52
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2008
triwulan II-2007 yaitu LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Takalar, kemudian diikuti oleh Kabupaten Maros, Jeneponto dan Gowa.
Mengingat wilayah kabupaten yang mencapai LDR tertinggi ini berada di sekitar Kota Makassar, maka hal ini menunjukkan bahwa secara umum perkembangan kegiatan
intermediasi masih terpusat di daerah-daerah kota yang berada di sekitar Kota Makassar Mamminasata. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya efek spill-over mengingat
Makassar sebagai pusat keuanganperbankan sehingga aliran uang dari perbankan yang berpusat di Makassar relatif lebih lancar menuju ke daerah di sekitar Kota Makassar. Kondisi
ini sejalan dengan peran Kota Makassar sebagai ibu kota propinsi dan pusat pertumbuhan ekonomi daerah dan juga berkembangnya kota-kota di sekitar Kota Makassar.
Sementara itu, Kotif Watampone mencatat LDR terendah sebesar 17,19, meskipun tercatat mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,63. LDR
yang dicapai bank umum di Kota Makassar pada triwulan laporan sebesar 102,72 atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 108,11.
Tabel 3.4. Penyaluran Kreditpembiayaan dan Dana Pihak Ketiga DPK per KabupatenKota di Sulawesi Selatan Rp miliar
DPK KREDIT
DPK KREDIT
DPK KREDIT
1 Kab. Pinrang
354,734 297,840
83.96 354,781
343,344 96.78
394,519 377,942
95.80 2
Kab. Gowa 307,797
337,801 109.75
332,165 407,095
122.56 340,600
471,679 138.48
3 Kab. Wajo
719,439 481,391
66.91 801,963
557,214 69.48
864,786 600,589
69.45 4
Kab. Mamuju 501,394
389,632 77.71
460,981 408,066
88.52 562,221
452,546 80.49
5 Kab. Bone
674,875 620,070
91.88 720,667
691,367 95.93
735,997 724,318
98.41 6
Kab. Tana Toraja 316,507
200,804 63.44
395,370 232,077
58.70 397,091
256,540 64.60
7 Kab. Maros
188,659 254,608
134.96 199,117
292,488 146.89
247,681 339,647
137.13 8
Kab. Majene 176,805
136,571 77.24
175,254 156,526
89.31 180,858
173,111 95.72
9 Kab. Luwu
908,461 898,918
98.95 1,091,285
984,202 90.19
1,200,103 1,037,941
86.49 10
Kab. Sinjai 278,846
208,578 74.80
252,903 260,997
103.20 257,329
295,753 114.93
11 Kab. Bulukumba
486,180 329,968
67.87 524,489
374,755 71.45
584,433 397,809
68.07 12
Kab. Bantaeng 179,114
119,636 66.79
177,285 146,228
82.48 174,221
155,777 89.41
13 Kab. Jeneponto
159,996 204,738
127.96 168,247
237,656 141.25
145,039 266,791
183.94 14
Kab. Selayar 210,605
60,778 28.86
197,495 68,423
34.65 222,129
76,419 34.40
15 Kab. Takalar
150,443 230,818
153.43 159,836
266,699 166.86
167,468 314,216
187.63 16
Kab. Barru 271,181
173,641 64.03
280,667 199,954
71.24 303,651
214,744 70.72
17 Kab. Sidenreng Rappang
271,160 220,365
81.27 286,518
256,074 89.37
309,360 272,745
88.16 18
Kab. Pangkajene Kepulauan 363,551
229,910 63.24
407,106 260,394
63.96 409,403
303,328 74.09
19 Kab. Soppeng
305,187 234,042
76.69 322,654
277,161 85.90
362,674 297,052
81.91 20
Kab. Polewali Mamasa 477,381
433,829 90.88
501,096 546,630
109.09 575,422
621,284 107.97
21 Kab. Enrekang
282,447 164,517
58.25 328,517
178,312 54.28
334,657 181,546
54.25 22
Kab. Luwu Selatan DIV0
DIV0 DIV0
23 Kodya Makassar
14,020,797 13,741,902
98.01 15,090,248
16,313,698 108.11
16,864,089 17,323,241
102.72 24
Kodya Pare-Pare 805,917
528,503 65.58
893,911 603,625
67.53 982,500
677,594 68.97
25 Kotif Palopo
562,798 327,858
58.26 601,059
462,424 76.93
652,581 520,197
79.71 26
Kotif Watampone 41,525
4,760 11.46
48,105 6,074
12.63 43,045
7,399 17.19
Total Sulawesi Selatan 21,860,219
19,871,446 90.90
23,634,388 23,420,261
99.09 25,993,356
25,113,267 96.61
Total Sulawesi Barat 1,155,580
960,032 83.08
1,137,331 1,111,222
97.70 1,318,501
1,246,941 94.57
TOTAL SulSelBar 23,015,799
20,831,478 90.51
24,771,719 24,531,483
99.03 27,311,857
26,360,208 96.52
No Kota dan Kabupaten
Trw II-2007 LDR
Trw I-2008 LDR
Trw II-2008 LDR
53
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2008
3.2.4. Perkembangan Net Interest Margin dan LabaRugi
Salah satu indikator lain yang digunakan untuk mencermati kinerja perbankan daerah adalah Net Interest MarginNIM selisih antara pendapatan bunga yang diperoleh bank
dengan biaya bunga yang harus dibayarkan oleh Bank. Dari indikator tersebut, kinerja perbankan daerah tercatat mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun
lalu triwulan II-2007. Peningkatan NIM tersebut disebabkan oleh semakin besarnya spread antara pendapatan bunga dengan biaya bunga terutama didorong oleh peningkatan
penyaluran kreditpembiayaan khususnya kepada sektor perdagangan. Pada periode laporan, NIM perbankan daerah tercatat sebesar Rp954,98 miliar atau
naik sekitar 11,91 dibandingkan triwulan II-2007 yang sebesar Rp853,32 miliar. Apabila dilihat dari komponennya, baik pendapatan bunga maupun biaya bunga mengalami
penurunan, meskipun aktiva produktif mengalami peningkatan. Dibandingkan triwulan II- 2007, pendapatan bunga menurun 0,47 dari Rp1,36 triliun menjadi Rp1,35 triliun,
sedangkan biaya bunga menurun sebesar 21,46 dari Rp503,45 miliar menjadi Rp395,42 miliar. Sementara itu di sisi lain, aktiva produktif meningkat sebesar 20,90 dari Rp20,76
triliun menjadi Rp25,10 triliun. Dengan demikian
meskipun pendapatan bunga tercatat mengalami penurunan,
namun masih relatif kecil dibandingkan dengan penurunan
biaya bunga, sehingga NIM perbankan pada periode laporan
tercatat masih mengalami peningkatan.
Sejalan dengan peningkatan NIM tersebut di atas,
laba perbankan Sulawesi Selatan pada triwulan II-2008 juga meningkat 46,18 dari Rp332,30 miliar pada triwulan II-2007
menjadi Rp485,75 miliar pada triwulan laporan.
3.2.4. Kinerja Perbankan Syariah
Sebagaimana pada triwulan sebelumnya, hingga akhir triwulan laporan jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan yakni tercatat sebanyak 9 bank dengan
rincian 3 bank umum syariah, yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan Bank Mega Syariah dan 6 bank konvensional yang membuka Unit Usaha Syariah UUS yaitu
Grafik 3.7. Net Interest Margin NIM dan LabaRugi Rp Miliar
500 1,000
1,500 2,000
2,500 3,000
3,500
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2006 2007
2008 -
200 400
600 800
1,000 1,200
1,400 1,600
1,800 2,000
NIM sb. Kanan LabaRugi
Pend. Bunga sb kiri Biaya Bunga sb kiri
54
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2008
BTN Syariah, Bank Danamon Syariah, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Sulsel Syariah dan Bank Permata Syariah.
Sebagai industri perbankan yang masih memiliki pangsa relatif kecil, pada periode laporan bank umum syariah mencatat pertumbuhan melambat apabila dibandingkan
triwulan sebelumnya. Hal ini nampak dari FDR Financing to Deposit Ratio yang mencerminkan fungsi intermediasi perbankan syariah di Sulawesi Selatan berkisar 140,68
atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 155,65. Terjadi penurunan FDR ini lebih disebabkan oleh pembiayaan yang mengalami
penurunan sebesar 1,74 dari Rp909,58 miliar menjadi Rp893,74 miliar. Penurunan pembiayaan ini lebih dipicu oleh menurunnya pembiayaan jenis investasi sebesar 46,21
dari Rp137,25 miliar pada triwulan I-2008 menjadi Rp73,83 miliar
pada triwulan II-2008, meskipun pembiayaan jenis modal kerja dan
konsumsi tercatat meningkat masing-masing sebesar 4,69 dan
7,68 dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, DPK bank
umum syariah pada triwulan laporan meningkat sebesar 8,71
dari Rp584,39 miliar menjadi Rp635,29 miliar.
Sebagaimana tadi telah dikemukakan, bahwa sejalan dengan kinerja bank umum syariah yang tumbuh melambat, rasio pertumbuhan total aset bank umum syariah pada
periode laporan juga mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu pda triwulan sebelumnya tercatat sebesar 16,05 menjadi 0,58 pada triwulan laporan.
Sementara itu, NPF Non Performing Loan bank umum syariah pada periode laporan tercatat sebesar 6,73 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,76.
3.2.5. Kinerja Bank Pekreditan Rakyat BPR dan BPR Syariah BPRS
Dari sisi kelembagaan, kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Sulawesi Selatan tercatat mengalami peningkatan. Pada bulan Mei 2008, terdapat penambahan satu kantor bank BPR
yaitu BPR Pataru Laba, Gowa. Dengan demikian jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi hingga akhir triwulan laporan tercatat sebanyak 49 kantor bank. Sedangkan jumlah BPR
konvensional maupun syariah tercatat tidak mengalami perubahan sebagaimana triwulan sebelumnya masing-masing sebanyak 22 BPR dan 6 BPRS.
Grafik 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah Sulawesi Selatan
172.93 174.42
162.66 161.66
155.65 140.68
- 200
400 600
800 1,000
1,200 1,400
1 2
3 4
1 2
2007 2008
N o
m in
a l
R p
m ilia
r
100 200
FD R
Asset DPK Dana Pihak Ketiga
Pembiayaan FDR
55
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2008
Dari segi total aset perbankan, kelompok BPRS mencatat pertumbuhan sebesar 12,90, lebih tinggi dibandingkan kelompok bank pemerintah maupun swasta yang
masing-masing tercatat tumbuh sebesar 5,08 dan 5,60. Namun demikian, pangsa total aset kelompok BPRS masing jauh lebih rendah dibandingkan kelompok bank lainnya yaitu
tercatat sebesar 0,77 meskipun mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,72.
Total kreditpembiayaan yang berhasil disalurkan oleh BPRS tercatat meningkat sebesar 23,41 dari Rp185,54 miliar menjadi Rp228,99 miliar pada triwulan laporan.
Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar dikelompokan sebagai kredit konsumsi 61,68, kredit modal kerja 34,44 dan investasi 3,87. Sementara jika dilihat
berdasarkan sektor ekonomi yang disalurkannya, mayoritas
kreditpembiayaan tersebut dialokasikan pada sektor
sektor perdagangan dan pertanian masing-masing
sebesar 18,79 dan 9,57. Kualitas kreditpembiayaan
yang disalurkan oleh BPRS mencatat perbaikan. Rasio
NPLs gross BPRS pada triwulan II-2008 tercatat
sebesar 5,47, lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya 7,73. Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPRS mencatat peningkatan sebesar 11,72 dari
Rp116,45 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp130,10 miliar pada triwulan laporan. Dengan demikian rasio perbandingan kreditpembiayaan dengan dana pihak ketiga LDR BPRS pada
triwulan laporan tercatat mengalami peningkatan dari 170,48 menjadi 176,00.
Grafik 3.9. Pangsa Kreditpembiayaan BPRS Berdasarkan Sektor Ekonomi
pertanian 9.57
industri 0.95
perdagangan 18.79
Angkutan 0.01
jasa dunia usaha 6.36
jasa Sosial 0.04
lainnya 64.29
Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
57
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2008
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Seiring mulai bergeraknya kegiatan perekonomian, nilai transaksi pembayaran pada triwulan laporan ini mengalami kenaikan dibanding nilai transaksi pembayaran pada triwulan
sebelumnya. Pada sistem pembayaran tunai, kenaikan yang cukup signifikan terjadi pada jumlah aliran uang kartal yang keluar dari KBI Makassar outflow, mencerminkan
peningkatan jumlah uang kartal yang diminta masyarakat untuk memenuhi kegiatan ekonominya. Disisi lain, indikator kenaikan permintaan uang kartal tersebut dapat pula
terkait dengan peningkatan kebutuhan masyarakat memasuki tahun ajaran baru. Sementara itu, kenaikan nilai transaksi pembayaran non tunai pada triwulan laporan
juga terlihat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat menunjukkan kecenderungan untuk meningkat terkait dengan
keamanan, kecepatan serta kemudahan melakukan transaksi keuangan.
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk Inflow dan Keluar Outflow
Pada triwulan laporan, KBI Makassar tercatat mengalami net outflow. Hal ini cenderung berbeda dengan kondisi pada triwulan I-2008 yang menunjukkan posisi net
inflow. Hal ini merupakan salah satu indikator dari peningkatan kebutuhan uang tunai masyarakat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dana terkait dengan dimulainya tahun
ajaran baru dan meningkatnya harga beberapa komoditas kebutuhan primer masyarakat sebelum dan sesudah penetapan harga BBM oleh pemerintah bulan Mei yang lalu. Pada
triwulan II-2008, inflow mencapai Rp1.09,56 miliar
atau menurun 53,28 qtq, sedangkan outflow mencapai
Rp1.818,95 miliar atau tumbuh 204,60 qtq, sehingga
terjadi net outflow Rp727,39 miliar lihat Grafik 4.1.
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar dalam Milyar Rupiah
-1,000 -500
500 1,000
1,500 2,000
2,500 3,000
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2006 2007
2008 Net Flow
Inflow Outflow
58
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2008
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga PTTB
Sebagai upaya untuk memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan di masyarakat clean money policy, KBI Makassar secara berkala melakukan kegiatan pemusnahan
terhadap uang lusuhrusak sehingga tidak layak lagi untuk diedarkan dan selanjutnya akan dicatat sebagai Pemberian Tanda Tidak Berharga PTTB. Pemusnahan uang dimaksud
dilakukan dengan menggunakan Mesin Racik Uang Kertas MRUK maupun Mesin Sortasi Uang Kertas MSUK.
Pada triwulan II-2008, jumlah uang yang dimusnahkan sebesar Rp718,36 miliar atau tumbuh 65,81, mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
Rp1.325,10 miliar atau tumbuh 56,72 dari total inflow.
Peningkatan PTTB tersebut antara lain disebabkan oleh
meningkatnya jumlah fisik uang kartal yang sudah tidak
layak edar UTLE yang disetorkan oleh bank umum ke
KBI Makassar selama triwulan laporan.
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar
Triwulan II-2008
Pecahan 100,000
50,000 20,000
10,000 5,000
Trw II-2007 85
50 24
15 5
179 Trw I-2008
30 91
17 26
4 168
Trw II-2008 155
98 15
7 4
279
Periode Total
Pada triwulan laporan, jumlah temuan uang rupiah palsu mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2008, jumlah uang palsu yang
ditemukan sebesar Rp8.170 ribu, meningkat menjadi Rp20.790 ribu pada triwulan laporan. Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas Rp10.000,- merupakan jenis uang yang paling
banyak dipalsukan yakni 155 lembar atau 74,56 dari total temuan uang palsu. Untuk menekan perkembangan peredaran uang palsu tersebut, KBI Makassar terus berupaya
Grafik 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga PTTB dalam Milyar Rupiah
500 1,000
1,500 2,000
2,500 3,000
1 2
3 4
1 2
3 4
1 2
2006 2007
2008
In flow
P TTB
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
P T
T B
In fl
o w
Inflow PTTB
PTTBInflow
59
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
Triwulan II - 2008
melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada kalangan
perbankan, mahasiswa, pelajar dan masyarakat umum.
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS - Perkembangan RTGS