Pengaruh Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Desain Pengacakan
BLOK 1
K0U1
K6U4
K4U5
K8U3
K2U2
K10U1

BLOK 2
K4U2
K10U4
K0U3
K2U5
K6U1
K10U3

BLOK 3
K0U4
K4U4

K6U2
K10U5
K2U3
K8U1

BLOK 4
K8U2
K4U3
K10U5
K2U1
K0U2
K6U5

BLOK 5
K8U4
K4U1
K2U4
K6U3
K0U5
K10U2


Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi bibit tanaman
Sukun.
Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 1
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

U1
33.1
52.2
42.4
52.4
53
48.9


U2
37.2
40.7
63.5
46
46
43.1

Ulangan
U3
49.2
54.2
52.4
45.1
53
42.7

U4
32.4
49.4

56.8
43.4
52.5
49.1

U5
41
58.7
42.3
42.4
35.8
50.5

U4
33.1
51.1
61.3
46.7
52.9
50.1


U5
42.4
59.2
43.4
43.1
45.2
51.4

U4
35.2
52.7
65.6
48.9
53.3
56.2

U5
43.4
60.1

45.3
48.2
50.2
54.6

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 3
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

U1
34.9
55.2
43.7
55.9
55.1

53.3

U2
38.4
42.2
67.7
48.1
47.3
44.5

Ulangan
U3
50.2
56.8
54.9
50.4
57.9
47.1

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 5

Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

U1
35.6
59.1
44.3
57.9
57.7
61.3

U2
39.2
44.5
71.2

50.3
52
50.4

Ulangan
U3
52.1
63.4
56
56.1
61.7
51.4

Universitas Sumatera Utara

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 7
Perlakuan

U1
38.1

63.6
46.5
67.4
62.4
68.3

K0
K2
K4
K6
K8
K10

U2
40.5
47.8
72.1
55.4
54.9
58.1


Ulangan
U3
53.9
63.6
60.3
62.9
66.2
53.6

U4
38.3
55.3
70.3
57.6
55.9
60.7

U5
46.1
63.2
48.9
54.3
53.1
61.9

U4
39.6
56.3
71.9
60.1
65.5
66.3

U5
47.8
63.9
49.4
58.2
58.6
66.9

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 9
Perlakuan

U1
39.6
68.9
47.7
70.4
66.2
73.2

K0
K2
K4
K6
K8
K10

U2
41.2
49.1
74.2
56.7
60.3
61.2

Ulangan
U3
54.7
66.1
62.1
64.1
70.6
56.3

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 11
Perlakuan

U1
40.8
69.1
49.1
72.7
68.5
75.2

K0
K2
K4
K6
K8
K10

U2
42.7
51.1
76.9
60.1
71.2
64.4

Ulangan
U3
55.1
68.4
63.9
69.4
80.9
59.9

U4
40.4
57.9
72.8
71.6
71.4
68.7

U5
48.4
64.8
51.8
60.1
63.2
67.9

Hasil pengukuran pertambahan tinggi (cm) bibit sukun dengan berbagai
parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

U1
7.7
16.9
6.7
20.3
15.5
26.3

U2
5.5
10.4
13.4
14.1
25.2
21.3

Ulangan
U3
5.9
14.2
11.5
24.3
27.9
17.2

U4
8
8.5
16
28.2
18.9
19.6

U5
7.4
6.1
9.5
17.7
27.4
17.4

Total
34.5
56.1
57.1
104.6
114.9
101.8

Rata-rata
6.9a
11.22ab
11.42ab
20.92c
22.98c
20.36c

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

Analisis sidik ragam pertambahan tinggi bibit tanaman sukun
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Kelompok/ Blok
Galad
Total

db
5
4
20
29

Jumlah
Kuadrat
1088.82267
27.54333
402.26067
1518.62667

Kuadrat
Tengah
217.764533
6.88583333
20.1130333
52.3664368

F.Hitung
F.Tabel
10.82703587 2.71 *
0.34235678
2,67tn

Keterangan :
tn : tidak nyata
*: nyata

Lampiran 3. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter batang bibit
tanaman Sukun
Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 1
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

1
0.77
1.11
1.26
0.91
1.21
1.32

2
0.91
1.17
1.33
1.19
1.19
1.45

Ulangan
3
1.08
1.12
1.18
1.11
1.21
1.28

4
1.14
1.01
1.4
0.91
0.89
1.12

5
0.8
1.12
1.15
1.12
0.8
0.82

Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 3
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

1
0.82
1.2
1.32
0.99
1.25
1.38

2
0.96
1.24
1.39
1.27
1.32
1.52

Ulangan
3
1.1
1.38
1.23
1.16
1.26
1.35

4
1.2
1.13
1.48
1.11
1.11
1.17

5
0.84
1.22
1.21
1.15
0.92
0.88

4
1.24
1.18
1.56
1.12
1.27
1.27

5
0.91
1.3
1.25
1.2
1.15
0.92

Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 5
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

1
0.89
1.27
1.45
1.1
1.29
1.42

2
1.02
1.35
1.47
1.32
1.44
1.62

Ulangan
3
1.13
1.51
1.31
1.25
1.32
1.38

Universitas Sumatera Utara

Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 7
Perlakuan

1
0.94
1.36
1.48
1.27
1.33
1.45

K0
K2
K4
K6
K8
K10

2
1.19
1.43
1.55
1.42
1.55
1.69

Ulangan
3
1.16
1.59
1.45
1.35
1.37
1.41

4
1.32
1.26
1.65
1.32
1.38
1.39

5
0.98
1.41
1.37
1.36
1.27
0.98

4
1.38
1.32
1.71
1.52
1.52
1.49

5
1.1
1.48
1.43
1.48
1.34
1.11

4
1.42
1.37
1.77
1.66
1.6
1.61

5
1.15
1.55
1.59
1.56
1.47
1.15

Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 9
Perlakuan

1
1.03
1.44
1.55
1.38
1.47
1.56

K0
K2
K4
K6
K8
K10

2
1.21
1.49
1.61
1.54
1.65
1.72

Ulangan
3
1.24
1.63
1.51
1.53
1.48
1.56

Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 11
Perlakuan

1
1.1
1.51
1.74
1.47
1.62
1.66

K0
K2
K4
K6
K8
K10

2
1.24
1.63
1.69
1.67
1.74
1.81

Ulangan
3
1.34
1.71
1.63
1.6
1.68
1.67

Hasil pengukuran pertambahan diameter (cm) bibit sukun dengan berbagai
parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

U1
0.33
0.4
0.48
0.56
0.41
0.34

U2
0.33
0.46
0.36
0.48
0.55
0.36

Ulangan
U3
0.26
0.59
0.45
0.49
0.47
0.39

U4
0.28
0.36
0.37
0.75
0.71
0.49

U5
Total Rata-rata
0.35
1.55
0.31a
0.43
2.24 0.448bcd
0.44
2.1
0.42abc
0.44
2.72
0.544cd
0.67
2.81
0.562d
0.33
1.91
0.382ab

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

Analisis sidik ragam pertambahan diameter batang bibit tanaman sukun
Sumber
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
db
Kuadrat
Tengah F.Hitung
F.Tabel
Perlakuan
5
0.23158
0.04632 5.471177
2.71*
Kelompok
4
0.02065
0.00516 0.609939
2,67tn
Galad
20
0.16931
0.00847
TOTAL
29
0.42154
0.01454
Keterangan : tn : tidak nyata ; *: nyata

lampiran 4. Analisis rancangan percobaan jumlah daun bibit tanaman sukun
Data jumlah daun bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan
sabut kelapa minggu ke-11
Ketebalan
U1
5
7
6
7
6
7

K0
K2
K4
K6
K8
K10

U2
5
6
7
6
6
6

Ulangan
U3
6
6
7
6
8
7

U4
6
7
7
7
7
6

U5
5
6
6
6
6
6

Total

Rata-rata

27
32
33
32
33
32

5,4a
6,4b
6,6b
6,4b
6,6b
6,4b

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit tanaman sukun
Jumlah
Kuadrat
Sumber Keragaman
Db
Keragaman
Tengah F.Hitung F.Tabel
Perlakuan
5
5,10000
1,02
3,55814
2.71*
Kelompok
4
3,46667
0,866667 3,023256 2,61*
Galad
20
5,73333
0,286667
TOTAL
29
14,30000
2,173333
Keterangan :
tn: tidak nyata
*: nyata

Lampiran 5. Analisis rangcangan percobaan luas daun bibit tanaman sukun
Data luas daun bibit tanaman( cm2 ) sukun Minggu ke- 11
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

U1
199,896
79,885
632,53
343,41
427,24
622,93

U2
65,775
345,48
366,93
184,27
329,95
368,17

Ulangan
U3
85,7
240,38
143,47
162,94
482,52
207,98

U4
257,17
189,41
153,3
213,67
408,59
195,09

U5
47,257
349,99
347,43
357,79
334,32
334,82

total
655,798
1205,145
1643,66
1262,08
1982,62
1728,99

Rata-rata
131,16a
241,03ab
328,73b
252,42ab
396,52b
345,79b

Universitas Sumatera Utara

Analisis sidik ragam luas daun bibit tanaman sukun
Sumber
Keragama
Kuadrat
n
db Jumlah Kuadrat
Tengah
Perlakuan
5
223371.2124
44674.24
Kelompok
4
99297.82853
24824.46
Galad
20
314752.36812
15737.62
TOTAL
29
637421.4091
21980.05

F.Hitung
F.Tabel
2.838691
2.71*
1.577396
2,61tn

Keterangan :
tn : tidak nyata
*: nyata

Lampiran 6. Analisis rancangan percobaan luas tajuk bibit tanaman sukun
Data luas tajuk bibit tanaman sukun ( cm2 ) Minggu ke- 11
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

U1
727,07
416,98
2533,8
891,73
2112,1
1540,7

U2
404,04
1200,6
1862,4
677,28
556,6
2276,2

Ulangan
U3
457,06
787,69
434,81
2017,7
2494,8
735,57

U4
800,62
590,62
491,58
769,92
2293,9
703,77

U5
480,81
904,68
1397,9
1427,6
875
908,85

Analisis sidik ragam luas tajuk bibit tanaman sukun
Sumber
Jumlah
Kuadrat
Keragaman
Db
Kuadrat
Tengah
Perlakuan
5 3882593.8017
776518.7603
Kelompok
4 4672233.899
1168058.475
Galad
20 5270989.8978
263549.4949
Total
29
13825817.6
476752.331
Keterangan :

tn : tidak nyata

Total
2869,6
3900,57
6720,49
5784,23
8332,4
6165,09

Rata-rata
573,92a
780,114ab
1344,098bc
1156,846abc
1666,48c
1233,018abc

F.hitung
2.94638
4.43202

F.Tabel
2.71*
2.67*

*: nyata

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6. Dokumentasi selama penelitian

Kondisi bibit setelah diberi sabut kelapa kondisi bibit dan sabut kelapa setelah
90 hari pengamatan

Pada saat pengukuran diameter batang

Pada saat pengukuran luas tajuk

pada saat pengukuran tinggi tanaman

Pada saat pengukuran luas daun

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Ai N. S., Lenak. 2014. Penggulungan daun pada tanaman monokotil saat
kekurangan air. Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi. Manado.
http://jurnalbiologiFMIPA.com (diakses pada tanggal 3 Oktober 2016)
Alrasjid, H. 1993. Pedoman Penanaman Sukun (Arthocarpus altilisFosberg).
Informasi Teknis No. 42. Pusat PenelitianPengembangan Hutan dan
Konservasi Alam. Badan Penelitiandan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Amnte, W.M. 2012, Pesona Danau Toba, Sumatera Utara. http://www.allaboutindonesia.co.cc/2012/03/pesona-danau-toba-sumatera-utara.html/
[diakses pada tanggal 17 November 2015].
Anggraini N., Faridah E. , Dan Indrioko D. .2013. Pengaruh Cekaman Kekeringan
Terhadap Perilaku Fisiologis Dan Pertumbuhan Bibit Black Locust
(Robinia pseudoacacia) Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan,
Universitas Gadjah Mada. . file:///C:/Users/Joda/Downloads/10183-189641-PB.pdf. [diakses pada tanggal 17 November 2015].
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Statistik Daerah Kecamatan Silahisabungan
2015. Diakses dari http://www.dairikab.bps.go.id [17 November 2015].
Bramasto Y.U, dkk. (2015). Respon Pertumbuhan Bibitbambang Lanang
(Michelia Champaca) Terhadap Cekaman. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman V ol. 12 No. 2, Agustus 2015, 81-91. Bogor .
http://pasca.ipb.ac.id/jurnal/files/78e97117f84a28e99ca000bf37146906.pd
f. [diakses september 2016]
Crafte, A.S., H.B., Currier and C.P. Stocking, 1949. Water in the Physiology of
Plants. Waltham, Mass. USA. Published by The Chronoca Botanica
Company. 240 p.
Damanik, B. Madjid. M, Hasibuan. Efendi. Bachtiar, Fauzi, Sarifuddin, Hanum.
Hamidah. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. usupress. Medan
Daniel, T. W., J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Departemen Kehutanan. 2005. Tehnik Pembibitan dan Konservasi Tanah.Gerakan
Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. BukuI. Jakarta
Departemen Kehutanan. 1998. Buku Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Fitter, A. H., dan R.K.M. Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM
Press. Yogyakarta.
Gardner, F. P., Pearce, R. B., and Mithcell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI Press. Jakarta.
Gomez, K .A dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian
Pertanian. Diterjemahkan oleh E. Syamsuddin dan J.S. Baharsyah. UI
Press. Jakarta.
Harjadi, S.S.M.M. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kramer, PJ. 1969. plant and Soil Water Relationships. New York: Mc. Graw Hill
Book Company. Inc. P 347.)
Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. RajaGrafindo Persada.
Jakarta.
Lubis, K. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air Makalah
Seminar. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Marcelis, LFM, Heuvelink, E & Goudriaan, J 1998,‘Modelling biomass
production and yield of horticultural crops: A review, Sci Hortic., vol. 74,
pp. 83-11.
Mashuri, M. 2009. Peluang Bisnis Sabut Kelapa : Cocopot untuk Reklamasi
Lahan Bekas Tambang.http://produkkelapa.wordpress.com. [Diakses
Desember 2015].
Ai N. S . 2012. . Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Program Studi Biologi
FMIPA,UniversitasSamRatulangi.Manado.http://ejournal.unsrat.ac.id/inde
x.php/cocos/article/download/1469/1169. [Diakses September 2016].
Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius. Jakarta.
PPT Bogor, 1990, Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar.
Subiyanto, B, Raskita. S dan Effendy, H. Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis
Vol. 1. No 1. 2003. Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa Sebagai Bahan
Penyerap
Air
Dan
Oli
Berupa
Panel
Papan
Partikel.
http://jurnalmapeki.biomaterial-lipi.org. [Diakses Desember 2015].
Sukarman Hi. Jafar, Thomas, Josephus. I. Kalangi dan Marthen. T. Lasut. (2006) .
Pengaruh Frekuensi Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Jabon
Merah.
Jakarta.
:file:///C:/Users/Joda/Downloads/1469-2731-1SM%20(1).pdf. diakses pada September 2016.

Universitas Sumatera Utara

Sunarjono, H. H. 1999. Prospek Perkebunan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soemartono. 1990. Genetika Kuantitaif dan Biologi Molekuler. PAU-UGM.
Yogyakarta.).
Song Dan Yunia Banyo .2013. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator
Kekurangan Air Pada Tanaman. Manado. http://jurnalbiologiFMIPA.com
(diakses pada tanggal 3 Oktober 2016)
Taiz, L., E. Zeiger. 2002. Plant Physiology. Third Edition. Sinauer Associate
Inc.Publisher Sunderland, Massachusetts. 667 p.
Tridjaja, N. O. 2003. Panduan Teknologi Pengolahan Sukun Sebagai Bahan
Pangan Alternatif. Departemen Pertanian. Jakarta. http://docs.google.com
[Tanggal akses Desember 2015].

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan
silahisabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan
yang dimulai dari bulan November 2015 sampai dengan Januari 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sukun
(Artocarpus communis Forst) umur 3 bulan dan anyaman dari sabut kelapa
dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan ketebalan 2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm, 10 cm
yang bagian tengahnya di beri lubang ukuran 10 cm x 10 cm. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah alat tulis, timbangan digital, kertas label, penggaris,
kalkulator, jangka sorong, tally sheet, cutter, laptop/komputer (Microsoft exel dan
software image j).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri
atas 5 perlakuan dan 5 ulangan.
K0 = kontrol (tanpa perlakuan)
K1 = sabut kelapa ketebalan 2 cm
K2 = sabut kelapa ketebalan 4 cm
K3 = sabut kelapa ketebalan 6 cm
K4 = sabut kelapa ketebalan 8 cm
K5 = sabut kelapa ketebalan 10 cm

Universitas Sumatera Utara

Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan dilakukan dengan
sidik ragam berdasarkan model linier digunakan model statistika sebagai berikut :
Yij = µ + τi + βj + ∑ij
Keterangan :
Yij = Nilai hasil pengamatan pada ulangan ke-i dan kelompok ke-j
µ = Rataan umum
τi = Pengaruh pemberian sabut kelapa dengan ketebalan ke-i
βj = pengaruh kelompok ke-j
∑ij = Pengaruh galat percobaan pada ulangan ke-i dan pemberian sabut kelapa
ke-j
Pada pengolahan data dilakukan dengan uji F pada microsoft exel. Jika
ANOVA berpengaruh nyata terhadap uji F, maka dilanjutkan dengan uji lanjutan
berdasarkan

uji

jarak

DMRT

(Duncan

Multiple

Range

Test)

(Gomez dan Gomez, 1995).
Prosedur Penelitian
1. Penyediaan Bibit
Bibit sukun yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bibit yang
berasal dari daerah Tanjung Morawa. Bibit sukun berumur 3 bulan sebanyak
30 bibit, yang akan ditanam di DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan
Silahisabungan, Kabupaten Dairi.
2. Penanaman
Dilakukan penanaman bibit sukun di DTA Danau Toba, Desa Paropo
dengan lubang tanam ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm dan jarak tanam adalah

Universitas Sumatera Utara

5 m x 5 m. bibit ditanam dengan melepas plastik polybag agar akar tanaman
dapat menembus tanah.
3. Persiapan Media Penahan Air
Disiapkan sabut kelapa dengan ketebalan yang telah ditentukan dan bagian
tengahnya telah diberi lubang dengan ukuran 10cm x 10 cm. Pemberian sabut
kelapa dilakukan dengan cara memasukkan bagian tajuk tanaman sukun ke
bagian lubang anyaman terlebih dahulu sehingga permukaan tanah disekitar
tanaman tertutup oleh sabut kelapa. Beri label sebagai penanda perlakuan
serta patok batas bawah sebagai titik awal pengukuran tinggi tanaman juga
menjaga konsistensi pengukuran.
4. Parameter Pengamatan
Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu
pengambilan data. Pengamatan mulai dilakukan dua minggu setelah tanam (2
MST). Pengamatan dilakukan selama 3 bulan (Mansur dan Surahman, 2011).
Parameter yang diamati antara lain adalah :
a. Pertambahan tinggi (cm)
Pengukuran dilakukan dari awal pengamatan. Tinggi tanaman
diukur dari pangkal batang dipermukaan tanah hingga titik tumbuh bibit
menggunakan penggaris. Pengambilan data dilakukan dua minggu sekali.
b. Diameter bibit (cm)
Pengukuran dilakukan dari awal pengamatan. diameter diukur
menggunakan jangka sorong, diukur pada pangkal batang sekitar 3 cm dari
permukaan tanah yang sudah ditandai atau diberi patok batas. Pengukuran
dilakukan setiap dua minggu sekali.

Universitas Sumatera Utara

c. Jumlah daun (helai)
Pengukuran dilakukan di akhir pengamatan. Jumlah seluruh daun
dihitung tiap dua minggu sekali selama penelitian. Daun yang dihitung
adalah daun yang sudah terbuka sempurna.
d. Luas Tajuk ( cm² )
Pengukuran luas Tajuk dilakukan pada akhir pengambilan data.
Gambar tajuk terlebih dahulu di foto dengan kamera secara vertikal,
selanjutnya di input ke komputer dan dihitung dengan menggunakan
program software komputer Image J.
e. Luas daun ( cm2)
Pengamatan luas daun dilakukan pada akhir pengambilan data.
Luas daun terlebih dahulu di foto dengan kamera secara vertikal,
selanjutnya di input ke komputer dan dihitung dengan menggunakan
program software komputer Image J. Daun yang dihitung adalah daun ke
- 3 pada bibit.
f. Persen hidup bibit
Pengukuran persen hidup bibit dilakukan pada saat akhir
pengukuran. Persen hidup bibit sukun dihitung dengan membandingkan
jumlah bibit yang hidup dengan jumlah bibit sukun yang ditanam.
Pengukuran persen hidup dapat dihitung dengan persamaan
Keterangan:
�i =

ni
N

x 100%

Pi = Persen tumbuh bibit
ni = Jumlah bibit yang hidup
N = Jumlah bibit yang ditanam

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertambahan Tinggi Bibit Sukun
Pengukuran pertambahan tinggi bibit tanaman sukun dilakukan setiap 2
minggu dimulai dari minggu 1 sampai minggu ke-11 pengamatan dengan
menggunakan penggaris. Hasil pengukuran pertambahan tinggi bibit tanaman
sukun tersedia pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Hasil pengukuran pertambahan tinggi (cm) bibit sukun dengan berbagai
parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

U1
7.7
16.9
6.7
20.3
15.5
26.3

U2
5.5
10.4
13.4
14.1
25.2
21.3

Ulangan
U3
5.9
14.2
11.5
24.3
27.9
17.2

U4
8
8.5
16
28.2
18.9
19.6

U5
7.4
6.1
9.5
17.7
27.4
17.4

Total
34.5
56.1
57.1
104.6
114.9
101.8

Rata-rata
6.9a
11.22ab
11.42ab
20.92c
22.98c
20.36c

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan pada Tabel 1 hasil pengukuran rata-rata pertambahan tinggi bibit
tanaman sukun menunjukkan bahwa pertambahan tinggi bibit tamanan sukun
yang paling tinggi adalah pada perlakuan K8 atau sabut kelapa dengan ketebalan
8 cm yaitu sebesar 22,98 cm. Sedangkan pertambahan tinggi bibit tanaman sukun
terendah adalah pada perlakuan K0 atau tanpa sabut kelapa yaitu sebesar 6,9 cm.
Setelah dilakukan sidik ragam di dapat hasil bahwa pemberian sabut kelapa
dengan berbagai ketebalan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit
tanaman sukun. Berdasarkan hasil Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) di
dapat hasil bahwa perlakuan K6, K8, K10 memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan K0, K2, dan K4.

Universitas Sumatera Utara

Pertambahan Diameter Bibit Sukun
Pengukuran pertambahan diameter bibit tanaman sukun dilakukan dari
awal sampai minggu ke-11 pengamatan dengan menggunakan jangka sorong.
Hasil pengukuran pertambahan diameter bibit tanaman sukun tersedia pada tabel
berikut ini :
Tabel 2. Hasil pengukuran pertambahan diameter (cm) bibit sukun dengan
berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Ulangan
Perlakuan
U1
U2
U3
U4
U5
Total Rata-rata
K0
0.33
0.33
0.26
0.28
0.35
1.55 0.31a
K2
0.4
0.46
0.59
0.36
0.43
2.24 0.45bcd
K4
0.48
0.36
0.45
0.37
0.44
2.1
0.42abc
K6
0.56
0.48
0.49
0.75
0.44
2.72 0.544cd
K8
0.41
0.55
0.47
0.71
0.67
2.81 0.562d
K10
0.34
0.36
0.39
0.49
0.33
1.91 0.382ab
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pertambahan diameter bibit sukun dengan berbagai perlakuan cukup
berbeda dengan tanpa perlakuan, terlihat bahwa pertambahan diameter terendah
terdapat pada perlakuan K0 atau tanpa sabut kelapa dengan rata-rata pertambahan
diameter sebesar 0,31 cm, sedangkan yang tertinggi terdapat pada perlakuan K8
atau ketebalan sabut kelapa 8 cm yaitu rata-rata sebesar 0,562 cm.berdasarkan
hasil sidik ragam didapat hasil bahwa pemberian berbagai ketebalan sabut kelapa
terhadap bibit tanaman sukun berpengaruh nyata. Setalah di lakukan Uji DMRT
(Duncan Multiple Range Test) menunjukkan bahwa perlakuan K8 menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan K0, K2, K4, K6 dan K10.
Jumlah Daun Bibit Sukun
Pengukuran jumlah daun tanaman sukun dilakukan pada minggu ke-11.
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna. Hasil

Universitas Sumatera Utara

pengukuran pertambahan jumlah daun bibit tanaman sukun tersedia pada tabel
berikut ini :
Tabel 3. Hasil Pengamatan jumlah daun bibit sukun dengan berbagai parameter
berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Ulangan
Perlakuan
U1
U2
U3
U4
U5
Total
Rata-rata
K0
5
5
6
6
5
27
5,4a
7
6
6
7
6
K2
32
6,4b
K4
6
7
7
7
6
33
6,6b
K6
7
6
6
7
6
32
6,4b
K8
6
6
8
7
6
33
6,6b
K10
7
6
7
6
6
32
6,4b
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil pengukuran jumlah daun yang tertera pada Tabel 3
diatas bahwa jumlah rata-rata jumlah daun terbanyak terdapat pada ketebalan 4
Cm dan 8 Cm yakni 6,6 helai daun selama 90 hari pengamatan, sedangkan untuk
jumlah daun rata-rata paling sedikit adalah K0 atau tanpa sabut kelapa yaitu 5,4
helai daun selama 90 hari. Setelah dilakukan sidik ragam didapat hasil bahwa
pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan pada bibit tanaman sukun
berpengaruh nyata, kemudian dilanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range
Test) menunjukkan bahwa perlakuan K2, K4, K6, K8, K10 memberikan pengaruh
yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan K0.
Luas Daun Bibit Sukun
Pengambilan gambar luas daun bibit tanaman sukun dilakukan di akhir
pengamatan yaitu minggu ke-11 dengan menggunakan kamera dan pengaris. Hasil
pengukuran luas daun setelah di ukur dengan software image j tersedia pada tabel
berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Hasil pengukuran luas daun bibit tanaman sukun ( cm2 ) dengan berbagai
parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

U1
199.9
79.89
632.53
343.41
427.24
622.93

U2
65.78
345.48
366.93
184.27
329.95
368.17

Ulangan
U3
85.7
240.38
143.47
162.94
482.52
207.98

U4
257.17
189.41
153.3
213.67
408.59
195.09

U5
47.26
349.99
347.43
357.79
334.32
334.82

Total
655.798
1205.14
1643.66
1262.08
1982.62
1728.99

Rata-Rata
131.16a
241.03ab
328.73b
252.42ab
396.52b
345.80b

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil pengukuran luas daun bibit tanaman sukun yang terdapat
pada Tabel 4 diatas bahwa luas daun rata-rata terluas terdapat pada sabut kelapa
dengan ketebalan 8 cm atau K8 yaitu 396,524 cm², sedangkan luas daun rata-rata
terkecil terdapat pada tanpa pemberian sabut kelapa yaitu 131,1596 cm². Pada
pengujian nilai analisis sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian
sabut kelapa berbagai ketebalan berpengaruh nyata. Setelah dilakukan uji lanjutan
yaitu uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan bahwa perlakuan
K4, K8 dan K10 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda
nyata terhadap perlakuan K0, K2 dan K6.
Luas Tajuk
Pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun dilakukan di akhir pengamatan
yaitu pada minggu ke-11 dengan menggunakan kamera dan pengaris. Hasil
pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun setelah di ukur dengan software image
j tersedia pada tabel berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Hasil pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun (cm²) dengan berbagai
parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Perlakuan
K0
K2
K4
K6
K8
K10

U1
727.07
416.98
2533.8
891.73
2112.1
1540.7

U2
404.04
1200.6
1862.4
677.28
556.6
2276.2

Ulangan
U3
457.06
787.69
434.81
2017.7
2494.8
735.57

U4
800.62
590.62
491.58
769.92
2293.9
703.77

U5
480.81
904.68
1397.9
1427.6
875
908.85

Total
2869.6
3900.57
6720.49
5784.23
8332.4
6165.09

Rata-rata
573.92a
780.114ab
1344.1bc
1156.85abc
1666.48c
1233.02abc

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun yang
terdapat pada tabel 5 diatas bahwa rata-rata luas tajuk terluas tedapat pada sabut
kelapa dengan ketebalan 8 cm atau K8 yaitu 1666.48 cm². sedangkan rata-rata
luas tajuk terkecil terdapat pada tanpa sabut kelapa atau K0 yakni 573.92 cm² .
Setelah dilakukan uji F didapat hasil bahwa pemberian sabut kelapa dengan
berbagai ketebalan terhadap bibit tanaman sukun sangat berpengaruh nyata.
Dilanjutkan dengan pengujian uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
menunjukkan bahwa perlakuan K4 dan K8 memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan K0, K2, K6 dan K10.
Persen Hidup Bibit
Bibit tanaman sukun yang ditanam di DTA Danau Toba menunjukkan
bahwa semua bibit tanaman sukun hidup dan tumbuh dengan kondisi fisik
tanaman yang berbeda sesuai dengan perlakuan yang diberikan pada saat
penelitian. Berikut tabel hasil pengamatan persen hidup bibit:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Persen hidup bibit tanaman sukun
Perlakuan
Kontrol
ketebalan 2 cm
ketebalan 4 cm
ketebalan 6 cm
ketebalan 8 cm
ketebalan 10 cm

Ulangan 1







ulangan 2







Keterangan : Tanda √ merupakan tanaman yang hidup
Tanda – merupakan tanaman yang mati

Persen tumbuh bibit =

30
30

ulangan 3







ulangan 4







ulangan 5







× 100% = 100 %

100 % bibit tanaman sukun hidup dengan berbagai kondisi, seperti kerdil maupun
tumbuh dengan subur.
Pembahasan
Tanaman sukun dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan iklim. Hal ini
membuat tanaman sukun menjadi pilihan dalam upaya reboisasi atau penghijauan.
Kemampuan tumbuh bibit tanaman sukun pada kondisi iklim yang berbeda
membuat tanaman sukun dapat ditanam di berbagai tempat termasuk di daerah
tangkapan air danau toba desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten
Dairi. Menurut Pitojo (1999) bahwa tanaman sukun dapat ditanam di segala jenis
tanah dan tanaman sukun juga memiliki toleransi tinggi terhadap keadaan tanah,
sehingga memiliki daerah penyebaran yang luas. Tanaman sukun mampu tumbuh
dengan baik di dataran rendah dan dataran sedang. Sukun relatif kuat terhadap
keadaan iklim. Iklim mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan sukun adalah di
tempat terbuka dan banyak menerima panas sinar matahari. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah bibit tanaman yang ditanam baik dengan pemberian sabut kelapa
berbagai ketebalan maupun tanpa pemberian sabut kelapa dapat tumbuh dan hidup
semua. Walaupun ada perbedaan kondisi fisik tanaman antara tanaman yang di

Universitas Sumatera Utara

beri sabut kelapa dengan yang tidak di beri sabut kelapa. Bramasto , dkk (2015)
Persen hidup bibit tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, bibit
akan mengalami kelayuan apabila kekurangan air demikian pula apabila dalam
kondisi tergenang. Hal ini berarti bahwa ketersediaan air mutlak diperlukan
bagi pertumbuhan anakan. Kemampuan tumbuh bibit tanaman sukun di berbagai
kondisi iklim dan tempat tidak membuat tanaman tersebut tumbuh sesuai dengan
yang di inginkan sehingga pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan
untuk membantu tanaman dalam mencukupi kebutuhan air untuk proses
metabolisme terutama proses transpirasi dan fotosintesis tanaman.

Menurut

Daniel et al.(1987) bahwa Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman adalah air. Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan
suatu tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan
dalam penyerapan unsur hara yang diperlukan tanaman. Kebutuhan air oleh suatu
tanaman umumnya selalu berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air
yang

diberikan

dalam

penyiraman

sangat

mempengaruhi

kondisi

dari

pertumbuhan tanaman itu sendiri. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas
fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Defisiensi air yang terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel
(tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.
Kemampuan tumbuh tersebut tidak berarti membuat tanaman sukun pada
saat masih usia bibit mampu tumbuh dengan baik saat ditanam di tempat yang
baru. Akar bibit yang baru ditanam ditempat yang baru akan memulai proses
adaptasi tumbuh untuk mencari sumber nutrisi dan air serta iklim di sekitarnya.
Dalam hal ini air akan membantu akar dalam menyerap sumber nutrisi dari tanah.

Universitas Sumatera Utara

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian sabut
kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata bagi bibit
tanaman sukun. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji sidik ragam yang
menunjukkan bahwa sabut kelapa mampu memberikan dukungan dalam
mempertahankan hidup bibit. Bibit tanaman sukun yang diberi sabut kelapa
tumbuh dengan baik bila dibandingkan dengan bibit tanaman yang tidak diberi
sabut kelapa. Menurut Soemartono (1990) bahwa air sangat dibutuhkan oleh
tanaman dalam semua proses fisiologis tanaman termasuk pembelahan sel dan
proses pembentukan daun. Ketersediaan air juga akan mempengaruhi jumlah
gugurnya daun karena jumlah air di daun harus cukup sehingga daun tidak layu
atau kering. Fitter dan Hay (1981) keadaan cekaman air menyebabkan penurunan
turgor pada sel tanaman dan berakibat pada menurunnya proses fisiologi. Air
memegang peranan penting bagi tanaman. Kandungan air pada tanaman akan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan salah satunya ialah kandungan air itu sendiri.
Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk pembelahan
dan pembesaran sel yang terwujud dalam pertambahan tinggi tanaman, pembesaran
diameter, perbanyakan daun dan pertumbuhan akar.

Hasil Pengamatan yang dilakukan secara fisik pada tanaman yang di uji
dengan berbagai perlakuan berdasarkan parameter yang ditentukan menunjukkan
perbedaan yang cukup nyata . Semua bagian dari tumbuhan yang tumbuh
mengikuti efek dari perlakuan yang diberikan. Efek yang

dimaksud adalah

ketebalan sabut kelapa yang diberikan pada bibit tanaman sukun . Air yang
tersimpan dalam sabut kelapa menyediakan kebutuhan tanaman dalam proses
pertumbuhan. Dalam penelitian ini didapat hasil uji berdasarkan uji DMRT bahwa
perlakuan yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata

Universitas Sumatera Utara

pengaruhnya artinya pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun
tetapi antar ketebalan sabut kelapa tidak berbeda nyata pengaruhnya. Proses
fotosintesis, tranportasi dan transpirasi pada perlakuan pemberian sabut kelapa
berjalan dengan baik ditunjukkan dengan fisik bibit tanaman

mengalami

pertambahan ukuran seperti tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, luas tajuk
serta persen hidup bibit. Menurut pernyataan Lubis (2000) bahwa jika tanaman
kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan menurun.
Pemberian yang di bawah kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman, akan
berakibat tanaman akan terhambat (tanaman menjadi kerdil) ataupun terlambat
untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya. Harjadi (1979) juga menyatakan
bahwa ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan
perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman. Novita
Anggraini , dkk (2013) Pertumbuhan mampu dicapai melalui pembelahan,
pembesaran dan diferensiasi sel, dan melibatkan faktor genetik, fisiologi, ekologi,
morfologi serta interaksi kompleksnya. Kualitas dan kuantitas pertumbuhan
tergantung pada aktivitas yang terjadi pada tubuh tanaman yang dipengaruhi oleh
ketersediaan air tanaman.
Pada pengukuran fisik bibit tanaman sukun yang diberi sabut kelapa
menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan bibit tanaman sukun yang
tidak diberi sabut kelapa. Ditunjukkan dengan data rata-rata hasil pengukuran
pada bibit tanaman sukun tanpa sabut kelapa merupakan yang terendah. Hal ini
mengindikasikan bahwa sabut kelapa dengan dugaan kemampuan menyediakan
air sebagai kebutuhan pertumbuhan awal bibit tanaman sukun memberi efek

Universitas Sumatera Utara

positif pada pertumbuhan tanaman sukun. sesuai dengan pernyataan subyanto et al
(2003) bahwa sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat
mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak
aktif. Serbuk sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket
serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan
pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya
serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara
3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya
berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya.
Salah satu adaptasi tanaman dalam menghadapi keadaan defisit air yaitu
dengan menggugurkan daun atau menggulung daun guna mengurangi proses
transpirasi berlebih oleh tanaman. Hal ini tidak terjadi pada tanaman yang diteliti
karena hasil pengamatan daun tumbuh dengan baik dan terbuka sempurna. Ai
N.S. dan Lenak A.A. ( 2014 ) Penggulungan daun merupakan salah satu bentuk
mekanisme drought avoidance pada tumbuhan dengan cara menurunkan laju
evapotranspirasi atau dengan meningkatkan absorpsi air pada tanah kering untuk
mempertahankan potensial air daun tetap tinggi. Rendahnya tingkat penggulungan
daun berkorelasi positif dengan meningkatnya potensial air daun. Sukarman dan
dkk (2006) Tanaman memiliki reaksi yang sangat kompleks menghadapi
kekeringan atau tergenang air. Bentuk morfologi, anatomi dan metabolisme
tanaman

yang

berbeda

menyebabkan

tanaman

memiliki

respon

yang

beragam.
Luas daun dengan luas tajuk memberikan pengaruh kepada proses
fotosintesis dan penyerapan energi cahaya matahari. Energi yang terserap oleh

Universitas Sumatera Utara

daun membuat proses fotosistesis berjalan dengan lancar, namun dengan semakin
luasnya tajuk akan membuat transpirasi tanaman akan semakin besar. Menurut
Hsiao et al. dalam Gardner et al. (1991) bahwa Air seringkali membatasi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Respon tumbuhan terhadap
kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas metabolismenya, morfologinya, tingkat
pertumbuhannya, atau produktivitasnya. Pengaruh kekurangan air selama tingkat
vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang ukurannya lebih kecil, yang
dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan air juga mengurangi sintesis
klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim (misalnya nitat reduktase).
Banyo Y. dan Song N.A. (2014) Penurunan kandungan klorofil pada saat tanaman
kekurangan air berkaitan dengan akitivitas perangkat fotosintesis dan menurunkan
laju fotosintesis tanaman. Nio Song Ai (2012) Fotosintesis merupakan proses
metabolisme yang sangat penting pada tumbuhan, hal-hal yang harus dipenuhi
dalam fotosintesis adalah cahaya, CO2, O2, klofil dan air. Air sangat
berpengaruh pada turgiditas sel penjaga stomata, apabila kekurangan air
maka turgiditas sel akan menurun dan akan menyebabkan stomata menutup.
Tabel 7. Korelasi Antar Perlakuan
Parameter
Tinggi tanaman
Diameter batang
Jumlah daun
Luas daun
Luas tajuk

tinggi
tanaman
1
0,5532
0,487
0,3069
0,2793

diameter
batang

jumlah
daun

luas
daun

1
0,253
0,1927
0,1642

1
0,278
0,233

1
0,747

luas tajuk

1

Keterangan: 0.00-0.199 : Sangat lemah ; 0.20-0.399 : Rendah ; 0.40-0.599 : Cukup
0.60-0.799 : Kuat ; 0.80-1.000 : sangat kuat

Korelasi

menunjukkan

hubungan

antar

dua

variabel

parameter.

Berdasarkan Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa hubungan antar parameter
bersifat positif. Sifat positif ini menunjukkan bahwa semua parameter yang

Universitas Sumatera Utara

diamati saling mendukung dan saling berhubungan karena pada dasarnya semua
parameter yang diamati adalah proses pertumbuhan. Korelasi terkuat terlihat di
antara luas daun dengan luas tajuk yaitu sebesar 0,747, dalam hal ini berarti
luasnya daun dan luasnya tajuk akan semakin menambah banyaknya jumlah
energi dan sumber makanan bagi tanaman yang akan tersedia. korelasi yang
lemah ditunjukkan oleh korelasi antara luas tajuk dengan diameter batang yaitu
sebesar 0,1642. Crafte et al (1949) bahwa Air merupakan kebutuhan pokok bagi
semua tanaman juga merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel.
Di samping itu, air adalah komponen utama dalam proses fotosintesis,
pengangkutan assimilate hasil proses ini kebagian-bagian tanaman hanya
dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman. Dengan peranan tersebut
jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi posistif dengan produksi
biomassa tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang diserap akan menguap
melalui stomata atau melalui proses transpirasi.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN
Kesimpulan
Pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh
yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun umur 3 bulan berdasarkan
parameter petambahan tinggi,diameter,jumlah daun serta luas daun dan tajuk.
Saran
Pemanfaatan sabut kelapa sebagai media untuk menyimpan air guna
membantu bibit tanaman untuk berdaptasi terhadap lingkungan sebaiknya dapat
diaplikasikan secara global.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)
Taksonomi tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) yaitu: Kingdom :
Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh),
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub
Kelas : Dilleniidae, Ordo : Urticales, Famili : Moraceae (suku nangka-nangkaan),
Genus : Artocarpus, Spesies : Artocarpus communis Forst (Alrasjid, H. 1993)
Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)
Tanaman sukun merupakan tanaman multiguna, dimana: buah dapat
digunakan sebagai bahan makanan, bunga digunakan sebagai bahan ramuan obatobatan; daun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kayunya dapat
digunakan sebagai bahan perkakas rumah tangga. Sampai saat ini, pengembangan
dan pemanfaatan tanaman sukun masih terbatas, belum dibudidayakan secara
intensif, buahnya masih diolah dalam skala industri rumah tangga dan dipasarkan
untuk memenuhi permintaan lokal. Budidaya Tanaman sukun belum secara
intensif,

masih

sebagai

tanaman

pekarangan,

sehingga

memunculkan

permasalahan terkait pengembangan tanaman Sukun, antara lain: (1). Perusahaan
pengolah buah sukun masih dalam betuk home industri. (2). Ketersedian bahan
baku masih terbatas, karena produksi buah sukun masih tergantung pada musim.
(3). Terbatasnya akses permodalan. (4). Minat Petani untuk membudidayakan
tanaman sukun masih rendah. (5). Belum adanya kepastian pasar (Departemen
kehutanan, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman sukun dapat ditanam di segala jenis tanah dan tanaman sukun
juga memiliki toleransi tinggi terhadap keadaan tanah, sehingga memiliki daerah
penyebaran yang luas. Tanaman sukun mampu tumbuh dengan baik di dataran
rendah dan dataran sedang. Sukun relatif kuat terhadap keadaan iklim. Iklim
mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan sukun adalah di tempat terbuka dan
banyak menerima panas sinar matahari. Pohon sukun bertajuk rimbun dengan
percabangan melebar kesamping dan tingginya dapat mencapai 10-20 meter, kulit
batangnya hijau kecoklatan. Pohon sukun membentuk percabangan sejak
ketinggian 1,5 meter dari tanah. Tekstur kulitnya sedang. Pohon sukun yang
dipangkas akan cepat membentuk cabang kembali (Pitojo, 1999).
Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m.
Kulit kayunya berserat kasar, dan semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya
lebar, bercagap menjari dan berbulu kasar. Bunganya keluar dari ketiak daun pada
ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu pohon (berumah satu). Bunga
jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel. Bunga betina
berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut babal seperti pada
nangka.Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik. Kulit buah
bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga
tersebut (Sunarjono, 1999).
Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan, antara lain buah sukun yang
merupakan hasil utama dimanfaatkan sebagai bahan makanan, diolah menjadi
berbagai macam makanan, misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun,
keripik sukun dan sebagainya. Batang pohon (kayu) sukun dapat dimanfaatkan

Universitas Sumatera Utara

sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang kemudian dikilapkan
(Departemen kehutanan, 1998).
Tempat Tumbuh
Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis
tanah. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan
yang tinggi dengan kelembaban 60-80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah
yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari.Tanaman sukun tumbuh baik
di tempat yang lembab, panas, dengan temperatur antara 15-38°C.Tanaman sukun
ditanam di tanah yang subur, dalam dan drainase yang baik, tetapi beberapa
varietas tanpa biji dapat tumbuh baik di tanah berpasir (Tridjaja, 2003).
Iklim mikro yang baik untuk pertumbuhan tanaman sukun adalah pada
lahan terbuka dan banyak menerima sinar matahari, sebagai indikator adalah
apabila tanaman keluwih bisa tumbuh dengan baik maka sukun juga bisa tumbuh
asal daerahnya tidak berkabut. Sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah (tanah
podsolik merah kuning, tanah berkapur, tanah berpasir), namun akan lebih baik
bila ditanam pada tanah gembur yang bersolum dalam, berhumus dan tersedia air
tanah yang dangkal. Tanaman sukun tidak baik dikembangkan pada tanah yang
memiliki kadar garam tinggi (Alrasjid, 1993).
Media Tanam Tumbuhan
Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki
kesuburan yang baik, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik, tidak terlalu
mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang
penting untuk diperhatikan dalam memproduksi media bibit adalah sifat

Universitas Sumatera Utara

medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya
serap dan daya simpan air baik serta kapasitas udaranya cukup (Khaerudin, 1999)
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.
Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang
ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis
tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini
disebabkan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang
berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah
sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur
hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama
(Khaerudin, 1999).
Sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat
mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak
aktif. Serbuk sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket
serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan
pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya
serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara
3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya
berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya. Berdasarkan sifat penyerapan air
dan oli yang tinggi ini memungkinkan pemanfaatan produk papan partikel yang
terbuat dari serbuk sabut kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan penyerap air
atau oli. Disamping itu dapat digunakan sebagai pengganti papan busa (stiroform)
sebagai bahan pembungkus anti pecah yang ramah lingkungan karena bahan ini
kemungkinan besar dapat terdekomposisi secara alami (Subiyanto et al., 2003)

Universitas Sumatera Utara

Pengolahan sabut kelapa menghasilkan serat sabut dan serbuk kelapa.
Pemanfaatan keduanya sangat banyak. Seperti seratnya dapat dimanfaatkan untuk
aneka kerajinan rumah tangga seperti sapu, keset, dan untuk bahan jok mobil,
untuk reklamasi seperti cocomesh, untuk membantu kesuburan tanah seperti coco
pot dan lain-lain. (Mashuri, 2009).
Kandungan Air Tanah
Kandungan air didalam tanah merupakan faktor yang paling penting dalam
menentukan keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman. Kandungan air
didalam tanah sangat dipengaruhi oleh iklim, curah hujan dan dipengaruhi oleh
sifat tanah seperti tekstur dan struktur tanah. Persentase kandungan air tanah
berbeda dengan berbedanya sifat tekstur tanah. Tanaman yang cukup air, stomata
dapat dipertahankan selalu membuka untuk menjamin kelancaran pertukaran gasgas di daun termasuk CO2 yang berguna dalam aktifitas fotosisntesis, aktivitas
yang tinggi menjamin pula tingginya kecepatan pertumbuhan tanaman (Bayer,
1976).
Air tersedia bagi pertumbuhan tanaman merupakan air yang terikat antara
kelembapan kapasitas lapang dan pada kelembapan titik layu permanen. Air harus
cukup tersedia di dalam tanahguna dapat melarutkan pupuk yang diberikan,
karena tanaman hanya dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terlarut didalam
larutan tanah. Air tanah sangat berperan dalam hal mekanisme pergerakan hara ke
akar tanaman. Perkembangan akar tanaman sangat dirangsang oleh kondisi tanah
yang lembab, sehingga kesempatan dari akar untuk lebih dekat dengan unsur hara
yang berasal dari pupuk akan lebih besar. Demikian juga dengan aliran massa
untuk keperluan transpirasi diperlukan air tanah dan pada waktu bersamaan juga

Universitas Sumatera Utara

akan mengangkut unsur-unsur hara ke akar dari daerah yang jauh dari jangkauan
akar (Damanik et al., 2010).
Air sangat berfungsi bagi pertumbuhan tanaman, khususnya air tanah yang
digunakan oleh tumbuhan sebagai bahan melalui proses fotosintesis. Air diserap
tanaman melalui akar bersama dengan unsur hara yang larut di dalamnya,
kemudian diangkut melalui pembuluh Xylem (Lakitan, 1993).
Sel tanaman yang telah kehilangan air dan berada pada tekanan turgor
yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya, disebut menderita stress air. Hal
ini merupakan suatu istilah yang menyesatkan karena stress mempunyai defenisi
yang tepat dalam mekanika dan dapat dengan mudah diukur. Stress air adalah
suatu istilah yang sangat tidak tepat, yang menunjukkan bahwa kandungan air sel
telah turun dibawah nilai optimum, menyebabkan suatu tingkat gangguan
metabolisme (Fitter, 1981).
Kekeringan juga memodifikasi komponen morfologi tanaman melalui
penurunan nisbah luas daun ( leaf area ratio /LAR) dan luas daun spesifik (
specific leaf area ), yang merupakan

indikator ketebalan daun dan

memungkinkan tanaman memiliki kepadatan protein daun lebih tinggi sehingga
meningkatkan kapasitas fotosintesis (Marcelis et al. 1998).
Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas
metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya.
Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap
kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan
mengurangi pengembangan sel, sintesis protein, dan sintesis dinding sel. Pengaruh

Universitas Sumatera Utara

kekurangan air selama tingkat vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang
ukurannya lebih kecil, yang dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan
air juga mengurangi sintesis klorofil dan mengurangi aktifitas beberapa enzim.
Kekurangan air justru meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis (Hsiao et al.
dalam Gardner et al. 1991).
Jika tanaman kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan
hasil akan

menurun. Pemberian yang di bawah kondisi

pertumbuhan tanaman, akan

optimum bagi

berakibat tanaman akan terhambat (tanaman

menjadi kerdil) ataupun terlambat untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya
(Lubis. 2000).
ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan
perkembangan

jaringan-jaringan

meristem

pada

titik

tumbuh

tanaman.

Ketersediaan air tanah ditentukan oleh banyaknya air kapiler yaitu air yang berada
di antara kapasitas lapang dan layu permanen (Harjadi 1996).
Karakteristik Lokasi
Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia, dengan luas
permukaan ±112.970 ha dengan perairan terdalam berkisar 435 m terletak pada
ketinggian 906 di atas permukaan laut. Danau Toba terletak antara 2-3 LU dan 9899 BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batuan dan pasir. Pada bagian
tertentu terdapat endapan lumpur dan daerah sekitar Danau Toba dikelilingi oleh
perbukitan. Selain itu, Danau Toba juga merupakan danau terbesar di Asia
Tenggara. Danau Toba mempunyai luas permukaan lebih kurang 1.100 km2
dengan total volume air sekitar 1.258 km3 (Amnte, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi)
tektonik vulkanis yang dahsyat pada zaman Pleiopleistosen dengan luas 1100
km2. Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat
adalah sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut). Kedalaman air Danau
Toba berkisar 400 – 600 meter dan terdapat di depan teluk Haranggaol (± 460
meter). Jenis tanah yang terdapat disekeliling Danau Toba mempunyai sifat
kepekaan terhadap erosi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya bagian yang terkena longsor dan adanya singkapan batuan sesi (PPT
Bogor, 1990).
Secara geografis Kecamatan Silahisabungan

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Bibit Sukun ( Artocarpus communis Forst ) Pada Pemberian Komposisi Pupuk Kandang dan Koposisi Tanah Yang Berbeda

2 68 31

Respon Pertumbuhan Bibit Sukun (Artocarpus Communis Forst) Pada Intensitas Penyiraman Berbeda

6 49 56

Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

1 13 70

Persepsi Masyarakat Terhadap Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.) di Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba, Desa Paropo I, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 12

Pengaruh Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 8

Pengaruh Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 2

Pengaruh Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 2

Pengaruh Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 8

Pengaruh Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 3

Pengaruh Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

0 0 7