Hubungan Kompetensi Sosial Guru dengan Motivasi Belajar siswa si SMK YP IPPI Petojo Jakarta Pusat.

ABSTRAK
Indah Nur Ajizah, 2013. Hubungan Kompetensi Sosial Guru dengan Motivasi
Belajar siswa si SMK YP IPPI Petojo Jakarta Pusat. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dosen Pembimbing, Yudhi Munadi M.Ag.
Kata Kunci : Kompetensi Sosial Guru, Motivasi Belajar Siswa.
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagian Kompetensi Sosial Guru yang
ada di SMK YP IPPI Petojo Jakarta Pusat. Bagaimana Motivasi Belajar Siswa serta
adakah Hubungan antara Kompetensi Sosial Guru dengan Motivasi Belajar Siswa SMK
YP IPPI Petojo Jakarta Pusat.
Penelitian deskriptif korelasi, populasi target dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
yang berjumlah 228 siswa, dalam mengumpulkan data digunakan tekhnik observasi dan
kuesioner. Dipergunakan untuk memperolah hasil penelitian Motivasi Belajar Siswa.
Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi menggunakan rumus korelasi
“product moment”
Hasil Penelitian menunjukan nilai “r” 0,50, dan masuk kategori sedang (nilai r hitung
pada rentang 0,40-0,70) dengan nilai KD 25% dan “t” hitung 0,361. Maka dapat
disimpulkan terdapat hubungan Kompetensi sosial guru dengan Motivasi belajar siswa di
SMK YP IPPI Petojo Jakarta Pusat. Oleh karena itu SMK YP IPPI hendaknya dapat
meningkatkan kembali Kompetensi sosial guru dengan Motivasi belajar siswa agar tujuan
untuk meningkatkan motivasi siswa dapat tercapai dengan baik.


Nama

: Indah Nur Ajizah

Nim

: 208011000031

i

KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb.
Tiada untaian kata yang pantas terucap dari lisan penulis selain ucapan Alhamdulillah, puji
syukur kehadirat Ilahi Rabbi Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan cucuran kasih
dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“HUBUNGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
SISWA SMK YP IPPI PETOJO JAKARTA PUSAT”. Shalawat teriring salam dihaturkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabatnya, dan pengikutnya hingga
akhir zaman yang tak pernah henti-hentinya memperjuangkan agama islam.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tak sedikit mengalami hambatan dan kesulitan, namun
berkat bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, skripsi ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Nurlena MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Bapak Bahris Salim, M.Ag., Ketua Jurusan Kependidikan Agama Islam.
3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.A, Sekertaris Jurusan Kependidikan Agama Islam.
4. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan
nasehat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyediakan literatur yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Pendidikan Agama Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal hidup kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan.
7. Kepala Sekolah SMK YP IPPI Petojo Jakarta Pusat
Penulis berkenan semoga sumbangsih dan budi baik yang telah diberikan dicatat sebagai
amal ibadah oleh Allah SWT dan menjadi tabungan di Akhirat kelak. Semoga skripso ini ada


ii

manfaatnya bagi penulis khususnya maupun bagi pembaca umumnya. Amin Ya
Robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta,

September 2013

Indah Nur Ajizah

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI


ABSTRAK .........................................................................................................

i

KATA PENGANTAR .......................................................................................

ii

DAFTAR ISI......................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

vi


BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................

1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................

5

C. Pembatasan Masalah ...................................................................

6

D. Perumusan Masalah.....................................................................

6


E. Tujuan Penelitian.........................................................................

6

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kompetensi Sosial .......................................................................

7

1. Pengertian Kompetensi Sosial ..............................................

7

2. Kriteria Kompetensi Sosial ................................................... 11
B. Motivasi Belajar .......................................................................... 17
1. Pengertian Motivasi Belajar .................................................. 17
2. Bentuk-bentuk Motivasi........................................................ 21
3. Ciri-ciri Motivasi dalam Belajar ........................................... 23
4. Fungsi Motivasi .................................................................... 24

5. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................... ........ 24
6. Kerangka Berpikir ................................................................. 25
7. Hipotesis ............................................................................... 26

iv

BAB III

METODELOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian......................................................................... 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 28
C. Alasan Meneliti di Sekolah SMK YP IPPI ................................. 28
D. Metode Penelitian ........................................................................ 29
E. Populasi dan Sampel ................................................................... 30
F. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data ................................. 31
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 33

BAB VI

HASIL PENELITIAN

A. Profil SMK YP IPPI Petojo Jakarta Barat ................................... 37
B. Analisis Data ............................................................................... 39
C. Interprestasi Data......................................................................... 56

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 59
B. Saran-saran .................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Tempat dan waktu penelitian .............................................................................. 28


Tabel 3.2

Kisi-kisi instrumen penelitian ............................................................................... 32

Tabel 3.3

Indeks Korelasi Product monent .......................................................................... 35

Tabel 4.1

Guru berdiskusi dengan muridnya diwaktu luang/setelah pulang, tentang pelajaran
sekolah ...................................................................................................................39

Tabel 4.2

Ketika menerangkan, guru membuat rangkuman pelajaran di white board yang
memudahkan siswa memahami pelajaran ........................................................... 39

Tabel 4.3


Guru bersikap ramah dan santun kesemua siswa, baik yang diajar olehnya maupun
tidak ..................................................................................................................... 40

Tabel 4.4

Guru tidak memberikan perlakuan yang berbeda kepada seluruh siswa ............ 40

Tabel 4.5

Apabila ada amsalah dengan siswa, guru mengkomunikasikannya dengan orang tua
sebelum memberikan keputusan dan memberi tahu keadaan siswa yang sebenarnya
................................................................................................................................ 41

Tabel 4.6

Guru berbincang (ngobrol/berdiskusi) dengan siswa tentang keluhan diluar pelajaran
sekolah, dan dapat menyenangkan siswa ketika berdiskusi ................................. 41

Tabel 4.7


Guru bersikap santun dengan seluruh pegawai yang ada di sekolah .................... 42

Tabel 4.8

Guru bersikap ramah dan santun dengan seluruh guru yang ada di sekolah...... 42

Tabel 4.9

Guru bergaul dengan baik dengan sesama guru di sekolah, tanpa membeda-bedakan
suku, budaya, dan agama................................................................................... 43
Guru berkomunikasi secara intens dengan staff sekolah................................... 43

Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13

Tabel 4.14

Guru berkomunikasi dengan orang tua setiap ada kegiatan di luar kelas/sekolah
..........................................................................................................................44
Kualitas tulisan guru di kelas bagus untuk dibaca,
sehingga saya menyukai pelajaran ini................................................................ 44
Guru tidak pernah bersikap tidak adil kepada siswa di kelas maupun di luar kelas.
.................................................................................................................................. . 45

Tabel 4.16

Guru tidak memberikan isyarat apapun, jika siswa bercanda ketika pembelajaran
berlangsung .......................................................................................................45
Guru bersikap baik dengan siswa, dan siswa menyukai sikap guru.
...........................................................................................................................48
Saya belajar karena keinginan dan kemauan sendiri ........................................ 48

Tabel 4.17

Saya belajar karena disuruh oleh orang tua .......................................................47

Tabel 4.15

vi

Tabel 4.18

Saya akan mendapatkan hadiah jika nilai di sekolah saya bagus....................... 47

Tabel 4.19

Saya menyukai model pembelajaran yang disampaikan guru.................................... 47

Tabel 4.20

Saya belajar karena ingin menambah pengetahuan.............................................48

Tabel 4.21

Guru memberikan kebebasan muridnya memberikan pendapat di dalam kelas, ketika
pembelajaran berlangsung..................................................................................48

Tabel 4.22

Guru saya memberikan motivasi belajar kepada siswa ketika mengajar.............49

Tabel 4.23

Guru memberikan hukuman jika tidak mengerjakan tugasnya...........................49

Tabel 4.24

Guru memberikan pertanyaan kepada semua siswa secara acak........................49

Tabel 4.25

Saya akan mendapatkan hukuman dari orang tua jika nilai di sekolah jelek..... 50

Tabel 4.26

Guru PAI memberikan hadiah jika ada muridnya yang mendapat nilai bagus.....50

Tabel 4.27

Saya belajar jika besok ada ulangan, agar nilai saya bagus dari yang lain..........51

Tabel 4.28

Guru memberikan pujian jika mendapatkan nilai bagus.....................................51

Tabel 4.29

Termotivasi untuk mengungguli teman yang
memiliki nilai lebih tinggi pada pelajaran agama.................................................51

Tabel 4.30

Keinginan siswa, untuk menyelesaikan pelajaran agama yang sulit...................52

Tabel 4.31

Hasil perhitungan angket tentang kompetensi sosial guru ................................. 53

Tabel 4.32

Hasil perhitungan angket tentang motivasi belajar siswa .................................. 54

Tabel 4.33

Perhitungan Variabel X (Kompetensi sosial guru) dan Variabel Y (Motivasi belajar
siswa) ................................................................................................................ 55

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan Karya Sendiri
2. Uji coba validitas
3. Angket
4. Surat Keterangan Penelitian Sekolah
5. Surat Permohonan Penelitian
6. Surat Bimbingan Skripsi
7. Uji Referensi

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional Bab I Pasal 1 pendidikan adalah : “proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara”. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidkan profesional
yakni guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah. Menurut Undang-undang
Guru dan Dosen Pasal 1 : “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, dasar, dan menengah.”1
Sabda Nabi saw.:

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat”. (HR. Thabrani dan
Daruquthni)
1

UUD RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, (Direktorat
jenderal Pendidikan Islam Departement Agama RI, 2006)

1

2

Kompetensi sosial guru adalah kemampuan guru untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk
mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang
akan datang. Guru memegang peranan sebagai wakil masyarakat yang
represenpatif sehingga jabatan guru sekaligus merupakan jabatan masyarakat.
Dalam pandangan masyarakat, guru memiliki tempat tersendiri karena fakta
menunjukkan bahwa ketika seorang guru berbuat kurang senonoh, menyimpang
dari apa yang diharapkan masyarakat, langsung saja masyarakat memberikan
suara sumbang kepada guru itu. 2Setiap manusia yang hidup di dunia dan
melakukan sosialisasi dan interaksi pasti melakukan apa yang dinamakan belajar.
Baik belajar dalam arti yang sempit tentang segala hal yang tidak ada pihak yang
ditunjukkan sebagai pengajarnya, seperti belajar berjalan, belajar berbicara, dan
lain-lain, maupun belajar dalam arti yang lebih luas lagi, yaitu dalam arti
pendidikan itu sendiri. Disamping belajar, sebagai makhluk kita juga perlu
menempuh pendidikan agar derajat kita tidak sama dengan hewan dan binatang
karena hewan juga melakukan pembelajaran dengan insting mereka.Oleh sebab
itu, pendidikan bisa dijadikan sebagai pijakan manusia dalam melakukan sesuatu,
baik itu yang berhubungan dengan urusan hidupnya sendiri maupun yang
berhubungan dengan orang lain, agar dalam hidupnya bisa mencapai kepuasan
secara moral dengan mengembangkan potensi yang ada padanya tersebut
“Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa/pendidik untuk membantu
membimbing pertumbuhan budi pekerti tiap-tiap manusia”.

3

Dari beberapa

pengertian pendidikan diatas, kiranya dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
pendidik adalah sebuah usaha sadar dilakukan oleh pendidik terhadap peserta
didik dengan tujuan agar sipeserta didik tersebut mempunyai bekal dalam
menghadapi kehidupan, baik pengetahuan, aspek sosial maupun aspek mentalnya.
2

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 182-183
3
Muhammad Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h.
10

3

Dalam dimensi pendidikan, proses belajar mengajar tiak akan terlaksana
apabila salah satu komponen dari kegiatan tersebut tidak ada, dan salah satu
komponen tersebut adalah adanya seorang guru atau tenaga pendidik. Akan tetapi,
keberadaan guru dimasa sekarang ini kebanyakan tidak lebih hanya sebagai
seorang pengajar saja, yang hanya mentransfer pengetahuan kepada muridmuridnya, mereka terkadang melupakan tugas utama dari seorang guru yaitu
menghaluskan budi pekerti anak didiknya.
Oleh sebab itu, tidak sembarangan dan semua orang bisa menjadi seorang
guru yang sebenar-benarnya. Seorang guru hendaknya selalu memberikan suri
tauladan bagi masyarakat yang ada disekitarnya, karena pekerjaan guru adalah
pekerjaan 24 jam yang tidak mengenal waktu, maka tidaklah salah jika ada sebuah
kiasaan bahwa guru itu adalah di gugu dan di tiru, yang menggambarkan bahwa
pekerjaan guru tidaklah mudah dan tidak juga sulit yang artinya kalau seorang
guru tersebut benar-benar tulus, ikhlas dan kompeten dalam menjalani
pekerjaannya maka secara otomatis pekerjaan tersebut akan mudah untuk
dijalankan, dan sebaliknya jika tidak ada ketulusan, keikhlasan dan kesungguhan
maka pekerjaan tersebut akan dirasakan sangat sulit.
Ada beberapa pendapat ulama tentang materi yang harus di berikan
terhadap anak didik:4
a. Menurut Umar bin Khatab, seorang anak hendaknya diajarkan berenang,
berkuda, pepatah yang berlaku dalam sajak terbaik. Semua ini diajarkan
setelah anak mengetahui prinsip-prinsip agama Islam, mengahafal AlQur’an dan mempelajari al-hadist.
b. Ibnu Sina mengemukakan, bahwa mendidik anak hendaknya dengan
memepelajari Al-Qur’an.
c. Ibnu Thawam berpendapat, setelah anak hafal Al-Qur’an hendaknya anak
tersebut diajarkan menulis,berhitung dan berenang.
d. Al-Jahiz dalam bukunya Risalat al-Mu’allimin mengatakan bahwa
sebaiknya anak-anak kecil tidak disibukan dengan ilmu nahwu semata.
Cukup mereka dapat membaca, menulis dan berbicara dengan benar .

4

para.html

http://newjoesafirablog.blogspot.com/2012/04/materi-pendidikan-islam-menurut-

4

Paul Suparno mengungkapkan, “Guru akan penuh dedikasi bagi
perkembangan anak didik, tidak kikir dalam mengembangkan anak didik. Dalam
bahasa yang lebih religius, guru yang menghayati panggilan ini akan sungguh
mencintai anak didiknya untuk maju. Anak-anak yang terbelakang, yang kurang
berkembang, yang mempunyai persoalan akan selalu dibantu. Kepuasan guru
justru jika berhasil membantu mereka maju mengatasi persoalanya”.
Dalam pengertian di atas, tampak bahwa banyak guru di Indonesia belum
menghayati tugasnya sebagai panggilan hidup. Banyak guru kurang dedikasi
dalam tugasnya. Misalnya, tidak menyiapkan bahan secara baik, tidak sungguh
memerhatikan masing-masing anak didik, lebih senang mendekati anak didik
yang pandai sedangkan anak didik yang bermaslah ditinggalkan. 5
Guru dihadapkan pada kesulitan, seperti disiplin kelas, memotivasi siswa,
adanya perbedaan individu, mengevaluasi siswa, berhubungan dengan orang tua.
Mengorganisasi tugas-tugas siswa di kelas, ketidaktepatan materi pelajaran.
Sering berganti kurikulum dari pusat, kurangnya buku-buku sumber, masalahmasalah pribadi siswa, masalah ekonomi, dan masih banyak lagi. 6
Agar dapat berkomunikasi dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan
berbahasa yang baik. Ia perlu memiliki kekayaan bahsa dan kosa kata yang cukup
banyak sebab dengan menggunakan kata-kata tertentu saja siswa belum dapat
memahami maknanya, mereka membutuhkan kata-kata atau istilah lain. Guru
perlu menguasai struktur kalimat dan ejaan yang benar. Struktur kalimat dan ejaan
yang salah dari guru, akan ditiru dalah pula, dan dapat membingungkan. Hal yang
juga cukup penting dalam berbahasa ini, guru perlu menguasai ucapan dan ragam
bahsa yang tepat dan baik. Setiap orang memiliki pembawaan suara atau logat
sendiri. Orang yang berasal dari daerah tapanuli, berbeda dengan sumatera barat,
berbeda dnegan sunda, bugis, maluku, serta daerah-daerah lainnya dalam
mengucapkan kata-kata tertentu, karena dipengaruhi oleh logat dalam bahasa
5
6

Hal. 24.

Kompas, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta : PT. Kompas, 2004). Hal. 126-127
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Grasindo, 2002).

5

daerahnya. Meskipun demikian guru yang memiliki logat yang berbeda-beda ini
harus berusaha untuk menggunakan logat bahasa indonesia yang benar. 7
Menurut Poerbakawatja dan Harahap : “Usaha secara sengaja dari orang dewasa
untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu
diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatanya,
orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan
kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah,
pendeta atau kiyai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan
sebagainya”8
Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa
dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa
sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian
dikeluarkan lagi dalm bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya
mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa
dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti
sari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang
aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik. 9 Menurut Sanusi
“Guru belum dapat diandalkan dalam berbagai aspek kinerjanya yang standar,
karena ia belum memiliki: keahlian dalam isi dari bidang studi, pedagogis,
didaktik, dan metodik, keahlian pribadi dan sosial, khususnya berdisiplin dan
bermotivasi, kerja tim antara sesama guru, dan tenaga kependidikan lain.”
Di lapangan terlihat banyak guru yang belum memenuhi standar
kompetensi sebagaimana diharapkan. Guru tidak memiliki pengetahuan dan
keterampilan mengelola peserta didik. Misalnya, banyak kasus guru memberikan
hukuman yang berlebihan terhadap siswanya, bahkan sampai melukai. (Kompas,
16-01-2010)10

7

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. 4, hlm. 259
8
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya Offset, 1995), hlm. 11
9
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, ( Jakarta : Rineka Cipta,
2010), Cet. 5 Hlm. 36.
10
Jejen Mushaf, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik, (Jakarta : Kencana, 2011), Hal. 7

6

             
  
43. dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui, (Qs. An-nahl (16) :
43)
Konsep pendidikan islam menurut Al-Ghazali, pemikiran al-Ghazali
tentang pendidikan suatu hal yang menarik dari Al-Ghazali adalah kecintaanya
dan perhatiannya yang sangat besar terhadap moralitas dan pengetahuan sehingga
ia berusaha untuk mengabdikan hidupnya untuk mangarungi samudra keilmuan.
Berangkat dari dahaga akan ilmu pengetahuan serta keinginannya untuk mencapai
keyakinan dan mencari hakekat kebenaran sesuatu yang tidak pernah puas. Ia
terus melakukan pengembaraab intelektualitas, filsafat, ilmu kalam, tasawuf, dan
lain-lain. Inilah sebabnya mengapa pemikiran al-Ghazali terkadang inkonsisten
dan kadang terdapat kita temui kontradiksi-kontradiksi dalam kitabnya. Karena di
pengaruhi perkembangan sejak muda sekali dan pada waktu mudanya juga ia
sudah banyak menuliskan buah pikirannya. Dalam kaitanya terhadap pendidikan
Al-Ghazali memberi pengertian yang masih global. Selain karena memang dalam
kitabnya yang paling mashur (ihya’Ulumuddin) tidak dijelaskan secara rinci
tentang pendidikan. Sehibgga, kita hanya bisa mengumpulkan pengertiian
pendidikan menurut Al-Ghazali yang dikaitkan lewat unsur-unsur pembentukan
pendidikan yang ia sampaikan : “ sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan
diri kepada Allah, Tuhan semesta Alam, dan ini, sesungguhnya adalah dengan
ilmmu yang berkembang melalui pengajaran dan bukan ilmu yang tidak
berkembang” 11
Kemajuan diberbagai bidang terutama bidang teknik informasi sudah
sedikit mempengaruhi proses belajar siswa, dimana aspek negatifnya tersebut
berpengaruh terhadap motivasi belajarnya. Oleh sebab itu guru juga diharapkan
mampu mengikuti perkembangan zaman yang sudah semakin modern ini,

11

ghazali

http://alhafizh84.wordpress.com/2012/03/05/konsep-pendidikan-islam-menurut-al-

7

diantaranya dengan membekali diri dengan pengetahuan tentang ilmu-ilmu
teknologi seperti komputer dan sebagainya.
Dari latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “
HUBUNGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA DI SMK YP IPPI PETOJO JAKARTA PUSAT”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, maka penulis
menemukan beberapa masalah yang teridentifikasi dan diperlukannya sebuah
penyelesaian untuk masalah-masalah tersebut
Adapun beberapa masalah yang teridentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Masih ada guru yang mendapatkan kesulitan, seperti disiplin kelas dan
memotivasi siswa.
2. Masih ada guru yang belum siap menyiapkan bahan secara baik, tidak
memerhatikan masing-masing anak didik, lebih senang mendekati anak
yang pandai sedangkan anak didik yang bermasalah ditinggalkan.
3. Masih ada guru yang belum dapat diandalkan dalam berbagai aspek
kenerjanya yang standar, karena ia belum memiliki keahlian dari bidang
studi, dan sosial.
4. Masih banyak kasus guru memberikan hukuman yang berlebihan terhadap
siswanya, bahkan sampai melukainya.

C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini lebih fokus dan tidak menyimpang dari
apa yang diteliti, maka penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan
sebagai berikut :
1. Secara garis besar, permaslahan yang menyangkut dengan kompetensi
sosial guru, adapun pada skripsi ini kompetensi sosial guru yang diteliti
dibatasi ke dalam 4 kategori, yakni :

8

a) Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbanngan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial keluarga.
b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang memiliki
keragaman sosial dan budaya.
d) Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.

2. Sedangkan motivasi belajar yang dimaksud dalam skripsi ini adalah
dorongan belajar siswa yang dibatasi ke dalam, ekstrinsik dan intrinsik.

D. Perumusan Masalah
Beranjak dari permasalahan yang ada, maka peneliti hanya akan meneliti
tentang masalah :
1. Bagaimana hubungan kompetensi sosial guru terhadap motivasi belajar ?

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kompetensi sosial yang dimiliki guru.
2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa di SMK YP IPPI Petojo Jakarta
Pusat.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungannya kompetensi sosial guru
terhadap motivasi belajar.

F. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti itu sendiri, yaitu sebagai implementasi dari proses
perkuliahan yang telah dijalankan.
2. Mengetahui seberapa besar hubungan kompetensi sosial terhadap motivasi
belajar siswa.
3. Para pendidik agar bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
4. Para siswa dan pihak-pihak terkait dengan kependidikan itu sendiri.

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kompetensi Sosial
1. Pengertian Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan,
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan bergaul secara santun
dengan masyarakat sekitar. 12
Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak
bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh
karena itu, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang
memadai terutama dalam kaitannya dengan pendidikan yang terjadi dan
berlangsung di masyarakat. Sehubungan dengan itu, dalam bab ini
dibahas secara khusus tentang kompetensi sosial, dengan harapan
bahwa guru akan mampu memfungsikan dirinya sebagai makhluk sosial
di masyarakat dan lingkungannya, sehingga mampu berkomunikasi dan

12

http://imamroyani.blogspot.com/2011/03/kompetensi-sosial-guru.htm1

9

10

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan wali peserta didik, sesama pendidik. 13

           
            
Bacalah
Menciptakan,Dia

dengan
telah

(menyebut)
menciptakan

nama
manusia

Tuhanmu
dari

yang

segumpal

darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya. Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan
perantaraan tulis baca. (Qs. Al-alaq [96] : 1-5)
Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk
sosial, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya.
Guru diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya,
dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari
masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah
bergaul, dan suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu individu yang
tertutup dan tidak memedulikan orang-orang sekitarnya.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk :
a. Berkomunikasi lisan dan tulisan
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional.
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga pendidik, orang tua/wali peserta didik.
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
13

Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), hal. 173-174.

11

Diantara kemampuan sosial dan personal yang paling mendasar
yang harus dikuasai guru adalah idelisme, yaitu cita-cita luhur
yang ingin dicapai dengan pendidikan. Cita-cita semacam ini
dpat diwujudkan guru melalui :14
a. Kesungguhannya mengajar dan mendidik murid. Tidak
peduli kondisi ekonomi, sosial, politik, dan medan yang
dihadapinya. Ia selalu semangat memberikan pengajaran
bagi muridnya.
b. Pembelajaran

masyarakat

melalui

interaksi

atau

komunikasi langsung dengan mereka di beberapa tempat
seperti masjid, majelis taklim, mushola, pesantren, balai
desa dan pos yandu. Dalam konteks ini, guru bukan
hanya guru para muridnya, tetapi juga guru bagi
masyarakat di lingkungannya.
c. Guru menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan
idenya melalui tulisan, baik dalam bentuk artikel,
cerpen, novel, sajak, maupun artikel ilmiah.
Istilah kompetensi berhubungan dengan dunia pekerjaan.
Kompetensi

mengandung

pengertian

pemilikan

pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan yang dimuat oleh jabatan tertentu.
Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian
dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif,
efektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.

14

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik, ( Jakarta : Kencana, 2011), Hlm. 52-53

12

“Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebagai kemampuan
melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan atau
latihan”15
Jadi kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki
oleh seseorang untuk dapat menjalankan tugasnya dengan sebaikbaiknya, baik secara teori maupun implementasi dalam kehidupan
sehari-hari, agar dalam melaksanakan tugas yang diembannya bisa
dilaksanakan secara maksimal yang menghasilkna sesuatu yang
maksimal juga sehingga mencapai kepuasan yang maksimal.
Oleh sebab itu, hendaknya setiap orang yang menjalani
kehidupan didunia ini dapat memaksimalkan potensi yang telah
diberikan oleh Tuhan padanya, agar kompetensi yang ada lebih tergali
lagi. “Pasal 8 UU Guru Tahun 2005 dijelaskan : Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional”.16
Guru adalah makhluk sosial, yang dalam kehidupannya tidak
bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh
karenanya, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sosial yang
memadai, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan, yang tidak
terbatas pada pembelajaran pada pembelajaran di sekolah tetapi juga
pada pendidikan yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.
Sedikitnya terdapat tujuh kompetensi sosial yang harus dimiliki
guru agar dapat berkomunikasi dan bergaul secara efektif, baik di
sekolah maupun di masyarakat. Ketujuh kompetensi tersebut dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:17
a. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun
agama.
15

Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1990), hal.4.
16
UU RI Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, hal. 88.
17
E. Mulyasa, op. Cit., hal. 176.

13

b. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
c. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi.
d. Memiliki pengetahuan tentang estetika.
e. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.
f. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.
g. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Dari tujuh kriteria di atas, diharapkan semua guru mempunyai
kapasitas untuk mewujudkan hal tersebut di atas, karena ketujuh kriteria
itu akan sangat berpengaruh terhadap guru itu sendiri maupun terhadap
lingkungan yang ada di sekitar guru tersebut, baik itu keluarga, siswa,
maupun guru lainnya.
Al-Qur’an menandaskan bahwa umat Islam adalah umat terbaik,
yang mampu menciptakan lingkungan yang baik, kondusif, yang
bermanfaat bagi seluruh alam. Karena sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi manusia lainnya.
Dalam al-Qur’an surat Ali Imron ayat 110 disebutkan:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah”.

“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)

14

2. Kriteria Kompetensi Sosial
Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, Kompetensi
Sosial adalah sebagai berikut :18
1.

Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbanngan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,
latar belakang keluarga, dan status sosial keluarga.

2.

Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat.

3.

Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang
memiliki keragaman sosial dan budaya.

4.

Berkomunikasi dengan lisan maupun tulisan.
Pengertian

bersikap

Inklusif,

bertindak

obyektif,

dan

diskriminatif. Berikut penjelasannya :
a.

Bersikap Inklusif, dalam ranah pendidikan tidak membedabedakan individu berdasarkan kemampuan dan kelainan yang
dimiliki individu.

b.

Bertindak Obyektif, sikap ini di tunjukan oleh seseorang dalam
memahami ketentuan dan fakta yang dapat diterima oleh akal
sehat, mengenai keadaan yang sebenarnya.

c.

Bersikap tidak diskriminatif, sikap ini tidak boleh adanya suatu
perbedaan atau perlakuaan yang tidak adil, supaya tidak terjadi
konflik yang tidak diinginkan atau kesalah pahaman. 19

Jadi dalam dunia pendidikan terutama Guru atau Pendidik, tidak pernah
membeda-bedakan satu sama lain, terutama dengan siswa dan siswinya
di sekolah, selalu memberikan sikap adil kepada siapapun terutama
ketika di kelas, contoh : jika ada siswa A mendapatkan nilai bagus dan
siswa B mendaptkan nilai buruk, maka guru tidak boleh bersikap
18

Najib Sulman, Karakter Guru Masa Depan Sukses dan Bermartabat, (Surabaya:
Jaring Pena, 2011) Cet. 1, Hal. 121.
19
http://pendidikanjasmani13.blogspot.com/2013/02/bersikap-inklusifobjektif-dantidak.htmi?m=1

15

membeda-bedakan, yang bisa menurunkan motivasi belajar siswa B dan
merasa minder dengan teman-temannya yang lain di kelas. dan guru
dapat berfikir sesuai dengan fakta yang ada untuk diberikan kepada
siapapun siswa terutama.
Pengertian berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
berikut penjelasannya :
a. Berkomunikasi secara efektif, Menurut Jalaluddin dalam bukunya
Psikologi Komunikasi (2008:13) menyebutkan, komunikasi yang
efektif di tandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan
kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial
yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan. 20
b. Berkomunikasi secara empatik, hubungan antara satu pihak dengan
pihak lain, di mana pihak-pihak yang berkomunikasi mampu
memahami perasaan/kondisi pihak lain tanpa terbawa untuk
mengikuti kepentingan pihak lain dan mengabaikan kepentingan
diri sendiri. 21
c. Berkomunikasi secara santun, dalam perspektif islam komunikasi
yang santun adalah komunikasi yang dibarengi kalimat-kalimat
yang baik (Thayyibah), dan memberikan dorongan kepada
sipenerima informasi untuk mengembangkan dirinya secara
maksimal. Berkomunikasi yang santun tidak hanya berdimensi
hubungan dengan sesama manusia (Hablumminannaas), tetapi juga
sebagai

upaya

penghambaan

diri

kepada

ALLAH

(Hablumminallah).
Kesantunan komunikasi tidak hanya dilihat dari seberapa pintar
seseorang merangkai kata dengan bahasa yang halus,tetapi juga
seberapa tinggi kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi,
mengeluarkan nada suara, dan menggerakkan bahasa tubuhnya.
Kesadaran untuk melakukan komunikasi secara santun haruslah
20

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2005), Cet. 1, hal. 13
21
http://tech.groups.yahoo.com/group/komunikasiempatik/message/1422

16

dipupuk sejak dini. Sifat positif dan kepekaan untuk memiliki
empati harus menjadi fondasi awal untuk dapat berkomunikasi
secara baik dan santun. Dalam berkomunikasi yang santun dengan
siswa,

guru

dituntut

untuk

memfasilitasi

siswa

untuk

menyampaikan pemikirannya. Guru dituntut untuk memahami dan
menghargai pendapat siswa dalam suasana yang hangat dan
menyenangkan. 22
guru yang mampu berkomunikasi secara efektif dan empatik,
bisa membuat siswa merasa nyaman di sekolah atau di dalam kelas,
terutama ketika sedang pembelajaran berlangsung, siswa tidak akan
merasa malu atau takut ketika akan mengajukan pertanyaan, karena jika
mampu memberikan sikap tidak pilih-pilih atau lebih memetingkan diri
sendiri akan membuat siswa merasa tidak nyaman ketika akan
berinteraksi dengan gurunya. Guru sebagai pendidik dituntut bisa
memberikan contoh yang baik dalam bertutur kata yang santun, dan
tingkah laku yang santun pula.
Pengertian Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI
yang memiliki keragaman sosial dan budaya, berikut penjelasannya :
a. beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka
meningkatkan efektifitas sebagai pendidik.
b. Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah
yang bersangkutan.
Dari poin tersebut maksdunya yaitu seorang guru bersedia di
tempatkan dan ditugaskan di manapun dia berada, selain itu seorang
guru diharapkan pula mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat ia
ditugaskan. Pada kurikulum KTSP, di jelaskan bahwa kurikulum
tersebut menekankan pada pengembangan kemampuan peserta didik,
sehingga dengan adaptasi yang baik dari seorang guru dimana ia
ditugaskan, guru tersebut mampu melihat pola interaksi yang dipakai
22

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/10/18/

17

atau diterapkan dalam lingkungan tersebut, sehingga guru mampu
membuat suatu metode yang bersifat inklusif, sehingga anak didik itu
mampu menyerap apa yang apa yang di sampaikan oleh pendidik
dengan baik. Karena metode ceramah lebih banyak diterapkan dalam
proses pembelajaran sehari-hari, guru mampu memposisikan diri
dengan lingkungan tempat ia mengajar, sehingga tujuan dari proses
belajar mengajar itu dapat berhasil dengan metode ceramah tersebut.
Dengan penerapan kurikulum KTSP yang menekankan pada
sasaran pembelajaran, sehingga guru dapat memilih materi-materi
pembelajaran yang efektif dan berguna sesuai dengan kondisi
lingkungan dimana ia mengajar. Namun demikian, banyak guru yang
ditugaskan di daerah-daerah terpencil atau pedalaman, merasa tidak
betah karena sarana dan prasarana yang tidak memadai seperti di mana
tempat ia tinggal sebelumnya. Padahal sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 mengenai kompetensi sosial
pada poin di atas seharusnya guru bersedia di tempatkan di manapun
dia berada, guru diharuskan profesional dengan peraturan tersebut.
Guru juga diharuskan memiliki kompetensi dalam hal adaptasi dengan
lingkungan di manapun di seluruh Indonesia yang memiliki keragaman
sosial dan budaya yang berbeda dengan daerah asalnya.
Guru bukan hanya bertugas di kelas. Guru juga merupakan
panutan dan teladan bagi lingkungan, sehingga guru di haruskan dapat
berkomunikasi juga dengan lingkungan, dengan hubungan sosial yang
baik dengan lingkungannya guru dapat bekerjasama dengan tokoh
masyarakat guna melaksanakan berbagai program dalam lingkungan
kerja di sekolahnya untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas
pendidikan di daerah yang bersangkutan tersebut. Contohnya, jika guru
perempuan dapat aktif di PKK daerah tersebut, maka guru juga dapat
berperan dalam pembinaan karang taruna atau pembinaan terhadap
remaja masjid atau mushala di daerah pedalaman atau terpencil
tersebut. Jadi selain dapat mencerdaskan peserta didiknya, guru juga

18

dapat

membina

serta

bersosialisasi

dengan

baik

terhadap

lingkungannya, dengan demikian, guru dapat memberikan manfaat
kepada lingkungan di mana ia tugaskan serta dapat pula menjalankan
tugasnya dengan baik. Apabila guru tersebut telah berdedikasi terhadap
lingkungannya, maka guru yang tidak betah beradaptasi dan bertahan di
tempat ia ditugaskan. 23
Pada dasarnya guru memang adalah diguguh dan ditiru, guru
seharusnya tidak memandang di mana dia mengajar, semua terfokus
karena ingin memberikan yang terbaik untuk anak didiknya, jadi ketika
guru diharuskan di tempatkan terpencil, ia harus merasa mampu dan
berani. Untuk memberikan ilmu yang guru miliki kepada calon siswa
atau siswanya. Guru itu dibutuhkan di mana saja, di lingkungan
masyarakat, di rumah, dan di sekolah. Semua mempunyai sifat yang
sangat erat, karena guru harus mampu bersosialisasi di manapun dia di
temaptkan dan mampu mengembangkan budaya yang ada di mana ia
mengajar.
Pengertian Berkomunikasi secara tulisan dan lisan, berikut
penjelasannya :
a. Komunikasi secara tulisan, adalah suatu proses penyampaian pesan
komunikasi dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk tulisan
(Subama)24
b. Komunikasi secara lisan, Suatu bentuk komunikasi yang unik
dijumpai pada manusia yang menggunakan kata-kata yang
diturunkan dari kosakata yang besar (kurang lebih 10.000) bersamasama dengan berbagai macam nama yang di ucapkan melalui atau
menggunakkan organ mulut. Kata-kata yang terucap tersambung
menjadi untaian frase dan kalimat yang di kelompokkan secara
sintaksis, kosa kata dan sintaksis yang di gunakan bersama-sama
23

http://mahdiannur.blogspot.com/2009/03/kompetensi-sosial-kemampuanberadaptasi.html
24
http://all-about-theory-blogspot.com/2010/10/pengertian-komunikasitulisan.htmi?m=1

19

dengan bunyi bahasa yang digunakannya membentuk jati diri
bahasa tersebut sebagai bahasa alami.25
Guru memang harus memiliki keduanya, komunikasi secara lisan
dan tulisan, karena ketika guru mengajar kedua sangat dibutuhkan.
Dengan berkomunikasi secara lisan guru memberikan perhatian dan
ajaran-ajaran, yang mampu membuat siswa mendengar dan mengingat
semua perkataan guru, maka guru dalam berkomunikasi secara lisan,
guru harus lebih hati-hati dalam berkata. Dan ketika guru memberikan
contoh di papan tulis, guru memberikan pengajaran. Dan guru juga
tidak hanya memberikan ceramah, tetapi juga metode yang membuat
siswa tidak merasa bosan, dan di tuliskan di whiteboard atau papan
tulis. Dan siswa dapat menulisnya lagi di buku mereka masing-masing.
Agar sewaktu dapat dibutuhkan dan dipelajari lagi, ketika akan ada
ulangan atau ujian.

B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai
tujuan tertentu.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur
yang

mendukung.

Hal

itu

mempunyai

peranan

besar

dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :26
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
25

http://www.wikipedia.com/bahasa-lisan
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta : Bumi Aksara,
2008), Hlm. 23
26

20

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan
baik.
Motivasi

memegang

peranan

penting

dalam

belajar.

Keberhasilan siswa dalam belajar bukan hanya ditentukan oleh
kemampuan intelektual, tetapi juga oleh segi-segi afektif
terutama motivasi. Dalam membangkitkan motivasi para siswa
guruperlu memperhatikan beberapa hal :27
a. Lebih banyak memberikan penghargaan atau pujian dari
pada hukuman, sebab siswa lebih termotivasi oleh halhal yang menimbulkan oleh rasa senang dari pada rasa
sakit.
b. Terhadap perkerjaan-pekerjaan siswa sebaiknya guru
memberikan komentar tertulis, dan jangan hanya
komentar lisan.
c. Pendapat dari teman-teman sekelas lebih memberikan
motivasi yang kuat dari pada hanya pendapat dari guru.
d. Strategi atau metode mengajar yang sesuai dengan minat
siswa akan lebih membangkitkan motivasi belajar.
e. Guru hendaknya banyak menekankan pelajaran kepada
kenyataan,

sebab

hal-hal

membangkitkan motif

yang

dibandingkan

nyata

lebih

dengan

yang

bersifat teoritis.
f. Penggunaan metode atau strategi pengajaran yang
bervariasi dapat membangkitkan motivasi belajar.
27

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya, 2007) Cet. 4, hlm. 265-266.

21

g. Kegiatan belajar yang banyak memberikan tantangan,
lebih mengaktifkan dan memberikan dorongan belajar.
Kata “Motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruh daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai. 28
Siswa yang tampaknya tidak bermotivasi, mungkin pada
kenyataannya cukup bermotivasi tapi tidak dalam hal-hal yang
diharapkan pengajar. Mungkin siswa cukup bermotivasi untuk
berprestasi di sekolah, akan tetapi pada saat yang sama ada ketentuanketentuan lain, seperti misalnya teman-teman, yang mendorongnya
untuk tidak berprestasi di sekolah. 29
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif
permanen dan secara potensi terjadi sebagai hasil dari praktik atau
penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik berupa
hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan
akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar
yang menarik tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan
oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk
melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.
28

Sardiman A.M, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008) hal. 74-75
29
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2010), hal. 170.

22

Motivasi adalah usaha pihak luar dalam hal ini adalah guru
untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakkan peserta didiknya
secara sadar untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa tujuan memotivasi peserta didik
adalah untuk menggerakkan, menggugahkan, menimbulkan keinginan
yang kuat serta menyadarkan mereka untuk belajar secara sungguhsungguh mengikuti proses belajar mengajar secara sadar dan bertujuan.
30

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal
pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur
yang

mendukung

belajar,

diklasifikasikan sebagai berikut :

indikator

motivasi

belajar

dapat

31

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Menurut, (Gleitman, 1986; Reber, 1988), motivasi ial