1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan aktivitas pemerintahan. Pajak dipungut oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang telah ditetapkan. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani Sugeng Wahono, 2012:2, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan yang
tergantung oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum undang- undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah. Dasar Hukum Pajak yang tertinggi dan
menjadi landasan utama adalah pasal 23 A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan undang-undang. Seperti yang kita ketahui, berdasarkan lembaga pemungutnya pajak di Indonesia
terbagi menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yang dalam hal ini sebagian besar dikelola oleh
Direktorat Jenderal Pajak - Kementerian Keuangan. Sedangkan pajak daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah baik di tingkat Provinsi maupun
KabupatenKota.
Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha
Adanya pajak daerah membuat pemerintah pusat berharap agar setiap daerah bisa mengurangi seminimal mungkin ketergantungan keuangan kepada pemerintah pusat,
sehingga setiap daerah harus bisa dan mampu membiayai rumah tangganya sendiri Marihot Siahaan, 2010:9. Setiap daerah selalu berusaha agar pendapatan asli
daerahnya meningkat. Sumber pokok dalam Pendapatan Asli Daerah PAD yang
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 terdiri atas :
1. Pendapatan Pajak Daerah.
2. Pendapatan Retribusi Daerah.
3. Pendapatan Bagian Laba BUMN dan Investasi Lainnya.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Berdasarkan undang-undang yang berlaku, pemerintah daerah diberi wewenang untuk dapat menggunakan dan mengelola sumber daya serta potensi dalam daerahnya
sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah serta pajak dan retribusi daerah yang telah ditetapkan dapat dikembangkan sesuai kondisi daerah.
Jenis pajak di Indonesia yang memegang peranan penting dalam menjalankan otonomi daerah dan menjadi sumber pendapatan daerah adalah pajak daerah. Pajak
daerah merupakan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Jenis pajak yang masuk dalam jenis pajak daerah
adalah pajak hiburan dan pajak parkir. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi Daerah, pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan
hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, danatau
Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha
keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir.
Kota Bandung sebagai ibukota Jawa Barat telah menjadi salah satu tempat tujuan wisata yang digemari oleh masyarakat di Indonesia. Hal tersebut menyebabkan Kota
Bandung menjadi salah satu kota di Indonesia yang bidang pariwisatanya berkembang dengan pesat. Bukan hanya karena udara Kota Bandung yang sejuk tetapi banyaknya
tempat wisata, tempat rekreasi, mall, klub, bioskop, acara pagelaran seni dan lainnya menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat luas.
Tingginya jumlah wisatawan yang bertambah dari tahun ke tahun memberikan kesempatan pada para pengusaha untuk mendirikan tempat rekreasi atau tempat hiburan
yang menarik minat pengunjung ke Kota Bandung. Mendirikan tempat-tempat rekreasi atau tempat hiburan memang saat ini sangat digemari oleh para pengusaha karena
dianggap sangat menguntungkan. Dengan dibukanya banyak tempat rekreasi atau tempat hiburan maka secara otomatis akan bertambahnya jumlah area parkir yang disediakan
penyelenggara untuk para pengunjung. Tidak dapat dipungkiri dengan banyaknya tempat wisata dan aneka tempat
hiburan di Kota Bandung menyebabkan pajak hiburan dan pajak parkir dapat menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang memiliki peran penting dalam meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Bandung. Namun akibat pemungutan serta pengelolaan yang kurang baik, pajak hiburan maupun pajak parkir belum dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha
Pemerintah telah melakukan perubahan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang pajak dan retribusi daerah yang tertuang dalam undang-undang tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 selain menambah jenis pajak daerah, juga dikembangkan dalam perluasan basis pajak. Perubahan tersebut salah
satunya mengakibatkan perubahan tarif pajak hiburan. Tiga kelompok tarif pajak hiburan yang diperkenankan bagi pemerintah kabupatenkota sebagai berikut: pertama,
tarif maksimal 35 tiga puluh lima persen, antara lain untuk pertunjukan sirkus, akrobat, sulap, dan tontonan film. Kedua, tarif maksimal 10 sepuluh persen khusus
untuk hiburan kesenian rakyat dan tradisional. Ketiga, bertarif maksimal 75 tujuh puluh lima persen, yakni untuk permainan ketangkasan, diskotek, klub malam, karaoke,
mandi uap, panti pijat, pagelaran busana, dan kontes kecantikan. Pajak parkir setiap tahunnya dipungut dari pengelola gedung parkir yang
memiliki izin pengelola tempat parkir IPTP. Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir
yang diperoleh dari sewatarif parkir yang dikumpulkan. Jumlah yang seharusnya dibayar termasuk potongan harga parkir dan parkir cuma-cuma yang diberikan kepada
penerima jasa parkir. Tarif Pajak Parkir ditetapkan paling tinggi sebesar 30 tiga puluh persen.
Tarif Pajak
Parkir ditetapkan
berdasarkan peraturan
daerah. http:id.wikipedia.orgwikiPajak_parkir
Pemerintah Kota Bandung dapat mulai membuat dan melaksanakan program- program yang telah dirancang agar tempat wisata ataupun pagelaran seni di Kota
Bandung dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas serta perbaikan sistem pemungutan
Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha
dan pengelolaan pajak hiburan dan pajak parkir dapat berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku dengan tarif baru yang telah ditentukan
dan sepenuhnya diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD agar bermanfaat untuk membiayai rumah tangga daerah serta melakukan pembangunan Kota
Bandung ke depannya. Di Indonesia, berbagai penelitian telah dilakukan mengenai pajak hiburan dan
pajak parkir. Menurut Thom as Sanjaya 2012 dengan penelitian berjudul “Pengaruh
Penerimaan Pajak Hiburan dan Pajak Parkir terhadap Pajak Daerah Kota Bandung” dengan kesimpulan bahwa pajak hiburan dan pajak parkir berpengaruh simultan
terhadap penerimaan pajak daerah di Bandung sebesar 29,482 dan berpengaruh secara parsial sebesar 2,714.
Menurut Lusy Noor Arsy 2013 dengan penelitian berjudul “Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung” dari tahun
2008 sampai 2012 dengan kesimpulan bahwa pajak hiburan mempunyai hubungan yang sangat kuat terhadap pendapatan asli daerah yaitu sebesar 93,8 sedangkan besarnya
kontribusi pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah adalah 45,52 mengindikasikan adanya pengaruh yang signifikan.
Adapun pengembangan yang dilakukan terhadap penelitian terdahulu dimana penulis menggunakan dua variabel independen yaitu pajak hiburan dan pajak parkir
sedangkan variabel dependennya adalah Pendapatan Asli Daerah PAD Kota Bandung. Penelitian dilaksanakan di Dinas Pendapatan Kota Bandung dan data yang digunakan
dari tahun 2010-2013.
Bab I Pendahuluan
Universitas Kristen Maranatha
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik
melakukan penelitian yang berjudul : “Pengaruh Penerimaan Pajak Hiburan dan Pajak Parkir Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun 2010-2013
”
1.2 Identifikasi Masalah