4 I Kadek Diana
Putra Anak
22 Tamat SMP
Pelajar Belum
kawin 5
Ni Komang Itawati
Anak 16
Tamat SD Pelajar
Belum Kawin
6 Nyoman Sri
Asih Menantu
23 Tamat SMP
Ibu Rumah Tangga
Kawin
1.2 Ekonomi Keluarga Dampingan 1.2.1
Pendapatan Keluarga Sumber Penghasilan
Perekonomian pada keluarga dampingan yang kami dampingi selama pelaksanaan KKN PPM UNUD Periode XIII tahun 2016 tergolong keluarga ekonomi yang kurang mampu untuk
menghidupi kebutuhan sehari-harinya, dimana pendapatan yang diperoleh berasal dari penghasilan sang anak dan menantu. Sedangkan Ibu Putu hanya seorang ibu rumah tangga murni yang tidak
memiliki penghasilan. Jika dirata-ratakan penghasilan yang diperoleh oleh keluarga Ibu Putu sangat tidak menentu.
1.2.2 Pengeluaran Keluarga
Keluarga Ibu Putu tergolong ke dalam keluarga kurang mampu karena penghasilan dan pekerjaaan yang dilakukan oleh keluarga ini tidak seimbang, sehingga keluarga ini dapat
dikategorikan kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Biaya – biaya yang dikeluarkan oleh Ibu Putu cukup banyak apabila dibandingkan dengan pendapatannya yang tidak
menentu, seperti dibawah ini:
a. Kebutuhan Sehari-Hari
Untuk pemenuhan kebutuhan makan sehari-hari, biasanya keluarga Ibu Putu mengeluarkan uang rata-rata Rp 50.000,00 perhari yaitu meliputi ikan laut, tempe, tahu, bumbu masak, beras,
dan sesekali Ibu Putu membeli daging ayam, dan sayur-sayurannya diperoleh dari hasil kebun sekitar halaman rumah dan juga kebutuhan bayi.
Kemudian pengeluaran yang lainnya berupa pengeluaran adat meliputi iuran banjar, banten sehari-hari dan terkadang upacara besar di pura piodalan. Untuk hal tersebut keluarga Ibu Putu
biasanya menghabiskan dana kurang lebih sebesar Rp 300.000,00 setiap melakukan odalan, dan Rp 300.000,- untuk pungutan dana pura yang rutin dibayar setiap 6 bulan sekali. Untuk listrik I
Wayan Ardana mengeluarkan biaya sebesar Rp 50.0000,00 – Rp 60.000,00 per bulannya.
b. Kebutuhan Kesehatan
Ibu Putu dan keluarga tidak memiliki masalah dengan kesehatannya. Keluarga ini sudah mendapat jaminan kesehatan berupa Kartu Indonesia Sehat KIS. Namun menurut Ibu Putu, bila
dalam keluarga mereka menderita penyakit yang mereka anggap ringan, mereka tidak pergi ke puskesmas dan hanya tidur di rumah. Apabila dirasa penyakit yang diderita tidak tertahankan,
keluarga Ibu Putu biasanya berobat ke bidan atau ke puskesmas. Jadi adanya Kartu Indonsia Sehat tidak terlalu digunakan oleh keluarga Ibu Putu kecuali saat anak ketiga melahirkan.
c. Sosial
Dari segi sosial, pengeluaran keluarga Ibu Putu sebagian besar untuk acara di Banjar Anyar, seperti upacara adat dan juga biaya pungutan ke Pura Yang yang dibayarkan setiap 6 bulan
sekali yaitu sebesar Rp 300.000,00.
BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
2.1 Permasalahan Keluarga
Beberapa masalah yang dialami oleh keluarga Ibu Putu sesuai dengan hasil pengamatan penulis dan penuturan langsung dari Keluarga Dampingan, yaitu:
a. Masalah Ekonomi
Penghasilan keluarga Ibu Putu sangat tidak menentu karena hanya bergantung pada penghasilan sang anak dan menantu. Hal ini disebabkan karena pengeluaran mereka tidak
sebanding dengan penghasilan yang didapatkannya.
b. Masalah Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah proses penting dalam kehidupan manusia, karena melalui proses ini manusia dibentuk dan dilahirkan sebagai seorang manusia yang utuh dan sebenarnya.
Dalam hal ini Keluarga Ibu Putu hanya rata-rata lulusan SMK karena butuhnya pekerjaan untuk menafkahi keluarga yang ditinggalkan sang ayah. Bu Putu yang tidak tamat SD membuat dirinya
tidak bisa membaca, berhitung, dan menulis sehingga figur dirinya sebagai pengemong dan guru di rumah tidak dapat berjalan dengan baik.
2.2 Masalah Prioritas 2.2.1
Masalah Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan pada keluarga ini dapat dikatakan masih kurang, karena keluarga ini jarang memperhatikan kebersihan rumah karena sangat dekat dengan
kandang sapi. Rumah keluarga Ibu Putu bertembok batako dengan lantai semen dan tidak dicat. Di dalamnya terdapat 2 dipan kayu, di atasnya terpasang kasur tipis dengan selimut yang sangat
berdebu. Keluarga Ibu Putu biasanya makan dengan tangan. Keluarga ini juga jarang mengkonsumsi daging dan hanya makan tempe dan tahu sebagai lauk. Sehari-harinya mereka lebih
sering mengkonsumsi nasi dan sayur mayur.