Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

Penelitian penerapan SAK ETAP pada entitas bisnis skala kecil dan menengah, termasuk koperasi, di Indonesia sampai saat ini masih sangat terbatas dan umumnya penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif yang hanya melihat pada satu entitas koperasi saja.Mengacu pada penjelasan singkat di atas maka isu penerapan SAK ETAP pada koperasi merupakan hal yang menarik untuk diteliti. Rumusan permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah: 1 bagaimana keterterapan SAK ETAP pada koperasi di Jawa Timur?; 2 bagaimana persepsi para pelaku koperasi di Jawa Timur terhadap penerapan SAK ETAP?; 3 bagaimana persepsi para akuntan pendidik di Surabaya terhadap penerapan SAK ETAP?; 4 apakah ada perbedaan persepsi antara pelaku koperasi dan akuntan pendidik terhadap penerapan SAK ETAP?. Keterterapan yang ingin dievaluasi pada penelitian ini adalah berdasarkan prinsip- prinsip yang ada di SAK ETAP dan tidak mendetail sesuai dengan kejadian-kejadian maupun akun-akun khusus yang hanya muncul pada koperasi. Membandingkan persepsi antara kelompok pelaku koperasi dan akuntan pendidik dilakukan karena pelaku koperasi lebih paham dari sisi praktikal sementara pihak akademisi lebih paham dari sisi konseptual. Alasan dipilihnya akuntan pendidik sebagai salah satu subjek penelitain adalah karena akuntan pendidik memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan standar akuntansi IAI 2010.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK Umum. SAK ETAP relatif tidak berubah selama beberapa tahun serta memiliki bentuk pengaturan yang lebihsederhana dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan DSAK IAI 2013. Wahdini dan Suhairi 2006 meneliti tentang persepsi akuntan terhadap overload standar akuntansi keuangan bagi usaha kecil dan menengah. Subjek penelitian adalah akuntan pajak dan akuntan bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para akuntan tersebut memiliki persepsi yang sama bahwa SAK yang dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan di Indonesia memberatkan bagi UKM dikarenakan cost yang dikeluarkan pelaku UKM untuk menyusun laporan keuangan lebih besar daripada benefit yang didapat. Berikutnya, hasil penelitian Pinasti 2007 menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan penggunaan informasi akuntansi terbukti secara empiris mempengaruhi persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi. SNA 17 Mat ar am, Lombok Univer sit as Mat ar am 24-27 Sept 2014 3 File ini diunduh dar i: www.mult ipar adigma.lect ur e.ub.ac.id Penelitian milik Rudiantoro dan Siregar 2011 menunjukkan bahwa dari total 50 responden UMKM yang ada di Jabodetabek hanya 32 16 responden yang mengaku pernah mengetahui atau mendengar SAK ETAP. Kemudian dari responden yang menjawab pernah mengetahui SAK ETAP hanya sekitar 11 responden saja yang pernah mendapatkan pelatihan terkait SAK ETAP. Selain itu ditemukan pula bahwa variabel jenjang pendidikan terakhir berpengaruh signifikan, latar belakang pendidikan dan ukuran usaha berpengaruh tidak signifikan, serta lama usaha berpengaruh negatif signifikan terhadap pemahaman pelaku UMKM atas penerapan SAK ETAP. Hasil penelitian Khafid 2010 menunjukkan bahwa kepatuhan KPRI Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Kota Semarang masuk dalam kategori cukup patuh, serta ditemukan pula bahwa penerapan PSAK No. 27 berpengaruh positif terhadap pertumbuhan sisa hasil usaha secara signifikan. Penelitian berikutnya yaitu milik Sutarto, dkk 2008 menunjukkan bahwa akuntabilitas dan kesulitan teknis berpengaruh signifikan terhadap implementasi PSAK No. 27 sedangkan kesulitan pengukuran tidak berpengaruh signifikan. Atik 2010 meneliti tentang bagaimana persepsi para pelaku UKM terhadap diadopsinya IFRS for SMEs di negara Turki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 74,7 responden menyiapkan pelaporan keuangan berdasarkan aturan pajak dan hanya 1,81 menyiapkan berdasarkan IFRS. Hal tersebut dikarenakan hanya sekitar 17,87 responden mengetahui tentang IFRS for SMEs. Namun demikian 94,41 responden mendukung adanya pengadopsian standar tersebut dan 88,19 responden memiliki keinginan untuk menerapkannya. Penelitian Bunea, dkk 2012 menunjukkan hasil bahwa 52,6 responden, dari total 190 akuntan Romanian, setuju untuk diadakannya sistem pelaporan keuangan yang lebih disederhanakan lagi bagi UKM. Namun hanya 4,2 responden setuju bahwa IFRS for SMEs cocok digunakan bagi UKM. Terakhir, hasil penelitian milik Othcere dan Agbeibor 2012 menunjukkan bahwa Bisnis kecil di Ghana tidak terlalu memiliki kebutuhan atas IFRS for SMEs. Hal itu disebabkan karena mereka jarang atau tidak memiliki struktur dan aktivitas internasional sehingga tidak diminta untuk menyiapkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan secara internasional. Kemudian ditemukan pula bahwa beberapa karakteristik perusahaan seperti ukuran perusahaan, bentuk hukum, dan jumlah pemilik memiliki hubungan positif yang rendah terhadap kebutuhan bisnis kecil atas IFRS for SMEs. Teori agensi adalah sebuah teori yang menjelaskan hubungan antara agent dengan principal. Jensen 1976:308 mendefinisikan hubungan keagenan sebagai “a contract under which one or more persons principalss engage another person the agent to perform SNA 17 Mat ar am, Lombok Univer sit as Mat ar am 24-27 Sept 2014 4 File ini diunduh dar i: www.mult ipar adigma.lect ur e.ub.ac.id some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to agent”. Jika dikaitkan pada entitas bisnis koperasi, maka pihak prinsipal pada koperasi adalah para anggota koperasi dan pihak lain yang memberikan bantuan permodalan pada koperasi, seperti pihak perbankan dan pemerintah sedangkan pihak agen pada koperasi adalah pengurus koperasi. Teori ini akan digunakan untuk membantu pemaparan penjelasan mengenai hasil tingkat keterterapan SAK ETAP pada koperasi. Berdasarkan teori persepsi, diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan munculnya perbedaan persepsi antar individu yang berbeda Robbins dan Judge 2007. Terdapat tiga faktor utama, yakni faktor internal dalam pemersepsi, faktor eksternal situasi atau lingkungan, dan faktor objek yang dipersepsikan target. Robbins dan Judge 2007 mengatakan berbagai karakteristik pribadi dari peersepsi akan mempengaruhi bagaimana ia menginterpretasikan apa yang ia lihat. Senada, Kreitner dan Kinicki 2004 juga berpendapat bahwa interpretasi yang berbeda atas suatu hal yang sama dapat dihasilkan karena perbedaan individual dalam proses pembentukan persepsi. Perumusan hipotesis hanya akan dilakukan terhadap rumusan permasalahan keempat yang mana ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi antara kelompok pelaku koperasi dengan kelompok akuntan pendidik tentang penerapan SAK ETAP. Berdasarkan pemaparan singkat di atas mengenai teori persepsi, kemungkinan akan terdapat perbedaan persepsi mengenai karakteristik individual pada kelompok pelaku koperasi dengan kelompok akuntan pendidik misal: tingkat pendidikan, disiplin ilmu yang dimiliki, pengalaman. Sehingga dengan demikian, kemungkinan juga akan terdapat perbedaan persepsi antara kedua kelompok tersebut. Didasari atas hal tersebut, hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang diajukan adalah: “Pelaku Koperasi dan Akuntan Pendidik memiliki persepsi yang berbeda terhadap penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP”. SNA 17 Mat ar am, Lombok Univer sit as Mat ar am 24-27 Sept 2014 5 File ini diunduh dar i: www.mult ipar adigma.lect ur e.ub.ac.id

3. Metode Penelitian