Pengaruh implementasi kompetensi guru PAI dan non PAI terhadap motivasi belajar siswa di SMK Bintang Nusantara (BINUSA), PD. Aren, Tangerang Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh:

Muhamad Fahmi Hidayat NIM 108011000039

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JAKARTA


(2)

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas unfuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pendidikan Islam (S. Pd.I )

Jakarta, 28 Oktober 2014

Yang mengesahkan,

I Munarvara


(3)

Induk Mahasiswa 108011000039, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syanf Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqasah pada tanggal9 September 2014 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sl (S. Pd. I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam,

Jakarta, 22 Desember 2014

Panitia Ujian Munaqasah Ketua Jurusan/Program Studi

Dr.

H

Abdul Majid Khon.

M

Ag NIP: 1958A707 198703 1 005 Sekretari s ( Sekretaris Jurusan/Prodi)

Marhamah Saleh. Lc. MA.

NIP:

19720313 200801 2 010 Penguji I

Drs. Ghufron lhsan. MA

NIP : 19530509 I98103 1 003

Penguji II

Dra. Hj. Djunaidatul Munawaroh. M. As.

NIP : 19580918 l987Al 2 001

Tanggal

v.t /

/L/

///L ,

ul-

-?d

v

"/l+

'!z

Mengetahui;

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

/t)

,"

!(*hk

,

)r,

N.arlvr6. R.if u i, *IA.,Pl:.

il


(4)

SURAT

PERI\YATAAII KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

Tempat/Tgl. Lahir NIM

Jurusan/Prodi

Judul Skripsi

Nama

NIP

Demikian surat adalah benar-benar hasil

apa yang saya tulis.

Muhamad Fahmi Hidayat Tangerang, 26 Agustus 1990

10801 1000039

Pendidikan Agama Islam/S 1

Pengaruh Implementasi Kompetensi Guru

PAI

dan Non

pAI

terhadap Motivasi Belajar Siswa (di SMK Bintang Nusantara,

Pondok Aren, Tangerang Selatan) Dra. Hj. Djunaidatul Munawaroh, M. Ag. 19580918 198701 2001.

pernyataan

ini saya

buat dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini karya sya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat Wisuda

Jakarta, 22 Desember 2014

NIM. 108011000039


(5)

Kata Kunci : Implementasi kompetensi Guru PAI dan Non PAI, Motivasi Belajar Siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk menhetahui apakah terdapat pengaruh antara Implementasi kompetensi Guru PAI dan Non PAI di kelas terhadap motivasi belajar siswa, dan seberapa besar taraf signifikansonya. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 Bulan, terhitung dari tanggal 1 Agustus sampai dengan 30 September 2014 di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren, Tangerang selatan. Pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi, angket dan wawancara. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu Purposive Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket/kuesioner dengan bentuk pilihan ganda, Sedangkan teknik yang digunakan adalah Product Moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara Pengaruh Implementasi Kompetensi Guru PAI dan Non PAI di kelas terhadap motivasi belajar siswa.

Hasil peneltian berdasarkan persepsi siswa secara umum, kompetensi Guru PAI dan Non PAI adalah pada posisi Amat Baik adalah 25 (41.7)% dengan kompetensi baik 15 (25)%, selanjutnya kompetensi cukup 20 (33)%. Serta pengaruh terhadap Motivasi Siswa secara umum mengenai Motivasi belajar siswa terhadap kompetensi guru PAI dan Non PAI dalam posisi sangat baik 17 (28.3)%. Urutan selanjutnya Baik 32(53.3)%, dan disusul dengan kriteria 11(18.3)%. Dengan demikan, Seperti yang telah diketahui bahwa = 0.016 yang termasuk ( nilai 0,00-0,20) dan ternyata kurang dari (0.250) yang sebesar baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1%.

Dengan alasan tersebut berarti tidak terdapat pengaruh signifikan antara Implementasi Kompetensi Guru PAI dan Non PAI terhdap Motivasi belajar siswa di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren, Tangerang selatan.


(6)

Keywords: Implementation competence and Non PAI PAI Teachers, Student Motivation.

This study aims to menhetahui whether there is influence between teacher competence Implementation and Non PAI PAI in class on student motivation, and how large extent signifikansonya. This research was carried out for 2 months, commencing from August 1 to September 30, 2014 in an archipelago Star SMK Pondok Aren. Data collection was conducted through observation, questionnaires and interviews. The method used is descriptive method with quantitative approach. The sampling technique is purposive sampling. The research instrument used was a questionnaire / questionnaire with multiple choice, while the technique used is the Product Moment. The results found in this study that there is no significant influence of Teacher Competency Implementation Effect and Non PAI PAI in class on student motivation.

Research findings based on the perceptions of students in general, teacher competence and Non PAI PAI is in Very Good position is 25 (41.7)% with good competence 15 (25)%, then sufficient competence 20 (33)%. As well as the effect on student motivation in general about the Students' motivation to teacher competence and Non PAI PAI in a very good position 17 (28.3)%. The next sequence Good 32 (53.3)%, and followed by the criteria of 11 (18.3)%. As such, As it is known that = 0016 included (value of 0.00 to 0.20) and were less than (0.250) that for both the significance level of 5% and 1%.

For these reasons mean there is no significant influence of Teacher Competency Implementation and Non PAI PAI toward learning motivation of students in vocational archipelago Star Pondok Aren.


(7)

vi

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah mencurahkan segenap rahmat dan taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam, semoga Allah SWT selalu limpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kerabat serta para pengikutnya. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas yang menjadi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jurusan Pendidikan Agama Islam di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian skripsi ini dilaksanakan pada bulan September 2014 yang bertempat di SMK Bintang Nusantara Pondok Aren, Tangerang Selatan Jl. Raya Pondok Aren-Jombang No.15.

Alhamdulillah pada pelaksanannya berjalan dengan baik dan lancar. Dengan berkat rahmat dan inayah Allah SWT, maka selesailah skripsi yang berjudul "PENGARUH IMPLEMENTASI KOMPETENSI GURU PAI DAN NON PAI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA".

Semua ini tak akan tercapai tanpa adanya usaha, perjuangan, dorongan dan do'a serta tawakkal kepada Sang Pencipta. Maka pada kesempatan kali ini, penulis merasa sangat perlu untuk menghaturkan dan mengucapkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang terkait, yang telah membantu dan mendukung terlaksananya kegiatan ini. rasa terima kasih yang sangat, dihanturkan kepada :

1. Nurlena Rifa'i, M. A, Ph. D., selaku Dekan fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag. (Ketua Jurusan/Prodi) dan Marhamah Saleh, Lc. MA. (sekretaris Jurusan/Prodi) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Hj. Dra. Djunaidatul Munawaroh, M. Ag., yang dengan tulus meluangkan segenap waktu, tenaga dan pikirannya untuk senantiasa membimbing penulis dalam menyusun penulisan skripsi ini.


(8)

vii

5. Nurhadi S. Pd. I (Guru PAI), fitri Maya Sari, S. Pd. (Guru MTK), Haekal Ismail (S. H.), Dedeh Astuti, S. Pd. (Guru Bahasa Indonesia) yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian, serta keluarga Yayasan Al Mubarak dalam hal ini staf dan karyawan SMA Al Mubarak dan SMK Bintang Nusantara Pondok Aren, Tangerang Selatan.

6. Keluarga Besar H. Basri Ridjan, Orang tua dan Almarhumah kaka saya tercinta dan tersayang, yang senantiasa membantu penulis secara moral/motivasi maupun material/biata dalam penyusunan skripsi dan tidak pernah sabar agar anaknya ini mendapat gelar S1 di kampus tercinta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepala Sekolah, Guru, sahabat dan orang terdekat yang terhormat : kepala Sekolah SMA Al Mubarak H. Drs. Muslihat Ali, Guru Drs. Sudono, M. Si., Kepala Sekolah SMP Al Mubarak H. Nahrawi Mughni, S. Pd. I, Kepala Sekolah SD Al Mubarak H. Abdullah, S. Pd, dan Wakil SD Al Mubarak Arif Fu'ad, S. Pd. I, sahabat Pandi Saputra, S. Pd. I, Ahmad Khilmi, S. Pd. I, Saeful Anam, S. Pd. I, dan orang terdekat Dhiant Habiyya Fawzy Hermawan. Teman-teman Perjaka 36 (Perkumpulan Remaja Pondok Kacang Rt. 03/06), kawan-kawan seperjuangan (kelas B PAI angkatan 2008) yang dengan tanpa henti memberikan motivasi, do'a dan bantuannya dalam segala hal.

Akhirnya, dengan ini penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada kepada kalian semua, semoga Bapak/Ibu dan teman-teman senatiasa dalam kesehatan selalu, penuh rahmat dan berkah, segala kebaikan yang telah Bapak/Ibu dan teman-teman berikan dapat bernilai ibadah dan dilipat-gandakan ganjaran kebaikannya oleh Allah SWT, Amin. Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang tak luput dari salah dan dosa. Maka pada kesempatan kali ini penulis mohon agar dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan dan kealfaan yang telah dilakukan, semoga hal ini dapat menjadi cermin dan cambuk seraya berharap agar apa yang telah dilakukan dapat bermanfaat dan menjadi pengalaman yang berharga di masa yang akan datang.

Jakarta, 13 November 2014


(9)

LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... . vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka ... 8

1. Kompetensi Guru dan Implementasinya dalam Pembelajaran ... 8

a. Pengertian Kompetensi Guru ... 8

b. Macam-macam kompetensi ……….. 9


(10)

a. Pengertian motivasi belajar ………... 35

b. Pengaruh motivasi belajar ………. 37

c. Dimensi-dimensi motivasi belajar ………. 39

d. Indikartor motivasi belajar ……… 39

3. Kerangka berfikir ... 42

4. Pengajuan Hipotesa ... 42

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

B. Metode Penelitian ... 45

C. Populasi dan sampel ... 46

D. Teknik Pengolahan Data, Analisis dan Interprestasi ... 46

1. Observasi ... 46

2. Angket atau Kuisioner ... 46

3. Wawancara ... 50

E. Teknik Pengolahan, Analisis dan Interpestasi Data ... 51

1. Teknik Pengolahan Data ... 51

a. Editing ... 51

b. Tabulating ... 51

2. Teknik Analisis Data ... 52


(11)

2. Visi dan Misi Sekolah ... 58

3. Keadaan Guru ... 58

B. Deskripsi Data Kompetensi Guru ... 61

C. Analisis dan Interprestasi Data ... 73

1.Analisis Data ... 73

2.Interprestasi Data ... 74

D. Keterbatasan Penelitian ... 65

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran-saran ... 79


(12)

xi

Lampiran 3 : Hasil wawancara dengan guru

Lampiran 4 : Tabel skor asli variabel X (Implementasi kompetensi guru) Lampiran 5 : Tabel skor Y (Motivasi belajar siswa)

Lampiran 6 : Lembar uji referensi Lampiran 7 : Surat bimbingan skripsi

Lampiran 8 : Surat Permohonan Izin Pnelitian Lampiran 9 : Surat Rekomendasi Penelitian

Daftar Tabel-tabel

Tabel 3.1 Sampel penelitian

Tabel 3.2 Angket Implementasi Komppetensi Guru Tabel 3.3 Angket motivasi belajar

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen

Tabel 3.6 Kompetensi Guru PAI dan Non PAI Tabel 3.7 Motivasi belajar

Tabel 3.8 Frekuensi dan prosentase kompetensi Guru PAI dan Non PAI Tabel 3.9 Pedoman interpretasi data

Tabel 4.1 Data Guru Tabel 4.2 Data Karyawan Tabel 4.3 Keadaan siswa Tabel 4.4 Seragam Sekolah Tabel 4.5 Sarana dan pra sarana Tabel 4.6 Kompetensi guru PAI


(13)

xii

Tabel 4.10 Kompetensi Guru PAI dan Non PAI

Tabel 4.11 Komparasi Motivasi belajar siswa terhadap pelajaran PAI Tabel 4.12 Komparasi Motivasi belajar siswa terhadap pelajaran Mtk Tabel 4.13 Komparasi Motivasi belajar siswa terhadap pelajaran Pkn Tabel 4.14 Komparasi Motivasi belajar siswa terhadap pelajaran Bhs.

Indonesia

Tabel 4.15 Motivasi belajar siswa

Tabel 4.16 Data Implementasi Kompetensi Guru PAI dan Non PAI terhadap Motivasi Belajar siswa


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran di kelas relatif dinamis, proses pembelajaran di kelas sepenuhnya menjadi hak guru untuk dipergunakan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, tanpa mengesampingkan prosedur yang berlaku dalam lembaganya.

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi pada saat sekarang menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strateginya agar sesuai dengan kebutuhan, dan tentunya tidak ketinggalan zaman (up to date).1 Perubahan yang cepat tersebut menuntut kehidupan dinamis agar senantiasa dengan perkembangan zaman. Begitu pula dengan guru ketika berada di kelas, harus mengikuti setiap perkembangan informasi dan sains agar dapat menghubungkan hal-hal yang sesuai dengan materi pelajaran. Hal tersebut menjadi sebuah contoh konkrit bagi siswa dalam belajarnya.

Guru adalah ‘Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, melatih,

mengajar, membimbing, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini mulai dari jalur formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah’.2 Dengan penjelasan tersebut, pendidik profesional itu memikul tanggung jawab untuk membuat peserta didiknya kearah yang benar, peserta didik memiliki kreasi baru yang muncul dari dalam dirinya dengan bimbingan dan arahan guru yang profesional. Hal ini bisa terjadi dengan adanya jiwa pendidik profesional di dalam lembaga pendidikan.

1

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan sertifikasi Guru, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2007, h.2.

2 Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, Undang-undang Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan,


(15)

pembelajaran yang mengarah pada peningkatan motivasi, kreatifitas, imajinasi, inovasi dan etos keilmuwan.3 Siswa menjadi subyek pembelajaran untuk mengeksplorasi materi pelajaran dan mengeksploitasi skill yang dimilikinya.

Berkaitan dengan hal tersebut, yang paling berperan dalam pendidikan adalah Guru Pendidikan Agama Islam. Untuk itu, dengan memberikan perhatian terhadap guru pendidikan agama merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan keberhasilan dalam pendidikan. Keberadaan Pendidikan Agama Islam menjadi wacana yang sangat penting di era pengetahuan yang menuntut adanya keberhasilan dalam pendidikan.

Sedangkan kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya yang ditampilkan melalui Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002 untuk kerja.4 Menyebutkan bahwa kompetensi guru sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai pekerjaan tertentu.

Kompetensi guru dapat juga dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Kompetensi guru itu meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial.

Adapun yang di maksud dengan kompetensi kepribadian di dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 butir ayat (3) pada butir kedua, dijelaskan bahwa yang

dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah ‘kemampuan kepribadian

3

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid, Jakarta : PT. Gaja Grafindo Persada, 2003, h. 4.

4

Martinis Yamin , Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia „Dilengkapi UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta : Gaung Persada Press, 2006, cet. 1, h. 210.


(16)

didik dan berakhlak mulia’.5

Menurut Djama’an Satori yang di maksud kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpencar dalam perilaku sehari-hari.6

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Pribadi guru juga sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang suka mencontoh, termasuk mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya. Semua itu menunjukkan bahwa kompetensi personal atau kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya.

Sebagaimana dikutip Martinus Yamin mengenai UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.7

Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), serta mensejahterakan rakyat, kemajuan Negara dan bangsa pada umumnya.

Mengenai hal tersebut, banyak guru yang belum memenuhi kualitas dan kompetensi, belum bersertifikasi guru dan belum S1 dalam mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Akibatnya, pembinaan dan bimbingan siswa kurang efektif, bisa menjadikan pembelajaran di kelas kurang kondusif.

5

E. Mulyasa. op. cit.h. 117.

6

Fachrudin Saudagar, Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta : Gaung Persada Press, 2011. Cet. 3 h. 41.

7

Martinis Yamin , Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia „Dilengkapi UU No. 14


(17)

‘mengerti perbedaan antara yang benar dan yang salah, yang boleh dan yang dilarang, yang dianjurkan dan yang dicegah, baik dan yang buruk’. Sadar bahwa yang menjauhi sifat-sifat negatif dan mencoba membina dirinya untuk selalu menggunakan hal-hal yang positif.8

Memperhatikan SMK Bintang Nusantara, guru-guru di SMK ini sebagian besar telah memenuhi syarat kualitas akademis dan telah lulus sertifikasi guru, hanya sebagian kecil belum memenuhi syarat kualifikasi dan kompetensi guru. Dengan permasalahan ini, penulis terdorong utnuk melakukan penelitian tentang: ‘PENGARUH IMPLEMENTASI KOMPETENSI GURU PAI DAN NON PAI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMK BINTANG NUSANTARA (BINUSA), PONDOK AREN, TANGERANG SELATAN.”

B. Identifikasi Masalah

1. Banyak Guru PAI yang belum penuhi kriteria-kriteria kualifikasi Akademik.

2. Banyak Guru PAI yang belum memiliki kompetensi guru secara utuh dalam pengembangan strategi pembelajaran.

3. Masih banyak Guru PAI yang belum terlatih mengimplementasikan kompetensi mereka dalam merencanakan dan memproses pembelajaran.

4. Masih banyak Guru PAI yang belum bisa menjadikan pembelajaran di kelas kondusif.

C. Pembatasan Masalah

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa kompetensi guru itu meliputi:

1) Kompetensi Pedagogik 2) Kompetensi Profesional 3) Kompetensi Kepribadian

8


(18)

Mengingat luasnya kompetensi Guru, maka penulis membatasinya hanya dalam ruang lingkup Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Kepribadian serta kaitannya dengan Motivasi Belajar Siswa di sekolah.

Adapun yang dimaksud dengan kompetensi Guru dalam penelitian ini adalah Kecakapan-kecakapan yang harus dimiliki oleh seorang Guru yang menjadi contoh dalam lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat dilingkungan sekitar.

Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran adalah kemampuan seorang guru untuk memberi ilmu dengan arahan yang berinovasi, berkreasi dan mengarahkan untuk mencoba hal-hal yang tidak terbatas pada aturan dan prosedur yang ada. Sebagai contoh, Siswa tidak hanya belajar dari buku yang mereka miliki di sekolah, tetapi mereka dapat melihat sendiri fenomena yang sedang terjadi di sekitar mereka atau hal yang pernah mereka alami sendiri. Karena dengan kreativitas, siswa dapat memecahkan masalahnya dengan lebih baik.

D. Perumusan Masalah

Bertolak dari pembatasan di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi Guru PAI dan Non PAI di Sekolah SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan?

2. Bagaimana Motivasi belajar siswa di Sekolah SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan?

3. Apakah terdapat pengaruh antara implementasi kompetensi Guru PAI dan Non PAI terhadap motivasi belajar siswa di SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan?


(19)

1. Tujuan Penelitian

a. Sebagai bukti penulis untuk menyelesaikan strata 1 (S1) dengan membuat karya ilmiah dalam tugas akhir perkuliahan yang berupa skripsi.

b. Untuk membandingkan implementasi kompetensi pedagogik dan kepribadian Guru PAI dan Non PAI di SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan.

c. Untuk mendeskripsikan implementasi Guru PAI dan Non PAI di SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan.

d. Untuk membandingkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI dan Non PAI.

2. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini Antara lain :

a. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan.

b. Mengetahui Implementasi pembelajaran Guru PAI.

c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama manajemen pendidikan, khususnya dalam implementasi kompetensi guru dalam pembelajaran PAI.

d. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan salah satu bahan masukan untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar.


(20)

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Kompetensi Guru dan Implementasinya Terhadap Pembelajaran

a. Pengertian Kompetensi Guru

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 pasal 1 butir kesatu seperti yang tercantum dalam buku Martinis Yamin bahwa yang dimaksud dengan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.9

Sedangkan dalam buku Oemar Hamalik, Guru adalah suatu jabatan profesional yang harus memenuhi kriteria profesional, yang meliputi syarat-syarat fisik, mental/kepribadian, keilmiahan/pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi profesional guru selain bersumber dari bakat seseorang untuk menjadi guru juga dari pendidikan yang diselenggarakan pada pendidikan guru memegang peranan yang penting.10

9

. Martinis Yamin, op. cit. h. 209.

10

. Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,Jakarta : PT. Bumi


(21)

Kompetensi dapat didefinisikan sebagai seperangkat tindakan penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompoetensi tersebut akan terwujud dalam bentukpenguasaan pengetahuan dari perbuatan secara professional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru.

Standar suatu profesi menetapkan siapa yang boleh atau tidak boleh masuk

kedalam kategori tersebut. Standar suatu profesi membangun „public trust’

terhadap eksistensi profesi tersebut demi kepentingan masyarakat luas dan sekaligus pula mengembangkan „public acceptance’ terhadap segala aspek yang berkaitan dengan kegiatan operasional suatu profesi .

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru dalam memberikan pembelajaran terhadap peserta didik, karena peserta didik merupakan sasaran dari ilmu yang telah disampaikan oleh seorang guru maka dengan kompetensi yang dimiliki, peserta didik mampu menerima pelajaran dengan baik.

Oleh karena itu, Kompetensi yang berarti kewenangan atau kecakapan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Maka kompetensi guru agama adalah kewenangan untuk menentukan pendidikan agama yang akan diajarkan pada jenjang tertentu di sekolah tempat guru itu mengajar.9 Dengan demikian, prasayarat untuk menjadi guru professional pada hakikatnya adalah guru tersebut harus memenuhi standar kompetensi guru.

b. Macam-macam Kompetensi

1) Kompetensi Guru

Nana Sudjana dalam buku Abdul Majid mengemukakan bahwa kompetensi guru dapat dibagi menjadi tiga bidang, yakni: a). kompetensi bidang kognitif, b). Kompetensi bidang sikap, c). Kompetensi perilaku, penjelasan ketiga bidang tersebut adalah sebagai berikut.

9

. Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, Cet. 2, 1995, h. 95.


(22)

a) Kompetensi bidang kognitif artinya kemampuan bidang intelektual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.

b) Kompetensi bidang sikap adalah kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya, sikap memghargai pekerjaannya, mencintai dan memiliki rasa senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi kepada ssama teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil kerjaannya.

c) Kompetensi perilaku maksudnya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/perilaku, seperti ketrampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan menyusun persiapan/perencanaan mengajar, keterampilan melaksanakan administrasi kelas dan lain-lain.10

Akhlak guru mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali pada akhlak murid-murid. Karena guru iti menjadi ikutan dan contoh teladan bagi murid-murid mereka contoh perkataan guru, perbuatan dan semua gerak-geriknya. Sebab itu haruslah guru berpegang teguh dengan ajaran agama, serta berakhlak mulia dan berbudi luhur, pengasih, penyayang kepada murid-muridnya, sebagai bapak yang cinta akan keluhuran budi pekerti anaknya. Guru takkan sukses mendidik murid-muridnya, kecuali kalau ia berakhlak mulia dan berbudi luhur. Janganlah diharapkan guru sukses dalam melaksanakan pendidikan Agama. Bahkan sebaliknya akan mengakibatkan murid-murid anti agama.

Oleh sebab itu hendaklah guru mengamalkan ilmu yang diajarkannya dan berpegang teguh dengan ajaran agama. Janganlah guru memperbuat sesuatu yang bertentangan dengan perkataannya dan jangan memperbuat sesuatu yang

10

. Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, Cet. 1, 2012, h. 94.


(23)

berlawanan dengan akhlak yang diajarkannya. Hendaklah guru harus selalu sadar dan insaf, bahwa ia imam dan jadi ikutan bagi murid-muridnya, jadi contoh dan tiru teladan bagi mereka dalam akhlak, kelakuan adat kebiasaan, perkataan, perbuatan dan semua gerak-geriknya. Sebab itu hendaklah perlihatkan dihadapan murid-muridmu tingkah laku yang baik, adab sopan santun yang indah, supaya menjadi contoh bagi-murid-muridnya.

Guru agama harus orang yang kuat keimanannya, banyak amal salehnya, tinggi akhlaknya, baik tutur bahasanya, suci hatinya serta ramah-tamah terhadap murid-muridnya. Orang yang lemah keimanannya, kurang amalannya, rusak akhlaknya, takkan dapat melalsanakan pendidikan agama. Dengan demikian teranglah, bahwa pengaruh guru agama besar sekali dalam pendidikan agama.

Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib yang dikutip oleh Abdul Majid, guru Agama Islam professional harus memiliki kompetensi sebagai berikut:

1) Penguasaan materi al-Islam yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengajaran, terutama pada bidang yang menjadi tugasnya.

2) Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode dan teknik) Pendidikan Islam termasuk kemampuan evaluasinya.

3) Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.

4) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan Islam.11

Adapun PAI sebagaimana dijelaskan oleh Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid, suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.12

1) Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam a) Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Strategi adalah siasat melakukan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran yang mencakup metode dan teknik pembelajaran. Adapun teknikadalah

11

. Ibid,h. 91.

12


(24)

langkah melakukan kegiatan-kegiatan khusus dalam menggunakan metode tertentu, seperti teknik bertanya, teknik menjelaskan dan sebagainya.13

Dari model pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan dalam strategi pembelajaran. Dengan mengutip pmikiran J. R. David, Wina Sanjaya menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Strategi belajar-mengajar meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega mengetengahkan empat kelompok model pembelajaran, yaitu: model interaksi social adalah adanya komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, model pengolahan informasi merupakan cara menyaring data dari peserta didik, model personal-humanistik ialah diskusi dengan cara berhadapan antara pendidik dengan peserta didik dan model modifikasi tingkah laku yakni memberi contoh yang baik terhadap peserta didik seperti cara berpakaian, berprilaku dan berbahasa.

Jika kita mencoba menerapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah sebagai berikut :

1) Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

2) Mempertimbangkan dan memilih system pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.

3) Mempertimbangkam dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode, dan teknik pembelajaran.

4) Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.14

b) Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

13

. Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima, 2009,

h. 154.

14


(25)

Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode pembelajaran yang dipilih tentunya menghindari upaya penuangan ide kepada siswa. Guru seharusnya memikirkan bagaimana cara yang membuat siswa dapat belajar secara optimal. Dalam arti sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Metode digunakan oleh guru untuk mengkreasi lingkungan belajar dan mengkhususkan aktivitas di mana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda bergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran.

Metode mengajar mempunyai dua aspek, aspek ideal dan aspek teknis, sebagai berikut:

1) Aspek Ideal: secara ideal harus diingat bahwa program belajar-mengajar adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Yang menjadi pedoman utama adalah bagaimana mengusahakan agar mencapai perkembangan peserta didik secara optimal.

2) Aspek Teknis: terdapat bermacam-macam teknik yang dapat digunakan dalam interaksi dam komunikasi itu, antara lain: Tanya jawab, diskusi, ceramah dan lain-lain.15

Menurut Ibnu Khaldun metode pengajaran sepantasnya melalui tiga langkah berikut ini:

1) Murid belajar dimulai dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang sedrhana dengan topic yang dipelajarinya, serta meperhatikan apakah pengetahuan tersebut sesuai dengan taraf pemikiran murid, sehingga tidak berada di luar kemampuan persepsinya.

2) Guru kembali menyajikan kepada murid pengetahuan yang sama, tetapi tarafnya lebih tinggi dari taraf yang disajikannya pada langkah pertama.

15

. Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, 1995, Cet. 2, h. 97.


(26)

3) Pendidik kembali untuk ketiga kalinya mengajarkan topic yang sam secara terperinci, mencakup dan mendalam pada segala segi dan lebih terperinci dalam hal pembahasan.

c) Pengembangan Materi Pembelajaran PAI 1) Pengembangan Kurikulum dan Silabus PAI

1) Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (a) Orientasi Pendidikan Islam PAI

Pembelajaran PAI justru harus dikembangkan kearah proses internalisasi nilai (afektif) yang dibarengi dengan aspek kognitif sehingga timbul dorongan yang sangat kuat untuk mengamalkan dan menaati ajaran dan nilai-nilai dasar agama yang telah terinternalisasikan dalam diri peserta didik (psikomotorik). Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah, menumbuhsuburkan hubungan harmonis setiap pribadi dengan Allah, manusia dan alam semesta.

(b) Dasar Pengembangan Kurikulum PAI

As-Syaibani dalam Ahmad Jayadi menetapkan empat dasar pokok dalam mengembangkan kurikulum pendidikan, yaitu:

a. Dasar Religius, penyusunan kurikulum pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai agama (ilahiah) yang tertuang dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Al-Sunnah, karena kedua hal tersebut merupakan nilai kebenaran yang universal, abadi dan bersifat futuristic.

b. Dasar filsafat, dasar ini memberikan arah dan tujuan pendidikan dengan dasar filosofis sehingga susunan kurikulum mengandung suatu kebenaran dibidang nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini dari suatu kebenaran. c. Dasar psikologis, dasar ini mempertimbangkan tahapan psikis anak didik,

yang berkaitan dengan perkembangan jasmaniah, kematangan, bakat-bakat jasmaniah, intelektual, bahasa emosi, social, kebutuhan dan keinginan individu, minat dan kecakapan.

d. Dasar Sosiologis, dasar sosiologis memberikan implikasi bahwa kurikulum pendidikan memegang peranan penting terhadap penyampaian dan


(27)

pengembangan kebudayaan, proses sosialosasi, individu, rekonstruksi masyarakat.16

(c) Orientasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Ahmad Jayadi mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum pendidikan Islam harus diorientasikan pada:

a. Orientasi Pelestarian Nilai-nilai

Dalam pandangan Islam, nilai terbagi atas dua macam, yaitu nilai-nilai yang turun dari Allah SWT (nilai ilahi) dan nilai yang tumbuh serta berkembang dari peradaban manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniah. Kedua nilai tersebut selanjutnya membentuk norma atau kaidah kehidupan yang dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya.

b. Orientasi pada kecenderungan masyarakat

Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang ditandai oleh munculnya berbagai peradaban dan kebudayaan sehingga masyarakat tersebut mengalami perkembangan yang pesat walaupun perkembangan itu tidak sampai pada titik kulminasi.

c. Orientasi pada Tenaga Kerja

Manusia sebagai makhluk biologis mempunyai unsur mekanisme jasmani yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan lahiriah, misalnya makanan dan minuman.

Q.S. Al Baqarah (168) :

ٌݔدع مكل هڰّإ ن۵طيڰّل۴ ت۴ݕطخ ۴ݕعبڰّت اݔ ۵بيط ااح ضرأ۴ يف ۵ڰّم ۴ݕلك س۵ڰّل۴ ۵ݓڱيأ ۵ي

( نيبم

٦١

)

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di

bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena

sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

Bertempat tinggal yang layak dan salah satu diantara persiapan untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang layak adalah melalui ikhtiar pendidikan.

16


(28)

d. Orientasi pada Murid.

1) Orientasi ini merupakan kompas pada kurikulum untuk memenuhi kebutuhan murid yang disesuaikan bakat, minat dan kemampuan. Untuk merealisasikan orientasi pada kebutuhan murid, Benyamin S. Bloom merupakan taksonomi dengan tiga domain, yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik.17

2) Isi Kurikulum Pendidikan Islam, berkaitan dengan isi kurikulum Ahmad Jayadi menjelaskan bahwa isi kurikulum hendaknya mencerminkan pemahaman bahwa semua ilmu itu merupakan produk Allah semata, sedang manusia hanya menginterpretasikannya saja.

(Q. S. Al-Kahfi (109):

۵ّ۳ج ݕلݔ يبر ت۵ّلك دفّت نأ لبق رحبل۴ دفّل يبر ت۵ّلكل ۴د۴دم رحبل۴ ن۵ك ݕل لق

هلثّب

( ۴ددم

١

)

“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat

Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".

Untuk itu, isi kurikulum pendidikan Islam seharusnya dikembangkan dengan tiga orientasi, yang ketiganya disajikan dengan pendekatan terpadu (integrated approach).

a. Isi kurikulum yang Berorientasi pada Ketuhanan.

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan ketuhanan, mengenal Zat, sifat, perbuatan-Nya dan relasinya terhadap manusia dan alam semesta. Bagian ini meliputi ilmu kalam, ilmu metafisika alam, ilmu fiqh, ilmu akhlak (tasawwuf), ilmu-ilmu tentang Al-Qur’an dan Al Sunnah (tafsir, mustholah, linguistic, ushul fiqh dan sebagainya).

b. Isi kurikulum yang berorientasi pada Kemanusiaan

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan haliah pribadi manusia, baik manusia sebagai makhluk individu, makhluk social, makhluk berbudaya dan makhluk berakal. Bagian ini meliputi ilmu politik, ekonomi, kebudayaan,

17


(29)

sosiologi, antropologi, sejarah, linguistic, psikologi kedokteran, perdagangan, komunikasi, adiministrasi, matematik dan sebagainya.

c. Isi kurikulum yang Berorientasi pada Kealaman

Rumusan isi kurikulum yang berkaitan dengan fenomena alam semesta sebagai makhluk yang diamanatkan dan untuk kepentingan manusia. Bagian ini meliputi ilmu fisika, kimia, pertanian, perikanan, obat-obatan, astronomi, ruang angkasa, geologi, geofisika, botani, zoology, biogenetic dan sebagainya.18

(d) Pengembangan Silabus a. Pengertian

Menurut Salim istilah Silabus dapat didefinisikan sebagai “Garis besar,

ringkasan, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran”. Silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi , kemampuan dasar yang ingin dicapai dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai standar kompetensi dan kemampuan dasar.

b. Prinsip-Prinsip Pengembangan Silabus

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus, antara lain: ilmiah, memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa, relevansi, sistematis, Konsisten, memadai, actual, kontekstual, fleksible dan menyeluruh. Adapaun penjelassannya sebagai berikut:

a) Ilmiah

Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam penyusunan silabus dilibatkan para pakar dibidang keilmuan masing-masing mata pelajaran.

b) Relevansi

18


(30)

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, social, emosional dan spiritual peserta didik.

c) Sistematis

Karena silabus dianggap sebagai suatu system, sesuai konsep dan prinsip system, penyusunan silabus dilakukan secara sistematis, sejalan dengan pendekatan system.

d) Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indicator materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan system penilaian.

e) Memadai

Cakupan indicator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan system penilaian.

f) Actual dan kontekstual

Cakupan indicator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan system penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang terjadi.

g) Fleksible

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi disekolah/madrasah dan tuntutan masyarakat.

h) Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotorik).19

Manfaat Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk satu standar kompetensi maupun satu kompetensi dasar.

19


(31)

(e) Penilaian Pembelajaran PAI

1. Prinsip-Prinsip dan Strategi Penilaian Kelas

a. Pengertian Penilaian Autentik (Authentic Assesment)

Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip penilaian autentik:

1) Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran (a part, not a part from instruction).

2) Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real words

problems), bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems). 3) Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang

sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

4) Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif dan sensori-motorik).

2) Kompetensi Guru Non-PAI

Secara umum Guru diharapkan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi yang tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu:

1. Kompetensi Social

Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk social, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberikan contoh yang baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa social tinggi, mudah bergaul, suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu individu yang tertutup dan tidak memperdulikan orang-orang disekitarnya. Kompetensi social merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk:


(32)

b. Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara fungsional c. Bergaul dengan baik terhadap peserta didik, sesame pendidik, tenaga

kependidikan, dan sebagainya.

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat.20

Menurut sukmadinata, „’Diantara kemampuan social dan personal yang

paling mendasar yang harus dikuasai oleh guru adalah idealism, yaitu cita-cita

luhur yang ingin dicapai dengan pendidikan.” Cita-cita semacam ini dapat terwujud oleh guru melalui: “Pertama, Kesungguhannya mengajar dan mendidik anak murid. Tidak peduli kondisi ekonomi, social, politik dan medan yang dihadapi. Ia selalu semangat memberikan pengajaran bagi muridnya. Kedua, pembelajaran masyarakat melalui interaksi dengan mereka dibeberapa tempat seperti masjid, majelis taklim, mushalla, pesantren, balai desa dan pos yandu. Dalam konteks ini, guru bukan hanya guru bagi muridnya tapi juga guru bagi masyarakat dilingkungannya. Ketiga, guru menuangkan dan mengekspresikan pemikiran dan idenya melalui tulisan, baik dalam bentuk artikel, cerpen, novel,sajak maupun artikel ilmiah". Idealnya, sekolah memfasilitasi guru untuk aktif menulis dan menerbitkan tulisan guru tersebut tentu setelah seleksi penulisan dan naskah. Keterampilan dan kepercayaan diri guru dalam menulis perlu ditumbuhkan melalui pelatihan dan dorongan sekolah.21

2. Kompetensi Profesional

Guru professional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan professional, baik yang bersifat pribadi, social maupun akademis. Kompetensi professional merupakan salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi

professional adalah „kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar

20

. BSNP, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan,Jakarta, 2006, h. 88.

21

. N. Sy. Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan PraktikCetakan k-8,


(33)

kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan’. Bagi guru yang merupakan tenaga professional ibidang kpendidikan dalam kaitannya dengan accountability, bukan berarti tugasnya menjadi ringan, tetapi justru lebih berat dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki kualifikasi kemampuan yang lebih memadai.

Secara garis besar ada tiga tingkatan kualifikasi professional guru sebagai tenaga kependidikan. Yang pertama adalah tingkatan capability personal

maksudnya guru diharapkan memiliki pengetahuan percakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses belajar mengajar secara efektif. Tingkatan kedua adalah guru sebagai inovator, yakni sebagai tenaga kependidikan yang memiliki komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Tingkatan yang ketiga adalah guru sebagai visioner.

Selain menghayati kualifikasi yang pertama dan kedua guru harus memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu dan mau melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh sector pendidikan sebagai suatu sistem.22 Menurut surya dalam Kunandar mengartikan guru yang professional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode.23

3. Kompetensi Pedagogik

Pembelajaran adalah upaya pendidik untuk membantu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan perkataan lain bahwa istilah pembelajaran dapat diberi arti sebagai kegiatan sitematik dan sengaja dilakukan oleh pendidik untuk membantu peserta didik agar tercapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar terjadi pada diri siswa sebagai akibat dari kegiatan membelajarkan. Pedagogoik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki, dan agogos

yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogic secara harfiah membantu anak laki-laki zaman Yunani kuno yang pekerjaannya menganmtarkan anak majikannya pergi ke sekolah. Sedang istilah pedagogi artinya pendidikan yang

22

. Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Op. Cit. h. 50.

23

. Kunandar, Guru Profesional: Penerapan KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Press, 2007, h.50.


(34)

lebih menekankan kepada praktek, yang menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak. Pedagogic merupakan suatu teori yang secara teliti, krisis dan objektif mengmbangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan pendidikan serta hakikat proses pendidikan.

Secara umum istilah pedagogic dapat diberi makna sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak, sedangkan ilmu mengajar untuk orang dewasa adalah andragogy. Dengan pengertian itu maka pedagogic adalah sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjauan psikologis anak. Pendekatan perdagogik muaranya adalah membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam perkembangannya, pelaksanaan perkembangan itu dapat menggunaklan pendekatan kontinum, yaitu dimulai dari pendekatan pedagogi yang diikuti oleh pendekatan andragogy. Berdasar pengertian diatas maka yang dimaksud pedagogic adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagogic adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa.24

Adapun tugas guru yang utama adalah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan. Menurut BSNP, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: pemahaman wawasan, pemahaman tentang peserta didik, pengembangan kurikulum, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidiok dan dialogis, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang di milikinya.25

4. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian, yaitu: „Kemampuan kepribadian yang berakhlak mulia, mantap, stabil, dewasa, arif, bijaksana, menjadi teladan mengevaluasi

24

. Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Op. Cit. h.33

25

. Jejen Mustofa, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h.31


(35)

kinerja sendiri, mengembangkan diri dan religious26. Terlihat mubadzir ketika seorang guru mengajarkan kebaikan bila dia sendiri bukan sosok pribadi yang baik. Pribadi guru yang baik, mengajar dan mendidik dengan perkataan dan perilakunya dhadapan murid, disengaja maupun tidak disengaja. Disadari ataupun tidak, peserta didik selalu belajar dari figure guru dan orang-orang yang dianggapnya baik. Dengan demikian, harus banyak sosok guru, kepala sekolah, orang tua, yang benar-benar baik dan soleh, sehingga mereka selalu belajar nilai-nilai dan perilaku baik dari sebanyak mungkin figure. Anak-anak membutuhkan contoh nyata tentang apa itu yang baik melalui sikap dan perilaku orang dewasa. Hal ini lebih efektif dan mudah bagi anak-anak disbanding sekedar ucapan dan tulisan.

Seorang guru yang berperilaku tidak baik, padahal di kelas ia selalu menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada para siswanya. Akan menghilangkan perannya sebagai pendidik, karena kepercayaan dari siswa, orang tua dan masyarakat akan luntur bahkan hilang. Guru semacam ini tidak akan dapat menjadi teladan para siswa. Padahal, mereka mengharapkan guru berhasil menanamkanm nilai-nilai baik kepada para muridnya.27

c. Indikator Kompetensi Pedagogik

Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Diantaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peran keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antar sekolah, keluarga, masyarakat, sistempendidikan nasional dan inovasi pendidikan. Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi strategisnya ditengah masyarakat dan perannya yang sangat besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Karena itu, mereka juga sadar bagaimana harus bersikap disekolah dan masyarakat, bagaimana memenuhi kualifikasi statusnya yaitu sebagai guru professional.

26

. BSNP. (2006:88). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h.43.

27


(36)

Pemahaman tentang peserta didik. „Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapai, kemampuan, unggulan, kekurangan, hambatan yang dihadapi serta factor dominan yang memengaruhinya.28 Pada dasarnya anak-anak itu ingin tahu dan sebagian tugas guru adalah membantu perkembangan keingintahuan tersebut, sehingga membuat mereka lebih ingin tahu. Guru merupakan organisator pertumbuhan pengalaman siswa. Guru harus dapat merancang pembelajaran yang tidak semata-mata menyentuh aspek kognitif, tetapi juga dapat mengembangkan ketrampilan dan sikap siswa. Maka, guru haruslah individu yang kaya akan pengalaman dari daripada siswadengan cara-cara variatif. Dasar pengetahuan dalam keragaman sangat penting dan termasuk keperbedaan dalam: kecerdasan, emosional, bakat dan bahasa.

Pengembangan kurikulum silabus. Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku pelajaran banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Guru dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah distandarisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP). Adapun pendapat Eisner mengenai kurikulum adalah „Seluruh pengalaman yang dialami anak di bawah pengawasan sekolah’. Pengalaman ini

sebagian besar telah didesain oleh sekolah sebelumnya. Ia juga menjelaskan

bahwa, „kurikulum sekolah, pelatihan, kelas dapat dibuat sebagai seri pertunjukan

yang dimaksudkan dapat mendidik satu atau lebih siswa’.29

Secara pedagogis, kompetensi guru-guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting, karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kering dari aspek pedagogis dan sekolah Nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri. Secara operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi manajerial, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Perencanaan menyangkut penetapan tujuan, kompetensi dan

28

. Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik, Bandung: Rosda Karya,

Cet. K-8, 2006, h.197.

29

. E. W. Eisner, The Educational Imagination on the Design and Evaluation of School Program. Edisi k-3, New Jersey: Merril Prentice Hall, 2002, h. 26.


(37)

memperkirakan cara mencapainya, Pelaksanaan atau sering juga disebut implementasi adalah proses yang memberikan kepastian bahwa proses belajar mengajar telah memiliki sumber daya manusia dan sarana prasarana yang diperlukan, sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan yang diinginkan, Pengendalian atau ada juga yang menyebut evaluasi dan pengendalian, bertujuan menjamin kinerja yang dicapai sesuai rencana atau tujuan yang telah ditetapkan.

Perancangan pembelajaran. Guru mengetahui apa yang diajarkan kepada siswanya. Guru menyiapkan metode dan media pembelajaran setiap akan mengajar. Berikut dampak positif perancangamn pembelajaran: Pertama, akan selalu dapat pengatahuan baru dari guru, tidak akan terjadi pengulangan materi yang tidak perlu yang dapat mengakibatkan kebosanan siswa dalam belajar, pengulangan materi itu perlu sebatas penguatan, Kedua yaitu menumbuhkan kepercayaan siswa pada guru, sehingga mereka akan senang dan giat belajar. Guru yang baik akan memotivasi siswa untuk meneladani kebaikan dan kedisiplinannya, meskipun siswa itu tidak mengatakannya pada guru. Perbuatan guru lebih efektif bagi siswa disbanding perkataan. Ketiga adalah belajar akan manjadi aktivitas yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh dan bagi siswa, karena mereka akan merasa tidak sia-sia dating belajar ke kelas. Berbeda perasaan siswa ketika saat berhadapan dengan guru yang mengajar selalu tanpa persiapan.

Melihat Ahmad, mengutip dari Ibnu Khaldun, „ Ilmu pengetahuan dalam

kaitannya dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan bagaimana mereka menggunakan berbagai metode yang tepat dan baik. Oleh karena itu, guru

wajib mengetahui manfaat dari metode yang digunaka’.30

Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang

seharusnya siswa lakukan dan bagaimana hal itu bisa dilakukan.’

1) Identifikasi Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan kondisi yang sebenarnya atau sesuatu yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan.

30

. S. M. Ahmad, The Methode of Muslim Learning as Ilustrated in Al Zarnuji’s Ta’lim Al


(38)

Identifikasi kebutuhan bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya.

2) Identifikasi kompetensi

Kompetensi merupakan sesuatu yang ingin dimiliki oleh peserta didik dan merupakan komponen utama yang harus dirumuskan dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah pembelajaran. Kompetensi yang jelas akan memberi petunujuk yang jelas pula terhadap materi yang harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran, serta memberi petunjuk terhadap penilaian.

3) Penyusunan Program Pembelajaran

Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen program menyangkut kompetensi dasar, materi standar, metode dan tehnik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya.

Pemahaman dan pemahaman terhadap peserta didik. Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogic yang harus dimiliki guru. Pendidik harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran (learning agen), yaitu „peran pendidik diantaranya: fasilitator,

motivator, pemacu, pembagi inspirasi bagi peserta didik’31

. Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dapat dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu kecerdasan, kreativitas, cacat fisik dan perkembangan kognitif.

1) Tingkat kecerdasan

Anak cerdas memiliki usia lebih tinggi dari usianya dan mampu mengerjakan tugas-tugas untuk anak yang usianya lebih tinggi. Misal anak usia lima tahun bisa mengerjakan tugas untuk anak usia delapan tahun, namun tidak bisa mengerjakan tugas lebih dari itu, maka usianya delapan tahun.

31


(39)

2) Kreativitas

Kreativitas bisa dikembangkan dengan penciptaan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya. Dibanding penelitian kecerdasan, jumlah penelitian tentang kreativitas masih amat sedikit, barangkali karena masih sulitnya mengukur kreatifitas.

3) Kondisi fisik

Kondisi fisik antara lain berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, kemampuan bicara, pincang (kaki) dan lumpuh karena kerusakan otak. Terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik diperlukan sikap dan layanan yang berbeda dalam rangka membantu perkembangan pribadi mereka. Misalnya guru harus bersikap lebih sabar dan telaten, tetapi dilakukan secara wajar sehingga tidak menimbulkan kesan negative.

4) Pertumbuhan dan Perkembangan Kognitif

Pertumbuhan dan perkembangan dapat diklasifikasikan atas kognitif, psikologis dan fisik. Pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi karakteristik manusia. Perubahan-perubahan tersebut terjadi dalam kemajuan yang mantap dan merupakan suatu proses kematangan. Perubahan-perubahan ini tidak bersifat umum, melainkan merupakan hasil interaksi antara potensi bawaan dengan lingkungan.

Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis. Pembelajaran yang mendidik dan dialogis merupakan respon terhadap praktek pendidikan anti realitas, yang menurut Freire (2003) dikutip oleh E. Mulyasa harus diarahkan pada proses hadap masalah. Titik tolak penyusunan program pendidikan atau politik harus beranjak dari kekinian, eksistensial dan konkrit yang mencerminkan aspirasi-aspirasi masyarakat . Pelaksanaan pembelajaran biasanya dimulai dengan pre tes, untuk menjajaki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pre tes memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran, yang berfungsi antara lain sebagai berikut :


(40)

a) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab.

b) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, dengan cara membandingkan hasil pre test dengan post tes.

c) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topic dalam proses pembelajaran.

d) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dimiliki peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.

Untuk mencapai fungsi yang ketiga dan keempat maka hasil pre test harus segera diperiksa, jangan sampai mengganggu suasana belajar, atau mengalihkan perhatian peserta didik. Asari berpendapat, „siswa yang dikuasai karakter buruk, maka proses pendidikan karakter harus menhadapinya, mengontrolnya dan secara perlahan menggantikannya dengan karakter yang diharapkan.32’ Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, di samping menumbuhkan gairah belajar yang tinggi, napsu belajar yang besar, dan tumbuhnya rasa percaya diri. Berikutnya yaitu Post Test, Fungsi pos tes antara lain adalah:

a) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok.

b) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang belum dikuasainya.

32

. H. Asari, The Educational Though of Al Ghazali: Theory and practice. Tesis. Institute of Islamic Studies. Mc Gill university, 1993, h.125.


(41)

c) Untuk mengetahui peserta didik yang ikut remedial, peserta didik yang ikut pengayaan, dan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar.

d) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.

Evaluasi Hasil Belajar. Kesuksesan seorang gurusebagai pendidik professional tergantung pada pemahamannya terhadap penilaian pendidikan dan

kemampuannya bekerja efektif dalam penilaian. „Penilaian adalah proses

pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar

peserta didik.’33

Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program adalah sebagai berikut:

a). Penilaian Kelas

Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik, memperbaiki proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik, serta menentukan kenaikan kelas.

b). Tes Kemampuan Dasar

Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran (program remedial).

c). Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

Pada setiap akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilaian guna mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu. Untuk keperluan sertifikasi, kinerja dan hasil belajar yang dicantumkan dalam Surat Tanda Tamat Belajar tidak semata-mata didasarkan atas hasil penilaian pada akhir jenjang sekolah.

e). Penilaian Program

33


(42)

Penilaian program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara kontinyu dan berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuainnya dengan tuntutan perkembangan masyarakat dan kemajuan zaman.

d. Indikator Kompetensi Kepribadian

Berakhlak Mulia. „Pendidikan nasional yang bermutu diarahkan untuk

pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.’34

Arahan pendidikan nasional ini hanya mungkin terwujud jika guru memiliki akhlak mulia, sebab murid adalah cermin dari gurunya. Sulit mencetak murid yang saleh jika gurunya tidak saleh. Selain guru, untuk melahirkan siswa yang saleh perlu dukungan: Pertama, komunitas sekolah yang saleh (pimpinan dan staf). Kedua, budaya sekolah yang saleh, seperti disiplin, demokratis, adil, jujur, syukur dan amanah. Esensi pembelajaran adalah perubahan perilaku. Guru akan mampu mengubah perilaku peserta didik jika dirinya telah menjadi manusia yang

baik. “Pribadi guru harus baik karena inti pendidikan adalah perubahan perilaku, sebagaimana makna pendidikan adalah proses pembebasan peserta diudik dari ketidakmampuan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, buruknya hati, akhlak dan

keimanan”.35

Tidak ada pengetahuan yang eksis hanya demi pengetahuan itu sendiri. Setiap pengetahuan harus memengaruhitindakan.

Mantap, Stabil dan Dewasa. Menurut Husein dan Ashraf, “Jika disepakati

bahwa pendidikan bukan hanya melatih manusia untuk hidup, maka karakter guru

merupakan hal yang sangat penting.”36

Sulitnya mengmengubah perilaku dan mengerjakan keterampilan harus dihayati benar tidak saja okeh guru dan kepala

34

. BSNP. (2006:74). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan., Jejen Musfah, Hakikat Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h. 43.

35

. Mulyasana, (2008:1), Jejen Musfah , Hakikat Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h. 43.

36

. S.S. Husain dan S. A. Ashraf (1979: 106), Jejen Musfah, Hakikat Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h. 45.


(43)

sekolah, melainkan juga oleh para wali murid. Dengan demikian, diharapkan ada kesadaran untuk bekerjasama diantara mereka untuk sama-sama mengajar dan mendidik para murid. Paling sedikit ada tiga ciri kedewasaan antara lain:

Pertama, orang yang telah dewasa memiliki tujuan dan pedoman hidup, yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya, menjadi pegangan dan pedoman hidupnya. Kedua, orang dewasa adalah orang yang mampu melihat segala sesuatu dengan objektif, tidak banyak dipengaruhi oleh subyektifitas dirinya. Ketiga,

orang yang telah bisa bertanggung jawab. Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki kemerdekaan, kebebasan, tapi disisi lain dari kebebasan adalah tanggung jawab.37Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang sering memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai tempramen yang berbeda dengan orang lain.

Arif dan Bijaksana. Dalam pendidikan, mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dari pribadi guru yang disiplin, arif dan berwibawa. Kita tidak bisa berharap banyak akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari pribadi guru yang kurang disiplin, kurang arif, dan kurang berwibawa. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya kita membina disiplin peserta didik dengan pribadi guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus ditujukan untuk membantu peserta didik menemukan diri: mengatasi, mencegah timbylnya masalah disiplin dan berusaha menciptaka situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan. Perilaku negative sebagian remaja, pelajar, dan peserta didik pada akhir-akhir ini telah melampaui batas kewajaran karena telah menjurus pada tindak melawan hukum, melanggar tata tertib, melanggar moral agama, kriminal dan telah membawa pada akibat yang sangat merugikan masyarakat.38

37

. N. Sy, Sukmadinata (2005: 254), Jejen Musfah, Hakikat Kompetensi Guru. Jakarta: Kencana, 2011, Cetakan 1, h. 46.

38

. Enco Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009, Cet. K-4, h. 123.


(44)

Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi para peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM), serta mensejahterakan rakyat, kemajuan Negara dan bangsa pada umumnya. Dalam pendidikan, mendisiplinkan murid harus dengan guru yang disiplin, arif dan berwibawa. Kita tidak bisa berharap banyak akan terbentuknya peserta didik yang disiplin dari pribadi guru yang kurang disiplin, kurang arif dan kurang berwibawa. Oleh karena itu, sekaranglah saatnya kita membina disiplin peserta didik dengan pribadi guru yang disiplin, arif dan berwibawa. Dalam menanamkan disiplin, guru bertanggungjawab mengarahkan, dan berbuat baik, menjadi contoh, sabar dan pengertian.Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih saying dapat dilakukan secara demokratis, yakni dari, oleh dan untuk peserta didik, sedangkan guru tut wuri handayani.Sebagai pembimbing, guru harus berupaya untuk membimbing dan mengarahkan perilaku peserta didik kearah yang positif dan menunjang pembelajaran. Sebagai contoh atau teladan, guru harus memperlihatkan perilaku disiplin yang baik terhadap peserta didik, karena bagaimana peserta didik akan berdisiplin kalau gurunya tidak menunjukkan sikap disiplin.

Menjadi Teladan. Guru merupakan teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Keprihatinan, kerendahan, kemalasan dan rasa takut, secara terpisah ataupun bersama-sama bisa menyebabkan seseorang berfikir atau berkata, “Jika saya harus menjadi teladan atau dipertimbangkan untuk menjadi model, maka pembelajaran bukanlah pekerjaan yang tepat bagi saya. Saya tidak cukup baik untuk diteladani, di samping saya sendiri untuk bebas menjadi diri sendiri dan untuk selamanya tidak ingin menjadi teladan bagi orang lain. Jika peserta didik harus memiliki model, biarkanlah mereka menemukannya dimanapun. Alasan tersebut tidak dapat dimengerti, mungkin dalam hal tertentu dapat diterima tetapi


(45)

mengabaikan atau menolak aspek fundamental dari sifat pembelajaran.39Beberapa aspek penting teladan dalam pendidikan yang ditulis Ajami adalah Pertama,

manusia saling memengaruhi satu sama lain melalui ucapan, perbuatan, pemikiran dan keyakinan, Kedua, perbuatan lebih besar pengaruhnya disbanding ucapan,

Ketiga, metode teladan tidak membutuhkan penjelasan.40

Mengevaluasi Kinerja Sendiri. Pengalaman adalah guru terbaik, pengalaman mengajar merupakan modal besar untuk meningkatkan mengajar dikelas. Pengalaman di kelas memberikan wawasan bagi guru untuk memahami karakter anak-anak, merupakan cara terbaik untuk menghadapi keragaman tersebut. Guru jadi tahu metode apa yang terbaik bagi mata pelajaran apa, karena ia telah mencobanya berkali-kali. Pengalaman bisa berguna bagi guru jika ia senantiasa melakukan evaluasi pada setiap selesai pengajarannya, misalkan guru memberi sesi Tanya jawab diakhir pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mempaerbaiki proses pembelajaran di masa mendatang. Guru dapat mengetahui mutu pengajarannya dari respon dan umpan balik yang diberikan pada para siswa saat pembelajaran berlangsung atau setelahnya, baik di kelas maupun di luar kelas. Gru dapat menggunakan metode ini untuk mengevaluasi kinerjanya. Guru harus siap menerima saran dari kepala sekolah, rekan sejawat, tenaga kependidikan, termasuk dari para siswa.

Mengembangkan diri. Di antara sifat yang harus dimiliki guru ialah pembelajar yang baik atau mandiri, yaitu semangat yang besar untuk menuntut ilmu. Contoh sederhana, yaitu kegemarannya membaca dan berlatih keterampilan yang dapat menunjang profesinya sebagai pendidik. Berkembang dan bertumbuh hanya dapat terjadi jika guru mampu konsisten sebagai pembelajar mandiri, yang cerdas memanfaatkan fasilitas pendidikan yang ada disekolah dan lingkungannya. Husain dan Ashraf mengutip pendapat Hossein Nashr, Baloch, Aroosi dan badawi terkait dengan eksistensi dan peran guru, Yang pertama adalah poros utamavsistem pendidikan adalah guru, lalu yang kedua yaitu guru tidak hanya menjadi manusia pembelajar namun juga harus menjadi manusia bermoral tinggi,

39

. Enco Mulyasa, Op. Cit. h. 127.

40

. Al Ajami, (2006: 131), Jejen Mushaf, Hakikat Kompetensi Guru, Jakarta: Kencana, 2011, Cet. 1, h. 47.


(46)

dan kemudian yang ketiga merupakan guru harus menjadi manusia yang mampu menginspirasi orang lain untuk antusias pada moral dan etik yang ia katakana dan juga dicontohkan, sampai pada yang keempat adalah ia harus menjadi orang yang mengajarkan keyakinannya, tidak boleh ada kontradiksi antara apa yang diajarkan dan keyakinan pribadinya.

Religius. Akhlak mulia timbul karena seseorang percaya pada Allah sebagai pencipta yang memiliki nama-nama baik dan sifat yang terpuji. Budi pekerti yang baik tumbuh dalam pribadi yang khusyuk dalam menjalankan ibadah vertical dan horizontal. Pribadi yang selalu menghayati ritual ibadah dan mengingat Allah akan melahirkan sikap terpuji. Menurut Al Nahlawi seorang pendidik muslim harus memiliki sifat-sifat, berikut: Pengabdi Allah, Ikhlas, Sabar dalam menyampaikan pembelajaran pada siswa dan jujur.41 Adapun Menurut Muhammad Athiyah Al Abrasyi kompetensi personal-religius dapat diidentifikasi, yaitu :

1) Bersikap zuhud, dalam arti mengajar hanya mencari keridhaan Allah. 2) Bersih dan suci dirinya dari dosa besar, riya, hasad, permusuhan dan

perselisihan atau sifat tercela lainnya. 3) Ikhlas dalam bekerja.

4) Pemaaf.

5) Menjaga harga diri dan kehormatan.

6) Mencintai peserta didik sebagaimana terhadap anaknya sendiri.42

Lalu kompetensi keperibadian guru menurut Sanusi (1991) mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnyavsebagai guru, serta terhadap keseluruhan situasi pendidikan yang mencakup di dalamnya.

2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seorang guru.

41

. A. Al Nahlawi, Mau’idzat Al qulub: Durus Wa Mawaqif Tarbawiyyah Hayyat min

Al-Qur’an wa al Sunnah. Suriah: Dar Al Fikr, 2001, h. 171-173. 42


(1)

Struktur Organisasi SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Denah Bangunan SMK Bintang Nusantara

Gambar 4.2 Denah Bangunan KEPALA SEKOLAH

WAKIL KEPALA SEKOLAH

Bidang Kurikulum Bidang HUMAS

Pustakawan Tata Usaha

DEWAN GURU

PEMBINA OSIS Bidang Kesiswaan

OSIS

Siswa/i

Keamanan

Karyawan

Kelas Xll AK

Kelas Xll MM

Kelas Xll TKJ

WC Murid Wanita

WC Murid Pria

Ruang Musik

WC Guru

Ruang Tu

Ruang Litbang

Ruang

Kepsek k

Kelas X/Xl AK Kelas X/Xl AP

Kelas X/XlTKJ

Kelas X/Xl MM

Parkiran

Lapangan

Mushalla

Ruang Guru


(2)

Keadaan Guru SMK Bintang Nusantara

Sesuai dengan data yang saya terima dari Tata Usaha SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan Bapak Tri Atmo Binawan, disebutkan bahwa guru-guru yang mengajar di SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan berjumlah 28 orang dan berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi dan Diploma III, untuk lebih jelasnya lihat tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Data Guru

No. Nama Guru Jabatan Bidang

1 Drs. Sadiyanto Kepala Sekolah S 1 Sejarah 2 Drs.H. Muslihat Ali Wakil Kepala Sekolah S. 1 Elektro

195602081985031005

3 M. Rusdin, SE Guru S. 1 Akuntansi

4 Abdul Azis, S.H Guru S. 1 Pkn

5 Saefudi, S,Pd Guru S. 1 Seni Budaya

6 Dwi Hastuti, S. Pt Guru S. 1 Biologi

7 Dessi Arissandy, S.Pd Guru S. 1 Bhs. Indonesia 8 Rinda Suzena, SE Guru S. 1 Akuntansi

9 Ponijah, S.Pd Guru S. 1 B.Inggris

10 Imas Sobariah, S.Pd Guru S. 1 Kimia

11 Bunari, S.Pd.I Guru S. 1 Pend. Agama Islam 12 Nurhadi, SPd.I Guru S. 1 Pend. Agama Islam 13 Waluyo, SPd., MM Guru S. 1 BP / BK

14 Endri, S. Pd Guru S. 1 Penjaskes

15 Wahib, SH Guru S. 1 Pkn

16 Nita Erlypranawati,

S.Psi Guru S. 1 Budi Pekerti

17 Susilawati, S.Pd Guru S. 1 Matematika 18 Ella Julela, S.Pd Guru S. 1 Bhs. Inggris 19 Haekal Ismail, S.H Guru S. 1 PKN

20 Hadi Jumro, S. Pd Guru S. 1 B. Inggris

21 Ahmad Yusuf, S. Kom Guru S. 1 Produktif TKJ, MM 22 Ade Saputra, S.Kom Guru S. 1 Produktif TKJ/MM 23 Rizki Shafaruddin

Ahmad, S. Kom Guru S. 1 Komputer

24 Drs.Aksol Amri Guru S. 1 B. Indonesia 25 Fitri Maya Sari, S.Pd Guru S. 1 Matematika 26 Dyah Ayu Rofi'ah K,

SE Guru S. 1 Produktif AK

27 Khaerunisa, S. Pd Guru S. 1 B. Indonesia 28 Ahmad Zaki, S.Kom Guru S. 1 Produktif MM


(3)

Keadaan Karyawan SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan Tabel 4.4

Data Karyawan

NO NAMA

KARYAWAN JABATAN

PENDIDIKAN

FAKULTAS JURUSAN

1 M. Hafni Kepala TU SMA IPS

2 Fitri Komalasari TU/Koperasi SMA IPS

3 Tri Atmo Binawan Administrasi Ekonomi Manajemen

4

Alimun Amin

Mustofa Kebersihan SMA IPS

5 Abdul Hamid Kebersihan SDN -

6 Noviandi Kebersihan SMA IPS

7 Achmad Romain Keamanan PGAN PAI

8 Hendiyanto Keamanan SMP -

Keadaan Siswa SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan Tabel 4.5

Keadaan Siswa / Siswi SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan

No. Kelas Rombel Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 X 4 40 28 68

2 XI 4 23 45 68

3 XII 3 28 38 66


(4)

Tabel 4.6

Seragam Sekolah Siswa/siswi SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan

Hari

Seragam

Putra Putri

Senin Baju Putih + Celana Putih Panjang Baju Putih + Rok Putih Panjang Selasa Baju Putih + Celana Abu-abu

Panjang

Baju Putih + Rok Abu-abu Panjang

Rabu Baju Kotak-kotak + Celana putih Panjang

Baju Putih + Rok kotak-kotak Panjang

Kamis Baju Batik + Celana Hitam Panjang Baju Batik + Rok Hitam Panjang Jumat Baju Muslim putih + Celana Putih

Panjang

Baju Muslim Putih + Rok Putih Panjang

Sabtu Baju Putih+Celana Panjang Hitam Baju Putih+Rok panjang hitam

Sarana dan Prasarana SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan

Sarana dan prasarana yang terdapat di SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan sebagai berikut:

Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Ruang Kelas 6

2 Ruang Guru 1

3 Ruang Kepala Sekolah 1

4 Musholah 2

5 Ruang Tamu 2

6 Ruang Tata Usaha 1

7 Perpustakaan 1

8 Ruang Guru BK 1

9 Lab. Komputer 4

10 Lab. Bahasa 1

11 Lab. IPA 1

12 Lapangan Upacara 1

13 Lapangan Olahraga 1

14 Toilet Guru 2


(5)

KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA.

FITK

Jl. lr. H- Juada No 95 Ciputat 15412 tndonesia

FORM (FR)

No. Dokumen

:

FITK-FR-AKD-062

Tgl.

Terbit :

1 Maret 2010

qURAT

PERMOHONAN IZIN

PENELITIAN

Nomor : Un.01/F. 1/KM.01 .31...t201 4

Lamp. : Outline/Proposal

Hal

: Permohonan lzin Penelitian

Kepada Yth.

SMK Bintang Nusantara, Pd. ,A.ren.

di

Tembusan:

1.

Dekan FITK

2.

Pembantu Dekan Bidang Akademik

3.

Mahasiswa yang bersangkutan

Jakarta, 09 September 2014

Tempat

Assal am u' alaiku m wr.wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa,

Nama

: Muhamad Fahmi Hidayat

NIM

:10801'1000039

Jurusan

: Pendidikan Agama lslam (pAl)

Semester

.Xlll

Judul skripsi

:

'PENGARUH IMPLEMENTASI KoMpETENSt GURU pAt DAN NON PAI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA'.

adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Kegur-uan U!IJ Jaka;ia )-ang

sedang menyusun skripsi,

dan

akan

mengadakan penelitian

(riset)

di

instansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.

Untuk

itu

kami

mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut

melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kasih. Wassal am u' al ai ku m wr.wb.

idikan Agama Islam

I Majid Khon, M.Ag 9580707 198703 1 005


(6)

YAYASANAL

MUBARAK

Sekolah Menengah Kejuruan

SMK

BINTANG NUSANTARA

Jl. Raya Pondok. fuen - Jombang, No. 15 Pondok Kacang Timur, Tangerang Selatan 15226

Telp. 027 -7 458972, 027 -7 48607

t7

Fax. (02 1 ) 7 4864847

Website : http://www.smkbintangnusaniara-tng.sch.id E-mail : bintangnusantara0g@gmail.com

SURATKETERANGAN

No : 006/SMK.BN/S.KET lxl/2014

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama

Jabatan

Menerangkan Bahwa :

Nama

Tempat, Tgl Lahir

Nim Jurusan Asal PTS

Drs. Sadiyanto

Kepala SMK Bintang Nusantara

Muhamad Fahmi Hidayat Tangerang, 26 Agustus 1990

10801 1000039

Pendidikan Agama Islam

UIN Syarif Hidayatulah Jakarta

Adalah benar nama tersebut telah melaksanakan kegiatan penelitian di SMK Bintang Nusantara Tangerang Selatan, dengan Judul "Pengaruh Implementasi Kompetensi Guru PAI dan Non PAI

terhadap Motivasi Belajar Siswa

di

SMK Bintang Nusantara, Tangerang Selatan" Selama 2 bulan, yaitu dari tanggal 01 Agustus 2014 s.d 30 September 2014.

Demikian surat keterangan

ini

dibua! untuk yang bersangkutan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

'/"%,,

?tr

vx

\.(