Analisis Hasil Pemeriksaan Trombus pada Peripheral Lower dengan Teknik Run Off Lower CT Scan 128 Slice
DAFTAR PUSTAKA
Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
C. Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia Kane S.A. 2005. Introduction To Physics In Modern Medicine. Taylor and Francis: New York, USA
Meredith, W.J and Massey, J.B.1977. Fundamental Physics of Radiology. Third Edition: Chicago
Buzug, M. Thorsten.2008. Computed Tomography From Photon Statistics to Modern Cone-Beam CT: Springer-Verlag Berlin Heidelberg
MDCTA Practical Approach-Springer.2006. Principles of Contrast Medium Delivery and Scan Timing in MDCT
Bushbergh T. Jerrold . 2002. The Essential Physic of Medical Imaging.Second Edition: USA
(2)
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dibagian Radiologi RSU. Bunda Thamrin Medan dengan menggunakan pesawat CT Scan 128 slice
3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah: a. Pesawat CT Scan 128 slice
Merk : GE Optima 660 Tipe : 2120785-2 Nomor seri : 80186BI0 Kondisi Maksimum : 600kV/140mA b. Injector Medrad Stellant, terdiri dari: - 2 tabung syringes
- 1 komputer unit control
c. Kontras media Iopamiro 370mg I/ml d. NaCl ( Natrium Chlorida )
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pasien dengan kasus thrombus sebanyak 5 org.
(3)
3.3 Diagram Alir Penelitian
MULAI
Persiapan Alat dan Bahan
Posisi Pasien, pilih protocol Run Off Lower pada CT 128 slice
Injeksi Kontras Media melalui pembuluh darah vena dengan alat Injektor Medrad
Analisis Data. Rekonstruksi matriks, Rekonstruksi algorithm
Membandingkan kualitas Gambar
Kesimpulan
(4)
33
3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1 Persiapan Pasien
- Periksa laboratorium kadar ureum dan creatinin.
- Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan - Cek riwayat asma, alergi dan penyakit lain.
- Pasien harus dilakukan skin test ( tes alergi di kulit ).
3.4.2 Prosedur pemeriksaan pasien 1. Diinput data pasien
2. Masukkan kontras media Iopamiro dan NaCl pada tabung syringes
3. Atur flowrate dan volume kontras media pada computer unit control injector sesuai berat badan pasien.
4. Pasien ditempatkan pada meja pemeriksaan
5. Pada monitor work station operator dipilih protocol Run Off Lower 6. Tekan tombol move kemudian tekan ekspose
7. Scanogram muncul pada monitor.
8. Mengatur range objek sesuai pemeriksaan 9. Tekan tombol move kemudian ditekan ekspose
10. Lakukan tes injeksi untuk melihat lancar atau tidaknya kontras media masuk ke dalam pembuluh darah
12. Tekan tombol expose dan start pada computer control unit maka kontras media akan masuk ke pembuluh darah sesuai dengan volume dan flowrate yang sudah diatur.
13. Proses scanning akan berjalan pada potongan axial akan muncul pada monitor. 14. Scanning selesai, pasien keluar dari ruang pemeriksaan.
3.4.3 Prosedur Analisis Data
1. Dipilih data pasien dari Image Works
2. Dipilih menu reformat kemudian disesuaikan dengan yang diinginkan. 3. Ubah image ke Volume Rendering.
(5)
4. Cutting / potong gambar yang menghalangi analisa pembuluh darah.
5. Atur kondisi window width dan window light sesuai dengan kebutuhan agar analisa pembuluh darah lebih terlihat jelas.
6. Ukur Hu ( Hounsfield unit ) pembuluh darah arteri diberbagai tempat 7. Kumpulkan semua data dan bandingkan sesuai berat badan, volume dan flowrate kontras.
(6)
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian
1. Karakteristik Sampel
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 5 pasien. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Bunda Thamrin Medan. Teknik penentuan sampel yang digunakan pada penelitian ini dengan cara penentuan sampel mempertimbangkan kriteria – kriteria tertentu yang telah dibuat sesuai tujuan penelitian. Berikut adalah karakteristik sampel berdasarkan variabel terkontrol yang telah ditentukan pada penelitian ini, antara lain
a. Umur
Tabel 4.1. Karakteristik sampel berdasarkan umur
No Kategori Usia Frekuensi
1 Dewasa – Muda 25-45 2
2 Dewasa – Tua 46-75 3
Tabel 4.1 ini menjelaskan bahwa jumlah sampel seluruhnya ada 5 pasien dengan rincian 2 pasien berumur 25 – 46 tahun dalam kategori dewasa – muda dan 3 pasien berumur 46 – 75 tahun dalam kategori dewasa – tua.
b. Berat Badan
Tabel 4.2. Karakteristik sampel berdasarkan berat badan
No Kategori Berat badan Frekuensi
1 Sedang 50 – 65 2
2 Tinggi 66 – 75 3
Tabel 4.2 ini menjelaskan bahwa jumlah sampel seluruhnya ada 5 pasien dengan rincian 2 pasien memiliki berat badan 50 – 65 kg dalam kategori sedang dan 3 pasien memiliki berat badan 66 - 75 kg dalam kategori tinggi.
(7)
2. Hasil Uji Perbedaan Contras Enhancement pada penggunaan scan time dan volume kontras media fase arteri pada pemeriksaan CT Angiography Run Off Lower
Citra axial pada CT Angiography Run Off Lower yang sudah didapat dari masing – masing pasien dilakukan pengukuran pada titik Region of Interest (ROI) untuk mengetahui nilai CT Number dari titik tersebut. Berikut adalah nilai CT Number ( Hu ) pada masing – masing durasi penyuntikan kontras dan volume yg berbeda.
Gambar 4.1 Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media Keterangan : Pasien 1 dengan berat badan 55 kg, umur 28 tahun, volume kontras media yang akan diinjeksikan 110ml, flowrate 2,5 ml/s, durasi scan 44 second. Pada gambar diatas hanya terlihat gambaran tulang ekstremitas bawah
(8)
37
Gambar 4.2 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media
Keterangan : Terlihat kontras media sudah mengisi ke bagian aorta lalu mengisi ke arteri femoralis dan arteri tibialis.
(9)
Gambar 4.3 ROI vs Time
Keterangan : Pada grafik diatas terlihat pada 27 detik kontras media sudah sampai di aorta dan didapat CT Number 173, 30
(10)
39
Gambar 4.4 Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media Keterangan : Pasien 2 dengan berat badan 63 kg, umur 33 tahun, volume kontras media yang akan diinjeksikan 126ml, flowrate 2,5 ml/s, durasi scan 50 second. Pada gambar diatas hanya terlihat gambaran tulang ekstremitas bawah dikarenakan belum diinjeksikan kontras media.
(11)
Gambar 4.5 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media
Keterangan : Terlihat kontras media sudah mengisi ke bagian aorta lalu mengisi ke arteri femoralis dan arteri tibialis
(12)
41
Gambar 4.6 ROI vs Time
Keterangan : Pada grafik diatas terlihat pada 30 detik kontras media sudah sampai di aorta dan didapat CT Number 135, 20
(13)
Gambar 4.7 Pasien 3, Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media
Keterangan : Pasien 3 dengan berat badan 69 kg, umur 58 tahun, volume kontras media yang akan diinjeksikan 138ml, flowrate 2,5 ml/s, durasi scan 55 second. Pada gambar diatas hanya terlihat gambaran tulang ekstremitas bawah
(14)
43
Gambar 4.8 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media
Keterangan : Terlihat kontras media sudah mengisi ke bagian aorta lalu mengisi ke arteri femoralis dan arteri tibialis
(15)
Gambar 4.9 Gambar ROI vs Time
Keterangan : Pada grafik diatas terlihat pada 35 detik kontras media sudah sampai di aorta dan didapat CT Number 140, 50
(16)
45
Gambar 4.10 Pasien 4, Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media Keterangan : Pasien 4 dengan berat badan 73 kg, umur 70 tahun, volume kontras media yang akan diinjeksikan 146ml, flowrate 2,5 ml/s, durasi scan 57 second. Pada gambar diatas hanya terlihat gambaran tulang ekstremitas bawah
(17)
Gambar 4.11 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media
Keterangan : Terlihat kontras media sudah mengisi ke bagian aorta lalu mengisi ke arteri femoralis dan arteri tibialis.
(18)
47
Gambar 4. 12 Gambar ROI vs Time
Keterangan : Pada grafik diatas terlihat pada 46 detik kontras media sudah sampai di aorta dan didapat CT Number 141, 80
(19)
Gambar 4.13 Pasien 5, Lower Ekstremitas sebelum di injeksi kontras media
Keterangan : Pasien 5 dengan berat badan 70 kg, umur 56 tahun, volume kontras media yang akan diinjeksikan 140ml, flowrate 2,5 ml/s, durasi scan 56 second. Pada gambar diatas hanya terlihat gambaran tulang ekstremitas bawah
(20)
49
Gambar 4.14 Pembuluh darah Lower ekstremitas setelah diinjeksi kontras media
Keterangan : Terlihat kontras media sudah mengisi ke bagian aorta lalu mengisi ke arteri femoralis dan arteri tibialis. Pada gambar diatas terlihat trombus pada arteri tibialis.
(21)
Gambar 4.15 Gambar ROI vs Time
Keterangan : Pada grafik diatas terlihat pada 40 detik kontras media sudah sampai di aorta dan didapat CT Number 141, 20
(22)
51
Berikut merupakan tabel dari hasil penelitian yang dilakukan pada 4 pasien dengan pemeriksaan CT Angiography
Tabel 4.3 Nilai CT Number ( Hu )
N o
Berat
badan Usia Vol ume
Flow rate Durasi Scan Durasi Pencapaian Hu CT Number / Hu
1 55 kg 28 thn 110 ml 3 ml/s 44 s 27 s 178, 30 2 63 kg 33 thn 126 ml 3 ml/s 50 s 30 s 135, 20 3 69 kg 58 thn 138 ml 3 ml/s 55 s 35 s 140, 50 4 70 kg 70 thn 140 ml 3 ml/s 56 s 44 s 141, 20 5 73 kg 74 thn 146 ml 3 ml/s 57 s 46 s 141, 80
Gambar 4.16. Kurva Peningkatan Waktu Pencapaian Hu berdasarkan Usia 27 30 35 44 46 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
28 thn 33 thn 58 thn 70 thn 74 thn
Wa k tu ( s ) Usia
(23)
Gambar 4. 17 Kurva peningkatan Volume kontras media yang akan diinjeksikan berdasarkan Berat badan
Dari hasil penelitian diketahui adanya perbedaan Hounsfield Unit (Hu) dengan penggunaan durasi dan volume yang berbeda. Nilai CT Number didapatkan melalui pengukuran region of interest ( ROI ) pada aorta bervariasi akibat durasi dan volume yang berbeda. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa semakin muda usia pasien, semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu. Pada usia 50 – 74 tahun semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu.
110
126
138 140 146
0 20 40 60 80 100 120 140 160
55 kg 63 kg 69 kg 70 kg 73 kg
V o lu m e K o n t r a s M e d ia Berat Badan
(24)
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
- Pemberian kontras media dikatakan optimal jika gambar pembuluh darah mencapai nilai Hu pada arteri tersebut >150.
- Untuk pemeriksaan CT Angiografi Run Off Lower, volume media kontras dapat dirumuskan :
Volume Media kontras = (Waktu Delay Scan + Waktu Scan ) x Flowrate .
Hal ini dilakukan dengan harapan akan mendapatkan penyangatan media kontras yang maksimum/optimal.
B. Saran
- Untuk menjaga kestabilan puncak penyangatan media kontras pada pasien gemuk, yang harus dilakukan adalah cara memperbesar flowrate pada saat penyuntikan kontras media dan dengan menambahkan volume (ml) dan/atau konsentrasi (mg/ml)..
- Penggunaan media kontras dengan flowrate yang cepat membuat semakin cepat penyebaran media kontras untuk mencapai puncak penyangatan kontras media dan durasi/waktu penyuntikan semakin cepat.
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. ANATOMI
Arteri merupakan pembuluh yang bertugas membawa darah menjauhi jantung. Tujuannya adalah sistemik tubuh, kecuali arteri pulmonalis yang membawa darah menuju paru untuk dibersihkan dan mengikat oksigen. Arteri terbesar yang ada dalam tubuh adalah aorta, yang keluar langsung dari ventrikel kiri jantung.
Aorta yang keluar keluar dari ventrikel kiri jantung sebagai aorta ascendens. Kemudian, aorta ascendens mengalami percabangan yaitu arcus aorta sebelum melanjutkan diri sebagai aorta descendens. Peredaran darah ekstremitas bawah disuplai oleh arteri femoralis, yang merupakan kelanjutan dari arteri iliaka eksterna (suatu cabang arteri iliaka communis, cabang terminal dari aorta abdominalis). Selanjutnya arteri femoralis memiliki cabang yaitu arteri profunda femoris, sedangkan arteri femoralis sendiri tetap berlanjut menjadi arteri poplitea. Arteri profunda femoris sendiri memiliki empat cabang arteri perfontrantes. Selain itu juga terdapat artei circumflexa femoris lateral dan arteri circumflexa femoris medial yang merupakan percabangan dari arteri profunda femoris. Arteri poplitea akan bercabang menjadi arteri tibialis anterior dan arteri tibialis posterior. Arteri tibialis anterior akan berlanjut ke dorsum pedis menjadi arteri dorsalis pedis yang dapat diraba di antara digiti 1 dan 2. Arteri tibialis posterior akan membentuk cabang arteri fibular/peroneal, dan arteri tibialis posterior pedis sendiri tetap berjalan hingga ke daerah plantar pedis dan bercabang menjadi arteri plantaris medial dan arteri plantaris lateral. Keduanya akan membentuk arcus plantaris yang mendarahi telapak kaki. Sedangkan di daerah gluteus, terdapat arteri gluteus superior, arteri gluteus inferior dan arteri pudenda interna. Ketiganya merupakan percabangan dari arteri iliaca interna.
(26)
16
Gambar 2.1: Pembuluh darah Arteri Lower Ekstremitas
Vena merupakan pembuluh yang mengalirkan darah dari sistemik kembali ke jantung (atrium dextra), kecuali vena pulmonalis yang berasal dari paru menuju atrium sinistra. Semua vena sistemik akan bermuara pada vena cava superior dan vena cava inferior.
Arcus vena dorsalis yang berada di daerah dorsum pedis akan naik melalui vena saphena magna di bagian anterior medial tungkai bawah. Vena saphena magna tersebut akan bermuara di vena femoralis. Sedangkan vena saphena parva yang berasal dari bagian posterior tungkai bawah akan bermuara pada vena poplitea dan berakhir di vena femoralis. Vena tibialis anterior dan vena tibialis posterior juga bermuara pada vena poplitea. Dari vena femoralis, akan berlanjut ke vena iliaca externa lalu menuju vena iliaca communis dan selanjutnya vena
(27)
cava inferior. Selain itu terdapat juga vena glutea superior, vena glutea inferior dan vena pudenda interna di daerah gluteus, yang bermuara ke vena iliaca interna.
Gambar 2.2: Pembuluh darah Vena Lower Ekstremitas
2. 2 PATOLOGI
Trombus merupakan suatu unsur benda yang tersusun dari unsur-unsur darah didalam pembuluh darah atau jantung sewaktu masih hidup. Unsur-unsur tersebut adalah trombosit, fibrin, eritrosit, dan leukosit. Adanya trombus ini dapat menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.
Trombus terbentuk melalui proses yang dinamakan dengan trombosis. Trombosis terjadi ketika trombosit melekat pada permukaan endotel pembuluh
(28)
18
sehingga nantinya terbentuk massa yang menonjol ke dalam saluran pembuluh darah yang dikenal dengan trombus.
Macam-Macam Trombus
- Occlusive trombus, yaitu trombus yang menyebabkan lumen (isi) pembuluh tersumbat.
- Propagating trombus, yaitu massa yang dibentuk sepanjang pembuluh yang tersumbat. Trombus ini merupakan perpanjangan dari occlusive trombus.
- Saddle/riding trombus merupakan trombus yang memanjang dan masuk kedalam cabang pembuluh
- Mural/parietal trombus adalah trombus yang hanya berupa bercak yang melekat pada dinding pembuluh darah dan tidak menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
- Pedinculated trombus adalah trombus mural dalam jantung yang bertangkai panjang
2. 3 KONTRAS MEDIA
Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan kedalam tubuh pasien untuk membantu pemeriksaan radografi, sehingga media yang dimasukkan tampak lebih radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh yang akan diperiksa
Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapat terlihat dalam radiografi. Selain itu kontras media juga untuk memperlihatkan bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa serta untuk memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.
Syarat-syarat Bahan Kontras Media : 1. Tidak merupakan racun dalam tubuh.
(29)
2. Dalam konsentrasi yang rendah telah dapat membuat perbedaan densitas yang cukup.
3. Mudah cara pemakaiannnya.
4. Secara ekonomi tidak mahal dan mudah diperoleh dipasaran.
5. Mudah dikeluarkan dari dalam tubuh/larut sehingga tidak mengganggu organ tubuh yang lain
Jenis bahan kontras dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
a) Bahan kontras negatif terdiri dari O2 (oksigen) dan CO2 (karbon dioksida). b) Bahan kontras positif yang terdiri dari turunan barium sulfat (BaSO4) dan turunan iodium (I).
2.4 Sinar-X
Sinar- X merupakan gelombang elektromagnetik, dimana dalam proses terjadinya memiliki energi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut didasarkan pada energi kinetik elektron. Sinar-X yang terbentuk ada yang memiliki energi rendah sekali sesuai dengan energi elektron pada saat timbulnya sinar-X. Juga ada yang berenergi tinggi, yakni berenergi sama dengan energi kinetik elektron pada saat menumbuk target anode.
Terbentuknya sinar-X dapat terjadi apabila partikel bermuatan, elektron misalnya, mengalami perlambatan yang diakibatkan adanya interaksi dengan suatu material. Sinar-X yang terbentuk dengan cara demikian disebut sebagai sinar-X bremsstrahlung. Sinar-X bremsstrahlung memiliki energi yang tinggi, yang besarnya sama dengan energi kinetik partikel bermuatan pada awal terjadinya perlambatan.
Selain itu sinar-X juga dapat terbentuk melalui proses perpindahan elektron dari tingkat energi tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Sinar-X yang terbentuk dengan cara seperti itu mempunyai energi yang sama
(30)
20
merupakan besaran energi yang khas untuk setiap jenis atom. Sehingga sinar-X yang terbentuk disebut sinar-X karakteristik.
Pada dasarnya pesawat sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, sumber tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua elektrode dalam tabung sinar-X, dan unit pengatur bagian pesawat sinar-X. Tabung pesawat sinar-X yang biasanya terbuat dari bahan gelas yang terdapat filamen. Filamen tersebut berfungsi sebagai katode dan target yang berfungsi sebagai anode.
Gambar 2.3. Skema Tabung Pesawat Sinar-X
Gambar diatas menunjukkan skema dari tabung pesawat sinar-X, tabung tersebut dibuat hampa udara agar elektron yang berasal dari filamen tidak terhalang oleh molekul udara sewaktu menuju ke anode. Filamen yang di panasi oleh arus listrik berfungsi sebagai sumber elektron. Makin besar arus filamen, akan makin tinggi suhu filamen dan berakibat makin banyak elektron dibebaskan persatuan waktu.
Elektron-elektron yang dibebaskan oleh filamen tertarik menuju anode karena adanya beda potensial yang besar antara katode dan anode (potensial katode beberapa puluh hingga beberapa ratus KV atau MV lebih rendah dibandingkan potensial anode). Selanjutnya elektron-elektron tersebut akan menumbuk bahan target yang umumnya bernomor atom dan bertitik cair tinggi (misalnya tungsten) dan terjadilah proses bremsstrahlung.
(31)
2.5 CT Scan
CT Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer dan televisi. Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya detektor. Didalam komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian gambar dengan menerapkan prinsip matematika atau yang lebih dikenal dengan rekonstruksi algoritma. Setelah proses pengolahan selesai maka data yang telah diperoleh berupa data digital yang selanjutnya diubah menjadi data analog untuk ditampilkan kelayar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam layar monitor berupa informasi anatomis irisan tubuh. Pada CT Scan prinsip kerjanya hanya dapat men-scaning tubuh dengan irisan melintang tubuh. Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka gambaran axial yang telah didapatkan dapat direformat kembali sehingga didapatkan gambaran koronal, sagital, oblik, diagonal bahkan bentuk 3 dimensi dari obyek tersebut.
2.5.1. Generasi Pertama
Generasi pertama CT Scan ini menggunakan single tube yang menghasilkan berkas pensil yang kecil dengan lebar beberapa milimeter. Tube dan detektor dipasang dengan arah berlawanan pada satu gantry dan berkas sinar mengarah langsung ke detector. Proses scan dilakukan dengan menggerakkan tube ke samping ke seluruh daerah kepala kemudian gantry berputar 1o dan proses tersebut berulang sebanyak 180 kali. Proses scan untuk satu slice adalah sekitar 5 menit.
(32)
22
2.5.2. Generasi Kedua
Pada generasi ini yang berbeda dari generasi sebelumnya adalah tube menggunakan berkas sinar kipa s, karena berkas sinar kipas mencakup bagian kepala lebih luas sehingga perputaran gantry bisa lebih besar yaitu 10o – 30o sehingga waktu yang di butuhkan pun berkurang sekitar 15 detik.
2.5.3 Generasi Ketiga
Generasi ini dikenalkan pada tahun 1976, sejak dikenalkan generasi ini telah mengurangi gerak linier dengan berkas sinar yang cukup lebar untuk menangkap gambaran objek yang diperiksa. Tube dan detektor bergerak 360o mengelilingi objek sehingga mengurangi waktu pemeriksaan.
2.5.4 Generasi Keempat
Generasi ini hampir sama seperti generasi ketiga tetapi detektornya tetap tidak bergerak hanya tube yang berputar mengelilingi pasien.
2.5.5 Generasi Kelima
Tidak menggunakan tube adalah perbedaan yang mencolok pada generasi ini. Pada generasi ini sinar x dihasilkan dari electron yang menumbuk tungsten yang membentuk kurva. Sinar x bergerak mengikuti kurva tungsten 180o dan detector yang fix menangkap berkas sinar tersebut
2.5.6. Generasi Keenam
Generasi ini di sebut sebagai helical scan. Karena bentuk lintasan saat melakukan scan seperti spiral. Helical merupakan pengembangan dari generasi ketiga. Karena saat melakukan scan sinar x beroperasi terus menerus sehingga kapasitas panas tube dari helical scan lebih besar. Secara keseluruhan helical scan memberikan keuntungan dengan 1 detik 1 putaran membuat pemeriksaan lebih cepat.
2.5.7. Generasi Ketujuh
Generasi ini merupakan pengembangan dari generasi sebelumnya yaitu helical CT scan. Generasi ke tujuh ini biasa di sebut multirow atau multislice, pada multislice dapat beroperasi sebagai axial maupun helical, helical pada single slice menggunakan single ring detector tetapi pada multislice single ring diganti dengan 4,8,16,32, bahkan 64 paralel ring detector.
(33)
2.5.8 Komponen dasar CT-Scan
CT-Scan mempunyai 2 komponen utama yaitu scan unit dan operator konsul. Scan unit biasanya berada di dalam ruang pemeriksaan sedangkan konsul letaknya terpisah dalam ruang kontrol. Scan unit terdiri dari 2 bagian yaitu meja pemeriksaan (couch) dan gantry.
2.5.9 Bagian – bagian dari scan unit : 2.5.9.1 Gantry
Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja tersebut bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa perangkat yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu gambaran, perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-X, kolimator, dan detektor.
• Tabung sinar-X
Berdasarkan stukturnya tabung X sangat mirip dengan tabung sinar-X konvensional namun perbedaannya terletak pada kemampuannya untuk menahan panas dan output yang tinggi. Panas yang cukup tinggi disebabkan karena perputaran anoda yang tinggi dengan elektron-elektron yang menumbuknya. Ukuran fokal spot yang kecil (kurang dari 1 mm) sangat dibutuhkan untuk menghasilkan resolusi yang tinggi.
• Kolimator
Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur, membatasi jumlah sinar yang sampai ke tubuh pasien serta untuk meningkatkan kualitas gambar. CT-Scan menggunakan 2 buah kolimator yaitu pre pasien kolimator dan pre detektor kolimator.
• Detektor
Selama eksposi berkas sinar-X (foton) menembus pasien dan mengalami perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah teratenuasi kemudian ditangkap oleh detektor. Ketika detektor-detektor menerima sisa-sisa foton tersebut, foton berinteraksi dengan detektor dan memproduksi sinyal dengan arus yang kecil
(34)
24
akan berakibat kualitas gambar lebih optimal. Ada 2 tipe detektor yaitu solid state dan isian gas.
2.5.9.2 Meja pemeriksaan (couch)
Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka sinar-X yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke detektor. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk menopang tubuh pasien selama meja bergerak ke dalam gantry.
2.5.9.3 Sistem konsul
Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT Scan sendiri dan untuk perekaman dan untuk pencetakan gambar. Model yang terbaru sudah memakai sistem satu konsul dimana memiliki banyak kelebihan dan banyak fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu, sistem kontrol, sistem pencetak gambar, dan sistem perekaman gambar.
2.6. Parameter CT Scan
Dalam CT Scan dikenal beberapa parameter untuk pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal. Adapun parameternya adalah :
2.6.1. Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari obyek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilh antara 1 mm-10 mm sesuai dengan keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya ukuran yang tipis akan menghasilkan detail yang tinggi. Jika ketebalan meninggi maka akan timbul artefak dan bila terlalu tipis akan terjadi noise.
(35)
2.6.2 Range
Range adalah perpaduan/kombinasi dari beberapa slice thickness. Pemanfaatan range adalah untuk mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada satu lapangan pemeriksaan.
2.6.3 Faktor eksposi
Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi meliputi tegangan tabung (KV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s). Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap pemeriksaan.
2.6.4 Field of View (FOV)
FOV adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi karena FOV yang kecil mampu, mereduksi ukuran pixel, sehingga dalam rekonstruksi matriks hasilnya lebih teliti. Namun bila ukuran FOV lebih kecil maka area yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis menjadi sulit untuk dideteksi.
2.6.5 Gantry Tilt
Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertikal dengan gantry (tabung sinar-X dan detektor). Rentang penyudutan antara -25 sampai +25 derajat. Penyudutan gantry bertujuan untuk keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi. Disamping itu bertujuan untuk mengurangi dosis radiasi terhadap organ-organ yang sensitif.
2.6.6 Rekonstruksi matriks
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element (pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini
(36)
26
berukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 512 kolom. Rekonstruksi matriks berpengaruh terhadap resolusi gambar. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi resolusinya.
2.6.7. Rekonstruksi Algorithm
Rekonstruksi algorithm adalah prosedur metematis yang digunakan dalam merekonstruksi gambar. Penampakan dan karakteristik dari gambar CT Scan tergantung pada kuatnya algorithma yang dipilih. Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih maka semakin tinggi resolusi gambar yang akan dihasilkan. Dengan adanya metode ini maka gambaran seperti tulang, soft tissue, dan jaringan-jarringan lain dapat dibedakan dengan jelas pada layar monitor.
2.6.8. Window width
Window width adalah rentang nilai computed tomography yang dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor. Setelah komputer menyelesaikan pengolahan gambar melalui rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi menjadi skala numerik yang dikenal dengan nama nilai computed Tomography. Nilai ini mempunyai satuan Hu (Hounsfield Unit).
2.6.9. Window level
Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada karakteristik perlemahan dari struktur obyek yang diperiksa. Window level menentukan densitas gambar yang akan dihasilkan.
2.7 MSCT
Perkembangan teknologi di bidang kedokteran terus melesat. Demikian juga dengan teknologi Computed Tomography Scan (CT Scan) yang juga telah berkembang menjadi sebuah metode pencitraan medis yang sangat diperlukan dalam pemeriksaan radiodiagnostik sehari-hari. Pada masa awal penggunaannya
(37)
sekitar tahun 1971 CT Scan masih menggunakan satu detektor atau Mono Slice (irisan) sehingga belum bisa membaca dengan baik bagian dalam tubuh manusia. Barulah pada tahun 2000-an, tercipta Multi Slice CT Scan atau biasa disebut MSCT yang memiliki irisan berlapis banyak, di antaranya jenis 4, 8, 16, 32, 40, dan 64 slice. Alat ini memiliki kecepatan rotasi yang lebih tinggi sehingga dapat merekonstruksi irisan gambar semakin baik.
Awal tahun 2000 alat ini hanya menggunakan 4 slice atau detektor (light speed plus). Setahun kemudian baru menggunakan delapan detektor (light speed ultra). Pada akhir tahun 2002 alat ini menggunakan 16 detektor (light speed pro) dan pada akhir 2004 menggunakan 64 detektor. Bahkan hingga tahun ini teknologinya terus berkembang pesat hingga 128 slice yang berarti menggunakan 128 detektor.
2.8 Prinsip Dasar dan Teknik Penyuntikan Media Kontras pada pemeriksaan MSCT
Perkembangan CT Scan yang demikian pesat baik dari spatial resolution maupun temporal resolution memungkinkan teknik pemeriksaan CT Scan seperti CT Angiografi dan Cardiac CTA menjadi pemeriksaan rutin. Perkembangan ini membuat penggunaan kontras media menjadi lebih efisien dan flexibel. Diperlukan strategi dan teknik yang tepat untuk dapat mengoptimalkan penggunaan media kontras sehingga mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal.
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi penyangatan media kontras dapat dikelompokan menjadi 2 kategori:
1. Faktor Pasien
(38)
28
2.8.1 Faktor Pasien
Yang paling berpengaruh adalah “body weight” (berat badan pasien) dan “cardiac output” (cardiovascular circulation time). Faktor yang lain tapi sedikit pengaruhnya adalah tinggi, gender, umur, akses vena, fungsi ginjal, dan variasi patologis yang ada pada pasien.).
Faktor yang paling mempengaruhi waktu pencapaian puncak penyangatan media kontras adalah Cardiac output (cardiovascular circulation time). Jika Cardiac Output diturunkan, sirkulasi media kontras akan melambat, yang akan mengakibatkan keterlambatan pencapaian puncak enhancement pada arteri atau parenchyma.
2.8.2 Teknik Penyuntikan Media Kontras
Yang berhubungan dengan faktor tersebut adalah sebagai berikut : • Durasi Penyuntikan (Vol/FR),
• Flowrate (ml/s),
• Volume kontras media (ml), • Konsentrasi (mg/ml)
• Penggunaan Saline Flushing (NaCl)
a. Durasi Penyuntikan kontras (Injection Duration)
Durasi penyuntikan kontras media ditentukan oleh perbandingan volume media kontras dengan flowrate penyuntikan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut : {injection duration = contrast volume ÷ injection rate}
Faktor durasi ini sangat mempengaruhi puncak dan waktu pencapaian penyangatan media kontras. Durasi penyuntikan pendek/cepat (low volume and/or high injection rate) menyebabkan cepat tercapainya puncak penyangatan kontras media pada fase arterial dan parenchymal. Durasi penyuntikan panjang/lama (high volume and/or low injection rate) menyebabkan lambatnya tercapainya puncak dibutuhkan waktu tunda scan (scan delay) yang lebih panjang.
(39)
b. Injection Rate/Flow Rate
Dalam pemberian (penyuntikan) media kontras diperlukan teknik kecepatan atau flow media kontras yang tepat untuk mendapatkan puncak penyangatan yang optimal terutama untuk pemeriksaan CT Angiografi. Karena alasan inilah pemeriksaan CT Angiografi membutuhkan flowrate yang lebih tinggi dibandingkan pemeriksaan CT rutin.
c. Volume
Ketika Injection rate (Flowrate) ditingkatkan pada jumlah volume media kontras yang sama, puncak penyangatan media kontras akan meningkat dan waktu pencapaiannya lebih cepat. Tidak hanya meningkatkan penyangatan kontras media pada arteri saja tapi dengan flowrate yang tinggi juga akan memberikan informasi/gambar yang menampilkan vase arteri dan vase vena pada saat bersamaan dengan baik
Penyuntikan dengan kecepatan tinggi perbedaan penyangatan media kontras beberapa phase sangat mencolok memungkinkan pengambilan scan dengan phase yang berbeda-beda (multi phase) misal pada pemeriksaan abdomen (Liver, Pancreas dan Ginjal) deteksi kelainan lebih baik.
d. Concentration (Konsentrasi Media Kontras)
Konsentrasi media kontras akan mempengaruhi puncak penyangatan media kontras dan waktu pencapaiannya pada pemeriksaan arterial , tapi untuk pemeriksaan Liver/hepar hal ini tidak berpengaruh. Pada pemeriksaan CT Angio dianjurkan memakai media kontras dengan konsentrasi 300 mgl/ml ke atas. Saat ini di Indonesia terdapat 350 mgl/l dan 370 mgl/l.
e. Saline Flush (Pemberian NaCl)
Penggunaan NaCl (saline) selain untuk membilas (flushing) media kontras juga untuk memanfaatkan media kontras yang masih ada di tabung injector (atau
(40)
30
tangan) untuk dapat di distribusikan ke sistem pusat peredaran darah. Penggunaan NaCl (Saline) juga dapat menambah puncak penyangatan media kontras dan efesiensi penggunaan media kontras. Selain juga dapat mengurangi adanya artifact kontras media di daerah vena cava superior (untuk pemeriksaan pulmonum emboli).
2.9 Kualitas Citra Radiografi 2.9.1 Densitas Radiografi
Densitas film adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik, hal ini disebut transmitted density yang terjadi pada film berbahan dasar transparan yang diukur sejak saat cahaya ditransmisikan melewati film. Densitas merupakan fungsi logaritma yang menjelaskan suatu perbandingan dari dua pengukuran,secara spesifik merupakan perbandingan antara intensitas cahaya yang masuk ke film (I0) terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati film (It).
D=log I0 It
Densitas film diukur dengan alat yang disebut densitometer. Secara sederhana, densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric sensor) yang dapat menghitung banyaknya cahaya yang ditransmisikan melewati selembar film. Film diletakkan di antara sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan densitas dilakukan oleh instrumen.
2.9.2 Kontras Radiografi
Kontras radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area pada gambar radiografi. Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda pada area inspeksi seperti goresan, patahan dan sebagainya.
(41)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Sistem peredaran darah di dalam tubuh manusia secara garis besar terbagi menjadi tiga yaitu jantung, pembuluh darah, dan saluran limfe. Pembuluh darah terbagi atas tiga bagian yaitu pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Pembuluh darah berfungsi sebagai sistem transportasi darah di dalam tubuh yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung.
Perkembangan CT Scan yang demikian pesat baik dari spatial resolution maupun temporal resolution memungkinkan teknik pemeriksaan CT Scan seperti CT Angiografi dan Cardiac CTA menjadi pemeriksaan rutin. Perkembangan ini membuat penggunaan kontras media menjadi lebih efisien dan flexibel. Diperlukan strategi dan teknik yang tepat untuk dapat mengoptimalkan penggunaan media kontras sehingga mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal. Oleh karena itu diagnosa dini merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui lebih awal dan bagaimana penanggulangannya.
1.2. Perumusan Masalah
1. Bagaimana memperlihatkan gambaran radiografi trombus dengan CT Scan 128 slice?
2. Berapa jumlah volume dan flowrate kontras media untuk memperlihatkan gambaran trombus pada CT Scan 128 slice? 1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk melihat gambaran radiografi trombus pada peripheral lower menggunakan kontras media pada CT Scan 128 slice untuk menegakkan diagnosa dan menentukan tindakan selanjutnya.
(42)
14
1.4. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi sesuai dengan judul yaitu “ Analisis Hasil Pemeriksaan Trombus pada Periperal Lower dengan Teknik Run Off Lower CT Scan 128 Slice” untuk mengetahui bagaimana distribusi kontras media di peripheral lower.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian tersebut adalah bagaimana memperlihatkan pembuluh darah yang baik melalui injeksi kontras media dengan memperhitungan volume, flowrate dan durasi scan.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari bab-bab yang memuat beberapa sub-bab. Untuk memudahkan pembacaan dan pemahaman maka skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab yaitu:
- BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalahan, batasan masalah, tujuan penelitian dan sistematika penulisan dari skripsi ini.
- BAB II Teori dasar, berisi landasan-landasan teori sebagai hasil dari studi literatur yang berhubungan dengan pemeriksaan trombus pada periperal lower menggunakan CT Scan 128 slice.
- BAB III Tempat penelitian, alat dan bahan penelitian, diagram alir penelitian, prosedur penelitian, jadwal penelitian.
- BAB IV Hasil dan Pembahasan penelitian - BAB V Kesimpulan dan Saran
(43)
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai tingkat keberhasilan dalam melakukan pemeriksaan CT Scan Angiograhy Run off Lower untuk memperlihatkan trombus. Dalam penelitian ini dilakukan pada 5 orang pasien yang disuntikkan kontras media dengan memperhitungkan berat badan, flowrate, volume kontras dan durasi scan. Pada penelitian ini pada usia 50 – 74 tahun semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu, semakin muda usia pasien, semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu
Kata kunci : CT 128 slice, kontras media, injector unit, thrombus, flowrate, durasi scan.
(44)
7
ABSTRACT
This study discusses the success rate in performing a CT scan Angiograhy Run off Lower to show thrombus . In this study conducted in 5 patients who injected contrast media by taking into account weight , flowrate , volume and duration of the scan contrast . In this study, at the age of 50-74 years more and more time is needed to reach Hu , the younger the age of the patient , the less time is needed to reach Hu
Keywords : CT 128 slice , contrast media injector unit , thrombus , flowrate , the duration of the scan
(45)
ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA
PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER
CT SCAN 128 SLICE
SKRIPSI
140821017
BERTI MONO ADEVENTI GAJAH
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETUAHUAN
ALAM
(46)
2
PERNYATAAN
ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER CT SCAN 128 SLICE
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2016
BERTI MONO ADEVENTI GAJAH 140821017
(47)
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL
ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA
PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER
CT SCAN 128 SLICE
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
(Prof. DR. Timbangen Sembiring, MS)
NIP: 196212231991031002 NIP: 195705031983031003 (Drs. Aditia Warman, M.Si)
Disahkan oleh :
Ketua Departemen Fisika FMIPA USU
NIP: 195510301980031003 Dr.Marhaposan Situmorang
(48)
4
PERSETUJUAN
Judul : Analisis Hasil Pemeriksaan Trombus pada
Peripheral Lower dengan Teknik Run Off Lower
CT Scan 128 Slice
Kategori : Skripsi
Nama : Berti Mono Gajah Gajah
Nim : 140821017
Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Juli 2016 Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
(Prof. DR. Timbangen Sembiring, MS)
NIP: 196212231991031002 NIP: 195705031983031003 (Drs. Aditia Warman, M.Si)
Diketahui/Disetujui oleh Departemen Fisika FMIPA USU,
Nip. 195510301980031003 (DR. Marhaposan Situmorang)
(49)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Karunia Nyalah sehingga skripsi ini dengan judul “ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER CT SCAN 128 SLICE” dapat selesai dengan baik.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan FMIPA Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang selaku Kepala Jurusan Fisika Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. DR. Timbangen Sembiring, MS selaku dosen pembimbing utama yang memberikan panduan serta perhatian kepada penulis untuk menyempurnakan Skripsi ini.
4. Bapak Drs. Aditia Warman, MSi selaku dosen pembimbing II. 5. Seluruh Dosen / Staf Pengajar pada program studi Fisika Ekstensi.
6. Kepada kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan serta doa agar selalu dipermudah langkah dalam menyelesaikan studi ini.
7. Seluruh staf radiologi RSU Bunda Thamrin dan teman-teman seperjuangan di Fisika Ekstensi Angkatan 2014.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik yang bersifat membangun untuk siapa saja yang membaca skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan siapapun yang membacanya.
(50)
6
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai tingkat keberhasilan dalam melakukan pemeriksaan CT Scan Angiograhy Run off Lower untuk memperlihatkan trombus. Dalam penelitian ini dilakukan pada 5 orang pasien yang disuntikkan kontras media dengan memperhitungkan berat badan, flowrate, volume kontras dan durasi scan. Pada penelitian ini pada usia 50 – 74 tahun semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu, semakin muda usia pasien, semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Hu
Kata kunci : CT 128 slice, kontras media, injector unit, thrombus, flowrate, durasi scan.
(51)
ABSTRACT
This study discusses the success rate in performing a CT scan Angiograhy Run off Lower to show thrombus . In this study conducted in 5 patients who injected contrast media by taking into account weight , flowrate , volume and duration of the scan contrast . In this study, at the age of 50-74 years more and more time is needed to reach Hu , the younger the age of the patient , the less time is needed to reach Hu
Keywords : CT 128 slice , contrast media injector unit , thrombus , flowrate , the duration of the scan
(52)
8
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Abstrak ii
Abstrac iii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar vii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ... ...1
1.2 Perumusan Masalah. ... 1
1.3 Tujuan Penelitian ... ………2
1.4 Pembatasan Masalah .... ………2
1.5 Manfaat Penelitian ... ………2
1.6 Sistematika Penelitian ……….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...3
2.1 Anatomi ... 3
2.2 Patologi ... 5
2.3 Kontras Media ... 6
2.4 Sinar X ... 7
2.5 CT Scan ... 9
2.5.1 Generasi Pertama ... 9
(53)
2.5.3 Generasi Ketiga ... 10
2.5.4 Generasi Keempat ... 10
2.5.5 Generasi Kelima ... 10
2.5.6 Generasi Keenam ... 10
2.5.7 Generasi Ketujuh ... 10
2.5.8 Komponen Dasar CT Scan ... 11
2.5.9 Bagian dari Scan Unit ... 11
2.5.9.1 Gantry ... 11
2.5.9.2 Meja Pemeriksaan ... 12
2.5.9.3 Sistem Konsul ... 12
2.6 Parameter Ct Scan ... 12
2.6.1 Slice Thickness ... 12
2.6.2 Range ... 13
2.6.3 Faktor Eksposi ... 13
2.6.4 Field of View ... 13
2.6.5 Gantry Tilt ... 13
2.6.6 Rekonstruksi Matriks ... 13
2.6.7 Rekonstruksi Algorithm ... 14
2.6.8 Window width ... 14
2.6.9 Window Level ... 14
2.7 MSCT ... 14 2.8 Prinsip Dasar dan Teknik Penyuntikan Media Kontras
(54)
10
2.8.2 Teknik Penyuntikan Media Kontras ... 16
a. Durasi Penyuntikan Kontras ( Injection Duration )………….16
b. Injection Rate / Flow rate ... 17
c. Volume ... 17
d. Concentration ( Konsentrasi Media Kontras ) ... 17
e. Saline Flush ... 17
2.9 Kualitas Citra Radiografi ... 18
2.9.1 Densitas Radiografi ... 18
2.9.2 Kontras Radiografi ... 18
BAB III METODE PENELITIAN... 19
3.1 Tempat Penelitian... 19
3.2 Alat Dan Bahan Penelitian ... 19
3.2.1 Peralatan ... 19
3.2.2 Bahan ... 19
3.3 Diagram Alir Penelitian ... 20
3.4 Prosedur Penelitian... 21
3.4.1 Persiapan pasien ... 21
3.4.2 Prosedur pemeriksaan pasien ... 21
3.4.3 Prosedur Analisis Data ... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian... 23
1 Karakteristik Sampel ... 23
(55)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41 5.1 Kesimpulan ... 41 5.2 Saran ... 41 Daftar Pustaka
(56)
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambar Pembuluh Darah Arteri Lower Ekstremiti ... 4
Gambar 2.2 Gambar Pembuluh Darah Vena Lower Ekstremiti ... 5
Gambar 2.3 Skema Tabung Pesawat Sinar X ... 8
Gambar 2.4 CT Scan Generasi Pertama ... 9
Gambar 4.1 Gambar Radiografi pasien 1 sebelum injeksi ... 24
Gambar 4.2 Gambar Radiografi pasien 1 setelah injeksi ... 25
Gambar 4.3 Gambar ROI vs Time pasien 1 ... 26
Gambar 4.4 Gambar Radiografi pasien 2 sebelum injeksi ... 27
Gambar 4.5 Gambar Radiografi pasien 2 setelah injeksi ... 28
Gambar 4.6 Gambar ROI vs Time pasien 2 ... 29
Gambar 4.7 Gambar Radiografi pasien 3 sebelum injeksi ... 30
Gambar 4.8 Gambar Radiografi pasien 3 setelah injeksi ... 31
Gambar 4.9 Gambar ROI vs Time pasien 3 ... 32
Gambar 4.10 Gambar Radiografi pasien 4 sebelum injeksi ... 33
Gambar 4.11 Gambar Radiografi pasien 4 setelah injeksi ... 34
Gambar 4.12 Gambar ROI vs Time pasien 4 ... 35
Gambar 4.13 Gambar Radiografi pasien 5 sebelum injeksi ... 36
Gambar 4.14 Gambar Radiografi pasien 5 setelah injeksi ... 37
Gambar 4.15 Gambar ROI vs Time pasien 5 ... 38
Gambar 4.16 Kurva Peningkatan Waktu Pencapaian Hu berdasarkan Usia..39
Gambar 4.17 Kurva peningkatan Volume kontras media yang akan diinjeksikan berdasarkan Berat badan...40
(1)
ABSTRACT
This study discusses the success rate in performing a CT scan Angiograhy Run off Lower to show thrombus . In this study conducted in 5 patients who injected contrast media by taking into account weight , flowrate , volume and duration of the scan contrast . In this study, at the age of 50-74 years more and more time is needed to reach Hu , the younger the age of the patient , the less time is needed to reach Hu
Keywords : CT 128 slice , contrast media injector unit , thrombus , flowrate , the duration of the scan
(2)
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Abstrak ii
Abstrac iii
Daftar Isi iv
Daftar Gambar vii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ... ...1
1.2 Perumusan Masalah. ... 1
1.3 Tujuan Penelitian ... ………2
1.4 Pembatasan Masalah .... ………2
1.5 Manfaat Penelitian ... ………2
1.6 Sistematika Penelitian ……….2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...3
2.1 Anatomi ... 3
2.2 Patologi ... 5
2.3 Kontras Media ... 6
2.4 Sinar X ... 7
2.5 CT Scan ... 9
2.5.1 Generasi Pertama ... 9
(3)
2.5.3 Generasi Ketiga ... 10
2.5.4 Generasi Keempat ... 10
2.5.5 Generasi Kelima ... 10
2.5.6 Generasi Keenam ... 10
2.5.7 Generasi Ketujuh ... 10
2.5.8 Komponen Dasar CT Scan ... 11
2.5.9 Bagian dari Scan Unit ... 11
2.5.9.1 Gantry ... 11
2.5.9.2 Meja Pemeriksaan ... 12
2.5.9.3 Sistem Konsul ... 12
2.6 Parameter Ct Scan ... 12
2.6.1 Slice Thickness ... 12
2.6.2 Range ... 13
2.6.3 Faktor Eksposi ... 13
2.6.4 Field of View ... 13
2.6.5 Gantry Tilt ... 13
2.6.6 Rekonstruksi Matriks ... 13
2.6.7 Rekonstruksi Algorithm ... 14
2.6.8 Window width ... 14
2.6.9 Window Level ... 14
2.7 MSCT ... 14
2.8 Prinsip Dasar dan Teknik Penyuntikan Media Kontras pada pemeriksaan MSCT ... 15
(4)
2.8.2 Teknik Penyuntikan Media Kontras ... 16
a. Durasi Penyuntikan Kontras ( Injection Duration )………….16
b. Injection Rate / Flow rate ... 17
c. Volume ... 17
d. Concentration ( Konsentrasi Media Kontras ) ... 17
e. Saline Flush ... 17
2.9 Kualitas Citra Radiografi ... 18
2.9.1 Densitas Radiografi ... 18
2.9.2 Kontras Radiografi ... 18
BAB III METODE PENELITIAN... 19
3.1 Tempat Penelitian... 19
3.2 Alat Dan Bahan Penelitian ... 19
3.2.1 Peralatan ... 19
3.2.2 Bahan ... 19
3.3 Diagram Alir Penelitian ... 20
3.4 Prosedur Penelitian... 21
3.4.1 Persiapan pasien ... 21
3.4.2 Prosedur pemeriksaan pasien ... 21
3.4.3 Prosedur Analisis Data ... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian... 23
1 Karakteristik Sampel ... 23
(5)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 41 5.1 Kesimpulan ... 41 5.2 Saran ... 41 Daftar Pustaka
(6)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambar Pembuluh Darah Arteri Lower Ekstremiti ... 4
Gambar 2.2 Gambar Pembuluh Darah Vena Lower Ekstremiti ... 5
Gambar 2.3 Skema Tabung Pesawat Sinar X ... 8
Gambar 2.4 CT Scan Generasi Pertama ... 9
Gambar 4.1 Gambar Radiografi pasien 1 sebelum injeksi ... 24
Gambar 4.2 Gambar Radiografi pasien 1 setelah injeksi ... 25
Gambar 4.3 Gambar ROI vs Time pasien 1 ... 26
Gambar 4.4 Gambar Radiografi pasien 2 sebelum injeksi ... 27
Gambar 4.5 Gambar Radiografi pasien 2 setelah injeksi ... 28
Gambar 4.6 Gambar ROI vs Time pasien 2 ... 29
Gambar 4.7 Gambar Radiografi pasien 3 sebelum injeksi ... 30
Gambar 4.8 Gambar Radiografi pasien 3 setelah injeksi ... 31
Gambar 4.9 Gambar ROI vs Time pasien 3 ... 32
Gambar 4.10 Gambar Radiografi pasien 4 sebelum injeksi ... 33
Gambar 4.11 Gambar Radiografi pasien 4 setelah injeksi ... 34
Gambar 4.12 Gambar ROI vs Time pasien 4 ... 35
Gambar 4.13 Gambar Radiografi pasien 5 sebelum injeksi ... 36
Gambar 4.14 Gambar Radiografi pasien 5 setelah injeksi ... 37
Gambar 4.15 Gambar ROI vs Time pasien 5 ... 38
Gambar 4.16 Kurva Peningkatan Waktu Pencapaian Hu berdasarkan Usia..39
Gambar 4.17 Kurva peningkatan Volume kontras media yang akan diinjeksikan berdasarkan Berat badan...40