikitnya konsumsi ikan laut yang terjadi di Pulau Jawa.

Perilaku makan sehat telah dipromosikan selama sepuluh tahun terakhir ini secara besar-besaran, yang mengakibatkan adanya kecenderungan masyarakat mengonsumsi makanan sehat (Gilbert 2000, Leek et al. 2000). Kendala yang diperkirakan menghalangi seseorang, khususnya ibu sebagai penentu menu keluarga di rumah, mengonsumsi ikan laut adalah persepsi tentang kesulitan membeli, menyiangi dan mengolah ikan laut serta persepsi tentang mahalnya harga ikan laut. Leek et al. (2000) menemukan bahwa persepsi ibu tentang beberapa atribut ikan laut yang tidak menyenangkan seperti adanya tulang/duri dan bau amis berperan sebagai penghambat dalam mengonsumsi ikan laut (Prell et al. 2002, Bredahl & Grunert 1997, Marshall 1993). Dari sisi ikan laut sendiri, hasil penelitian di beberapa tempat di Pulau Jawa (Suparman 2003, Nurdianty 2004, Mardianty 2005) menunjukkan bahwa banyaknya duri dan bau anyir membuat persepsi konsumen tentang ikan laut menjadi tidak menyenangkan, selain itu penelitian Prell et al. (2002) menunjukkan adanya persepsi konsumen tentang kesulitan mengolah ikan laut. Hal-hal tersebut menjadikan hambatan besar bagi konsumen untuk mengon-sumsi ikan laut.

Fisher dan Birch (1996) serta Brown dan Ogden (2004) menjelaskan adanya peran model dalam keluarga, khususnya pengaruh ibu terhadap peningkatan konsumsi pangan sehat pada anak. Hasil penelitian Spruijt-Metz et al. (2002) terhadap anak berusia 7-14 tahun menunjukkan bahwa pengaruh ibu nyata berkaitan dengan berat badan anak dan berkorelasi positif dengan konsumsi pangan anak. Salah satu analisis longitudinal dari Skinner et al. (2002b) terhadap preferensi pangan pada anak dari usia 2 bulan hingga 8 tahun menunjukkan bahwa preferensi ibu tetap merupakan pengaruh utama terhadap terbentuknya preferensi pangan pada anak hingga usia berusia 8 tahun.

Anak-anak makan apa yang tersedia dan yang disukai, mereka tidak berpikir mengenai aspek kesehatan, kemudahan mengolah atau harga. Pengaruh ibu sebagai penyedia makanan keluarga menjadi sangat penting bagi konsumsi anak. Berbagai penelitian tentang pengaruh ibu atau orangtua terhadap konsumsi anak baduta, balita serta remaja telah banyak dilakukan. Namun penelitian terhadap konsumsi anak di masa transisi dari masa usia


(28)

sekolah ke masa remaja awal jarang dilakukan, khususnya penelitian tentang konsumsi ikan laut. Mempertimbangkan pentingnya manfaat ikan laut bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dan mulai melonggarnya hubungan figur orangtua dan guru ke anak, serta mulai eratnya hubungan anak dengan teman-teman sebaya, maka diperlukan pemahaman yang lebih kongkrit akan pengaruh ibu di masa transisi ini, khususnya untuk mengetahui kontribusinya terhadap perilaku anak makan ikan laut. Pemahaman tersebut akan memberikan salah satu solusi untuk terciptanya SDM Indonesia di kemudian hari yang berkualitas.

Upaya menghasilkan sumberdaya manusia berkualitas dapat dikatakan merupakan suatu investasi yang dapat berwujud penyediaan jasa dan fasilitas kesehatan yang berpengaruh terhadap peningkatan angka harapan hidup, stami-na dan vitalitas manusia serta pendidikan. Pentingnya mengupayakan investasi tersebut agar diperoleh kualitas anak yang semakin membaik dari segi pertum-buhan fisik dan pengembangan mentalnya. Syarif (1997) menguraikan kualitas SDM, di antaranya kualitas fisik yang tercermin oleh adanya kesehatan dan ke-tahanan jasmani. Kualitas fisik memungkinkan seseorang dapat hidup sehat, aktif, produktif dan berumur panjang. Kualitas akal tercermin melalui kecerdasan intelektualnya. Soekirman (2002) menyatakan bahwa kualitas SDM usia dewasa tidak dapat dipisahkan dengan kualitas hidup pada usia muda, yang artinya bahwa kualitas hidup manusia muda akan berpengaruh pada kualitasnya sebagai SDM di kemudian hari.

Perumusan Masalah

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada (Dahuri 2003). Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki dua pertiga wilayahnya berupa laut. Keadaan wilayah sedemikian rupa menjadikan Indonesia memiliki potensi besar dalam hal sumberdaya perikanan. Di antara negara-negara Asia, yang memberikan kontribusi sekitar 50% ikan tangkapan ke seluruh dunia, negara Indonesia ada pada urutan ke enam. Disamping itu dalam hal produksi budidaya ikan, Asia menyumbang 90% produksi dunia. Sebagai negara baharí yang memiliki banyak ragam jenis ikan laut, pada Tahun 2006 Indonesia menjadi negara produsen ikan laut terbesar ke 5 di dunia (FAO 2009) dan negara pengekspor ikan laut terbesar ke 4 di dunia (Lymer et al. 2008). Namun bila dilihat rata-rata konsumsi ikan laut di masing-masing propinsi terdapat


(29)

kesenjangan lebar. Rata-rata konsumsi ikan laut di seluruh propinsi pulau Jawa lebih rendah daripada konsumsi ikan laut di propinsi luar Jawa.

Mempertimbangkan manfaat ikan laut yang berpengaruh positif dalam meningkatkan pembentukan kecerdasan dan kesehatan manusia, khususnya anak merupakan calon sumberdaya manusia berdayaguna di masa depan, dan sebagai penduduk negara kepulauan, pentinglah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anak makan ikan laut dan kondisi yang diperlukan agar perilaku makan pada anak dapat terjadi. Penelitian sejenis ini di Indonesia belum banyak dilakukan. Terutama dalam kaitan dengan konsumsi ikan laut pada anak akhir usia sekolah, apakah pengaruh ibu pada perilaku anak makan masih berlanjut setelah anak berusia 8 tahun. Studi ini ingin melihat pengaruh ibu pada sikap dan perilaku anak terhadap makan ikan laut di usia transisi dari usia sekolah ke usia remaja awal.

Ketersediaan ikan dalam keadaan relatif segar dan banyak di suatu wilayah, seperti wilayah pesisir tentunya akan mempengaruhi perilaku masyarakat berkaitan dengan ikan laut. Oleh karena itu perlu dimasukkan kedalam penelitian adanya perbedaan wilayah pesisir dan pedalaman yang membedakan ketersediaan ikan di kedua wilayah tersebut. Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini:

1. Seberapa besar pengaruh perbedaan wilayah (pesisir dan pedalaman) terhadap karakteristik keluarga di kedua wilayah.

2. Seberapa jauh pengaruh tingkat pendidikan ibu pada sikap-perilaku anak mengonsumsi ikan laut?

3. Apakah ibu masih berpengaruh pada sikap-perilaku anak mengonsumsi ikan laut di usia masa transisi?

4. Faktor-faktor apa saja yang menghambat tersedianya ikan laut dalam menu keluarga?

5. Salah satu pendekatan yang dipakai pada penelitian ini adalah Theory of

Planned Behavior (TPB). Apakah pengaruh ibu berhubungan dengan

komponen-komponen inti TPB, yaitu sikap anak, norma subyektif dan kontrol perilaku yang anak rasakan untuk makan ikan laut, kecenderungan anak mengonsumsi ikan laut dan perilaku anak mengonsumsi ikan laut?


(30)

6. Apakah komponen-komponen inti TPB, yaitu sikap anak, norma subyektif dan kontrol perilaku yang anak rasakan untuk makan ikan laut, serta kecenderungan anak mengonsumsi dapat berlaku sebagai penentu perilaku anak mengonsumsi ikan laut?

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh pada sikap dan perilaku anak makan ikan laut di wilayah pesisir dan wilayah pedalaman.

Tujuan khususnya:

1. Mengidentifikasi dan mengkaji perbedaan karakteristik sosiodemografi keluarga, karakteristik ibu dan anak di wilayah pesisir dan di wilayah pedalaman

2. Menganalisis pengaruh sosio-demografi terhadap perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga

3. Menganalisis relasi sikap-perilaku anak makan ikan laut berdasarkan pendekatan Theory of Planned Behavior

4. Menganalisis penentu perilaku anak makan ikan laut

5. Menganalisis pengaruh ibu pada perilaku anak makan ikan laut.

Manfaat Studi

1. Sebagai sumbangan terhadap pengembangan ilmu perilaku konsumen, khususnya pembentukan perilaku makan ikan laut pada anak di usia transisi yang masih jarang dilakukan di Indonesia

2. Sebagai sumbangan pemikiran yang dapat dipergunakan pemerintah berkaitan dengan upaya pendidikan publik khususnya ditinjau dari peningkatan konsumsi ikan laut dalam keluarga.


(31)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Laut sebagai Produk Pangan Ikan Laut dan Produk Olahannya

Ikan laut, sebagai salah satu hasil perikanan tangkap, merupakan sumber protein bagus, bermutu tinggi, memiliki sedikit lemak jenuh namun kaya akan berbagai gizi mikro penting yang diperlukan manusia. Ikan laut merupakan sumber utama asam lemak tak jenuh omega-3, EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid) (Burroughs & Burdge 2004) dan juga sumber fosfor, besi dan kalsium yang tinggi (Choo & Williams 2003). Omega-3 juga ditemukan di beberapa minyak sayur, minyak kacang dan minyak cereal, hanya saja tidak sebanyak di ikan laut (Nesheim & Yaktine 2007). Selain itu ikan laut memiliki mutu cerna dan daya manfaat tinggi. Artinya seluruh kandungan protein bahan pangan tersebut dapat dicerna dengan lebih mudah dan diserap usus untuk dapat dimanfaatkan tubuh manusia dibandingkan dengan protein yang berasal dari daging hewan (Muchtadi 1996). EPA dan DHA dipercaya berperan penting dalam meningkatkan perkembangan syaraf pada janin dan bayi, menguatkan kehamilan dan menurunkan resiko terjadinya penyakit jantung (Burdge 2004).

Tabel 1 Fungsi berbagai zat gizi mikro di ikan laut bagi manusia

No Zat Gizi Fungsi

1 Vitamin A Diperlukan untuk pertumbuhan & perkembangan jaringan- jaringan epithelium, syaraf & tulang

2 Vitamin D Pengatur utama metabolisme mineral (kalsium & fosfor) tulang 3 Fosfor Unsur pokok tulang dan gigi

4 Besi Heme enzymes (hemoglobin dll)

5 Yodium Berpengaruh dalam transportasi & metabolisme hormon thiroid 6 Kalsium Penyusun tulang dan gigi, pengatur syaraf dan fungsi otot 7 EPA Penting untuk keutuhan jaringan mitokondrial, berperan dalam

pembentukan prostaglandin & leukotriene 8 DHA Zat gizi penting bagi otak dan retina

Sumber: Choo & Williams 2003

Fungsi dari berbagai zat gizi mikro yang dikandung ikan laut dapat dilihat pada Tabel 1. Sebagai negara baharí dengan luas laut 81% dari luas keseluruhan, Indonesia memiliki berbagai jenis ikan laut. Jenis ikan hasil perikanan tangkap di laut dikelompokkan menjadi kelompok ikan, kelompok binatang berkulit keras berkulit lunak (Molluscs), kelompok binatang air lainnya


(32)

dan kelompok tumbuhan air (DKP 2008). Tidak di setiap daerah di Indonesia terdapat semua jenis ikan laut. Tabel 2 menunjukkan berbagai jenis ikan laut yang terdapat di salah satu daerah tempat penelitian ini (Kabupaten Jepara, Jawa Tengah), diurutkan sesuai dari yang terbanyak (BPS Kabupaten Jepara 2008). Nama latin ikan laut terdapat pada Lampiran 6.

Tabel 2 Jumlah produksi ikan laut basah menurut jenis ikan laut Tahun 2007 di Kabupaten Jepara

No. Jenis ikan Produksi (ton) Harga rata-rata per kg (Rp.)

1 Teri 662,2 6 985

2 Kembung 264,8 5 240

3 Pari 215,2 3 889

4 Tongkol 262,1 6 187

5 Layur 30,3 5 157

6 Manyung 88,7 5 535

7 Blanak 11,0 8 806

8 Petek 98,0 1 500

9 Cucut 66,7 7 609

10 Baronang 27,6 5 691 11 Ekor kuning 200,5 11 274 12 Kerapu karang 16,0 19 939

13 Selar 22,7 7 153

14 Kakap merah 11,2 17 294

15 Kuwe 54,0 7 701

16 Tembang 32,6 2 066

17 Kerapu sunu 33,5 77 034

18 Bandeng 1,6 15 400

19 Ikan lainnya 3278,4 2 823

Sumber: BPS Kabupaten Jepara 2008

Sebagai bahan pangan, ikan laut hadir di pasar dalam berbagai bentuk perlakuan yaitu dalam bentuk segar, diawetkan, dibekukan, dikalengkan dan di-buat tepung ikan (DKP 2008). Dari perlakuan tersebut diperoleh hasil olahan se-perti tertera pada Tabel 3. Ikan segar merupakan ikan mentah yang tidak busuk dan belum diolah. Biasanya ikan segar telah mengalami beberapa perlakuan yaitu pencucian dan penyiangan atau tanpa penyiangan, pendinginan dan pengemasan (SNI 1992). Ikan segar sangat mudah mengalami proses pem-busukan. Untuk menanggulanginya, ikan perlu diolah dari bentuk segarnya. Selain dapat meningkatkan nilai tambah, pengolahan ikan juga merupakan aplikasi proses pengawetan yang bertujuan mencegah kerusakan pada ikan segar, dengan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab kerusakan. Ikan asin adalah pangan awetan yang diolah dengan cara penggaraman dan pengeringan. Ikan pindang adalah ikan awetan dengan kadar garam rendah yang pengolahannya merupakan gabungan antara penggaraman dan perebusan sehingga memberikan rasa yang khas. Ikan kaleng didefinisikan sebagai jenis


(33)

ikan olahan yang diawetkan dan dikemas secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, kemudian disterilkan (Deputi Merinstek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2000).

Tabel 3 Standar klasifikasi perlakuan produksi dan hasil olahan perikanan tangkap

No Jenis perlakuan Jenis hasil olahan

1 Dipasarkan segar Segar/ mati

Utuh/ dipotong-potong 2 Diawetkan

a. Dikeringkan/ diasin b. Dipindang c. Peragian Dibuat terasi Dibuat peda Dibuat kecap d. Diasap e. Lain-lain

a.Ikan kering,ikan asin b.Ikan pindang c.Produk Terasi Ikan peda Kecap ikan d.Ikan asap e.Krupuk, dendeng 3 Pembekuan Ikan beku

(utuh/dipotong-potong) 4 Dikalengkan Ikan kaleng

5 Penepungan Tepung ikan

Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan 2008

Secara umum, kandungan zat gizi dari produk-produk ikan laut disajikan pada Tabel 4. Dari beberapa produk ikan laut, secara umum yang memiliki kandungan protein tertinggi adalah ikan asin dan yang terkecil adalah ikan segar. Hanya saja pada umumnya ikan asin dikonsumsi dalam jumlah yang jauh lebih sedikit daripada ikan segar.

Tabel 4 Perbandingan kandungan zat gizi yang terdapat pada beberapa produk ikan laut per 100 gr produk

Kandungan Zat Gizi

Produk Ikan Laut

Ikan segar Ikan asin Ikan kaleng Ikan pindang

Air (%) 80,0 40,0 47,0 59,0

Kalori (kal) 113,0 193,0 338,0 157,0

Protein (%) 17,0 42,5 21,1 28,0

Lemak (%) 4,5 1,5 27,0 4,2

Kalsium (mg/100g) 20,0 200,0 354,0 50,0

Fosfor (mg/100g) 200,0 300,0 434,0 100,0

Besi (mg/100g) 1,0 2,5 3,5 1,0

Vit A (S1/1-g) 150,0 - 250,0 150,0

Vit B (mg/100g) 0,05 0,01 0,1 01

Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1979.

WHO (1997) merekomendasikan untuk menghemat konsumsi ikan asin yang didasarkan pada data yang berkaitan dengan diet dan penyakit kanker.


(34)

Umumnya garam yang ditambahkan untuk pengawetan di bahan pangan, paling banyak terdapat di ikan asin, yaitu berkisar 5-10 gr/100 gr ikan, dibandingkan penggaraman di daging lebih sedikit yaitu 2-6 gr/100 gr daging dan di roti bervariasi antara 1,5 hingga 4 gr/100 gr roti.

Ikan Laut dan Manfaatnya

Berbagai penelitian tentang pengaruh ikan laut terhadap kesehatan manusia telah banyak dilakukan, mulai dari pengaruh ke janin hingga ke orangtua. Konsumsi DHA ke ibu hamil ternyata mempengaruhi kandungan DHA pada darah dan ASI (Al et al. 1995). Aliran DHA ke placenta meninggi dengan meningkatnya konsumsi DHA (Haggarty et al. 1999). Jadi peningkatan konsen-trasi DHA pada darah ibu hamil meningkatkan ketersediaan DHA untuk janin. Status DHA pada ibu hamil dapat mempengaruhi ketersediaan suplai DHA ke otak janin, organ-organ dan jaringan-jaringan lainnya (Clandinin et al. 1980). Pengembangan syaraf janin secara optimum tergantung pada nutrisi spesifik, termasuk DHA. Rendahnya konsumsi ikan laut selama ibu hamil menyebabkan janin mengalami kekurangan asam lemak esensial omega-3 yang dapat meng-akibatkan gangguan pada perkembangan syaraf janin (Salem et al. 2001). Se-mentara pengembangan syaraf yang kurang optimum lebih banyak dialami anak dari ibu yang mengonsumsi ikan laut kurang dari hasil penelitian Hibbeln et al. (2007), yaitu 340 gr ikan/minggu dibandingkan dengan yang dialami anak dari ibu yang mengonsumsi ikan laut lebih dari 340 gr ikan/minggu. Hasil penelitian pasca kelahiran mengkonfirmasi adanya hubungan antara DHA dan inteligensi pada anak dan rendahnya konsumsi DHA menyebabkan kerusakan otak atau mengurangi fungsi optimal otak manusia (Podell 1999). Anak-anak yang menga-lami hiperaktif atau yang mengamenga-lami gangguan kurang dapat berkonsentrasi cenderung mengalami kekurangan DHA.

Penelitian McGregor (2001) menunjukkan bahwa kekurangan konsumsi omega-3 pada ibu hamil diperkirakan menyebabkan kelahiran bayi prematur. Studi Olsen dan Secher (2002) menunjukkan bahwa ibu hamil yang menghindari mengonsumsi ikan laut memiliki 7,1% resiko melahirkan bayi prematur, sedang ibu hamil yang mengonsumsi ikan seminggu sekali hanya beresiko 1,9%. Kandungan asam lemak essensial seperti DHA dan AA (arachidonic acid) pada ikan laut juga terdapat di ASI (Lawrence & Lawrence 1999). Hibbeln (2002) dalam ulasannya terhadap 41 penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan


(35)

nyata antara konsumsi ikan laut pada ibu hamil dan tingkat DHA pada ASI serta menurunnya prevalensi depresi pasca melahirkan. Menurunnya suasana hati pasca melahirkan tampaknya berhubungan dengan rendahnya tingkat omega-3 dan rendahnya kandungan DHA di dalam ASI berkorelasi dengan meningkatnya tingkat depresi pasca melahirkan. Timonen et al. (2004) yang melakukan studi longitudinal terhadap para ibu hamil hingga ibu berusia 31 tahun membuktikan bahwa para ibu yang jarang mengonsumsi ikan laut lebih sering mengalami depresi sepanjang waktu daripada para ibu yang secara teratur mengonsumsi ikan laut. Namun sebaliknya, Llorente et al. (2003) yang melakukan percobaan terhadap 44 ibu menyusui yang secara teratur mengonsumsi DHA setiap hari selama empat bulan menyusui dibandingkan dengan kelompok kontrol, tidak menemukan adanya perbedaan nyata antara kedua kelompok dalam diagnosa depresi pasca melahirkan.

Para ahli gizi dalam Lokakarya Peranan Asam Lemak Esensial dalam Perkembangan Kecerdasan di Serpong, 14-15 Februari 1996 (Khomsan 2002), telah menyimpulkan bahwa asam lemak omega-3 yang terdapat pada ASI, ikan dan produk olahannya (termasuk minyak ikan) mempunyai peranan penting da-lam peningkatan kecerdasan anak. Percobaan Helland et al. (2001, 2003) yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh minyak ikan pada tingkat inteligensi anak menemukan bahwa anak-anak dari ibu yang mengonsumsi 2 gr/hari DHA dan EPA dari minyak ikan selama tiga bulan terakhir kehamilan memiliki skor IQ pada usia empat tahun lebih tinggi dibandingkan dengan skor IQ anak dari ibu yang menerima suplemen minyak jagung sebagai placebo effect. Tingginya kinerja kognitif bayi berhubungan nyata dengan tingginya konsumsi ikan laut ibu selama hamil hingga persalinan (Oken et al. 2005) dan semakin berkembangnya per-hatian anak (Colombo et al. 2004). Pengukuran IQ pada anak usia 8 tahun dari ibu yang mengonsumsi ikan laut selama kehamilannya dengan menggunakan tes WISC, Wechsler Intellegence Scale for Children, pengukur inteligensi yang terstandar, full-scale, verbal and performance intellegences, menunjukkan bahwa konsumsi ikan laut lebih dari 3 porsi seminggu selama ibu hamil tidak memberikan dampak buruk pada perkembangan dan perilaku anak (Daniels et al. 2004). Sebaliknya membatasi konsumsi ikan laut pada ibu hamil mengurangi konsumsi protein yang diperlukan untuk pengembangan syaraf bayi secara optimum (Hibbeln et al. 2007). Hasil penelitian ini sejalan dengan laporan yang menyatakan bahwa rendahnya konsumsi asam lemak omega-3 selama


(36)

keha-milan menurunkan IQ verbal anak (Helland et al. 2003, Whalley et al. 2004).

Efek minyak ikan pertama kali ditegaskan pada tahun 1950an berdasarkan studi-studi lintas budaya yang dilakukan di pemukiman suku Inuits dan Danish di Greenland. Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa secara signifikan kejadian penyakit jantung lebih rendah dialami masyarakat suku Inuits dibandingkan dengan masyarakat suku Danish. Fenomena ini disebutkan sebagai Eskimo

Paradox. Kemudian studi epidemiologi yang dikerjakan pada tahun 1970an oleh

seorang peneliti Danish yang berhipotesa bahwa rendahnya kejadian penyakit jantung di masyarakat Eskimo-Greenland berhubungan dengan tingginya kon-sumsi ikan laut (Bang et al. 1980). Studi tersebut membuktikan adanya korelasi yang kuat antara rendahnya penyakit jantung koroner yang dialami masyarakat suku Inuits dengan tingginya tingkat konsumsi ikan laut yang diketahui banyak mengandung asam lemak omega-3.

Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian masyarakat Barat yang dihubungkan dengan tingginya konsumsi lemak, terutama konsumsi lemak jenuh, yang merupakan kebiasaan makan masyarakat Barat (Shahidi & Miraliakbari 2004). Selanjutnya di banyak penelitian telah terbukti bah-wa mengonsumsi ikan secara teratur berhubungan dengan penurunan ke-mungkinan terkena penyakit kronis. Kandungan tinggi yodium dan asam lemak omega-3 yang dimiliki ikan laut secara signifikan menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko kematian mendadak akibat serangan jantung dan meningkat-kan pertumbuhan sel-sel otak (Choo and Williams 2003) serta menurunmeningkat-kan resiko penyakit jantung koroner, terutama kematian yang diakibatkan olehnya (Connor 2000). Studi terhadap perempuan dewasa oleh Iso et al. (2001) menunjukkan bahwa mengonsumsi ikan dua kali atau lebih per minggu akan mengurangi resiko terkena stroke sedang penelitian He et al. (2002) pada laki-laki dewasa membuktikan bahwa resiko terkena stroke tipe ischemic dapat diturunkan dengan mengonsumsi ikan laut cukup satu kali seminggu. Studi longitudinal yang dilakukan Hu et al. (2002) pada perempuan dengan meng-gunakan kuesioner dari tahun 1980, 1984, 1986, 1990, dan 1994, membuktikan bahwa bahwa konsumsi tinggi ikan laut dan asam lemak omega-3 menyebabkan turunnya resiko penyakit jantung koroner, sedang konsumsi kurang dari satu kali per minggu cenderung meningkatkan resiko penyakit. Setelah mengikuti penelitian selama 16 tahun dilaporkan bahwa dari 1513 kasus penyakit jantung


(37)

koroner, telah meninggal 484 orang, dan penyakit jantung tersebut lebih banyak dialami pada kelompok yang mengonsumsi ikan kurang dari satu kali per bulan. Kebiasaan mengonsumsi asam lemak omega-3 untuk mengurangi resiko kematian mendadak akibat penyakit jantung koroner dibenarkan oleh Dietary

Guideline yang dikeluarkan oleh American Heart Association yang

merekomendasikan individu untuk makan paling tidak dua porsi ikan, terutama fatty fish setiap minggunya (Albert et al. 2002, Kris-Etherton et al. 2003).

Selain berkaitan dengan penyakit jantung, penelitian eksperimen dan studi epidemiologis telah menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang mengandung asam lemak jenuh mempengaruhi terjadinya beberapa jenis penyakit kanker, seperti kanker prostat dan kanker payudara (Shahidi & Miraliakbari 2004). Penelitian Maillard et al. (2002) menunjukkan adanya kesehatan secara umum perempuan yang mengonsumsi cukup omega-3 seperti terhindar dari kanker payudara dan osteoporosis (Genuis & Schwalfenberg 2006). Kecukupan omega-3 pada ibu hamil dan ibu menyusui berhubungan dengan berkurangnya penyakit alergi (Sausenthaler et al. 2007) serta meningkatkan koordinasi mata dan tangan anaknya (Dunstan et al. 2006).

Budaya makan ikan yang tinggi dalam masyarakat Jepang telah membuk-tikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan pada anak-anak di negara tersebut (Khomsan 2002). Oleh karena itu asam lemak omega-3 sangat dianjurkan untuk dikonsumsi oleh para ibu hamil dan menyusui, karena keduanya akan mempengaruhi kondisi janin di kandungan dan anaknya. Menurut Dahuri (1999) masyarakat di negara dengan tingkat konsumsi ikan yang tinggi, selain berkorelasi positif dengan tingkat kecerdasan masyarakat, penurunan kolesterol dan pencegahan berbagai penyakit degeneratif, juga menunjukkan tingkat harapan hidup yang relatif lebih lama yaitu mencapai sekitar 80 tahun. Tingginya usia harapan hidup masyarakat di negara dengan tingkat konsumsi ikan laut tinggi dapat dijelaskan dari adanya dampak positif mengonsumsi ikan laut yang menyebabkan kesehatan masyarakat semakin baik, dan kesehatan masyarakat yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam memper-panjang usia harapan hidup.

Namun selain manfaat yang telah dikemukakan di atas, perlu diperhatikan rekomendasi yang dikeluarkan WHO (1997), yaitu perlunya mengurangi kon-sumsi ikan asin, berkaitan dengan diet dan penyakit kanker. Metil merkuri


(38)

seba-gai kontaminan yang terkandung pada ikan laut tidak diragukan mengakibatkan efek kerusakan pada perkembangan otak, namun kerusakan yang terjadi tidak sebesar keseluruhan manfaat nutrisi yang diberikan ikan laut. Studi Hibbeln et al. (2007) menunjukkan bahwa resiko kehilangan manfaat gizi esensial pada perkembangan syaraf akibat penyajian konsentrasi kontaminan pada 340 gr ikan laut yang dikonsumsi tiap minggunya dapat terlampaui. Verbeke et al. (2008) dalam penelitiannya tentang “Komunikasi resiko dan manfaat konsumsi ikan laut pada konsumen Belgia” menyampaikan bahwa di dalam istilah kesehatan, konsumsi produk ikan laut sering dihubungkan dengan kontradiksi yang terjadi antara peningkatan gizi dan kemungkinan dampak toksikologi yang diperoleh konsumen. Manfaat kesehatan dari konsumsi ikan laut adalah adanya kandungan omega-3 dan vitamin D, sedang kemungkinan dampak toksikologi berasal dari kontaminan lingkungan seperti dioxin, methyl mercury dan polychlorinated biphenyls yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan manusia, terutama pada ibu hamil, perkembangan janin, ibu menyusui, bayi dan kanak-kanak. Konsentrasi kontaminan sangat tergantung pada spesies ikan, metabolisme dan tempat asalnya yaitu kondisi lingkungan dimana ikan itu tinggal sebelum ditangkap. Oleh karena itu, walaupun telah terbukti manfaat ikan laut, Kris-Etherton et al. (2003) menyarankan untuk mengonsumsi berbagai jenis ikan laut untuk memperkecil dampak buruk potensial yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan di laut.

Pola Konsumsi Ikan Laut

Semenjak dikaitkannya konsumsi ikan secara teratur dengan peluang menurunnya beberapa penyakit kronis, seperti penyakit jantung, maka terjadi peningkatan konsumsi ikan sesuai dengan kecenderungan menggunakan pola makan secara sehat (Verbeke & Vackier 2005). Penelitian Prell et al. (2002) menunjukkan bahwa pengkonsumsi ikan, yaitu para siswa sekolah usia 14 tahun, lebih dipuaskan karena rasa, tekstur daging dan penampilan ikan laut dan ber-pendapat bahwa masakan ikan laut itu sehat dan dapat diolah dengan baik.

Kendala yang diperkirakan menghalangi seseorang mengonsumsi ikan laut adalah persepsi tentang kesulitan di dalam membeli, menyiangi dan mengolahnya, persepsi tentang harga yang mahal atau persepsi tentang sifat-sifat fisik dari beberapa jenis ikan laut yang tidak menyenangkan (Leek et al.


(39)

2000), seperti banyaknya duri dan bau amis yang ditimbulkannya (Bredahl & Grunert 1997, Prell et al. 2002). Selain itu rendahnya konsumsi ikan laut juga berkaitan dengan kendala berupa tidak stabilnya pasokan ikan dan kurangnya variasi mutu, serta begitu rendahnya tingkat perkembangan produk ikan yang dapat memenuhi harapan konsumen (Trondsen 1997a, Trondsen 1997b, Trondsen et al. 2003a). Penelitian di beberapa tempat di pulau Jawa juga me-nunjukkan bahwa persepsi yang dimiliki konsumen tentang bau ikan yang tidak menyenangkan (amis, anyir) lebih merupakan hambatan besar dalam mengon-sumsi ikan laut (Suparman 2003, Nurdianty 2004, Mardianty 2005).

Berbagai pengetahuan di atas tentang manfaat ikan laut sebagai bahan pangan telah banyak diketahui masyarakat. Namun food choice merupakan suatu proses perilaku kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang berbeda-beda. Secara keseluruhan food choice tidak hanya ditentukan oleh kebutuhan fisiologis dan pengetahuan mengenai berbagai zat gizi yang terkan-dung di dalamnya dan kebutuhan manusia akan zat gizi tersebut, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya (Shepherd 1999) atau kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologis (Sijtsema 2003).

Bagaimana dengan sikap positif individu terhadap pola makan sehat? Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, kekuatan prediktif dari sikap dan keyakinan yang dimiliki individu mempunyai dampak terhadap pembentukan pola makan. Berbagai model food choice telah dikembangkan, seperti sikap internal individu mempengaruhi karakteristik sensori pangan (Roininen 2001) sedang bahan pangan itu sendiri, individu serta lingkungan sosial-ekonomi secara bersama-sama mempengaruhi food choice (Roininen 2001), yang semuanya dapat disatukan melalui sikap dan keyakinan individu. Tidak selamanya sikap positif seseorang terhadap suatu obyek akan sejalan dengan perilakunya yang positif terhadap obyek itu. Ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi perilaku seseorang, sebagaimana diutarakan oleh Ajzen (1991), yaitu norma-norma yang dipegang individu, pengontrolannya terhadap obyek sikap serta kecenderungannya bertindak terhadap obyek sikap.


(1)

(2)

200

Lampiran 5 Hasil korelasi antar peubah penelitian

Lampiran 5

WIL USIAA JAK PA PI INC PEKI PHAR PS POE POA PERSI MIT KOGI AFI SKPI POLAI ATURI PLI POLAA ATURA KOGA AFA SKPA

SNI

SNE

1,000 -0,152 -0,235 0,178 0,236 0,139 -0,041 -0,153 -0,472 -0,231 -0,195 -0,400 0,014 0,069 -0,321 -0,135 0,134 -0,081 -0,315 -0,104 -0,183 -0,382 -0,231 -0,402 -0,103 -0,330 1,000 0,061 -0,269 -0,193 -0,092 -0,044 -0,064 0,090 0,027 0,081 0,073 -0,213 -0,156 0,102 -0,059 -0,096 0,058 0,072 -0,068 0,144 0,077 0,088 0,102 -0,081 0,091 1,000 -0,257 -0,273 -0,201 0,010 -0,038 0,034 0,152 -0,006 0,076 -0,182 -0,198 0,046 -0,126 -0,174 0,165 -0,194 0,017 0,008 0,050 0,224 0,156 0,021 0,038 1,000 0,732 0,546 0,074 0,075 -0,194 -0,017 0,033 -0,052 0,352 0,412 0,038 0,339 0,332 -0,128 0,261 0,243 0,088 0,127 -0,021 0,080 0,208 -0,098 1,000 0,596 0,178 -0,034 -0,206 -0,041 0,072 -0,067 0,406 0,499 0,025 0,395 0,321 -0,124 0,310 0,182 0,050 0,151 -0,071 0,071 0,224 -0,118 1,000 0,183 0,051 -0,069 0,018 0,077 0,027 0,297 0,316 0,049 0,269 0,194 -0,084 0,406 0,109 0,034 0,159 0,003 0,117 0,130 -0,082 1,000 -0,053 0,042 0,048 -0,008 0,026 -0,015 0,076 0,041 0,084 0,049 -0,143 0,071 0,111 0,077 0,001 0,036 0,019 0,035 0,050 1,000 0,286 0,104 0,132 0,374 0,127 0,153 -0,004 0,115 0,063 -0,058 0,057 0,059 -0,094 0,065 -0,055 0,020 0,001 -0,024 1,000 0,391 0,220 0,706 0,024 0,020 0,252 0,162 0,054 -0,048 0,173 0,065 -0,012 0,281 0,073 0,244 0,166 0,188 1,000 0,255 0,757 0,104 0,076 0,239 0,198 0,152 0,006 0,068 0,183 -0,004 0,228 0,006 0,168 0,185 0,097 1,000 0,686 0,271 0,221 0,266 0,324 0,239 -0,198 0,178 0,173 -0,089 0,232 0,066 0,201 0,089 0,064 1,000 0,205 0,172 0,329 0,323 0,214 -0,119 0,188 0,202 -0,062 0,331 0,052 0,268 0,193 0,142 1,000 0,434 0,150 0,419 0,308 -0,162 0,251 0,108 -0,069 0,302 0,028 0,234 0,212 -0,019 1,000 0,087 0,812 0,387 -0,181 0,172 0,093 -0,068 0,144 -0,028 0,088 0,236 -0,123 1,000 0,652 0,125 0,009 0,373 0,027 0,097 0,284 0,242 0,334 0,099 0,090 1,000 0,367 -0,133 0,350 0,085 0,003 0,276 0,117 0,261 0,238 -0,039 1,000 -0,239 0,165 0,261 -0,158 0,194 -0,098 0,087 0,275 0,009

1,000 -0,026 0,010 0,242 -0,065 0,155 0,035 -0,051 0,196

1,000 0,145 0,113 0,288 0,067 0,244 0,139 0,062 1,000 -0,188 0,296 0,135 0,285 0,426 0,277 1,000 -0,086 0,080 -0,019 -0,239 -0,143 1,000 0,242 0,855 0,462 0,271 1,000 0,709 0,132 0,102 1,000 0,405 0,250 1,000 0,438 1,000


(3)

200

n 5 Hasil korelasi antar peubah penelitian (lanjutan)

SN

PBCK PBCA PBC

BI

FREK ASUPIL USIAI

Keterangan

-0,234 -0,166 -0,363 -0,290 -0,232 -0,571 -0,533 -0,005WIL

WIL

Wilayah

-0,008 -0,046 0,068 0,003 0,159 0,187 0,175 0,072USIAA

USIAA

Usia anak

0,032 0,174 0,212 0,220 0,004 0,143 0,158 0,187JAK

JAK

Besaran keluarga

0,091 0,142 -0,050 0,070 0,008 -0,029 -0,102 -0,078PA

PA

Pendidikan ayah

0,091 0,171 -0,027 0,100 0,040 -0,042 -0,150 -0,051PI

PI

Pendidikan ibu

0,046 0,128 -0,007 0,081 0,076 0,011 -0,051 0,052INC

INC

Pendapatan kel/kapita/bulan

0,049 0,195 0,133 0,194 0,043 0,130 -0,008 0,038PEKI

PEKI

Status kerja ibu (Kerja/IRT)

-0,009 -0,016 0,043 0,010 -0,025 0,096 0,085 -0,009PHAR

PHAR

Persepsi ibu ttg harga ikan

0,205 0,107 0,266 0,203 0,155 0,397 0,337 -0,059PS

PS

Persepsi ibu ttg ketersediaan ikan

0,172 0,065 0,211 0,145 0,088 0,228 0,140 0,013POE

POE

Persepsi ibu ttg kemudahan memperoleh

0,092 0,059 0,198 0,137 0,152 0,225 0,172 -0,050POA

POA

Persepsi ibu ttg kemudahan mengolah

0,200 0,095 0,296 0,208 0,166 0,375 0,283 -0,041PERSI

PERSI

Persepsi ibu ttg ikan laut

0,134 0,030 0,008 0,025 0,057 0,147 0,018 -0,114MIT

MIT

Ketidakpercayaan ibu ttg mitos makan ikan laut

0,097 0,062 -0,064 0,011 -0,018 0,015 -0,120 -0,189KOGI

KOGI

Sikap kognitif ibu thd ikan laut

0,111 0,280 0,251 0,310 0,215 0,433 0,295 -0,027AFI

AFI

Sikap afektif ibu thd ikan laut

0,140 0,211 0,097 0,189 0,113 0,265 0,083 -0,159SKPI

SKPI

Sikap ibu thd ikan laut

0,191 0,148 0,038 0,117 0,076 0,048 -0,045 -0,167POLAI

POLAI

Pola makan kel, persepsi ibu

0,063 0,022 0,032 0,031 -0,091 0,020 0,154 0,125ATURI

ATURI

Aturan makan kel, persepsi ibu

0,124 0,204 0,154 0,212 0,161 0,286 0,182 -0,027PLI

PLI

Perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu kel.

0,427 0,272 0,233 0,296 0,212 0,152 0,084 -0,092POLAA

POLAA

Pola makan kel, persepsi anak

-0,233 -0,014 -0,038 -0,028 -0,043 0,060 0,116 0,071ATURA

ATURA

Aturan makan kel, persepsi anak

0,447 0,306 0,352 0,378 0,390 0,389 0,298 -0,081KOGA

KOGA

Sikap kognitif anak thd makan ikan laut

0,139 0,396 0,260 0,391 0,261 0,248 0,224 0,094AFA

AFA

Sikap afektif anak thd makan ikan laut

0,397 0,435 0,394 0,483 0,423 0,465 0,335 -0,007SKPA

SKPA

Sikap anak thd makan ikan laut

0,892 0,385 0,411 0,457 0,286 0,165 0,071 -0,063SNI

SNI

Norma subyektif internal yang anak rasakan

0,797 0,188 0,318 0,283 0,235 0,215 0,309 -0,086SNE

SNE

Norma subyektif eksternal yang anak rasakan

1,000 0,353 0,435 0,449 0,310 0,220 0,202 -0,086SN

SN

Norma subyektif yang anak rasakan untuk makan ikan

1,000 0,489 0,902 0,425 0,214 0,156 0,085PBCK

PBCK

Kondisi yang memfasilitasi untuk makan ikan yg anak rasakan

1,000 0,818 0,407 0,290 0,281 0,067PBCA

PBCA

Pengalaman makan ikan laut yang anak rasakan

1,000 0,483 0,285 0,243 0,089PBC

PBC

Kontrol untuk makan ikan laut yang anak rasakan

1,000 0,299 0,283 -0,011BI

BI

Kecenderungan anak makan ikan laut

1,000 0,643 0,008FREK

FREK

Frekuensi anak mengkonsumsi ikan laut

0,554 1,000 0,005ASUPIL

ASUPIL

Asupan ikan laut pada anak


(4)

Lampiran 6 Ragam produk ikan laut yang dikonsumsi responden anak selama

satu bulan terakhir

No Produk olahan ikan laut

Nama latin

Frekuensi anak

mengonsumsi di wilayah

Pesisir

Pedalaman

Produk Ikan Basah

1

Bakar, Kakap

Lutjanus malabaricus

21

22

2

Bakar, Kembung

Rastrelliger brachysoma

2

0

3

Bakar, Kerapu

Epinephelus tauvina

35

1

4

Bakar, Patikoli

Caranx spp

28

0

5

Bandeng asem manis

Chanos chanos

0

1

6

Bandeng Presto

Chanos chanos

44

72 (54,1%)

7

Botok Teri

Stolephorus spp

64

57

8

Bumbu Kuning, Bandeng

Chanos chanos

7

9

9

Bumbu Kuning, Tongkol

Auxis thazzard

4

0

10

Gimbal Teri

Stolephorus spp

2

0

11

Gor. sambal, Bandeng

Chanos chanos

6

38

12

Goreng sambal, Gabus

Rachycentron canadus

1

0

13

Goreng sambal, Jambal

----

1

4

14

Goreng sambal, Kakap

Lutjanus malabaricus

0

6

15

Gor. sambal, Kembung

Rastrelliger brachysoma

48

0

16

Goreng sambal, Pari

Myliobatus spp

32

0

17

Goreng sambal, Petek

Leiognathus spp

28

0

18

Gor. sambal, Tembang

Sardinella gibbosa

15

0

19

Goreng sambal, Tongkol

Auxis thazzard

64

34

20

Goreng Tuna,

Thunnus spp

1

0

21

Goreng, Bandeng

Chanos chanos

81 (70,4%)

100 (75,2%)

22

Goreng, Banyar

Rastrelliger kanagurta

6

10

23

Goreng, Bawal

Parastromateus niger

4

12

24

Goreng, Blanak

Mugil cephalus

27

12

25

Goreng, Bodong

----

1

0

26

Goreng, Dorang

Pampus argenteus

1

0

27

Goreng, Ekor kuning

Caesio cuning

0

2

28

Goreng, Grabah

----

1

0

29

Goreng, Grandong

----

57

0

30

Goreng, Kembung

Rastrelliger brachysoma

76 (66,1%)

21

31

Goreng, Kerapu

Epinephelus tauvina

3

0

32

Goreng, Kodo

----

2

0

33

Goreng, Layur

Trichiurus spp

2

0

34

Goreng, Patikoli

Caranx spp

8

0

35

Goreng, Petruk

----

35

0


(5)

Lampiran 6 Ragam produk ikan laut yang dikonsumsi responden anak selama

anak selama satu bulan terakhir (lanjutan)

No

Produk olahan

ikan laut

Nama latin

Frekuensi anak

mengonsumsi di wilayah

Pesisir

Pedalaman

37

Goreng, Teri

Stolephorus spp

73

1

38

Goreng, Tuna

Thunnus spp

1

0

39

Gulai Kepala Kakap

Lutjanus malabaricus

19

15

40

Gulai Tengiri

Scomberomorus

commerson

23

0

41

Gulai Tongkol

Auxis thazzard

37

0

42

Mangut manyung

Airus thalassinus

81 (70,4%)

68

43

Pepes, Bandeng

Chanos chanos

19

12

44

Pepes, Banyar

Rastrelliger kanagurta

39

57

45

Pepes, Kembung

Rastrelliger brachysoma

6

0

46

Pepes, Teri

Stolephorus spp

62

0

47

Pepes, Tongkol

Auxis thazzard

1

0

48

Rempeyek Teri

Stolephorus spp

72

66

49

Sambal, Teri

Stolephorus spp

55

75(56,4%)

50

Sup, Tongkol

Auxis thazzard

1

1

Produk Ikan Asin

1

Blenyek

Stolephorus spp

61 (53%)

43 (32,3%)

2

Gereh, Gesek

Stolephorus spp

1

0

3

Gereh, Layur

Trichiurus spp

0

3

4

Pedo

----

33

6

Produk Ikan Kaleng

1

Kaleng, Sarden

Sardinella fimbriata

27 (17,4%)

45 (33,8%)

2

Kaleng, Tuna

Thunnus spp

1

0

Produk Ikan Pindang

1

Pindang, Bandeng

Chanos chanos

13

24 (18%)

2

Pindang, Banyar

Rastrelliger kanagurta

3

0

3

Pindang, Grandong

---

1

0

4

Pindang, Kembung

Rastrelliger brachysoma

2

0

5

Pindang, Krapu

Epinephelus tauvina

1

0

6

Pindang, Layur

Trichiurus spp

1

0

7

Pindang, Manyung

Airus thalassinus

46 (40%)

0

8

Pindang, Petruk

----

16

0

9

Pind.Serani Manyung

Airus thalassinus

9

0


(6)