Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau

PENGARUH KERUSAKAN BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP
KANDUNGAN FREE FATTY ACID DAN RENDEMEN CPO DI
KEBUN TALISAYAN 1 BERAU

PRYO ADI LUKITO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kerusakan
Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di
Kebun Talisayan 1 adalah benar karya saya denganarahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.Dengan ini saya

melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Pryo Adi Lukito
NIM A24090046

2

ABSTRAK
PRYO ADI LUKITO. Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap
Kandungan Free Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau.
Dibimbing oleh SUDRADJAT.
Kegiatan magang ini secara khusus bertujuan untuk memperlajari faktorfaktor yang mempengaruhi mutu CPO yang dilaksanakan diKebun Talisayan 1 PT
Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Berau, Kalimantan Timur pada bulan
Februari−Juni 2013. Analisis data dan permasalah masalah dibantu dengan
menggunakan diagram Ishikawa dan regresi linierdengan menjadikan buah
bermutuburuk, buah terlambat pengangkutan (restan), buah luka, dan kehilangan
hasil panen sebagai faktor-faktor penyebab masalah baik pada aktivitas panen
maupun pengangkutan hasil panen. Hasil analisis menunjukkan bahwa masalah
penurunan mutu CPO diantaranya dapat dilihat dari rendahnya rendemen minyak
kelapa sawit (CPO)serta tingginya kandunganFree Fatty Acid (FFA) dalam CPO.

Rendemen minyak yang rendah disebabkan oleh mutu buah yang buruk dan
kehilangan hasil panen. Kandungan FFA dalam CPO tinggi karena mutu buah
buruk, buah restan (terlambat pengangkutan), dan buah luka.
Kata kunci:CPO, FFA, kelapa sawit, panen, rendemen

ABSTRACT
PRYO ADI LUKITO. The Effect of Palm Oil Fruit Bunch Injury to Free Fatty Acid
Content and CPO Rendement at Talisayan 1 Estate Berau. Supervised by
SUDRADJAT.
The objective of this internship specifically was to study the factors that
affect the quality of CPO. The internship was conducted in Talisayan 1 Estate PT
Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Berau, East Kalimantan from February to June
2013. Problem analysis using Ishikawa diagram and linear regression by making
poor quality fruit, fruit “restan” (leftover), injury fruit, and the loss of crops as
factors that cause of problems, both the activity of harvesting until transporting the
yields. The analysis show that CPO degradation probelms one of which can be seen
from the low rendement of palm oil (CPO) and high Free Fatty Acid (FFA) CPO.
Low oilrendementcausedbypoorfruit qualityandyieldloss. High FFA CPO
causedbypoorqualityfruit, leftoverfruit, andfruitinjury.
Keywords:CPO, FFA, harvest, palm oil, rendement


3

PENGARUH KERUSAKAN BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP
KANDUNGAN FREE FATTY ACID DAN RENDEMEN CPO DI
KEBUN TALISYAN 1 BERAU

PRYO ADI LUKITO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


4

ludul Skripsi :Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free
Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau
Nama
: Pryo Adi Lukito
NIM
: A24090046

Disetujui oleh

Dr Ir Sudradjat, MS
Pembimbing

Tanggal Lulus:

2 2 nr"

2013


5

Judul Skripsi :Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free
Fatty Acid dan Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau
Nama
: Pryo Adi Lukito
NIM
: A24090046

Disetujui oleh

Dr Ir Sudradjat, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

6

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam
penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya semoga teladan darinya dapat ditiru dan diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari oleh semua umatnya.Alhamdulillah, karya tulis yang mulai dikerjakan
sejak bulan Februari 2013, dengan tema pemanenan kelapa sawitdan diberi judul
Pengaruh Kerusakan Buah Kelapa Sawit terhadap Kandungan Free Fatty Acid dan
Rendemen CPO di Kebun Talisayan 1 Berau, dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu.Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1.
Orang tua dan keluarga yang telah mendukung penuh perkuliahan penulis dan
selalu memberikan waktu serta doa untuk kemajuan dan kesuksesan penulis
2.
Bapak Dr Ir Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi atas bimbingan dan
pelajaran yang bermafaat

3.
Bapak Prof Dr Ir Bambang S. Purwoko, MSc selaku dosen pembimbing
akademik atas saran-saran dan motivasi selama perkuliahan
4.
Bapak Dr Haryadi dan Dr Supijatno yang telah bersedia menjadi dosen
penguji dalam ujian skripsi penulis serta nasihat dan kritik yang membangun
5.
Teladan Prima Group yang telah memberikan kesempatan dan akomodasi
untuk penulis menjalankan kegiatan magang di Kebun Talisayan 1 dan
Talisayan Mill PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation beserta pada staf dan
karyawannya
6.
Bapak Tentrem, Raga, Dedi, Hilmy, Aly, Sobri, Dana, Arif, dr Zacky, Bapak
Sofwan, Ibu Aisyah, Ibu Ina,Mas Azis, dan para mandor beserta karyawan
afdeling I, II, dan III, atas bantuan, bimbingan, dan kesabaran selama penulis
menjalankan kegiatan magang
7.
Teman-teman mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) IPB atas persahabatan,
dukungan, serta doanya sehingga semakin mendewasakan penulis
8.

Keluarga Agronomi dan Hortikultura (AGH), khususnya angkatan 46 (2009)
yang solid, creative, attractive, dan enthusiastic atas kebersamaan dan
pelajaran yang menjadikan penulis tumbuh dan berkembangan menjadi
agronom dan semoga tetap isthiqomah untuk pertanian. Semoga karya ilmiah
ini bermanfaat

Bogor, Oktober 2013
Pryo Adi Lukito

7

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE MAGANG
KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Keadaan Iklim dan Tata Guna Lahan

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Keadaan Tanaman dan Produksi
PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis
Panen (Potong Buah)
PengangkutanBuah
Pemupukan Anorganik
Sensus Hama, Ulat Api, Ulat Kantong, dan Tikus
Pengendalian Gulma
Tunas Pokok (Prunning)
Kualitas Buah Kelapa Sawit
Pengolahan Buah Kelapa Sawit
Aspek Manajerial
Manajerial Tingkat Asisten Afdeling
Manajerial Tingkat Kemandoran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kenaikan FFA dalam CPO karena Dampak Mutu Buah
Kenaikan FFA dalam CPO akibat Buah Luka
Penurunan Rendemen CPO karena Dampak Mutu Buah dan Kehilangan
Hasil Panen

Kenaikan FFA dalam CPO karena Dampak Restan dan Pengangkutan Buah
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
2
3
3
4
4
5
6
6

6
10
10
11
12
13
13
13
15
15
16
16
16
17
19
20
23
23
23
23
23
28

8

DAFTAR TABEL
1 Sebaran populasi dan produksi varietas bibit Marihat, Socfin, dan Topaz
di Kebun Talisayan 1 tahun 2012
2 Penggunaan HK, produksi TBS, dan output pemanen di Kebun Talisayan
1 tahun 2012
3 Rekapitulasi AKP, taksiran produksi, kebutuhan tenaga kerja harian dan
realisasi di afdeling 2 Kebun Talisayan 1 pada bulan Maret 2013
4 Daftar perlengkapan panen beserta fungsinya
5 Ambang populasi (ekor) kritis ulat api dan ulat kantong
6 Rekaputulasi pengamatan ulat
7 Deskripsi kelompok buah dan batas toleransinya
8 Standar kualitas minyak kelapa sawit dan kernel di Talisayan Mill
9 Hubungan persentase produksi buah bermutu buruk (unripe, over ripe,
empty bunch, dan abnormal) bulanan dengan rataan kandungan FFA
dalam CPO pada Januari 2012–April 2013
10 Hubungan presentase produksi buah buah bermutu buruk (unripe, over
ripe, empty bunch, dan abnormal) bulanan dengan rataan rendemen CPO
pada Januari 2012–April 2013
11 Pengaruh umur restan terhadap kadar FFA dalam CPO

6
6
8
9
12
12
14
14

17

19
21

DAFTAR GAMBAR
1. Contoh pembuatan diagram Ishikawa
2. Perbedaan bentuk buah dan pelepah bibit kelapa sawit, a) Marihat, b)

Socfin, dan c) Topaz

3
5

3. Jenis hama, bentuk serangan, dan administrasi pengamatan hama kelapa

sawit; a) dan b) bentuk serangan dan hama ulat api (S.nitens); c) formulir
sensus pengamatan serangan hama; d) dan e) hama ulat kantong
(Mahasena carbeti); f) hama tikus pohon (Rathus tiomanicus)
4. Keterkaitan aktivitas potong buah, transpor, dan sasaran pengolahan

12
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Uraian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas (PHL) di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation
2 Uraian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation
3 Uraian kegiatan magang sebagai pendamping asisten afdeling di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation
4 Identifikasi masalah penurunan rendemen (ekstraksi) minyak di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation
5 Identifikasi masalah kandungan FFA dalam minyak yang tinggi di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

26
27
28
31
31

9

6 Identifikasi masalah pelukaan pada tandan buah segar (TBS) di Kebun
Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation
7 Identifikasi masalah restan (pengangkutan TBS yang terlambat) di
Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation
8 Curah hujan lima tahun terakhir (2008−20012) di Kebun Talisayan 1 PT
Tanjung Buyu Perkasa Plantation
9 Peta Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation
10 Struktur organisasi Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa
Plantation tahun 2012

32
32
33
34
35

10

1

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara dengan luas perkebunan kelapa sawit dan sebagai
produsen Crude Palm Oil (CPO) nomor satu di dunia, yakni sekitar 24 juta ton
(Wahyudi 2012). Produksi CPO Indonesia selain menjadisumber pendapatan
negara,juga sekaligus memenuhi 47% kebutuhan minyak nabati dunia (Wiyono
2013). Manfaat lain dari adanya perkebunan kelapa sawit yaitu terbukanya
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang hidup di sekitar perkebunan, yang
diharapkan dapat mendongkrak perekonomian dan taraf hidup masyarakat secara
berkelanjutan.
Tantangan Indonesia saat ini adalah menjaga kepercayaan konsumen CPO
dari isu-isu negatiftentang kelapasawit yang sedang berkembang dengan cara tetap
memproduksi CPO yang bermutu dan bersertifikat secara nasional dan
internasional. Indonesia juga harus dapat terus bersaing di pasar minyak nabati
dunia bersama nagara produsen lainya seperti Malaysia; memenuhi kebutuhan
dalam negeri; serta meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara.
Mutu CPO dapat dilihat secara kuantitas dan kualitas. Produksi buah dengan
kuantitas baik akan menghasilkan rendemen CPO 23.2−27.4% (Pahan 2006)
dengan kadar asam lemak bebas (ALB) atauFree Fatty Acid (FFA) 98%) agar
hasil ekstraksi minyak (rendemen CPO) tinggi.
Semakin tinggi kandungan FFA, maka semakin rendah kualitas CPO.
Pengaruh rendah atau tingginya FFA dan rendemenCPO terletak pada mutu buah
yang dipanen. Mutu buah yang baik akan menghasilkan CPO dengan FFA rendah
dan rendemen minyak yang tinggi. Buah yang terlambat diolah akibat terlambat
pengangkutan(restan) dapat meningkatkan FFA, selain itu penanganan yang kasar
juga dapat meningkatkan laju FFA. Luka pada buah kelapa sawit akibat
penanganan yang kasar dapat menstimulasi konversi molekul minyak menjadi FFA
dengan laju yang sangat tinggi, sehingga kandungan FFA meningkat dengan cepat
(Mangoensoekarjo dan Semangun 2003).
Pembentukan FFA terbanyak adalah saat di lapangan atau sebelum mulai
diolah di Pabrik Kelapa Sawit (PKS), karena pada saat pengolahan di PKS
kenaikan FFA hanya 0.1% atau paling tinggi 0.3−0.5% pada PKS yang kurang
terkendali pengawasannya. Kenaikan FFA saat penimbunan dan pengapalan hingga
sampai di tangan konsumen juga relatif rendah (Mangoensoekarjo dan Semangun
2003).
Tujuan utama kegiatan magang adalah memperlajari kegiatan pada semua
jenjang karier di perkebunan kelapa sawit serta memperkaya pengalaman kerja di
perusahaan kelapa sawit baik aspek teknis maupun manajerial. Secara khusus
magang inibertujuan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi mutu CPO
dalam kegiatan perkebunan kelapa sawit.

2

METODE MAGANG
Pelaksanaan magang dimulai pada 11 Februari hingga 11 Juni 2013
bertempat di Kebun Talisayan 1, PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation, Teladan
Prima Group, Desa Cepuak, Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau, Kalimantan
Timur. Penulis ditempatkan oleh perusahaan di afdeling 2 TSE 1. Penempatan
disalah satu afdeling ini bertujuan agar penulis dapat mengikuti keseluruhan
kegiatan kebun baik aspek tektnis maupun menejerial secara utuh dan kontinu.
Pelaksanaan magang yaitu dengan terlibat aktif pada seluruh pekerjaan di
tingkat afdeling atau divisi, denganluas standar afdeling adalah 500−1000 ha yang
dipimpin oleh satu orang asisten afdeling.Kegiatan afdeling meliputi tiga tingkat,
yaitu sebagai pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping
asisten afdeling.Uraian kegiatan harian magang selama empat bulan yang penulis
lakukan dapat dilihat pada Lampiran 1, 2, dan 3. Selain kegiatan yang dilampirkan
pada Lampiran 1, 2, dan 3,penulis juga melakukan penelitian untuk mempelajari
faktor-faktor yang mempengaruhi mutu CPO dalam kegiatan perkebunan kelapa
sawit. Penelitian dilakukan melalui observasi lapangan, pengambilan sampel, dan
uji laboratorium.
Observasi lapangan bertujuan mengumpulkan informasi secara langsung di
lapangan baik dengan cara pengamatan maupun wawancara. Observasi lapangan
yang dilakukan meliputi: (1) permasalah produksi buah atau tandan buah segar
(TBS) yang bermutu buruk; (2) pengumpulan dan penyusunan buah di tempat
pengumpulan hasil (TPH) yang kurang disiplin; (3) pengangkutan buah dari TPH
ke pabrik kelapa sawit (PKS) yang kurang efektif. Ketiga pokok masalah tersebut
diidentifikasi menggunakan diagram Ishikawa sehingga dapat ditentukan akar
permasalahan hasil observasi.
Pengambilan contoh bertujuan mendapatkan data lapangan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta menghasilkan kesimpulan yang sah.
Contoh yang diambil adalah (1) buah lepas berumur restan (keterlambatan angkut)
0−14 hari dengan masing-masing umur restan diambil sebanyak 50 gram;(2) data
sekunder perusahaan selama bulan Januari 2012 sampai dengan April 2013,
diantaranyahasil pengelompokkan (grading) mutu buah buah di PKS; rendemen
CPO harian; dan kadar FFA dalam CPO harian.Contoh buah lepas dengan berbagai
umur restan digunakan untuk uji laboratorium kandungan FFA dalam CPO setiap
umur restan (0−14 hari).
Pengambilan contoh buah lepas dilakukan sekaligus untuk kebutuhan 14 hari
pangamatan pada blok yang sedang mendapati jadwal panen. Buah lepas kemudian
diseleksi dengan cara melihat bagian buah yang menempel pada spikelet (pangkal
buah) satu persatu dan dipilih yang masih segar atau berwarna putih. Kriteria
pangkal buah lepas yang masih segar dan berwarna putih mencirikan umur buah
lepas yang baru saja lepas dari tandannya (< 1 hari), sehingga diasumsikan umur
buah lepas seragam. Umur restan buatan 0−14 hari dilakukan oleh penulis dengan
cara menyimpan buah lepas terseleksi di tempat terbuka dengan penagawasan
penulis agar tidak hilang atau rusak karena hewan liar di sekitar kebun, selama 14
hari. Buah lepas terseleksi setiap hari dianalisis kandungan FFAnya dengan ulangan
sebanyak tiga kali.

3

Data-data sekunder perusahaan digunakan untuk mengukur besaran dampak
suatu masalah melalui analisis regresi linear sederhana.Pengujian di laboratorium
untuk mengetahui kadar FFA pada buah restan dengan berbagai umur restan.
Analisis FFA dilakukan sesuai dengan prosedur yang dilakukan di perusahaan yaitu
dengan metode titrasi. Perhitungan FFA adalah sebagai berikut:

Identifikasi dan pemecahan masalah kandungan FFAdalam CPO yang tinggi
dan rendemen CPO yang rendah menggunakan bantuan diagram Ishikawa. Diagram
Ishikawa biasa dikenal dengan diagram sebab akibat atau diargram tulang ikan
(Gambar 1). Diagram ini merupakan suatu alat atau metode yang dapat membantu
mengidentifikasi penyebab dari suatu masalah serta dampak dari masalah tersebut
(Lux Innovation 2008). Hasil identifikasi masalah menggunakan Diagram Ishikawa
yang terdapat dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, dan 6.

Gambar 1 Contoh pembuatan diagram Ishikawa
Pengukuran dampak atau risiko kandungan FFAdalam CPOyang tinggi dan
rendemen CPO yang rendah menggunakan analisis regresi linear sederhana dan uji
nilai signifikasi. Analisis regresi data dan informasi dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak Microsoft Office Excel 2007 dan MINITAB 1.4.

KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Kebun Talisayan 1 terletak di Desa Cepuak, Kecamatan Talisayan,
Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Perjalanan menuju lokasi kebun dapat
ditempu melalui perjalanan darat, laut, dan udara. Perjalanan udara dari Bandara
Internasional Soekarno-Hatta, akan mendarat di Bandara Sepinggan, Balikpapan
dan kemudian transit menuju Bandara Kalimarau, Berau, yang kurang lebih
menghabiskan waktu 3.5 jam perjalanan. Perjalanan dilanjutkan menuju kebun
dengan menggunakan angkutan darat atau mobil pribadi dengan estimasi waktu 4
jam perjalanan. Kondisi jalan sudah beraspal, tetapi beberapa kilometer sebelum
tiba di lokasi, jalan yang dilalui adalah jalan satuan pemukiman penduduk yang
berbatu dan belum beraspal. Jalur darat dapat ditempuh dari Kota Samarinda
dengan estimasi waktu 12−14 jam dengan melintasi jalan lintas kabupaten yang
memotong hutan. Penggunaan transportasi air juga dapat ditempuh untuk tiba di
lokasi, dari Kota Tanjung Redep, Berau dengan estimasi waktu selama 3 jam
perjalanan.

4

Kebun Talisayan 1 memiliki batas sebelah Utara dengan Kebun Plasma 02
dan Laut Sulawesi; sebelah Timur dengan Kebun Talisayan 2; sebelah Selatan
dengan Kebun Plasma 05 atau Desa Bumi Jaya, dan sebelah Barat dengan Kebun
Plasma 01 atau Desa Cepuak.
Keadaan Iklim dan Tata Guna Lahan
Variabel iklim yang rutin diamati di Kebun Talisayan 1 adalah curah hujan
dan hari hujan. Rata-rata hari hujan dan curah hujan bulan Januari 2008 hingga
Desember 2012 adalah sebesar 125 hari dan 2 350 mmtahun-1, kodisi tersebut telah
termasuk kondisi curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan tanaman kelapa
sawit (Pahan 2006). Menurut tipe iklim Schmidt-Fergusson Kebun Talisayan 1
tergolong iklim A (sangat basah) (Kartasapoetra 2004).Data curah hujan dan hari
hujan lima tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran7.
Luas lahan Kebun Talisayan 1 adalah 2 971 ha, dengan pembagian guna
lahan 90.8% untuk tanaman menghasilkan, 4% untuk jalan dan jembatan, 3% untuk
emplasemen dan pondok karyawan, serta 2% untuk pabrik pengolahan kelapa
sawit. Kebun Talisayan 1 tidak memiliki area tanaman belum menghasilkan,
pembibitan, land cover,area cadangan dan okupasi. Peta Kebun Talisayan 1 dapat
dilihat pada Lampiran 8.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di Kebun Talisayan 1 terbagi menjadi dua kelompok, yakni
staff dan non-staff. Luar areal Kebun Talisayan 1 sebesar 2 971 ha dibutuhkan 6
orang staff dan tambahan asisten agronomi (asisten afdeling) yang
bertanggungjawab untuk mengkoordinir kebun plasma yang jumlahnya disesuaikan
dengan luasan kebun plasma dengan standar mengikuti kebun inti. Dibutuhkan
tambahan satu orang asisten kepala (askep) untuk luasan kebun yang lebih besar
dari 3 000 ha atau dengan pertimbangan kebutuhan lainnya, seperti program inhouse training untuk persiapan sebagai Estate Manager jika dinilai telah mampu.
Tenaga kerja non-staff terbagi menjadi dua kelompok, yakni karyawan tidak
langsung dan langsung. Karyawan tidak langsung adalah karyawan yang terlibat
secara tidak langsung pada kelompok pekerjaan di lapangan atau yang berkaitan
dengan budidaya tanaman, seperti supervisi, administrasi, dan bagian pendukung
atau pelayanan umum.
Karyawan tidak langsung memiliki empat bagian yaitu karyawan bagian (1)
kantor besar dan gudang, (2) karyawan bagian umum, (3) karyawan traksi, serta (4)
kayrawan bagian kantor dan administrasi afdeling. Pengelolaan kantor besar dan
gudang di Kebun Talisayan 1 menggunakan sistem administrasi semi komputerisasi
dengan rincian tenaga pembukuan; bagian personalia dan payroll; bagian
administrasi tanaman; pengurus gudang; krani gudang; dan bagian pelayanan
umum.
Karyawan bagian umum melayani aspek pendidikan, kesehatan, keamanan,
pengasuhan anak karyawan, pelayanan dan pemeliharaan rumah staff kebun.
Karyawan traksi dibutuhkan untuk bagian perbengkelan, transportasi, dan
administrasi. Karyawan pengelola kantor dan administrasi tingkat afdeling terdiri
dari mandor 1, krani afdeling, krani keliling, mantri sensus atau tanaman, bagian

5

palayanan umum (kebersihan dan perawatan kantor serta taman), centeng, mudim,
operator listrik dan air, serta pengasuh anak karyawan.
Karyawan langsung merupakan karyawan yang teribat langsung pada
pekerjaan budidaya dan pemeliharaan tanaman. Adapun pekerjaan karyawan
langsung di Kebun Talisayan 1 antara lain adalah sebagai: mandor panen, krani
panen, mandor tunas, mandor pemupukan anorganik, mandor semprot
(pengendalian gulma secara kimia), mandor perawatan jalan dan infrastruktur, serta
mandora loading(pengangkutan buah). Struktur organisasi tingkat afdeling dan
ketersediaan tenaga kerja secara lengkap tersaji pada Lampiran 9.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Talisayan 1 menggunakan bibit dengan tahun tanam bervariasi, mulai tahun
tanaman 2005, 2006, dan 2007 dengan menggunakan tiga varietas/klon bibit yaitu
Marihat, Socfin, dan Topaz.Marihat merupakan bahan tanam yang dihasilkan
melalui teknik kultur jaringan oleh PPKS (PPKS 2012). Socfin merupakan bahan
tanam unggul yang dikeluarkan oleh PT Socfin Indonesia yang disahkan oleh SK
Kementerian Pertanian No.440/Kpts/LB.320/2004 dan No.441/Kpts/LB.320/2004
(Socfin 2013). Topaz adalah bahan tanam yang dikeluarkan oleh Asian Agri yang
telah disahkan oleh SK Kementerian Pertanian No.57-60/Kpts/SR.120/I/2004 (Said
2013).Gambar 2 memperlihatkan perbedaan bentuk buah dan pelepah ketiga jenis
bibit yang digunakan. Sebaran produksi, dan produktivitas bibit klon Marihat,
Socfin, dan Topaz di Kebun Talisayan 1 dapat dilihat pada Tabel 1. Produktivitas
tertinggi tahun 2012 didapatkanolehtanaman dengan tahun tanam 2006 yang
berasal darivarietas Marihat, yaitu 31.88 ton ha-1, hal itu diduga karenapemupukan
yang sesuai dengan rencana dan kebutuhan tanaman, baiknya kegiatan
pemeliharaan tanaman, serta kondisi lingkungan di sekitar tanaman yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

a

b

c

Gambar 2Perbedaan bentuk buah dan pelepah bibit kelapa sawit, a) Marihat, b)
Socfin, dan c) Topaz

6

Tabel 1 Sebaran produksi dan produktivitasvarietas/klon Marihat, Socfin, dan
Topazdi Kebun Talisyaan 1 tahun 2012
Luas Produksi
Produktivitas
(ha)
(ton)
(ton ha-1)
F16; I7−I27; K25−K30
MRHa
660
16120
24.42
H6−H33; J19−J30
2005
SOCb
1 136
23 853
20.99
c
G9−G28
TPZ
581
14 579
25.09
F9−F15
MRH
187
5 963
31.88
2006
E12−E14
SOC
70
1 967
28.10
I28; J17−J18
2007
SOC
64
1 079
16.87
Total
2 698
63.56
23.56d
Sumber: Kantor besar Kebun Talisayan 1; aMRH (Marihat), bSOC (Socfin), cTPZ
(Topaz);dhasil rataan dari produktivitas
Blok

Tahun
tanam

Varietas

PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis
Panen (Potong Buah)
Panen merupakan kegiatan memotong TBS (Tandan Buah Segar) dari
tanaman kelapa sawit hingga tempat pengumpulan hasil (TPH) sebelum akhirnya
diangkut dan diolah di pabrik menjadi CPO (crude palm oil) dan kernel. Pekerjaan
panen dilakukan oleh pemanen, mandor panen, dan krani panen. Mandor dan krani
bertindak sebegai supervisor. Supervisor adalah tim yang membantu asisten
afdeling mengerjakan tugas supervisi, yaitu pengawasan, pengorganisasian, serta
bertanggung jawab terhadap anggota, lokasi, dan hasil panen pada tingkat afdeling.
Kebijakan perusahaan menetapkan sapta disiplin panen untuk pembentukan
karakter disiplin pada pekerjaan panen, yang isinya: (1) buah matang dipotong
semua; (2) buah mentah nol persen; (3) buah lepas dikutip semua; (4) buah di susun
rapi di TPH; (5) pelepah disusun rapi di gawangan mati; (6) tidak ada pelepah
sengkleh; dan (7) administrasi diisi tepat waktu. Penilaian terhadap kinerja
supervisi dapat dilihat dari aplikasi sapta disiplin panen di lapangan dan output
pemanen (kg HK-1).Penggunaan HK (hari kerja), produksi TBS, dan output
pemanen Kebun Talisayan 1 pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Penggunaan HK, produksi TBS, dan output pemanen di Kebun Talisayan 1
tahun 2012
Jumlah HK

TBS
dikirim
Luas
Persentase
Afdeling
ke
HK yang HK siap
(ha)
siap borong
pabrik
digunakan borong
(%)
(ton)
Afdeling 1
945
15 558
12 112
78
25 985
Afdeling 2
833
15 069
10 167
67
20 137
Afdeling 3
920
16 999
11 311
67
18 601
Total
2 698
47 626
33 590
71
64 723
Sumber: Kantor besar Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

Output
(kg HK-1)
1 670
1 336
1 094
1 367

7

Taksasi Harian. Taksiran produksi (taksasi) adalah kegiatan menghitung
jumlah TBS atau janjang siap panen pada luasan tertentu. Tujuan taksasi adalah
memperkirakan jumlah dan tonasejanjang yang dapat dipanen serta jumlah tenaga
panen harian. Kebijakan setiap perusahan dalam menentukan metode taksasi
berbeda-beda. Kebun Talisayan 1, PT Tanjung Buyu Perkasa Plantations (TSE 1
PT TBPP) melakukan taksasi setiap hari atau menggunakan angka kerapatan panen
(AKP) aktual. Syarat mendapatkan angka kerapatan panen aktual adalah dengan
metode pengambilan contoh yang representatif. Setiap hari target panen adalah satu
seksi panen ( 5 blok), sehingga 2 blok adalah batas minimal yang dijadikan
sebagai blok contoh. AKP digunakan untuk menghitung jumlah TBS taksiran pada
luasan tertentu, yang selanjutnya dapat ditentukan kebutuhan tenaga panen per
harinya.Rumus perhitungan AKP adalah sebagai berikut:

Efektivitas taksiran terlihat dari selisih antara realisasi dengan taksirannya,
semakin kecil selisih maka efektivitas taksasi tinggi dan perlu dipertahankan.
Rekapitulasi AKP, taksiran produksi, dan kebutuhan tenaga kerja harian dengan
realisasi di lapangan di afdeling 1 Kebun Talisayan 1 pada bulan Maret 2013 dapat
dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 ditunjukkan bahwa rataan selisih tonase
taksiran dengan realisasi sebesar 34%, artinya ketidaktepatan taksiran cukup besar
sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan taksasi di afdeling 2 belum berjalan
efektif.
Seksi Panen. Setiap afdeling dibagi menjadi 6 seksi panen, yaitu: A, B, C,
D, E, dan F. Seksi panen adalah luasan tertentu yang harus selesai dipanen dalam
satu hari. Seksi panen dibuat demikian agar satu seksi selesai dipanen satu hari;
mempermudah pindah hancakantar blok; mempermudah pengawasan tim
supervisi;efisiensi transpor buah; dan meningkatkan output pemanen. Seksi panen
yang tidak selesai dalam satu hari akan dikerjakan dihari berikutnya, sehinggadapat
berdampak pada bertambahnya luasan panen yang harus dikerjakan dan menjadikan
rotasi panen tinggi jika tidak segera diatasi.
Rotasi Panen. Rotasi normal adalah 6/7, artinya hari kerja untuk panen
adalah 6 hari, dan kemudian setelah tujuh haripekerjaan panen telah kembali pada
seksi panen yang sama. Rotasi panen terbagi menjadi empat kategori, yaitu rotasi
normal (6/7), rendah (6/7−6/8), sedang (6/9−6/15), dan tinggi (>6/15). Rotasi yang
ditoleransi oleh perusahaan adalah rotasi normal dan rendah, sedangkan rotasi
sedang dan tinggi dapat memberikan kerugian bagi pemanen dan perusahaan
berupa pendapatan dan produksi buah harian tidak optimal. Rotasi panen rendah,
sedang, dan tinggi (tidak normal) dapat terjadi karena nilai AKP tinggi (AKP >
50%), sedangkan kapasitas pemanen rendah, sehingga perlu ditinjau ulang
kebutuhan tenaga panen agar dapat menormalkan rotasi panen. Beberapa dampak
rotasi tinggi adalah banyaknya buah lepas, buah lewat masak (over ripe), dan buah
busuk atau janjang kosong (empty bunch). Rotasi panen yang normaldiperoleh
dengan menyelesaikan seksi panen dalam sehari secara konsisten dan menambah
tenaga kerja panen.

8

Tabel 3 Rekapitulasi AKP, taksiran produksi, dan kebutuhan tenaga kerja harian dan realisasi di
afdeling 1 Kebun Talisayan 1 pada bulan Maret 2013
Luas
Taksiran Realisasi Selisih
AKP
Taksiran Realisasi Taksiran Realisasi
panen
tonase
tonase
tonase
(%)
jml HK
HK
jml TBS jml TBS
(ha)
(kg)
(kg)
(%)
1
49.0 132
73
45
9 251
4 518
115 620 65 420
43
2
55.3 114
71
42
9 036
6 172
112 940 60 650
46
4
70.3
97
76
42
9 660
7 116
120 750 104 380
14
5
51.7 125
72
46
9 242
7 901
115 510 65 990
43
6
48.7 118
72
39
9 159
6 234
114 470 80 820
29
7
53.3 118
70
43
8 993
6 559
112 400 86 270
23
8
56.7 117
72
45
9 483
5 837
118 520 77 260
35
9
52.0 124
72
38
9 220
6 340
115 240 88 450
23
11
57.0 124
80
34
10 107
5 061
126 330 34 230
73
13
53.3 122
72
45
9 225
8 276
115 300 122 520
6
14
59.7 102
70
42
8 925
6 938
116 750 85 400
27
15
52.0 122
71
50
9 056
9 051
113 180 74 880
34
16
56.3 116
73
37
9 416
7 358
117 860 64 250
45
18
53.3 121
70
51
8 873
11 451 110 900 40 000
64
19
52.3 123
71
52
9 022
13 121 114 570 70 550
38
20
65.3
97
71
39
9 074
8 525
113 540 39 690
65
21
67.0
96
73
40
9 205
7 730
115 060 98 220
15
22
55.0 125
77
49
9 222
8 327
122 760 79 570
35
23
58.7 118
78
44
9 897
8 748
112 810 95 850
15
24
9
1 057
25
62.3
88
61
40
7 850
8 395
89 470
78 510
12
26
62.0 118
83
46
10 463
8 880
119 260 89 740
25
27
58.7 118
77
41
9 904
7 239
112 260 82 910
26
28
56.0 117
74
44
9 377
6 978
117 220 91 790
22
30
53.0 124
74
33
9 408
7 131
117 590 60 980
48
Rataan selisih tonase (%)
34
Sumber: Kantor afdeling 2 Kebun Talisayan 1 PT Tanjung Buyu Perkasa Plantation

Tanggal

Hancak Panen. Hancak panen yang diterapkan Kebun Talisyan 1 adalah
hancak giring tetap per kemandoran, artinya setiap mandor memiliki tanggung
jawab hancak yang sama setiap kali panen.Satu hancak panen terdiri dari 2−4 baris
tanaman berdekatan. Satu pemanen memiliki tanggung jawab minimal satu hancak
panen dan disesuaikan dengan jumlah kehadiran harian pemanen. Satu afdeling
dengan luasan standar 1000 ha dibutuhkan tiga kemadoran panen, yang tiap
kemandoran 40−42 baris tanaman, yang artinya satu orang mandor bertanggung
jawab atas 20−21 orang pemanen.
Kelebihan hancak giring tetap per kemandoran adalahdimungkinkan adanya
pertukaran hancak yang berdekatan antar pemanen atau dengan kata lain pemanen
harus dapat menyelesaikan hancak panen rekannya yang berdekatan saat tidak
bekerja. Salah satu kelemahan tipe hancak ini adalah kurang adanya rasa tanggung
jawab dalam menjaga hancak tetap bersih dan rapi, melainkan fokus untuk
memotong buah dan mendapatkan premi sebanyak-banyaknya. Hancak panen

9

selesai saat buah masak (ripe) dipanen semua, buah lepas dikutip bersih, pelepah
dirumpuk rapi di gawangan mati atau antar baris tanaman, dan tidak ada pelepah
sengkleh.
Apel Pagi. Kegiatan apel pagi dimulai pukul 06.00 WITA di depan kantor
afdeling masing-masing. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh mandor masingmasing. Saat apel pagi, mandorperlu menyampaikan beberapa evaluasi hari
sebelumnya dan hal-hal yang sifatnya informatif. Karyawan memiliki hak untuk
menyampaikan keluhan, masukan, ataupun hal serupa lainnya kepada mandor,
selaku supervisor. Agenda apel pagi antara lain: pemeriksaan kehadiran, penentuan
lokasikerja, pembagian hancak panen, serta penyampaian prestasi dan jumlah
pendapatan pemanen.
Perlengkapan Panen. Kegiatan panen didukung oleh beberapa alat panen
yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dan harus dilengkapi oleh pemanen.
Perlengkapan panen dan fungsinya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Daftar perlengkapan panen beserta fungsinya
No.
Nama alat
1. Dodos
2.

Egrek

3.
4.

Angkong
Tojokatau
Gancu
Helm
Sepatu boots
Arang

5.
6.
7.

Fungsi
Memotong buah dan pelepah, baik digunakan saat
ketinggian tanaman relatif rendah
Memotong TBS dan pelepah, baik digunakan saat
ketinggian tanaman relatif tinggi
Melangsir atau memindahkan buah dari piringan ke TPH
Menyusun buah di angkong dan TPH

Melindungi kepala pemanen
Melindungi kaki pemanen
Menuliskan nomor hancak pemanen pada tandan buah yang
disusun di TPH, untuk memudahkan pencatatan buah oleh
krani panen
Sumber: Pengamatan langsung di lapangan
Premi Panen. Kewajiban pamenen yang dituntut oleh perusahaan adalah
menyelesaikan hancak panen, memenuhi sapta disiplin panen, dan memenuhi target
produksi buah perorangan dalam satu hari (basis borong). Basis borong adalah
jumlah TBS minimal yang harus didapatkan pemanen dalam satu hari kerja (HK).
Satu HK pada hari biasa adalah 7 jam, dan 5 jam untuk hari Jum’at (hari pendek).
Basis borong ditentukan berdasarkan bobot janjang rata-rata (BJR) afdeling
masing-masing. Berdasarkan Upah Minimum Rata-rata (UMR) Kota Berau,
pemanen yang telah menyelesaikan HK dan atau mencapai 85% basis borong
berhak mendapatkan upah sebesar Rp 71800 ditambah Rp 8500 (memenuhi basis
borong). Apabila pemanen dapat menyelesaikan HK dengan jumlah TBS lebih dari
basis borong, maka pemanen mendaptkan premi lebih borong sebesar Rp 630 per
TBS. Sistem premi bertujuan memacu atau memotivasi pemanen agar memiliki
prestasi sebaik mungkin dalam memproduksi TBS, semakin berprestasi maka
semakin menguntungkan baik bagi pemanen maupun perusahaan. Masalah yang
terjadi adalah ketika rotasi panen tinggi adalah pemanen lebih fokus untuk
memotong buah tanpa menyelesaikan hancak panennya, hal itu disebabkan waktu

10

yang dibutuhkan untuk mendapat basis dan lebih borong akan berkurang karena
pekerjaan semakin banyak.
Kriteria Matang Panen. Standar perusahaan dalam menentukan kriteria
buah yang masak (layak dipanen) adalah minimal TBS memiliki 1 brondolan yang
telah lepas, akan tetapi menurut standar bidang quallity accurance buah matang
atau buah yang layak dipanen adalah buah yang sudah memiliki brondolan ≥ 3 butir
per janjang atau maksimum brondolan telah lepas 50%, warna buah kemerahan dan
bagian dalam kulit buah berwarna orange. Buah atau TBS yang belum memiliki
brondolan (buah lepas) disebut buah mentah yang tidak layak panen.
Prestasi Kerja Pemanen.Prestasi kerja dapat diukur dari pendapatan, mutu
buah yang dipanen, dan output kerja pemanen. Semakin tinggi pendapatan (basis
dan lebih borong), maka semakin tinggi produktivitas serorang pemanen. Mutu
buah yang diharapkan adalah  5% buah lewat matang (over ripe), 1% buah mentah
(unripe), 0% gagang panjang,0% buah busuk (empty bunch), 0% buah abnormal,
dan selebihnya (±90%) adalah buah matang (ripe). Output
kerja adalah
kemampuan menyelesaikan pekerjaan, baik luas panen yang diselesaikan maupun
terkutipnya semua buah lepas, tersusunnya rumpukan pelepah dengan rapi, dan
tidak ada buah masak yang tertinggal di pokok.
Pengangkutan Buah
Kegiatan setelah panen adalah pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik
(loading ramp). Organisasi pengangkutan buah melibatkan: karyawan pemuat buah
(kenek buah), mandor transport, supir truk, dan mandor traksi. Armada angkut TBS
menggunakan dump truck dengan kapasitas angkut  7000 kg per angkut. Tidak
ada kriteria TBS tertentu yang boleh atau tidak dimuat ke dalam truk, akan tetapi
semua TBS yang ada di TPH harus habis dimuat dan diangkut ke pabrik. TBS yang
terlambat pengangkutan(misalnya terlambat 1 hari), harus didahulukan dalam
pengangkutan berikutnya.Setiap karyawan pemuat buah memiliki kewajiban sama
halnya pemanen, yaitu menyelesaikan hari kerja, mencapai basisborong3000 kg per
orang dan sebanyak-banyaknya mendistribusikan TBS dan buah lepas ke pabrik.
Permasalahan yang terjadi adalah jalan dan atau jembatan yang rusak
sehingga menghambat proses muat dan distribusi buah. TBS dan brondolan yang
tidak dapat dimuat akan dapat menambah jumlah buah restan (buah terlambat
angkut). Penyelesaian yang telah dilakukan antara lain pengangkutan buah dan
buah lepas secara manual atau menggunakan jasa langsir buah manual dari TPH ke
jalan utama oleh karyawan wanita sampai jalan koleksi selesai diperbaiki dan dapat
dilalui truk buah; penggunaan alat berat untuk muat buah dan pengangkutan buah
ke PKS; melakukan perawatan jalan yang terdapat buah restan atau blok yang
sedang dipanen; serta tidak melakukan pekerjaan panen pada blok yang jalan utama
dan koleksinya tidak dapat diakses truk buah.
Pemupukan Anorganik
Penguntilan pupuk.Penguntilan pupuk adalah pembagian pupuk dari karung
besar menjadi beberapa karung dengan takaran yang lebih kecil. Standar untilan
adalah 12.5 kg per karung. Pekerjaan penguntilan pupuk dilakukan secara borongan
oleh karyawan wanita dengan target harian 1 750 kg per HK. Tujuan penguntilan
adalah agar dosis pupuk yang diaplikasikan lebih akurat dan memudahkan kegiatan
ecer dan tabur pupuk di lapangan. Keakuratan timbangan untilan dan

11

meminimalisir bongkahan pupuk yang terbawa adalah dua hal yang perlu diawasi
oleh mandor dan tenaga until pupuk.
Pengeceran pupuk. Pengeceran pupuk artinya meletakkan untilan pupuk
pada tiap baris tanaman pada blok aplikasi (supply point). Tiap supply point adalah
empat baris tanaman dengan diberikan untilan pupuk sesuai kebutuhan dosis pupuk
pertanaman. Pengeceran dilakukan setiap pagi sebelum kegiatan pemupukan
menggunakan dump truck. Semakin cepat dan tepat pengeceran yang dilakukan,
maka semakin memudahkan penabur pupuk melaksanakan tugasnya. Cuaca hujan
dan jalan yang tergenang air sering kali menjadi masalah pekerjaan ini karena
untilan pupuk dapat hilang tercuci.
Penaburan pupuk. Pelaksanaan pemupukan dibantu dengan alat berupa
takaran tabur pupuk sesuai dosis, ember pupuk sebagai wadah untilan, dan
selendang untuk menggendong ember. Setiap dua baris tanaman membutuhkan
maksimal tiga orang, yang masing-masing bertugas satu orang sebagai pembawa
untilan pupuk dan dua orang lainnya sebagai penabur. Pupuk ditabur ke sekitar
rumpukan pelepah di antara pokok sawit dan di pasar tengah dengan tujuan
memacu pertumbuhan akar muda di daerah tersebut karena pada kelapa sawit yang
berumur 6.5 tahun panjang akar absorsinya telah mencapai 32 meter pohon-1 (Pahan
2006). Penaburan pupuk yang baik dapat dinilai dengan melihat ketipisan taburan
dan jarak taburan dengan tanah. Semakin tipis taburan, maka peluang terserap tanah
akan semakin besar dan memperkecil peluang tercuci oleh air atau menguap.
Dekatnya jarak taburan pupuk dengan tanah akan semakin mempercepat tanah
menyerap unsur hara yang terkandung pada pupuk.
Sensus Hama Ulat Api, Ulat Kantong, dan Tikus
Tiga kegiatan ini dilakukan dalam satu hari kerja, yang secara administrasi
pelaporannya terpadu dalam satu formulir sensus serangan hama kelapa sawit.
Gambar 3 adalah hama dan bentuk serangannya pada kelapa sawit yang ada di
Kebun Talisayan 1. Ambang populasi kritis ulat api dan kantong dapat dilihat pada
Tabel 5.
Pengendalian yang dilakukan untuk ulat api dan kantong adalah fogging
(pengasapan). Dosis foggingdisesuaikan dengan tingkat keparahan serangan hasil
sensus yang direkomendasikan oleh departemen riset. Pengendalian hama tikus
menggunakan pengendalian hayati, yaitu memanfaatkan musuh alaminya burung
hantu (Tito alba). Jangkauan satu ekor burung hantu adalah 12 km (Surtikanti
2011), dengan potensi makan 5 ekor tikus hari-1atau setara dengan 3000 ekor tikus
per tahunnya (Sipayung dan Thohari 1994). Serangan hama tikus di afdeling 2
Kebun Talisayan 1 tergolong rendah (< 5%), yang serangannya paling banyak
terlihat pada buah muda kelapa sawit.

12

a

b

c

d
\

\
\

f
\

Gambar 3 Jenis hama, bentuk serangan, dan administrasi pengamatan hama kelapa
sawit; a) dan b) bentuk serangan dan hama ulat api (S.nitens); c)
formulir sensus pengamatan serangan hama; d) dan e) hama ulat
kantong (Mahasena carbetti); f) hama tikus pohon (Rathus tiomanicus)
Tabel 5 Ambang populasi (ekor) kritis ulat api dan ulat kantong
Ulat api
Ulat kantong
Setora nitens Thosea bisura
Kategori
Mahasena
Metisa plana
&Thosea
& Thosea
Darna trima
serangan
corbetti
&C.pendula
asigna.
diducta
TBM TM
TBM TM
TBM TM
TBM TM
TBM TM
Ringan
20
≥ 40
≥5
> 10 > 20
> 40
Sumber: Vademecum pemeliharaan tanaman TBM dan TM Kebun Talisayan
Pengamatan hama tanaman kelapa sawit yang dilakukan di blok H-23
(afdeling 2) pada bulan Februari 2013 menunjukkan bahwa serangan ulat api
termasuk pada jenis serangan berat dengan jumlah ulat 48 ekor ulat per pelepah,
sedangkan serangan ulat kantong tergolong jenis serangan ringan dengan jumlah
ulat 1 ekor ulat per pelepah. Rekapitulasi pengamatan serangan ulat dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6 Rekaputulasi pengamatan ulat

Jenis hama

Ringan
Rataan
Jumlah
ulat per
pokok
pelpah
terserang
(ekor)

Ulat api
Ulat kantong
3
1
Sumber: Pengamatan di lapangan

Sedang
Rataan
∑ pokok
ulat per
terserang
pelpah
(ekor)
1
6

Berat
Rataan
∑ pokok
ulat per
terserang
pelpah
(ekor)
12
48

Pengendalian Gulma
Gulma yang menjadi perhatian dalam pekerjaan budidaya kelapa sawit adalah
gulma yang berada di piringan, pasar rintis, pasar tengah, dan di sepanjang tepi
jalan utama dan koleksi. Pengendalian yang digunakan ada dua jenis, yaitu
pengendalian gulma secara manual dan kimia. Pengendalian gulma manual

13

diterapkan pada jenis gulma berkayu yang ada di area tanaman menghasilkan.
Kendala dari pengendalian manual adalah dibutuhkan tenaga kerja (TK) yang
banyak dan waktu yang relatif lama sehingga pekerjaan pemeliharaan tanaman ini
sering kali tidak diprioritaskan atau hanya ditujukan pada area yang memiliki
jumlah gulma berkayu dominan. Pengendalian gulma secara kimia adalah kegiatan
pemeliharaan tanaman menghasilkan yang rutin dilaksanakan setiap hari. Pekerjaan
ini memiliki tim khusus yang melayani semua afdeling (inti dan plasma) Kebun
Talisayan 1, dengan standar 5 ha TK-1.
Tunas Pokok (Prunning)
Prunning adalah kegiatan memotong pelepah yang berjumlah di atas standar
perusahaan untuk kondisi produksi buah yang optimal. Penunasan dapat
menggunakan dodos (tinggi tanaman  2.5 meter) dan menggunakan egrek untuk
tanaman yang tingginya > 2.5 meter. Beberapa tipe penunasan yaitu songgoh tiga
dan songgoh dua, artinya setiap buah yang muncul minimal disanggah oleh tiga
pelepah (songgo tiga) atau dua pelepah (songgo dua). Songgo tiga berlaku untuk
tanaman yang berumur  6 tahun atau pelepah disisakan 48−56 pelepah, dan untuk
tanaman yang lebih tua diberlakukan songgo dua atau disisakan 40−48 pelepah.
Enam tujuan penunasan diantaranya mempermudah pekerjaan panen (potong buah);
menghindari tersangkutnya brondolan pada pelepah; melancarkan proses
penyerbukan alami; mempermudah pengamatan buah pada saat sensus produksi
dan taksasi; sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang
tidak sesuai dengan perkembangan hama dan penyakit; dan pada tanaman muda
(tunas pasir) mempermudah pemupukan, pengendalian gulma, dan pengutipan buah
lepas.
Kualitas Buah Kelapa Sawit
Buah kelapa sawit yang telah dipanen akan mendapatkan proses grading
sebanyak dua kali, yakni dilakukan oleh kerani panen di tempat pengumpulan hasil
(TPH) dan oleh petugas grading di hoper loading ramp (pabrik). Grading adalah
kegiatan pemeriksaan kualitas buah dengan tujuan sebagai salah satu alat kontrol
kualitas buah yang diterima kebun dan atau pabrik. Parameter grading buah dapat
dilihat pada Tabel 7.
Pengolahan Buah Kelapa Sawit
Kebun Talisayan 1 memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) yang
jaraknya dekat dengan lokasi kebun produksi, selain mengolah buah dari kebun inti
PKS Talisayan Mill (TSM) juga mengolah buah dari kebun plasma dan kebun milik
masyarakat sekitar PKS. Hasil olahan buah kelapa sawit di TSM berupa Crude
Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel), dengan kapasitas olah mencapai 60 ton
tandan buah segar (TBS) per jam.
Hasil olahan TSM dibatasi oleh standar mutu hasil olahan baik berdasarkan
standar konsumen maupun bagian quality accurance (QA). Standar mutu yang
dibuat oleh bidang QA lebih ketat daripada standar mutu hasil olahan yang
ditetapkan oleh konsumen, hal itu dilakukan agar perusahaan mendapat keuntungan
dan konsumen memperoleh produk yang diinginkan. Tabel 8 menjelaskan standar
CPO dan inti sawit di Talisayan Mill.

14

Tabel 7 Deskripsi kelompok buah dan batas toleransinya
Kelompok buah (%)
Buah matang

Buah mentah
Buah lewat matang
Buah busuk atau
empty bunch
Buah abnormal

Deskripsi
Brondolan telah lepas ≥ 3 butir per janjang atau
maksimum brondolan telah lepas 50%, warna buah
kemerahan dan bagian dalam kulit buah berwarna
orange
Brondolan lepas  3 butir per janjang, buah berwarna
hitam atau ungu gelap
Brondolan telah lepas lebih dari 50% atau maksimum
90%
Brondolah telah lepas lebih dari 90%

Batas
toleransi
≥ 94%

1%
 5%
0%

Buah gagal berkembang menjadi buah masak normal
0%
(buah partenokarpi  50%; buah batu; buah sakit; dan
buah kecila)
Buah bergagang
Gagang janjang buah panjangnya berukuran lebih dari 2
0%
panjang
cm
Buah lepas yang dikutip oleh pemaneng dan diletakkan
5−10%
Buah lepas di TPH
di tempat pengumpulan hasil (TPH)
Sumber: Bagian quality accurance Teladan Prima Group;aBerat janjang rata-rata
(BJR) < 3 kg
Tabel 8 Standar kualitas hasil olahan kelapa sawit di Talisayan Mill
Batasan indikator
FFA (Free Fatty Acid)
Moist (kadar air)
Dirt (kotoran)
DOBI (Deterioration of Bleachability Index)
Rendemen
Sumber: Bagian quality accurance Teladan Prima Group

Produk
CPO
Kernel
< 3.00%
< 0.20%
< 7.00%
< 0.02%
< 6.00%
> 2.61
>24.00%
-

Saat rendemen CPO kurang dari 24% perusahaan dapat rugi karena tidak
dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen secara penuh dan apabila
peristiwa ini terus menerus terjadi dapat mengurangi rasa kepercayaan konsumen
dan akhirnya berpaling menjadi pelanggan CPO. Nilai DOBI adalah nilai dari
tampilan warna dari minyak kelapa sawit (MKS), nilai DOBI yang tinggi akan
mengurangi kadar kemerahan MKS karena warna minyak olahan yang lebih disukai
oleh konsumen untuk konsumsi dengan warna yang kekuningan mendekati benih
karena dinilai lebih bersih dari kotoran.
Kadar air pada CPO dan kernel yang banyak akan mengurangi rendemen
minyak yang dihasilkan sehingga apabila standarnya dilanggar akan merugikan
konsumen, sama halnya dengan kadar kotoran. Kandungan FFA dalam CPO
bervariasi tergantung umur buah yang diolah, tingkat kematangan dan kerusakan

15

buah, serta baik atau buruknya manajerial pemanenan di lapangan (potong buah dan
transpor buah).
Semakin baik manajerial panen, maka semakin menguntungkan bagi
perusahaan karena produksi ton per TBS per hektar yang tinggi (output), biaya per
kg yang rendah, dan mutu produksi yang baik berupa asam lemak bebas atau FFA
yang rendah.
Terdapat pembagian peran antara karyawan kebun dengan pabrik dalam
penjagaan kualitas hasil olahan kelapa sawit. Tugas utama personil kebun atau
lapangan adalah mengambil buah dari pokokdengan tingkat kematangan yang
sesuai dan mengantarkannya ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu
yang tepat tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman. Tugas utama bagian
pabrik adalah mengolah buah secepat-cepatnya dan menjaga kehilangan hasil
(losses), oleh karena itu diagram keterkaitan aktivitas potong buah, transpor, dan
sasaran pengolahan dibuat (Pahan 2006), yang dapat dilihat pada Gambar4.

Gambar 4Keterkaitan aktivitas potong buah, transpor, dan sasaran pengolahan
Aspek Manajerial
Manajerial adalah salah satu fungsi dari tim pengelola kebun yang terdiri
darimanager, asisten afdeling, mandor dan bagian administrasi.Aspek manajerial
yang dilakukan selama magang adalah manajerial tingkat afdeling. Pekerjaan
manajerial tingkat afdeling dibagi ke dalam dua tingkatanyaitu tingkat asisten
afdeling dan kemandoran, yang dibedakan dari pembagian tugas atau pekerjaan dan
besarnya tanggung jawab.
Manajerial Tingkat Asisten Afdeling
Pekerjaan manajerial yang utama dan paling awal dilakukan adalah perencaan
kebutuhan tingkat afdeling. Asisten afdeling bersama tim pengelola kebun setiap
tahun membuat perencaan dana operasional (PDO) sebagai acuan penggunaan
dana, tenaga kerja, alat dan bahan yang digunakan untuk pekerjaan budidaya,
pemeliharaan tanaman dan infrastruktur, serta kesejahteraan karyawan. PDO yang

16

telah dibuat digunakan untuk membuat rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja
bulanan (RKB), dan rencana kerja harian (RKH). Kegiatan manajerial lainnya yang
rutin dilakukan bersama mandor adalah rapat pembentukan atau pengorganisasian
kongsi kerja per kemandoran dan lingkaran pagi yang dilaksanakan setiap hari
sebelum memulai aktivitas yang bertujuan menyampaikan informasi penting
sekaligus memberikan instruksi pekerjaan sesuai perencanaan sebelumnya.
Tanggung jawab asisten afdeling adalah membawahi mandor, krani panen, dan
krani afdeling, serta membuat laporan kegiatan harian dan bulanan.
Manajerial Tingkat Kemandoran
Perencanaan yang dilakukan oleh mandor adalah mengenai pekerjaanpekerjaan teknis budidaya harian tingkat afdeling. Minimal setiap mandor
membawahi 20−25 orang karyawan yang sifatnya tentatif tegantung kebutuhan
pekerjaan harian dan bulanan. Pembagian tugas mandor dilakukan saat pelaksanaan
apel pagi, yang kemudian mandor akan melaporkan hasil pekerjaan (jenis
pekerjaan, penggunaan tenaga kerja dan atau bahan yang digunakan, absensi
karyawan, dan prestasi kerja) setiap harinya. Laporan harian mandor dikenal
dengan laporan kegiatan mandor (LKM). LKM adalah dasar dari pembuatan
laporan harian dan bulanan asisten afdeling. Dibutuhkan team work yang baik dan
rasa tanggung jawab yang mumpuni agar pembagian tugas berjalan dengan baik
dan sesuai dengan yang diharapkan.

HASIL DA