Inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di taman nasional Gunung Gede Pangrango

(1)

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS

TUMBUHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE

PANGRANGO

BARKAH ILHAM PURNAWAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(2)

Ku persembahkan untuk orang-orang yang selalu mencintaiku….

Ibuku… dalam kesendirianmu, cinta dan kasih yang tak terbalaskan…

Tersenyumlah ibu……..

Walau aku tak bisa melihat senyummu…

Ya Allah.... limpahkanlah kasih -Mu padanya...

Bapakku… mata air kasihmu yang terus mengalir….. Brothers and sisters tersayang…


(3)

Judul :

Nama Mahasiswa : Nomor Pokok : Departemen/Fakultas :

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Siswoyo, MSi Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS.

Tanggal: Tanggal:

Mengetahui:

Dekan Fakultas Kehutanan IPB

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS. Tanggal:

Tanggal lulus :

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

Barkah Ilham Purnawan E 34101045


(4)

INVENTARISASI KEANEKARAGAMAN JENIS

TUMBUHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE

PANGRANGO

BARKAH ILHAM PURNAWAN E 34101045

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006


(5)

RINGKASAN

Barkah Ilham Purnawan. E34101045. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibawah bimbingan : Ir. Siswoyo, M.Si. dan Ir. Ervizal A. M . Zuhud, M.S.

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) ditetapkan sebagai taman nasional melalui SK Menteri No. 736/36/Menteri/X/82 dengan luas kawasan saat ini 21.975 ha. Kawasan ini memiliki potensi sumberdaya alam hayati yang besar. Tingginya keane karagaman hayati yang dimiliki TNGP ini mendorong UNESCO untuk menetapkannya sebagai cagar biosfer.

Keberadaan TNGP menjadi sangat penting dan memiliki nilai strategis bagi kehidupan manusia. Kawasan ini dapat menunjang pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Oleh karena itu pengelolaan taman nasional yang terpadu dan terencana dengan baik menjadi suatu hal yang mutlak, termasuk didalamnya upaya pengelolaan dan pelestarian serta pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang menjadi bagian dari sistem penge lolaan taman nasional secara keseluruhan.

Di sekitar kawasan TNGP terdapat desa-desa yang berbatasan langsung dengan kawasan. Desa- desa tersebut yaitu; Ciputri, Sindangjaya, Sukatani, Kebon Peuteuy Mekarwangi, Tegallega, Padaluyu, Bunikasih, Karawang, Langensari, Gegbrong, Cipetir, Sudajaya Girang, Gegbrong, Sukangalih, Citapen, Citeko, Citeko, Nangerang, dan Cilengsi. Keberadaan kawasan memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat desa-desa tersebut. Secara khusus manfaat yang diperoleh dari tumbuhan baik berupa kayu maupun non kayu dan spesies -spesiesnya yang sangat potensial, antara lain: tumbuhan obat, hias, aromatik, penghasil pangan, penghasil pakan ternak/satwaliar, penghasil pestisida nabati, penghasil bahan pewarna, penghasil tanin, penghasil minuman, tolak bala, penghasil kayu bakar, penghasil bahan bangunan serta penghasil tali, anyaman dan kerajinan.

Berkaitan dengan potensi yang ada di TNGP dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar maka pemanfaatan tumbuhan berguna dapat dijadikan altenatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Akan tetapi data dan informasi tentang tumbuhan berguna di TNGP belum tersedia secara memadai, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di TNGP.

Metode penelitian ini dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan besar , yaitu: (1) Pengumpulan data yang diperoleh malalui studi literatur, wawancara dan survey lapangan; (2) Pengolahan dan analisis data yang dilakukan secara manual dan komputerisasi; dan (3) Pengklasifikasian kelompok kegunaan yang dilakukan dengan mengklasifikasikan spesies berdasarkan kelompok kegunaan seperti kelompok tumbuhan obat, hias, aromatik, penghasil pangan, pakan ternak/satwaliar, pestisida nabati, pewarna dan tanin, minuman, untuk tolak bala, kayu bakar, bahan bangunan dan tumbuhan penghasil tali anyaman dan kerajinan.

Jumlah spesies tumbuhan yang teridentifikasi di kawasan TNGP sebanyak 762 jenis. Dari hasil verifikasi diperoleh sebanyak 461 jenis dari 111 famili diantaranya merupakan tumbuhan yang memiliki potensi kegunaan. Berdasarkan potensi kegunaannya, spesies-spesies tumbuhan berguna dibag i ke dalam 12 kelompok kegunaan, yaitu Tumbuhan obat (210 jenis), tumbuhan hias ( 154 jenis), penghasil bahan bangunan (54 jenis), penghasil pangan (38 jenis), penghasil serat (4 jenis), penghasil tanin (4 jenis), penghasil warna (19 jenis), penghasil pestisida nabati (2 jenis), aromatik (4 jenis), penghasil tali, kerajinan, anyaman (3 jenis), penghasil pakan ternak (14 jenis ), penghasil kayu bakar (10 jenis) dan penghasil lainnya (8 jenis).

Terdapat 246 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar TNGP yang terbag i kedalam 12 kelompok kegunaan, yaitu tumbuhan obat (69 jenis),


(6)

tumbuhan hias (66 jenis), penghasil bahan bangunan (17 jenis), penghasil pangan (32 jenis), penghasil bahan pewarna (12 jenis), penghasil pestisida nabati (1 jenis), tumbuhan aromatik/minyak atsiri (26 jenis), penghasil tali, kerajinan dan anyaman (7 jenis), penghasil pakan ternak (22 jenis), penghasil kayu bakar (14 jenis), dan penghasil tolak bala (6 jenis).

Spesies-spesies tumbuhan berguna potensial di kawasan TNGP, antara lain: sintok (Cinnamomum sinto c BI.), suren (Toona sureni BI.), antanan (Centella asiatica (L.) Urb.) dan jukut hareuga(Bidens pilosa L.).

Secara umum, masyarakat sekitar kawasan TNGP memahami bahwa kawasan TNGP merupakan kawasan yang tidak boleh mendapatkan gangguan. Terlepas apakah mereka paham TNGP sebagai kawasan konservasi atau tidak. Oleh karena itu penyuluhan-penyuluhan konservasi perlu ditingkatkan supaya masyarakat memahami dengan baik tentang kawasan TNGP sebagai kawasan konservasi. Ber kaitan dengan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat yang berada dalam kawasan, mereka memahami bahwa hal itu merupakan tindakan yang tidak diperbolehkan oleh pengelola TNGP. Walaupun ada beberapa yang secara tradisional masih memanfaatkan jenis tumbuhan tertentu.

Jenis tanaman kumis kucing merupakan jenis terbanyak yang dipakai oleh masyarakat. Jenis ini ditemukan di luar kawas an TNGP, tepatnya di areal daerah penyangga. Di beberapa tempat di sekitar kawasan bahkan ada yang sudah memanfaatkan jenis tanaman ini untuk dikembangkan secara komersil. Hal ini terlihat dari ditemukannya kebun-kebun kumis kucing hasil pengembangan masyarakat walaupun masih dalam skala kecil. Tanaman ini digunakan untuk mengobati penyakit liver, sakit pinggang dan lemah lesu.

Hal penting dari kajian etnobotani ini adalah bagaimana pengetahuan tradisional masyarakat mengenai pemanfaatan tumbuhan dapat diselamatkan dan terdokumentasikan dengan baik. Pengetahuan tersebut sangat berharga sebagai sebuah kekayaan ilmiah tradisional yang bisa memperkaya pengetahuan ilmiah modern nantinya.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, yang telah memberikan karunia rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul “Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Ir. Siswoyo, MSi selaku dosen pembimbing pertama, atas segala bimbingan dan arahannya,

2. Bapak Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS selaku dosen pembimbing kedua, atas segala bimbingan dan arahannya,

3. Bapak Ir. Novianto Bambang W., MS.i, selaku Kepala Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, atas bimbingan, arahan dan fasilitas yang telah diberikan selama praktek berlangsung,

4. Ir. Didi Subandidinata, selaku Kepala Seksi Konsevasi Wilayah I Selabintana, Ir. Memen Suparman, MM selaku Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Bogor, dan Ir. Supratman Tonny, selaku Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Cianjur,

5. Seluruh staf dan pegawai serta petugas lapangan Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, atas pelayanan yang diberikan selama praktek berlangsung,

6. Seluruh volunteer di tiga gerbang masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Montana, Eagle, dan Panthera atas pelayanan akomodasi dan tempat tinggal.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun guna perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga dengan penulisan skripsi ini memberikan manfaat kepada pembaca terlebih kepada penulis betapa sesungguhnya maha sempurna ilmu Allah.

Bogor, Maret 2006 Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 2 Maret 1982 sebagai anak kelima dari enam bersaudara dari ayahanda Sugoto dan ibunda Suharti.

Penulis memasuki Sekolah Dasar Negeri III Sumberbening pada tahun 1989 dan lulus pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama pada tahun 1995 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ngawi dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan menengah atas penulis jalani di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Ngawi pada tahun 1998 sampai 2001. Pada tahun 2001 itu pula penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.

Pada tahun 2003 penulis mengikuti Praktek Inventarisasi Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Tahun 2004 melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan Jati di Jawa Timur. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Propinsi Jawa Barat.

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, pada tahun 2005 penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul ”Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango” dibawah bimbingan Bapak Ir. Siswoyo, MSi dan Bapak Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 1

C. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia... 3

B. Etnobotani ... 3

C. Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia ... 4

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kawasan ... 9

B. Letak dan Luas... 9

C. Topografi... 9

D. Iklim ... 10

E. Potensi Flora dan Fauna... 10

F. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar ... 11

IV. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 13

B. Bahan dan Alat ... 13

C. Metode... 13

1. Pengumpulan Data ... 13

2. Identif ikasi Jenis Tumbuhan Berguna ... 15

3. Pengolahan dan Analisis Data ... 16

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan ... 19

1. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Familinya... 19

2. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Habitusnya ... 19

B. Kegunaan Tumbuhan ... 20

1. Tumbuhan Obat ... 21

2. Tumbuhan Hias... 24

3. Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan ... 25

4. Tumbuhan Penghasil Pangan ... 26

5. Tumbuhan Penghasil Serat ... 29

6. Tumbuhan Penghasil Tanin ... 30

7. Tumbuhan Penghasil Pewarna ... 31

8. Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati ... 32

9. Tumbuhan Aromatik ... 33

10. Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, Kerajinan... 34

11. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak/Satwa... 35


(10)

13. Tumbuhan Tolak Bala ... 38

14. Tumbuhan Penghasil Lain- lain... 39

C. Tumbuhan Berguna Potensial ... 39

D. Pemanfaatan Tumbuhan Berguna oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan ... 41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(11)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman 1. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Menurut Jenis Kelamin dan Umur ... 11 2. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Berdasarkan Mata Pencaharian... 11 3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data dan Informasi dalam Penelitian

Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango ... 13 4. Klasifikasi Kelompok Kegunaan Sumberdaya Alam Hayati Berupa

Tumbuhan... 16 5. Klasifikasi Kelompok Penyakit/Penggunaan dan Macam

Penyakit/Penggunaannya ... 16 6. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan Berguna TNGP

Berdasarkan Habitusnya... 19 7. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan di TNGP Berdasarkan

Kelompok Kegunaannya ... 20 8. Rekapitulasi Jumlah Jenis Tumbuhan Obat di TNGP Berdasarkan

Kelompok Penyakit/Penggunaan... 22 9. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan yang Dimanfaatkan

Masyarakat Berdasar Hasil Wawancara dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 26 10. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Penghasil Pangan di TNGP... 27 11. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pangan yang Dimanfaatkan oleh

Masyarakat Sekitar TNGP Hasil Wawancara dengan Masyarakat Desa Penyangga. 29 12. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Serat di TNGP ... 30 13. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Tanin di TNGP ... 31 14. Daftar spesies tumbuhan kelompok kegunaan Penghasil Pewarna di TNGP ... 31 15. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pewarna Hasil Wawancara

dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 32 16. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati di TNGP... 32 17. Daftar Spesies Tumbuhan Aromatik di TNGP... 33 18. Daftar Spesies Tumbuhan Aromatik Hasil Wawancara dengan Masyarakat

Desa Penyangga ... 34 19. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman dan Kerajinan di TNGP ... 35 20. Daftar Spesies Tumbuhan Tali, Anyaman, Kerajinan Hasil Wawancara

dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 35 21. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak di TNGP ... 36 22. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak Hasil Wawancara

dengan Masyarakat Desa Penyangga ... 37 23. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar TNGP... 38


(12)

24. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar Hasil Wawancara

dengan Masyarakat ... 38 25. Daftar Spesies TumbuhanTolak balak Hasil Wawancara dengan Masyarakat ... 39 26. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Lain- lain di TNGP ... 39


(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Spesies Tumbuhan Obat TNGP... 24

2. Koleksi Tumbuhan Hias Resort Cibodas... 25

3. Spesies Tumbuhan Pangan TNGP ... 28

4. Spesies Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak... 36


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Peta TNGP Beserta Perluasannya... 47 2. Peta Aksesibilitas TNGP ... 48 3. Peta Lokasi Penelitian ... 49 4. Rekapitulasi Daftar Responden yang Diwawancarai dalam Penelitian

Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman Nasional

Gunung Gede Pangrango ... 50 5. Daftar Spesies Tumbuhan yang Ditemukan di TNGP Disusun

Berdasar Nama Lokal... 52 6. Daftar Spesies Tumbuhan Berguna yang Terdapat di TNGP

Disusun Berdasar Nama Lokal... 69 7. Daftar Spesies Tumbuhan Berguna yang Terdapat di TNGP Disusun

Berdasar Nama Ilmiah... 80 8. Rekapitulasi Nama Famili dan Jumlah Spesies Tumbuhan Berguna di TNGP

Berdasar Nama Familinya... 91 9. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Obat di TNGP ... 94 10. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Hias di TNGP...102 11. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Penghasil Bahan Bangunan

di TNGP ... 106 12. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Penghasil Obat Hasil Wawancara Masyarakat Desa Penyangga ...108 13. Daftar Spes ies Tumbuhan Hias Hasil Wawancara dengan Masyarakat


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) ditetapka n sebagai taman nasional melalui SK Menteri No. 736/36/Menteri/X/82, dengan luas kawasan saat ini 21.975 ha. Kawasan ini memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga mendorong UNESCO untuk menetapkannya sebagai cagar biosfer.

Keberadaan TNGP mempunyai peranan yang sangat penting dan memiliki nilai strategis bagi kehidupan manusia. Kawasan ini dapat menunjang pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Oleh karena itu pengelolaan taman nasional yang terpadu dan terencana dengan baik menjadi suatu hal yang mutlak, termasuk didalamnya upaya pengelolaan dan pelestarian serta pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang menjadi bagian dari sistem pengelolaan taman nasional secara keseluruhan.

Di sekitar kawasan TNGP terdapat desa-desa yang berbatasan langsung dengan kawasan, yaitu Ciputri, Sindangjaya, Sukatani, Kebon Peuteuy Mekarwangi, Tegallega, Padaluyu, Bunikasih, Karawang, Langensari, Gegbrong, Cipetir , Sudajaya girang, Gegbrong, Sukangalih, Citapen, Citeko, Nangerang, dan Cilengsi. Keberadaan kawasan memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi masyarakat desa-desa tersebut. Secara khusus manfaat yang diperoleh dari tumbuhan baik berupa kayu maupun non kayu dan spesies-spesiesnya yang sangat potensial, antara lain: tumbuhan obat, hias, aromatik, penghasil pangan, penghasil pakan ternak/satwaliar, penghasil pestisida nabati, penghasil bahan pewarna, penghasil tanin, penghasil minuman, tolak bala, penghasil kayu bakar, penghasil bahan bangunan, serta penghasil tali, anyaman dan kerajinan.

Berkaitan dengan potensi yang ada di TNGP dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar , maka pemanfaatan tumbuhan berguna dapat dijadikan altenatif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Akan tetapi data dan informasi tentang tumbuhan berguna di TNGP belum tersedia secara memadai, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di TNGP.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan di TNGP.


(16)

C. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan data dasar untuk bahan masukan bagi kebijakan kegiatan pengelolaan, pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman sumberdaya alam hayati berupa tumbuhan yang ada di kawasan TNGP.


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Sumberdaya Alam Hayati Indonesia

Indonesia, seperti juga halnya dengan banyak negara yang terletak di kawasan tropika basah, memiliki sumberdaya alam hayati yang sangat beranekaragam dan banyak diantaranya yang mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi sumberdaya ekonomi (Sastrapradja, Brotonegoro, Adisoemarto, Kadarsan, Kartawinata, Rifai, Saono, Sastrapradja dan Soenarko, 1977).

Indonesia juga dikenal sebagai pusat keanakeragaman hayati dunia dan tergolong negara yang memiliki tingkat endemisme tertinggi di dunia. Sepuluh persen dari seluruh spesies tumbuhan berbunga di dunia terdapat di Indonesia, meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,3% dari total luas daratan dunia. Selain itu di Indonesia hidup 12% spesies mamalia, 16% spesies reptilia dan amphibia, dan 17% spesies burung. Perairan Indonesia menyimpan kekayaan spesies terbesar, yaitu sebesar 25% dari total spesies ikan yang ada di seluruh dunia. Dari hasil kajian sekuens 16S rRNA gen beberapa bakteri asal Indonesia, di Indonesia diduga terdapat lebih dari 25% spesies mikroba dunia (ICBB, 1999 *).

Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1977) mengemukakan bahwa sumberdaya hayati Indonesia dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu (1) Sumberdaya Hayati berupa tumbuhan, (2) Sumberdaya Hayati berupa hewan, dan (3) Sumberdaya Hayati berupa jasad renik. Bila dibandingkan dengan daerah-daerah tropik lainnya yang terletak terutama di kawasan Amerika dan Afrika, keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia jauh lebih tinggi, terlebih lagi bila dibandingkan dengan daerah beriklim dingin dan sedang.

Pentingnya peranan sumberdaya keanekaragaman hayati telah dikenal secara luas saat ini. Sumberdaya keanekaragaman hayati, khususnya keanekaragaman hayati yang telah dimanfaatkan oleh manusia selama berabad-abad lamanya adalah sebuah bukti bahwa keanekaragaman hayati merupakan komponen vital kelangsungan hidup manusia (Muhtaman, 1997).

B. Etnobotani

Menurut Martin (1995), etnobotani merupakan kajian interaksi antara manusia dengan tumbuhan. Hasairin (1994) menambahkan bahwa di Indonesia istilah etnobotani ini belum begitu populer, meskipun dalam prakteknya sudah mulai banyak dilakukan oleh ahli botani dan antropologi, umumnya hanya sekedar penelitian sampingan saja. Hal ini menyebabkan data dan informasi mengenai etnobotani tersebar dalam berbagai publikasi dan berbagai disiplin ilmu.


(18)

Studi etnobotani dapat memberi kontribusi yang besar dalam proses pengenalan tumbuhan yang ada di suatu wilayah melalui kegiatan pengumpulan kearifan lokal dari dan bersama masyarakat setempat. Istilah etnobotani digunakan untuk menjelaskan interaksi masyarakat setempat (etno atau etnis) dengan lingkungan hidupnya, khususnya dengan tumbuh-tumbuhan. Studi etnobotani ini dapat membantu masyarakat dalam mencatat atau merekam kearifan lokal yang mereka miliki selama ini, untuk masa mendatang (Leisa, 2006 *). C. Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia

Hutan tropika Indonesia diakui sebagai komunitas yang paling kaya akan keanekaragaman spesies tumbuhan di dunia. Diakui pula bahwa hutan tropika, khususnya hutan hujan tropika merupakan salah satu bagian dunia yang masih menyisakan kehidupan liar, yang masih membangkitkan keajaiban dan kekaguman manusia (Zuhud, Ekarelawan dan Riswan,1994).

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan jenis tumbuhan maupun hewan. Walaupun luasnya hanya 1,3% dari luas daratan dunia, Indonesia memiliki sekitar 17% jumlah jenis tumbuhan dan hewan di dunia. Jumlah total jenis tumbuhan di Indonesia memang belum pasti diketahui, tetapi diperkirakan memiliki 11% jenis tumbuhan berbunga (27.500 jenis) yang ada di dunia, 9% jenis lumut (1.500 jenis), 13% jenis tumbuhan paku (1.500 jenis) dan 19% tumbuhan gymnospermae (Anonim, 1994 dalam Witono, 2003).

Keanekaragaman flora Indonesia tercermin pada kekayaan jenis hutan-hutan tropik basah, baik yang terdapat di dataran rendah maupun dataran tinggi, yang menutupi kurang lebih 63% luas daratan Indonesia. Di hutan-hutan seperti inilah sebagian besar jenis -jenis tersebut dapat dijumpai, baik yang merambat, berbentuk perdu, pohon dengan segala ukuran, maupun yang berbentuk renik, seperti ganggang, lumut dan jamur (Sastrapradja et al., 1977).

Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1977) mengemukakan bahwa di kawasan Indonesia terdapat sejumlah 30.000 jenis tumbuhan. Jumlah tersebut menjadi lebih besar lagi, bila jenis- jenis lumut dan ganggang diperhitungkan.

PROSEA (1999) dalam Kartikawati (2004) membagi jenis pemanfaatan tumbuhan berdasarkan komoditas untuk berbagai keperluan yang meliputi pemanfaatan secara primer (primary use), dan sekunder (secondary use), seperti kacang- kacangan, buah-buahan, pewarna, pakan, kayu, rotan, bambu, sayur-sayuran, sumber karbohidrat, sereal, tumbuhan obat, dan tanaman hias.


(19)

Menurut Zuhud, Ekarelawan, dan Riswan. (1994),tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri.

Jumlah tumbuhan obat yang tercatat di Indonesia cukup banyak, dari jumlah yang banyak tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk obat tradisional dan jamu, namun bagian yang terbesar masih tersimpan secara in-situ di kawasan hutan (Siswoyo, Zuhud, dan Sitepu, 1994).

Menurut Heyne (1987), tidak kurang dari 1.100 spesies tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan baku obat.

2. Tumbuhan Hias

Menurut Nurhayati (1983) dalam Ramadhani (1994), tanamam hias yaitu tanaman apapun yang mempunyai nilai hias, baik hias bunga dan tajuk, cabang, batang, buah maupun hias aroma.

Tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang telah dikembangkan sebagai tanaman hias baru sedikit, padahal jumlah kekayaan jenis yang ada cukuplah besar (Sastrapradja et al., 1977).

3 . Tumbuhan Aromatik (Minyak Atsiri)

Anonimous (1991) dalam Kartikawati (2004) memberikan pengertian minyak atsiri merupakan minyak yang diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari daun, akar, batang, kulit, getah dan bunga tumbuhan.

Tumbuhan pe nghasil minyak atsiri mempunyai ciri bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik itu parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan, maupun produk rumah tangga lainnya. Setiap jenis tumbuhan yang memiliki sel glandula saja yang bisa menghasilkan minyak atsiri dan sifatnya yang mudah menguap (Agusta, 2000 dalam Kartikawati, 2004).


(20)

Menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri diantaranya adalah dari famili Poaceae, misalnya akar wangi (Andropogon zizinoides Urban.); lauraceae, misalnya kulit kayu manis (Cinnamomum burmanii Ness. ex. Bl.); zingiberaceae, misalnya jahe (Zingiber officinale Rosc.); piperaceae, misalnya sirih (Piper betle L.); santalaceae, misalnya cendana (Santalum album L.); annonaceae, misalnya kenanga (Canangium odoratum Aill.) dan sebagainya.

4. Tumbuhan Penghasil Pangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Idonesia (1989), tumbuhan pangan adalah sesuatu yang tumbuh dan menghasilkan pangan. Sastrapradja et al. (1977) membagi tumbuhan pangan berdasarkan kandungannya : (1) tumbuhan mengandung karbohidrat, (2) tumbuhan mengandung protein, (3) tumbuhan mengandung vitamin, dan (4) tumbuhan mengandung lemak.

5. Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak

Umumnya pakan yang diberikan kepada ternak berkaki empat terdiri atas macam-macam jenis rumput dan daun-daunan yang lain (Sastrapradja, Afriastini dan Sutarno, 1983). Lebih lanjut Sastrapradja et al. (1983) mengemukakan bahwa dari berbagai tumbuhan semak dan perdu yang banyak digunakan untuk pakan adalah yang tergolong suku kacang-kacangan. Ada beberapa jenis tumbuhan yang tidak termasuk rumput maupun kacang-kacangan, tetapi dapat digunakan untuk pakan ternak walaupun jumlah jenis yang termasuk golongan ini tidak banyak.

6. Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna

Menurut Lemmens, Soetjipto, Van der Zwan dan Parren (1999), pewarna nabati adalah bahan pewarna yang berasal dari tumbuhan. Bahan ini diekstrak dengan jalan fermentasi, direbus, atau secara kimiawi, dari sejumlah kecil zat kimia tertentu yang terkandung di dalam jaringan tumbuhan. Pewarna dapat diperoleh dari berbagai tumbuhan, antara lain : akar (misalnya pewarna merah dari Rubia cordifolia L.), rimpang (pewarna kuning-jingga dari Curcuma longa L.), pepagan (bahan pewarna hitam dari Terminalia catappa L.), resin- gom pada pepagan (pewarna kuning dari Garcinia hanburyi Hook.F.), kayu (kayu secang, kayu gelondongan), daun (tarum), buah (pewarna hitam- lembayung dari Terminalia bellirica (Gaertner.) Roxb.), biji (kesumba), bunga (‘saftflower’), dan kepala putik (sapran).

Di Indonesia orang telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai bahan pewarna nabati dan sudah lama mengenal pewarna alami tetumbuhan untuk makanan, seperti daun


(21)

suji (Pleomele angustifolia N.E.Brown.) untuk warna hijau, rimpang kunir atau kunyit (Curcuma domestica Valeton.) untuk warna kuning, daun Iresine herbstii Hook. untuk mewarnai merah pada agar-agar, kulit kayu soga (Peltophorum pterocarpum Backer.) sebagai bahan pewarna coklat yang penting untuk pewarna batik (Heyne, 1987).

7. Tumbuhan Penghasil Tanin

Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat, seringkali berupa ekstrak dari pepagan atau bagian lain (terutama daun, buah dan puru). Tanin dapat dimanfaatkan secara luas untuk keperluan pengobatan. Dapat dimanfaatkan untuk obat penyakit gula, untuk pengaturan keseimbangan hormon yang dikeluarkan pankreas, sebagai obat cacing dan obat antibiotik (Lemmens et al., 1999).

Lebih lanjut Lemmens et al. (1999) menguraikan bahwa umumnya tanin dijumpai pada dikotil dan keberadaannya tersebar pada berbagai suku, antara lain suku rhizophoraceae, combretaceae. Pada skala dunia, jenis - jenis terpenting untuk produksi tannin termasuk suku Fabaceae (akasia hitam (Acacia mearnsii de Wild.)), anacardiaceae (‘quebracho’ (Schinopsis spp.)), rhizophoraceae (jenis-jenis dari berbagai marga), combretaceae (‘myrobalans’ dari Terminalia spp.).

8. Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati

Kardinan (2002) mengartikan pestisida nabati sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif. Lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida.

Menurut Syahputra (2005), bahwa salah satu pengusahaan hutan non-kayu yang dapat dikembangkan selain sebagai sumber bahan bangunan dan bahan obat-obatan tradisional juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber insektisida. Insektisida botani memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Lebih lanjut Syahputra (2005) menjelaskan bahwa beberapa spesies tanaman famili annonaceae ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida nabati.

9. Tumbuhan Penghasil Serat

Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), produk-produk serat kayu, meliputi : kertas, papan isolasi dan papan serat kerapatan sedang. Semua produk-produk ini dibuat dari kayu yang telah dipecah menjadi serat-serat individual, berkas-berkas serat kecil atau bagian-bagian serat.


(22)

Menurut Heyne (1987), bahan serat meliputi ; bahan pembungkus, penutup atap, bagian-bagian tanaman serat kulit batang dan serat daun, bulu buah dan bulu biji serta kertas.

10. Tumbuhan Penghasil Bahan Tali, Kerajinan, Anyaman

Widjaya, Mahyar dan Utama (1989) mengemukakan bahwa diantara jenis-jenis tumbuhan kerajinan, rotan merupakan bahan baku utama kerajinan anyaman di Indonesia. Hasil kerajinan tangan yang terbuat dari rotan banyak dijumpai di daerah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, karena memang di sanalah pusat tempat rotan tumbuh. Tumbuhan kedua yang berpotensi tinggi adalah bambu. Hasil kerajinan bambu umumnya berasal dari Bali, Jawa dan Sulawesi, sedangkan dari Sumatera dan Kalimantan lebih sedikit. Selanjutnya pandan merupakan bahan baku yang berpotensi juga. Hanya saja hasil kerajinannya tidak begitu banyak karena biasanya dibuat di dataran-dataran rendah dimana banyak tumbuhan pandan yang cocok untuk bahan baku anyaman. Lontar merupakan bahan baku yang cukup mendapat perhatian, walaupun terdapat hanya di bagian timur Indonesia. Teki, sagu, gebang, genjer, batang anggrek dan aren juga mempunyai potensi sebagai bahan baku kerajinan walaupun dalam jumlah sedikit.

11. Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan

Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), bahan bangunan kayu adalah salah satu produk yang paling sederhana, paling mudah digunakan, kayu dapat dipotong dan dibentuk dengan mudah, digunakan dan mudah dipasang. Pada saat yang sama kayu adalah salah satu bahan yang paling kompleks. Kayu tersusun atas sel-sel yang mungil, masing-masing memilki struktur lubang-lubang kecil, selaput dan dinding- dinding yang berlapis-lapis rumit. Unsur-unsur penyusunan kayu tergabung dalam sejumlah senyawa organik : selulosa, hemiselulosa dan lignin.

12. Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar

Kepentingan internasional kayu sebagai pemanas rumah dan bahan bakar untuk memasak harus diakui. Secara menyeluruh di dunia, penggunaan kayu untuk bahan bakar telah selalu merupakan penggunaan tunggal terbesar dari kayu dan masih tetap demikian sekarang. Diperkirakan bahwa kira-kira 45% kayu yang dikonsumsi di dunia digunakan untuk pemanasan rumah dan memasak (Haygreen dan Bowyer, 1989).


(23)

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Kawasan

Hutan Hujan Pegunungan Gunung Gede Pangrango telah dikukuhkan sebagai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) sejak tahun 1982 berdasarkan SK Menteri No. 736/36/Menteri/X/82, yang memiliki luas kawasan sekitar 15.196 ha. Saat ini sesua i SK Menhut No 174/Kpts-II/tanggal 10 Juni 2003 diperluas menjadi 21.975 ha. Hutan Gunung Gede Pangrango ini menjadi salah satu wakil dari ekosistem hutan hujan pegunungan yang ada di Indonesia yang memiliki struktur dan komposisi yang spesifik bagi ekosistem tersebut. Taman nasional ini termasuk salah satu Cagar Biosfer yang ditetapkan UNESCO sejak tahun 1977 dengan nama Cagar Biosfer Taman Nasional Gunung Gunung Gede Pangrango (Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede P angrango, 1995).

Pada tanggal 6 Maret 1980, Menteri Pertanian menetapkan kawasan, meliputi Cagar Alam Cibodas, Cagar Alam Cimungkat, Cagar Alam Gunung Gede Pangrango, Taman Wisata Situgunung dan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

B. Letak dan Luas

TNGP yang luasnya 21.975 ha, secara geografis terletak antara 106o50´-106°56´ BT dan 6°32´-6°34´LS, termasuk dalam wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat). Kawasan ini dibatasi oleh hutan lindung atau hutan produksi, perkebunan dan tanah milik dan permukiman.

Secara administratif kawasan TNGP berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur dan Wilayah Kabupaten DATI II Bogor.

Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi.

Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten DATI II Sukabumi dan Wilayah Kabupaten DATI II Bogor.

Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten DATI II Cianjur. C. Topografi

Gunung Gede dan Pangrango dihubungkan oleh bukit yang bertemu di daerah kandang badak pada ketinggian tempat sekitar 2.400 m dpl. Wilayahnya sangat curam dan banyak terdapat punggung bukit yang dibentuk oleh celah-celah aliran sungai yang


(24)

mengalir ke arah Bogor, Sukabumi dan Cianjur (Direktorat Aneka Usaha Kehutanan dan Fakultas Kehutanan IPB, 2000)

TNGP merupakan dataran tinggi yang terdiri dari rangkaian gunung berapi terutama yaitu Gunung Gede (±2.958 m dpl) dan gunung Pangrango ( ±3.019 m dpl), serta beberapa gunung lainnya. Gunung Gede dan Gunung Pangrango ini dihubungkan oleh punggung bukit sepanjang ± 2.500 m dengan sisinya membentuk lereng curam berlembah kearah bawah menuju ke dataran Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Bentuk lapangan berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan kelerengan lapangan antara 25 - 45%, serta variasi ketinggian tempat antara 1.000 - 3.019 m dpl.

D. Iklim

TNGP merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa dengan curah hujan rata-rata antara 3.000-4.200 mm/tahun. Musim hujan berlangsung dari Oktober -Mei dan antara Desember-Maret curah hujannya melebihi 400 mm/bulan. Seringkali puncak dan punggung gunung diselimuti awan dan kabut tebal.

Suhu kawasan ini berkisar antara 10-18°C, semakin keatas suhu makin menurun hingga mencapai kurang dari 10°C di puncak Gunung Pangrango dengan kelembaban udara antara 80- 90%. Kecepatan angin yang cukup tinggi di puncak gunung menyebabkan suhu bertambah rendah.

Pada musim penghujan berhembus angin muson barat daya. Pada bulan Februari-Maret, angin berhembus cukup luas dan sering mengakibatkan robohnya pohon-pohon. Pada musim kemarau berhembus angin muson timur laut dengan kecepatan rendah. E. Potensi Flora dan Fauna

1 . Flora

Di kawasan TNGP terdapat dua buah alun-alun padang rumput. Di sepanjang tepi alun-alun tersebut didominir oleh tumbuhan bunga Edelweiss (Anaphalis javanica), yang sering disebut bunga abadi karena tidak pernah layu. Di kawasan air terjun Cibeureum terdapat anggrek (Liparis muconatus) yaitu anggrek asli dari Gunung Gede dan bersifat endemik (tidak ditemukan di daerah lain). Terdapat tiga jenis flora yang termasuk unggulan di TNGP, yaitu edelweis (Anaphalis javanica), kantong semar (Nepenthes gymnamphora), dan raflesia (Raflesia rochusseni) ( Rencana Pengelolaan Taman Naional Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede Pangrango, 1995).


(25)

Terdapat tiga jenis satwa yang termasuk unggulan di TNGP, yaitu; Spizaetus bartelsii (elang jawa), Hylobates moloch (owa jawa), Panthera pardus (macan tutul) (Rencana Pengelolaan Taman Naional Gede Pangrango, Balai Taman Naional Gede Pangrango, 1995). Jenis lainnya adalah Kera (Macaca fascicularis) dan Lutung (Presbytis cristata); sedangkan satwa lainnya adalah anjing hutan, babi hutan dan golongan mamalia kecil serta sejumlah jenis burung.

F. Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar

Berdasarkan data potensi desa tahun 2001 jumlah penduduk dari tiga desa penyangga yang terdapat di TNGP resort Cibodas (Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya) adalah 33.853 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 16.538 orang, perempuan 17.315 orang yang menempati areal seluas 1.116,693 ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Menurut Jenis Kelamin dan Umur

Desa Cimacan (Jiwa) Ciloto (Jiwa) Sindangjaya (Jiwa) Jumlah

(Jiwa) % Umur

Tahun

% % %

< 14 6.866 43,35 2.789 35,65 3.438 33,74 13.093 38,68 15-54 6.133 38,72 3.962 50,64 5.868 57,58 15.963 47,15 > 55 2.840 17,93 1.073 13,71 884 8,68 4.797 14,17 Jumlah 15.839 100 7.824 100 10.190 100 33.853 100

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk usia muda (0 sampai dengan 14 tahun) adalah 13.093 orang atau sebesar 38,68%. Jumlah penduduk usia kerja (15 sampai dengan 54 tahun) cukup tinggi yaitu sebesar 15.963 orang atau 47,15%.

Sebagian besar penduduk Desa Cimacan, Ciloto dan Sindangjaya hidup dengan matapencaharian pokok usahatani, baik sebagai petani pemilik, penggarap ataupun buruh tani. Sedangkan sebagian lagi mempunyai mata pencaharian sebagai PNS/ABRI/Polisi, Pedagang dan usaha lainnya. Daerah di sekitar Resort Cibodas merupakan daerah wisata sehingga berdagang sangat membantu sebagai sumber mata pencaharian tambahan bagi masyarakat sekitar Resort Cibodas terutama masyarakat desa Cimacan. Informasi lebih lengkap mengenai karakteristik penduduk desa penyangga berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Penyangga Berdasarkan Mata Pencaharian

Desa

Cimacan Ciloto Sindangjaya Jenis Mata Pencahrian

Jumlah (Jiwa)

% Jumlah (Jiwa)

% Jumlah (Jiwa)

%

Jumlah (Jiwa)

%

Petani Pemilik 4.310 67,64 427 9,01 0 0 4.737 42,07 Petani Penggarap 0 0 214 4,51 0 0 214 1,90


(26)

Buruh Tani 0 0 683 14,41 0 0 683 6,07 PNS/ABRI/Polisi 1.012 15,88 3.036 64,05 98 66,67 4.146 36,82 Tukang Kayu/Jahit 708 11,11 262 5,53 49 33,33 1.019 9,05 Pedagang 342 5,37 118 2,49 0 0 460 4,09 Jumlah 6.372 100 4.740 100 147 100 11.259 100

Desa- desa yang letaknya berbatasan dengan kawasan TNGP lainnya adalah Desa Sukatani dan Sindangjaya. Desa Sukatani dan Sindangjaya merupakan desa-desa yang secara administratif termasuk dalam kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Desa Sukatani seluas 419,665 ha, di sebelah selatannya berbatasan dengan TNGP, sedangkan Desa Sindangjaya seluas 489,618 ha, di sebelah selatannya berbatasan dengan TNGP.


(27)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango selama 2 (dua) bulan, yaitu bulan April-Mei 2005.

B. Bahan dan Peralatan

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : publikasi dan laporan penelitian dan survey vegetasi maupun tumbuhan yang telah dilakukan oleh berbagai instansi dan lembaga di kawasan TNGP, kompas brunton, pita ukur, kamera dan film, tambang plastik, kantong plastik, tally sheet, alat tulis- menulis, komputer dan perlengkapannya.

C. Metode

1 . Pengumpulan Data

a. Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data

sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan, antara lain: kondisi umum lokasi TNGP, jenis- jenis tumbuhan yang terdapat di TNGP, dan jenis-jenis tumbuhan berguna yang terdapat di TNGP. Data primer yang dikumpulkan, antara lain:

pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat sekitar TNGP, dan foto spesies-spesies tumbuhan berguna. Jenis dan teknik pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini secara rinci disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data dan Informasi dalam Penelitian Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan TNGP,

No. Jenis Data Data dan Informasi yang Dikumpulkan

Metode Pengumpulan

Data Sekunder 1. Kondisi umum lokasi TNGP:

a.Letak geografis b.Luas areal c.Batas wilayah d.Topografi e.Iklim

f. Keadaan penduduk sekitar kawasan

1


(28)

g.Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan

No. Jenis Data Data dan Informasi yang Dikumpulkan

Metode Pengumpulan

Data Sekunder

2. Jenis-jenis tumbuhan di TNGP: a. Nama Lokal

b. Nama ilmiah c. Nama famili d. Habitus

3. Jenis-jenis tumbuhan berguna di TNGP: a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan b. Habitus

c. Habitat d. Status e. Kegunaan

f. Bagian tumbuhan yang digunaka n g. Cara penggunaan

Studi Literatur

Primer 1. Tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar TNGP:

a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan b. Habitus

c. Habitat d. Status e. Kegunaan

f. Bagian tumbuhan yang digunakan g. Cara penggunaan

2. Pemanfaatan tumbuhan hias; aromatik; pangan; pakan ternak/satwaliar; pestisida nabati; pewarna dan tanin; minuman; tolak bala; kayu bakar; bahan bangunan; tali, anyaman dan kerajinan oleh masyarakat sekitar TNGP:

a. Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan b. Habitus

c. Habitat

1. Survei lapang 2.Wawancara

dengan masyarakat 2


(29)

d. Status e. Kegunaan

f. Bagian tumbuhan yang digunakan g. Cara penggunaan

3. Foto jenis-jenis tumbuhan berguna TNGP

b. Teknik Pengumpulan Data 1). Pengumpulan data sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan melalui studi literatur, meliputi: kondisi umum lokasi TNGP, jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di TNGP, dan jenis-jenis tumbuhan berguna yang terdapat di TNGP dari berbagai laporan survey dan penelitian yang pernah dilakukan oleh berbagai instansi di kawasan TNGP.

2). Pengumpulan data primer

a). Pemanfaatan tumbuhan berguna oleh masyarakat sekitar TNGP

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan masyarakat, baik secara perseorangan maupun kelompok. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tumbuhan yang ada di kawasan TNGP. Penentuan responden diambil dari kelompok masyarakat yang mengetahui tentang pemanfaatan tumbuhan yang ada di TNGP.

Dalam hal ini kajian melalui wawancara langsung diarahkan terhadap kelompok masyarakat yang mengerti tentang pemanfaatan tumbuhan yang berada di beberapa desa di kawasan TNGP.

Wawancara dilakukan di 5 desa, meliputi ; Desa Cimacan (14 responden), Nangerang (5 responden), Ciloto (4 responden), Ciputri (10 responden), dan Karawang (1 responden). Total responden yang berhasil diwawancarai ada 34 responden. Informasi mengenai data responden disajikan pada Lampiran 4.

Data yang diperlukan untuk pengkajian aspek ini, meliputi : macam penggunaan, jenis tumbuhan yang digunakan, habitus, bagian yang digunakan, proses pembuatan, dan cara penggunaannya.

b). Pengambilan foto atau gambar

Pengambilan foto atau gambar dilakukan untuk mendapatkan gambar spesies tumbuhan yang nantinya akan diidentifikasi lebih lanjut. Data hasil identifikasi ini dimaksudkan untuk melengkapi data yang ada.


(30)

Identifikasi jenis-jenis tumbuhan berguna dilakukan dengan melakukan cek silang dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan berguna yang ada, meliputi; nama lokal, nama botani, nama famili, habitus, kegunaan, dan bagian yang digunakan.

3. Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan kemudian diolah, baik secara manual maupun dengan komputerisasi untuk memperoleh data tentang: nama jenis, famili, habitus, bagian tumbuhan yang digunakan, manfaat/kegunaan, data atau informasi lainnya tentang tumbuhan serta kemungkinan pengelolaannya untuk dikembangkan lebih lanjut. a. Pengolahan Data

1). Penyuntingan data

Kegiatan penyuntingan data bertujuan untuk meneliti kembali catatan untuk mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik untuk keperluan proses berikutnya dalam arti penyuntingan dilakukan terhadap data- dat a yang telah diperoleh.

2). Pengkodean data

Pengkodean data dilakukan untuk mengadakan klasifikasi terhadap data-data yang diperoleh menurut macamnya dengan memberi kode tertentu pada catatan atau mempertegas jawaban terhadap informasi tertentu.

b. Analisis Data

Hasil identifikasi jenis tumbuhan disusun berdasarkan famili dan jenis untuk dianalisa secara deskriptif kualitatif. Setiap jenis tumbuhan dianalisis mengenai potensi, bentuk hidup dan manfaatnya untuk apa saja serta bagian apa yang digunakan.

1). Pengklasifikasian kelompok kegunaan

Pengklasifikasian dilakukan dengan cara melakukan penyaringan (screening) terhadap kegunaan masing-masing jenis tumbuhan berguna berdasarkan kelompok kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi Kelompok Kegunaan Sumberdaya Alam Hayati berupa Tumbuhan No

.

Kelompok Kegunaan 1. Tumbuhan obat

2. Tumbuhan aromatik/minyak atsiri 3. Tumbuhan pangan

4. Tumbuhan penghasil bahan pewarna 5. Tumbuhan penghasil pestisida nabati 6. Tumbuhan hias


(31)

No .

Kelompok Kegunaan

1. Tumbuhan obat

8. Tumbuhan penghasil tanin

9. Tumbuhan penghasil bahan tali, anyaman, dan kerajinan 10. Tumbuhan penghasil kayu bakar

11. Tumbuhan penghasil serat

12. Tumbuhan penghasil bahan bangunan 13 Tumbuhan sebagai tolak balak 14 Lainnya

2) Pengklasifikasian kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat

Khusus untuk tumbuhan obat, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut berdasarkan kelompok penyakit/kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Kelompok Penyakit/Pengg unaan dan macam Penyakit/ Penggunaannya

No. Kelompok

Penyakit/Penggunaa n

Macam Penyakit/penggunaan

1 Gangguan Peredaran Darah

Darah kotor, kanker darah, kurang darah, pembersih darah, penasak, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan darah

2 Keluarga Berencana (KB)

Keluarga berencana (KB), membatasi kelahiran, menjarangi kehamilan, pencegah kehamilan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB

3 Penawar Racun Digigit lipan, digigit serangga, keracunan jengkol, keracunan makanan, penawar racun, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan keracunan

4 Pengobatan Luka Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah, infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan luka

5 Penyakit Diabetes Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah, sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan penyakit diabetes 6 Penyakit Gangguan

urat syaraf

Lemah urat syaraf, susah tidur (insomnia), dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf

7 Penyakit Gigi Gigi rusak, penguat gigi, sakit gigi, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan gigi

8 Penyakit Ginjal Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal


(32)

No. Kelompok Penyakit/Penggunaa

n

Macam Penyakit/penggunaan

tekanan darah tinggi (hipertensi), tekanan darah tinggi, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan jantung.

10 Penyakit kanker/tumor Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tumor dan kanker. 11 Penyakit Kelamin Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat

kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat (psikoneurosis),

rajasinga/sifilis, sakit kelamin, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin. 12 Penyakit Khusus

Wanita

Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak datang haid, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit khusus wanita. 13 Penyakit Kulit Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar,

campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit.

14 Penyakit Kuning Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan penyakit kuning.

15 Penyakit Malaria Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit malaria. 16 Penyakit Mata Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja,

dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mata.

17 Penyakit Mulut Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas, sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan penyakit mulut 18 Penyakit Otot dan

Persendian

Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan otot dan persendian.

19 Penyakit telinga Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair, telinga berdenging, telinga merasa gatal, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan telinga.

20 Penyakit Tulang Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tulang. 21 Penyakit Saluran

Pembuangan

Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, keringat malam, peluruh kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan


(33)

No. Kelompok Penyakit/Penggunaa

n

Macam Penyakit/penggunaan

lainnya yang berhubungan dengan penyakit saluran pembuangan.

22 Penyakit Saluran Pencernaan

Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, mules, murus, peluruh kentut,

karminatif, muntah, diare, mencret, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, berak darah, berak lendir, usus buntu, dan penggunaan lainnya yang

berhubungan dengan saluran pencernaan. 23 Penyakit Saluran

Pernafasan/THT

Asma, batuk, flu, influensa, pilek, pilek, sesak nafas, Sakit tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan saluran pernafasan/THT.

24 Perawatan Kehamilan dan Persalinan

Keguguran, perawatan sebelum/sesudah melahirkan/persalinan, uterine tonic, penyubur kandungan, susu bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kehamilan dan melahirkan

25 Perawatan Organ Tubuh Wanita

Kegemukan, perawatan organ kewanitaan, pelangsing, peluruh lemak, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan perawatan organ tubuh wanita.

26 Perawatan Rambut, Muka, Kulit

Penyubur rambut, penghalus kulit,

menghilangkan ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan rambut, muka dan kulit.

27 Sakit Kepala dan Demam

Sakit kepala, pusing, pening, demam, demam pada anak-anak, demam pada orang dewasa, demam menggigil, penurun panas, dan

penggunaan lainnya yang berhubungan dengan sakit kepala dan demam.

28 Tonikum Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan tonikum.

29 Lain-lain Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang tidak tercantum di atas.


(34)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan

Dari pengumpulan data- data vegetasi baik data sekunder maupun data primer didapatkan daftar tumbuhan berdasarkan nama ilmiah, nama lokal, habitus dan nama familinya. Hasil pengumpulan data tersebut kemudian dilakukan cek silang dengan literatur-literatur yang ada, sehingga data yang dihasilkan merupakan data akurat sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku.

Dari hasil penelitian didapatkan data total tumbuhan sebanyak 762 jenis. Dari jumlah tersebut, 461 jenis diantaranya telah diketahui manfaatnya. Daftar total jenis tumbuhan yang teridentifikasi secara rinci disajikan pada Lampiran 5, sedangkan daftar tumbuhan berguna yang terdapat di kawasan TNGP secara rinci disajikan pada Lampiran 6.

a. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Familinya

Berdasarkan familinya, jenis-jenis tumbuhan berguna TNGP dapat dikelompokkan kedalam 111 famili. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah dari famili orchidaceae, yaitu sebanyak 147 jenis. Hal ini menunjukkan bahwa famili orchidaceae memiliki keanekaragaman spesies yang tertinggi dibandingkan famili lainnya. Famili yang ditemukan terbanyak kedua dan ketiga adalah asteraceae (24 jenis) dan lauraceae (20 jenis). Daftar rekapitulasi nama famili dan jumlah spesies tumbuhan berguna di TNGP berdasar nama familinya secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 8.

b. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berguna Berdasarkan Habitusnya

Keanekaragaman jenis tumbuhan berdasarkan habitusnya dapat dikelompokkan kedalam 6 jenis, yaitu; epifit, herba, liana, perdu, pohon dan semak. Rekapitulasi jumlah spesies tumbuhan berguna berdasarkan habitusnya tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan Berguna di TNGP Berdasarkan Habitusnya

No Habitus Jumlah Jenis

1 Epifit 146

2 Herba 95

3 Liana 15

4 Perdu 44

5 Pohon 140

6 Semak 21


(35)

Dari Tabel 6 terlihat bahwa jumlah spesies terbanyak yang ditemukan terdapat pada kelompok habitus epifit (146 jenis) dan kelompok habitus pohon (140 jenis), sedangkan jumlah spesies terkecil terdapat pada kelompok liana (15 jenis). Dengan demikian kelompok habitus pohon merupakan kelompok dengan keanekaragama n spesies tertinggi sedangkan liana merupakan kelompok dengan keanekaragaman spesies yang paling rendah. Informasi mengenai habitus masing- masing spesies tumbuhan berguna secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 6.

B. Kegunaan Tumbuhan

Data tumbuhan yang berhasil diidentifikasi tersebut kemudian dilakukan cek silang dengan berbagai literatur, buku serta laporan untuk didapatkan data tumbuhan berdasarkan klasifikasi kegunaannya. Dari hasil cek silang studi literatur didapatkan data tumbuhan yang berhasil diidentifikasi kegunaannya sebanyak 461 jenis tumbuhan. Dari jumlah tersebut, kemudian dilakukan pengklasifikasian berdasarkan kelompok kegunaannya. Berdasarkan kelompok kegunaannya, spesies-spesies tumbuhan TNGP dapat dikelompokkan kedalam 13 kelompok kegun aan. Rekapitulasi jumlah spesies tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaannya disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan di TNGP Berdasarkan Kelompok Kegunaannya

No Kelompok Kegunaan Jumlah Spesies

Di TNGP

Dimanfaatkan Masyarakat

1 Tumbuhan Obat 210 69

2 Tumbuhan Aromatik/Minyak Atsiri 4 26

3 Tumbuhan Pangan 37 32

4 Tumbuhan Penghasil Bahan Pewarna 19 12

5 Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati 2 1

6 Tumbuhan Hias 154 66

7 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak 14 22

8 Tumbuhan Penghasil Tanin 4 0

9

Tumbuhan Penghasil Bahan Tali,

Anyaman, dan Kerajinan 3 7

10 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar 10 14

11 Tumbuhan Penghasil Serat 4 0

12 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan 54 17

13 Tumbuhan Tolak balak 0 6

14 Lainnya 8 0

Ju mlah 461* 246**

Keterangan : * Jumlah total tumbuhan berguna di TNGP

** Jumlah total tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Dari Tabel 7 terlihat bahwa jumlah jenis tumbuhan terbanyak terdapat pada kelompok tumbuhan obat yaitu sebanyak 21 0 jenis, sedangkan jumlah jenis terendah


(36)

terdapat pada kelompok penghasil pestisida nabati serta penghasil tali, anyaman dan kerajinan yaitu sebanyak 3 jenis. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, jumlah jenis tumbuhan tertinggi terdapat pada kelompok tumbuhan obat (69 jenis) dan jumlah jenis terendah terdapat pada kelompok pestisida nabati (1 jenis). Untuk kategori penghasil tanin dan penghasil serat tidak teridentifikasi jumlahnya karena masyarakat tidak pernah atau jarang menggunakan jenis-jenis tumbuhan untuk kategori ini.

Untuk data klasifikasi tumbuhan disajikan secara deskriptif dan tabulatif berdasarkan potensi kegunaannya.

1 . Tumbuhan obat

Menurut Zuhud et al. (1994),tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis, dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri.

Tumbuhan yang teridentifikasi memiliki kegunaan sebagai penghasil obat merupakan kategori dengan kuantitas terbanyak yang berhasil ditemukan. Jumlah spesies tumbuhan obat yang berhasil teridentifikasi sebanyak 210 jenis. Ini berarti hampir sepertiga dari total tumbuhan TNGP yang berhasil diidentifikasi memiliki kegunaan sebagai tumbuhan obat.

Untuk kategori tumbuhan obat ini dilakukan identifikasi lebih lanjut mengenai bagian tumbuhan yang digunakan serta identifikasi kegunaan lanjutannya dalam menyembuhkan penyakit -penyakit yang ada. Berdasarkan kelompok penyakit/penggunaannya, spesies-spesies tumbuhan obat TNGP dapat dikelompokkan kedalam 26 kelompok penyakit/penggunaan. Daftar jenis-jenis tumbuhan obat di TNGP beserta kegunaannya disajikan pada Lampiran 9, sedangkan rekapitulasi klasifikasi tumbuhan obat berdasarkankan kelompok penyakit/kegunaannya tersaji pada Tabel 8.


(37)

Tabel 8. Rekapitulasi Jumlah Jenis Tumbuhan Obat di TNGP Berdasarkan Kelompok Penyakit/Penggunaan

No. Kelompok Penyakit/Penggunaan Jumlah Jenis

1 Gangguan Peredaran Darah 2 2 Keluarga Berencana (KB) 2

3 Penawar Racun 4

4 Pengobatan Luka 12 5 Penyakit Diabetes 1 6 Penyakit Gangguan urat syaraf 1

7 Penyakit Gigi 5

8 Penyakit Ginjal 2 9 Penyakit Jantung 2 10 Penyakit Kelamin 6 11 Penyakit Khusus Wanita 4 12 Penyakit Kulit 22 13 Penyakit Kuning 1 14 Penyakit Malaria 3 15 Penyakit Mata 7 16 Penyakit Mulut 12 17 Penyakit Otot dan Persendian 20 18 Penyakit telinga 1 19 Penyakit Tulang 2 20 Penyakit Saluran Pembuangan 22 21 Penyakit Saluran Pencernaan 42 22 Penyakit Saluran Pernafasan/THT 2 23 Perawatan Kehamilan dan Persalinan 8 24 Perawatan Organ Tubuh Wanita 2 25 Sakit Kepala dan Demam 51

26 Tonikum 4

27 Lain-lain 18

Jenis penggunaan terbanyak dari tumbuhan obat TNGP adalah pertama sebagai obat sakit kepala dan demam (51 jenis), kedua sebagai obat penyakit saluran pencernaan (42 jenis), dan ketiga sebagai obat penyakit saluran pembuangan (22 jenis), sedangkan sisanya terbagi kedalam berbagai kelompok penyakit yang ada seperti dalam Tabel 8.

Yang perlu mendapatkan perhatian adalah terdapatnya jenis-jen is yang memiliki lebih dari satu kegunaan dalam menyembuhkan penyakit. Hal ini bisa dijadikan sebagai dasar untuk pemilihan jenis potensial yang bisa dikembangkan oleh masyarakat. Sebagai contoh jenis seperti Cinnamomum sintoc BI yang dapat digunakan seba gai obat cacingan, encok, disentri dan sariawan. Jenis Toona sureni (BI.) Merr. juga memiliki lebih dari satu kegunaan yaitu sebagai obat astringen, demam dan ginjal membesar. Dan juga jenis-jenis yang lain seperti Cassia florida Vahl., Bidens pilosa L., A maranthus spinosus L., Ageratum conyzoides L. yang masing- masing memiliki lebih dari satu kegunaan.


(38)

Pada aspek bagian tumbuhan yang dimanfaatkan, biasanya bagian yang bermanfaat adalah daun, akar, kulit batang, tunas muda, getah, buah, biji dan bunga. Masing-masing jenis memiliki kekhasan tersendiri untuk bagian mana yang biasa dimanfaatkan. Beberapa jenis ada yang lebih dari satu bagian yang bisa dimanfaatkan, bahkan ada yang semua bagian tumbuhannya bisa dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini juga merupakan informasi berharga bagi upaya pengembangan lebih lanjut karena bisa dijadikan sebagai dasar pemilihan jenis potensial untuk dikembangkan oleh masyarakat.

Dari hasil wawancara didapatkan data tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sebagai tumbuhan obat. Terdapat sebanyak 69 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati berbagai jenis penyakit (Lampiran 12). Tumbuh-tumbuhan tersebut selain berasal dari kawasan TNGP juga ada yang berasal dari luar kawasan. Dari jumlah tersebut 30 jenis diantaranya merupakan spesies TNGP.

Jenis tanaman kumis kucing merupakan jenis terbanyak yang dipakai oleh masyarakat yaitu sebanyak 7 orang. Jenis ini ditemukan di luar kawasan TNGP, tepatnya di areal daerah penyangga. Di beberapa tempat di sekitar kawasan bahkan ada yang sudah memanfaatkan jenis tanaman ini untuk dikembangkan secara komersial. Ini terlihat dari ditemukannya kebun-kebun kumis kucing hasil pengembangan masyarakat walaupun masih dalam skala kecil (desa-desa penyangga di Resort Bodogol). Tanaman ini digunakan untuk mengobati penyakit liver, sakit pinggang dan lemah lesu (wawancara dengan H. Jatma 1). Lebih lanjut H. Jatma mengemukakan bahwa terdapat jenis yang bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit darah tinggi dan penambah nafsu makan, yaitu jenis sintrong (Erechites valerianifolia DC.). Cara penggunaanya dengan cara merebus tanaman sintrong ini, kemudian air rebusannya bisa langsung diminum.

Jenis terbanyak kedua adalah babandotan (Ageratum conyzoides L.). Tanaman ini digunakan untuk mengobati sakit encok serta dipakai untuk memulihkan kesegaran tubuh (wawancara dengan Enap 2). Tanaman ini memang sudah terkenal di masyarakat sebagai tanaman obat tradisional. Ada juga jenis yang bisa digunakan untuk mengobati sakit mata yaitu cangkoreh (Dinochloa scandens (Blume ex Nees) OK). Cara pengobatannya cukup sederhana, air batang dari tanaman sejenis bambu ini diteteskan langsung ke dalam mata (wawancara dengan Aji 3).

Pada umumnya masyarakat sekitar kawasan jarang sekali menggunakan tumbuh-tumbuhan tersebut sebagai sarana pengobatan yang utama. Disamping sudah ada pengobatan yang lebih modern, pengobatan dengan menggunakan tumbuhan obat tradisional ini dinilai tidak praktis. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat sangat kecil terhadap tumbuhan obat tradisional ini. Masyarakat memahaminya sebagai


(39)

suatu ilmu pengetahuan secara turun temurun dan tersebar dari mulut ke mulut. Hal ini tentu mengkhawatirkan bila dilihat dari sisi ilmu etnobotani, karena apabila hanya berupa pengetahuan saja tanpa sebuah praktek, maka seiring berjalannya waktu pengetahuan tradisional ini akan hilang. Beberapa spesies tumbuhan obat TNGP disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Spesies Tumbuhan Obat TNGP 2 . Tumbuhan Has

Secara umum tumbuhan hias didefinisikan sebagai tumbuhan yang memiliki bagian tumbuhan yang menarik pandangan. Karena tidak ada batasan secara ilmiah, maka setiap ada tumbuhan yang menarik pandangan bisa dikatakan tumbuhan hias. Jenis tumbuhan TNGP yang tergolong tumbuhan hias terdapat sebanyak 154 jenis (Lampiran 10). Dari daftar terlihat bahwa kategori tumbuhan hias tersebut didominasi golongan tumbuhan famili orchidaceae (147 jenis). Hal ini dikarenakan bahwa famili orchidaceae lazim dikategorikan sebagai tumbuhan hias. Walaupun sebenarnya masih banyak lagi selain famili orchidaceae yang bisa dimanfaatkan sebagai tumbuhan hias. Beberapa jenis tumbuhan hias ini termasuk kedalam apendix II CITES. Supaya terhindar dari kepunahan maka perdagangan untuk jenis- jenis yang masuk appendix II CITES ini diatur oleh negara. Beberapa contoh spesies yang masuk apendix II CITES, yaitu: anggrek pandan (Vanda tricolor Lindl.), gondok (Magnolia candollii (BI.) H.Keng.) dan anggrek tanah kuning (Phaeus flavus (BI.) Lindl.).

Kategori famili selain orchidaceae hanya teridentifikasi sebanyak 7 jenis. Ada satu jenis tumbuhan yang menjadi ciri khas TNGP, yaitu bunga edelweis (Anaphalis javanica Reinw.) yang terkenal dengan bunga abadi. Bunga ini hanya bisa ditemukan pada ketinggian alpin.

Brugmansia suaveolens R. Br.

(Kecubung hutan)

Mussaenda frondosa L.


(40)

Dari hasil wawancara dengan masyarakat, jenis yang termasuk kategori tumbuhan hias terdapat sebanyak 66 jenis (Lampiran 13). Ini merupakan kategori terbanyak kedua yang berhasil diidentifikasi setelah kategori tumbuhan obat. Diantara jenis- jenis tersebut terdapat je nis edelweis yang menjadi kekhasan TNGP. Selain itu beberapa jenis dari kelompok anggrek yang juga merupakan spesies tanaman TNGP. Yang menarik, walaupun di sekitar kawasan terdapat usaha tanaman hias yang dikembangkan secara komersial, tetapi dari hasil wawancara kebanyakan bahan baku tanaman tersebut bukan berasal dari kawasan TNGP. Mereka beranggapan bahwa selain sulit untuk didapat, tanaman dari kawasan TNGP dilarang untuk dibawa keluar kawasan (wawancara dengan Bayung 4). Secara ekologis ini memberikan gambaran positif pemahaman masyarakat terhadap kelestarian kawasan. Tetapi di sisi lain tentunya fungsi sosial masyarakat yang dapat memberikan manfaat secara nyata juga dibutuhkan oleh masyarakat sekitar kawasan TNGP.

Gambar 2. Koleksi Tumbuhan Hias Resort Cibodas 3 . Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan

Semua jenis tumbuhan penghasil kayu bangunan yang terdapat di TNGP memiliki habitus pohon. Hal ini terkait dengan kegunaan jenis- jenis tumbuhan ini yang membutuhkan habitus pohon sebagai salah satu syaratnya.

Tumbuhan yang berhasil diidentifikasi sebagai penghasil kayu bangunan sebanyak 54 jenis. Dominasi famili dari golongan lauraceae sebanyak 9 jenis. Untuk lebih lengkapnya, informasi mengenai spesies tumbuhan penghasil kayu bangunan ini disajikan pada Lampiran 11.

Jenis-jenis tumbuhan penghasil kayu bangunan TNGP yang lazim dalam dunia perdagangan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi seperti saninten (Castanopsis argentea (BI.) DC.) dari famili fagaceae dan rasamala (Altingia excelsa Noronha) dari


(41)

famili hammamelidaceae. Selain itu juga terdapat jenis puspa dengan nama ilmiah Schima wallichii DC. Korth dari famili theaceae.

Terdapat 17 jenis tumbuhan dari hasil wawancara yang diidentifikasi memiliki kegunaan sebagai bahan bangunan (Tabel 9). Dari jumlah tersebut, 10 jenis diantaranya merupakan spesies TNGP. Diantara jenis-jenis tersebut terdapat jenis yang sudah terkenal yaitu jenis rasamala dan puspa. Jenis ini memang biasa digunakan sebagai bahan bangunan atau untuk membuat perabotan.

Tabel 9. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Kayu Bangunan yang Dimanfaatkan Masyarakat Berdasar Hasil Wawancara dengan Masyarakat Desa Penyangga

No Nama Lokal Nama Ilmiah

Bagian yang

Digunakan Kegunaan

1 Bambu - Batang Dinding bambu 2 Huru mehmal * Litsea tomentosa BI. Batang Tiang, dinding 3 Huru minyak * Litsea resinosa BI. Batang Tiang, dinding 4 Koneng/huru manuk* Litsea monopetala Pers. Batang Tiang, dinding 5 Kisereh - Batang Tiang, dinding 6 Kimanjel * Laplacea integerrima Mi q. Batang Tiang, dinding 7 Kupa landak* Flacourtia rukam Zoll. & Morr. Batang Kusen 8 Kiharendong - Batang Tiang 9 Katu lampa* Elaeocarpus oxypyren Kds. & Val. Batang Tiang 10 Huru lapung - Batang Tiang 11 Medang janitri* Elaeocarpus stipularis BI. Batang Tiang 12 Kayu pakis * - Batang Tiang 13 Puspa* Schima wallichii (DC) korth. Batang Tiang, dinding 14 Rasamala* Altingia excelsa Noronha Batang Tiang, dinding 15 Ki pres - Batang Tiang 16 Ki jebug Polyosma ilicifolia BI. Batang Tiang 17 Jlatrong - Batang Tiang

Ket * : Spesies Tumbuhan TNGP.

4 . Tumbuhan Penghasil Pangan

Secara umum tumbuhan pangan merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Sastrapradja et al. (1977) membagi tumbuhan pangan berdasarkan kandungannya, yaitu (1) tumbuhan mengandung karbohidrat, (2) tumbuhan mengandung protein, ( 3) tumbuhan mengandung vitamin, dan (4) tumbuhan mengandung lemak.

Tumbuhan yang memiliki kegunaan sebagai penghasil pangan sebanyak 38 jenis. Dominasi famili dari golongan asteraceae sebanyak 7 jenis. Untuk habitus cukup bervariasi dari liana, perdu, herba, semak dan pohon. Informasi lebih lanjut mengenai jenis-jenis tumbuhan untuk kategori penghasil pangan ini dapat dilihat pada Tabel 10.


(42)

Tabel 10. Daftar Spesies Tumbuhan Kelompok Kegunaan Penghasil Pangan di TNGP (Studi Literatur)

No Nama Lokal Nama Ilmiah

Bagian yang

Digunakan Habitus

1 Bayem bodas Amaranthus lividus L. Daun Sayuran 2 Kimanggu Ardisia laevigata BI. Daun Sayuran 3 Hariang Begonia muricata BI. Daun Sayuran 4 Ki sepat Commelina paludosa BI. Daun Sayuran 5 Kanikir Cosmos caudatus Kunth. Buah Dimakan 6 Jukut jonghe Emelia sonchifolia (L.) DC. Buah Dimakan 7 Kiara jingkang Ficus involucrata BI. Daun Sayuran 8 Jukut loseh Galinsoga parviflora Cav. Daun Lalab 9 Pining Hornstedtia paludosa K. Schuman Buah Manisan 10 Ki piit Maesa latifolia (BI.) DC. Daun Sayuran 11 Picisan/tetekan Myrica javanica Reinw. Buah Dimakan 12 Piopo/bambung Oenanthe javanica (BI.) DC. Daun Sayuran 13 Monyet/areuy Passiflora edulis Sims. Buah Dimakan 14 Cecendet Physalis peruviana L. Buah Selai, dimakan 15 Poh pohan Pilea melastomoides (poir.) BI. Daun Sayuran 16 Kaciput/areuy Salacia chinensis L. Buah Dimakan 17 Canar bokor Smilax macrocarpa BI. Buah Dimakan 18 Canar bokor Smilax zeylanica L. Buah Dimakan 19 Terung perat Solanum ferox L. Buah Sayuran 20 Rajana Sonchus asper (L.) Hill.

Daun, batang muda Lalab 21 Kanikir Taraxacum officinale Weber. Daun Sayuran 22 Panggang cucuk Trevesia sundaica Miq. Kuncup bunga Lalab 23 Dudurenan /kakad Elaeagnus triflora Roxb. Buah Dimakan 24 Ki tongo Debregesia longifolia Burm.f. Buah Dimakan 25 Areuy geureung Stephania capitata (BI .)Spreng. Daun Cincau 26 Konyal Passiflora suberosa L. Buah Dimakan 27 Kajar kajar Alocasia macrorhiza (L.) G Don. Daun Sayuran 28 Sembung lelaki Blumea lacera (Burm f.) DC. Daun Dimakan 29 Koreh kotok Bryonpsis laciniosa (L.) Naud Buah Dimakan 30 Awar-awar Ficus montana Burm.f Daun

Tike (campuran tembakau) 31 Harendong Medinilla speciosa (Reinw.ex BI) Buah Dimakan 32 Honje warak Nicolaia solaris (BI.) Horan Buah Dimakan 33 Beberetean Rubus fraxinifolius Poir. Daun, batang Sayuran 34 Takokak Solanum torvum Swartz. Buah Sayuran 35 Tempuyung Sonchus arvensis L.

Daun, batang muda Lalab 36 Tongtak Zingiber odoriferum BI. Buah Dimakan 37 Kopo gede Syzygium pycnanthum Merr. Bunga Dilalab 38 Saninten Castanopsis argentea (BI.) DC Buah Dimakan 39 Rukam Flacourtia rukam Zoll. & Morr. Buah Dimakan

Aspek pemanfaatan dari jenis tumbuhan ini bermacam-macam. Buah konyal (Passiflora suberosa L.) merupakan contoh jenis dengan pemanfaatan pada bagian


(43)

buahnya yang dapat dimakan langsung. Terdapat juga jenis yang bisa dimanfaatkan daunnya seperti bayem bodas (Amaranthus lividus L.). Selain itu untuk jenis-jenis yang lain pemanfaatannya pada bagian umbi dan batang.

Dari hasil wawancara dengan masyarakat, buah konyal yang merupakan buah dari tanaman eksotik TNGP biasa dikonsumsi oleh masyarakat sekitar kawasan. Bahkan ada masyarakat yang sudah mulai menjual buah ini untuk menambah pendapatan keluarga. Jenis tanaman konyal ini memang tidak menguntungkan secara ekologis. Perkembangannya yang cepat dengan habitus liana dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman lainnya. Oleh karena itu untuk jenis ini pengelola kawasan memberikan kebebasan yang terbatas untuk dimanfaatkan oleh masyarakat dengan batasan proses pengambilannya dengan cara yang baik dan tidak merugikan secara ekologis.

Selain konyal, masih ada jenis canar (Smilax macrocarpa BI.), cantigi (Rhododendron citrinum Hassk.), beunying (Ficus fistulosa Reinw.) yang seluruhnya merupakan spesies TNGP. Hampir sama dengan konyal, jenis-jenis ini yang biasa dimanfaatkan adalah buahnya. Selain jenis- jenis tersebut masih ada jenis yang lain baik yang berasal dari kawasan TNGP maupun dari luar kawasan. Total jenis yang berhasil diidentifikasi dari hasil wawancara ada sebanyak 32 jenis dengan 22 jenis diantaranya merupakan spesies TNGP. Informasi daftar spesies tumbuhan penghasil pangan hasil wawancara dengan masyarakat disajikan pada Tabel 11. Contoh spesies tumbuhan penghasil pangan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Spesies Tumbuhan Pangan TNGP

Tabel 11. Daftar Spesies Tumbuhan Penghasil Pangan yang Dimanfaatkan oleh

Amomum pseudo-foetens Val.


(1)

Lampiran 11. (Lanjutan)

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus

46 Huru Prunus arborea (BI.) Kalkm. Rosaceae Pohon

47 - Prunus grisca (C.muell) Rosaceae Pohon

48 Kileho beureum Saurauia cauliflora DC. Sauraceae Pohon 49 Puspa Schima wallichii (DC) korth. Theaceae Pohon 50 Kitembaga Syzigium antisepticum (BI.) Myrtaceae Pohon 51 Kitembaga Syzigium gracilis (Korth.) Myrtaceae Pohon 52 - Tarenna fragrans (BI.) Koord. Rubiaceae Pohon

53 Suren Toona sureni (BI.) Merr. Meliaceae Pohon


(2)

Lampiran 12. Daftar Spesies Tumbuhan Obat TNGP Hasil Wawancara dengan Masyarakat Desa Penyangga

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Bagian yg

Manfaat

Cara Pemanfaatan

bermanfaat

1 Alang-alang Imperata cylindrical BEAUV. Poaceae Herba Akar Sakit pinggang, kepala Data tidak lengkap 2 Antanan* Centella asiatica (L.) Urb. Apiaceae Herba Semua Darah tinggi Data tidak lengkap 3

Antanan

gunung* Pimpinella pruatjan Moelkenb. Apiaceae Herba Daun Mag Data tidak lengkap 4

Areuy

sambangan - Lemah lesu Data tidak lengkap

5 Babandotan* Ageratum conyzoides L. Asteraceae Herba Daun Encok, kesegaran, luka 1-2 tetes dicampur air 1/2 gelas dan diminum 6

Belimbing

wuluh Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae Pohon Buah Darah tinggi Data tidak lengkap

7 Benalu - - Epifit

Batang dan

daun Liver Data tidak lengkap

8 Bungbuai

Plectocomia elongate Bl.

Arecaceae Liana Air batang Batuk Data tidak lengkap 9 Bunga sepatu Hibiscus rosa - chinensis L. Malvaceae Perdu Daun Disentri, panas, usus Data tidak lengkap 10 Cangkorek*

Dinochloa scandens (Blume ex Nees)

OK Poaceae Pohon Air batang Batuk, tetes mata Data tidak lengkap

11 Capituher*

Mikania cordata (Burm. F.) B.L

Robinson Asteraceae Semak Daun dan dahan Gatal Batang digodog dan airnya diminum 12 Centek* Lantana camara L. Verbenaceae Perdu Daun, buah Luka Ditumbuk dan di oleskan

13 Ceuceuneut* Physalis peruviana L. Solanaceae Herba

Daun, buah

akar Stroke, rematik

I genggam direbus airnya diminum 3 gelas jadi 1gelas

14 Dadap* Erythrina fusca Lour. Papilionaceae Pohon Daun Mag Data tidak lengkap

15

Daun jambu

batu Psidium guajava L. Myrtaceae Pohon Pucuk daun Diare Data tidak lengkap

16 Delima putih Punica granatum L. Punicaceae Perdu Kulit buah Diabet Data tidak lengkap 17 Gandapura Gaultheria fragrantissima Bl. Ericaceae Pohon Daun Rematik Data tidak lengkap

18 Handeuleum Graptophyllum pictum L. Griff. Acanthaceae Herba Daun Ambien I genggam direbus 2gelas jadi 1 gelas 19 Harendong bulu Medinilla Speciosa (Reinw.ex BI) Melastomaceae Perdu Daun Luka Daun ditumbuk

20 Hareueus Rubus moluccanus L. Rosaceae Pohon Daun muda Obat keputihan Direbus airnya diminum 21

Hariang

beureum Begonia robusta Bl. Begoniacea Herba Batang Panas dalam


(3)

Lampiran 12. (Lanjutan)

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Bagian yg

Manfaat

Cara Pemanfaatan

Bermanfaat

22 Jahe Zingeber officinale Bl. Zingiberaceae Herba Umbi Luka, obat kuat Data tidak lengkap 23 Jamuju* Dacricarpus imbricatus Podocarpaceae Pohon Buah matang Pencegah kanker Data tidak lengkap 24 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Swingle. Rut aceae Perdu Buah Batuk Data tidak lengkap 25 Kahitutan* Lasianthus laevigatus BI. Rubiaceae Pohon Daun Masuk angin Dimakan

26 Kang gede - - Umbi Lemah lesu Data tidak lengkap

27 Karas tulang - - Perdu Daun, pohon

Sakit pinggang, lemah,

lesu 10 lembar daun dierrendam air panas jadi 1 gelas

28 Katoet - - Daun

Sakit perut, diare, panas

dalam Daun di bilas dg air busanya untuk luka 29 Katutungkul* Polygala venenosa Juss. Ex Poir Polygalaceae Pohon Bunga, buah Sakit pinggang Data tidak lengkap

30 Kelingsir - Herba Daun Panas Data tidak lengkap

31 Kencur Kaempferia galanga L. Zingiberaceae Liana Umbi Obat batuk anak Data tidak lengkap 32 Ketimun Cucumis sativus L. Cucurbitaceae Liana Buah Mencegah lelah mata Data tidak lengkap

33 Ki beling - - Herba Daun Sakit pinggang, lemah lesu Data tidak lengkap

34 Ki canteum - - Perdu Batang Lemah lesu Data tidak lengkap

35 Ki cantung

Goniothalamus macrophyllus Hook,f.

S. Thomas. Annonaceae Perdu Batang Sakit pinggang Dilalap

36 Ki Lemo* Litsea cubeba (Lour) Pers Lauraceae Pohon Daun buah Bau badan, bau mulut Data tidak lengkap 37 Ki urat* Plantago lanceolata L. Plantaginaceae Herba Melancarkan urat Data tidak lengkap

38 Kirinyu Eupatorium pallescens DC. Asteraceae Perdu Daun Luka 10 lembar daun direbus dan airnya diminum

39 Kirinyu kapas - Asteraceae Perdu Daun Luka Ditumbuk airnya diminum

40 Kumis kucing Orthosiphon grandiflorus Bold. Solanaceae Herba Daun

Liver,,sakit pinggang, lemah lesu

Data tidak lengkap 41 Kunyit Curcuma domestica Val. Zingiberaceae Herba Umbi Mag Data tidak lengkap 42 Kunyit gede Curcuma euchroma Val. Zingiberaceae Herba Umbi Masuk angin Data tidak lengkap 43 Kunyit bodas* Curculigo latifolia Dryand. Amaryllidaceae Herba Umbi Typus, hipertensi, maag Data tidak lengkap 44 Lame* Rauvolfia javanica K & V Apocynaceae Pohon Kulit, getah Gigi, malaria Daun ditumbuk

45 Lempuyang Zingeber sp. Zingeberaceae Semak Semua Ginjal Data tidak lengkap

46 Lokatmala* Artemisia vulgaris L. Asteraceae Herba Semua Rematik Data tidak lengkap


(4)

Lampiran 12. (Lanjutan)

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus Bagian yg

Manfaat

Cara Pemanfaatan

Bermanfaat

47 Lumut jenggot* Usnea barbata Fiers. Usneaceae Herba Lumut Mag Data tidak lengkap 48 Mementeran Selaginella willdenowii BACKER. Selaginellaceae Herba

Daun, dahan

dan akar Panas dalam Langsung dimakan 49 Meniran* Phyllanthus niruri L. Euphorbiaceae Herba

Daun, buah,

akar, Batang Diabetes -

50 Pacing* Costus speciosus (Koen.) J.E Smith Zingiberaceae Herba Batang Gatal- gatal, tetes mata Ditumbuk, digosok

51 Paku anam* - Akar Reumatik Direbus airnya diminum

52 Paku gunung* Blechnum vulcanicum Blechniaceae Herba Batang Pegal linu Data tidak lengkap

53 Pepaya Carica papaya L. Caricaceae Pohon Daun Liver Data tidak lengkap

54 Piletrum - Jamu Data tidak lengkap

55 Pisang hutan* Musa acuminata Colla. Musaceae Pohon Hati batang Luka Data tidak lengkap

56 Polygala* Polygala paniculata L. Polygalaceae Pohon Daun Ginjal Direbus 2-3 lemba r dari 2 gelas menjadi 1 gelas 57 Pulus* Laportea stimulans (L.f.) Gaud. Ex Miq. Urticaceae Pohon Akar Batuk akut Dimakan

58 Rane* Selaginella plana Hieron. Selaginellaceae Herba Daun Jerawat Direbus airnya diminum

59 Reundeu * Argostemma montanum BI. Rubiaceae Perdu Daun Diabetes, kencing batu 1 genggam direbus 2 gelas jadi 1gelas 60

Rumput

ginseng - - Herba Umbi Reumatik 1 genggam direbus 2 gelas jadi 1gelas

61 Sambung hutan - - Daun Stroke, darah tinggi Dibalurkan

62 Samugu - - Akar Hidun g Data tidak lengkap

63 Sintrong Erechites valerianifolia DC. Asteraceae Herba Daun Nafsu makan, darah tinggi Direbus airnya diminum 64 Sirih Piper betle L. Piperaceae Liana Daun Menghilangkan bau Ditumbuk digosokkan 65 Tabat barito* Ficus deltoidea Jack. Moraceae Epifit Daun, buah Kuat lelaki Data tidak lengkap 66 Teklan* Eupatorium riparium Reg. Asteraceae Herba Daun Ginjal, sakit pinggang Data tidak lengkap 67 Tempuyung* Sonchus arvensis L. Asteraceae Herba Akar, daun Sakit pinggang Data tidak lengkap 68 Tepus Hornstedtia megalochellus Griff. Zingiberaceae Herba Hati batang Batuk gatal tenggorokan Dilalap

69 Teureup* Artocarpus elastica Reinw. Moraceae Pohon Getah TBC Dilalap

Ket * : Spesies Tumbuhan TNGP


(5)

Lampiran 13. Daftar Spesies Tumbuhan Hias Hasil Wawancara dengan Masyarakat

Desa Penyangga

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus

1 Alamanda Allamanda cathartica L. Apocynaceae Perdu

2 Amaranta - - -

3 Anggrek tanah* Phaeus flavus (BI.) Lindl. Orchidaceae Herba 4 Bougenvile Bougainvillea glabra Chois. Nyctaginaceae Perdu

5 Beringin Ficus benjamina L. Moraceae Pohon

6 Beringin korea Ficus sp. Moraceae Pohon

7 Bunga sepatu Hibiscus rosa - chinensis L. Malvaceae Perdu

8 Canna isebe - - Perdu

9 Cantigi areuy* Vaccinium varingifolium Miq. Ericaceae Epifit 10 Cantigi koneng Rhododendron album BI. Ericaceae Epifit

11 Cariang Homalomena sp. Araceae Herba

12 Cemara Casuarina sp. Casuarinaceae Pohon

13 Cempaka* Michelia champaka L. Magnoliaceae Pohon 14 Cente manis Erigeron linifolius Willd. Asteraceae Pohon 15 Ciremai Phyllanthus acidus Skeels. Euphorbiaceae Pohon

16 Congkok Curculigo sp. Ciperaceae Herba

17 Edelweis* Anaphalis javanica (Reinw.) Asteraceae Semak 18 Ekor anjing Heliotropium indicum L. Borraginaceae Perdu 19 Hanjuang Cordyline fruticosa Backer. Liliaceae Semak 20 Harendong bokor* Medinilla Speciosa (Reinw.ex BI) Melastomataceae Perdu 21 Harendong koneng Medinilla verrucosa (Reinw.ex BI) Melastomataceae Epifit

22 Hareus* Rubus moluccanus L. Rosaceae Herba

23 Hariang* Begonia robusta Bl. Begoniacea Herba

24 Hulmus - - Herba

25 Kadaka* Asplenium nidus L. Apleniaceae Epifit

26 Kaktus - - Perdu

27 Kalas kemon - - -

28 Kapulandak - - Perdu

29 Kastuba - - Pohon

30 Kemang leuntera Disporum pullum Liliaceae Herba 31 Ki ajag* Ardisia fuliginosa BI. Myrsinaceae Perdu 32 Ki tanduk* Leptospermum flavescens J.E. Smith Myrtaceae Pohon 33 Ki tembaga* Syzigium antisepticum (BI.) Myrtaceae Perdu

34 Laja kuning Corypha sp. Arecaceae Pohon

35 Laju merah Corypha sp. Arecaceae Pohon

36 Lampeni* Ardissia javanica BI. Myrsinaceae Perdu

37 Lantana Lantana camara L. Verbenaceae Pohon

38 Mawar Rosa Chinensis Jacq Rosaceae Perdu

39 Nona makan sirih - -

40 Pacar tere* Impatiens p latypetala (L.) Balsaminacae Herba

41 Pachira - -

42 Pakis hutan* - - Pohon

43 Pakis monyet* - - Pohon


(6)

Lampiran 13. (Lanjutan)

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Habitus

44 Paku tiang* Cyathea constaminan Cyatheaceae Perdu

45 Palem-palm an* - Arecaceae Pohon

46 Pandan - Pandanaceae Semak

47 Papirus - - -

48 Pinus* Pinus merkusii Jung. Et . De Vriese Pinaceae Pohon

49 Pisang amazone - Musaceae Pohon

50 Pitunia - - -

51 Pohon zig zag - Euphorbiaceae Herba

52 Puring Nothopanax scutellarium Merr. Araliaceae Pohon 53 Ramogiling* Schefflera lutescens (BI.) Vig. Araliaceae Epifit

54 Salias - - -

55 Sawo Chrysophyllum cainito L. Sapotaceae Pohon

56 Sikat botol - - -

57 Sinyo nakal - - Herba

58 Siyanto - - -

59 Soka leuweung* Ixora longituba Boerl. Rubiaceae Perdu 60 Suji Pleomele angustifolia N. E. Brown. Liliaceae Perdu 61 Suji leuweung* Dianella montana BI. Liliaceae Perdu 62 Teratai Nelumbium nelumbo Druce. Nymphaeaceae -

63 Tri color - - -

64 Try cales - - -

65 Wali songo - - -

66 Warlies - - -