PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK KONSERVATISME AKUNTANSI

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya. Laporan keuangan menjadi penting bagi penggunanya (pihak internal maupun eksternal) untuk mengambil keputusan dalam membantu aktivitas ekonomi dari suatu perusahaan, bilamana laporan tersebut dapat memberikan informasi yang akurat dan berkualitas. Laporan keuangan tersebut harus memenuhi tujuan, aturan serta prinsip– prinsip akuntansi yang sesuai dengan standar yang berlaku umum agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya dan informasi laba adalah fokus utama dalam pelaporan keuangan yang menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan selama satu periode tertentu. Pengguna laporan keuangan, terutama investor dan kreditor, dapat menggunakan informasi laba dan komponennya untuk membantu mereka dalam: (1) mengevaluasi kinerja perusahaan, (2) mengestimasi daya melaba dalam jangka panjang, (3) memprediksi laba di masa yang akan datang, dan (4) menaksir risiko investasi atau pinjaman kepada perusahaan. Untuk mewujudkan manfaat tersebut, maka diperlukan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan angka-angka yang relevan dan reliabel (Juanda, 2007).


(2)

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan memilih metode akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Kebebasan dalam metode ini dapat

dimanfaatkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berbeda-beda di setiap perusahaan. Karena aktivitas perusahaan yang dilingkupi dengan ketidakpastian maka penerapan prinsip konservatisme menjadi salah satu pertimbangan perusahaan dalam akuntansi dan laporan

keuangannya. Konsep ini mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang

tertinggi (Sari dan Adhariani, 2009). Hadirnya konsep konservatisme akuntansi memberikan alternatif yang dapat digunakan oleh manajemen dalam menentukan metode maupun estimasi akuntansi.

Banyak kritik mengenai kegunaan suatu laporan keuangan jika penyusunannya dengan menggunakan metode yang sangat konservatif. Laporan akuntansi yang dihasilkan dengan metode yang konservatif cenderung bias dan tidak mencerminkan realita (Rahmawati, 2010). Pendapat ini dipicu oleh definisi mengenai akuntansi konservatif, yang mana metode ini

mengakui kerugian lebih cepat daripada pendapatan. Monahan (1999) dalam Rahmawati (2010) menyatakan bahwa semakin konservatif akuntansi maka nilai buku ekuitas yang dilaporkan akan semakin bias. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut sama sekali tidak berguna karena tidak dapat mencerminkan nilai perusahaan yang sesungguhnya. Namun, ada juga pendapat yang mendukung penerapan metode ini. Penggunaan metode akuntansi yang konservatif akan dapat menghasilkan laporan keuangan yang pesimis. Hal ini


(3)

diperlukan untuk menetralkan sikap optimistis yang berlebihan pada manajer dan pemilik bahwa perusahaan tidak selalu mendapatkan keuntungan yang sama.

Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan (Faizal, 2004).

Masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham muncul sebagai akibat dari pemisahan fungsi pengelolaan dan fungsi kepemilikan. Ketika persentase saham yang dimiliki oleh manajemen lebih rendah dari saham yang dimiliki oleh pemegang saham, maka besar

kemungkinan akan terjadi masalah keagenan. Persentase kepemilikan saham yang lebih rendah yang dimiliki manajer dapat mendorong manajer untuk melakukan tindakan oportunistik yang akan menguntungkan dirinya sendiri. Hal tersebut membuat manajer mengabaikan tugas

utamanya, yaitu menciptakan nilai bagi pemegang saham. Oleh karena itu, mekanismecorporate governancedapat menjembatani masalah keagenan yang ada.

Corporate governancesebagai suatu bentuk tata kelola perusahaan dibutuhkan untuk

meyakinkan pemegang saham bahwa dana yang ditanamkan dalam perusahaan akan dikelola dengan baik oleh manajemen. Tujuan dari corporate governance diantaranya agar para pemegang saham dapat memperoleh haknya untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya agar perusahaan melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pengungkapan (disclosure)secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan serta kepemilikannya. Para kreditor sebagai pihak eksternal mendesak agar laporan


(4)

keuangan disusun dengan berpedoman pada konsep konservatisme. Maksud utama mereka adalah untuk menetralisir optimisme para usahawan yang terlalu berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya. Oleh karena itu, karakteristik dari manajemen puncak perusahaan akan

mempengaruhi tingkatan konservatisme yang akan digunakan perusahaannya dalam menyusun laporan keuangannya (Wardhani, 2008). Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ahmed dan Duellman (2007) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara praktek akuntansi yang konservatis dengan dengan karakteristikboard of directors. Secara spesifik, penelitian mereka menyimpulkan adanya hubungan yang negative antara presentaseinside directorsdalam dewan dengan konservatisme dan hubungan yang positif antara presentase kepemilikan

perusahaan olehoutside directorsdan konservatisme.

Aspek lain dalamcorporate governance yang berkaitan denganboard of directorsadalah dewan komisaris independen dalam perusahaan. Apabila ingin memberikan akibat yang berarti terhadap kinerja dewan komisaris, maka keanggotaan komisaris independen harus sekurang-kurangnya 30% dari jumlah keseluruhan anggota komisaris seperti yang disyaratkan oleh Bapepam. Keberadaan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan keefektifan kinerja dewan komisaris, memberikan masukan kepada manajemen agar kinerja yang dihasilkan akan menjadi lebih baik, dan juga mengawasi apakah perusahaan telah melakukan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat dan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. Kepemilikan saham institusional dapat menjadi faktor pendukung terjadinya ekspropriasi dengan menggunakan fungsi voting yang diperoleh dari besarnya kepemilikan jumlah saham.


(5)

Ahmed dan Duellman (2007) menyimpulkan adanya hubungan yang negatif antara persentase inside directorsdalam dewan dengan konservatisme dan hubungan yang positif antara persentase kepemilikan saham olehoutside directorsdan konservatisme. Lara, Osma dan Penalva (2005) dalam Rahmawati (2010) membuktikan bahwa perusahaan dengan dewan yang lebih kuat cenderung menggunakan konservatisme akuntansi sebagai mekanisme perusahaan dibandingkan dengan perusahaan dengan dewan yang lemah. Akuntansi yang lebih konservatif akan digunakan karena kreditor yang rasional akan mengekspektasi manajer dengan kepemilikan yang tinggi akan lebih sejalan dengan pemegang saham sehingga kreditor tersebut butuh mekanisme tertentu untuk melindungi nilai investasi mereka (Wardhani, 2008).

Leverage digunakan untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan. Rasioleverage mengukur tingkat sejauh mana aset perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Rasio yang umum digunakan adalahdebt ratioatau rasio hutang terhadap total aset.

Widyaningrum (2008) melakukan pengujian pengaruh kepemilikan manajerial,leverage, dan risiko litigasi terhadap konservatisme akuntansi dengan memberikan hasil bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, sedangkanleveragedan risiko litigasi berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.

Ukuran perusahaan dapat memicu manajemen untuk melakukan penurunan laba. Hal ini dikarenakan untuk meminimalkan risiko politik berupa biaya-biaya politik. Biaya politik mencakup semua biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan terkait dengan subsidi pemerintah, pajak, tarif dan lain sebagainya (Almilia, 2004). Ukuran perusahaan akan mempengaruhi tingkat biaya politis yang dihadapi perusahaan sehingga akan mempengaruhi


(6)

penggunaan prinsip akuntansi yang konservatis (Wardhani, 2008). Semakin besar ukuran perusahaan, pajak yang ditanggung semakin besar pula maka akan mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatif pula.

Banyaknya kasus kecurangan dalam laporan keuangan secara tidak langsung mengindikasi rendahnya tingkat konservatisme yang diterapkan oleh perusahaan dalam menyusun laporan keuangannya. Untuk itu maka penulis akan melakukan penelitian lebih mendalam tentang penerapan konservatisme akuntansi, dengan judul:“Pengaruh Corporate Governance, Leverage dan Ukuran PerusahaanTerhadap Praktik Konservatisme Akuntansi.”

1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah

1.2.1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang dirumuskan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh proporsi komisaris independen terhadap praktik konservatisme akuntansi?

2. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional terhadap praktik konservatisme akuntansi? 3. Bagaimana pengaruh rasioleverageterhadap praktik konservatisme akuntansi?

4. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap praktik konservatisme akuntansi?


(7)

Untuk memfokuskan penelitian masalah yang diteliti mempunyai ruang lingkup yang jelas dan terarah, maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Komisaris independen menjalankan fungsi pemonitoran yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen. Komisaris independen diperoleh dengan menjumlahkan komisaris independen kemudian dibagi dengan total jumlah komisaris.

2. Kepemilikan institusional merupakan mekanisme alternatif daricorporate governance. Diperoleh dengan menjumlahkan lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar.

3. Leveragemengukur tingkat sejauh mana aset perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang.Leveragemerupakan rasio hutang.

4. Ukuran perusahaan (size) akan mempengaruhi penggunaan prinsip konservatis (Watts dan Zimmerman, 1978 dalam Rahmawati, 2010). Ukuran perusahaan pada penelitian ini menggunakan Ln (total aset).

5. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan periode pengamatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011.

6. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian


(8)

1. Menganalisis dan mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh komisaris independen terhadap praktik konservatisme akuntansi.

2. Menganalisis dan mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap praktik konservatisme akuntansi.

3. Menganalisis dan mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruhleverage terhadap praktik konservatisme akuntansi.

4. Menganalisis dan mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap praktik konservatisme akuntansi.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis, dapat memperkaya konsep atau teori yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan tentang pengaruh komisaris independen, kepemilikan institusional, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap praktik konservatisme akuntansi.

2. Manfaat praktis, dapat memberikan masukan yang berarti bagi investor sebagai

pertimbangan pentingnya melakukan analisis perusahaan sebelum melakukan investasi. 3. Manfaat akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam dunia

pendidikan, khususnya pengaruh pengaruh komisaris independen, kepemilikan institusional, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap praktik konservatisme akuntansi. Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi para peneliti selanjutnya yang hendak meneliti nilai perusahaan.


(9)

(10)

II. LANDASAN TEORI

2.1 Teori Agensi

Teori agensi menjelaskan adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan. Jensen dan Meckling, 1976 dalam Fivi dan Ira, 2008 menyatakan teori agensi sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih (prinsipal) yang menyewa orang orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Teori ini muncul karena adanya hubungan antara prinsipal dan agen. Teori agensi menganggap bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal dianggap hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Teori ini berusaha untuk menggambarkan faktor-faktor utama yang sebaiknya dipertimbangkan dalam merancang kontrak insentif.

Perbedaan tujuan dan preferensi risiko antara agen dan prinsipal akan timbul manakala prinsipal tidak dapat dengan mudah memantau tindakan agen. Karena principal tidak memiliki informasi


(11)

yang mencukupi mengenai kinerja agen, principal tidak pernah dapat merasa pasti bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan. Situasi yang demikian disebut sebagai asymetri informasi. Jensen dan Meckling (1976) dalam Rahmawati (2010)

menggambarkan hubungan keagenan (agency relationship) sebagai hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang diterapkan antara pemilik perusahaan atau pemegang saham yang menggunakan agen untuk melakukan jasa yang menjadi kepentingan pemilik, dalam hal ini terjadi pemisahan kepemilikan dan kontrol perusahaan. Secara garis besar, Jensen dan Meckling menggambarkan dua bentuk keagenan yaitu antara manajer dengan pemilik dan antara manajer dengan pemberi pinjaman (bondholders). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan lancar, pemilik akan mengumumkan otoritas pembuatan keputusan kepada agen dan hubungan ini juga perlu diatur dalam suatu kontrak yang biasanya menggunakan angka-angka akuntansi yang dinyatakan dalam laporan keuangan sebagai dasarnya. Pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan agen dan pemilik dalam hal terjadinya konflik kepentingan inilah yang merupakan inti dari teori keagenan.

2.2 Corporate Governance


(12)

Surat Keputusan Menteri BUMN No Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN menyatakan bahwa corporate governanceadalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentinganstakeholderslainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Pengertian ini menekankan pada keberhasilan usaha dengan memperhatikan akuntabilitas yang berlandaskan pada peraturan perundangan dan nilai-nilai etika serta memperhatikanstakeholdersyang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan nilai pemegang saham. Secara singkatcorporate governancedapat diartikan sebagai seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah(value added)bagi para pemangku kepentingan.

2.2.2 Prinsip-prinsip GCG

Sistem tata kelola organisasi perusahaan yang baik ini menuntut dibangunnya dan dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (CG) dalam proses manajerial perusahaan. Ada lima unsur penting dalamcorporate governanceyang merupakan prinsip-prinsip dalamcorporate

governance, yaitu:

a) Akuntabilitas(Accountability)

Prinsip ini memuat kewenangan-kewengangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris dan direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham danstakeholderslainnya. Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung jawab atas


(13)

keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas pengelolaan

perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan.

b) Pertanggungjawaban(Responsibility)

Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan melakukan kegiatannya secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya dihindari segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada undang-undang, regulasi, kontrak maupun pedoman operasional bisnis perusahaan.

c) Keterbukaan(Transparency)

Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.

d) Keadilan(Fairness)

Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktik-praktik tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota direksi harus melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang mengandung benturan

kepentingan.


(14)

Prinsip ini menuntut para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan sistem operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan prinsip ini bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hakstakeholdersyang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan.

2.2.3. Tujuan dan ManfaatCorporate Governance

Tujuan daricorporate governancedi antaranya agar para pemegang saham dapat memperoleh haknya untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan agar perusahaan melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pengungkapan(disclosure)secara akurat, tepat waktu, dan transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan danstakeholders.

Sedangkan manfaat dari pelaksanaancorporate governancedi antaranya:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepadastakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya.

4. Meningkatkan kinerja perusahaan yang dilihat dari meningkatnyastakeholders valuedan deviden bagi pemegang saham. Juga dapat meningkatkan penerimaan anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN).


(15)

2.3 Komisaris Independen

2.3.1 Pengertian Komisaris Independen

Keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek Jakarta (BEJ) melalui peraturan BEJ tanggal 1 Juli 2000. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa perusahaan yang terdaftar di bursa harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas (bukancontrolling shareholders). Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh

anggota dewan komisaris.

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa komisaris Independen merupakan anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan (tidak memiliki hubungan afiliasi dengan

perusahaan) yang dipilih secara transparan dan independen, memiliki integritas dan kompetensi yang memadai, bebas dari pengaruh yang berhubungan dengan kepentingan pribadi atau pihak lain, serta dapat bertindak secara objektif dan independen dengan berpedoman pada prinsip-prinsipgood corporate governance(transparency, accountability, responsibility, fairness). Keberadaan Komisaris Independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen, dan juga untuk menjaga “fairness” serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan

pemegang saham minoritas, bahkan kepenting parastakeholderslainnya sekaligus “the interest of the whole company”. Oleh karena itu, dalam menjalankan fungsinya, komisaris independen sangat membutuhkan informasi yang akurat dan berkualitas untuk memonitoring jalannya operasi perusahaan. Dewan Komisaris memegang peranan yang sangat penting dalam


(16)

perusahaan, terutama dalam pelaksanaanGood Corporate Governance. Dewan Komisaris merupakan inti dariCorporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya, Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Mengingat manajemen yang bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, sedangkan Dewan Komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, maka Dewan Komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan (Wardhani, 2008).

2.3.2 Tanggungjawab komisaris independen

Komisaris independen memiliki tanggungjawan pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Dikutip dari Pedoman Tentang Komisaris Independen, dalam upaya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik maka komisaris independen harus secara proaktif mengupayakan agar dewan komisaris melakukan pengawasan dapat memberikan nasihat kepada direksi yang terkait dengan, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:

a. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas strategi tersebut.


(17)

c. Memasikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik.

d. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya.

e. Memastikan risiko dan potensi krsis selalu diindentifikasikan dan dikelola dengan baik.diterapkan dengan baik.

2.3.3 Wewenang komisaris independen

1. Komisaris independen mengetuai komite audit dan komite nominasi.

2. Komisaris independen berdasarkan pertimbangan yang rasional dan kehati-hatian berhak menyampaikan pendapat yang berbeda dengan anggota dewan komisaris lainnya yang wajib dicatat dalam ‘berita acara rapat dewan komisaris’ dan pendapat yang berbeda yang bersifat material, wajib dimasukkan dalam laporan tahunan.

2.4 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan

demikian proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen (Faizal, 2004). Dengan adanya kepemilikan institusional yang tinggi maka pemegang saham institusional ini dapat menggantikan atau memperkuat fungsi

pemonitoran dari dewan dalam perusahaan (Ahmed dan Duellman, 2007) sehingga kepentingan para pemegang saham dapat terlindungi dan secara tidak langsung dapat menuntut adanya


(18)

informasi yang transparan dari pihak manajemn perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional ini maka semakin besar pula pemonitoran yang dilakukan terhadap pihak

manajemen perusahaan dan semakin besar pula tuntutan akan adanya informasi yang transparan. Oleh karena itu, dengan adanya investor institusional ini, maka dapat mendorong pihak

manajemen perusahaan menerapkan prinsip akuntansi yang konservatif. 2.5 Leverage

Teori keagenan menyatakan bahwa antara manajer, pemegang saham dan kreditor mungkin terjadi konflik kepentingan ketika perusahaan menggunakan hutang sebagai salah satu sumber pendanaannya. Konflik tersebut tercermin dari kebijakan dividen, kebijakan investasi serta penambahan hutang baru (Juanda, 2007). Ketiga kebijakan tersebut dapat digunakan pemegang saham untuk mengatur manajemen dan mentransfer kekayaan dari tangan kreditor. Sementara itu pihak kreditor mempunyai kepentingan terhadap keamanan dananya yang diharapkan akan menghasilkan keuntungan bagi dirinya di masa mendatang.

Pada perusahaan yang mempunyai hutang relatif tinggi, kreditor mempunyai hak lebih besar untuk mengetahui dan mengawasi penyelenggaraan operasi dan akuntansi perusahaan. Hak lebih besar yang dimiliki kreditor akan mengurangi asimetri informasi di antara kreditur dengan manajer perusahaan. Manajer mengalami kesulitan untuk menyembunyikan informasi dari kreditor. Kreditor berkepentingan terhadap distribusi aktiva bersih dan laba yang lebih rendah kepada manajer dan pemegang saham sehingga kreditor cenderung meminta manajer untuk menyelenggarakan akuntansi konservatif (Lo, 2005 dalam Rahmawati, 2010). Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat hutang atauleveragesuatu perusahaan, maka permintaan akan penerapan


(19)

akuntansi yang konservatif semakin tinggi pula karena disini kreditor berkepentingan terhadap keamanan dananya yang diharapkan menguntungkan bagi dirinya.

Biasanya, semakin tinggi tingkatleverage, semakin besar kemungkinan perusahaan akan

melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan cara mengurangi biaya-biaya yang ada. Oleh karena itu, tidak hanya kreditor saja yang dapat mengawasi aktivitas perusahaan, tetapi mekanisme

corporate governancejuga ikut berperan dalam mengawasi penggunaan dana dari kreditor oleh pihak manajemen perusahaan. Perusahaan dengan tingkatleverageyang tinggi cenderung menggunakan akuntansi yang konservatif. Hal ini karena semakin tinggi tingkatleverage, maka semakin besar kemungkinan konflik yang akan muncul antara pemegang saham dan pemegang obligasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan kontraktual terhadap akuntansi yang konservatif (Ahmed dan Duellman, 2007).

2.6 Ukuran Perusahaan(Size)

Suatu perusahaan yang besar sangat lebih sensitif daripada perusahaan yang kecil. Salah satu pemicu manajer untuk melakukan penurunan laba (Almilia, 2004). Hal ini dikarenakan untuk meminimalkan risiko politik berupa biaya-biaya politis. Biaya politis mencakup semua biaya (transfer kekayaan) yang harus ditanggung oleh perusahaan terkait dengan tindakan-tindakan antitrust, regulasi, subsidi pemerintah, pajak, tarif, dan sebagainya (Almilia, 2004). Ukuran perusahaan akan mempengaruhi tingkat biaya politis yang dihadapi perusahaan sehingga akan mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatif (Wardhani, 2008). Yang


(20)

semakin besar ukuran perusahaan, maka pajak yang ditanggung semakin besar pula sehingga hal ini akan mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatif pula.

Perusahaan yang berukuran besar biasanya lebih diawasi oleh pemerintah dan manyarakat. Jika perusahaan berukuran besar mempunyai laba tinggi secara relatif permanen, maka pemerintah akan terdorong untuk menaikkan pajak dan meminta layanan publik yang lebih tinggi kepada perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan berukuran besar akan cenderung melaporkan laba rendah secara relatif permanen dengan menyelenggarakan akuntansi konservatif (Lo, 2005 dalam Rahmawati, 2010). Dengan demikian maka laba yang dilaporkan akan menjadi lebih kecil

sehingga pajak yang harus dibayar semakin kecil pula.

2.7 Konservatisme Akuntansi

2.7.1 Pengertian Konservatisme Akuntansi

Konservatisme biasanya didefinisikan sebagai reaksi kehati-hatian (prudent) terhadap ketidakpastian, ditujukan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pemegang saham

(shareholders) dan pemberi pinjaman (debtholders) yang menentukan sebuah verifikasi standar yang lebih tinggi untuk mengakuigoodnewsdaripadabadnews(Lara, et al., 2005).

Ketidakpastian dan risiko tersebut harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan bisa diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat yang terbaik untuk semua pemakai laporan keuangan. Konservatisme sebagai reaksi kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup


(21)

dipertimbangkan. Selain merupakan konvensi penting dalam laporan keuangan, konservatisme mengimplikasikan kehati-hatian dalam mengakui dan mengukur pendapatan dan aset. Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti, manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan, kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan (Dewi, 2004). Konservatisme merupakan antisipasi terhadap kerugian daripada laba. Menurut Watts (2003) dalam Kiryanto dan Supriyanto (2006), mengantisipasi laba berarti mencatat laba sebelum ada klaim secara hukum dihubungkan dengan aliran kas dimasa yang akan datang dan sebaliknya tidak

mengantisipasi laba berarti belum mencatat laba sebelum ada klaim secara hukum dihubungkan dengan aliran kas dimasa yang akan datang.

2.7.2 Manfaat Konservatisme Akuntansi

Kontroversi mengenai manfaat angka-angka akuntansi yang konservatif belum juga mendapatkan jalan tengahnya. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa konservatisme akuntansi bermanfaat. Tetapi ada juga pandapat yang menentangnya dan beranggapan bahwa konservatisme akuntansi tidak bermanfaat karena mengandung informasi yang bias.

a. Akuntansi Konservatif Tidak Bermanfaat

Meskipun prinsip konservatisme telah diakui sebagai dasar laporan keuangan di Amerika Serikat, namun beberapa peneliti masih meragukan manfaat konservatisme tersebut. Stabus (1995) dalam Mayangsari dan Wilopo (2002) berpendapat adanya berbagai cara untuk mengartikan dan mengintepretasikan konservatisme merupakan kelemahan konservatisme. Disamping itu, konservatisme dianggap sebagai suatu sistem akuntansi yang bias. Pendapat ini dipicu oleh pengertian mengenai konservatisme itu sendiri yang disampaikan oleh


(22)

beberapa peneliti terdahulu, dimana akuntansi yang mengakui kerugian lebih cepat daripada pendapatan dan keuntungan, serta menilai aktiva dengan nilai terendah dan kewajiban dengan nilai tertinggi.

b. Akuntansi Konservatif Bermanfaat

Akuntansi konservatif tetap disarankan untuk digunakan. Hal ini dapat dilihat dalam aturan-aturan yang ada dalam standar akuntansi yang ada di Indonesia (PSAK). Akuntansi

konservatif akan menguntungkan dalam kontrak-kontrak antara pihak-pihak dalam

perusahaan maupu luar perusahaan. Konservatisme dapat membatasi tindakan manajer untuk membesar-besarkan laba (manajemen laba) serta memanfaatkan informasi yang asimetri sehingga dapat mengurangi konflik yang terjadi antara manajemen dan para pemegang saham (agency conflict). Para peneliti menyebukan telah terjadi peningkatan konservatisme standar akuntansi secara global. Peningkatan itu disebabkan oleh meningkatnya tuntutan hukum, sehingga auditor dan manajer cenderung melindungi dirinya dengan selalu melaporkan angka-angka yang konservatif di dalam laporan keuangannya (Givoly dan Hayn, 2002 dalam

Mayangsari dan Wilopo, 2002). Berdasarkan kontrak yang efisien, konservatisme akuntansi menyatakan bahwa besarnya laba yang diantisipasi merupakan fungsi langsung dari

kemampuan perusahaan dalam mengestimasi laba perusahaan dalam masa mendatang. Secara intuitif, prinsip konservatisme ini bermafaat karena dapat digunakan untuk memprediksikan kondisi pada masa mendatang. Dengan kata lain, pemilihan suatu metode yang mendukung prinsip konservatisme memilikivalue relevance. Logika ini dapat membantah kritik terhadap ketidak bergunaan laporan keuangan yang berdasarkan pada prinsip konservatisme


(23)

2.7.3 Pengukuran Konservatisme Akuntansi

Para peneliti biasanya menggunakan tiga bentuk pengukuran untuk menyatakan konservatisme, yaitu (Watts, 2003b):

a. Net asset measures

Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui konservatisme laporan keuangan seperti yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) adalah nilai aset yangunderstatement dan kewajiban yangoverstatement. Proksi pengukuran ini menggunakan rasiomarket to book value of equityyang mencerminkan nilai pasar ekuitas relatif terhadap nilai buku ekuitas perusahaan.Book valuedihitung menggunakan nilai ekuitas pada tanggal neraca yaitu tanggal 31 Desember danMarket valuediukur menggunakan harga penutupan saham pada tanggal pengumuman agar dapat merefleksi respon pasar atas laporan keuangan (Fala, 2007). Rasio yang bernilai > 1, mengindikasi penerapan akuntansi yang konsevatif karena perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya (Dewi, 2004).

b. Earnings/accrual measure

Pada tipe ini, konservatisme diukur dengan menggunakan akrual, yaitu selisih antara laba bersih dengan arus kas. Pengukuran konservatisme ini dilakukan oleh Dewi (2004) dan Sari (2004), yaitu:

Cit = NIitCFit

Cit : tingkat konservatisme perusahaan i pada waktu t


(24)

amortisasi

CFit : arus kas dari kegiatan operasi

Semakin kecil ukuran akrual suatu perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin menerapkan prinsip akuntansi yang konservatis.

c. Earnings/stock relation measure

Stock market priceberusaha untuk merefleksi perubahan nilai asset pada saat terjadinya perubahan baik perubahan atas rugi ataupun laba dalam nilai asset-stock returntetap berusaha untuk melaporkannya sesuai dengan waktunya. Untuk menyediakan estimasi dari konservatisme, Basu (1997) dalam Sari dan Adhariani (2008) menyatakan bahwa

konservatisme menyebabkan kejadian-kejadian yang merupakan kabar buruk atau kabar baik terefleksi dalam laba yang tidak sama (asimetri waktu pengakuan). Hal ini disebabkan karena salah satu definisi konservatisme menyebutkan bahwa kejadian yang diperkirakan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan dan harus segera diakui sehingga mengakibatkan kabar buruk lebih cepat terefleksi dalam laba dibandingkan kabar baik. Ia memprediksi bahwa pengembalian saham danearningscenderung merefleksikan kerugian dalam periode yang sama, tetapi pengembalian saham merefleksi keuntungan lebih cepat daripadaearnings.Basu (1997) meregres laba tahunan pada return saham tahunan yang sama:

NI = ßо+ß1NEG+ß2RET+ß3RET*NEG+ε

NI : laba bersih sebelumextraordinary itemdibagi dengan nilai pasar ekuitas pada awal tahun

RET : return saham


(25)

ß2 : mengukur ketepatan waktu dari laba dengan respon terhadap return positif (goodnews)

ß3 : mengukur ketepatan waktu dari laba incremental dengan respon terhadap return negatif (badnews)

2.8 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini sebagai berikut:

• Wardhani (2008) menguji tingkat konservatisme akuntansi di Indonesia dan hubungannya dengan karakteristik dewan sebagai salah satu mekanisme Corporate Governance, dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang listing di BEI pada tahun 2003-2006, penelitian ini memberikan hasil keberadaan komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konservatisme. Semakin tinggi proporsi komisaris independen terhadap jumlah komisaris maka semakin besar tingkat konservatisme akuntansi. Semakin tinggi kepemilikan oleh dewan maka semakin rendah tingkat konservatisme akuntansi.

• Fana (2007) menguji pengaruh konservatisme akuntansi terhadap penilaian ekuitas perusahaan yang dimodernisasi olehGood Corporate Governancepada perusahaan manufaktur yang listing di BEJ pada tahun 2002-2005. Hasil penelitian menunjukkan akuntansi konservatisme berpengaruh secara positif secara signifikan terhadap penilaian perusahaan. Jumlah dewan komisaris yang dapat menginteraksi hubungan anatara konservatisme akuntansi dengan nilai perusahaan pengaruhnya negatif. Kepemilikan manajerial tidak dapat menginteraksi hubungan konservatisme akuntansi dan nilai perusahaan.


(26)

• Ahmed dan Duellman (2007) menguji pengaruh karakteristik dewan terhadap konservatisme akuntansi. Hasil penelitian menunjukkaninside directorsbeepengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, sedangkanoutside directorsberhubungan positif terhadap konservatisme akuntansi. Ukuran perusahaan yang diukur dengan ukuran akrual tidak mempunyai pengaruh dengan konservatisme.

• Widyaningrum (2008) menguji pengaruh kepemilikan manajerial, leverage, dan risikolitigasi terhadap konservatisme akuntansi. Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi,leverageberpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, dan risikolitigasijuga berpengaruh negatif sedangkan ukuran perusahaan yang merupakan variabel kontrol mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

• Almilia (2004) mengkaji pengujiansize hypothesisdandebt/equity hypothesisyang mempengaruhi tingkat konservatisme laporan keuangan perusahaan dengan teknik analisis multinominal logit. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur dan perusahaan nonmanufaktur (kecuali perbankan) yang terdaftar di BEJ pada tahun 1999-2002. Hasil penelitian ini adalah semakin kecil size perusahaan maka semakin besar probabilitas

perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang cenderung konservatif. Semakin tinggi debt to total assets ratiomaka semakin besar probabilitas perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang cenderung tidak konservatif atau optimis.

2.9 Pengembangan Hipotesis

Komisaris independen merupakan bagian dewan komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi, yaitu pihak yang tidak mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan


(27)

pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Salah satu fungsi utama komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan. Komisaris independen dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya.

Penelitian Lara, Osma, Penalva (2005) pada listed firms di Spanyol menunjukkan bahwa komisaris independen melakukan sistem pemonitoran yang intensif dan menuntut laporan keuangan yang lebih berkualitas. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengambil keputusan dan pihak yang memonitor manajemen, komisaris independen akan sangat membutuhkan informasi yang akurat dan berkualitas sehingga mereka akan mensyaratkan tingkat konservatisme yang tinggi. Dengan demikian konservatisme merupakan alat yang sangat berguna bagi komisaris independen dalam menjalankan fungsinya tersebut.

Ha1 : Komisaris independen berpengaruh positif terhadap praktik konservatisme akuntansi.

Kepemilikan institusional bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan. Dengan

demikian proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen (Faizal, 2004). Dengan adanya kepemilikan institusional yang tinggi maka pemegang saham institusional ini dapat menggantikan atau memperkuat fungsi

pemonitoran dari dewan dalam perusahaan (Ahmed dan Duellman, 2007) sehingga kepentingan para pemegang saham dapat terlindungi dan secara tidak langsung dapat menuntut adanya informasi yang transparan dari pihak manajemn perusahaan. Semakin besar kepemilikan


(28)

institusional ini maka semakin besar pula pemonitoran yang dilakukan terhadap pihak

manajemen perusahaan dan semakin besar pula tuntutan akan adanya informasi yang transparan. Oleh karena itu, dengan adanya investor institusional ini, maka dapat mendorong pihak

manajemen perusahaan menerapkan prinsip akuntansi yang konservatif. Dalam penelitian yang dilakukan Ahmed dan Duellman (2007) menyimpulkan adanya hubungan yang negatif antara persentaseinside directorsdalam dewan dengan konservatisme dan hubungan positif antara persentase kepemilikan olehoutside directorsdan konseravtisme. Sedangkan penelitian Faizal (2004) menjelaskan kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

Ha2 : Kepemilikan institusional berpengaruh postif terhadap praktik konservatisme akuntansi.

Rasioleveragemenggambarkan struktur modal perusahaan. Dimana struktur modal adalah perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan daham biasa (Sartono, 2001 dalam Dewi, 2004). Semakin tinggi tingkatleverage, semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusaha melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan cara

mengurangi biaya-biaya yang ada. Perusahaan dengan tingkatleverageyang tinggi cenderung menggunakan akuntansi yang konservatif. Hal ini karena semakin tinggi tingkatleverage, maka semakin besar kemungkinan konflik yang akan muncul antara pemegang saham dan pemegang obligasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan kontraktual terhadap akuntansi yang konservatif (Ahmed dan Duelman, 2007). Widyaningrum (2008) menyatakan bahwa leverageberpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi. Sedangkan, dalam penelitian Rahmawati (2010) menjelaskanleverageberpengaruh secara signifikan terhadap tingkat


(29)

konservatisme akuntansi. Hasil penelitian Almilia (2004) menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio hutang maka semakin besarprobabilitasperusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang cenderung tidak konservatif atau optimis.

Ha3 : Tingkatleverageberpengaruh negatif terhadap praktik konservatisme akuntansi.

Pada umumnya manajer melakukan penurunan laba dikarenakan untuk meminimalkan risiko politik berupa biaya-biaya politik. Ukuran perusahaan akan mempengaruhi tingkat biaya politis yang dihadapi perusahaan sehingga akan mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatif (Wardhani, 2008). Yang dimaksud biaya politis disini yaitu pajak yang dikenakan perusahaan oleh pemerintah, karena semakin besar ukuran perusahaan, maka pajak yang ditanggung semakin besar pula sehingga hal ini akan mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatif pula.

Perusahaan berukuran besar mempunyai laba tinggi secara relatif permanen, maka pemerintah akan terdorong untuk menaikkan pajak dan meminta layanan publik yang lebih tinggi kepada pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan berukuran besar akan cenderung melaporkan laba rendah secara relatif permanen dengan menyelenggarakan akuntansi konservatif. Dengan

demikian maka laba yang dilaporkan akan menjadi lebih kecil sehingga pajak yang harus dibayar semakin kecil pula. Hasil penelitian Almilia (2004) menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran perusahaan maka semakin besarprobabilitasperusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang cenderung konservatif. Sedangkan, dalam penelitian Fitri Rahmawati (2010) menjelaskan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Ha4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik konservatisme akuntansi.


(30)

(31)

III. METODA PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat sekunder. Data-data tersebut dapat berupa dokumen, laporan keuangan tahunan, atau laporan tahunan

perusahaan. Sumber data diperoleh dari (1)Indonesian Capital Market Directorydan dari database BEI (www.idx.co.id) (2) laporan keuangan tahunan dan (3) laporan tahunan perusahaan.

3.2. Populasi dan Sampel Perusahaan

Populasi penelitian adalah keseluruhan dari objek penelitian yang akan diteliti. Populasi yang dipakai pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang bergerak pada industri manufaktur.

Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang memiliki karakteristik sama dengan populasinya, diambil sebagai sumber data penelitian. Pemilihan sampel penelitian dilakukan secarapurposive sampling, yaitu populasi yang dijadikan sampel merupakan populasi yang memenuhi kriteria


(32)

tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

Kriteria-kriteria penarikan sampel sebagai berikut:

1. Perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2009-2011 dan bergerak pada industri manufaktur karena perusahaan manufaktur merupakan jumlah emiten terbesar di BEI dan menyerap tenaga kerja yang besar di Indonesia.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunannya di BEI secara lengkap selama 3 tahun berturut-turut (periode tahun 2009-2011).

3. Perusahaan yang memiliki nilai ekuitas positif.

4. Perusahaan yang memiliki periode akuntansi yang berakhir pada 31 Desember dan menyajikan laporan keuangannya dengan satuan nilai rupiah.

5. Perusahaan yang memiliki data-data untuk penelitian ini.

3.3. Operasional Variabel Penelitian

3.3.1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen (Y) atau juga dikenal variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dalam penelitian ini adalah praktik konservatisme akuntansi. Dalam penelitian ini, tingkat konservatisme akuntansi diukur menggunakan ukuran akrual. Konsisten dengan penelitian Givoly dan Hyan (2000) dalam Sari (2004), Dewi (2003) dan Rahmawati (2010). Semakin besar akrual negatif yang diperoleh maka semakin konservatif akuntansi yang diterapkan. Hal ini dilandasi oleh teori konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan


(33)

mempercepat pengakuan biaya. Akuntansi yang konservatif berarti bahwa akuntan bersikap pesimis dalam menghadapi ketidakpastian laba atau rugi. Rumus dari proksi konservatisme ini menurut Givoly dan Hyan (2000) dalam Sari (2004) , Dewi (2003) dan Rahmawati (2010) adalah sebagai berikut:

CONACCit= (NI + Dep)it- CFOit

Keterangan:

CONACC : tingkat konservatisme perusahaan NI : laba bersih

Dep : depresiasi dan amortisasi

CFO : arus kas bersih dari kegiatan operasional

Hasil perhitungan CONACC diatas dikalikan dengan -1, sehingga semakin besar konservatisme ditunjukkan dengan semakin besarnya nilai CONACC (konservatisme akuntansi dengan ukuran akrual).

3.3.2. Variabel Independen (X)

Variabel indepemden atau juga dikenal sebagai variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah komisaris independen, kepemilikan institusional,leveragedan ukuran perusahaan.


(34)

Gambar 1. Struktur Organisasi Perusahaan

Untuk pengukuran masing-masing variabel independen:

3.3.2.1 Komisaris Independen(KOMINDP)

Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham (Wardhani, 2008). Keberadaan komisaris independen dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya. Konservatisme akuntansi merupakan alat yang sangat berguna bagiboard of directors(terutama komisaris independen) dalam menjalankan fungsi mereka sebagai pengambil keputusan dan pihak yang memonitor manajemen. Dalam Rahmawati (2010) komisaris independen dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Board of Commissioners

Audit Committe

Board of Director

Operations and support director Development

director Sales & marketing/


(35)

Jumlah komisaris independen KOM_INDEP =

Total dewan komisaris

3.3.2.2 Kepemilikan Institusional(INST_OWN)

Kepemilikan institusional bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aset perusahaan. Dengan demikian proporsi kepemilikan institusional bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen (Faizal, 2004). Dengan adanya investor institusional ini, maka dapat mendorong pihak manajemen perusahaan menerapkan prinsip akuntansi yang konservatif. Menurut Faizal (2004) kepemilikan institusional dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

∑ lembar saham investor institusional INST_OWN =

∑ saham yang beredar

3.3.2.3.RasioLeverage (LEV)

Rasioleveragemenggambarkan struktur modal perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage, semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit, sehingga perusahaan akan berusahan melaporkan laba sekarang lebih tinggi yang dapat dilakukan dengan cara mengurangi biaya-biaya yang ada. Perusahaan dengan tingkatleverageyang tinggi cenderung menggunakan akuntansi yang konservatif. Menurut Widyaningrum (2008) rasioleveragedapat dihitung dengan menggunakan rumus:

∑ Total Hutang LEV =


(36)

3.3.2.4.Ukuran perusahaan(SIZE)

Perusahaan yang berukuran besar biasanya telah diawasi oleh pemerintah dan masyarakat. Perusahaan berukuran besar akan cenderung melaporkan laba rendah secara relatif permanen dengan menyelenggarakan akuntansi konservatif. Dengan demikian maka laba yang dilaporkan akan menjadi lebih kecil sehingga pajak yang harus dibayar semakin kecil pula. Dalam Faizal (2004) ukuran perusahaan dapat diperoleh dengan cara menghitung logaritma natural atau Ln Total aset.

3.4. Alat Analisis

3.4.1. Uji Regresi Linear Berganda

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Analisis ini merupakan analisis yang digunakan untuk mencari adanya hubungan antara dua variabel independen atau lebih terhadap satu variabel dependen. Pengujian ini untuk mengetahui arah dan intesitas pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Arah yang ditunjukan oleh tanda positif atau negatif pada koefisien regresi, sedangkan intensitasnya ditunjukan oleh besarnya koefisien regresi.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

CNSRVTSM = α + b1KOM_IDP + b2INST_OWN + b3LEV + b4SIZE +it


(37)

CNSRVTSM :Tingkat konservatisme dengan ukuran akrual

α : Konstanta

b1–b2 : Koefisien regresi

KOM_INDP :Proporsi komisaris independen

INST_OWN :Persentase kepemilikan saham oleh institusional

LEV :Leverage (tingkat hutang) perusahaan

SIZE :Ukuran perusahaan

€ :Error

Pengujian ini dilakukan dengan uji ANOVA pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan dalam analisis (α) 5%. Dengan keputusan berdasarkan probabilitas sebagai berikut:

Jika p-value > 0,05 maka Ha ditolak Jika p-value < 0,05 maka Ha diterima

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik perlu dilakukan sebelum suatu model regresi linear digunakan. Tujuan pengujian ini adalah agar asumsi-asumsi yang mendasari model regresi linear dapat terpenuhi sehingga dapat menghasilkan penduga yang tidak bias. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan unbiased linear estimator dan memiliki varian minimum atau sering disebut dengan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastisitas, tidak terdapat multikolonieritas, dan tidak terdapat autokorelasi (Ghazali, 2009). Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikolonieritas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan


(38)

masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi yang normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik

memiliki distribusi yang normal atau mendekati normal. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi maka model regresi tidak akan valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal yaitu dengan grafik histogram dan uji statistik. Uji grafik dilakukan dengan melihat grafik histogram yang membandingkan data observasi dengan distribusi normal dengan melihatnormal probability plotdistribusi kumulatif data observasi terhadap distribusi normal. Sedangkan uji statistik terhadap normalitas dilakukan dengan uji normalitasKolmogrov-Smirnov.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk melihat apakah ada kolonearitas dalam penelitian ini, maka akan dilihat darivariance inflation factormultikolonearitas (VIP). Nilai VIP yang diperkenankan adalah 10, jika nilai VIP lebih dari 10 maka dapat dikatakan terjadi multikolinearitas yaitu terjadi hubungan yang cukup besar antara variabel-variabel bebas, angka tolerance mempunyai angka


(39)

>0,10, maka variabel tersebut tidak mempunyai masalah multikolinearitas dengan variabel bebas lainnya.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui apakah terjadi autokorelasi dalam suatu model regresi, dapat digunakan uji Durbin Watson(Uji DW). UjiDurbin Watsin(DW test) digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanyaintercept(konstsnta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen.

Tabel 2. Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tolak No decision Tolak No decision Tidak ditolak

0 < d < dL dL≤ d ≤ dU 4-dL < d < 4 4-dU≤ d ≤ 4-dL

dU < d < 4-dU


(40)

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Pemeriksaan gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar. Dengan ketentuan jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang diatur maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas, jika diagram pencar tidak membentuk pola tertentu atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan

heteroskedastisitas.

3.4.3. Uji F

Untuk mengetahui sejauh mana variabel komisaris independen, kepemilikan institusional, leveragedan ukuran perusahaan yang digunakan mampu menjelaskan secara bersama-sama terhadap variabel konservatisme akuntansi. Pengujian ini menggunakan uji distribusi Fhitung. Apabila diperoleh nilai pvalue< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa komisaris independen, kepemilikan institusional,leveragedan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik

konservatisme akuntansi, itu berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika diperoleh nilai p value> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa komisaris independen, kepemilikan institusional, leveragedan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara terhadap praktik konservatisme akuntansi, itu berarti Ha ditolak dan Ho diterima.


(41)

Analisis regresi yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh antar variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian statistik yang dilakukan adalah:

1. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Namun terdapat kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi yaitu bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Untuk mengevaluasi model regresi terbaik digunakan nilaiadjustedRSquared. Tingkat keeratan hubungan antar variabel, dapat diketahui dengan menggunakan ujigoodness of fit.

2. Uji Signifikansi Model Regresi

Untuk melihat tingkat signifikasi tiap variabel regresi, variabel secara individu melalui hipotesis. Ha ditolak dan Ho diterima jika diperoleh nilai pvalue> 0.05, dapat disimpulkan bahwa

komisaris independen, kepemilikan institusional,leveragedan ukuran perusahaan tidak ada pengaruh secara parsial antara terhadap praktik konservatisme akuntansi. Sebaliknya Ha diterima dan Ho ditolak jika diperoleh nila pvalue< 0.05, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara parsial antara komisaris independen, kepemilikan institusional,leveragedan ukuran perusahaan terhadap praktik konservatisme akuntansi.


(42)

(43)

5.1. Simpulan

Penelitian ini menguji pengaruh komisaris independen, kepemilikan institusional, leveragedan ukuran perusahaan terhadap praktik konservatisme akuntansi. Pengujian dilakukan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2009-2011 dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Dari empat hipotesis yang diajukan, hanya satu hipotesis tersebut yang dapat diterima. Berikut adalah simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini:

1. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistik komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap praktik konservatisme akuntansi. Hasil pengujian menunjukkan nilai sebesar 1.453 yang berarti bahwa besar peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai variabel praktik konservatisme akuntansi adalah +1.453 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -1.453. Berdasarkan hasil tersebut, sebagai implikasinya terhadap perusahaan, keberadaan komisaris independen dalam perusahaan sangat penting maka perusahaan dapat memilki jumlah komisaris independen sesuai dengan peraturan yang telah ada pengelolaan manajemen perusahan menjadi lebih baik.

2. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistik kepemilikan institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap praktik konservatisme akuntansi. Hasil pengujian menunjukkan nilai sebesar 0.512 yang berarti bahwa yang berarti bahwa besar peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai variabel praktik konservatisme akuntansi adalah 0.512 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -0.512. Berdasarkan hasil tersebut, sebagai implikasinya terhadap perusahaan, semakin besar kepemilikan institusional maka semakin


(44)

efisien pemanfaatan aset perusahaan. Sehingga dapat sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan manajemen.

3. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistikleverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap praktik konservatisme. Hasil pengujian menunjukkan nilai sebesar -0.792 yang berarti bahwa besar peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai variabel praktik konservatisme akuntansi adalah +0.792 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -0.792. Berdasarkan hasil tersebut, sebagai implikasinya terhadap perusahaan, penggunan hutang untuk menjalankan kegiatan operasi hendaknya ditentukan dengan bijak, jika terlalu tinggi maka risiko akan meningkat akibat kewajiban tetap yang ditimbulkan.

4. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara statistik ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap praktik konservatisme. Hasil pengujian menunjukkan nilai sebesar 0.472 yang berarti bahwa besar peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai variabel praktik konservatisme akuntansi adalah +0.472 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -0.472 . Berdasarkan hasil tersebut, sebagai implikasinya terhadap perusahaan, ukuran perusahaan mempengaruhi tingkat biaya politis yang dihadapi perusahaan. Sehingga, semakin besar ukuran perusahaan, pajak yang ditanggung semakin besar pula maka

perusahaan lebih memilih menggunakan metoda konservatisme akuntansi dalam pelaporan labanya.

5.2. Keterbatasan


(45)

1. Sampel penelitian yang digunakan hanya perusahaan-perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunannya secara berturut-turut dari tahun 2009-2011 sehingga hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk perusahaan-perusahaan sektor lain, misalnya sektor perbankan.

2. Penelitian ini hanya menggunakan satu ukuran konservatisme, yaitu ukuran akrual. 3. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel, yaitu komisaris independen,

kepemilikan institusional,leverage, dan ukuran perusahaan.

5.3. Saran

Saran yang dapat digunakan bagi pihak yang ingin melanjutkan penelitian ini adalah:

1. Untuk penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mempengaruhi praktik konservatisme akuntansi.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperoleh sampel yang lebih besar dan lengkap serta memperpanjang waktu penelitian sehingga diharapkan dapat

meningkatkan tingkat keakuratan hasil penelitian. Selain itu, sampel perusahaan juga dapat diambil dari sektor lainnya seperti perbankan karena memiliki regulasi yang berbeda dengan perusahaan manufaktur.

3. Bagi para investor yang akan menginvestasikan modalnya kepada emiten yang go-public sebaiknya selain mempertimbangkan aspek keuntungan padaincome statement hendaknya menelusuri lebih lanjut mengenai nilai konservatisme akuntansi. Karena prinsip ini senantiasa menghasilkan laba yang lebih berkualitas dan membantu pengguna laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aset yang tidak overstate.


(46)

Sehingga investor dapat mendeteksi apakah perusahaan melakukan tindakan membesar-besarkan laba atau tidak akan melakukan investasi yang tepat. 4. Bagi regulator atau dalam hal ini Bapepam dapat meningkatkan standar untuk

menjadi seorang dwan dalam perusahaan. Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota dewan perusahaan seharusnya sangat ketat, antara lain memiliki integritas dan kompetensi yang memadai. Dan bila memungkinkan dilakukan pemeriksaan berkelanjutan mengenai dewan perusahaan, karena pada kenyataannya masih terdapat kemungkinan penempatan atau penambahan anggota dewan dari luar perusahaan hanya sekedar memenuhi ketentuan regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkanGood Corporate Governancedalam perusahaan.


(47)

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

Oleh

VIVI MARTHALIA SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(48)

(49)

ABSTRAK

PENGARUHCORPORATE GOVERNANCE,LEVERAGEDAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK KONSERVATISME AKUNTANSI

OLEH

VIVI MARTHALIA SARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh corporate governance, leverage dan ukuran perusahaan terhadap praktik konservatisme akuntansi pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang ada, maka didapat 31 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Kemudian, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda yang sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik komisaris independen, kepemilikan institusional dan leverage tidak berpengaruh terhadap praktik konservatisme akuntansi. Sementara itu, variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik konservatisme akuntansi.

Kata Kunci : Konservatisme Akuntansi, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Leverage dan Ukuran Perusahaan.


(50)

PENGARUHCORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGEDAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK KONSERVATISME AKUNTANSI

OLEH

VIVI MARTHALIA SARI

This study aimed to determine the effect of corporate governance, leverage and firm size on accounting conservatism practices in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011. The samples in this study were obtained by using purposive sampling. Based on the criteria, it acquired 31 companies were selected as sample. Then, hypothesis testing is done using multiple linear regression analysis previously performed classical assumption test first. The results showed that statistically independent commissioner, istitutional ownership and leverage has no effect on the practice of accounting consevatism. Meanwhile, the firm size variables affect the practice of accounting conservatism.

Keywords: Accounting Conservatism, Independent Commissioner, Institutional Ownership, Leverage and Company Size.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana S., 2004. Pengujian size hypothesis dan debt/equity Hypothesis yang mempengaruhi tingkat Konservatisma laporan keuangan perusahaan Dengan tehnik analisis multinomial logit.http://www.google.com.

Ahmed, AS., Duellman, S., 2007. Accounting Conservatism and Board of Director Characteristics: An Empirical Analysis.http://www.ssrn.com.

Anggraini, Fivi, 2008. Pengaruh Earnings Management Terhadap Konservatisme Akuntansi.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 10 No. 1, April: 23-36.

Dewi, A. A. A. Ratna, 2004. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan Terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7 No. 2, Mei: 207-223.

Faizal, 2004. Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan Dan Mekanisme Corporate Governance. MakalahSNA VII, Denpasar.

Fala, Dwiyana A.S., 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. MakalahSNA X, Makasar

Fitdini, Junda Eka, 2009. Hubungan Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan, Dewan Komisaris Independen, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Likuiditas dengan Kondisi Financial Distress.Skripsi, Undip.

Ghozali, Imam, 2009. Ekonometri Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17, Semarang: Badan Penerbit, Undip.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan: Per 1 Juli 2009, Salemba Empat, Jakarta.


(52)

1

Juanda, Ahmad, 2007. Pengaruh Risiko Litigasi Dan Tipe Strategi Terhadap Hubungan Antara Konflik Kepentingan Dan Konservatisma Akuntansi. MakalahSNA X, Makasar.

LaFond, Ryan., and Sugata Roychowdhury., 2007. Managerian Ownership and Accounting Conservatism.http://www.ssrn.com.

Lara, Juan M. G, et al., 2005. Board of directors characteristics and conditional accounting conservatism: Spanish evidence.http://www.ssrn.com.

Mayangsari, Sekar dan Wilopo, 2002. Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham-Ohlson (1996). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 5 No. 3 September: 291-310

Rahmawati, Fitri, 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance Terhadap Konservatisme Akuntansi Di Indonesia.SkripsiUniversitas Diponegoro, Semarang.

Sari, Dahlia, 2005. Hubungan Antara Konservatisme Akuntansi Dengan Konflik Bondholders-Shareholders Seputar Kebijakan Dividen Dan Peringkat Obligasi Perusahaan. MakalahSNA VIII

Sari, Cynthia., Adhariani, Desi, 2008. Konservatisme Perusahaan di Indonesia dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. MakalahSNA XII

Surat Keputusan Menteri BUMN No Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN

Universitas Lampung, 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Wardani, Ratna, 2006. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distressed Firm). MakalahSNA IX, Padang.

Widya, 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif. MakalahSNA VIII


(53)

1

Widya, 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif. MakalahSNA VIII.

Widyaningrum, 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, leverage, dan Risiko Litigasi Terhadap Konservatisme Akuntansi. Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang.

www.bapepam.go.id


(1)

(2)

ABSTRAK

PENGARUHCORPORATE GOVERNANCE,LEVERAGEDAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK KONSERVATISME AKUNTANSI

OLEH

VIVI MARTHALIA SARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh corporate governance, leverage dan ukuran perusahaan terhadap praktik konservatisme akuntansi pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang ada, maka didapat 31 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Kemudian, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda yang sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik komisaris independen, kepemilikan institusional dan leverage tidak berpengaruh terhadap praktik konservatisme akuntansi. Sementara itu, variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik konservatisme akuntansi.

Kata Kunci : Konservatisme Akuntansi, Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Leverage dan Ukuran Perusahaan.


(3)

PENGARUHCORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGEDAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK KONSERVATISME AKUNTANSI

OLEH

VIVI MARTHALIA SARI

This study aimed to determine the effect of corporate governance, leverage and firm size on accounting conservatism practices in manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2009-2011. The samples in this study were obtained by using purposive sampling. Based on the criteria, it acquired 31 companies were selected as sample. Then, hypothesis testing is done using multiple linear regression analysis previously performed classical assumption test first. The results showed that statistically independent commissioner, istitutional ownership and leverage has no effect on the practice of accounting consevatism. Meanwhile, the firm size variables affect the practice of accounting conservatism.

Keywords: Accounting Conservatism, Independent Commissioner, Institutional Ownership, Leverage and Company Size.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana S., 2004. Pengujian size hypothesis dan debt/equity Hypothesis yang mempengaruhi tingkat Konservatisma laporan keuangan perusahaan Dengan tehnik analisis multinomial logit.http://www.google.com.

Ahmed, AS., Duellman, S., 2007. Accounting Conservatism and Board of Director Characteristics: An Empirical Analysis.http://www.ssrn.com.

Anggraini, Fivi, 2008. Pengaruh Earnings Management Terhadap Konservatisme Akuntansi.Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 10 No. 1, April: 23-36.

Dewi, A. A. A. Ratna, 2004. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan Terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7 No. 2, Mei: 207-223.

Faizal, 2004. Analisis Agency Costs, Struktur Kepemilikan Dan Mekanisme Corporate Governance. MakalahSNA VII, Denpasar.

Fala, Dwiyana A.S., 2007. Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi Oleh Good Corporate Governance. MakalahSNA X, Makasar

Fitdini, Junda Eka, 2009. Hubungan Struktur Kepemilikan, Ukuran Dewan, Dewan Komisaris Independen, Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Likuiditas dengan Kondisi Financial Distress.Skripsi, Undip.

Ghozali, Imam, 2009. Ekonometri Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17, Semarang: Badan Penerbit, Undip.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2007. Standar Akuntansi Keuangan: Per 1 Juli 2009, Salemba Empat, Jakarta.


(5)

1

Juanda, Ahmad, 2007. Pengaruh Risiko Litigasi Dan Tipe Strategi Terhadap Hubungan Antara Konflik Kepentingan Dan Konservatisma Akuntansi. MakalahSNA X, Makasar.

LaFond, Ryan., and Sugata Roychowdhury., 2007. Managerian Ownership and Accounting Conservatism.http://www.ssrn.com.

Lara, Juan M. G, et al., 2005. Board of directors characteristics and conditional accounting conservatism: Spanish evidence.http://www.ssrn.com.

Mayangsari, Sekar dan Wilopo, 2002. Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham-Ohlson (1996). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 5 No. 3 September: 291-310

Rahmawati, Fitri, 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance Terhadap Konservatisme Akuntansi Di Indonesia.SkripsiUniversitas Diponegoro, Semarang.

Sari, Dahlia, 2005. Hubungan Antara Konservatisme Akuntansi Dengan Konflik Bondholders-Shareholders Seputar Kebijakan Dividen Dan Peringkat Obligasi Perusahaan. MakalahSNA VIII

Sari, Cynthia., Adhariani, Desi, 2008. Konservatisme Perusahaan di Indonesia dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya. MakalahSNA XII

Surat Keputusan Menteri BUMN No Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN

Universitas Lampung, 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Wardani, Ratna, 2006. Mekanisme Corporate Governance Dalam Perusahaan Yang Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distressed Firm). MakalahSNA IX, Padang.

Widya, 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif. MakalahSNA VIII


(6)

1

Widya, 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif. MakalahSNA VIII.

Widyaningrum, 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, leverage, dan Risiko Litigasi Terhadap Konservatisme Akuntansi. Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang.

www.bapepam.go.id


Dokumen yang terkait

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN FINANCIAL DISTRESS TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

8 54 112

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI

0 4 99

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI

0 3 86

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA

0 2 70

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN PERTUMBUHAN INVESTASI Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Leverage, Dan Pertumbuhan Investasi Terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufakt

0 5 15

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA

0 0 67

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN, TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2015 - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN, TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2015 - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN,LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI PADA INDUSTRI PERBANKAN - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN,LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI PADA INDUSTRI PERBANKAN - Perbanas Institutional Repository

0 0 21