Komposisi dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada Daerah Tepi Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat

Mochamad Syamsudiu (E.31.0759). "Komposisi dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada
Daerah Tepi Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat" di Bawah
Bimbingan 1r.H.Sambas Basuni, MS.
Hutan dengan keanekaragaman hayati yang sangat besar diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Salah satu cara terpenting untuk dapat menjamin keanekaragaman adalah dengan
menetapkan dan mengelola kawasan yang dilindungi salah satunya adalah TNGGP.
Pengelolaan taman nasional lebih diarahkan agar dapat berfungsi untuk melindungi sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati, satwa beserta ekosistemnya dan
pemanfaatan secam lestari sumberdaya alam hayati beserta ekosistemnya. Dalam upaya mencapai
tujuan pengelolaan tersebut, masih banyak masalah yang barus dihadapi baik ekstemal maupun
internal. TNGGP dikelilingi atau berbatasan dengan lahan pemukiman, pertanian, perkebunan teh,
kawasan hutan perhutani, dan kegiatan-kegiatan pertanian laimya, sehiogga kawasan ini menjadi
rentan karena memiliki peluang yang tinggi nntuk mengalami banyak gangguan, antara lain serbuan
spesies invasiUeksotik yang masuk ke dalam kawasan taman nasional. Salah satu contoh spesies
invasif adalah weed (tumbuhan pengangu) yang merusak populasi spesies asli sehingga akan
mengalami penurunan populasi dan komposisi serta keanekaragaman jenis tumbuhan berubah, maka
jalan terbaik untuk kelestarian adalah mencoba mengendalikan spesies tersebut. Sebagai langkah awal
perlu diketahui terlebih dahulu, sejauh mana penyerbuadinvasi weedke dalam kawasan dari mulai tepi
kawasan yang berbatasan dengan pola penggunaan lahan sampai interior kawasan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang pembahan komposisi dan
keanekaragaman jenis tumbuhan dalam kawasan taman yang berbatasan dengan berbagai penggnaan

lahan di luar kawasan mulai dari tepi sampai interior kawasan TNGGP.
Penelitian dilahkan di sembilan desa pada tiga resort wilayah TNGGP. Desa Nangerang,
Desa Pasir Buncir, dan Desa Wates Jaya untuk Resort Bodogol. Desa Pancawati, Desa Lemah Duhur,
dan Desa Tangkil untuk wilayah Resort Cimande. Desa Sudajaya Girang, Desa Karawang, dan Desa
Gede Pangrango untuk wilayah Resort Selabintana, adapun pengpnaan lahan yang ditemui adalah
penggunaan lahan Pemm Perhutani, penggunaan Jahan sawah, penggunaan lahan perkebunan
campuran, penggunaan lahan ladang palawija, penggunaan lahan kebun rakyat, dan penggunaan lahan
kebun teh . Waktu penelitian dari Bulan Juli-Agustus 1999.
Pengambilan data dilakukan dengan analisis vegetasi yaitu teknik jalur berpetak dengan
purposive san~plitigpada setiap pola penggunaan lahan, petak di buat bersarang (nested) yaitu
20 m x 20 m untuk tingkat pohon, 10 rn x 10 m untuk tingkat tiang , 5 m x 5 m untuk tingkat pancang
dan 2 n? x 2 m untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah. Untuk tingkat pollon dan tiang data rang

-

dikumpulkan meliputi nama jenis, jumlah individu, tinggi, dan diameter batang tiap individu jenis.
Sedangkan untuk tingkat pancang, semai dan vegetasi bawah, data yang dikumpulkan meliputi nama
jenis dan jumlah individu tiap jenis. Data dianalisis dengan menggunakan INP, Indeks of SimilariQ
(IS), dan Indeks Shanon-winner yang di uji secara statistik dengan ANOVA dan Uji Duncan.
Kesamaan komunitas di berbagai penggunaan lahan pada jarak yang sama (100 m, 200 m, ...,

300 m), memiliki kesamaan komunitas yang kecil dengan IS berkisar antara 3,5S%-71,10%. Hal ini
disebabkan oleh gangguan manusia yang melebihi daya elastisitasnya, maka komunitas tepi kawasan
TNGGP menjadi suatu komunitas yang terganggu.

Pada tepi kawasan yang berbatasan dengan

penggunaan lahan sawah, perkebunan campuran, ladang palawija, dan kebun rakyat kesamaan
komunitasnya kecil, karena timbul suatu komunitas barn yang disebabkan oleh gangguan manusia
berupa penebangan, perladangan atau pengolahan lahan lainnya yang menyebabkan tersebamya biji di
areal terbuka dan selanjutnya terjadi proses perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan baru, terjadi kompetisi diantara anakan, pembahan habitat sampai turunnya tingkat
kestabilan komunitas. Pada penggunaan lahan Pemm Perhutani kelas pengusahaan tanaman damar,
tanaman pinus, tanaman campuran @uspa, damar, rasamala), dan perkebunan teh tingkat kesamaan
komunitasnya tinggi pada jarak 200 m-600 m, ha1 ini berarti pada jarak tersebut tidak terjadi
pembahan komposisi yang disebabkan oleh aktivitas manusia sehingga komunitas yang mengalami
perubahan komposisi jenis tumbuhan tidak begihl besar, sedangkan pada jarak 100 m sudah mulai
terlihat adanya pembahan komunitas karena pada jarak tersebut ada tumbuhan eksotik yang masuk
kedalam kawasan yang mempengaruhi kestabilan komunitas

.


Hal ini berarti tepi kawasan yang berbatasan dengan penggunaan lahan sawah, perkebunan
campuran, ladang palawija, dan kebun rakyat merupakan suatu populasi antropogenik, bempa populasi
dengan spesies invasif yang berdampak negatif terhadap komunitas alami.
Pada tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon kekayaan jenis tertinggi ada pada tepi kawasan
yang berbatasan dengan penggunaan lahan Pemm Perhutani kelas pengusahaan tanaman damar.
Kekayaan jenis terendah untuk tingkat semai, tumbuhan bawah dan tingkat pohon terdapat pada tepi
kawasan yang berbatasan dengan penggunaan lahan pertanian tanah kering (ladang palawija), untuk
tingkat pancang kekayaan jenis terendah pada tepi kawasan yang berbatasan dengan pola penggunaan
lahan kebun teh, dan untuk tingkat tiang kekayaan jenis terendah terdapat pada tepi Erawasan yang
berbatasan dengan penggunaan lahan kebun rakyat. Kekayaan jenis tertinggi terlihat pada semua
tingkatan pertumbuhan dimana campur tangan manusia sangat kecil (Perum Perhutani), sedangkan
kekayaan jenis terendah terlihat pada tepi kawasan dimana aktivitas manusia sangat tinggi dan
populasi ini tern~asukpopulasi antropogenik yaitu sawah, perkebunan campuran, ladang palawija, dan
kebun rakyat.

Hal ini disebabkan pada penggunaan lahan sawah, perkebunan campuran, ladang

palawija, dan kebun rakyat, telah banyak pencurian dan penebangan kayu, selain itu telah masuk
tumbuhan eksotik yang dapat menurunkan kekayaan jenis tumbuhan di dalam kawasan TNGGP.


Untuk komposisi jenis tumbuhan dari tepi batas sampai interior kawasan yang berbatasan
dengan berbagai penggunaan lahan mengalami perubahan, karena adanya jenis-jenis yang hilang dan
atau yang muncul. Pembahan komposisi jenis tumbuhan karena adanya jenis yang hilang terjadi pada
tepi kawasan yang berbatasan dengan penggunaan lahan perkebunan campuran (68,18%), karena tepi
kawasan yang berbatasan dengan penggunaan lahan perkebunan campuran, mengalami tekanan dari
aktivitas manusia bempa pembukaan lahan akibat penyerobotan lahan terhadap kawasan taman
nasional. Pembahan komposisi jenis tumbuhan karena adanya jenis yang muncul terjadi pada tepi
kawasan yang berbatasan dengan penggunaan lahan Pemm Perhutani kelas pengusahaan hntan damar
(217,39%).

Salah satu dugaan adanya penambahan jenis ini karena akibat penyebaran biji yang

dilakukan oleh satwa, angin dan air.
Pada tepi kawasan jenis eksotik yang ditemukan berjumlah 38 jenis, termasuk tinggi dengan
batas penggunaan lahan yang dipengamhi oleh aktivitas manusia, yaitu pada penggunaan lahan kebun
rahyat, ladang palawija, sawah, dan perkebunan campuran. Jenis-jenis tumbuhan eksotik yang sangat
berpengaruh terhadap biodiversity umumnya berada pada populasi antropogenik dan mengancam
keberadaan vegetasi asli yang berada dalam kawasan, apabila jenis eksotik ini dibiarkan maka akan
terjadi pengumpulan biomassa yang tidak berguna, penimbunan biomassa dari tumbuhan eksotik akan

menyebabkan terjadinya kebakaran, sehingga keberadaan kawasan TNGGP sebagai kawasan
konservasi akan hilang atau musnah.
Keanekaragaman jenis tumbuhan berkisar antara 0,OO-3,21. Untuk tumbuhan tingkat semai
kisaran keanekaragaman tertinggi terdapat pada tepi kawasan yang berbatasan dengan penggunaan
lahan kebun teh (H'=2,46-3,21).. Pada tumbuhan tingkat pancang dan tiang kisaran keanekaragaman
tertinggi pada tepi kawasan yang berbatasan dengan penggunaan lahan Pemm Perhutani kelas
pengusahaan tanaman puspa, damar, msamala (2,62-3,07 ;2,52-2,91), sedangkan untuk tingkat pohon,
tepi kawasan yang berbatasan dengan penggunaan lahan kebun teh memiliki kisaran k e a n e h g a m a n
tertinggi (2.44-2.75). Keanekaragaman jenis tumbuhan terendah untuk tingkat semai terdapat pada
komunitas tepi kawasan yang berbatasan dengan penggunaan lahan sawah (1,69-2,86), untuk tingkat
pancang dan tiang terdapat pada tepi kawasan yang berbatasan dengan penggunaan perkebunan
campuran (0,67-2,27 ;0.00-2,21), dan pada tingkat pohon keanekaragaman terendah terdapat pada tepi
kawasan yang berbatasan dengan penggunaan lahan sawah (1,02-2,55). Hal ini menunjukan bahwa
tepi kawasan yang berbatasan dengan penggunaan lahan sawah dan Perkebunan campuran memiliki
keanekaragaman jenis tumbuhFn yang kecil dibanding dengan penggunaan lahan lainnya.
Jika dibandingkan dengan keanekaragaman floristik hutan alam yang umum terdapat di
TNGGP (Yamada, 1975), ternyata keanekaragaman hayati di wilayah penelitian lebih rendah. Dengan
adanya pemanfaatan tumbuhan di \vilayah taman nasional dan penggarapan lahan oleh masyarakat
yang masuk kedalam kawasan berarti keanekaragaman turnbuhan dan keberadaan tauian nasional
mendapat ancaman. Ancaman ini terutama dari adanya tanaman eksotik yang menginvasi baik secara


langsung atau tidak langsung, secara langsung adalah masuk dan ditanamnya jenis eksotik baik oleh
masyarakat melalui penanaman pada lahan garapan mereka yang masuk ke dalam kawasan atau oleh
pihak perkebunan, sedangkan secara tidak langsung melalui biji yang menyebar secara alami oleh
angin, hewan, dan air. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam untuk berbagai jar& pada berbagai
tingkatan pertumbuhan diperoleh nilai F Hit > F Tab pada tarap nyata (a = 0,05), artinya bahwa
adanya berbagai penggunaan lahan yang berbatasan dengan taman nasional terjadi pembahan
keanekaragaman jenis tumbuhan. Selanjutnya untuk mengetahui penggunaan lahan mana yang paling
mempengmhi perubahan keanekaragaman tumbuhan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil Uji
Duncan nilai keanekaragaman jenis tumbuhan dari tepi sampai interior kawasan yang berbatasan
dengan berbagai penggunaan lahan pembahan keanekaragaman jenis tumbuhan terjadi pada
penggunaan lahan perkebunan campuran dan penggunaan lahan ladang palawija.
Pada penggunaan lahan Pemm Perhutani kelas pengusahaan tanaman, perbedaan
keanekaragaman terjadi setelah jarak 100 m pada tingkat pohon. Pada penggunaan lahan Perum
Perhutani kelas pengusahaan tanaman pinus , perbedaan keanekaragaman jenis tumbuhan terjadi
setelah jarak 100 m untuk tingkatan tiang, sedangkan pada penggunaan lahan Pemm perhutani kelas
pengusahaan tanaman campuran tidak terjadi perbedaan keanekaragaman jenis baik pada tingkat
semai, pancang, tiang, maupun pohon. Pada penggunaan lahan sawah dan perkebunan campuran
perbedaan keanekaragaman jenis tumbuhan terjadi setelah jarak 300 m untuk senua tingkatan
pertumbuhan. Pada penggunaan lahan ladang palawija perbedaan keanekaragaman jenis tumbuhan

terjadi pada jarak 400 m untuk tingkatan tiang dan pohon. Pada penggunaan lahan kebun rakyat dan
kebun teh perbedaan keanekaragaman terjadi setelah jarak 200 m untuk tingkat pohon. Hal ini berarti
perbedaan keanekaragaman jenis tumbuhan dari tepi kawasan sampai interior kawasan menandakan
pembahan keanekaragaman jenis tumbuhan, perubahan terbesar dari mulai tepi sampai interior
kawasan terjadi pada tepi batas kawasan yang berbatasan dengan penggunaan lahan sawah dan
perkebunan campuran.

KOMPOSISI DAN KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN
PADA DAERAH TEPI KAWASAN TAMAN
NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO, JAWA BARAT

Ka'ya llr~riah
Sebagai salah satu Syarat
Unruk Menrperoleh Gelor
Sarjaira Kelrutai~an
Pada
FakriltfrsKelriitarmi~ Iirstitul PerlfirriairBogor

-


Oleh :
MOCHAMAD SYAMSUDIN
E.31.0759

JURUSAN KONSER\'ASI SUMBERDAI'A HUTAN
FAKULTAS I