xxxi
a. Metode Open Dumping
Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang menimbun sampah disuatu tempat tanpa ada perlakukan khusus pengolahan sehingga
sistem ini sering menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.
b. Metode Controlled Landfill Penimbunan terkendali
Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu dengan
penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh yang dipadatkan atau setelah mencapai periode tertentu.
c. Metode Sanitary landfill Lahan Urug Saniter
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan
penutup. Pekerjaan pelapisan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.
2.2.2. ASPEK KELEMBAGAAN
Organisasi dan manajemen mempunyai peran pokok dalam menggerakkan, mengaktifkan dan mengarahkan sistem pengelolaan sampah
dengan ruang lingkup bentuk institusi, pola organisasi personalia serta manajemen. Institusi dalam sistem pengelolaan sampah memegang peranan yang
sangat penting meliputi: struktur organisasi, fungsi, tanggung jawab dan wewenang serta koordinasi baik vertikal maupun horizontal dari badan pengelola
Widyatmoko dan Sintorini Moerdjoko, 2002:29. Jumlah personil pengelola persampahan harus cukup memadai sesuai
dengan lingkup tugasnya. Untuk sistem pengumpulan jumlah personil minimal 1 orang per 1.000 penduduk yang dilayani sedangkan sistem pengangkutan, sistem
pembuangan akhir dan staf minimal 1 orang per 1.000 penduduk SNI 19-2454- 2002.
xxxii
Bentuk kelembagaan yang dianjurkan untuk berbagai kategori kota di Indonesia disajikan dalam tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1
Bentuk Kelembaggaan Pengelolaan Persampahan
No. Kategori Kota
Jumlah Penduduk jiwa Bentuk Kelembagaan
1. Kota Raya
metropolitan Kota Besar
1.000.000 500.000-1.000.000
Perusahaan Daerah, Dinas tersendiri
2. Kota Sedang
250.000-500.000 Dinas tersendiri
3. Kota Sedang II
100.000-250.000 Dinas Suku Dinas, -
UPTD PU, Seksi PU 4.
Kota Kecil 20.000-100.000
UPTD PU, - Seksi PU Sumber : SNI T-13-1990
2.2.3. ASPEK PEMBIAYAAN
Aspek pembiayaan berfungsi untuk membiayai operasional pengelolaan sampah yang dimulai dari sumber sampahpenyapuan, pengumpulan, transfer dan
pengangkutan, pengolahan dan pembuangan ahkir. Selama ini dalam pengelolaan sampah perkotaan memerlukan subsidi yang cukup besar, kemudian diharapkan
sistem pengelolaan sampah ini dapat memenuhi kebutuhan dana sendiri dari retribusi Dit.Jend. Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan, Dep.Kimpraswil, 2003.
Menurut SNI – T-12-1991-03 tentang Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, biaya pengelolaan sampah dihitung berdasarkan biaya operasional dan
pemeliharaan serta pergantian peralatan. Perbandingan biaya pengelolaan dari biaya total pengelolaan sampah sebagai berikut :
- biaya pengumpulan 20 - 40
- biaya pengangkutan 40 - 60
- biaya pembuangan akhir 10 - 30
Biaya pengelolaan persampahan diusahakan diperoleh dari masyarakat 80 dan Pemerintah Daerah 20 yang digunakan untuk pelayanan umum
antara lain: penyapuan jalan, pembersihan saluran dan tempat-tempat umum. Sedangkan dana pengelolaan persampahan suatu kota besarnya disyaratkan
xxxiii
minimal ± 10 dari APBD. Besarnya retribusi sampah didasarkan pada biaya operasional pengelolaan sampah Dit. Jendral Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan,
Dep.Kimpraswil, 2003. Di Indonesia, besar retribusi yang dapat ditarik dari masyarakat setiap
rumah tangga besarnya ± 0,5 dan maksimum 1 dari penghasilan per rumah tangga per bulan Dit. Jendral Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan,
Dep.Kimpraswil, 2003.
2.2.4. ASPEK PERATURAN HUKUM
Prinsip aspek peraturan pengelolaan persampahan berupa peraturan- peraturan daerah yang merupakan dasar hukum pengelolaan persampahan yang
meliputi Hartoyo, 1998:8 : - Perda yang dikaitkan dengan ketentuan umum pengelolaan kebersihan.
- Perda mengenai bentuk institusi formal pengelolaan kebersihan. - Perda yang khusus menentukan struktur tarif dan tarif dasar pengelolaan
kebersihan Peraturan–peraturan tersebut melibatkan wewenang dan tanggung jawab
pengelola kebersihan serta partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan dan pembayaran retribusi.
2.2.5. ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT
Peran serta masyarakat sangat mendukung program pengelolaan sampah suatu wilayah. Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan adalah proses
dimana orang sebagai konsumen sekaligus produsen pelayanan persampahan dan sebagai warga mempengaruhi kualitas dan kelancaran prasarana yang tersedia
untuk mereka. Peran serta masyarakat penting karena peran serta merupakan alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat
setempat, masyarakat lebih mempercayai proyekprogram pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaan LP3B Buleleng-Clean
Up Bali, 2003.
xxxiv
Bentuk peran serta masyarakat dalam penanganan atau pembuangan sampah antara lain: pengetahuan tentang sampahkebersihan, rutinitas
pembayaran retribusi sampah, adanya iuran sampah RTRWKelurahan, kegiatan kerja bakti, penyediaan tempat sampah.
2.3. STAKEHOLDERS DALAM PENGELOLAAN SAMPAH