Dasar Hukum Hadhanah LANDASAN TEORI
                                                                                                                     
        
Artnya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua  tahun  penuh,  yaitu  bagi  yang  ingin  menyumpurnakan penyusuan,  dan  kewajiban  ayah  memberi  makan  dan    pakaian
kepada  para  ibu  dengan  cara  yang  ma’ruf.  Seorang  tidak  di bebani  melainkan  menurut  kadar  kesanggupannya.  Jangalah
seorang  ibu  menderita  kesengsaraan  karena  anaknya  dan seorang  ayah  karena  anaknya,  dan  warispun  berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapi sebelum dua tahun Dan  jika  kamu  ingin  anak  kamu  di  susuhkan  oleh  orang  lain,
maka  tidak  ada  dosa  bagimu  apabila  kamu  memberikan pembayaran  menurut  yang  patut.  Bertakwalah  kamu  kepada
allah  dan  ketahuilah  bahwa  allah    melihat  apa  yang  kamu kerjakan. QS Al Baqarah [2] : 233
25
Ayat  tersebut  tidak  secara  langsung  menegaskan  bahwa tanggung jawab pemeliharaan anak menjadi beban yang harus di
penuhi  suami  sebagai  ayah,  namun  pembebanan  ayah  untuk memberi  makan  dan  pakaian  kepada  para  ibu  melekat
keapdanya.  Karena walaupun ayah sudah bercerai dengan ibu si anak akan tetapi kewajiban ayah untuk menafkahi anaknya tidak
akan  luntur    terhapus  sampai  anak  tersebut  dewasa  dan  bisa menghidupi dirinya sendiri.
Dalam hadis juga di kuatkan oleh rasulullah saw. Ketika suatu hari menerima aduan dari Hidun Binti Utbah :
25
Dapertemen  Agama RI, Al Quran Terjemah, Al Mubin,  Pustaka Al Mubin, Jakarta, 2010, hlm. 37
َد  :  ْتَلاَق  َةَشِئاَع  ْنَع ىَلَع  َناَيْفُس  َِِْأ ُةَأَرْما  َةَبْتُع  ُتْنِب  ٌدْنِه  ْتَلَخ
اَب َا ّن ِا ِه ا  َل  ْوُس  َر اَي  :ْتَل اَقَ ف َمَلَ ث  َو ِهْيَلَع ُها يّلَص  ِه ِاْوُسَر َِِب ْيِفْكَيَو َِِْيِفْكَي اَم  ِةَقَف ن ا َنِم ُِِْيِطْعُ ي َُا ٌحْيِحَش ٌلُج َر َن اَيْفُس
اِا اَقَ ف ؟ٍح َنُج ْنِم َكِل َز ِِْ يَلَع ْلَهَ ف ِهِمْلِع َِْْغِب ِهِل اَم ْنِم ُت ْزَخ َا اَم
قفتمُ  ِكْيِنَب  ْيِفْكَي َو  ِكْيِفْكَي اَم  ِف  ْو ُرْعَمْ اِب ِهِل اَم ْنِم ْي ِزُح   َل َهيلع
Riwayat  dari  aisyah  bahwa  Hidun  binti  Utbah berkata  “wahai  rasulullah  saw.  Sesungguhnya  Abu
sofyan  suamiku  adalah  seseorang  laki-laki  yang  amat kikir.  Ia  tidak  memberikan  nafkah  sesuatu  yang
mencukupiku  dan  anakku,  kecuali  aku  mengambilnya sendiri  sementara  dia  tidak  mengetahui.  Maka  beliau
bersabda  :  ambilah  apa  yang  dapat  mencukupi kebutuhanmu  dan  anakmu  secara  makruf.  Riwayat  Al-
Bukhari.
26
Dengan demikian, tanggung jawab nafkah istri dan anak menjadi beban suami sekalipus sebagai ayah.
27
                