31 4 Jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 5
menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.
2.6.2. Kriteria Perencanaan 2.6.2.1. Jenis Perencanaan
Berdasarkan jenis hambatannya jalan – jalan perkotaan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu :
Tipe I : Pengaturan jalan masuk secara penuh
Tipe II : Sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk
2.6.2.2. Kendaraan Rencana
Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan rencana
dikelompokkan menjadi 3 kategori yakni kendaraan kecil diwakili oleh mobil penumpang, kendaraan sedang diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2
as, dan kendaraan besar diwakili oleh truk semi trailer.
2.6.2.3. Kecepatan Rencana V
R
Kecepatan rencana V
R
pada suatu ruas jalan adalah kecepatan untuk menentukan elemen – elemen geometrik jalan raya. Kecepatan rencana V
R
untuk masing – masing tipe dan kelas jalan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.8. Kecepatan Rencana Fungsi
Kecepatan Rencana, V
R,
kmjam Datar
Bukit Pegunungan
Arteri 70 – 120
60 – 80 40 – 70
Kolektor 60 – 90
50 – 60 30 – 50
Lokal 40 – 70
30 – 50 20 – 30
Sumber :Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997,hal 11
32
2.6.2.4. Jarak Pandang
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seseorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan
yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman.
Jarak pandang dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
1.Jarak Pandang Henti J
h
Yaitu jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan
didepannya. J
h
diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 105 cm diukur dari permukaan jalan. Jarak pandang
henti minimum menurut kecepatan rencananya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 2.9. Jarak Pandang Henti Minimum
V
R
Kmjam
120 100 80 60 50 40 30 20
J
h
min m 250
175 120 75 55 40 27 16
Sumber :Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997,hal 21
2. Jarak Pandang Mendahului J
d
Yaitu jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain didepannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula.
J
d
diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halanagn adalah 105 cm. Jarak pandang mendahului minimum menurut
kecepatan rencananya dapat terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.10. Jarak Pandang Mendahului Minimum
V
R
Kmjam
120 100 80 60 50 40 30 20
J
d
min m
800 670 550 350 250 200 150 100 Sumber :Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997,hal 22
2.6.2.5. Alinyemen Horisontal
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang horizontal. Alinyemen horizontal terdiri dari bagian lurus dan bagian lengkung
33 tikungan. Perencanaan geometri pada bagian lengkung dimaksudkan untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan dengan kecepatan rencana V
R
. Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan daerah bebas samping jalan harus diperhitungkan. Dengan mempertimbangkan faktor
keselamatan pemakai jalan, ditinjau dari segi kelelahan pengemudi, maka panjang maksimum bagian jalan yang lurus harus ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5
menit sesuai V
R
. Panjang bagian peralihan dapat ditetapkan dari tabel berikut ini :
Tabel 2.11. Panjang Lengkung Peralihan L
s
dan panjang pencapaian superelevasi L
e
untuk jalan 1 jalur 2 lajur 2 arah
V
R
kmjam Superelevasi, e
2 4
6 8
10 L
s
L
e
L
s
L
e
L
s
L
e
L
s
L
e
L
s
L
e
20 30
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120
90 30 60 40 70 50 80 70 100 10 130
100 35 65 45 80 55 90 80 110 0 145
110 40 75
50 85
60 100
90 120
11 -
120 40 80
55 90
70 110
95 135
- Sumber :Spesifikasi Standar untuk Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, 1997,hal 30
Sedangakan untuk bagian lengkung tikungan bentuknya dapat berupa :
1. Full Circle FC
Full circle adalah bentuk tikungan yang hanya terdapat bagian lurus tangent dan lengkung sederhana circle. Bentuk ini dipilih jika dilokasi dapat
direncanakan sebuah tikungan dengan radius lengkung yang besar, sehingga tidak membutuhkan lengkung peralihan yaitu lengkung yang disisipkan diantara bagian
lurus dengan bagian lengkung yang berfungsi untuk mengantisipasi perubahan
alinyeme yang bek
angsur, b
Ta
V
R
R
Su
Rumus •
Tc •
Ec •
Ec •
Lc
Karena Ls’. Diagra
n dari bentu kerja pada ke
aik ketika ke
abel 2.12. Jari
R
Kmjam R min m
umber :Spesifik
dasar yang d = Rc tan
= Rc 1- cos
= Tc tan =
π β. R 180
= 0,0174 tidak ada l
am superelev uk lurus sam
endaraan saa endaraan me
i – Jari Tikun 120
2500 1
kasi Standar un
Gambar 2.4.
digunakan da ½
β - cos ½
β ½
β ¼
β Rc
β dalam 45 .
β. Rc β lengkung pe
vasi untuk fu mpai bagian
at berjalan di endekati mau
ngan Minimum Peralihan
100 80 1500 900
ntuk Perencana
Lengkung F
alama Full C
m derajat dalam deraj
eralihan, ma full circle ada
n lengkung i tikungan b
upun mening
m yang Tidak 60 5
500 35 aan Geometrik
Full Circle FC
Circle adalah
at aka dipakai
alah sebagai sehingga ga
erubah seca ggalkan tiku
k Memerlukan 0 40
50 250 k Jalan Antar K
C
h :
lengkung p i berikut :
aya sentrifug ra berangsur
ungan.
n Lengkung 30 20
130 60 Kota, 1997,hal
peralihan fik
34 gal
r –
30
ktif
2 2. Spiral – C
Spi tangen,
circle. L lurus ta
clothoid
V
R
K R mi
Sumber :Spe Gamb
Circle – Spir
ral Circle S lengkung p
Lengkung pe angen deng
.
Kmjam in m
esifikasi Standa
Ga bar 2.5. Diagr
ral SCS
Spiral adalah peralihan be
eralihan ada gan bagian
Tabel 2. 120 100
600 370 ar untuk Peren
ambar 2.6. Le ram Superelev
h bentuk tik erbentuk spir
alah lengkun lengkung
13. Jari – Jari 80
6 210 11
ncanaan Geom
ngkung Spira vasi Full Circ
kungan yang ralclothoid
g yang meng sederhana
i Minimum 60 50
10 80 metrik Jalan An
al – Circle - S cle FC
g terdiri dar , dan lengku
ghubungkan circle, ber
40 30 50 30
tar Kota, 1997
Spiral
ri bagian lur ung sederha
n antara bagi rbentuk spir
20 15
7,hal 28
35 rus
ana ian
ral
Rumus da R
min
= 127
Jika panj Rc, maka
• Xs
• Ys
Besarnya •
θs •
P •
K Jika besar
• θc
• Es
• Ts
• Lc
• L
asar yang di V
R
² e
max
+ f ang lengkun
a : = Ls 1 -
= Ls² 6Rc
a sudut spira = 90Ls
πRc = Ls²
6Rc = Ls -
4 rnya sudut p
= β – θs
= Rc + = Rc +
= θc π R
180 = 2 Ls + L
Gambar
gunakan dal
ng peralihan
Ls² 40 Rc²
l pada SC ad derajat
- Rc 1 – Ls² - Rc
40Rc² perpotongan
s p sec ½
β p tan ½
β Rc
Lc dengan
2.7. Diagram
lam Spiral C
n dari TS ke
dalah :
cos θs
sin θs
kedua tange
– Rc + k
nilai Lc seb
m Superelevas
Circle Spiral
SC adalah
en adalah β,
baiknya ≥ 20
i Spiral – Cir
adalah :
Ls dan R pa
maka :
m
rcle – Spiral
ada SC adal
36 lah
3 3. Spiral – S
Len lingkaran
Lengkung terpaksa.
Spiral SS
ngkung horiz n Lc=0 k
g Spiral –
Gambar
zontal untuk karena lokas
Spiral SS
Gambar 2.8
r 2.9. Diagram
k Spiral – Sp si tidak mem
S sebaikny
8. Lengkung S
m Superelevas
piral SS ad mungkinkan
ya dihindari
Spiral – Spira
si Spiral – Sp
alah lengkun n adanya bu
kecuali da
al
piral SS
ng tanpa bus usur lingkara
alam keada
37 sur
an. aan
2
l v
l j
p
D H
y d
Rumus ya •
θs •
Ls
2.6.2.6. Ali
Alin lain. Alinye
vertikal. Bag turunan at
lengkung ce jalan atau
permukaan j
Dalam mere Hal itu dima
yang berarti dilihat pada
ang digunak = ½
β =
θs π 90
nyemen Ver
nyemen ver emen vertik
gian landai tau landai no
ekung per lengkung ce
jalan .
G
encanakan al aksudkan ag
i. Kelandaia tabel beriku
kan dalam Sp π Rc
rtikal
rtikal adalah al terdiri da
vertikal dap ol datar. S
rpotongan a embung p
Gambar 2.10.
linyemen ver ar kendaraan
an maksimum ut :
piral – Spira
h perubahan ari bagian l
pat berupa la Sedangkan u
antara kedua perpotongan
Macam – Ma
rtikal, kelan n dapat berg
m untuk be al adalah :
dari suatu landai vertik
andai positif untuk lengku
a tangen ber antara kedu
acam Lengku
daian minim gerak terus ta
rbagai kece kelandaian
kal dan bag f tanjakan,
ung vertikal rada di baw
ua tangen b
ung Vertikal
mum harus d anpa kehilan
patan renca ke kelandai
gian lengku landai nega
l dapat beru ah permuka
berada di at
iperhitungka ngan kecepat
na V
R
dap
38 ian
ung atif
upa aan
tas
an. tan
pat
D
V
R
Kel Ma
Sumber
Rumus y •
A •
Ev Dimana : A
g Ev
Lv
Tabel 2
Kmjam landaian
aksimum
r :Spesifikasi St
yang digunak = lg1 – g
= A Lv 800
= g1 – g2 = kelanda
v = pergese
v = panjang
2.14. Kelanda 120
3 tandar untuk P
kan : 2l = ………
2 perbedaan aian
eran vertikal g lengkung v
Gambar 2 aian Maksimu
110 100 3 4
Perencanaan G
n kelandaian
l dari titik PP vertikal
2.11. Lengku um Alinyemen
80 6 5
8 Geometrik Jalan
PV ke bagian
ung Vertikal n Vertikal
0 50 8 9
n Antar Kota,
n lengkung
40 40 10 10
1997,hal 36
39
40
2.7. Aspek Konstruksi Jembatan
2.7.1. Pembebanan Struktur
Dalam merencanakan suatu jembatan peraturan pembebanan yang dipakai mengacu pada Bridge Management System BMS’92. Beban – beban yng bekerja
meliputi :
2.7.1.1. Beban Tetap a. Beban Mati berat sendiri struktur
Beban mati merupakan berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan
elemen struktural, ditambah dengan elemen non struktural yang dianggap tetap
Berat nominal dan nilai terfaktor dari berbagai bahan dapat diambil dari tabel berikut ini :
Tabel 2.15. Berat Bahan Nominal S.L.S dan U.L.S
Bahan Jembatan Berat Sendiri
Nominal S.L.S kNm
Berat Sendiri Biasa U.L.S
kNm³ Berat Sendiri
Terkurangi U.L.S kNm³
Beton Massa 24
31,2 18
Beton Bertulang 25
32,5 18,8
Beton Bertulang Pratekan
pracetak 25 30 21,3
Baja 77
84,7 69,3
Kayu, Kayu Lunak
7,8 10,9 5,5 Kayu, Kayu
Keras 11 15,4 7,7
Sumber : Bridge Management System BMS-1992