Ex-Mining Land Use in the Livestock Sector : a Cost Benefit Analysis (Case Study of an Integrated Cow Farm Program at PT KPC East Kutai).

PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PADA
SEKTOR PETERNAKAN : SEBUAH
ANALISIS BIAYA MANFAAT
(Studi Kasus Program Peternakan Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur)

JONI ARIANSYAH

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

1
 

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemanfaatan Lahan
Bekas Tambang pada Sektor Peternakan : Sebuah Analisis Biaya Manfaat (Studi
Kasus Program Peternakan Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur) adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2011
Joni Ariansyah
NIM H351110101

2
 

RINGKASAN
JONI ARIANSYAH. Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor
Peternakan : Sebuah Analisis Biaya Manfaat (Studi Kasus Program Peternakan
Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur). Dibimbing oleh Ahyar Ismail dan Luki
Abdullah.
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya batu
bara (coal). Hal tersebut mengakibatkan perusahaan tambang di Indonesia tumbuh

dengan pesat. Saat ini Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM)
mencatat sebanyak 5.940 izin usaha pertambangan (IUP) yang dinyatakan belum
clean and clear, sedangkan 4.624 izin sudah dinyatakan clean and clear atau tidak
bermasalah. Keberadaan usaha pertambangan tersebut membawa banyak manfaat
secara ekonomi, namun memiliki dampak kerusakan terhadap lingkungan,
khususnya terhadap tanah akibat dilakukannya aktivitas pertambangan. Oleh
karena itu, setiap perusahaan tambang di Indonesia dikenakan kewajiban
reklamasi pada lahan bekas tambang, yang telah diatur dalam undang-undang dan
peraturan menteri. Setelah reklamasi, dapat dilakukan pemanfaatan lahan bekas
tambang pada berbagai sektor dalam rangka mendapatkan hasil yang lebih
optimal. PT KPC yang beroperasi di Kutai Timur merupakan salah satu
perusahaan tambang batu bara terbesar di Indonesia. Sebagai perusahaan besar,
kewajiban reklamasi menjadi komitmen yang harus dilaksanakan dengan baik.
Banyak alternatif pemanfaatan lahan bekas tambang yang dapat dilakukan, seperti
pemanfaatan lahan bekas tambang di sektor kehutanan, pertanian, perikanan, dan
peternakan.
Dalam rangka pemanfaatan lahan bekas tambang, PT KPC mencoba
membuat program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) di atas lahan bekas
tambang mereka. Program ini termasuk program CSR perusahaan dan sudah
berjalan sejak tahun akhir tahun 2009. PESAT merupakan program yang salah

satunya memadukan antara kegiatan pembibitan ternak sapi bali dan program
pemagangan kepada peternak sekitar. Dalam perjalanannya, banyak kemajuan
yang dirasakan oleh perusahaan dan masyarakat, sehingga diperlukan penelitian
mengenai analisis biaya manfaat program PESAT untuk mengukur sejauh mana
manfaat yang didapat atas program dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk
keberlangsungan program. Tujuan penelitian ini adalah : (1) menganalisis model
atau konsep program PESAT; (2) mengestimasi biaya dan manfaat program; (3)
merumuskan hubungan stakeholder dalam program; serta (4) mengidentifikasi
karakteristik dan persepsi peserta program PESAT. Metode yang digunakan
terdiri atas analisis deskriptif, analisis biaya manfaat, analisis kepekaan, analisis
stakeholder dan analisis persepsi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa konsep yang sekarang dijalankan PT
KPC terhadap program PESAT merupakan konsep terpadu yang terdiri atas
pembibitan ternak Sapi Bali beserta produk ikutannya, budidaya Sapi Perah
beserta produk ikutannya, tanaman sayuran dan pelatihan usaha peternakan Sapi
Bali dalam bentuk pemagangan peternak selama 6 bulan. Program PESAT yang
sudah dijalankan sejauh ini memiliki banyak manfaat bagi perusahaan dan
masyarakat, seperti hasil dari pemasaran produk ternak dan olahan, seperti sapi,
susu murni, yoghurt, es susu dan es krim. Manfaat lain adalah hasil dari


3
 

pemasaran produk sayur-sayuran, pupuk kompos, sebagai tempat wisata edukatif,
sebagai laboratorium lapangan Kampus STIPER Kutai Timur, sebagai
tempat/ruang pertemuan, sebagai tempat penginapan tamu perusahaan, sebagai
tempat PKL dan penelitian, meningkatkan reputasi perusahaan serta
meningkatkan ilmu pengetahuan para peternak. Manfaat-manfaat tersebut ada
yang dapat dikuantifikasi dan ada yang tidak dapat dikuantifikasi. Biaya-biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap program PESAT terdiri dari biaya
investasi dan biaya operasional tahunan.
Analisis kelayakan program PESAT dilakukan berdasarkan beberapa
skenario. Skenario pertama yaitu jika nilai sisa aset tetap tidak diperhitungkan,
maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp-451 256 201, net B/C sebesar 1, gross B/C
sebesar 1, dan IRR sebesar 5%. Skenario kedua yaitu jika nilai sisa aset tetap
diperhitungkan, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp921 027 445, net B/C sebesar
1.15, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 8%. Skenario ketiga adalah jika nilai sisa aset
tetap dan biaya penyusutan diperhitungkan, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp-2 050
069 987, net B/C sebesar 0.97, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 1%. Skenario
keempat yaitu jika manfaat untuk Kampus STIPER ditingkatkan dan nilai sisa tidak

diperhitungkan, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp37 164 455, net B/C sebesar 1.01,
gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 6%. Skenario kelima yaitu jika menurunkan suku
bunga hingga 4.6% dan nilai sisa aset tetap tidak diperhitungkan, maka didapatkan nilai
NPV sebesar Rp45 310 129, net B/C sebesar 1.01, gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar
5%. Skenario terakhir dan sekaligus dijadikan rekomendasi adalah jika nilai sisa aset
tetap diperhitungkan, manfaat untuk Kampus STIPER ditingkatkan, dan biaya penyusutan
diabaikan, maka didapatkan nilai NPV sebesar Rp1 226 290 355, net B/C sebesar 1.19,
gross B/C sebesar 1, dan IRR sebesar 8%. Hasil yang diperoleh tersebut sesuai

dengan suku bunga yang ditetapkan yaitu 5.75%, sehingga program PESAT
dinilai layak untuk dilaksanakan.
Analisis stakeholder menunjukkan bahwa dari keempat stakeholder yang
terlibat terkait program PESAT, PT KPC memiliki pengaruh dan kepentingan
yang tinggi atau berada di kuadran key player, sedangkan ketiga stakeholder
lainnya memiliki kepentingan yang tinggi tetapi pengaruhnya rendah atau berada
di kuadran subject.
Kata kunci : biaya manfaat, persepsi, PESAT, reklamasi, stakeholder

4
 


SUMMARY
JONI ARIANSYAH. Ex-Mining Land Use in the Livestock Sector : a Cost
Benefit Analysis (Case Study of an Integrated Cow Farm Program at PT KPC
East Kutai). Supervised by AHYAR ISMAIL and LUKI ABDULLAH.
Indonesia is a rich of coal resources country. It makes the mining
companies grow rapidly in Indonesia. Currently the Ministry of Energy and
Mineral Resources (ESDM) records that 5940 the mining permit (IUP) are non
clean and clear, and 4624 the mining permit are clean and clear. The existence of
the mining business brings many economic benefits, but, on the other hand, it
brings the environmental damage, especially the soil where the mining activities
do. Therefore, each mining company in Indonesia has been charged reclamation
obilgation in ex-mining land which it is under law and ministerial regulation.
After reclamation, a lot of things can do in ex-mining land, such as using exmining land in forestry, agriculture, fisheries, and livestock farming. PT KPC is
one of the largest coal mining companies in Indonesia that is operating in Kutai
Timur.
In the context of reclamation of ex-minig land, PT KPC tries to use its exmining land in livestock farming by The Integrated Cow Farming Program
(PESAT). This program is included in the company's CSR program and has been
running since late 2009. PESAT is a integrated program between the breeding
activities of Balinese caw and the local breeders training and internship program.

Since the implementaion of this program, a lot of progress perceived by both the
company and the community, thus, it is necessary to do research on the cost
benefit analysis of it. The purposes of this study are: (1) to analyze the model or
concept of PESAT, (2) to estimate the costs and benefits of the program, (3) to
formulate stakeholder relations in the program, and (4) to identify the
characteristics and perceptions of PESAT participants. The method used in this
study consisted of descriptive analysis, cost benefit analysis, sensitivity analysis,
stakeholder analysis and perceptual analysis.
This study shows that PESAT’s concept which is done by PT KPC is the
integrated program. It is consisted Balinese cow breeding and its byproducts,
cultivation Dairy Cattle and their byproducts, vegetables and farm training
Balinese Cows breeders in the form of an internship for 6 months. PESAT
program was run so far has many benefits for the company and the community, as
a result of the marketing of livestock and processed products, such as beef, milk,
yogurt, ice milk and ice cream. Another benefit are the result of product marketing
vegetables, compost fertilizer, an educational tourist attractions, a field laboratory
STIPER Campus in East Kutai, a place or meeting room, a company guest lodge,
the fieldwork practice and research, enhance the company's reputation and
increase science breeders. Some of the benefites can be quantified, and some can


5
 

not .The costs incurred by the company towards PESAT program consists of
investment costs and annual operating costs.
PESAT program feasibility analysis is conducted based on several
scenarios. The first scenario is the residual value of fixed assets is not taken into
account, the obtained value of NPV about IDR-451 256 201, net B/C at 1, gross
B/C at 1, and IRR at 5%. The second scenario is the residual value of fixed assets
taken into account, the obtained value of NPV about IDR921 027 445, net B/C at
1.15, gross B/C at 1, and IRR at 8%. The third scenario is the residual value of
fixed assets and depreciation expenses taken into account, then the NPV obtained
about IDR-2 420 563 476, net B/C at 0.90, gross B/C at 1, and IRR at 0%. The
fourth scenario is the benefit to Campus STIPER improved and the residual value
is not taken into account, the obtained value of NPV about IDR37 164 455 net
B/C at 1.01, gross B/C at 1, and IRR at 6%. The fifth scenario is lowering interest
rates to 4.6% and a residual value of fixed assets is not taken into account, the
obtained value of NPV about IDR45 310 129, net B/C at 1.01, gross B/C at 1, and
IRR at 5%. The last scenario and recommended is the residual value of fixed
assets taken into account, the benefits of enhanced STIPER Campus, and

depreciation costs are ignored, so the obtained value of NPV about IDR1 226 290
355, net B/C at 1.19, gross B/C at 1, and IRR at 8%. The results obtained are in
accordance with the specified interest rate is 5.75%, so the program PESAT
assessed feasible.
Stakeholder analysis showed that from the four relevant stakeholders
involved PESAT program, PT KPC has high influence and high interests, or it is
placed as key player, while the other three stakeholders have high interest but low
influence or they are placed as subject.
Key words: cost benefits, perceptions, PESAT, reclamation, stakeholders

6
 

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG PADA
SEKTOR PETERNAKAN : SEBUAH
ANALISIS BIAYA MANFAAT
(Studi Kasus Program Peternakan Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur)

JONI ARIANSYAH
 

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2013

ii
 

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Aceng Hidayat, MT

111

Judul Tesis: Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pad a Sektor Petemakan :
Sebuah Analisis Biaya Manfaat (Studi Kasus Program Peternakan
Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur)
Joni Ariansyah
Nama
: H351110101
NIM

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Ahyar Ismail, MAgr
Ketua

Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr
Anggota

Diketahui Oleh

Ketua Program Studi
Ekonomi Sumber Daya
dan Lingkungan

Prof Dr Ir Akhmad Fauzi, MSc

Tanggal Ujian: 5 Juli 2013

Tanggal Lulus:

13 AUG 20i J

iii
 

Judul Tesis: Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Peternakan :
Sebuah Analisis Biaya Manfaat (Studi Kasus Program Peternakan
Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur)
Nama
: Joni Ariansyah
NIM
: H351110101

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr
Anggota

Dr Ir Ahyar Ismail, MAgr
Ketua

Diketahui Oleh

Ketua Program Studi
Ekonomi Sumber Daya
dan Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Akhmad Fauzi, MSc

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 5 Juli 2013

Tanggal Lulus:

iv
 

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 sampai Juni 2013 ini ialah
analisis biaya manfaat, dengan judul Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada
Sektor Peternakan : Sebuah Analisis Biaya Manfaat (Studi Kasus Program
Peternakan Sapi Terpadu PT KPC Kutai Timur).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ahyar Ismail dan
Bapak Dr Ir Luki Abdullah selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Aceng Hidayat
selaku penguji, serta Bapak Prof Dr Ir Ahmad Fauzi yang telah banyak memberi
saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Panji
Setyadi dari PT KPC beserta staf PESAT, Ibu Diah Ratna Ningrum dari Dinas
Peternakan Kutai Timur, Bapak Prof Dr Ir Jeremy dari Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian Kutai Timur, serta Bapak Jenal mewakili peternak, yang telah
membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah (alm), ibu, istri, anak, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Joni Ariansyah

v
 

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ vii
1 PENDAHULUAN ...............................................................................................
Latar Belakang ..............................................................................................
Rumusan Masalah .........................................................................................
Tujuan Penelitian...........................................................................................
Kegunaan Penelitian ......................................................................................

1
1
3
4
4

2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5
Usaha Pertambangan ..................................................................................... 5
Potensi Masalah Lingkungan dalam Usaha Pertambangan........................... 5
Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Pemanfaatannya .............................. 6
Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang untuk Kehutanan ................................ 7
Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Pertanian ........................ 8
Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Peternakan...................... 8
Analisis Biaya Manfaat (Benefit Cost Analysis) ........................................... 8
Peluang Usaha Penggemukan Sapi Potong ................................................. 12
Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 13
3 METODE PENELITIAN ...................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................
Jenis dan Sumber Data ................................................................................
Metode Analisis...........................................................................................

15
15
15
16

4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 20
Kondisi Umum Tempat Penelitian ............................................................... 20
Gambaran Umum Reklamasi PT KPC ......................................................... 34
Identifikasi Program PESAT ........................................................................ 35
Karakteristik Peserta Pemagangan PESAT .................................................. 41
Persepsi Peserta Magang Terhadap Pelatihan .............................................. 43
Identifikasi Biaya dan Manfaat Program PESAT ........................................ 47
Analisis Kelayakan Program PESAT ........................................................... 64
Analisis Stakeholder ..................................................................................... 70
Optimalisasi Pengelolaan PESAT ................................................................ 74
5 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 77
Simpulan....................................................................................................... 77
Saran .......................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 78
LAMPIRAN ............................................................................................................. 80
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 111

vi
 

DAFTAR TABEL

1 Matrik penelitian : tujuan, sumber dan metode Analisis ....................................15
2 Luas wilayah menurut kecamatan ......................................................................23
3 Jumlah, pertumbuhan dan persebaran serta kepadatan penduduk Kabupaten
Kutai Timur Tahun 2006 sampai 2010..............................................................25
4 Penyebaran penduduk menurut kecamatan tahun 2006 sampai 2010 ................26
5 Rasio tempat ibadah di Kabupaten Kutai Timur tahun 2010 .............................27
6 Jumlah fasilitas pendidikan di Kabupaten Kutai Timur .....................................27
7 Penduduk usia 10 tahun ke atas berdasarkan jenjang pendidikan yang
ditamatkan di Kabupaten Kutai Timur tahun 2006 sampai 2010 ......................28
8 Jumlah tenaga kerja di Kabupaten Kutai Timur berdasarkan lapangan
pekerjaan utama tahun 2007 sampai 2010.........................................................29
9 PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha tahun 2009 sampai
2010 (Juta Rp) ..................................................................................................30
10 Kontribusi sektoral tanpa migas dan batubara tahun 2006 sampai 2010 ..........31
11 Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB di Kabupaten Kutai Timur tahun
2006 sampai 2010 ..............................................................................................31
12 Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Kutai Timur .................................33
13 Perkembangan Sapi Bali di PESAT per akhir tahun .........................................39
14 Persepsi peserta magang terhadap metode pelatihan.........................................43
15 Persepsi peserta magang terhadap instruktur pelatihan .....................................44
16 Persepsi peserta magang terhadap fasilitas pelatihan ........................................44
17 Persepsi peserta magang terhadap materi pelatihan ..........................................45
18 Persepsi peserta magang terhadap waktu pelatihan...........................................45
19 Persepsi peserta magang terhadap manfaat pelatihan........................................46
20 Net calf crop dan gugus nilai koefisien teknis Sapi Bali ...................................48
21 Daftar harga investasi PESAT ...........................................................................49
22 Biaya operasional PESAT tahun 2010 sampai 2012 (a)....................................49
23 Biaya operasional PESAT tahun 2010 sampai 2012 (b) ...................................50
24 Biaya operasional peserta magang tahap I sampai tahap III .............................51
25 Biaya operasional per bulan Program PESAT mulai tahun 2013 .....................51
26 Biaya operasioanal kegiatan pemagangan per tahun (2013-2021) ....................52
27 Nilai sisa fasilitas PESAT .................................................................................53
28 Manfaat-manfaat program PESAT ....................................................................54
29 Proyeksi penjualan sapi jantan per tahun ..........................................................55
30 Proyeksi penjualan bibit sapi anak (pedet) per tahun ........................................55
31 Proyeksi penjualan sapi pejantan dan betina afkir per tahun.............................56
32 Harga 1 liter susu murni, es lilin, es krim dan yoghurt .....................................57
33 Proyeksi manfaat dari pupuk padat per tahun ...................................................58
34 Kandungan bahan kering dan volume gas yang dihasilkan tiap jenis kotoran ..59
35 Proyeksi potensi biogas PESAT per tahun ........................................................60
36 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario I .............................64
37 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario II ............................65
38 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario III ...........................65
39 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario IV...........................66
40 Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario V ............................67

vii
 

41
42
43
44
45
46
47

Hasil analisis kriteria investasi program PESAT skenario VI .......................... 68
Ringkasan analisis kelayakan setiap skenario ................................................... 68
Hasil analisis kepekaan jika biaya operasional naik sampai 14.4%.................. 69
Hasil analisis kepekaan jika penjualan sapi turun 45% .................................... 69
Penilaian tingkat kepentingan stakeholder........................................................ 71
Penilaian tingkat pengaruh stakeholder ............................................................ 72
Perkiraan jumlah peternak yang telah mengikuti pelatihan PESAT ................. 75

DAFTAR GAMBAR

1 Alur pemikiran penelitian ................................................................................. 14
2 Matriks kepentingan-pengaruh........................................................................... 21
3 Kabupaten Kutai Timur ..................................................................................... 23
4 Model integrasi PESAT ..................................................................................... 36
5 Matriks hubungan Stakeholder pada program PESAT ...................................... 72

DAFTAR LAMPIRAN

Proyeksi jumlah Sapi Bali per tahun (2013-2021) ............................................. 80
Proyeksi potensi biogas dari Sapi Bali dan Sapi Perah per tahun ...................... 82
Proyesi pupuk kompos padat dari Sapi Bali dan Sapi Perah per tahun ............. 83
Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario I ........................................ 84
Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario II ....................................... 87
Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario III ...................................... 90
Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario IV ..................................... 93
Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario V ....................................... 96
Analisis Biaya Manfaat Program PESAT Skenario VI ..................................... 99
Analisis kepekaan Program PESAT jika penjualan sapi turun hingga 45% .... 102
Analisis kepekaan Program PESAT jika biaya operasional naik
hingga 14.4% .................................................................................................... 105
12 Kuesioner penelitian ........................................................................................ 108
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

1
 

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya
energi dan mineral. Salah satunya yang dimiliki oleh Indonesia yaitu batu bara
(coal). Berdasarkan data yang dimiliki oleh Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) total sumber daya batubara di Indonesia diperkirakan mencapai
105 miliar ton, dimana cadangan batu bara diperkirakan 21 miliar ton.1
Kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan tambang
memiliki dampak positif maupun negatif. Termasuk dampak positif dari kegiatan
pertambangan tersebut antara lain menambah devisa negara, sumber pendapatan
asli daerah (PAD), menciptakan lahan pekerjaan, dan lain-lain. Dampak negatif
yang dapat ditimbulkan dari kegiatan pertambangan batubara adalah merusak
lingkungan, terutama lahan yang fungsinya sudah menurun dibandingkan sebelum
dilakukan kegiatan pertambangan. Dampak kegiatan pertambangan tersebut
adalah terbukanya tanah pucuk, menghilangkan beberapa bagian dari vegetasi,
hilangnya bahan organik tanah, hilangnya mikroorganisme, meningkatnya laju
erosi, kerusakan habitat dan satwa liar, rusaknya wilayah penangkap air serta
terganggunya tingkat stabilitas lahan.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul akibat kegiatan
pertambangan tersebut adalah perlunya dilakukan reklamasi lahan bekas tambang.
Seringkali perusahaan harus mencari informasi sendiri mengenai teknik reklamasi
lahan bekas tambang karena kurangnya dukungan dari kementerian maupun dinas
yang terkait. Permasalahan dalam reklamasi lahan bekas tambang sangat komplek
dan memerlukan penyelesaian yang melibatkan multidisiplin ilmu. Sementara itu
penelitian-penelitian yang berkaitan dengan teknik reklamasi lahan bekas tambang
atau pemanfaatan lahan bekas tambang di Indonesia masih sangat terbatas
(Mansur 2012). Dalam melakukan reklamasi tersebut, muncul kendala-kendala
berupa kondisi tanah sangat marginal, bahan organiknya sangat sedikit, jumlah
mikroorganisme tanah potensial sangat minim, dan kandungan hara sangat
rendah. Selain alasan perusahaan yang memang tidak mau bertanggung jawab
untuk memenuhi kewajiban reklamasi lahan bekas tambang, kendala-kendala di
atas menjadi alasan pembenaran perusahaan untuk tidak melakukan reklamasi
tersebut. Pada umumnya, perusahaan tambang di Indonesia melakukan reklamasi
lahan bekas tambang hanya berhenti sampai tahap penanaman atau penghijauan,
padahal lahan bekas tambang yang sudah direhabilitasi dengan penghijauan
tersebut dapat dimanfaatkan untuk program lain yang lebih produktif, misalnya
pada sektor peternakan. Oleh karena itu, muncul alternatif pemanfaatan lahan
bekas tambang yang dilakukan oleh perusahaan tambang selain hanya melakukan
revegetasi lahan, yaitu salah satunya mendirikan pusat pelatihan budidaya ternak
sapi di atas lahan bekas tambang dalam rangka membangun ekonomi masyarakat
yang berkelanjutan.
Perusahaan tambang di Indonesia yang telah melakukan program tersebut
adalah PT. Kaltim Prima Coal (KPC) yang bertempat di Kabupaten Kutai Timur
Provinsi Kalimantan Timur. Upaya tersebut merupakan bagian dari Program
Pasca Tambang (Post Mining Program) untuk mempersiapkan masyarakat sekitar

2
 

dalam menghadapi masa penutupan tambang setelah kontrak KPC berakhir.
Diharapkan pada saat itu, ekonomi masyarakat tidak lagi bergantung pada industri
pertambangan, sehingga penutupan tambang tidak akan menimbulkan gejolak
berarti.
Program peternakan sapi terpadu (PESAT) yang didirikan di atas lahan
bekas tambang KPC tersebut merupakan kerjasama antara PT.KPC dan Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada tahun 2011, PESAT KPC telah
direkomendasikan menjadi row model pemanfaatan lahan bekas tambang di
Indonesia2. Hal tersebut disampaikan bertepatan dengan penghargaan yang diraih
PESAT KPC dalam ajang The Fifth ASEAN Energy Awards, yaitu Best Winner
untuk arsitektur bangunan kategori tropical buildings.
Kepeloporan PT. KPC tersebut dijadikan row model dikarenakan berbasis
masyarakat (community base), dimana masyarakat sekitar yang kesulitan bekerja
di sektor formal diikutsertakan dalam program magang selama beberapa waktu,
yang selanjutnya dari pelatihan yang didapatkan dari program magang dan modal
sapi yang diberikan setelah program magang tersebut, diharapakan bisa menjadi
peternak profesional di desa-nya masing-masing. Selain itu, program PESAT
KPC ini juga sinergis dengan program pemerintah untuk bisa swasembada daging
2014, oleh karena melalui pemerintah daerah, program PESAT ini sangat
diharapkan keberlanjutannya.
Program PESAT yang dilaksanakan oleh PT. KPC tersebut merupakan
salah satu bentuk dari kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang
dilakukan perusahaan. Saat ini penting bagi perusahaan untuk mengevaluasi
program yang dilakukan demi keberlanjutannya di masa yang akan datang,
termasuk oleh PT. KPC terhadap program PESAT. Evaluasi dalam rangka
keberlanjutan itu dapat dilakukan dengan menganalisis secara menyeluruh mulai
dari seberapa jauh kegiatan dalam program berjalan, seberapa besar manfaat
program terhadap perusahaan dan masyarakat, bagaimana pengaruh dan
kepentingan para stakeholder terhadap program, dan bagaimana persepsi peserta
program terkait dengan perbaikan ke depan. Manfaat analisis biaya manfaat bagi
perusahaan tidak terbatas pada meningkatnya kinerja perusahaan, transparansi dan
akuntabilitas, namun menjadi alat evaluasi dan pembelajaran bagi organisasi, dan
perbaikan yang sistematis bagi media komunikasi dengan stakeholder (Irawaty
2008).
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, perlu bagi peneliti untuk
mendalami bagaimana sebenarnya program ini berjalan dan beberapa hal yang
muncul sebagai efek setelah adanya program ini atau dengan kata lain penelitian
ini dilakukan sebagai upaya penjelasan secara lengkap kepada masyarakat
mengenai kegiatan reklamasi lahan bekas tambang, khususnya di bidang
peternakan. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan panduan atau informasi bagi
pihak-pihak yang terkait dalam mengadopsi atau pengembangan ilmu program
serupa.
1

http://www.esdm.go.id/berita/batubara/44-batubara/4557-sumber-daya-batubara-indonesia-capai105-miliar-ton.html [diunduh 30 april 2012]
2
http://www.bakriebrothers.com/commitment/detail/1574/ditetapkan_sebagai_model_pesat_menjadi_pusat_
perhatian [diunduh 1 mei 2012]

3
 

Rumusan Masalah
Selama ini reklamasi lahan bekas tambang pasca kegiatan pertambangan
batu bara oleh perusahaan diatasi dengan cara revegetasi. Hal tersebut dilakukan
dalam rangka mengembalikan fungsi lahan seperti semula, walaupun tidak
mungkin seratus persen sama, mengingat ada volume massa yang hilang, yaitu
batu bara itu sendiri. Reklamasi sendiri merupakan suatu kewajiban yang harus
dilakukan perusahaan tambang setelah eksplorasi lahan. Kewajiban reklamasi
juga sudah diatur di dalam UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara dan Permen ESDM No. 18/2008 tentang Reklamasi dan Penutupan
Tambang. Kewajiban reklamasi yang sudah dipenuhi oleh perusahaan tambang,
ternyata masih dapat dilakukan dengan kegiatan pemanfaatan lahan bekas
tambang pada berbagai sektor, misalanya perikanan, pertanian dan peternakan,
sehingga kegiatan reklamasi tidak hanya berhenti pada revegetasi saja.
PT. KPC sebagai perusahaan besar tambang batu bara di Indonesia
melakukan upaya lain selain revegetasi untuk mengatasi permasalahan lahan
pasca tambang, yaitu mendirikan pusat pelatihan budidaya ternak sapi dengan
nama program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT). Program ini dilakukan agar
pemanfaatan lahan bekas tambang lebih optimal. Program ini merupakan hal yang
baru di dunia pertambangan, terutama dalam hal perlakuan atau pemanfaatan
terhadap lahan bekas tambang.
Program ini berada di bawah PT. KPC sebagai bentuk kegiatan sosial
perusahaan (Corporate Sosial Responsibility). Program PESAT memadukan
antara usaha pembibitan sapi dengan pelatihan ternak sapi kepada para peternak
yang diambil dari beberapa daerah sekitar. Program ini direkomendasikan menjadi
row model dalam pemanfaatan lahan bekas tambang di Indonesia. Hal tersebut
didasarkan kepada model program PESAT yang dapat melibatkan peran serta
masyarakat sekitar dalam bentuk menjadi peserta magang yang akan mendapatkan
pelatihan mengenai budidaya ternak sapi dari kalangan profesional. Selain itu,
peserta magang juga akan mendapatkan modal berupa sapi pasca program magang
dilakukan. Semua yang didapatkan oleh masyarakat peserta magang tersebut, baik
itu ilmu dari pelatihan dan sapi yang dibagikan oleh perusahaan dapat dijadikan
modal awal bagi mereka untuk dapat mengembangkan peternakan sapi di desanya masing-masing, yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan
kesejahteraan dirinya dan keluarga. Program ini juga dipersiapkan untuk
masyarakat sekitar dalam menghadapi masa penutupan tambang setelah kontrak
KPC berakhir. Diharapkan pada saat itu, ekonomi masyarakat tidak lagi
bergantung pada industri pertambangan, sehingga penutupan tambang tidak akan
menimbulkan gejolak berarti.
Saat ini keberhasilan reklamasi lahan bekas tambang belum banyak
dilaporkan, pada umumnya baru tahap percobaan atau pembinaan, bahkan
beberapa perusahaan belum mulai mereklamasi lahan bekas tambangnya, karena
terbatasnya tenaga ahli reklamasi yang representatif (Wardoyo 2008). Selain itu
juga, kegiatan pemanfaatan lahan bekas tambang yang sudah direklamasi belum
banyak dilakukan dan dilaporkan keberhasilannya. Keberhasilan program PESAT
tersebut tidak semata-mata hanya kita lihat dari konsep yang ditawarkan, tetapi
keberhasilan program PESAT harus juga dilihat dari seberapa besar manfaatnya
terhadap perusahaan dan masyarakat sekitar dibandingkan dengan biaya yang

4
 

dikeluarkan untuk program. Selain itu, keberhasilan program PESAT juga dapat
dilihat dari bagaimana peran, kepentingan dan pengaruh para stakeholder terhadap
program, serta persepsi peserta terhadap program PESAT. Semua hal tersebut
dilakukan sebagai langkah dalam mengevaluasi program demi keberlanjutannya
di masa yang akan datang.
Konsep program pemanfaatan lahan bekas tambang ini dirasa perlu
dipublikasikan secara luas, mulai dari latar belakang program perusahaan, biaya
dan manfaat sosial yang muncul akibat program, sinergisitas dengan para
stakeholder terkait program, dan persepsi peserta terhadap program. Berdasarkan
hal tersebut, maka muncul pertanyaan : 1) bagaimana model atau konsep
keseluruhan program PESAT, 2) berapa biaya dan manfaat sosial yang muncul
dari program PESAT, 3) bagaimana peran, kepentingan dan pengaruh perusahaan,
pemerintah daerah dan perguruan tinggi dalam keberlanjutan program PESAT, 4)
bagaimana karakteristik dan persepsi peserta program PESAT.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis model atau konsep program Peternakan Sapi Terpadu
(PESAT) PT. KPC.
2. Mengestimasi biaya dan manfaat dari program Peternakan Sapi Terpadu
(PESAT) PT. KPC.
3. Merumuskan hubungan stakeholder untuk keberlanjutan program
Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) pasca penutupan tambang oleh
PT.KPC.
4. Mengidentifikasi karakteristik dan persepsi peserta program Peternakan
Sapi Terpadu (PESAT) PT KPC.

Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai publikasi ilmiah atau informasi ilmiah mengenai model atau
konsep program Peternakan Sapi Terpadu (PESAT) yang dikembangkan
oleh PT. KPC di atas lahan bekas tambang sebagai bagian dari program
pasca tambang (post mining program).
2. Dapat dijadikan model atau contoh bagi pemerintah daerah dan
perusahaan tambang dalam memanfaatkan lahan bekas tambang dalam
rangka pemberdayaan masyarakat sekitar untuk meningkatkan ekonomi
yang berkelanjutan.

5
 

2 TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Pertambangan
Usaha pertambangan menunjukkan pertumbuhan yang pesat, khususnya
batu bara, yaitu dari tiga perusahaan pada tahun 1968 menjadi 138 perusahaan
pada tahun 2005 (Sukandarrumidi 2006), dan saat ini kementerian Energi
Sumberdaya dan Mineral (ESDM) mencatat sebanyak 5940 izin usaha
pertambangan (IUP) yang dinyatakan belum clean and clear, sedangkan 4624 izin
sudah dinyatakan clean and clear atau tidak bermasalah. Secara ekonomi, hal ini
merupakan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat
sekitar usaha. Namun di sisi lain, bahan tambang juga sebagian besar berada di
bawah hutan lindung yang fungsinya sangat penting bagi keberlangsungan
ekologi dan makhluk hidup di dalamnya. Mansur (2012) mengatakan bahwa
usaha pertambangan harus memperhatikan hal tersebut di samping kepentingan
ekonomi semata. Keberadaan usaha pertambangan di Indonesia harus kita akui
membawa dampak positif yang luar biasa. Usaha pertambangan memberikan
pendapatan yang besar bagi negara dalam bentuk royalti, pajak dan lain-lain.
Selain itu, masyarakat sekitar juga terkena dampak berupa peningkatan ekonomi
keluarga melalui terbukanya lapangan pekerjaan, usaha-usaha baru berupa
perdagangan, infrastruktur yang bertambah, serta berbagai program CSR yang
dilakukan oleh perusahaan pertambangan.
Potensi Masalah Lingkungan dalam Usaha Pertambangan
Dalam sebuah seminar nasional, Mansur (2012) mengungkapkan masalah
lingkungan dan keselamatan kerja dalam usaha pertambangan selalu menjadi isu
yang penting. Kecelakaan pekerja tambang, penggali pasir atau batubara yang
tertimbun longsor akan sering terjadi jika usaha ini tidak dilakukan dengan
disiplin tinggi. Namun dampak keselamatan kerja pada umumnya terlokalisir pada
individu di areal pertambangan. Masalah lingkungan memiliki dampak yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan masalah keselamatan kerja, maka isu yang
ditimbulkan juga sangat besar dan dapat menyebabkan pihak yang berwenang
menutup usaha pertambangan.
Penambangan di Indonesia pada umumnya merupakan tambang
permukaan, di mana untuk mencapai bahan galian berupa mineral dan batubara,
seluruh tanaman yang ada di permukaan tanah dibersihkan, tanah dan batuan
penutup dipindahkan ke suatu tempat. Setelah pengambilan bahan galian selesai,
batuan penutup digunakan untuk menutup lubang-lubang bekas tambang,
kemudian tanah digunakan untuk melapisi batuan penutup hingga layak untuk
dilakukan revegetasi (penanaman tanaman penutup tanah dan jenis-jenis pohon
kehutanan). Pada saat penambangan dilakukan di kawasan hutan dengan tegakan
alam yang masih baik, perubahan yang demikian drastis dari hutan lebat menjadi
lubang yang menganga dan tanah gundul pada saat lahan masih aktif ditambang,
tentu akan menimbulkan isu lingkungan yang demikian besar.
Lahan bekas tambang yang ditinggalkan tidak tertata dan tidak tertanami
menyebabkan lahan tersebut akan terdegradasi, tidak produktif dan menjadi

6
 

marjinal. Usaha penambangan dapat menyebabkan degradasi sumberdaya alam,
seperti kehilangan vegetasi, tanah, dan lain-lain. Selain itu, usaha penambangan
dapat menyebabkan pelumpuran dan menurunkan kualitas air serta terjadinya
penggundulan hutan (Hilson 2005). Oleh karena itu, penanganan lahan pasca
penambangan sangat penting untuk mengembalikan produktivitas lahan yang
telah ditambang dan mencegah kerusakan lingkungan yang lebih besar (Mansur
2012).
Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Pemanfaatannya
Reklamasi hutan menurut Peraturan Pemerintah No.76 tahun 2008 tentang
rehabilitasi dan reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau
memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara
optimal sesuai peruntukannya. Kebijakan reklamasi lahan bekas tambang sudah
diatur dalam UU. No.4/2009 tentang pertambangan minerba, PP. No.78/2010
tentang reklamasi dan pasca tambang, UU. No.41/1999 tentang kehutanan, PP.
No.76/2008 tentang rehabilitasi dan reklamasi hutan, Permenhut No.2/2008
tentang penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari penggunaan kawasan
hutan, Permenhut No.P.60/2009 tentang pedoman keberhasilan reklamasi, PP.
No.24/2010 tentang penggunaan kawasan hutan, dan Permenhut No.P.63/2011
tentang pedoman penanaman bagi pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan
dalam rangka rehabilitasi daerah aliran sungai.
Reklamasi lahan adalah usaha memperbaiki lahan yang rusak menjadi
lahan sesuai untuk penggunaan tertentu. Reklamasi lahan bekas tambang yang
dilakukan dengan cara penanaman kembali atau penghijauan, setelahnya dapat
pula dilakukan kegiatan pemanfaatan terhadap lahan tersebut. Sebagai contoh,
lahan bekas tambang dapat direklamasi dan dimanfaatkan menjadi tempat
rekreasi, waduk, kolam ikan, perumahan, perkebunan atau revegetasi saja
(kombinasi tanaman hutan atau pioner, tanaman buah, cover-cropp), pertanian dan
peternakan. Lahan bekas tambang juga bisa direstorasi , dikembalikan ke bentuk
penggunaan semula, misalnya kawasan hutan lindung (Wardoyo 2008).
Sejatinya reklamasi lahan bekas tambang harus sudah direncanakan
sebelum proses penambangan dimulai. Urutan kegiatan pertambangan adalah
eksplorasi, pembangunan pabrik, penambangan, pemurnian, dan reklamasi.
Berdasarkan peraturan yang ada, perusahaan harus menginvestasikan dananya di
bank sebagai jaminan reklamasi lahan pasca tambang sebelum kegiatan
penambangan dilakukan. Dalam reklamasi perlu ditetapkan peruntukan lahan
bekas tambang, hal ini tergantung pada : jenis bahan galian, teknik penambangan,
topografi daerah penambangan, kondisi tanah dan batuan bekas tambang,
lingkungan sekitar tambang, kondisi masyarakat sekitar pertambangan, dan biaya
untuk memperoleh manfaat terbaik (Wardoyo 2008).
Usaha-usaha reklamasi lahan bekas tambang telah mengalami
perkembangan yang pesat karena perhatian pemerintah yang bertambah besar,
kesadaran masyarakat yang bertambah tinggi terhadap kualitas lingkungannya,
serta komitmen perusahaan pertambangan yang terus bertambah. Lahan-lahan
bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan produktif maupun
konservasi keanekaragaman hayati (Mansur 2012). Beberapa dekade terakhir,
usaha reklamasi pada lahan bekas tambang batubara sudah mencakup berbagai

7
 

aspek dan semakin kompleks sebagai sebuah kesadaran lingkungan dan
dikembangkan kepada sebuah peraturan ( Richards et al. 1993). Sependapat
dengan Richards, Rugg et al. (2002) mengatakan bahwa kegiatan reklamasi
menunjukkan kesadaran baru dan lebih luas dari isu-isu penting lainnya, seperti
pencemaran, ras dan jender.
Menurut Widodo (2011) secara umum kegiatan reklamasi dapat dilakukan
melalui dua tahap kegiatan yaitu pemulihan lahan bekas tambang untuk
memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya dan kegiatan selanjutnya yaitu
pemanfatan lahan bekas tambang untuk budidaya pertanian. Sasaran dari
reklamasi yaitu usaha untuk memperbaiki lahan bekas tambang menjadi lebih baik
agar memberikan nilai tambah serta daya dukung terhadap lingkungannya dari
kondisi sebelumnya. Tujuan reklamasi lahan bekas tambang menurut UU. No. 26
Tahun 2007 yaitu untuk mengelola lingkungan bekas tambang menjadi daerah
yang bebas pencemaran secara lestari dalam jangka waktu yang lama dan
mengadakan penataan ruang sesuai dengan RUTR kawasan yang bersangkutan.
Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang untuk Kehutanan
Untuk memperbaiki kualitas reklamasi lahan bekas tambang, maka
serangkaian penelitian telah mulai dilakukan. Proporsi jenis lokal yang digunakan
dalam reklamasi lahan bekas tambang menjadi salah satu tolok ukur dalam
penilaian untuk mendapatkan penghargaan lingkungan tambang. Dari hasil
penelitian Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB dan Laboratorium
Bioteknologi Hutan dan Lingkungan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan
Bioteknologi (PPSHB) IPB bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan tambang
telah menghasilkan teknologi tepat guna untuk menggunakan jenis-jenis lokal
dalam reklamasi lahan bekas tambang (Mansur 2012). Pemilihan jenis pohon
merupakan kunci utama dalam menentukan tingkat keberhasilan revegetasi
(Wardoyo 2008).
Dalam uji coba penyelamatan jenis-jenis pohon lokal komersial melalui
reklamasi lahan bekas tambang di PT. Vale Indonesia, pertambangan nikel di
Sulawesi Selatan, sebanyak 67 jenis pohon lokal dapat dibibitkan melalui benih,
cabutan, puteran, maupun stek pucuk di persemaian. Bibit yang dihasilkan
kemudian digunakan untuk penanaman di lapangan.
Pemilihan jenis pohon kehutanan yang akan ditanam dalam reklamasi
lahan bekas tambang sangat penting untuk menghadapi lahan yang marjinal dan
untuk meningkatkan kualitas dari hasil reklamasi lahan dilihat dari aspek ekologi,
ekonomi, dan sosial. Indonesia kaya akan jenis pohon yang mampu beradaptasi
dengan berbagai kondisi lahan. Jenis pohon yang paling umum ditanam di lahan
bekas tambang dan bernilai komersial adalah sengon dan Acacia mangium.
Hutan-hutan sengon dan A. Mangium ini telah nampak seperti layaknya hutan
tanaman industri (HTI) dan tidak tampak seperti hasil reklamasi lahan bekas
tambang. Bahkan setelah berumur di atas 10 tahun, banyak tumbuhan lokal yang
menginvasi hutan hasil reklamasi ini.
Jenis kayu putih (Melaleuca leucadendron) dapat beradapatasi dengan
tanah yang sangat asam, tergenang sampai tanah kering dan daunnya dapat
disuling untuk menghasilkan minyak kayu putih. PT. Bukit Asam telah memilih
jenis pohon kayu putih untuk merevegetasi sebagian lahan bekas tambangnya.

8
 

Sementara itu jenis pohon biti (Vitex coffasus) mampu beradapatasi dengan tanahtanah berbatu dan kayunya memiliki nilai dekoratif yang tinggi. Untuk jenis
pionir, yaitu jenis yang ditanam pada tahap awal, dimana kondisi lahan terbuka
dan tanah asam dapat dicoba jenis jabon (Antocephalus cadamba). Jenis ini
tumbuh secara alami di areal pertambangan PT. Berau Coal, PT. Newmont
Minahasa Raya, dan PT. Newmont Nusa Tenggara. Jenis jabon selain memiliki
daya adaptasi pada lahan marjinal, juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Dengan memilih jenis pohon yang tepat, maka reklamasi lahan bekas tambang
bukan hanya menjadikan lahan hijau tetapi juga memiliki keanekaragaman yang
tinggi, berasal dari jenis lokal, tetapi juga produktif (memiliki nilai ekonomi
tinggi). Saat ini jabon telah dikembangkan di beberapa perusahaan pertambangan,
seperti PT. Adaro dan PT. Tunas Inti Abadi di Kalimantan Selatan, PT. KPC dan
PT. Indomico di Kalimantan Timur, serta PT. Newmont Nusa Tenggara di Nusa
Tenggara Barat.
Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Pertanian
Untuk areal pertambangan yang berada di luar kawasan hutan, usaha
pertanian sangat mungkin dikembangkan. Lahan bekas tambang telah berhasil
digunakan untuk budidaya karet (PT. Firman Ketaun dan PT. Karya Utama
Tambang Jaya), kelapa sawit (PT. Adaro Indonesia), kakao dan juga pohon buahbuahan seperti sirsak dan rambutan (PT. Berau Coal). Untuk pengendalian erosi,
PT.Vale Indonesia menggunakan padi gogo sehingga memiliki multifungsi, yaitu
pengendali erosi, pangan dan pakan. Sorgum juga berpotensi ditanam di lahanlahan bekas tambang dengan kondisi ekstrim, yaitu pada PH 2,9 dengan
penambahan kompos yang cukup, seperti yang pernah dilakukan di PT. Galuh
Cempaka, tambang intan di Kalimantan Selatan.
Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang pada Sektor Peternakan
Tanaman penutup tanah dari jenis legum maupun rumput-rumputan yang
ditanam di lahan bekas tambang pada tahap awal reklamasi untuk mengendalikan
erosi juga berotensi untuk digunakan sebagai pakan ternak. Lahan-lahan bekas
tambang yang telah berumur dewasa, atau di atas lima tahun di mana batangbatang pohon sudah kokoh, tidak jarang digunakan untuk areal penggembalaan
sapi penduduk. Hal ini membuka potensi baru pengembangan usaha peternakan di
daerah di mana terdapat usaha pertambangan. Pengelolaan ternak dapat dilakukan
dengan cara cut and carry, maupun dilepaskan di areal reklamasi, atau kombinasi
keduanya seperti yang dilakukan oleh PT. KPC Kutai Timur yang bekerja sama
dengan Fakultas Peternakan IPB. Usaha peternakan sapi juga telah dikembangkan
di beberapa perusahaan pertambangan lainnya, seperti PT. Adaro Indonesia, PT.
Berau Coal, PT. Vale Indonesia, dan lain-lain.
Analisis Biaya Manfaat (Benefit Cost Analysis)
Analisis biaya manfaat adalah sebuah pendekatan dengan proses yang
sistematis dan analitis dengan membandingkan manfaat dan biaya dalam
mengevaluasi keinginan suatu proyek atau program yang bersifat sosial. BCA

9
 

mencoba
untuk
menjawab
pertanyaan
seperti
apakah proyek yang diusulkan berharga, skala optimal dari proyek yang diusulkan
dan kendala yang relevan. BCA dapat berlaku untuk proyek-proyek transportasi,
proyek lingkungan dan pertanian, perencanaan penggunaan lahan, kesejahteraan
sosial dan program pendidikan, pembaruan perkotaan, kesehatan ekonomi dan
lain-lain (Mishan and Quah 2007). Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah secara
akurat membandingkan kedua nilai, manakah yang lebih besar. Selanjutnya dari
hasil pembandingan ini, pengambil keputusan dapat mempertimbangkan untuk
melanjutkan suatu rencana atau tidak dari sebuah aktivitas, produk atau proyek,
atau dalam konteks evaluasi atas sesuatu yang telah berjalan, adalah menentukan
keberlanjutannya.
Menurut William (2000) menyatakan bahwa analisis biaya manfaat adalah
suatu pendekatan untuk rekomendasi