Dampak Pengembangan Sektor Industri Pengolahan terhadap Perekonomian Wilayah Kab. Dati II Bekasi : Analisis Derivasi Tebel Input-Output
DAMPRK PENGEMBANGAN SEKTOW INDUSTRl PENGOLAHAN
TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYWH KAB. DATl I1 BEKWSI:
ANALISIS DERiVASl TEBEL INPUT-OUTPUT
Oleh
AGlT
KRISWANTRIYONO
A 25.0960
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKOhlOMl PERTANIAB
FAKULTAS PERTAMIAN
INSTlTUT PERTAXIAN BOGOR
I994
RINGKASAN
AGIT KRISWANTRIYONO. Dampak Pengembangan Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Dati I1 Bekasi : Analisis
Derivasi Tabel Input-Output (Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMADJA dan ARIEF DARYANTO).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak yang ditimbulkan terhadap perekonomian wilayah dari pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Dati I1 Bekasi. Sebagai alat analisis digunakan Tabel Input-Output Kabupaten
Bekasi 1991 yang diturunkan dari Tabel Input-Output Propinsi Jawa Barat 1988.
Pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi memberikan dampak dan peran yang besar terhadap perekonomian wilayah. Jumlah
output semua sektor yang dihasilkan sebesar Rp 1.916.291 juta. Dari jumlah
sebesar itu 44,7 % berasal dari sektor industri pengolahan, yang berarti harnpir
setengah output wilayah disumbang oleh sektor industri pengola-han. Sektor
pertanian menempati peringkat kedua dengan kontribusi sebesar 13,6 %.
Dibandingkan dengan rata-rata sektor lainnya, kontribusi sektor industri pengolahan
masih jauh di atas kedua belas tersebut.
Besarnya nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh sektor industri pengolahan adalah Rp 556.449 juta, atau 40,3 % dari total nilai tambah yang dihasilkan oleh semua sektor. Sedangkan total nilai tambah bruto wilayah sebesar Rp
1.379.863 juta.
Disamping menghasilkan output dan nilai tambah yang besar, sektor ini
juga berhasil menyumbang ekspor wilayah tidak kurang dari 67,4 % dari total
ekspor sebesar Rp 402.870 juta. Sumbangan rata-rata sektor-sektor lain dalam
transaksi ekspor ini tidak lebih dari 10 %, yang menunjukkan sangat dominan-
nya peran sektor industri pengolahan dalam perekonomian wilayah. Selain
telah mengekspor sebesar itu, daerah ini juga melakukan transaksi impor.
Besarnya nilai impor total adalah Rp 115.511 juta, yang berarti terjadi neraca
surplus sebesar Rp 287.359 juta.
Jumlah tenaga kerja yang berhasil terserap oleh semua sektor ekonomi
lebih kurang 93,98 % dari total angkatan kerja yang ada. Dari jumlah tersebut
21,3 % bekerja di sektor industri pengolahan. produktivitas tenaga kerja sektor
ini menempati peringkat ketiga setelah sektor pemerintahan dan pertahanan
dan sektor bangunan.
Besarnya keterkaitan ke depan sektor ini baik langsung maupun langsung
tidak langsung menempati peringkat pertama. Besarnya koefisien keterkaitan tersebut adalah 1,27714 untuk keterkaitan langsung, yang berarti besarnya output yang
dialokasikan ke sektor lain maupun ke sektor industri pengolahan itu sendiri tiap
satu satuan output sektor ini sebesar 1,27714. Besarnya nilai keterkaitan langsung
dan tidak langsung sektor ini 2,82047. Untuk keterkaitan ke belakang baik langsung
maupun langsung dan tidak langsung menempati peringkat ke empat yang masingmasing sebesar 0,25249 dan 1,32756.
Besarnya indeks daya penyebaran ke belakang sektor ini menempati peringkat
ke empat dengan koefisien sebesar 1,00325, yang artinya besarnya efek yang ditimbulkan karena peningkatan output sektor ini terhadap output sektor-sektor lain yang
digunakan sebagai input sektor industri pengolahan baik langsung maupun tidak
langsung adalah 1,00325. Sedangkan untuk indeks daya penyebaran ke depan
menempati peringkat pertama sebesar 2,13 143.
Besarnya pengganda output sektor industri pengolahan, untuk tipe I sebesar
1,33 dan 1,39 untuk tipe 11. Angka itu menunjukkan peningkatan output semua
sektor yang disebabkan oleh peningkatan permintaan akhir sektor industri'pengolah-
an sebesar satu satuan. Sedangkan besarnya pengganda pendapatan sekor ini sebe-
sar 2,24 untuk tipe I dan 2,46 untuk t i p 11. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini
dapat dianddkan untuk meningkatkan pendapatan. Besarnya pengganda tenaga kerja
sekor ini 1,66untuk tipe I dan 1,81 untuk tipe 11.
Analisis terhadap sektor pertanian menunjukkan bahwa tahap industrialisasi di sektor ini masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai
koefisien masukan dan keluaran pertanian masih di bawah nilai batas.
Untuk dapat lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik wilayah
dan sektoral serta memperkokoh struktur perekonomian wilayah, perlu dilakukan variasi penggunaan input sektor industri pengoIahan terhadap sektor-sektor
lainnya. Disamping itu untuk meningkatkan produktivitas di masing-masing sektor,
peningkatan kualitas tenaga kerja yang bekerja di sektor yang bersangkutan harus
dilakukan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan memberi pelatihan keterampil-
an kepada mereka dan memberikan upah yang layak yang akan merangsang produktivitas mereka.
Ketergantungan pada impor hams dikurangi antara lain dengan jalan mengembangkan industri-industri substitusi irnpor. Jenis-jenis industri yang dapat dikembangkan antara lab industri kimia, makanan dan minuman olahan, industri tekstil
dan pakaian jadi dan iain-lain:
DAMPAK PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN DATI I1 BEKASI :
ANALISIS DERIVASI TABEL INPUT-OUTPUT
Oleh :
AGIT KRISWANTRIYONO
A 25.0960
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Fahltas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PEIYTANIAN
FAKULTAS. PERTANIAN
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
1994
DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN1 BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH LAINNYA PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Mei 1994
AGIT KRISWANTRIYONO
A 25.0960
DAMPRK PENGEMBANGAN SEKTOW INDUSTRl PENGOLAHAN
TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYWH KAB. DATl I1 BEKWSI:
ANALISIS DERiVASl TEBEL INPUT-OUTPUT
Oleh
AGlT
KRISWANTRIYONO
A 25.0960
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKOhlOMl PERTANIAB
FAKULTAS PERTAMIAN
INSTlTUT PERTAXIAN BOGOR
I994
RINGKASAN
AGIT KRISWANTRIYONO. Dampak Pengembangan Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Dati I1 Bekasi : Analisis
Derivasi Tabel Input-Output (Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMADJA dan ARIEF DARYANTO).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak yang ditimbulkan terhadap perekonomian wilayah dari pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Dati I1 Bekasi. Sebagai alat analisis digunakan Tabel Input-Output Kabupaten
Bekasi 1991 yang diturunkan dari Tabel Input-Output Propinsi Jawa Barat 1988.
Pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi memberikan dampak dan peran yang besar terhadap perekonomian wilayah. Jumlah
output semua sektor yang dihasilkan sebesar Rp 1.916.291 juta. Dari jumlah
sebesar itu 44,7 % berasal dari sektor industri pengolahan, yang berarti harnpir
setengah output wilayah disumbang oleh sektor industri pengola-han. Sektor
pertanian menempati peringkat kedua dengan kontribusi sebesar 13,6 %.
Dibandingkan dengan rata-rata sektor lainnya, kontribusi sektor industri pengolahan
masih jauh di atas kedua belas tersebut.
Besarnya nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh sektor industri pengolahan adalah Rp 556.449 juta, atau 40,3 % dari total nilai tambah yang dihasilkan oleh semua sektor. Sedangkan total nilai tambah bruto wilayah sebesar Rp
1.379.863 juta.
Disamping menghasilkan output dan nilai tambah yang besar, sektor ini
juga berhasil menyumbang ekspor wilayah tidak kurang dari 67,4 % dari total
ekspor sebesar Rp 402.870 juta. Sumbangan rata-rata sektor-sektor lain dalam
transaksi ekspor ini tidak lebih dari 10 %, yang menunjukkan sangat dominan-
nya peran sektor industri pengolahan dalam perekonomian wilayah. Selain
telah mengekspor sebesar itu, daerah ini juga melakukan transaksi impor.
Besarnya nilai impor total adalah Rp 115.511 juta, yang berarti terjadi neraca
surplus sebesar Rp 287.359 juta.
Jumlah tenaga kerja yang berhasil terserap oleh semua sektor ekonomi
lebih kurang 93,98 % dari total angkatan kerja yang ada. Dari jumlah tersebut
21,3 % bekerja di sektor industri pengolahan. produktivitas tenaga kerja sektor
ini menempati peringkat ketiga setelah sektor pemerintahan dan pertahanan
dan sektor bangunan.
Besarnya keterkaitan ke depan sektor ini baik langsung maupun langsung
tidak langsung menempati peringkat pertama. Besarnya koefisien keterkaitan tersebut adalah 1,27714 untuk keterkaitan langsung, yang berarti besarnya output yang
dialokasikan ke sektor lain maupun ke sektor industri pengolahan itu sendiri tiap
satu satuan output sektor ini sebesar 1,27714. Besarnya nilai keterkaitan langsung
dan tidak langsung sektor ini 2,82047. Untuk keterkaitan ke belakang baik langsung
maupun langsung dan tidak langsung menempati peringkat ke empat yang masingmasing sebesar 0,25249 dan 1,32756.
Besarnya indeks daya penyebaran ke belakang sektor ini menempati peringkat
ke empat dengan koefisien sebesar 1,00325, yang artinya besarnya efek yang ditimbulkan karena peningkatan output sektor ini terhadap output sektor-sektor lain yang
digunakan sebagai input sektor industri pengolahan baik langsung maupun tidak
langsung adalah 1,00325. Sedangkan untuk indeks daya penyebaran ke depan
menempati peringkat pertama sebesar 2,13 143.
Besarnya pengganda output sektor industri pengolahan, untuk tipe I sebesar
1,33 dan 1,39 untuk tipe 11. Angka itu menunjukkan peningkatan output semua
sektor yang disebabkan oleh peningkatan permintaan akhir sektor industri'pengolah-
an sebesar satu satuan. Sedangkan besarnya pengganda pendapatan sekor ini sebe-
sar 2,24 untuk tipe I dan 2,46 untuk t i p 11. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini
dapat dianddkan untuk meningkatkan pendapatan. Besarnya pengganda tenaga kerja
sekor ini 1,66untuk tipe I dan 1,81 untuk tipe 11.
Analisis terhadap sektor pertanian menunjukkan bahwa tahap industrialisasi di sektor ini masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai
koefisien masukan dan keluaran pertanian masih di bawah nilai batas.
Untuk dapat lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik wilayah
dan sektoral serta memperkokoh struktur perekonomian wilayah, perlu dilakukan variasi penggunaan input sektor industri pengoIahan terhadap sektor-sektor
lainnya. Disamping itu untuk meningkatkan produktivitas di masing-masing sektor,
peningkatan kualitas tenaga kerja yang bekerja di sektor yang bersangkutan harus
dilakukan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan memberi pelatihan keterampil-
an kepada mereka dan memberikan upah yang layak yang akan merangsang produktivitas mereka.
Ketergantungan pada impor hams dikurangi antara lain dengan jalan mengembangkan industri-industri substitusi irnpor. Jenis-jenis industri yang dapat dikembangkan antara lab industri kimia, makanan dan minuman olahan, industri tekstil
dan pakaian jadi dan iain-lain:
DAMPAK PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN DATI I1 BEKASI :
ANALISIS DERIVASI TABEL INPUT-OUTPUT
Oleh :
AGIT KRISWANTRIYONO
A 25.0960
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Fahltas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PEIYTANIAN
FAKULTAS. PERTANIAN
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
1994
DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN1 BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH LAINNYA PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Mei 1994
AGIT KRISWANTRIYONO
A 25.0960
TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYWH KAB. DATl I1 BEKWSI:
ANALISIS DERiVASl TEBEL INPUT-OUTPUT
Oleh
AGlT
KRISWANTRIYONO
A 25.0960
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKOhlOMl PERTANIAB
FAKULTAS PERTAMIAN
INSTlTUT PERTAXIAN BOGOR
I994
RINGKASAN
AGIT KRISWANTRIYONO. Dampak Pengembangan Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Dati I1 Bekasi : Analisis
Derivasi Tabel Input-Output (Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMADJA dan ARIEF DARYANTO).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak yang ditimbulkan terhadap perekonomian wilayah dari pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Dati I1 Bekasi. Sebagai alat analisis digunakan Tabel Input-Output Kabupaten
Bekasi 1991 yang diturunkan dari Tabel Input-Output Propinsi Jawa Barat 1988.
Pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi memberikan dampak dan peran yang besar terhadap perekonomian wilayah. Jumlah
output semua sektor yang dihasilkan sebesar Rp 1.916.291 juta. Dari jumlah
sebesar itu 44,7 % berasal dari sektor industri pengolahan, yang berarti harnpir
setengah output wilayah disumbang oleh sektor industri pengola-han. Sektor
pertanian menempati peringkat kedua dengan kontribusi sebesar 13,6 %.
Dibandingkan dengan rata-rata sektor lainnya, kontribusi sektor industri pengolahan
masih jauh di atas kedua belas tersebut.
Besarnya nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh sektor industri pengolahan adalah Rp 556.449 juta, atau 40,3 % dari total nilai tambah yang dihasilkan oleh semua sektor. Sedangkan total nilai tambah bruto wilayah sebesar Rp
1.379.863 juta.
Disamping menghasilkan output dan nilai tambah yang besar, sektor ini
juga berhasil menyumbang ekspor wilayah tidak kurang dari 67,4 % dari total
ekspor sebesar Rp 402.870 juta. Sumbangan rata-rata sektor-sektor lain dalam
transaksi ekspor ini tidak lebih dari 10 %, yang menunjukkan sangat dominan-
nya peran sektor industri pengolahan dalam perekonomian wilayah. Selain
telah mengekspor sebesar itu, daerah ini juga melakukan transaksi impor.
Besarnya nilai impor total adalah Rp 115.511 juta, yang berarti terjadi neraca
surplus sebesar Rp 287.359 juta.
Jumlah tenaga kerja yang berhasil terserap oleh semua sektor ekonomi
lebih kurang 93,98 % dari total angkatan kerja yang ada. Dari jumlah tersebut
21,3 % bekerja di sektor industri pengolahan. produktivitas tenaga kerja sektor
ini menempati peringkat ketiga setelah sektor pemerintahan dan pertahanan
dan sektor bangunan.
Besarnya keterkaitan ke depan sektor ini baik langsung maupun langsung
tidak langsung menempati peringkat pertama. Besarnya koefisien keterkaitan tersebut adalah 1,27714 untuk keterkaitan langsung, yang berarti besarnya output yang
dialokasikan ke sektor lain maupun ke sektor industri pengolahan itu sendiri tiap
satu satuan output sektor ini sebesar 1,27714. Besarnya nilai keterkaitan langsung
dan tidak langsung sektor ini 2,82047. Untuk keterkaitan ke belakang baik langsung
maupun langsung dan tidak langsung menempati peringkat ke empat yang masingmasing sebesar 0,25249 dan 1,32756.
Besarnya indeks daya penyebaran ke belakang sektor ini menempati peringkat
ke empat dengan koefisien sebesar 1,00325, yang artinya besarnya efek yang ditimbulkan karena peningkatan output sektor ini terhadap output sektor-sektor lain yang
digunakan sebagai input sektor industri pengolahan baik langsung maupun tidak
langsung adalah 1,00325. Sedangkan untuk indeks daya penyebaran ke depan
menempati peringkat pertama sebesar 2,13 143.
Besarnya pengganda output sektor industri pengolahan, untuk tipe I sebesar
1,33 dan 1,39 untuk tipe 11. Angka itu menunjukkan peningkatan output semua
sektor yang disebabkan oleh peningkatan permintaan akhir sektor industri'pengolah-
an sebesar satu satuan. Sedangkan besarnya pengganda pendapatan sekor ini sebe-
sar 2,24 untuk tipe I dan 2,46 untuk t i p 11. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini
dapat dianddkan untuk meningkatkan pendapatan. Besarnya pengganda tenaga kerja
sekor ini 1,66untuk tipe I dan 1,81 untuk tipe 11.
Analisis terhadap sektor pertanian menunjukkan bahwa tahap industrialisasi di sektor ini masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai
koefisien masukan dan keluaran pertanian masih di bawah nilai batas.
Untuk dapat lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik wilayah
dan sektoral serta memperkokoh struktur perekonomian wilayah, perlu dilakukan variasi penggunaan input sektor industri pengoIahan terhadap sektor-sektor
lainnya. Disamping itu untuk meningkatkan produktivitas di masing-masing sektor,
peningkatan kualitas tenaga kerja yang bekerja di sektor yang bersangkutan harus
dilakukan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan memberi pelatihan keterampil-
an kepada mereka dan memberikan upah yang layak yang akan merangsang produktivitas mereka.
Ketergantungan pada impor hams dikurangi antara lain dengan jalan mengembangkan industri-industri substitusi irnpor. Jenis-jenis industri yang dapat dikembangkan antara lab industri kimia, makanan dan minuman olahan, industri tekstil
dan pakaian jadi dan iain-lain:
DAMPAK PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN DATI I1 BEKASI :
ANALISIS DERIVASI TABEL INPUT-OUTPUT
Oleh :
AGIT KRISWANTRIYONO
A 25.0960
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Fahltas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PEIYTANIAN
FAKULTAS. PERTANIAN
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
1994
DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN1 BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH LAINNYA PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Mei 1994
AGIT KRISWANTRIYONO
A 25.0960
DAMPRK PENGEMBANGAN SEKTOW INDUSTRl PENGOLAHAN
TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYWH KAB. DATl I1 BEKWSI:
ANALISIS DERiVASl TEBEL INPUT-OUTPUT
Oleh
AGlT
KRISWANTRIYONO
A 25.0960
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKOhlOMl PERTANIAB
FAKULTAS PERTAMIAN
INSTlTUT PERTAXIAN BOGOR
I994
RINGKASAN
AGIT KRISWANTRIYONO. Dampak Pengembangan Sektor Industri Pengolahan Terhadap Perekonomian Wilayah Kabupaten Dati I1 Bekasi : Analisis
Derivasi Tabel Input-Output (Dibawah bimbingan SUTARA HENDRAKUSUMAATMADJA dan ARIEF DARYANTO).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak yang ditimbulkan terhadap perekonomian wilayah dari pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Dati I1 Bekasi. Sebagai alat analisis digunakan Tabel Input-Output Kabupaten
Bekasi 1991 yang diturunkan dari Tabel Input-Output Propinsi Jawa Barat 1988.
Pengembangan sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi memberikan dampak dan peran yang besar terhadap perekonomian wilayah. Jumlah
output semua sektor yang dihasilkan sebesar Rp 1.916.291 juta. Dari jumlah
sebesar itu 44,7 % berasal dari sektor industri pengolahan, yang berarti harnpir
setengah output wilayah disumbang oleh sektor industri pengola-han. Sektor
pertanian menempati peringkat kedua dengan kontribusi sebesar 13,6 %.
Dibandingkan dengan rata-rata sektor lainnya, kontribusi sektor industri pengolahan
masih jauh di atas kedua belas tersebut.
Besarnya nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh sektor industri pengolahan adalah Rp 556.449 juta, atau 40,3 % dari total nilai tambah yang dihasilkan oleh semua sektor. Sedangkan total nilai tambah bruto wilayah sebesar Rp
1.379.863 juta.
Disamping menghasilkan output dan nilai tambah yang besar, sektor ini
juga berhasil menyumbang ekspor wilayah tidak kurang dari 67,4 % dari total
ekspor sebesar Rp 402.870 juta. Sumbangan rata-rata sektor-sektor lain dalam
transaksi ekspor ini tidak lebih dari 10 %, yang menunjukkan sangat dominan-
nya peran sektor industri pengolahan dalam perekonomian wilayah. Selain
telah mengekspor sebesar itu, daerah ini juga melakukan transaksi impor.
Besarnya nilai impor total adalah Rp 115.511 juta, yang berarti terjadi neraca
surplus sebesar Rp 287.359 juta.
Jumlah tenaga kerja yang berhasil terserap oleh semua sektor ekonomi
lebih kurang 93,98 % dari total angkatan kerja yang ada. Dari jumlah tersebut
21,3 % bekerja di sektor industri pengolahan. produktivitas tenaga kerja sektor
ini menempati peringkat ketiga setelah sektor pemerintahan dan pertahanan
dan sektor bangunan.
Besarnya keterkaitan ke depan sektor ini baik langsung maupun langsung
tidak langsung menempati peringkat pertama. Besarnya koefisien keterkaitan tersebut adalah 1,27714 untuk keterkaitan langsung, yang berarti besarnya output yang
dialokasikan ke sektor lain maupun ke sektor industri pengolahan itu sendiri tiap
satu satuan output sektor ini sebesar 1,27714. Besarnya nilai keterkaitan langsung
dan tidak langsung sektor ini 2,82047. Untuk keterkaitan ke belakang baik langsung
maupun langsung dan tidak langsung menempati peringkat ke empat yang masingmasing sebesar 0,25249 dan 1,32756.
Besarnya indeks daya penyebaran ke belakang sektor ini menempati peringkat
ke empat dengan koefisien sebesar 1,00325, yang artinya besarnya efek yang ditimbulkan karena peningkatan output sektor ini terhadap output sektor-sektor lain yang
digunakan sebagai input sektor industri pengolahan baik langsung maupun tidak
langsung adalah 1,00325. Sedangkan untuk indeks daya penyebaran ke depan
menempati peringkat pertama sebesar 2,13 143.
Besarnya pengganda output sektor industri pengolahan, untuk tipe I sebesar
1,33 dan 1,39 untuk tipe 11. Angka itu menunjukkan peningkatan output semua
sektor yang disebabkan oleh peningkatan permintaan akhir sektor industri'pengolah-
an sebesar satu satuan. Sedangkan besarnya pengganda pendapatan sekor ini sebe-
sar 2,24 untuk tipe I dan 2,46 untuk t i p 11. Hal ini menunjukkan bahwa sektor ini
dapat dianddkan untuk meningkatkan pendapatan. Besarnya pengganda tenaga kerja
sekor ini 1,66untuk tipe I dan 1,81 untuk tipe 11.
Analisis terhadap sektor pertanian menunjukkan bahwa tahap industrialisasi di sektor ini masih tergolong rendah. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai
koefisien masukan dan keluaran pertanian masih di bawah nilai batas.
Untuk dapat lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik wilayah
dan sektoral serta memperkokoh struktur perekonomian wilayah, perlu dilakukan variasi penggunaan input sektor industri pengoIahan terhadap sektor-sektor
lainnya. Disamping itu untuk meningkatkan produktivitas di masing-masing sektor,
peningkatan kualitas tenaga kerja yang bekerja di sektor yang bersangkutan harus
dilakukan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan memberi pelatihan keterampil-
an kepada mereka dan memberikan upah yang layak yang akan merangsang produktivitas mereka.
Ketergantungan pada impor hams dikurangi antara lain dengan jalan mengembangkan industri-industri substitusi irnpor. Jenis-jenis industri yang dapat dikembangkan antara lab industri kimia, makanan dan minuman olahan, industri tekstil
dan pakaian jadi dan iain-lain:
DAMPAK PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN DATI I1 BEKASI :
ANALISIS DERIVASI TABEL INPUT-OUTPUT
Oleh :
AGIT KRISWANTRIYONO
A 25.0960
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Fahltas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PEIYTANIAN
FAKULTAS. PERTANIAN
INSTITUT PERTAMAN BOGOR
1994
DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN1 BENAR-BENAR
HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH LAINNYA PADA PERGURUAN
TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Mei 1994
AGIT KRISWANTRIYONO
A 25.0960