Analisa Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit Di Kabupaten Labuhan Batu Dan Kabupaten Serdang Bedagai.

(1)

ANALISA POSISI TAWAR PETANI KELAPA SAWIT DI

KABUPATEN LABUHAN BATU DAN KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

SURYA HARIYADI BATUBARA 050304071

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISA POSISI TAWAR PETANI KELAPA SAWIT DI

KABUPATEN LABUHAN BATU DAN KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

SKRIPSI

SURYA HARIYADI BATUBARA 050304071

Diajukan Kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat

guna memperoleh derajat sarjana pertanian

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Analisa Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai

Nama : Surya Hariyadi Batubara Nim : 050304071

Departemen : Agribisnis Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

Ketua

Ir. Diana Chalil, MSi, Ph.D NIP. 1967 0303 1998 022001

Anggota

Ir. M.Mozart B Darus, M.Sc NIP. 131 689 798

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Ir. Luhut Sihombing, MP NIP. 1965 1008 1992 031001


(4)

RINGKASAN

Surya Hariyadi Batubara (050304071), dengan judul skripsi ”ANALISA

POSISI TAWAR PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”, di Provinsi Sumatera

Utara. Penelitian ini dibawah bimbingan ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir.M.Mozart B Darus,M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing.

Petani masih belum sepenuhnya mendapatkan posisi yang seimbang dalam pembentukan harga TBS. Jika petani mempunyai andil penentuan harga maka posisi tawar petani dapat meningkat tetapi sebaliknya jika hanya pembeli yang menentukan harga maka posisi tawar akan rendah. Untuk mengetahui bagaimana posisi tawar petani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, perlu diadakan penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kekuatan tawar (Bargainig Power) petani kelapa sawit terhadap pembentukan harga TBS. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu pada daerah yang memiliki luas terbanyak di Sumatera Utara. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode snowball yaitu pengambilan sample berdasarkan mengetahui dari sampel pertama yang memberikan informasi tentang yang sama usaha tani kelapa sawit. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis uji logit denga variabel yang mempengaruhi adalah karakteristik usaha tani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi tawar petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai. Akan tetapi di Kabupaten Labuhan Batu petani kelapa sawit memiliki posisi tawar lebih kuat dibandingkan di Kabupaten Serdang Bedagai. Faktor yang mempengaruhi posisi tawar petani berdasarkan karakteristik usaha tani adalah kredit. Kredit berpengaruh dalam posisi tawar petani kelapa sawit


(5)

RIWAYAT HIDUP

SURYA HARIYADI BATUBARA, lahir di Medan pada tanggal 10

Maret 1987 anak dari Bapak A.K. Batubara,SE dan Ibu Suriati br Sinaga,SKM. Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Medan, dan pada tahun 2005 melalui jalur Reguler, diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Departemen Agribisnis.

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Badan Kenaziran Mushola (BKM) Al-Mukhlisin FP-USU, Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP), Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) FP-USU.

Tahun 2009 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Laksa, Kecamatan Pegagan Hilir, Kabupaten Dairi, dan pada tahun yang sama penulis melaksanakan penelitian skripsi di Labuhan Batu dan Serdang Bedagai.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISA POSISI TAWAR PETANI KELAPA

SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU DAN KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

• Ibu Ir. Diana Chalil, Msi, PhD selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

• Bapak Ir. M.Mozart B Darus, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi dan membantu penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

• Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU dan Ibu Dr. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen SEP, FP-USU yang telah memberikan kemudahan dalam hal perkuliahan dan administrasi kegiatan organisasi saya di kampus.

• Seluruh Dosen Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama ini.

• Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian khususnya pegawai Departemen Agribisnis


(7)

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada ibunda Suriati br Sinaga atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, tak lupa kepada para kakanda dan abangda Herlina Rahma Batubara,SE, Rahmat, Sri Muharrani,ST, Joni,ST yang menjadi inspirasi saya selama ini dan atas semangat yang telah diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Departemen Agribisnis angkatan 2005. Dan juga penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat Riduan, Evi, Eka, Gina, Sita, Dedi, Johanes, Helova, Binsar yang telah membantu penulis dalam membuat skripsi ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2010


(8)

DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ...1

Identifikasi Masalah ...3

Tujuan Penelitian ...4

Kegunaan Penelitian ...4

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ...5

Landasan Teori ...6

Kerangka Pemikiran ...8

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian...12

Metode Pengambilan Sampel...13

Metode Pengumpulan Data...13

Data Primer ...13

Data Sekunder ...13

Metode Penelitian ...14

Defenisi dan Batasan Operasional ...18

Defenisi ...18


(9)

DESKRIPSI PROFIL PERUSAHAAN ...19

HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Karakteristik Sampel Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai ...22

Luas Lahan ...22

Jenis Bibit ...23

Pinjaman Modal (Kredit) ...25

Lama Bertani ...27

Penjualan TBS ...28

Produksi TBS ...30

Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai ...31

Pengaruh Karakteristik Usaha Tani Terhadap Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai ...33

Permasalahan dan Penyelesaian dalam Meningkatkan Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit...36

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...41

Saran ...43 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Wilayah dan Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Utara ...12

2. Luas Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan Batu ...20

3. Luas Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai ...20

4. Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan Batu ...21

5. Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai ...21

6. Uji Beda Rata-Rata Luas Lahan ...22

7. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Penggunaan Jenis Bibit Kabupaten Labuhan Batu ...23

8. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Penggunaan Jenis Bibit Kabupaten Serdang Bedagai ...24

9. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Pinjaman Modal (Kredit) Kabupaten Labuhan Batu ...25

10. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Pinjaman Modal (Kredit) Kabupaten Serdang Bedagai ...26

11. Uji Beda Rata-Rata Lama Bertani ...27

12. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Pembeli TBS di Kabupaten Labuhan Batu ...28

13. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Pembeli TBS di Bibit Kabupaten Serdang Bedagai ...30

14. Uji Beda Rata-Rata Produksi TBS ...30


(11)

16. Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai ...32

17. Model Summary...34

18. Omnibus Tests of Model Coefficients ...34

19. Hosmer and Lemeshow Test ...35


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal. 1. Skema kerangka Pemikiran ...10


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Karakteristik Petani Kelapa Sawit ...45

1a. Labuhan Batu ...45

1b. Serdang Bedagai ...46

2. Deskripsi Usaha Tani ...47

2a. Labuhan Batu ...47

2b. Serdang Bedagai ...48

3. Petani Responden dan Jenis Bibit ...49

3a. Labuhan Batu ...49

3b. Serdang Bedagai ...50

4. Petani Responden dan Kredit...51

4a. Labuhan Batu ...51

4b. Serdang Bedagai ...52

5. Pembentukan Harga TBS di Tingkat Petani ...53

4a. Labuhan Batu ...53

4b. Serdang Bedagai ...54

6. Analisa Data Primer 1 ...55

7. Analisa Data Primer 2 ...56

8. Analisa Data Primer 3 ...57


(14)

RINGKASAN

Surya Hariyadi Batubara (050304071), dengan judul skripsi ”ANALISA

POSISI TAWAR PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN LABUHAN BATU DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI”, di Provinsi Sumatera

Utara. Penelitian ini dibawah bimbingan ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, Ph.D sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir.M.Mozart B Darus,M.Sc sebagai anggota komisi pembimbing.

Petani masih belum sepenuhnya mendapatkan posisi yang seimbang dalam pembentukan harga TBS. Jika petani mempunyai andil penentuan harga maka posisi tawar petani dapat meningkat tetapi sebaliknya jika hanya pembeli yang menentukan harga maka posisi tawar akan rendah. Untuk mengetahui bagaimana posisi tawar petani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, perlu diadakan penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kekuatan tawar (Bargainig Power) petani kelapa sawit terhadap pembentukan harga TBS. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu pada daerah yang memiliki luas terbanyak di Sumatera Utara. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode snowball yaitu pengambilan sample berdasarkan mengetahui dari sampel pertama yang memberikan informasi tentang yang sama usaha tani kelapa sawit. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis uji logit denga variabel yang mempengaruhi adalah karakteristik usaha tani

Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi tawar petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai. Akan tetapi di Kabupaten Labuhan Batu petani kelapa sawit memiliki posisi tawar lebih kuat dibandingkan di Kabupaten Serdang Bedagai. Faktor yang mempengaruhi posisi tawar petani berdasarkan karakteristik usaha tani adalah kredit. Kredit berpengaruh dalam posisi tawar petani kelapa sawit


(15)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari berbagai potensi sektor pertanian yang dimiliki Indonesia, khususnya Sumatera Utara, sub sektor perkebunan merupakan salah satu potensi yang cukup besar yang dimiliki daerah ini. Hal ini ditandai dengan banyaknya perkebunan yang lokasinya berada di daerah ini baik yang dimiliki oleh rakyat, negara (BUMN), dan swasta asing maupun nasional (PMA maupun PMDA). Dari berbagai jenis perkebunan yang dikelola oleh rakyat di Sumatera Utara, komoditi kelapa sawit adalah yang paling dominan (Mulyana, 2008).

Pembangunan subsektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hal, (a) kelapa sawit merupakan penggerak utama (prime mover) pengembangan agribisnis kelapa sawit mulai dari hulu hingga ke hilir (b) pembangunan subsektor kelapa sawit merupakan penyedia lapangan kerja yang cukup besar dan sebagai sumber pendapatan petani; (c) kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang memiliki andil besar dalam menghasilkan devisa Negara (Afifuddin,dkk, 2007)

Khusus untuk perkebunan rakyat, tujuan utama pengembangannya adalah untuk mengangkat harkat hidup petani dan keluarganya dengan cara meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani melalui pengembangan kebun.. Tujuan lainnya yang lebih luas lagi yaitu pembangunan masyarakat pekebun yang berwiraswasta, sejahtera dan selaras dengan lingkungannya, dan mewujudkan perpaduan usaha yang didukung oleh suatu sistem usaha dengan memadukan


(16)

berbagai kegiatan produksi pengolahan dan pemasaran hasil dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti dalam suatu kerjasama yang saling menguntungkan (Mulyana, 2008).

Namun demikian di lapangan diperoleh informasi bahwa telah terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu masalah yang dipertentangkan adalah penetapan harga Tandan Buah Segar (TBS) (Mulyana, 2008).

Untuk memberikan perlindungan dalam perolehan harga TBS produksi petani yang wajar serta menghindari adanya persaingan tidak sehat diantara Pabrik Kelapa Sawit (PKS), telah menyebabkan Departemen teknis terkait dan pemerintah di beberapa daerah secara langsung melakukan intervensi. Beberapa bentuk regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah diantaranya adalah Permentan No. 395/Kpts/OT.140/11/2005 tentang Pedoman Penetapan Harga TBS Kelapa Sawit Produksi. Ruang lingkup peraturan ini meliputi rumus harga pembelian TBS, pembinaan dan sanksi. Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar hukum bagi pemerintah daerah dalam pelaksanaan pembelian Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit produksi petani (Departemen Pertanian, 2007).

Namun demikian, kebijakan pentapan harga pembelian TBS tersebut belum efektif dilaksanakan di seluruh daerah produsen, termasuk di daerah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai. Hasil penelitian Wilson PAP (2010) menunjukkan bahwa masih terdapat perbedaan yang signifikan antara harga yang diterima petani rakyat dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu penyebabnya adalah perbedaan indeks “K” yaitu proporsi yang diterima oleh petani kelapa sawit. Menurut ketetapan pemerintah


(17)

seharusnya petani menerima 84,11% dari indeks proporsi “K”. Kenyataannya petani hanya menerima sebesar 68,47% dari indeks proporsi “K”.

Hal ini mengindikasikan bahwa petani masih belum sepenuhnya mendapatkan posisi yang seimbang dalam pembentukan harga TBS. Jika petani mempunyai andil penentuan harga maka posisi tawar petani dapat meningkat tetapi sebaliknya jika hanya pembeli yang menentukan harga maka posisi tawar akan rendah. Untuk mengetahui bagaimana posisi tawar petani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, perlu diadakan penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kekuatan tawar (Bargainig Power) petani kelapa sawit terhadap pembentukan harga TBS.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka diidentifikasikan beberapa permasalahan penelitian yang dibuat yaitu :

1. Bagaimanakah karakteristik petani kelapa sawit Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai?

2. Bagaimanakah posisi tawar petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai?

3. Bagaimanakah pengaruh karakteristik usaha tani terhadap posisi tawar petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dengan Kabupaten Serdang Bedagai?

4. Apa sajakah masalah yang dihadapi petani kelapa sawit dalam meningkatkan posisi tawar tersebut?


(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebaai berikut :

1. Untuk mengetahui karakteristik petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai

2. Untuk mengetahui kekuatan tawar petani sawit dalam menjual TBS di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi posisi tawar petani 4. Untuk mengetahui permasalahan dan alternatif solusi dalam meningkatkan

posisi tawar petani kelapa sawit

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang melakukan penelitian ini 2. Sebagai bahan informasi untuk mengetahui kekuatan tawar petani kelapa

sawit

3. Sebagai bahan referensi dan studi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang membutuhkan


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Sesbany (2008) lemahnya posisi tawar petani umumnya disebabkan petani kurang mendapatkan/memiliki akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang kurang memadai. Problem mendasar bagi mayoritas petani Indonesia adalah ketidakberdayaan dalam melakukan negosiasi harga hasil produksinya. Posisi tawar petani pada saat ini umumnya lemah, hal ini merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan petani.

Menurut Akhmad (2007), upaya yang harus dilakukan petani untuk menaikkan posisi tawar petani adalah dengan :

a. Konsolidasi petani dalam satu wadah untuk menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran.

b. Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi secara kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas dan siklus produksi secara kolektif.

c. Kolektifikasi dalam pemasaran produk pertanian.

Faktor lain yang juga dapat melemahkan posisi tawar petani adalah struktur pasar yang monopsonistik. Pada struktur tersebut pembeli jauh lebih sedikit dibandingkan dengan petani sebagai penjual. Pembeli yang sedikit tersebut menguasai akses dan informasi pasar serta mempunyai modal cukup. Sebaliknya, petani sebagai penjual umumnya tidak menguasai akses, informasi maupun permodalan (Yogi, 2003)

Kurangnya informasi harga TBS oleh petani juga mengakibatkan lemahnya posisi tawar petani. Petani hanya mengetahui harga TBS dari agen.


(20)

Seringkali agen memberikan isu-isu yang tidak benar sehingga harga TBS tersebut rendah. Misalnya isu PEMILU yang dibuat agen untuk membuat harga rendah. Isu tersebut berupa harga TBS yang ditetapkan pemerintah tidak berubah diakibatkan sedang berlangsngnya PEMILU di daerah tersebut. Padahal hal tersebut tidak mempengaruhi harga TBS. Hal ini tersebut yang harus diperhatikan pemerintah untuk memberikan informasi pasar kepada petani dengan cara mendirikan suatu wadah organisasi. (W Karo-Karo, 2010)

Wadah organisasi ini berguna untuk memberikan informasi harga pasar kepada petani kelapa sawit agar petani mengetahuinya. Dengan petani mengetahui harga TBS di pasar petani dapat melakukan tawar menawar kepada agen dan dapat menjual TBS kepada agen yang memberikan harga yang sesuai dengan harga pasar (W Karo-Karo, 2010).

2.2 Landasan Teori

Bargaining power adalah negosiasi, kapasitas satu pihak untuk mendominasi yang lain karena pengaruhnya, kekuatan, ukuran, atau status, atau melalui kombinasi dari taktik persuasi yang berbeda ( Sukirno, 2002 )

1.

Bargaining power terdiri dari 2 yaitu : Bargaining Power of Consumer adalah Keuntungan bahwa hasil di mana

(a) pembeli terkonsentrasi atau terorganisir,

(b) pembelian mereka mewakili sebagian besar pendapatan pemasok, (c ) pembelian mereka mewakili sebagian besar biaya sendiri, atau (d ) terlalu banyak mengejar pemasok pembeli terlalu sedikit.


(21)

2. Bargaining Power of Supplier adalah

Pembeli di posisi tersebut dapat (dan melakukan) memberikan tekanan tanpa henti pada pemasok dengan menuntut kualitas tinggi dengan harga yang lebih rendah.

Keuntungan yang terjadi ketika :

( a ) pemasok terkonsentrasi itu, Namun, biasanya ilegal bagi mereka untuk secara terbuka atau diam-diam membentuk kartel,

( b ) barang terlalu sedikit yang dikejar oleh pembeli terlalu banyak, ( c ) barang pemasok adalah unik atau sangat dibedakan dengan sedikit atau tidak ada pengganti,

( d ) pemasok maju terintegrasi (lihat integrasi ke depan), dan / atau ( e ) biaya tinggi terlibat dalam beralih dari satu pemasok yang lain.

Pada struktur pasar monopsoni di tingkat petani, pedagang adalah penentu harga. Pada struktur monopsoni pedagang akan menetapkan harga sama dengan biaya rata-rata usahatani. Penetapan harga tersebut lebih rendah dari pada harga di pasar komoditi pertanian. Akibatnya harga komoditi di tingkat petani lebih rendah daripada harga komoditi di tingkat pasar persaingan sempurna walaupun tidak ada biaya pemasaran maupun pengolahan.

Pemasok dalam posisi tersebut dapat (dan melakukan) permintaan harga premium.

Keadaan ini jelas akan merugikan petani dan akan menurunkan pendapatan petani. Hal itu disebabkan dalam pasar "monopsoni", pedagang adalah penentu harga, sehingga harga di tingkat petani lebih dipengaruhi oleh penetapan harga pedagang dibandingkan dengan harga pasar.


(22)

Dengan demikian walaupun terjadi kenaikan harga di pasar komoditi pertanian, kenaikan harga tersebut lebih terserap kepada keuntungan pedagang

dibandingkan dengan penyerapan untuk kenaikan pendapatan petani (Lubis Satia, 2006).

Menurut Yogi (2003), alternatif yang telah banyak dikemukakan oleh para analis ekonomi pertanian untuk perbaikan posisi tawar petani dari kondisi monopsoni tersebut umumnya adalah

1. Menggantikan peran pedagang dengan lembaga lain, yaitu Koperasi Unit Desa,

2. Para petani membentuk Koperasi Unit Desa sebagai suatu kelompok tani untuk memperkuat posisi tawar petani.

2.3 Kerangka Pemikiran

Petani kelapa sawit dalam melakukan usaha taninya pasti akan menjual hasil usaha taninya. Dalam melakukan proses jual beli petani tidak dapat ikut serta dalam menentukan harga TBS melainkan pembeli yang menentukan harga tersebut. Hal ini dapat membuat harga jual tersebut tidak sesuai dengan keinginan petani kelapa sawit.

Indikasi dari petani mempunyai posisi tawar tinggi dan rendah tergantung dari negosiasi petani dengan pembeli. Jika petani dan agen sama- sama menentukan harga dengan negosiasi makanya posisi tawar petani tinggi. Dan jika petani tidak ikut serta dalam menentukan harga maka posisi tawar petani lemah.

Posisi tawar petani kelapa sawit terbentuk pada saat terjadi transaksi antara pembeli dan petani sebagai penjual. Kuat lemahnya posisi tawar tersebut dipengaruhi oleh karakteristik petani kelapa sawit yang mencakup :


(23)

1. Luas lahan 2. Jenis bibit 3. Kredit 4. Lama bertani 5. Pembeli TBS 6. Produksi TBS

Dengan demikian perbedaan karakteristik usha tani juga menyebabkan perbedaan posisi tawar tersebut.


(24)

SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran

Keterangan :

: menyatakan hubungan

Pembeli Kabupaten Serdang Bedagai Pembeli Kabupaten

Labuhan Batu

Posisi tawar petani kelapa sawit

Posisi tawar petani kelapa sawit

Petani kelapa sawit Kabupaten Labuhan Batu

Petani kelapa sawit

Kabupaten Serdang Bedagai Kuat

Lemah

Karakteristik Usaha Tani : 1. Luas lahan

2. Jenis bibit 3. Kredit

4. Lama Bertani 5. Pembeli TBS 6. Jumlah Produksi

Karakteristik Usaha Tani : 1. Luas lahan

2. Jenis bibit 3. Kredit

4. Lama Bertani 5. Pembeli TBS 6. Jumlah Produksi


(25)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka, baik teoritis maupun empiris yang ada maka peneliti dapat membuat hipotesis penelitian yang sesuai seperti :

Posisi tawar petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai adalah lemah


(26)

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditetapkan secara purposive. Daerah penelitian yaitu di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai, dengan pertimbangan bahwa kedua kabupaten tersebut sebagai kabupaten dengan luas lahan kelapa sawit yang relatif tinggi. Dengan keterbatasan dana dan waktu Kabupaten Tapanuli Selatan yang juga mempunyai luas lahan yang relatif luas tidak dipilih sebagai daerah penelitian di Provinsi Sumatera Utara (Tabel 1).

Tabel 1. Wilayah dan Luas Lahan Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Utara Kabupaten Luas Lahan (ha) 1. Kabupaten Asahan 38.746 2. Kabupaten Deli Serdang 9.629

3. Kabupaten Labuhan Batu 85.527

4. Kabupaten Langkat 24.438 5. Kabupaten Mandailing Natal 10.400 6. Kabupaten Pakpak Barat 1.260

7. Kabupaten Serdang Bedagai 50.057

8. Kabupaten Simalungun 24.902 9. Kabupaten Tapanuli Selatan 57.744 10. Kabupaten Toba Samosir 1.279 Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2007


(27)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah petani kelapa sawit. Untuk petani kelapa sawit, sampel ditentukan dengan metode Snowball yaitu pengambilan sample berdasarkan mengetahui dari sampel pertama yang memberikan informasi tentang yang sama usaha tani kelapa sawit dan seterusnya (Hassan,2002). Jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 petani yang terdiri dari 30 sampel Kabupaten Labuhan Batu dan 30 sampel Kabupaten Serdang Bedagai

.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data Primer

Data petani kelapa sawit akan diperoleh melalui wawancara (interview) dengan berpedoman pada kuisioner yang terstruktur. Sampel atau responden memberikan jawaban berdasarkan pilihan yang tersedia dalam kuisioner. Selain itu, peneliti juga melakukan pengamatan langsung terhadap objek studi. Adapun isi data kuisionernya hádala mengenai posisi tawar petani, luas lahan, jenis bibit, kredit, pembeli TBS, lama bertani serta jumlah produksi.

Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari BPS, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta instansi lain yang terkait baik pada tingkat propinsi maupun daerah penelitian, serta bahan-bahan yang telah diterbitkan berupa hasil penelitian terdahulu.. Di samping itu, dikumpulkan juga data yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang diberlakukan di pasar TBS.


(28)

Untuk identifikasi masalah (1) untuk mengetahui karakteristik petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai digunakan analisa uji beda rata-rata dan analisa deskriptif. Dimana variabel-variabel yang digunakan adalah

1. Luas lahan 2. Jenis bibit 3. Kredit

4. Lama bertani 5. Pembeli TBS 6. Jumlah produksi

Uji yang digunakan adalah pengujian hipotesis selisih dua parameter rata-rata bila ukuran sampel kecil dan standar deviasi populasi tidak diketahui tetapi bisa dianggap sama

(

σ12

)

t hitung

(

)

) / 1 ( ) / 1

( 1 2

2 1 n n s x x p + − =

(

) (

)

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 − ++ − − = n n s n s n sp Dimana : 1

x = - Luas lahan Kabupaten Labuhan Batu (Ha) - Lama bertani Kabupaten Labuhan Batu (Tahun) - Jumlah produksi TBS Kabupaten Labuhan Batu (Ton)

2

x = - Luas lahan Kabupaten Serdang Bedagai (Ha) - Lama bertani Kabupaten Serdang Bedagai (Tahun) - Jumlah produksi TBS Kabupaten Serdang Bedagai (Ton)


(29)

2

n = jumlah populasi

p

s = simpangan baku

Untuk identifikasi masalah (2) untuk mengetahui posisi tawar petani kelapa sawit di daerah kabupaten Labuhan Batu dan kabupaten Serdang Bedagai digunakan analisa deskripsi, dimana variabel yang digunakan adalah indikator dan paramater posisi tawar petani. Pengujian Dua Sampel Tidak Berhubungan (Independent sample t test) digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Jika ada perbedaan, rata-rata manakah yang lebih tinggi ( Priyatno, 2008 ).

Dimana indikator yang digunakan adalah :

1. Jika petani dan agen sama-sama menentukan harga maka posisi tawar petani tinggi.

2. Jika hanya agen yang menentukan harga maka posisi tawar petani lemah

Uji yang digunakan adalah pengujian hipotesis selisih dua parameter rata-rata bila ukuran sampel kecil dan standar deviasi populasi tidak diketahui tetapi bisa dianggap sama

(

σ12

)

t hitung

(

)

) / 1 ( ) / 1

( 1 2

2 1 n n s x x p + − =

(

) (

)

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 − ++ − − = n n s n s n sp Dimana : 1


(30)

2

x = - Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit Kabupaten Serdang Bedagai

2

n = jumlah sampel

p

s = simpangan baku

Untuk identifikasi masalah ( 3 ) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi posisi tawar petani digunakan model persamaan logit yaitu:

Uji yang digunakan :

3 3 2 2 1 1

0 x x x

Yi =β +β +β +β

( )

3 3 2 2 1 1 0 ln 1 ln x x x Yi e p

p Yi

i

β β β

β + + +

= =     − − dimana :

Pi : Peluang Posisi Tawar Tinggi (1-Pi) : Peluang Posisi Tawar Rendah Y : Posisi Tawar

1 : Posisi tawar Tinggi 0 : Posisi tawar rendah x1

1 : jenis bibit bersertifikat : Jenis bibit

0 : jenis bibit tidak bersertifikat x2

1 : tidak menggunakan kredit : Kredit

0 : menggunakan kredit x3

Langkah-langkah dalam melakukan estimasi data dalam persamaan logit: : Jumlah produksi TBS (Ton)


(31)

1. Analisa dan smoothing data. Data yang di outlier di buang. 2. Uji Kesesuaian Model

3. Estimasi Logit 4. Uji Wald dan Uji G 5. Menghitung peluang

6. Menghitung Marginal Effect

Perhitungan peluang dilakukan untuk mengetahui variabel bebas yang katgorik.

Perhitungan marginal effect untuk menganalisa variabl bebas yang kuantitatif kontinu. Rumus marginal effect yaitu:

(

Pi

)

Pi x Pi

x Pi

Pi

− =

∂ ∂

+ =    

 

1 1

ln

β

β α

Untuk identifikasi masalah (4) untuk mengetahui masalah dan cara penyelesaian dalam posis tawar petani digunakan analisa deskriptif, dimana berdasarkan kenyataan di lapangan.


(32)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Petani adalah pekebun rakyat yang mengusahakan kelapa sawit yang sudah berproduksi dan merupakan perkebunan rakyat.

2. Tandan Buah Segar (TBS) adalah hasil kelapa sawit dalam bentuk tandan dan dihitung dengan ukuran kg atau ton.

3. Produksi TBS adalah hasil kelapa sawit dalam bentuk tandan dan dihitung dengan ukuran kg atau ton.

4. Agen TBS adalah agen yang mengumpulkan TBS dari petani yang kemudian akan menjualnya ke Pabrik Kelapa Sawit.

5. Kredit adalah pinjaman yang diberikan agen TBS maupun lembaga keuangan kepada petani kelapa sawit rakyat.

6. Luas lahan adalah luas lahan petani kelapa sawit rakyat dan sudah menghasilkan dan dihitung dalam hektar.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah petani kelapa sawit yang ada di Kabupaten Labuhan Batu, dan Kabupaten Serdang Bedagai.


(33)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di 2 kabupaten yaitu: Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Labuhan Batu yang terdiri dari 9 Kecamatan dan 98 Desa/Kelurahan Definitif dan merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Labuhan Batu terletak antara 1°41’ - 2°44’ LU dan 99°33’ - 100°22’ BT dan menempati area seluas 256.138 Ha yang adapun batas administratif Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Kabupaten Labuhan Batu Utara.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Kabupaten Padang Lawas Utara.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Utara. 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Propinsi Riau.

Sedangkan Kabupaten Serdang Bedagai adalah salah satu Kabupaten pemekaran dari induknya yaitu Kabupaten Deli Serdang yang terletak diantara 2057' - 30 16' LU dan 970 52' - 980 45' BT. Kabupaten Serdang Bedagai secara administrative terdiri dari 11 Kecamatan, 243 desa, 5 kelurahan yang memliki luas 1.900,22 Km2

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

yang adapun batas administratif Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebagai berikut :

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.


(34)

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Batubara dengan Kabupaten Simalungun

Adapun perbandingan luas kebun kelapa sawit berdasarkan kepemilikan di daerah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai adalah

Tabel 2.Luas Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan Batu Kepemilikan

Luas (Ha)

Persentase terhadap Jumlah (%)

Perkebunan Negeri 81.842,02 23,02 Perkebunan Swasta 240.802,51 67,72 Perkebunan Rakyat 32.927 9,26

Jumlah 355.571,53 100

Sumber : BPS,Labuhan Batu Dalam Angka 2009

Tabel 3.Luas Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai Kepemilikan

Luas (Ha)

Persentase terhadap Jumlah (%)

Perkebunan Negeri 21.937,8 40,97 Perkebunan Swasta 19.760,89 36,9 Perkebunan Rakyat 11.849,1 22,13

Jumlah 53.547.79 100

Sumber : BPS,Serdang Bedagai Dalam Angka 2009

Berdasarkan tabel 2 dan 3 di atas dapat diketahui Kabupaten Labuhan Batu memiliki luas Perkebunan Negeri, Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat yaitu sebesar 81.842,02 Ha (23,02%), 240.802,51 Ha (67,72%), 32.927 Ha (9,26%)lebih luas dibandingkan Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki luas Perkebunan Negeri, Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat yaitu sebesar 21.937,8 Ha (40,97%), 19.760,89 Ha (36,9%), 11.489,1 Ha (22,13%). Di daerah Kabupaten Labuhan Batu Perkebunan Swasta lebih luas dibandingkan Perkebunan Negeri dan Perkebunan Rakyat. Berbeda dengan Kabupaten Serdang Bedagai


(35)

yang memiliki luas Perkebunan Negeri paling besar dibandingkan Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat.

Adapun perbandingan produksi kebun kelapa sawit di daerah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai adalah

Tabel 4.Produksi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan Batu Kepemilikan

Produksi (Ton)

Persentase terhadap Jumlah (%)

Perkebunan Negeri 1.347.465,92 20,83 Perkebunan Swasta 4.697.467,83 72,61 Perkebunan Rakyat 424.241 6,56

Jumlah 6.469.174,75 100 Sumber : BPS,Labuhan Batu Dalam Angka 2009

Tabel 5.Luas Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai Kepemilikan

Luas (Ha)

Persentase terhadap Jumlah (%)

Perkebunan Negeri 378.827,19 44,95 Perkebunan Swasta 311.241,31 36,93 Perkebunan Rakyat 152.724,83 18,12

Jumlah 842.793,33 100

Sumber : BPS,Serdang Bedagai Dalam Angka 2009

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui Kabupaten Labuhan Batu memiliki produksi TBS Perkebunan Negeri, Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat yaitu sebesar 1.347.465,92 Ton (20,83%), 4.697.467,83 Ton (72,61%), 424.241 Ton (6,56%) lebih banyak dibandingkan Kabupaten Serdang Bedagai yang memiliki produksi TBS Perkebunan Negeri, Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat yaitu sebesar 378.827,19 Ton (44,95%), 311.241,31 Ton


(36)

(36,93%), 152.724,83 Ton (18,12%). Di daerah Kabupaten Labuhan Batu Perkebunan Swasta memiliki jumlah produksi TBS yang lebih banyak dibandingkan Perkebunan Negeri dan Perkebunan Rakyat. Berbeda halnya dengan Kabupaten Serdang Bedagai Perkebunan Negeri memiliki jumlah produksi yang besar dibandingkan Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat.


(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perbedaan karakteristik sample petani kelapa sawit Kabupaten

Labuhan Batu dengan Kabupaten Serdang Bedagai

Dari hasil penelitian terhadap 30 sampel yang dilakukan di Kabupaten Labuhan Batu dan 30 sampel Kabupaten Serdang Bedagai dapat diketahui beberapa karakteristik dari usaha tani kelapa sawit. Setelah dilakukan analisis data, ternyata terdapat 2 outlier pada petani sample di Kabupaten Labuhan Batu dan 1 outlier di Kabupaten Serdang Bedagai.

- Luas Lahan

Rata-rata perbedaan luas lahan kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat di tabel 4 berikut:

Tabel 6. Uji Beda Rata-Rata Luas Lahan

No Uraian N mean Sig.(2 tailed ) Mean Difference 1 Kabupaten Labuhan

Batu 28 3.13

.164 1.17 2 Kabupaten Serdang

Bedagai 29 1.96 Sumber : Analisis Data Primer 1

Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata luas lahan di daerah Kabupaten Labuhan Batu sebesar 3,13 Ha sedangkan di daerah Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 1.96 Ha. Hal ini berarti di daerah Kabupaten Labuhan Batu memiliki luas lahan kelapa sawit yang lebih luas dibandingkan di daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

Dari Tabel 6 juga terlihat bahwa nilai tingkat signifikansi rata-rata luas lahan di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai adalah 0,164. Karena tingkat signifikansinya 0,164 > 0,005, ini menunjukkan adanya perbedaan


(38)

yang nyata luas lahan di daerah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai.

Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa perbedaan rata-rata luas lahan kelapa sawit Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 1,17 Ha. Hal ini berarti sebesar 1,17 Ha perbedaan rata-rata luas lahan petani di Kabupaten Labuhan Batu lebih luas dibandingkan Kabupaten Serdang Bedagai. Perbedaan ini cukup signifikan karena produksi rata-rata TBS yang dihasilkan di daerah Kabupaten Labuhan Batu 6,16 ton/petani/bulan sedangkan di daerah Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 0,12 ton/petani/bulan sehingga membuat pendapatan petani di Kabupaten Labuhan Batu lebih besar dibandingkan Kabupaten Serdang Bedagai.

- Jenis Bibit

a. Kabupaten Labuhan Batu

Karakterisitik petani sampel menurut penggunaan jenis bibit di Kabupaten Labuhan Batu dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 7. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Penggunaan Jenis Bibit

Penggunaan Jenis Bibit

Jumlah (Orang)

Persentase thd Jumlah (%)

1. Bersertifikat 7 23,33

2. Tidak Bersertifikat 21 70 3 Tidak Mengetahui 2 6,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3a

Dari Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan jenis bibit yang petani sampel di Kabupaten Labuhan Batu pada umumnya di dominasi oleh jenis bibit yang tidak bersertifikat yakni sebanyak 21 orang atau 70 % dari total petani


(39)

sampel. Sedangkan penggunaan jenis bibit yang bersertifikat yakni sebanyak 7 orang atau 23,33 % dari total petani sampel. Sedangkan sebanyak 2 orang atau 6,67 % dari total petani sampel yang tidak mengetahui jenis bibit yang ditanamnya. Hal ini disebabkan petani tersebut langsung membeli lahan yang sudah ditanami kelapa sawit.

Bibit yang digunakan di daerah ini adalah jenis bibit marihat, sucfindo, tenera dan durah. Di sini bibit yang tidak bersertifikat adalah marihat karena jenis bibit marihat yang didapat bukanlah yang asli melainkan dari pembibitan ulang dari biji kelapa sawit. Dan pembibitan tersebut dilakukan oleh petani sendiri dimana biji kelapa sawit yang didapat berasal dari hasil curian yang diambil dari perkebunan negeri. Ini membuat TBS yang dihasilkan akan sangat berbeda dengan bibit marihat yang asli bersertifikat. Hal ini dilakukan petani dikarenakan bibit yang tidak bersertifikat harganya lebih murah dibandingkan yang bersertifikat.

b. Kabupaten Serdang Bedagai

Karakterisitik petani sampel menurut penggunaan jenis bibit di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 8. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Penggunaan Jenis Bibit

Penggunaan Jenis Bibit

Jumlah (Orang)

Persentase thd Jumlah (%)

1. Bersertifikat 16 53,33

2. TidakBersertifikat 14 46,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 3b

Dari Tabel 8 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan jenis bibit petani sampel di Kabupaten Serdang Bedagai pada umumnya di dominasi oleh jenis bibit


(40)

yang bersertifikat yakni sebanyak 16 orang atau 53,33 % dari total petani sampel. Sedangkan penggunaan jenis bibit yang tidak bersertifikat yakni sebanyak 14 orang atau 46,67 % dari total petani sampel.

Bibit yang digunakan adalah jenis bibit marihat, sucfindo dan durah. Bibit yang tidak bersertifikat adalah jenis bibit marihat karena jenis bibit marihat yang dimaksud sama dengan yang di Kabupaten Labuhan Batu. Akan tetapi di daerah Kabupaten Serdang Bedagai lebih banyak menggunakan jenis bibit yang bersertifikat dikarenakan dominan petani di Kabupaten Serdang Bedagai membeli lahan kelapa sawit yang sudah mempunyai kelapa sawit yang berumur di atas 3 tahun. Sehingga petani disana tidak perlu lagi membeli lagi bibit kelapa sawit.

- Pinjaman Modal (kredit) a. Kabupaten Labuhan Batu

Karakterisitik petani sampel menurut pinjaman modal (kredit) di Kabupaten Labuhan Batu dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 9. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Pinjaman Modal (kredit)

Pinjaman Modal (kredit)

Jumlah (orang)

Persentase thd Jumlah (%)

1. Agen 10 33,33

2. Bank 3 10

3. Kreditor 5 16,67

4. Tidak Ada 12 40

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 4a

Dari Tabel 9 di atas dapat diketahui bahwa pinjaman modal (kredit) petani sampel di Kabupaten Labuhan Batu oleh petani yakni sebanyak 10 orang atau 33,33% ke agen, 3 orang atau 10% ke Bank dan 5 orang atau 16,67% ke kreditor


(41)

dari total petani sampel. Sedangkan yang tidak menggunakan pinjaman modal (kredit) yakni sebanyak 12 orang atau 40 % dari total petani sampel.

Alasan petani di sini membutuhkan kredit adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti untuk anak sekolah, musibah. Selain untuk kebutuhan keluarga alasan petani adalah untuk usaha taninya. Jika ditinjau sebenarnya usaha tani kelapa sawit yang dilakukan petani di Kabupaten Labuhan Batu sudah dapat mencukupi biaya hidup. Akan tetapi kadang ada keperluan mendadak sehingga petani di sana harus melakukan kredit terhadap agen.

Petani memang mendapatkan keuntungan dari kredit ini yaitu mendapat uang yang diinginkan. Akan tetapi petani harus menjual TBS yang dihasilkan ke agen tersebut berdasarkan harga dari agen sampai hutang tersebut lunas. Walaupun harga di agen lain lebih tinggi petani tersebut harus tetap menjual hasil usaha tani kepada agen yang memberinya kredit.

Tidak semua petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu meminjam kredit dari agen. Ada juga sebagian yang meminjam melalui Bank ataupun dari Kreditor selain agen. Petani yang tidak melakukan pinjaman kepada agen bebas menjual hasil TBS nya ke agen lain yang mempunyai harga jual yang tinggi.

b. Kabupaten Serdang Bedagai

Karakterisitik petani sampel menurut pinjaman modal (kredit) di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 10. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Pinjaman Modal (kredit)

Pinjaman Modal (kredit)

Jumlah

(orang) Persentase thd Jumlah (%)

1. Agen 29 96,67

2. Tidak ada 1 3,33


(42)

Sumber : Data diolah dari Lampiran 4b

Dari Tabel 10 di atas dapat diketahui bahwa pinjaman modal (kredit) petani sampel di Kabupaten Serdang Bedagai pada umumnya dimanfaatkan oleh petani yakni sebanyak 29 orang atau 96,67 % dari total petani sampel. Sedangkan yang tidak menggunakan pinjaman modal (kredit) yakni sebanyak 1 orang atau 3,33 % dari total petani sampel.

Petani di Kabupaten Serdang hampir seluruhnya menggunakan kredit dari agen. Alasannya petani menggunakan kredit sama dengan yang di Kabupaten Labuhan Batu. Dari hasil penelitian hanya 1 orang yang tidak melakukan kredit dikarenakan dia tersebut adalah agen kelapa sawit di daerah tersebut.

- Lama Bertani

Rata-rata perbedaan lama bertani petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat di tabel 9 berikut: Tabel 11. Uji Beda Rata-Rata Lama Bertani

No Uraian N mean Sig.(2 tailed ) Mean Difference 1 Kabupaten Labuhan

Batu 29 12.52

.317 -2.276 2 Kabupaten Serdang

Bedagai 29 14.79 Sumber : Analisis Data Primer 2

Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata lama bertani di daerah Kabupaten Labuhan Batu sebesar 12.52 tahun sedangkan di daerah Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 14.79 tahun. Hal ini berarti di daerah Kabupaten Labuhan Batu petani memiliki lama baertani yang lebih sedikit dibandingkan di daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

Dari Tabel 11 juga terlihat bahwa nilai tingkat signifikansi rata-rata lama bertani di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai adalah


(43)

0,317. Karena tingkat signifikansinya 0,317 > 0,005, ini menunjukkan lama bertani petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu nyata lebih sedikit dibandingkan lama bertani petani kelapa sawit di Kabupaten Serdang Bedagai

Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa perbedaan rata-rata lama bertani kelapa sawit Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar -2,276 tahun. Hal ini berarti sebesar 2,276 tahun perbedaan rata-rata lama bertani petani di Kabupaten Labuhan Batu lebih sedikit dibandingkan Kabupaten Serdang Bedagai.

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa umur tanaman yang paling tua ada di Kabuapten Labuhan Batu yaitu 23 tahun sedangkan di daerah Kabupaten Serdang Bedagai yaitu 18 tahun. Walaupun rata-rata lama bertani lebih lama di Kabupaten Serdang Bedagai lebih lama dibandingkan Kabupaten Labuhan Batu tetapi di Kabupaten Labuhan Batu umur tanamannya lebih tua dibandingkan Labuhan Serdang Bedagai. Hal ini diakibatkan petani di Kabupaten Serdang Bedagai telah melakukan peremajaan tanaman kelapa sawit.

- Penjualan TBS

a. Kabupaten Labuhan Batu

Karakterisitik petani sampel menurut mekanisme penjualan TBS di Kabupaten Labuhan Batu dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 12. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Pembeli TBS

Pembeli TBS Jumlah (orang)

Persentase thd Jumlah (%)

1. Agen 10 33,33

2. PKS 20 66,67

Jumlah 30 100


(44)

Dari Tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa pembeli TBS produksi petani sampel di Kabupaten Labuhan Batu pada umumnya di dominasi dijual ke Agen yakni sebanyak 10 orang atau 33,33 % dari total petani sampel. Sedangkan petani yang menjual ke PKS yakni sebanyak 20 orang atau 66,67 % dari total petani sampel. Di sini maksudnya pembeli TBS yang lain adalah petani langsung menjual hasil usaha tani kelapa sawitnya langsung ke PKS.

Petani yang dapat menjual hasilnya adalah petani yang memiliki produksi TBS yang banyak dan mencukupi untuk langsung dijual ke PKS. Jumlahnya tergantung hasil kesepakatan antara Petani dengan PKS. Petani yang menjual langsung TBS ke PKS juga harus mempunyai Surat Perjanjian ( SP ) dengan PKS yang harus menjual produksi TBS sesuai dengan perjanjian. Inti dari perjanjian tersebut adalah petani harus menjual TBS sesuai dengan yang di perjanjian setiap petani harus menjual ke PKS.

Selain itu jika petani tidak bias menjual hasil TBS tersebut akan membuat PKS akan memutuskan kontrak kepada agen tersebut. Tidak semua TBS dari petani diambil oleh PKS tetapi harus sesuai dengan rendemen yang diinginkan petani. PKS juga melakukan sortir terhadap hasil TBS yang dijual petani agar tidak mendapat rendeman yang rendah. Sortiran yang dilakukan PKS secara acak dan jika tidak sesuai maka PKS dapat membatalkan untuk membeli TBS tersebut.

b. Kabupaten Serdang Bedagai

Karakterisitik petani sampel menurut pembeli TBS di Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat sebagai berikut.


(45)

Tabel 13. Petani Kelapa Sawit Rakyat menurut Pembeli TBS

Pembeli TBS Jumlah (orang)

Persentase thd Jumlah (%)

1. Agen 29 96,67

2. PKS 1 3,33

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran

Dari Tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa mekanisme penjualan TBS di Kabupaten Serdang Bedagai hampir seluruhnya penjualan ke agen yakni sebanyak 29 orang atau 96,67% dari total petani sampel. Sedangkan hanya 1 jiwa atau 3,33% yang menjual ke PKS diakibatkan petani tersebut adalah agen yang mengumpulkan semua TBS yang ada di daerah tersebut.

Hal ini disebabkan sedikitnya produksi TBS petani di Kabupaten Serdang Bedagai yang mengakibatkan petani lebih menguntungkan jika menjual dengan agen karena petani tidak perlu lagi mengeluarkan biaya transportasi untuk mengirim TBS ke PKS.

- Produksi TBS

Rata-rata perbedaan produksi TBS petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat di tabel 14 berikut: Tabel 14. Uji Beda Rata-Rata Produksi TBS

No Uraian N mean Sig.(2 tailed ) Mean Difference 1 Kabupaten Labuhan

Batu 28 2,26

.033 1.03 2 Kabupaten Serdang

Bedagai 30 1,23 Sumber : Analisis Data Primer 3

Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata produksi TBS di daerah Kabupaten Labuhan Batu sebesar 2,26 ton sedangkan di daerah Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 1,23 ton. Hal ini berarti di daerah Kabupaten Labuhan


(46)

Batu petani memiliki produksi TBS yang lebih banyak dibandingkan di daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

Dari Tabel juga terlihat bahwa nilai tingkat signifikansi rata-rata lama bertani di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai adalah 0,033. Karena tingkat signifikansinya 0,033 > 0,05, ini menunjukkan produksi TBS petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu nyata lebih banyak dibandingkan produksi TBS petani kelapa sawit di Kabupaten Serdang Bedagai

Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa perbedaan rata-rata produksi TBS kelapa sawit Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 1,03 ton. Hal ini berarti sebesar 1,03 ton perbedaan rata-rata produksi TBS petani di Kabupaten Labuhan Batu lebih banyak dibandingkan Kabupaten Serdang Bedagai.

Tingkat produksi yang berbeda dipengaruhi oleh umur tanaman kelapa sawit. Di daerah Kabupaten Labuhan Batu lebih banyak tanaman kelapa sawit yang memiliki umur tanaman yang produktif dibandingkan di daerah Kabupaten Serdang Bedagai.

5.2 Posisi tawar petani kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu dan

Kabupaten Serdang Bedagai

Posisi tawar petani adalah dimana petani dapat ikut serta dalam menentukan harga hasil panennya. Posisi tawar petani dibagi dua yaitu posisi tawar petani rendah dan posisi tawar petani tinggi.

Posisi tawar petani rendah jika petani tersebut tidak ikut serta dalam menentukan harga. Hal ini berarti harga tersebut ditentukan oleh agen dan petani hanya menerima harga tersebut walaupun harga tersebut rendah. Sedangkan posisi


(47)

tawar petani tinggi jika petani ikut serta dalam menentukan harga. Hal ini berarti petani ikut melakukan proses tawar menawar harga terhadap agen dan harga tersebut adalah hasil kesepakatan antara agen dengan petani.

Adapun parameter yang diambil penulis untuk mengetahui posisi tawar petani tersebut adalah :

1. jumlah produksi TBS

2. alternatif pasar petani untuk menjual TBS

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai dapat diketahui posisi tawar petani kelapa sawit di daerah tersebut. Adapun hasilnya dapat dilihat di tabel berikut :

Tabel 15. Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Labuhan Batu

Posisi Tawar Petani Jumlah (orang)

Persentase thd Jumlah (%)

1. Kuat 13 43,33

2. Lemah 17 56,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data diolah dari Lampiran 5a

Dari tabel di atas dapat diketahui posisi tawar petani di Kabupaten Labuhan Batu pada umumnya lebih dominan lemah yaitu sebesar 17 orang atau 56,67% dari total petani kelapa sawit. Sedangkan petani yang memiliki posisi tawar yang kuat sebesar 13 orang atau 43,33%.

Tabel 16. Posisi Tawar Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Serdang Bedagai

Posisi Tawar Petani Jumlah (orang)

Persentase thd Jumlah (%)

1. Kuat 1 3,33

2. Lemah 29 96,67

Jumlah 30 100


(48)

Dari tabel di atas dapat diketahui posisi tawar petani di Kabupaten Serdang Bedagai pada umumnya cenderung dominan lemah yaitu sebesar 29 orang atau 96,67% dari total petani kelapa sawit. Sedangkan petani yang memiliki posisi tawar yang kuat sebesar 1 orang atau 3,33%.

Dari kedua tabel di atas dapat disimpulkan bahwa di daerah Kabupaten Labuhan Batu petani yang mempunyai posisi tawar yang kuat lebih banyak daripada Kabupaten Serdang Bedagai. Dikarenakan petani di Kabupaten Labuhan Batu lebih banyak petani yang menjual TBS nya langsung ke PKS daripada ke agen.

5.3 Pengaruh Karakteristik usaha tani terhadap posisi tawar petani kelapa

Sawit di Kabupaten Labuhan Batu dengan Kabupaten Serdang Bedaga

Menurut hasil estimasi dengan menggunakan metode uji binary logit luas lahan, lama bertani dan pembeli TBS tidak dimasukkan ke dalam persamaan logit karena tidak berpengaruh nyata terhadap posisi tawar. Secara empiris, hal tersebut dapat terjadi di kedua daerah penelitian tersebut.

- Luas lahan tidak merefleksikan komposisi produksi karena komposisi produksi bergantung pada usia tanaman. Umur tanaman yang produktif akan menghasilkan produksi TBS yang tinggi. Umur tanaman produktif yaitu 5-20 tahun.

- Lama bertani tidak merefleksikan usia tanaman dikarenakan adanya petani yang lama bertaninya sedikit tetapi memiliki usia tanaman lebih dari 10 tahun


(49)

- Pembeli TBS tidak tergantung terhadap jumlah produksi TBS yang dihasilkan petani kelapa sawit

Variable-variabel yang dimasukkan ke dalam persamaan logit adalah 1. Jenis bibit

2. Kredit

3. Produksi TBS

Dimana variabel respon tersebut adalah 0 = jika mempunyai posisi tawar

1= jika tidak mempunyai posisi tawar Tabel 17. Model Summary

Step

Nagelkerke R Square

2 .210

Analisa Data Primer 4

Koefisien determinasi (R2) ini merupakan modifikasi dari Cox & Snell R Square yang menghasilkan nilai antara 0 dan 1. Pada Tabel 17, ditunjukkan nilai Nagelkerke’s R2 atas kredit sebesar 21%. Hal ini berarti bahwa 21% variasi dari pengaruhi posisi tawar petani dapat dijelaskan dari variabel bebas kredit. Sedangkan sisanya, sebesar 79% dapat dijelaskan oleh sebab-sebab lain.

Tabel 18. Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig. Step 1 Step 8.379 3 .039

Block 8.379 3 .039 Model 8.379 3 .039 Analisa data Primer 4


(50)

Dari table 18 diketahui nilai signifikasi yang diperoleh sebesar 0,039 maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut dapat memprediksi bahwa posisi tawar dipengaruhi oleh jenis bibit, kredit dan produksi TBS

Tabel 19. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 19.245 7 .007 Analisa Data Primer 4

Dari table 19 dapat diketahui bahwa nilai signifikasi sebesar 0,007. Hal ini menyatakan bahwa 0,007>0,005 dan bersifat tidak nyata. Berarti bahwa kesesuaian model (adequately fits) sesuai dengan data.

Dari hasil estimasi dari persamaan tersebut dapa diketahui sebagai berikut Tabel 20. Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Jenis bibit .076 .721 .011 1 .916 1.079 Kredit -2.159 .881 6.007 1 .014 .115 Produksi

TBS -.014 .028 .244 1 .621 .986 Constant 1.809 .537 11.358 1 .001 6.107 Analisa Data Primer 4

(

)

( 1 2 1)

1 1

1 x

e Xi

Y E

Pi β +β

+ = = =

X2

P= 0,103x100% = 10,3% = kredit Exp(B)= .115

Dari tabel 20 terlihat kredit merupakan satu-satunya faktor yang berpengaruh nyata terhadap posisi tawar petani di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai. Nilai Exp (B) kredit adalah sebesar 0,115 menunjukkan bahwa petani yang mempunyai kredit akan memiliki probaliti harga


(51)

ditentukan oleh agen 0,115 x lebih tinggi dibandingkan yang tidak mempunyai kredit.

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa peluang petani yang mendapatkan kredit maka sebesar 10,3 % harga TBS dari petani tersebut ditentukan oleh agen. Sedangkan apabila petani yang tidak menggunakan kredit maka sebesar 89,7% petani ikut serta dalam menentukan harga.

Dari hasil uji logit diketahui bahwa posisi tawar petani dipengaruhi oleh kredit sedangkan jenis bibit dan produksi TBS tidak mempengaruhi posisi tawar. Hal ini sesuai dengan hasil di lapangan yang menyatakan petani memiliki kerjasama dengan agen dengan cara petani meminjam uang kepada agen dan hasil TBS langsung dijual kepada agen dengan harga dari agen tersebut. Petani tersebut tidak bisa menjual TBS ke agen lain sebelum hutangnya lunas terlebih dahulu. Ini membuat posisi tawar petani kelapa sawit menjadi lemah.

5.4 Permasalahan dan penyelesaian dalam meningkatkan posisi tawar

petani kelapa sawit

Setelah melakukan penelitian di daerah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh petani kelapa sawit. Adapun masalah-masalah yang dihadapi oleh petani kelapa sawit di daerah tersebut adalah

1. Kurangnya informasi akurat mengenai harga TBS.

Agen pengumpul tampaknya memang serba tahu dikarenakan para agen menguasai informasi mengenai harga pasar TBS. Agen pengumpul pun menguasai bisnis komoditas itu dengan bekal informasi harga yang mereka punya. Mereka menggunakannya untuk menentukan naik-turun harga di


(52)

tingkat petani. Aksi –aksi spekulasi dilakukan oleh agen pengumpul maupun pengusaha untuk sawit seperti dengan membeli harga yang rendah dari petani. Mereka memanfaatkan isu krisis finansial seperti banjir buah serta PEMILU seperti pada saat tersebut pemerintah tidak menetapkan harga TBS tetapi menggunakan harga TBS yang lama dan rendahnya permintaan dunia untuk menekan harga komoditas itu, supaya bisa membelinya dengan harga semurah-murahnya dari petani.

Solusi : Meningkatkan pengetahuan / informasi mengenai perkembangan pasar harga TBS.

Dengan menguasai informasi serta memperdalam pengetahuan menganai perkembangan pasar TBS, para petani dapat menekan para agen pengumpul dalam penentuan harga TBS yang ditawarkan agen. Oleh karena itu, peran pemerintah disini sangat diperlukan dalam penyediaan informasi mengenai perkembangan pasar TBS dengan cara pembentukan suatu lembaga yang dikhususkan buat petani kecil kelapa sawit. Hal ini dilakukan agar petani dapat mengetahui harga TBS yang berlaku di pasar dan dapat mengumpulkan petani kelapa sawit dalam suatu wadah.

2. Masalah penggunaan jenis bibit

Bibit yang baik adalah bibit yang memiliki nilai rendemen yang tinggi. Sementara petani rata-rata menggunakan bibit jenis marihat (Lampiran 5). Namun demikian, perlu dicatat banyak bibit marihat yang digunakan petani bukanlah merupakan bibit yang telah disertifikasi oleh Marihat. Kebanyakan petani hanya mengambil bijinya dari perkebunan negara dan membibitkannya sendiri sebesar 58,3% dari petani sampel di Kabupaten Labuhan Batu dan


(53)

Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan kata lain, kualitas bibit tersebut tidak dapat dikatakan sama dengan kualitas yang dikeluarkan oleh pembibitan marihat baik secara kualitas maupun kuantitas. Akibatnya, rendemen TBS yang diproduksi petani akan rendah. Rendemen yang rendah berarti harga TBS menjadi rendah.

Solusi : Penggunakan bibit yang bersertifikat.

Bibit yang bersertifikat akan dapat meningkatkan kualitas rendemen TBS. Dengan meningkatnya rendemen maka harga yang diterima petani pun akan menjadi tinggi. Dengan petani menggunakan bibit yang bersertifikat serta peran pemerintah dalam pembentukan lembaga akan membantu petani untuk menjual langsung TBS ke PKS daripada ke agen dan membuat harga menjadi tinggi.

3. Masalah penggunaan kredit (Kebutuhan ekonomi yang mendesak)

Sewaktu menjelang hari-hari besar / raya lalu, banyak petani yang membutuhkan dana untuk berhari raya. Mereka terdesak, lalu menjual hasil perkebunannya kepada agen pengumpul supaya bisa mendapatkan uang tunai secepatnya. Bahkan ada petani yang nekad meminjam uang terlebih dulu meski perkebunan sawit miliknya belum siap panen. Momentum inilah yang sering dimanfaatkan para agen pengumpul untuk menekan harga TBS. Bahkan seusai hari raya pun mereka masih membuat petani tak kuasa dengan harga rendah yang mereka tetapkan sebab membutuhkan dana untuk mengembalikan pinjaman yang terlanjur diterima. Walaupun ketika saat itu harga di agen lain ada yang tinggi dibandingkan harga yang diterimanya oleh


(54)

agen tersebut akan tetapi akibat adanya hutang maka petani itu harus tetap menjualnya ke agen tersebut.

Solusi : Bantuan modal/pinjaman dari pemerintah.

Pada umunya, petani mengembangkan kebunnya dengan modal pinjaman. Hal ini dilakukan karena tidak semua petani memiliki modal yang cukup dalam mengelola kebunnya. Untuk itu petani memerlukan kredit. Bila pemerintah menyediakan kredit pinjaman dengan syarat yang tidak terlalu memberatkan petani. Pembentukan lembaga disini juga akan berguna terhadap petani. Dengan adanya iuran bulanan dari setiap petani atau simpanan uang petani maka petani dapat meminjam atau menggunakan uang tersebut. Hal ini akan menghindarkan petani dari pinjaman agen-agen yang selama ini memberatkan petani dengan bunga yang tinggi.

4. Masalah kualitas panen

Di samping varietas bibit, kualitas panen juga dapat menentukan kualitas minyak yang akan diperoleh. Keadaan dilapangan menunjukkan hal demikian, seperti misalnya banyak TBS produksi petani yang dipanen sebelum waktunya. Jikapun terlalu terlalu lama, juga akan mengakibatkan hal yang sama. Di samping itu, kualitas panen juga ditentukan oleh kegiatan melangsir yang baik. Tetapi karena banyak kebun yang letaknya jauh dari jalan utama, mengakibatkan buah menjadi cepat rusak. Kondisi jalan yang buruk mengakibatkan harga TBS pada satu tempat jauh lebih rendah dibanding dengan harga dimana sarana jalan lebih baik.

Kondisi seperti ini besamaan pula dengan tingkat produktivitas yang rendah, sehingga mengakibatkan daya saing industri sawit lemah. Apalagi pupuk yang menjadi komponen penting semakin langka pula, kalaupun ada


(55)

harganya sangat mahal di pasaran. Petani juga menghadapi resiko kenaikan harga input produksi. Jika resiko itu terjadi, maka perusahaan inti bersikap bahwa persoalan tersebut harus ditanggung oleh petani sendiri.

Solusi : Perbaikan sarana dan prasarana oleh pemerintah

Perbaikan harus dilakukan pada kondisi jalan yang buruk, agar tidak merusak kadar rendemen TBS pada saat pengangkutan. Solusi lain bisa diberikan dengan memperbesar pasokan pupuk subsidi sekaligus mengawasi distribusinya (sebab selama ini petani sering kehilangannya di pasar akibat aksi spekulan) dan menyerap langsung hasil perkebunan itu di kala pasar sedang jenuh, sebagaimana beras yang ditampung oleh Bulog. Selain itu dengan adanya penyuluhan pertanian mengenai cara pemupukan yang efisien dan cara panen yang baik sehingga tidak merusak kualitas dari TBS tersebut. Semua solusi permasalahn yang dihadapi oleh petani kelapa sawit adalah harus dibangunnya suatu lembaga oleh pemerintah yang dapat memberikan segala informasi mengenai harga TBS dan masalah panen. Pembentukan kelembagaan ini akan membantu petani kelapa sawit untuk memiliki posisi tawar yang kuat.


(56)

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Perbedaan rata-rata karakteristik usaha tani kelapa sawit di daerah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai

• Perbedaan rata-rata luas lahan kelapa sawit di daerah Kabupaten Labuhan Batu lebih luas dibandingkan Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 1.17

• Di daerah Kabupaten Labuhan Batu lebih sedikit petani menggunakan bibit yang bersertifikat sebanyak 25% dibandngkan daerah Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 53,33%.

• Di daerah Kabupaten Labuhan Batu lebih sedikit petani menggunakan kredit sebanyak 60% dibandngkan daerah Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 96,67%.

• Perbedaan rata-rata lama bertani kelapa sawit di daerah Kabupaten Labuhan Batu lebih sedikit dibandingkan Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 2.276

• Di daerah Kabupaten Labuhan Batu lebih sedikit petani menjual TBS ke petani sebanyak 33,33% dibandingkan daerah Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 96,67%.

• Perbedaan rata-rata produksi TBS kelapa sawit di daerah Kabupaten Labuhan Batu lebih banyak dibandingkan Kabupaten Serdang Bedagai adalah sebesar 1,03


(57)

2. Posisi tawar petani kelapa sawit di daerah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai lemah akan tetapi di daerah Kabupaten Labuhan Batu posisi tawar petani kelapa sawit lebih kuat dibandingkan di Kabupaten Serdang Bedagai

3. Nilai koefisien determinasi (R2

Faktor yang mempengaruhi posisi tawar petani di Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai adalah kredit. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signfikasi kredit adalah 0,001<0,014 dan bersifat nyata. Sedangkan faktor yang lain adalah jenis bibit dan produksi TBS tidak berpngaruh nyata terhadap posisi tawar petani. Peluang naiknya posisi tawar petani oleh kredit sebesa 10,3% dan sebesar 89,7% dipengaruhi factor lain.

) atas kredit sebesar 21% sedangkan sebesar 89% dipengaruhi oleh factor-faktor lain.

4. Permasalahan yang dihadapi petani rakyat dan solusinya dalam kaitannya meningkatkan posisi tawar petani antara lain tidak adanya informasi akurat mengenai harga TBS (solusi : meningkatkan pengetahuan / informasi mengenai perkembangan pasar TBS), masalah bibit (solusi : penggunakan bibit yang berkualitas), masalah penggunaan kredit (solusi : bantuan modal/pinjaman dari pemerintah), dan masalah kualitas panen (solusi : perbaikan sarana dan prasarana),


(58)

6.2 Saran

Kepada Petani

1. Para petani sebaiknya membangun hubungan kemitraan dengan perusahaan perkebunan / agen pengumpul, agar dapat memberikan keuntungan kepada petani maupun perusahaan perkebunan / agen pengumpul sebagai pihak-pihak yang bermitra.

2. Para petani sebaiknya memperhatikan penggunakan bibit yang berkualitas agar TBS yang diproduksi memiliki kadar rendemen tinggi.

3. Para petani sebaiknya meningkatkan pengetahuan / informasi mengenai perkembangan pasar TBS.

Kepada Pemerintah

1. Pemerintah perlu meningkatkan penyuluhan, pendidikan, dan latihan kepada petani agar para petani dapat diberikan arahan ataupun masukan mengenai pengolahan perkebunan kelapa sawit yang menghasilkan produksi yang berkualitas, dan dapat memberikan informasi mengenai perkembangan harga pasar TBS.

2. Pemerintah membentuk suatu wadah organisasi untuk mengatur tentang penjualan TBS agar harga yang diterima petani tidak rendah daripada harga di pasar dan dapat memperkuat posisi tawar dari petani tersebut.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Affifuddin, Sya’ad dan Sinar Indra Kesuma. 2007. Analisis Struktur Pasar CPO : Pengaruhnya terhadap Pengembangan Ekonomi Wilayah Sumatera Utara repository.usu.ac.id/bitstream/.../1/wah-apr2007-2%20(2).pdf

Akhmad, S., 2007. Membangun Gerakan Ekonomi Kolektif dalam Pertanian Berkelanjutan; Perla wanan Terhadap Liberalisasi dan Oligopoli Pasar Produk Pertanian. Tegalan Diterbitkan oleh BABAD. Purwokerto. Jawa Tengah.

Anonymous, 2007. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 395/Kpts/OT.140/11/2005 Tentang Pedoman Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit Produksi Pekebun.

Hassan, Su’ud. 2002. Metodologi Penelitian : Aplikasi dalam Menyusun Usul

Penelitian. Banda Aceh : Unsyiah

Mulyana, Andi. 2008. Penetapan Harga Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Sumatera Selatan dari Perspektif Pasar Monopoli Bilateral.

Negara, Satia Lubis. 2006. Teori Pasar II : Pasar Monopsoni 2006. Medan : USU Repository,

Samuelson, Paul A. 1986. Ekonomi, Edisi Keduabelas. Jakarta : Erlangga.

Sesbany. 2008. Penguatan Kelembagaan Petani untuk Meningkatkan Posisi Tawar Petani

W, Karo-Karo. Pemberdayaan dan Peningkatan Posisi TAwar Petani melalui Kelembagaan Pertanian dalam Konteks Pembangunan Agribisnis Pedesaan

Walpole, R.E. 1992. Pengantar Statistik Edisi ke-3. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Yogi. 2003. Perbaikan Struktur Pasar sebagai Alternatif Peningkatan Posisi Tawar Petani


(60)

Lampiran 1a. Karakteristik Petani Kelapa Sawit (Kab. Labuhan Batu)

No

Sampel Nama Petani Umur (Tahun) Alamat

Pendidikan Tingkat Tahun

1 Bpk. Manik 65 Dsn. Pardomuan Ds. Medan SD 6

2 Waldemar Rumahorbo 60 Dsn. Pardomuan Ds. Medan SLTP 9

3 Bpk. Hj. Temu 56 Pangkatan SD 6

4 Bpk. Herman 33 Jl. Siringo-ringo S1 16

5 Bpk. K. Sitinjak 58 Dsn. Pardomuan Ds. Medan SD 6

6 Bpk. Amir 42 Jl. Baru, Rantau Prapat D3 15

7 Bpk. Rajino 56 Blok Sanyo, Ds. Sisumut SLTA 12

8 Bpk. Hendrawan 38 Ds. Berangir SLTP 9

9 Ibu Risma 42 Aek Kota Baru, Ds. Pulo Jantan SLTA 12 10 Bpk. Sudarman 47 Aek Kota Baru, Ds. Pulo Jantan SLTA 12

11 Bpk. C. Aritonang 56 Dsn. Pardomuan Ds. Medan SD 6

12 Bpk. Hamonangan 55 Ds. Penantian SD 6

13 Muhid 54 Cikampak SD 6

14 Bpk. Tigor Hutabarat 39 Ds. Bangun Sigampal SLTA 12

15 Bpk. Mukhlish 37 Jl. Siringo-ringo SLTP 9

16 Bpk. A. Sibarani 52 Dsn. Pardomuan Ds. Medan SD 6

17 Bpk.Aritonang 39 Dsn. Pardomuan Ds. Medan SLTA 12

18 R. Br. Sitohang 62 Dsn. Pardomuan Ds. Medan SD 6

19 Rusmida br. Situmorang 43 Dsn. Pardomuan Ds. Medan SLTP 9

20 Bpk. Munthe 47 Dsn. Pardomuan Ds. Medan SLTP 9

21 Bpk. Abdul 30 Ds. Penantian SLTA 12

22 Bpk. Haji Rizal n/a Jl. Baru, Rantau Prapat SD 6

23 Bpk. Riko (Chinese) 38 Jl. A. Yani, Rantau Prapat SLTA 12 24 Bpk. J. Siburian 36 Dsn. Pardomuan Ds. Medan SLTP 9

25 Bpk. W. Simarmata 58 Dsn. Pardomuan Ds. Medan SD 6

26 Bpk. Haji Marhan Harahap 44 Teluk Pinang, Ds. Asam Jawa SLTA 12


(61)

Lampiran 1a. Karakteristik Petani Kelapa Sawit (Kab. Labuhan Batu)

No

Sampel Nama Petani

Umur

(Tahun) Alamat

Pendidikan Tingkat Tahun

1 Muhedi 26 Dsn. II Dolok Sagala STM 12

2 Nasum 59 Dsn. II Dolok Sagala SLTP 9

3 Supratman 27 Dsn. II Dolok Sagala D1 13

4 M. Liin 79 Dsn. II Dolok Sagala SD 6

5 Faidi 59 Dsn. II Dolok Sagala SD 6

6 Qino 51 Dsn. II Dolok Sagala SD 6

7 Wagino 39 Dsn. II Dolok Sagala SLTP 9

8 Sigit 28 Dsn. II Dolok Sagala SLTA 12

9 Edi Sutomo 45 Dsn. II Dolok Sagala SLTA 12

10 Suparno 49 Dsn. II Dolok Sagala SD 6

11 Jaudur Simarmata 34 Dsn. I Dolok Sagala SLTP 9

12 Supriadi 35 Dsn. IV Marihat Bandar SLTA 12

13 Rahmat Purba 50 Dsn. III Dolok Sagala SD 6

14 Dalik Saragih 55 Dsn. IV Dolok Sagala SD 6

15 Bonar 49 Dsn. I Dolok Sagala SLTA 12

16 Nasir Sirait 55 Dsn. III Dolok Sagala SD 6

17 Sunardi 47 Dsn. II Dolok Sagala SD 6

18 Saniman 60 Dsn. II Dolok Sagala SD 6

19 Jamil 30 Dsn. II Dolok Sagala SLTA 12

20 Asmat 32 Dsn. II Dolok Sagala SD 6

21 Ribut 52 Dsn. V Dolok Sagala SD 6

22 J.Situmorang 55 Dsn. V Dolok Sagala SD 6

23 Sudayat 46 Dsn. II Dolok Sagala SLTA 12

24 Rudi Purba 36 Dsn. III Dolok Sagala SLTA 12

25 Idris 40 Dsn. II Dolok Sagala SLTA 12


(62)

(63)

Lampiran 2a. Deskripsi Usaha Tani (Kab. Labuhan Batu)

No Sampel Lama Bertani (Tahun) Luas Lahan (Ha)

Umur Tanaman

(Tahun) Mi

n Ma

x

1 14 5 0 14

2 11 3 2 15

3 30 14 5 20

4 5 0.5 3 5

5 13 1 0 8

6 6 4 3 10

7 23 10 0 23

8 6 0.5 0 6

9 15 1 0 15

10 18 2 3 15

11 12 0.5 0 8

12 16 1 0 19

13 10 10 0 15

14 4 0.4 0 4

15 7 0.5 0 7

16 16 1 0 11

17 5 0.5 0 5

18 10 3 0 10

19 10 1 2 13

20 8 1.5 2 8

21 5 1.5 0 8

22 n/a n/a n/a n/a

23 10 4 0 13

24 5 0.72 10 13

25 20 1 6 15

26 24 80 1 25

27 20 2 5 23

28 19 16 0.2 18

29 6 0.5 0 6


(64)

Lampiran 2b. Deskripsi Usaha Tani (Kab. Serdang Bedagai)

No Sampel Lama Bertani (Tahun) Luas Lahan (Ha)

Umur Tanaman

(Tahun) Min Max

1 10 4 0.5 10

2 27 13 0 5

3 10 1 0 10

4 50 1 0 10

5 5 0.8 1 5

6 20 3 6 10

7 10 0.5 0 8

8 3 0.8 0 3

9 35 1.16 7 15

10 12 1.08 3 5

11 13 1.6 1 12

12 12 1 0 12

13 15 3 4 10

14 40 3 6 10

15 10 8 2 10

16 34 2 7 18

17 6 3 2 6

18 10 2.5 1 7

19 12 0.5 2 4

20 20 1.5 2 15

21 28 2 5 15

22 25 3 3 10

23 5 1 1 10

24 11 3 3 7

25 20 2 1 17

26 5 1 1 5

27 3 1.5 0 3

28 13 2 2 13

29 10 1.4 2 10


(65)

Lampiran 3a. Petani Responden dan Jenis Bibit (Kab. Labuhan Batu)

No

Sampel Jenis Bibit 1 Marihat

2 Marihat

3 Marihat, Socfindo 4 Marihat

5 Marihat

6 Marihat, Socfindo 7 Marihat, Socfindo 8 Marihat

9 Marihat 10 Marihat 11 n/a 12 Marihat

13 Marihat, Socfindo, Tenera 14 Marihat

15 Marihat 16 Marihat 17 Marihat 18 Marihat 19 Marihat 20 Marihat 21 Marihat

22 Marihat, Socfindo, Tenera, Durah 23 Marihat, Socfindo

24 Marihat 25 Marihat

26 Marihat, Rispa, Dampi 27 Marihat

28 n/a 29 Marihat 30 Marihat


(66)

Lampiran 3b. Petani Responden dan Jenis Bibit (Kab. Serdang Bedagai)

No

Sampel Jenis Bibit 1 Marihat, Socfindo

2 Durah 3 Marihat

4 Marihat, Durah 5 Marihat

6 Durah

7 Marihat, Durah 8 Marihat

9 Durah 10 Marihat

11 Marihat, Socfindo 12 Marihat, Socfindo 13 Marihat, Socfindo 14 Marihat, Socfindo 15 Marihat, Socfindo 16 Marihat, Socfindo 17 Marihat

18 Marihat

19 Marihat, Socfindo 20 Marihat

21 Marihat, Socfindo 22 Marihat

23 Marihat 24 Marihat 25 Socfindo 26 Marihat

27 Marihat, Socfindo 28 Marihat

29 Marihat 30 Marihat


(1)

Lampiran 3a. Petani Responden dan Jenis Bibit

(Kab. Labuhan Batu)

No

Sampel

Jenis Bibit

1

Marihat

2

Marihat

3

Marihat, Socfindo

4

Marihat

5

Marihat

6

Marihat, Socfindo

7

Marihat, Socfindo

8

Marihat

9

Marihat

10

Marihat

11

n/a

12

Marihat

13

Marihat, Socfindo, Tenera

14

Marihat

15

Marihat

16

Marihat

17

Marihat

18

Marihat

19

Marihat

20

Marihat

21

Marihat

22

Marihat, Socfindo, Tenera, Durah

23

Marihat, Socfindo

24

Marihat

25

Marihat

26

Marihat, Rispa, Dampi

27

Marihat

28

n/a

29

Marihat

30

Marihat


(2)

Lampiran 3b. Petani Responden dan Jenis Bibit (Kab.

Serdang Bedagai)

No

Sampel

Jenis Bibit

1

Marihat, Socfindo

2

Durah

3

Marihat

4

Marihat, Durah

5

Marihat

6

Durah

7

Marihat, Durah

8

Marihat

9

Durah

10

Marihat

11

Marihat, Socfindo

12

Marihat, Socfindo

13

Marihat, Socfindo

14

Marihat, Socfindo

15

Marihat, Socfindo

16

Marihat, Socfindo

17

Marihat

18

Marihat

19

Marihat, Socfindo

20

Marihat

21

Marihat, Socfindo

22

Marihat

23

Marihat

24

Marihat

25

Socfindo

26

Marihat

27

Marihat, Socfindo

28

Marihat

29

Marihat

30

Marihat


(3)

Lampiran 4a. Petani Responden dan Kredit (Kab. Labuhan Batu)

No

Sampel

PIR/Non PIR=1

/ Non=0

Kredit

Ada=0 / Tdk=1

Sumber

1

0

0

Bank

2

0

0

Agen

3

0

0

Kreditor

4

0

1

5

0

0

Agen

6

0

1

7

0

0

Bank

8

0

0

Agen

9

0

1

10

0

0

Agen

11

0

1

12

0

0

Agen

13

0

0

Kreditor

14

0

1

15

0

0

Agen

16

0

0

Agen

17

0

0

Agen

18

0

0

Agen

19

0

1

20

0

1

21

0

0

Agen

22

0

0

Kreditor

23

0

1

24

0

1

25

0

1

26

0

0

Kreditor

27

0

1

28

0

0

Kreditor

29

0

0

Bank


(4)

Lampiran 4b. Petani Responden dan Kredit (Kab. Serdang Bedagai)

No

Sampel

PIR/Non

PIR=1 / Non=0

Kredit

Ada=0 / Tdk=1

Sumber

1

0

0

Agen

2

0

0

Agen

3

0

0

Agen

4

0

0

Agen

5

0

0

Agen

6

0

0

Agen

7

0

0

Agen

8

0

0

Agen

9

0

0

Agen

10

0

0

Agen

11

0

0

Agen

12

0

0

Agen

13

0

0

Agen

14

0

0

Agen

15

0

1

16

0

0

Agen

17

0

0

Agen

18

0

0

Agen

19

0

0

Agen

20

0

0

Agen

21

0

0

Agen

22

0

0

Agen

23

0

0

Agen

24

0

0

Agen

25

0

0

Agen

26

0

0

Agen

27

0

0

Agen

28

0

0

Agen

29

0

0

Agen


(5)

Lampiran 5a. Pembentukan Harga TBS di Tingkat Petani (Kab. Labuhan Batu)

No Sampel

Rata-rata Jumlah Panen

(Kg)

Rata-rata Harga Panen

(Rp/Kg)

Mekanisme

P max

(Rp/Kg) Alasan Harga Tinggi

P min

(Rp/Kg) Alasan Harga Rendah 0 = agen

1 = lainnya

1 9,000 920 0 1,500 Rendemen tinggi 400 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar

2 4,000 980 0 1,500 n/a 400 Krisis global

3 100,000 1,100 1 1,300 Rendemen tinggi, PKS membutuhkan TBS 680 Tergantung PKS masing-masing

4 300 945 1 1,100 Pemintaan dunia tinggi 300 Rendemen TBS rendah, banjir buah di KPS

5 1,500 920 0 1,500 n/a 400 n/a

6 4,500 1,050 0 1,100 Rendemen tinggi, bibit marihat 410 PEMILU, buah rusak, krisis global 7 6,000 1,100 0 1,600 Rendemen tinggi 400 Krisis global

8 500 950 1 1,000 Buah bagus 450 Krisis global, PEMILU, potongan pinjaman 9 1,000 980 0 1,110 Agen yang menetapkan 390 Krisis global, PEMILU

10 1,000 1,000 0 1,105 Agen yang menetapkan 420 Krisis global, PEMILU

11 800 920 0 1,500 n/a 400 Krisis global

12 800 940 0 1,050 PKS membutuhkan TBS 300 Buah tidak terawat

13 8,000 1,115 1 1,300 PKS yang menetapkan 350 Pihak PKS yang menentapkan 14 250 890 1 1,080 Bobot TBS tinggi 350 Krisis global, PEMILU, dan hari raya 15 400 940 1 1,050 Bobot dan kadar CPO tinggi 460 Banjir buah, PEMILU, Krisis global

16 1,500 920 1 1,500 n/a 400 Krisis global

17 3,000 920 0 1,400 n/a 400 n/a

18 500 900 0 920 n/a 400 n/a

19 1,000 820 0 960 Harga pasar naik, track 400 Hari-hari besar dan krisis global 20 1,000 840 0 960 Agen dan PKS yang menetapkan 400 Krisis global

21 5,000 1,000 0 1,100 Agen yang menetapkan 350 PEMILU, krisis global

22 5,000 1,150 1 1,205 TBS marihat / Tenera, track, PKS butuh 400 Jenis TBS durah, hari besar, krisis global 23 400 820 1 1,300 Track 500 Krisis global, PEMILU, banjir buah, buah rusak

24 1,500 840 0 1,100 n/a 400 Krisis global

25 2,500 1,110 0 1,100 Agen yang menetapkan 450 Krisis global, banjir buah 26 35,000 980 1 1,600 Harga pasar dunia tinggi 500 Krisis global, hari besar 27 300 940 1 1,100 Agen yang menetapkan 400 PEMILU, banjir buah


(6)

Lampiran 5b. Pembentukan Harga TBS di Tingkat Petani (Kab. Serdang Bedagai)

No Sampel

Rata-rata Jumlah Panen

(Kg)

Rata-rata Harga Panen (Rp/Kg)

Mekanisme

P max (Rp/Kg) Alasan Harga Tinggi P min

(Rp/Kg) Alasan Harga Rendah 0 = agen 1 =

lainnya

1 2,000 840 0 1,500 Stok kosong 420 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar

2 425 820 0 1,700 Trak 380 Banjir buah

3 800 840 0 1,400 Trak 300 Krisis global

4 800 840 0 1,800 Harga PKS tinggi 400 Krisis global

5 400 840 0 1,500 Harga PKS tinggi 400 Krisis global

6 1,000 840 0 1,700 Permintaan naik 400 Krisis global

7 500 840 0 1,850 Trak 350 Krisis global

8 500 840 0 1,700 Trak 400 Krisis global, PEMILU

9 850 840 0 1,900 Musim hujan/kemarau, hari raya 400 Krisis global, banjir buah

10 300 840 0 1,700 Harga PKS tinggi 400 Krisis global

11 650 820 0 1,700 Trak 350 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar 12 1,250 820 0 1,850 Stok kosong 320 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar 13 2,750 830 0 1,800 Trak 320 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar 14 2,250 840 0 1,800 Trak 350 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar

15 3,500 1,300 0 1,475 Trak 450 Stok di gudang PKS penuh

16 2,000 840 0 1,800 Trak 450 Krisis global, hari-hari besar

17 500 840 0 1,475 Trak 430 Krisis global

18 1,500 840 0 1,500 Trak 400 Krisis global, PEMILU

19 150 840 0 1,100 Trak 350 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar 20 1,000 840 0 1,800 Stok kosong 400 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar 21 2,000 840 0 1,800 Stok kosong 350 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar 22 2,500 840 0 1,800 Stok kosong 400 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar 23 1,500 840 0 1,800 Stok kosong 400 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar 24 2,500 840 0 1,800 Stok kosong 400 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar 25 1,500 840 0 1,900 Stok kosong 350 Krisis global, PEMILU, dan hari-hari besar