Analisis Klorofil dan Laju Pengisian Biji Progeni F4 Hasil Persilangan Kedelai (Glycine Max (L.) Merrill) Varietas Anjasmoro dengan Grobogan Tahan Salin

35

LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Alur Penelitian

Penanaman Benih F3 Hasil Hibridisasi
Varietas Anjasmoro x Genotipa Tahan
Salinitas

Pengamatan Berdasarkan
Karakter Anatomi Daun

Pengamatan Berdasarkan
Karakter Fisiologi daun

Penghitungan
Kerapatan Stomata

Analisis Kadar
Klorofil
Kadar Air Relatif


Laju Pengisian Biji

Analisis sidik lintas

Interpretasi Hasil dan
Pelaporan Hasil
Penelitian Pada Skripsi

Universitas Sumatera Utara

36

Lampiran 2. Alur Penelitian Mendapatkan Progeni F4

Seleksi 20 varietas kedelai
ditanam secara kultur
jaringan dan dilapangan
pada media tumbuh


Dilakukan uji ekspresi gen
tahan salin secara molekuler
terhadap varietas grobogan
yang diadaptasikan

Dihasilkan 5 varietas
yang dapat tumbuh
ditanah salin dhl 5-6
mmhos/cm

Varietas Grobogan
dapat berproduksi pada
tanah salinitas dhl 5-6
mmhos/cm

Seleksi adaptasi
varietas Grobogan
sampai 4 (empat)
generasi


Penanaman varietas
Grobogan dilapangan
dengan dhl 5-6
mmhos/cm

Dihasilkan 5 nomor
genotipa tahan salinitas
dari seleksi adaptasi
varietas Grobogan

Dilakukan persilangan genotipa tahan salinitas
tersebut dengan varietas Anjasmoro sebagai
varietas berproduksi tinggi untuk perbaikan
varietas

Varietas Anjasmoro
(berproduksi tinggi)

X


Genotipa tahan salin

F1 (penanaman bulk pot) sebanyanyak 14

F2 (penanaman dalam barisan)
sebanyak 500 benih

F3 (keragaman dan identifikasi genetik untuk seleksi
F3 berdasarkan fenotip dan marka SSR serta
berdasarkan produksi tinggi sebanyak 666 benih

F4 (seleksi berdasarkan karakter fisiologi)
sebanyak 238 benih

Universitas Sumatera Utara

37

Lampiran 3. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro
Nama varietas

Kategori
SK Mentan

: Anjasmoro
: Varietas ungul nasional (released variety)
: 537/Kpts/SR.204/10/2001
Tanggal 22 Oktober 2001
Tetua
: Seleksi massa dari populasi galur murni MANSURIA
Potensi hasil
: 2,25 – 2,03 ton/ha
Pemulia
: Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaludin M.
Susanto, Darman M. Arsyad, Muchlis Adie
Nomor galur
: MANSURIA 359 -49 -4
Warna hipokotil
: Ungu
Warna epokotil
: Ungu

Warna daun
: Hijau
Warna bulu
: Putih
Warna bunga
: ungu
Warna kulit biji
: Kuning
Warna polong tua
: Cokelat muda
Warna hilum biji
: Kuning kecokelat
Bentuk daun
: Oval
Ukuran daun
: Lebar
Perkecambahan
: 78-76%
Tinggi tanaman
: 64-68 cm

Jumlah cabang
: 2,9 – 5,6
Jumlah buku batang utama: 12,9 – 14,8
Umur berbunga
: 35,7 – 39,4 hari
Umur polong masak
: 82,5 – 92,5 hari
Bobot 100 biji
: 14,8 – 15,3 g
Kandungan protein
: 41,78 – 42,05%
Kandungan lemak
: 17,12 – 18,60%
Ketahanan rebah
: Tahan rebah
Ketahanan karat daun
: Sedang
Ketahanan pecah polong : Tahan

Universitas Sumatera Utara


38

Lampiran 4. Deskripsi Kedelai Varietas Grobogan
Nama varietas
SK
Tahun
Tetua
Potensi hasil
Pemulia

Warna hipokotil
Warna epikotil
Warna daun
Warna bulu
Warna bunga
Warna kulit biji
Warna hilum
Tipe tumbuh
Bentuk daun

Umur berbunga
Umur masak
Tinggi tanaman
Bobot 100 biji
Kandungan protein biji
Kandungan lemak
Daerah sebaran

Pengusul

: Grobogan
: 238/kpts/sr..120/3/2008
: 2008
: Pemurnian populasi lokal malabar grobogan
: 2,77 ton/ha
: Suhartina, M. Muchlish Adie, T. Adisarwanto,
Sumarsono, Sunardi, Tjandramukti, Ali Muchtar,
Sihono, Sb. Purwanto, Siti Khawariyah, Murbantoro,
Alrodi, Tino Vihara, Farid Mufhti, dan Suharno
: Ungu

: Ungu
: Hijau agak tus
: Coklat
: Ungu
: Kuning muda
: Cokelat
: Determinate
: Lanceolate
: 30-32 hari
: 76 hari
: 50-60 cm
: 18 gram
: 43,9 %
: 18,4%
: Berdaptasi baik pada beberapa kondisi lingkungan
tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan
dan daerah beririgasi baik
: Pemerintah daerah kabupaten grobogan, bpsb jawa
tengah, pemerintah daerah provinsi jawa tengah


Universitas Sumatera Utara

39

Lampiran 5. Bagan Lahan Penelitian
P1

61.14

16.9

28.8

43.7

51.1

58.8

P3

28.4

39.6

51.6

63.7

69.11

72.4

34.6

P8

P1.61.1

P3.54

P6.6

61.2

61.15

16.10

28.9

43.8

54.1

58.9

19.2

28.5

39.7

.54.

63.8

69.12

74.1

34.7

3.2

P1.61.2

P3.63

P7.6.1

61.3

61.16

16.11

28.10

43.9

54.2

74.1

19.2

28.6

39.8

54.2

63.9

69.13

74.2

34.8

3.3

P2.16

P3.69

P7.6.2

61.17

16.12

28.11

51.1

54.3

74.2

19.3

28.7

39.9

54.3

.69.1

69.14

74.3

34.9

5.1

P2.28

P3.71

P8.3.1.

61.5

61.18

16.13

28.12

51.2

54.4

74.3

19.4

28.8

39.10

54.4

69.2

71.1

74.4

P6

5.2

P2.43

P3.72

P8.3.2

61.6

P2

16.13
16.14

28.13

51.3

54.6

74.4

19.5

28.9

39.11

54.5

69.3

71.2

P5

6.2

8.1

P2.51

P3.74

P8.5.1

61.7

16.2

28.1

28.14

51.4

58.1

74.5

19.6

28.1

39.12

54.6

69.4

71.3

13.2

6.3

8.2

P2.54

P5.13

P8.5.2

61.8

16.3

28.2

43.1

51.5

58.2

74.6

19.7

28.1

51.1

.63.

69.5

71.4

13.3

6.4

P2.58

P5.34

P8.5.3

61.4

b
61.9

16.4

28.3

43.2

51.6

58.3

74.7

19.8

39.1

51.2

63.2

69.6

71.5

34.1

6.5

P2.74

P6.1

P8.8.1

61.10

16.5

28.4

43.3

51.7

58.4

74.8

19.9

39.2

51.3

63.3

69.7

71.6

34.2

6.6

P3.19

P6.2

P8.8.2

61.11

16.6

28.5

43.4

51.8

58.5

74.9

28.1

39.3

51.4

63.4

69.8

72.1

34.3

P7

P3.28

P6.3

P8.8.3

61.12

16.7

28.6

43.5

51.9

58.6

74.10

28.2

39.4

51.4

63.5

69.9

72.2

34.4

6.2

P3.39

P6.4

61.13

16.8

28.7

43.6

51.1

58.7

74.11

28.3

39.5

51.5

63.6

69.10

72.3

34.5

6.3

P3.51

P6.5

Keterangan:
: P1
: P2
: P3
: P5
: P6

a
b

: P7
: P8
: Tanaman Optimal
: Jarak antar polibag kesamping 45 cm
: Jarak antar polibag ke bawah

Tulisan tebal: Tanaman tumbuh
Tulisan tidak tebal: Tanaman tidak tumbuh

Universitas Sumatera Utara

40

Lampiran 6. Jadwal Kegiatan Penelitian
no

kegiatan

waktu kegiatan (minggu ke-)
Des-15
1

1

2

pelaksanaan
Penelitian
Seleksi
Benih
Persiapan
Areal Tanam
Persiapan
Media Tanam
Penanaman

4

5

3

Feb-16

4

1

2

3

4

1

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

2

Mar-16
3

4

X

Laju Pengisi
an Biji
Pembuatan
Skripsi

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

X

X

X

X

X

X

X

X

X

Pemeliharaan
Tanaman
Penyiraman

Peubah
Amatan
Jumlah
Stomata
Kadar Air
Relatif
Kadar Klorofil

2

Mei-16

X

X

Pengendalian
Hama dan
Penyakit
Pemanenan

1

Apr-16

X

Pemupukan

Penjagaan
Kadar Salinitas
Penyiangan

3

2

Jan-16

X

X

X

X

X

X

X
X

X

X

X

X

X

X

X
X
X
X
X

Universitas Sumatera Utara

41

Lampiran 7. Data Hasil Pengamatan Kadar Klorofil a, b dan Total Pada
Tanah salin
PJG GEL PJG GEL KLOR a
KLOR b KLO TOT
NO NO TAN
645
663
(mg/L)
(mg/L)
(mg/L)
1 P1.61.16
0,44
0,46
0,46
0,80
1,26
2 P1.61.18
0,51
0,52
0,52
0,93
1,45
3 P2.16.3
0,51
0,51
0,51
0,92
1,43
4 P2.16.7
0,51
0,50
0,49
0,94
1,43
5 P3.19.1
0,44
0,46
0,47
0,80
1,26
6 P3.19.2
0,42
0,31
0,39
0,82
1,10
7 P3.28.1
0,50
0,50
0,50
0,90
1,40
8 P3.54.6
0,47
0,48
0,48
0,86
1,34
9 P3.69.2
0,46
0,47
0,47
0,83
1,30
10 P6.6.3
0,49
0,49
0,49
0,89
1,38
11 P7.6.2
0,35
0,38
0,39
0,61
1,00
Lampiran 8. Data Pengamatan Kerapatan Stomata Pada Tanah Salin
KER. STOM
NO NO TAN TITIK 1 TITIK 2 TITIK 3 RATAAN
(n/mm2)
1 P1.61.16
96,00
94,00
76,00
88,67
0,10
2 P1.61.18
183,00
180,00
179,00
180,67
0,21
3 P2.16.3
147,00
205,00
213,00
188,33
0,21
4 P2.16.7
136,00
162,00
96,00
131,33
0,15
5 P3.19.1
26,00
112,00
181,00
106,33
0,12
6 P3.19.2
86,00
54,00
134,00
91,33
0,10
7 P3.28.1
115,00
134,00
118,00
122,33
0,14
8 P3.54.6
84,00
121,00
99,00
101,33
0,12
9 P3.69.2
143,00
157,00
139,00
146,33
0,17
10 P6.6.3
140,00
102,00
87,00
109,67
0,12
11 P7.6.2
68,00
56,00
48,00
57,33
0,07
Lampiran 9. Data Pengamatan Kadar Air Relatif Daun Pada Tanah Salin
BOBOT
BOBOT
BOBOT
NO NO TAN
KAR (g)
AWAL (g)
TURGID (g) OVEN (g)
1 P1.61.16
0,05
0,05
0,02
0,89
2 P1.61.18
0,06
0,07
0,01
0,79
3 P2.16.3
0,07
0,09
0,02
0,75
4 P2.16.7
0,05
0,06
0,02
0,78
5 P3.19.1
0,08
0,10
0,02
0,86
6 P3.19.2
0,05
0,06
0,03
0,84
7 P3.28.1
0,06
0,07
0,02
0,81
8 P3.54.6
0,08
0,09
0,02
0,85
9 P3.69.2
0,08
0,09
0,02
0,88
10 P6.6.3
0,07
0,07
0,01
0,97
11 P7.6.2
0,05
0,10
0,01
0,40

Universitas Sumatera Utara

42

Lampiran 10. Data Pengamatan Laju Pengisian Biji Pada Tanah Salin
BOBOT BIJI
UMUR
UMUR
NO NO TAN
LPB g/hari
/ TAN (g)
PANEN
BERBUNGA
1 P1.61.16
7,20
86,00
31,00
0,13
2 P1.61.18
10,70
85,00
31,00
0,20
3 P2.16.3
11,30
85,00
32,00
0,21
4 P2.16.7
14,40
85,00
32,00
0,27
5 P3.19.1
8,30
86,00
31,00
0,15
6 P3.19.2
0,50
87,00
32,00
0,01
7 P3.28.1
10,40
85,00
35,00
0,21
8 P3.54.6
8,90
87,00
33,00
0,16
9 P3.69.2
8,40
86,00
35,00
0,16
10 P6.6.3
16,00
87,00
35,00
0,31
11 P7.6.2
0,40
85,00
33,00
0,01
Lampiran 11. Data Pengamatan Bobot Biji / Tanaman Pada Tanah Salin
B. BIJI/
NO
NO TAN
TAN (g)
1 P1.61.16
7,2
2 P1.61.18
10,7
3 P2.16.3
11,30
4 P2.16.7
14,40
5 P3.19.1
8,30
6 P3.19.2
0,50
7 P3.28.1
10,40
8 P3.54.6
8,90
9 P3.69.2
8,40
10 P6.6.3
16,00
11 P7.6.2
0,40
Lampiran 12. Data Hasil Pengamatan Kadar Klorofil a, b dan Total Pada
Tanah Optimal
KLOR
NO
PJG GEL PJG GEL KLOR a
KLOR b
TOTAL
NO
TAN
645
663
(mg/L)
(mg/L)
(mg/L)
1
P2.51
0,36
0,39
0,40
0,64
1,04
2
P3.54
0,51
0,50
0,49
0,94
1,43
3
P6.6.4
0,46
0,46
0,46
0,83
1,29
4
P6.6.6
0,48
0,48
0,48
0,88
1,36
5
P7.6.1
0,45
0,44
0,44
0,83
1,27
6
P7.6.2
0,45
0,45
0,46
0,82
1,27
7
P8.8.1
0,50
0,50
0,51
0,90
1,41
8
P8.8.2
0,45
0,45
0,45
0,81
1,26
9
P8.8.3
0,46
0,47
0,47
0,84
1,31

Universitas Sumatera Utara

43

Lampiran 13. Data Pengamatan Kerapatan Stomata Pada Tanah Optimal
K.
NO NO TAN TITIK 1 TITIK 2 TITIK 3 RATAAN STOMATA
(n/mm2)
1
P2.51
141,00
116,00
144,00
133,67
0,15
2
P3.54
156,00
94,00
143,00
131,00
0,15
3
P6.6.4
135,00
118,00
96,00
116,33
0,13
4
P6.6.6
97,00
111,00
95,00
101,00
0,11
5
P7.6.1
100,00
141,00
134,00
125,00
0,14
6
P7.6.2
206,00
195,00
166,00
189,00
0,21
7
P8.8.1
147,00
133,00
143,00
141,00
0,16
8
P8.8.2
125,00
111,00
97,00
111,00
0,13
9
P8.8.3
161,00
154,00
148,00
154,33
0,18
Lampiran 14. Data Pengamatan Kadar Air Relatif Daun Pada Tanah
Optimal
BOBOT
BOBOT
BOBOT
NO NO TAN
KAR (g)
TURGID
AWAL (g)
OVEN (g)
(g)
1
P2.51
0,10
0,12
0,03
0,74
2
P3.54
0,05
0,05
0,02
0,97
3
P6.6.4
0,12
0,13
0,03
0,91
4
P6.6.6
0,08
0,10
0,02
0,71
5
P7.6.1
0,10
0,14
0,03
0,62
6
P7.6.2
0,06
0,08
0,02
0,77
7
P8.8.1
0,07
0,09
0,02
0,76
8
P8.8.2
0,10
0,12
0,04
0,75
9
P8.8.3
0,09
0,12
0,02
0,72
Lampiran 15. Data Pengamatan Laju Pengisian Biji Pada Tanah Optimal
BOBOT BIJI /
UMUR
UMUR
NO NO TAN
LPB g/hari
TAN (g)
PANEN
BERBUNGA
1
P2.51
10,70
96,00
38,00
0,33
2
P3.54
11,50
98,00
38,00
0,19
3
P6.6.4
22,50
98,00
37,00
0,37
4
P6.6.6
16,80
98,00
38,00
0,28
5
P7.6.1
27,10
96,00
38,00
0,47
6
P7.6.2
21,30
98,00
37,00
0,35
7
P8.8.1
15,10
98,00
37,00
0,25
8
P8.8.2
22,60
93,00
39,00
0,42
9
P8.8.3
25,10
98,00
37,00
0,41

Universitas Sumatera Utara

44

Lampiran 16. Data Pengamatan Bobot Biji/ Tanaman Pada Tanah Optimal
BOBOT
NO
NO TAN
BIJI (g)
1
P2.51
19,00
2
P3.54
11,50
3
P6.6.4
22,50
4
P6.6.6
16,80
5
P7.6.1
27,10
6
P7.6.2
21,30
7
P8.8.1
15,10
8
P8.8.2
22,60
9
P8.8.3
25,10
Lampiran 17. Data Pengamatan Penelitian Kedelai Pada Tanah Optimal
N
NO
(Y)
(X1)
(X2)
(X3)
(X4)
(X5)
(X6)
O
TAN
1
P2.51
19,00
0,40
0,64
1,04
0,15
0,74
0,33
2
P3.54
11,50
0,49
0,94
1,43
0,15
0,97
0,19
3
P6.6.4
22,50
0,46
0,83
1,29
0,13
0,91
0,37
4
P6.6.6
16,80
0,48
0,88
1,36
0,11
0,71
0,28
5
P7.6.1
27,10
0,44
0,83
1,27
0,14
0,62
0,47
6
P7.6.2
21,30
0,46
0,82
1,27
0,21
0,77
0,35
7
P8.8.1
15,10
0,51
0,90
1,41
0,16
0,76
0,25
8
P8.8.2
22,60
0,45
0,81
1,26
0,13
0,75
0,42
9
P8.8.3
25,10
0,47
0,84
1,31
0,18
0,72
0,41
total
181,00
4,16
7,48
11,64
1,37
6,94
3,06
rataan
20,11
0,46
0,83
1,29
0,15
0,77
0,34
populasi
simpangan
5,30
0,07
0,21
0,27
0,00
0,16
0,10
baku
*ket. X1: Klorofil a (mg/L)., X2: Klorofil b (mg/L)., X3: Klorofil total (mg/L)., X4:
Kerapatan stomata (n/mm2)., X5: Kadar air relatif daun (g)., X6: Laju
pengisian biji (g/hari)., Y: Bobot biji/tanaman (g)

Universitas Sumatera Utara

45

Lampiran 18. Data Pengamatan Penelitian Kedelai Pada Tanah Salin
N
NO TAN
(Y)
(X1)
(X2)
(X3)
(X4)
(X5)
(X6)
O
1 P1.61.16
7,2
0,46
0,80
1,26
0,10
0,89
0,13
2 P1.61.18
10,7
0,52
0,93
1,45
0,21
0,79
0,20
3 P2.16.3
11,30
0,51
0,92
1,43
0,21
0,75
0,21
4 P2.16.7
14,40
0,49
0,94
1,43
0,15
0,78
0,27
5 P3.19.1
8,30
0,47
0,80
1,26
0,12
0,86
0,15
6 P3.19.2
0,50
0,39
0,82
1,10
0,10
0,84
0,01
7 P3.28.1
10,40
0,50
0,90
1,40
0,14
0,81
0,21
8 P3.54.6
8,90
0,48
0,86
1,34
0,12
0,85
0,16
9 P3.69.2
8,40
0,47
0,83
1,30
0,17
0,88
0,16
10 P6.6.3
16,00
0,49
0,89
1,38
0,12
0,97
0,31
11 P7.6.2
0,40
0,39
0,61
1,00
0,07
0,40
0,01
total
96,50
5,18
9,30
14,37
1,50
8,80
1,83
rataan populasi
8,77
0,47
0,85
1,31
0,14
0,80
0,17
simpangan
3,80
0,04
0,06
0,11
0,04
0,05
0,07
baku
*ket. X1: Klorofil a (mg/L)., X2: Klorofil b (mg/L)., X3: Klorofil total (mg/L)., X4:
Kerapatan stomata (n/mm2)., X5: Kadar air relatif daun (g)., X6: Laju
pengisian biji (g/hari)., Y: Bobot biji/tanaman (g)
Lampiran 19. Rataan Populasi Progeni Kedelai F4
variabel
Bobot Biji/ Tanaman (g)
Klorofil a (mg/L)
Klorofil b (mg/L)
Klorofil total (mg/L)
Kerapatan Stomata (n/mm2)
Kadar Air Relatif Daun (g)
Laju Pengisian Biji (g/hari)

rataan
optimal
20,11
0,46
0,83
1,29
0,15
0,77
0,34

salin
8,77
0,47
0,85
1,31
0,14
0,80
0,17

Universitas Sumatera Utara

46

Lampiran 20. Sampel Daun Pengamatan Parameter Klorofil, Kerapatan
Stomata dan Kadar Air Relatif Daun

a

b

Gambar 1. Tanaman kedelai dengan nomor tanaman P3.54.6 AxG/PD/P sebagai
tanaman sampel untuk pengambilan sampel daun pengamatan parameter klorofil
a, klorofil b, klorofil total, kerapatan stomata dan kadar air relatif. Sampel daun
trifoliat diambil pada daun ketiga (a), sampel daun trifoliat diambil pada daun
keempat (b).

Universitas Sumatera Utara

47

Lampiran 21. Hasil Pengamatan Kerapatan Stomata

a

b

Gambar 1. Hasil pengamatan fisual kerapatan stomata kedelai nomor tanaman
AxG/PD/P1.61.16 titik 1 menggunakan mikroskop jenis/ model Carl Zeiss
Microlmaging GmbH, merk Axio dengan perbesaran 40x10 dihasilkan jumlah
stomata sebanyak 96 stomata. Stomata kedelai (a), bulu daun (b).

a

b

c
Gambar 2. Hasil pengamatan fisual kerapatan stomata kedelai nomor tanaman
AxG/PD/P1.61.18 titik 2 menggunakan mikroskop jenis/ model Carl Zeiss
Microlmaging GmbH, merk Axio dengan perbesaran 40x10 dihasilkan jumlah
stomata sebanyak 180 stomata. Urat daun (a), stomata kedelai (b) dan bulu daun
(c).

Universitas Sumatera Utara

48

a

b

Gambar 3. Hasil pengamatan fisual kerapatan stomata kedelai nomor tanaman
AxG/PD/P7.62 ditanah optimal titik 3 menggunakan mikroskop jenis/ model Carl
Zeiss Microlmaging GmbH, merk Axio dengan perbesaran 40x10 dihasilkan
jumlah stomata sebanyak 166 stomata. Urat daun (a), stomata kedelai (b).
Lampiran 22. Hasil Pengamatan Kadar Klorofil

a

b
c

Gambar 1. Hasil analisa klorofil kedelai nomor tanaman AxG/PD/P6.6.6
menggunakan alat spektrofotometer spectronic 20D merk Milton Roy dengan
panjang gelombang 663 nm menghasilkan nilai absorbansi sebesar 482. Nilai
absorbansi (a), panjang gelombang analisa klorofil (b), pengatur panjang
gelombang (c).

Universitas Sumatera Utara

49

a

b
c

Gambar 2. Hasil analisa klorofil kedelai nomor tanaman AxG/PD/P6.6.3
menggunakan alat spektrofotometer spectronic 20D merk Milton Roy dengan
panjang gelombang 645 nm menghasilkan nilai absorbansi sebesar 488. Nilai
absorbansi (a), panjang gelombang analisa klorofil (b), tempat memasukkan
absorban (c).

Universitas Sumatera Utara

50

Lampiran 23. Proses Pengamatan Kadar Air Relatif Daun

Diambil sampel daun
kedelai trifoliat pada
daun ketiga, sampel
nomor
tanaman
AxG/PD/P3.28.1

Digunting daun dengan
ukuran 1cm x 1cm
sebanyak 9 potong

Diambil sampel daun
kedelai trifoliat pada
daun ketiga, sampel
nomor
tanaman
AxG/PD/P3.28.1

Digunting daun dengan
ukuran 1cm x 1cm
sebanyak 9 potong

Ditimbang
daun
menggunakan timbangan
analitik untuk mengetahui
bobot turgid daun

Ditimbang
daun
menggunakan timbangan
analitik untuk mengetahui
bobot turgid daun

Diovenkan daun selama
24 jam pada suhu 700 C

Direndam daun kedalam
botol
menggunakan
aquades dengan volume
20 ml selama 4 jam.

Direndam daun kedalam
botol
menggunakan
aquades dengan volume
20 ml selama 4 jam.

Ditimbang
daun
menggunakan timbangan
analitik untuk mengetahui
bobot awal daun

Ditimbang
daun
menggunakan timbangan
analitik untuk mengetahui
bobot awal daun
Ditimbang
daun
menggunakan
timbangan analitik untuk
mengetahui berat kering
daun

Universitas Sumatera Utara

31

DAFTAR PUSTAKA
Adie, M. M dan A. Krisnawati. 2013. Biologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian
Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Malang.
Aini, N., Mapfumo, E., Rengel, Z., Tang, C. 2012. Ecophysiological Responses of
Melaleuca Species to Dual Stresses of Water Logging and Salinity.
Internat. J of Plant Physiology and Biochemistry 4(4): 52–58.
Aini, N., W. Sumiya, D. Y., Syekfani., R. Dyah dan A. Setiawan., 2014. Kajian
Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan Hasil Beberapa Genotip Tanaman
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Pada Kondisi Salinitas. Prosiding
Seminar Nasional Lahan Suboptimal.
Akca, Y and E. Samsunlu. 2012. The Effect of Salt Stress on Growth, Chlorophyll
Content, Proline and Nutrient Accumulation, and K/Na Ratio in Walnut.
Pak. J. Bot. 44 (5): 1513-1520.
Ali, Y., Z. Aslan, M.Y. Ashraf and G.R. Tahir. 2004. Effect of Salinity on
Chlorophyll Concentration, Leaf Area, Yield and Yield Components of
Rice Genotypes Grown Under Saline Environment. International Journal
of Environmental Science & Technology. 1 (3): 221 – 225.
Ashraf, M and P.J.C. Harris. 2003. Potential Biochemical Indicators of Salinity
Tolerance in Plants. Plant Science (166): 3-16.
Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Tanaman Padi dan Palawija. Diakses dari
http://bps.go.id.
Barmawi, M., Yushardi, A dan Sa’diyah, N. 2013. Daya Waris dan Harapan
Kemajuan Seleksi Karakter Agronomi Kedelai Generasi F2 Hasil
Persilangan Antara Yellow Bean dan Thaicun. J. Agrotek Tropika 1 (1):
20-24.
Bellaloui, N and A.M. Gillen. 2010. Soybean Seed Protein, Oil, Fatty Acids, N, S
Partitioning as Affected by Node Position and Cultivar Differences.
Agricultural Sciences (1):110-118.
Chandramohanan, K. T., V. V. Radhakrishnan., E. A. Joseph and K. V. Mohanan.
2014. A Study on the Effect of Salinity Stress on the Chlorophyll Content
of Certain Rice Cultivars of Kerala State of India. Agriculture, Forestry
and Fisheries. 3 (2): 67-70.
Christian, B. 2016. Seleksi Galur Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Generasi F3
Pada Tanah Salin Dengan Metode Pedigree. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara

32

Cicek, N and H. Cakirlar. 2002. The Effect of Salinity on Some Physiological
Parameters in Two Maize Cultivars. Bulg. J. Plant Physiol. 28 (1-2): 6674.
Djukri. 2009. Cekaman Salinitas Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Prosiding
Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA.
Universitas Negeri Yogyakarta.
El-Hendawy, S.E. 2004. Salinity Tolerance in Egyptian Springwheat Genotypes.
Desertasi. Universitas Munich-Weihenstephan. Jerman. 116 p.
Farid, M dan R. Sjahril. 2006. Mekanisme Ketahanan Kedelai Terhadap Salinitas
dan Kekeringan Berdasarkan Karater Morfofisiologis. Buletin Penelitian.
9 (2): 46-153.
Flowers, T.J. and S.A. Flowers. 2005. Why Does Salinity Pose Such a Difficult
Problem for Plant Breeders. Agricultural Water Management (78): 1524.
Golezani, K. G and M. T. Noori. 2011. Sooybean, Biochemistry, Chemistry and
Physiology. InTech Europe. 642 pages
Gonzales, A., W. Tezara., E. Rengifo and A. Herrera. 2012. Ecophysiological
Responses to Drought and Salinity in the Cosmopolitan Invader
Nicotiana glauca. Braz. J. Plant Physiol. 24 (3): 213-222.
Irwan, A. W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill)
Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran,
Jatinagor.
Kurniasih., Taryono dan Toekidjo. 2008. Keragaan Beberapa Varietas Padi
(Oryza spp) Pada Kondisi Cekaman Kekeringan dan Salinitas. Ilmu
Pertanian. 15 (1): 49-58.
Liu, X., S.J. Herbert, K. Baath, and A.M. Hashemi. 2006. Soybean (Glycine max)
Seed Growth Characteristics in Response to Light Enrichment and
Shading. Plant Soil Environ. 52(4):178-185.
Mahboobeh, R.dan E.A. Akbar. 2013. Effect of Salinity on Growth, Chlorophyll,
Carbohydrate and Protein Contents of Transgenic Nicotiana
plumbaginifolia Over Expressing P5C5 Gene. E3 Journal of
Enviromental Research and Management. 4 (1): 0163 – 0170.
Manshuri, A. G. 2011. Laju Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Genotipe
Kedelai Berumur Genjah. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan
dan Umbi-Umbian. Penelitian Tanaman Pangan. 30 (3).

Universitas Sumatera Utara

33

Proklamasiningsih, E., I. D. Prijambada., D. Rachmawati dan R. P.
Sancayaningsih. 2012. Laju Fotosintesis dan Kandungan Klorofil Kedelai
Pada Media Tanam Masam dengan Pemberian Garam Aluminium.
Agrotrop. 2 (1): 17-24.
Rahman. A, I. G. M. Subiksa dan Wahyunto. 2007. Perluasan Areal Tanaman
Kedelai ke Lahan Suboptimal. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono,
Hermanto, H.kasim (Penyunting) Kedelai Teknik Produksi dan
Pengembangan. Badan Litbang Pertanian. Puslitbangtan. P.185-204.
Rachmawati, D. 2000. Tanggapan Tanaman Sorgum terhadap Cekaman NaCl:
Pertumbuhan dan Osmoregulasi. Biologi. Vol. 2: 515-529.
Raka, I. G. N., W. Q. Mugnisjah., J. Wiroatmodjo dan K. Idris. 1995. Hasil dan
Mutu Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Dengan Budidaya Basah.
Bul. Agron. 23 (1): 22-31.
Saeed, R., S. Mirza and R. Ahmad. 2014. Electrolyte Leakage and Relative Water
Content
Affected
by
Organic
Mulch
in
Okra
Plant
(Abelmoschus esculentus L.) Moench) Grown Under Salinity. Fuuast. J.
Biol. 4 (2): 221-227.
Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid Satu. ITB,
Bandung
Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid Dua. ITB,
Bandung
Sevengor, S., F. Yasar., S. Kusvuran and S. Ellialtioglu. 2011. The Effect of Salt
Stresson Growth, Chlorophyll Content, Lipid Peroxidation and
Antioxidative Enzymes of Pumpkin Seedling. African Juornal of
Agricultural Research. 6 (21): 4920-4924.
Sorveda,

N
dan
Y.
Alia.
2013.
Pewarisan
Sifat
Tanaman
Kedelai (Glycine maz (L.) Merrill) Toleran Terhadap Naungan Melalui
Karakter Fisiologis Fotosintetik. Jurnal Ilmu Pertanian Kultivar. 7 (1).

Steenis, C. G. G. J. V. 2005. Flora. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
Sutoro., N. Dewi dan M. Setyowati. 2008. Hubungan Sifat Morfofisiologis
Tanaman dengan Hasil Kedelai. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 7 (3).
Syakir, M., N. Maslahah dan Januwati. 2008. Pengaruh Salinitas Terhadap
Pertumbuhan,
Produksi
dan
Mutu
Sambiloto
(Andrographis paniculata Nees). Bul. Littro. 19 (2): 129-137.

Universitas Sumatera Utara

34

Wibowo, F. 2016. Keragaan Morfologi, Fisiologis dan Biokimia Hasil
Persilangan F2 Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) pada
Cekaman Salinitas. Program Magister Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian. USU.
Widjaya, E. A. 1996. Biosintetik II. Preparat untuk Mahasiswa S2. Program Studi
Biologi IPB, Bogor.
Wijayanti, W., Taryono dan Toekidjo. 2014. Keragaan 29 Galur Kacang Tanah
(Arachis hypogea L.) pada Kondisi Salin. Vegetalika. 3 (4): 40-51.
Wirnas, D. I. W., Sobir., Trikosoemoeningtyas dan D. Soepandi. 2006. Pemilihan
Karakter Agronomi untuk Menyusun Indeks Seleksi pada 11 Populasi
Kedelai Generasi F6. Bul. Agron J. 34 (1):19-24.
Yamika, W. S. D., N. Aini., Syekhfani., R. P. Dyah dan A. Setiawan. 2014.
Penentuan Batas Toleransi Salinitas Beberapa Genotip Kedelai.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.
Hal 391-392.
Yenny, R. F. 2010. Variabilitas Genetik Generasi F2 pada Karakter Ukuran Biji
Kedelai (Glycine maz (L.) Merrill). Jur. Agroekotek. 2 (1): 49-52.
Yoshida, S. 1981. Fundamental of Rice. Crops Science. IRR. Los Banos,
Philipines

Universitas Sumatera Utara

17

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian didalam rumah plastik Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara dimulai pada bulan Februari 2016 sampai dengan
bulan Mei 2016.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan yaitu benih F4 kedelai hasil seleksi dari persilangan
varietas anjasmoro berproduksi tinggi sebagai tetua betina dengan genotipa tahan
salin varietas Grobogan sebagai tetua jantan sebagai objek penelitian, tanah salin
dengan dhl 5-6 mmhos/cm sebagai media tanam, pupuk Urea, TSP dan KCl untuk
pemupukan dasar, polybag ukuran 10 kg sebagai wadah tanam, plastik bening
ukuran 15 kg untuk pelapis polybag, fungisida untuk mengendalikan jamur,
insektisida untuk mengendalikan hama, air untuk menyiram tanaman, label untuk
memberi tanda pada polybag, aseton 80%, selotip, kuteks bening dan selang untuk
menyiram tanaman serta bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat pengukur kadar
garam (Electro Conductivity Meter) untuk mengukur DHL tanah salin, gembor
untuk menyiram tanaman, timbangan untuk menimbang pupuk dan tanah,
cangkul, spektrofotmeter, mortar dan alu, gunting, silet, mikroskop, kalkulator,
kamera dan alat tulis serta alat lain yang mendukung penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

18

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah single plant yaitu
menanam benih kedelai F4 satu benih per polybag tanpa ulangan dengan jumlah
seluruh benih sebanyak 238 benih. Analisis data menggunakan analisis sidik lintas
dengan bantuan software minitab 16 portable.
Pelaksanaan Penelitian
Seleksi Benih
Benih yang digunakan adalah benih yang telah melalui tahap seleksi pada
penelitian sebelumnya, memiliki bentuk dan ukuran terbaik serta bebas dari
penyakit dengan nomor-nomor tanaman yaitu P1.61 sebanyak 20 benih, P2.61
sebanyak 15 benih, P2.28 sebanyak 15 benih, P2.43 sebanyak 10 benih, P2.51
sebanyak 12 benih, P2.54 sebanyak 7 benih, P2.58 sebanyak 10 benih, P2.74
sebanyak 12 benih, P3.19 sebanyak 10 benih, P3.28 sebanyak 12 benih, P3.39
sebanyak 13 benih, P3.51 sebanyak 7 benih, P3.54 sebanyak 7 benih, P3.63
sebanyak 10 benih, P3.69 sebanyak 15 benih, P3.71 sebanyak 7 benih, P3.72
sebanyak 5 benih, P3.74 sebanyak 5 benih, P5.13 sebanyak 4 benih dan P5.34
sebanyak 10 benih. Masing-masing dari nomor tanaman diambil 1 benih untuk
ditanam di top soil. Nomor tanaman tetua yaitu P6.6 sebanyak 6 benih ditanam
ditanah salin dan 6 benih ditopsoil, P7.6 sebanyak 3 benih ditanah salin dan 2
benih ditopsoil, P8.3 sebanyak 3 benih ditanah salin dan 2 benih ditopsoil, P8.5
sebanyak 2 benih ditanah salin dan 3 benih ditopsoil dan P8.8 sebanyak 2 benih
ditanah salin dan 3 benih ditopsoil.

Universitas Sumatera Utara

19

Persiapan Areal Tanam
Areal tanam seluas 12 m x 8 m dibersihkan dari gulma yang tumbuh dan
dibuat parit disekelilingnya secara manual menggunakan cangkul, kemudian
dibangun rumah plastik ukuran 12 m x 8 m diatas areal tersebut menggunakan
bahan baku bambu dengan memakai plastik bening sebagai atap.
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan yaitu tanah salin pada penelitian sebelumnya
turunan F3 yang diambil dari kecamatan Percut Sei Tuan dan diukur dhl 5-6
mmhos/cm ditimbang sebanyak 10 kg dan dimasukkan kedalam polybag ukuran
10 kg dilapisi dengan plastik bening ukuran 15 kg lalu secara bersamaan
dimasukkan selang untuk tempat menyiram.
Penanaman
Benih direndam menggunakan fungisida berbahan aktif mankozeb 80%
sebanyak 0,5 ml/L air selama 15 menit. Penanaman dilakukan dengan membuat
lubang tanam 2 cm, kemudian dimasukkan 1 benih per polybag kemudian ditutup
kembali dengan tanah.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan saat penanaman sesuai dosis anjuran kebutuhan
pupuk kedelai yaitu 100 kg/ha Urea (0,625 g/polybag), 200 kg/ha TSP (1,25
g/polybag), dan 100 kg KCl/ha (0,625 g/polybag).
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman dan Penjagaan Kadar Salinitas
Penyiraman dilakukan pada saat sore hari atau disesuaikan dengan kondisi
tanah melalui selang yang dimasukkan ke polybag bertujuan agar air didalam dan

Universitas Sumatera Utara

20

dipermukaan polybag seimbang. Penjagaan kadar dhl 5-6 mmhos/cm tetap
diperhatikan, kadar salinitas akan diukur sekali dalam dua minggu menggunakan
electro conductivity meter.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang
tumbuh disekitar areal tanam, didalam dan diluar polybag sesuai kondisi
dilapangan.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan pestisida berbahan
aktif delta metrin sebanyak 25g/L pada saat terjadi serangan.
Pemanenan
Panen dilakukan secara manual dengan memetik polong satu per satu
dengan menggunakan tangan. Panen dilakukan pada setiap tanaman satu per satu
yang berumur 76-85 hari, kriteria panen ditandai dengan kulit polong sudah
berwarna kuning kecoklatan sebanyak 95% dan daun sudah berguguran tetapi
bukan karena adanya serangan hama atau penyakit.
Peubah Amatan
Kadar Klorofil a, b dan Total (mg/L)
Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Fisiologis Tumbuhan
Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Daun
yang digunakan yaitu daun ke 3-4 dari titik tumbuh yang sudah membuka
sempurna pada minggu ke 6 setelah tanam sebanyak 1 gram. Klorofil diekstraksi
dengan cara daun digerus menggunakan aseton 80% sebanyak 25 ml. Setelah itu
disaring menggunakan kertas saring, kemudian larutan dipindahkan kedalam

Universitas Sumatera Utara

21

tabung reaksi ukuran 25 ml. Disiapkan larutan aquades kedalam tabung reaksi
dengan ukuran yang sama. Disiapkan alat spektrofotometer dan diatur panjang
gelombangnya, dimasukkan larutan aquades yang ada didalam tabung reaksi
(blanko) sebagai penetral, dikeluarkan larutan blanko tersebut kemudian secara
bergantian dimasukkan larutan ekstrak tersebut kedalam alat spektrofotommeter
tersebut. Larutan tersebut

diukur dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 645 nm dan panjang gelombang 663 nm (Yoshida, 1981). Total
klorofil, klorofil a, klorofil b dihitung dengan menggunakan rumus :
Klorofil a

= {(12.7 x A663) – (2.69 x A645)} /10

Klorofil b

= {(22.9 x A645) – (4.68 x A663)} / 10

Total klorofil = {(8.02 x A663) + (20.2 x A645)} / 10
Kerapatan Stomata (n/mm2)
Pengamatan kerapatan stomata dilaksanakan pada minggu ke 7 setelah
tanam.

Pengamatan

dilakukan

menggunakan

pengamatan

mikroskopis

(Widjaya, 1996). Adapun langkah – langkah mengamati kerapatan stomata
sebagai berikut:
1. Dioleskan kuteks bening pada sisi bawah daun dan dibiarkan selama 5 menit
hingga kuteks mengering.
2. Ditempelkan selotip bening keolesan kuteks tersebut dan dibiarkan selama 5
menit.
3. Diamati dengan menggunakan mikroskop pada pembesaran 10 x 40 dan
kemudian dihitung jumlah stomata per luas bidang pandang.
Dengan rumus:
Jumlah stomata per luas bidang pandang (n)
Kerapatan stomata

=

Luas bidang pandang (mm2)

Universitas Sumatera Utara

22

Kandungan Air Relatif Daun (g)
Kandungan air relatif daun dianalisis pada minggu ke 7 setelah tanam.
Diambil contoh daun dengan cara melubangi sebanyak 9 buah ukuran 1 cm2.
Bobot segar daun ditimbang kemudian direndam dengan aquades sebanyak 20 ml
selama 4 jam, setelah itu ditimbang bobot turgid daun, lalu diovenkan selama 24
jam pada suhu 70oC lalu ditimbang bobot kering daun tersebut.
Dihitung kandungan air relatif dengan rumus:
Bobot segar (g) – bobot kering (g)
X 100%

KAR =
Bobot turgid (g) – bobot kering (g)

Laju Pengisian Biji (g/hari)
Laju pengisian biji dihitung dengan menggunakan rumus:

Bobot biji per tanaman (g)
LPB

=
Umur panen (hari) – umur berbunga (hari)

Bobot Biji Per Tanaman (g)
Bobot biji diketahui dengan cara menimbang biji hasil panen yang
dihasilkan pada masing-masing tanaman menggunakan timbangan analitik.

Universitas Sumatera Utara

23

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa rata-rata laju pengisian biji yang
memiliki nilai rata-rata lebih tinggi pada tanaman kedelai dalam kondisi optimal
sebesar 0,34 g/hari dibandingkan dalam kondisi salin sebesar 0,17 g/hari.
Sedangkan kadar klorofil a sebesar 0,47 mg/L, klorofil b sebesar 0,85 mg/L dan
klorofil total sebesar 1,31 mg/L pada tanaman kedelai yang berada pada salinitas
memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada nilai klorofil a sebesar 0,46 mg/L,
klorofil b sebesar 0,83 mg/L dan klorofil total sebesar 1,29 mg/L yang ada pada
tanaman kedelai dalam kondisi optimal, hasil pengamatan analisis klorofil
(lampiran 22).
Tabel 1. Pengamatan karakter fisiologis kedelai F4
variabel
Klorofil a (mg/L)
Klorofil b (mg/L)
Klorofil total (mg/L)
Kadar Air Relatif Daun (g)
Laju Pengisian Biji (g/hari)

rataan
optimal
0,46
0,83
1,29
0,77
0,34

salin
0,47
0,85
1,31
0,80
0,17

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai rata-rata pengamatan karakter
kerapatan stomata progeni kedelai F4 pada kondisi optimal sebesar 0,15 n/mm2,
nilai ini tidak berbeda jauh dibandingkan dengan nilai rata-rata pengamatan
karakter stomata progeni kedelai F4 pada kondisi salin sebesar 0,14 n/mm2, hasil
pengamatan visual karakter kerapatan stomata (lampiran 21).
Tabel 2. Pengamatan karakter anatomi kedelai F4
variabel
Kerapatan Stomata (n/mm2)

rataan
optimal
0,15

salin
0,14

Universitas Sumatera Utara

24

Berdasarkan tabel 3 pengaruh langsung positif bobot biji terhadap klorofil
total (X3) sebesar 1,99 mg/L, laju pengisian biji (X6) sebesar 1,02 mg/L, kerapatan
stomata (X4) sebesar 0,09 n/mm2 dan kadar air relatif daun (X5) sebesar 0,01 g.
Pengaruh langsung bobot biji terhadap klorofil total (X3) dipengaruhi oleh
pengaruh tidak langsung positif melalui klorofil a (X1) sebesar 1,94 mg/L, klorofil
b (X2) sebesar 1,98 mg/L dan pengaruh tidak langsung negatif melalui laju
pengisian biji (X6) sebesar -0,90 g/hari. Pengaruh langsung bobot biji terhadap
laju pengisian biji (X6) dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung negatif melalui
klorofil a (X1) sebesar -0,55 mg/L, klorofil b (X2) sebesar -0,42 mg/L, klorofil
total (X3) sebesar -0,46 mg/L, dan kadar air relatif (X5) sebesar -0,60 g dan
pengaruh tidak langsung positif melalui kerapatan stomata (X4) sebesar 0,02
n/mm2.
Tabel 3. Analisis lintas dalam kondisi optimal kedelai F4
Pengaruh
Pengaruh tidak langsung
Variabel
langsung
bebas
(Y)
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X1
-0,47
-0,45
-0,46
0,02
-0,17
0,25
X2
-1,49
-1,41
-1,48
0,12
-0,49
0,62
X3
1,99
1,94
1,98
-0,15
0,68
-0,90
X4
0,09
0,00
-0,01
-0,01
0,00
0,00
X5
0,01
0,01
0,00
0,00
0,00
-0,01
X6
1,02
-0,55
-0,42
-0,46
0,02
-0,60
*ket. X1: Klorofil a (mg/L)., X2: Klorofil b (mg/L)., X3: Klorofil total (mg/L)., X4:
Kerapatan stomata (n/mm2)., X5: Kadar air relatif daun (g)., X6: Laju
pengisian biji (g/hari)., Y: Bobot biji/tanaman (g).
Berdasarkan tabel 4 pengaruh langsung positif bobot biji terhadap laju
pengisian biji (X6) sebesar 0,94 g/hari, klorofil total (X3) sebesar 0,34 mg/L dan
kadar air relatif daun (X5) sebesar 0,02 g. Pengaruh langsung bobot biji terhadap
laju pengisian biji (X6) dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung positif melalui
klorofil a (X1) sebesar 0,82 mg/L, klorofil b (X2) sebesar 0,73 mg/L, klorofil total

Universitas Sumatera Utara

25

(X3) sebesar 0,85 mg/L, kerapatan stomata (X4) sebesar 0,53 n/mm2, dan kadar air
relatif daun (X5) sebesar 0,50 g. Pengaruh langsung bobot biji terhadap klorofil
total (X3) dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung positif melalui klorofil a (X1)
sebesar 0,33 mg/L, klorofil b (X2) sebesar 0,31 mg/L dan laju pengisian biji (X6)
sebesar 0,31 g/hari.
Tabel 4. Analisis lintas dalam kondisi salin kedelai F4
Pengaruh
Pengaruh tidak langsung
Variabel
langsung
bebas
X1
X2
X3
X4
X5
X6
(Y)
X1
-0,17
-0,14
-0,17
-0,13
-0,08
-0,15
X2
-0,15
-0,12
-0,13
-0,11
-0,09
-0,11
X3
0,33
0,31
0,27
0,18
0,31
0,34
X4
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
X5
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,02
X6
0,82
0,73
0,85
0,53
0,50
0,94
*ket. X1: Klorofil a (mg/L)., X2: Klorofil b (mg/L)., X3: Klorofil total (mg/L)., X4:
Kerapatan stomata (n/mm2)., X5: Kadar air relatif daun (g)., X6: Laju
pengisian biji (g/hari)., Y: Bobot biji/tanaman (g)
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa hasil seleksi kedelai progeni F4
berdasarkan karakter klorofil a (X1) dengan nilai batas seleksi sebasar 0,53 tidak
ada nomor tanaman yang terseleksi yang memenuhi nilai tersebut dan klorofil
total (X3) dengan nilai batas seleksi sebesar 1,48 tidak ada nomor tanaman
terseleksi yang memenuhi nilai tersebut, sedangkan karakter yang memenuhi nilai
batas seleksi yaitu karakter klorofil b (X2) pada nomor tanaman P2.16.7 sebesar
0,94 mg/L, kadar air relatif (X5) pada nomor tanaman P1.61.16 sebesar 0,89 g dan
laju pengisian biji (X6) pada nomor tanaman P2.16.7 sebesar 0,27 g/hari.

Universitas Sumatera Utara

26

Tabel 5. Hasil seleksi kedelai F4 berdasarkan karakter fisiologis
No tanaman
X1
X2
X3
X5
X6
0,46
0,80
1,26
0,13
P1.61.16
0,89
P1.61.18
0,52
0,93
1,45
0,79
0,20
P2.16.3
0,51
0,92
1,43
0,75
0,21
0,49
1,43
0,78
P2.16.7
0,94
0,27
P3.19.1
0,47
0,80
1,26
0,86
0,15
P3.19.2
0,39
0,82
1,10
0,84
0,01
P3.28.1
0,50
0,90
1,40
0,81
0,21
P3.54.6
0,48
0,86
1,34
0,85
0,16
P3.69.2
0,47
0,83
1,30
0,88
0,16
Batas seleksi (10%)
0,53
0,94
1,48
0,89
0,26
Hasil seleksi progeni kedelai F4
+
+
+
*ket. X1: Klorofil a (mg/L)., X2: Klorofil b (mg/L)., X3: Klorofil total (mg/L)., X5:
Kadar air relatif daun (g)., X6: Laju pengisian biji (g/hari), (-): tidak ada
terseleksi, (+): ada terseleksi.
Pembahasan
Salinitas tanah berpengaruh pada kadar klorofil daun. Banyak penelitian
yang melaporkan kadar klorofil tanaman menurun dengan meningkatnya salinitas
tanah.

Penurunan

klorofil

pada

tanaman

tembakau

dilaporkan

oleh

Gonzales et al. (2012) dan salinitas menurunkan kadar klorofil tanaman kedelai
(Golezani

and

Noori,

2011),

begitupun

pada

tanaman

padi

(Chandramohanan et al. 2014). Hasil penelitian ini menunjukkan klorofil total
kedelai turunan F+4 dalam kondisi salin lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai
kondisi optimal (tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kedelai F+4
mengalami adaptasi yang baik terhadap cekaman salin, ini sejalan dengan
Sevengor et al. (2011) yang melaporkan tanaman labu genotip toleran lebih
melindungi klorofil totalnya, hal ini menunjukkan bahwa genotip tersebut tahan
terhadap kondisi salin. Begitupun juga Yamika et al. (2014) melaporkan tanaman
yang toleran terhadap salinitas menunjukkan kandungan klorofil yang tetap tinggi
walaupun kadar salinitasnya meningkat.

Universitas Sumatera Utara

27

Namun hasil dari kandungan klorofil yang baik tidak sejalan dengan hasil
biji yang diperoleh (lampiran 19). Hal ini diduga karena adanya cekaman salinitas
sehingga hasil fotosintesis juga digunakan untuk pertahanan tanaman agar dapat
bertahan hidup. Sesuai dengan Kurniasih et al. (2008) bahwa mekanisme
ketahanan suatu varietas pada kondisi cekaman berbeda-beda. Tanaman juga
membuat perubahan pada level sel dan jaringan untuk menurunkan efek dari
faktor

stres

(Akca

and

Samsunlu,

2012).

Hal

ini

sejalan

dengan

Wijayanti et al. (2014) yaitu cekaman salinitas mempengaruhi hasil, umur
berbunga dan umur panen pada kacang tanah.
Hasil penelitian (tabel 3) pengaruh langsung bobot biji terhadap klorofil
total dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung negatif melalui laju pengisian biji
dan pengaruh langsung bobot biji terhadap laju pengisian biji dipengaruhi oleh
pengaruh tidak langsung negatif melalui klorofil a, klorofil b, klorofil total dan
kadar air relatif daun. Hal ini didukung oleh literatur Salisbury dan Ross (1995)
yang menjelaskan pembentukan pati atau karbohidrat melalui proses fotosintesis
dengan penambatan CO2 dan H2O dimana ion dari H2O NADP+ menjadi NADPH
dan ATP yang akan digunakan untuk mereduksi CO2 dan selanjutnya
menghasilkan pati atau karbohidrat yang akan ditranslokasikan keorgan pengguna
tanaman. Tetapi pada saat proses pembentukan butir pati dikloroplas ketika
translokasi lambat dan fotosintesis cepat, butir pati tersebut menekan tilakoid
sehingga sangat rapat dikloroplas, dan secara fisik mencegah cahaya mencapai
tilakoid dan menyebabkan fotosintesis. Kemungkinan faktor lain ialah
penghambatan balik fotosintesis oleh gula atau mungkin produk fotosintesis
lainnya ketika translokasi lambat.

Universitas Sumatera Utara

28

Hasil penelitian (tabel 4) pengaruh langsung bobot biji terhadap laju
pengisian biji dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung positif melalui klorofil a,
klorofil b, klorofil total, kerapatan stomata dan kadar air relatif daun. Hasil ini
berhubungan dengan proses fotosintesis dan pembentukan karbohidrat atau pati.
Hal ini didukung oleh literatur Salisbury dan Ross (1995) yang menjelaskan
bahwa salah satu pengendalian dalam fotosintesis ialah laju produk fotosintesis
seperti sukrosa, untuk ditranslokasikan dari daun keberbagai organ pengguna.
Spesies yang mempunya laju fotosintesis tinggi juga mempunyai laju translokasi
tinggi, sejalan dengan pemikiran bahwa pengangkutan efektif produk fotosintesis
akan mempertahankan CO2 yang cepat.
Hasil penelitian (tabel 3 dan tabel 4) menunjukkan pengaruh langsung
positif bobot biji terhadap klorofil total, laju pengisian biji, kerapatan stomata dan
kadar air relatif daun menunjukkan adanya hubungan yang erat antar karakter
pengaruh langsung tersebut. Hal ini dapat diterangkan bahwa dalam proses
fotosintesis, klorofil berperan dalam pembentukan karbohidrat/ pati yang
membutuhkan gas-gas anorganik masuk melalui stomata dan pembukaan stomata
dipengaruhi oleh tekanan turgor akibat masuknya air kedaun. Hal ini didukung
oleh literatur Salisbury dan Ross (1995) yang menyatakan bahwa potensial air
didaun sangat berpengaruh pada pembukaan dan penutupan stomata. Stomata
membuka karena sel penjaga menyerap air, bila potensial air menurun stomata
menutup. Dalam proses fotosintesis masuknya gas-gas anorganik seperti CO2 dan
H2O akan dirubah menjadi pati atau karbohidrat yang merupakan produk
fotosintesis dalam proses yang kompleks.

Universitas Sumatera Utara

29

Hasil penelitian (tabel 3 dan tabel 4) menunjukkan pengaruh langsung
negatif terhadap klorofil a dan klorofil b. Hal ini menunjukkan saat klorofil a dan
klorofil b berdiri sendiri maka akan sangat lemah pengaruhnya terhadap produksi
karena masing-masing klorofil memiliki posisi yang berbeda. Hal ini didukung
oleh literatur Salisbury dan Ross (1995) yang menjelaskan proses dari fotosintesis
melalui tiga kompleks pengangkutan elektron utama yaitu fotosistem II, kompleks
sitokrom b6-sitokrom f dan fotosistem I, dimana klorofil a yang berfungsi sebagai
sistem antena, menyerap cahaya dan mengantarkan energi eksiton kepusat reaksi
dijumpai pada fotosistem II dan fotosistem I, sedangkan klorofil b yang berfungsi
menerima energi cahaya dengan cara resonansi induktif hanya dijumpai pada
fotosistem I.
Hasil penelitian (tabel 3 dan tabel 4) menunjukkan pengaruh langsung
bobot biji terhadap klorofil total dipengaruhi oleh pengaruh tidak langsung positif
melalui klorofil a dan klorofil b. Hal ini didukung oleh Soverda dan Alia (2013)
yang menyatakan bahwa peningkatan klorofil a akan meningkatkan klorofil b dan
klorofil total daun serta bobot segar tanaman. Hal ini dapat dipahami karena
klorofil a merupakan prekusor bagi klorofil b, sementara itu klorofil a dan klorofil
b merupakan komponen penyusun klorofil total daun sekaligus bagian dari bobot
segar tanaman.

Universitas Sumatera Utara

30

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan karakter fisiologis yaitu klorofil a, klorofil b, klorofil total, kadar
air relatif daun dan laju pengisian biji, ada tiga karakter yang memenuhi nilai
batas seleksi yaitu klorofil b pada nomor tanaman P2.16.7 sebesar 0,94 mg/L,
kadar air relatif pada nomor tanaman P1.61.16 sebesar 0,89 g dan laju
pengisian biji pada nomor tanaman P2.16.7 sebesar 0,27 g/hari.
2. Terdapat hubungan langsung bobot biji dengan karakter laju pengisian biji
sebesar 0,94 g/hari dan klorofil total sebesar 0,34 mg/L kemudian diikuti
dengan kadar air relatif daun sebesar 0,02 g.
Saran
Peneliti menyarankan penanaman selanjutnya menggunakan dua nomor
tanaman terseleksi dengan intensitas seleksi 10% dalam mendukung program
perakitan varietas kedelai tahan salin.

Universitas Sumatera Utara

5

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Steenis (2005) klasifikasi tanaman kedelai yaitu kingdom:
plantae, divisi: spermatophyte, sub division: angiospermae, kelas: cotyledonae,
ordo: polypetales, family: legumoinosae, sub family: papilionoideae, genus:
glycine, sub genus: soja, spesies: Glycine max (L.) Merrill.
Batang tanaman kedelai berbentuk persegi dengan rambut cokelat yang
menjauhi batang atau mengarah ke bawah. Pertumbuhan batang terdiri dari dua
tipe yaitu determinate dan indeterminate yang didasarkan keberadaan bunga pada
pucuk batang (Steenis, 2005).
Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe, yaitu: (1) kotiledon atau daun
biji, (2) dua helai daun primer sederhana, (3) daun bertiga, dan 4) profila. Daun
primer berbentuk oval dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak
berseberangan pada buku pertama diatas kotiledon. Setiap daun memiliki
sepasang stipula yang terletak pada dasar daun yang menempel pada batang. Tipe
daun yang lain terbentuk pada batang utama, dan pada cabang lateral terdapat
daun trifoliat yang secara bergantian dalam susunan yang berbeda. Anak daun
bertiga mempunyai bentuk yang bermacam-macam, mulai bulat hingga lancip.
Ada kalanya terbentuk 4-7 daun dan dalam beberapa kasus terjadi penggabungan
daun lateral dengan daun terminal. Daun tunggal mempunyai panjang 4-20 cm
dan lebar 3-10 cm. Tangkai daun lateral umumnya pendek sepanjang 1 cm atau
kurang. Dasar daun terminal mempunyai dua stipula kecil dan tiap daun lateral
mempunyai sebuah stipula. Setiap daun primer dan daun bertiga mempunyai
pulvinus yang cukup besar pada titik perlekatan tangkai dengan batang. Pulvini

Universitas Sumatera Utara

6

berhubungan dengan pergerakan daun dan posisi daun selama siang dan malam
hari yang disebabkan oleh perubahan tekanan osmotik di berbagai bagian pulvinus
(Adie dan Krisnawati, 2013).
Sistem perakaran kedelai terdiri dari 2 macam yaitu akar tunggang dan
akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Pertumbuhan akar
tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m atau lebih pada kondisi yang
optimal, sementara akar serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30
cm. Akar serabut ini mula-mula tumbuhn didekat ujung akar tunggang, sekitar 3-4
hari setelah berkecambah dan akan semakin bertambah banyak dengan
pembentukan akar-akar muda yang lain (Irwan, 2006).
Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri yang bersifat kleistogami.
Tanaman memasuki fase reproduktif saat tunas aksiler berkembang menjadi
kelompok bunga dengan 2 hingga 35 kuntum bunga setiap kelompok. Buku pada
bunga pertama berhubungan dengan tahap perkembangan tanaman. Ketika buku
kotiledon, daun primer, dan daun bertiga dalam fase vegetatif, bunga pertama
muncul pada buku kelima atau keenam dan atau buku diatasnya. Bunga muncul
kearah ujung batang utama dan kearah ujung cabang. Periode berbunga
dipengaruhi oleh waktu tanam, berlangsung 3- 5 minggu. Umumnya varietas
dengan banyak bunga per buku memiliki presentase keguguran bunga yang lebih
tinggi dari pada yang berbunga sedikit. Keguguran bunga dapat terjadi pada
berbagai fase perkembangan, mulai dari pertunasan, selama perkembangan organorgan pembungaan, saat pembuahan, selama perkembangan awal embrio, atau
pada berbagai tahapan perkembangan kotiledon (Adie dan Krisnawati, 2013).

Universitas Sumatera Utara

7

Polong kedelai pertama kali terbentuk sekitar 7-10 hari setelah munculnya
bunga pertama. Panjang polong muda sekitar 1 cm. jumlah polong yang terbentuk
pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam antara 1-10 buah dalam setiap
kelompok. Pada setiap tanaman jumlah polong dapat mencapai lebih dari 50
bahkan ratusan. Kecepatan pembentukan bunga berhenti. Ukuran dan bentuk
polong menjadi maksimal pada saat awal periode pemasakan biji. Hal ini
kemudian diikuti oleh perubahan warna polong dari hijau menjadi kuning
kecokelatan pada saat masak (Irwan, 2006).
Biji merupakan komponen morfologi kedelai yang bernilai ekonomis.
Bentuk biji kedelai beragam dari lonjong hingga bulat, dan sebagian besar kedelai
yang ada di Indonesia berkriteria lonjong. Pengelompokan ukuran biji kedelai
berbeda antar negara, di Indonesia kedelai dikelompokkan berukuran besar (berat
>14 g/100 biji), sedang (10-14 g/100 biji), dan kecil (< 10 g/100 biji). Di Jepang
dan Amerika biji kedelai berukuran besar jika memiliki berat 30 g/100 biji. Biji
sebagian besar tersusun oleh kotiledon dan dilapisi oleh kulit biji (testa). Antara
kulit biji dan kotiledon terdapat lapisan endosperm (Adie dan Krisnawati, 2013).
Syarat Tumbuh
Iklim
Interaksi antara suhu intensitas radiasi matahari kelembaban tanah sangat
menentukan laju pertumbuhan tanaman kedelai. Suhu tinggi berasosiasi dengan
transpirasi yang tinggi, defisit tegangan uap air yang tinggi, dan cekaman
kekeringan pada tanaman. Suhu di dalam tanah dan suhu atmosfer berpengaruh
terhadap pertumbuhan Rhyzobium, akar dan tanaman kedelai. Suhu yang sesuai

Universitas Sumatera Utara

8

bagi

pertumbuhan

tanaman

kedelai

berkisar

antara

22-27°C

(Adie dan Krisnawati, 2013).
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama
penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman hari pendek, artinya
tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu
15 jam per hari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah
sub tropic dengan panjang hari 14-16 jam ditanam didaerah tropic dengan ratarata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan
produksi karena masa bunganya menjadi pendek yaitu umur 50-60 hari menjadi
35-40 hari setelah tanam (Irwan, 2006).
Kelembaban udara yang optimal bagi tanaman kedelai berkisar antara RH
75-90% selama periode tanaman tumbuh hingga stadia pengisian polong dan
kelembaban udara rendah (RH 60-75%) pada waktu pematangan polong hingga
panen. Suhu udara yang agak rendah (20-22°C) dan udara kering pada saat panen
sangat ideal bagi pelaksanaan panen sehingga biji kedelai bermutu tinggi. Dialam
tropika Indonesia, kondisi udara seperti tersebut tidak mudah diperoleh, namun
apabila cuaca kering, tidak ada hujan dan tidak ada kabut selama pematangan
polong merupakan kondisi yang cukup ideal untuk panen kedelai. Kedelai yang
ditanam pada bulan Februari-Maret dan Juni-Ju