Hemodialisa, Komplikasi, dan Indikasi

dengan atau tanpa kerusakan ginjal Indonesia Kidney Care Club, 2014: 4.

2.2. Hemodialisa, Komplikasi, dan Indikasi

Sejak tahun 1970 sampai sekarang terapi hemodialisa di Indonesia telah dilaksanakan di banyak rumah sakit Sudoyo, dkk., 2006: 591. Terapi ini dilakukan 2-3 kali seminggu untuk membersihkan racun-racun dan mengeluarkan cairan yang berlebihan dari dalam tubuh, dikarenakan ginjal alami sudah tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik. Tiap kali terapi ini diperlukan waktu sekitar 2-5 jam Indonesia Kidney Care Club, 2014: 5. Terapi hemodialisa dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam tabung ginjal buatan dialiser yang terdiri dari dua kompartemen yang terpisah. Darah pasien kemudian dipompa dan dialirkan ke kompartemen darah yang dibatasi selaput semipermiabel buatan artifisial dengan kompartemen dialisat Sudoyo, dkk,. 2006: 590. Kemudian, kompartemen dialisat tersebut dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, dan berisi larutan yang komposis elektrolitnya mirip dengan serum normal serta tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen. Setelah itu, darah dan zat yang sudah terpisah akan mengalami sebuah perpindahan dari kosentrasi yang tinggi ke kosentrasi yang rendah sampai konsentrasi zat terlarutnya sama di kedua kompartemen difusi Sudoyo, dkk,. 2006: 590. Selama proses hemodialisa pasien akan terpasang dengan cairan dialisat sebanyak 120-150 liter setiap hemodialisa Sudoyo, dkk., 2006; 590. Zat dengan berat molekul ringan yang terdapat dalam cairan dialisat akan dapat dengan mudah berdifusi ke dalam darah pasien selama terapi ini. Karena itu kandungan solut cairan dialisat harus harus sesuai dengan kemampuan tubuh. Kemudian, cairan dialisat itu perlu juga dimurnikan agar tidak terlalu banyak mengandung zat yang dapat membahayakan tubuh Sudoyo, dkk., 2006; 590. Dengan perpindahan osmosis air akan melewati membran semipermeabel melalui pori-pori kecil sehingga dapat menahan molekul dengan berat dan kecil seperti urea, natrium, dan klorida. Kadar natrium yang terdapat di dalam cairan dialisat berkisar 135-145 meqL Sudoyo, dkk., 2006; 590. Jika kadar natrium lebih rendah maka akan menimbulkan resiko untuk terjadinya gangguan hemodinamik selama hemodialisis akan bertambah. Sedangkan apabila kadar natrium lebih tinggi maka akan menimbulkan gangguan hemodinamiknya berkurang tetapi akan meningkatkan kadar natrium darah pascadialisis. Keadaan ini akan menimbulkan rasa haus dan pasien akan cenderung untuk minum lebih banyak. Pada pasien dengan komplikasi hipotensi selama hemodialisa yang sulit ditanggulangi maka untuk mengatasinya kadar natrium dalam cairan dialisat dibuat lebih tinggi Sudoyo, dkk., 2006; 590-591. Pada proses hemodialisa ini terjadi aliran darah di luar tubuh. Pada keadaan ini akan terjadi aktivasi sistem koagulasi darah akibat timbulnya bekuan darah. Karena itu pada terapi ini diperlukan pemberian heparin selama tindakan berlangsung Sudoyo, dkk., 2006: 591. Ada tiga hal pemberian heparin yaitu dosis kateter, dosis awal, dan continous. Heparin tidak diberikan pada saat pasien mengalami perdarahan, misalnya pada saat mimisan, menstruasi, post dan pasca operasi, struk hemoragic dan trombositopenia. Sudoyo, dkk., 2006: 591. Komplikasi yang sering terjadi selama proses hemodialisa yaitu, rasa mual, muntah, kram otot, sakit kepala, hipotensi, sakit dada, gatal, demam, sakit punggung, dan menggigil Sudoyo dkk., 2006: 591. Sedangkan komplikasi yang jarang ditemukan saat proses terapi ini yaitu sindrom disekuilibrium, kejang, aritmia, perdarahan intrakarnial, emboli udara, dan lainya. Proses terapi ini dilakukan dua kali seminggu selama 5 jam Sudoyo dkk., 2006: 591. Pada umumnya indikasi hemodialisa pada gagal ginjal kronik yaitu bila laju filtrasi glomerulus sudah kurang dari 5 mLmenit harus melakukan terapi hemodialisa. Tetapi tidak semua pasien yang memiliki laju filtrasi glomerulus kurang dari 5 mLmenit. Untuk itu, hemodialisa dianggap baru mulai dilakukan jika ditemukan salah satu dari hal-hal tersebut di bawah ini: 1. Keadaan umum buruk dan gejala klinis nyata 2. K serum 6 mEqL 3. Ureum darah 200 mgdl 4. pH darah 7,1 5. Anuria berkepanjangan 5 hari 6. Fluid overloaded Sudoyo, dkk, 2006: 591

2.3. Logoterapi

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta T1 462012061 BAB I

0 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta T1 462012061 BAB II

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta T1 462012061 BAB IV

0 10 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta T1 462012061 BAB V

0 1 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Hidup Pasien Hemodialisa: Studi Kasus di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta T1 462012035 BAB I

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Hidup Pasien Hemodialisa: Studi Kasus di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta T1 462012035 BAB IV

1 1 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Hidup Pasien Hemodialisa: Studi Kasus di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta T1 462012035 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Hidup Pasien Hemodialisa: Studi Kasus di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Makna Hidup Pasien Hemodialisa: Studi Kasus di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

1 1 36