BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit Jantung Koroner PJK atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara maju dan
berkembang, termasuk Indonesia Muchid dan Panjaitan, 2006. Lebih dari 80 kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berpenghasilan rendah
dan menengah, dan semakin banyak menimpa populasi usia dibawah 60 tahun, yaitu usia produktif. Kondisi ini tentu berdampak buruk terhadap perekonomian
negara-negara tersebut Rilantono, 2012. Di Indonesia dilaporkan PJK yang dikelompokkan menjadi penyakit sistem sirkulasi merupakan penyebab utama
dan pertama dari seluruh kematian, yakni sebesar 26,4. Angka ini empat kali lebih tinggi dari angka kematian yang disebabkan oleh kanker 6. Dengan kata
lain, lebih kurang satu di antara empat orang yang meninggal di Indonesia adalah akibat PJK. Berbagai faktor risiko mempunyai peran penting timbulnya PJK
mulai dari aspek metabolik, hemostasis, imunologi, infeksi, dan banyak faktor lain yang saling terkait Muchid dan Panjaitan, 2006.
Berdasarkan laporan World Health Organization WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia, 17,5 juta 30, di antaranya disebabkan oleh penyakit
jantung dan pembuluh darah, terutama oleh serangan jantung 7,6 juta dan stroke 5,7 juta. Hasil Riskesdas tahun 2007 memperlihatkan bahwa prevalensi
beberapa penyakit jantung sebesar 7,2 dan stroke 8,3 per penduduk, serta menunjukkan prevalensi beberapa faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh
darah, seperti berat badan berlebih atau obesitas obesitas umum 19,1 per penduduk, obesitas sentral 18,8 per penduduk, diabetes mellitus 5,7 per
penduduk, sering makan makanan asin 24,5 per penduduk, sering makan makanan berlemak tinggi lemak 12,8 per penduduk, kurang makan sayur dan
buah 93,6 per penduduk, kurang aktivitas fisik 48,2 per penduduk, gangguan
1
mental emosional 11,6 per penduduk, perokok setiap hari 23,7 per penduduk dan konsumsi alkohol 4,6 per penduduk.
Menurut Pratiwi 2009, pasien PJK di RSUD Moewardi tahun yang mendapatkan terapi obat jantung koroner mengalami tepat obat sebanyak 100,
pasien yang mengalami tepat pasien sebanyak 85,88, pasien yang mengalami tepat dosis sebanyak 56,44.
Tujuan utama dari pengobatan yaitu menghilangkan rasa sakit pasien dan mengusahakan memperkecil resiko dari komplikasi yang dapat menyebabkan
kematian. Penyakit jantung koroner sebenarnya tidak dapat disembuhkan tapi harus senantiasa dikontrol Majid, 2007. Sebagian besar bentuk penyakit jantung
adalah kronis, pemberian obat umumnya berjangka panjang, meskipun obat-obat itu berguna tetapi juga memberikan efek samping Soeharto, 2001. Pengobatan
penyakit jantung koroner dimaksudkan tidak sekedar mengurangi atau bahkan menghilangkan keluhan, yang paling penting adalah memelihara fungsi jantung
sehingga harapan hidup akan meningkat Yahya, 2010. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan
pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi. Obat harus selalu digunakan secara benar agar
memberikan manfaat klinik yang optimal Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2000. Pengobatan merupakan suatu hal yang penting, namun jenis dan takaran
yang salah justru bisa membahayakan. Pasien sedapat mungkin mengetahui efek samping obat sebelum menyetujui penggunaan obat yang digunakan oleh dokter.
Banyak dokter memiliki kebijakan untuk menerangkan manfaat maupun akibat samping dari suatu obat sebelum menuliskan resep Soeharto, 2004. Penggunaan
obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman dan juga tidak ekonomis tidak rasional, saat ini menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, 2000. Banyak penderita serangan jantung yang kembali ke rumah setelah perawatan beberapa hari, sebagian perlu perawatan
berminggu-minggu sebelum dipulangkan karena fungsi jantung sudah menurun. Di antara penderita serangan jantung itu, ada pula yang tidak dapat diselamatkan
Yahya, 2010.
Adanya keterkaitan penyakit jantung koroner dengan faktor resiko dan penyakit penyerta lain seperti DM dan hipertensi, serta adanya kemungkinan
perkembangan iskemik menjadi infark menyebabkan kompleksnya terapi yang diberikan. Oleh karena itu, pemilihan jenis obat akan sangat menentukan kualitas
penggunaan obat dalam pemilihan terapi. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan
petimbangan-pertimbangan yang cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Terlalu banyaknya jenis obat yang tersedia dapat memberikan masalah
tersendiri dalam praktik, terutama menyangkut pemilihan dan penggunaan obat secara benar dan aman Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2000. Dari
uraian di atas mendorong peneliti untuk melakukan evaluasi pola peresepan obat pada penderita jantung koroner.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pola penggunaan obat pada penderita penyakit jantung koroner berdasarkan evidence-based medicine.
Evidence-based medicine merupakan pendekatan medik berdasarkan bukti-bukti
ilmiah terkini yang sudah diteliti untuk kepentingan pelayanan kesehatan pasien penggabungan dari kemampuan dan pengalaman dengan bukti-bukti ilmiah
terkini yang terpercaya. Rumah Sakit Umum Daerah Kudus merupakan rumah sakit tipe B yaitu Rumah Sakit rujukan tertinggi untuk masyarakat Kudus pada
khususnya di dalam dan di luar Kudus pada umumnya. Semoga penelitian ini memperoleh hasil yang maksimal.
B. Perumusan Masalah