Resensi Buku Rumah Melayu
RESENSI BUKU
TUGAS DOSEN MATA KULIAH ARSITEKTUR NUSANTARA
OLEH : KATIRA TRIANDA DWINASTITI / 1200372
PROGRAM STUDI : TEKNIK ARSITEKTUR S1
Judul Buku
: Rumah Melayu – Memangku Adat Menjemput Zaman
Penulis
Penerbit
: Mahyudin Al Mudra
: BKPBM dan Adicita, Yogyakarta
Tahun Terbit : 2004
Tebal Buku
Ukuran
: xxvii + 165 halaman
: 21 x 24 cm
Resensi
Seni pada setiap budaya itu biasanya memiliki ciri khas masing-masing.
Kekhasan itu berkaitan dengan fungsi bangunan, model, ornamen, dan makna
simbolik yang terkandung dalam setiap elemen bangunan. Dalam budaya Melayu,
seni tersebut juga memiliki cirri khas yang tercermin pada simbol-simbol bangunan
yang mempunyai makna tertentu. Saat ini, bangunan-bangunan yang berarsitektur
Melayu masih dapat ditemui di beberapa daerah di Nusantara serta Negara asia
lainnya. Namun, yang masih bisa dinikmati kekhasannya hanya tempat ibadah,
misalnya Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau; Masjid Syekh
Abdurrahman Siddiq Al Banjari di Indradiri Hilir, Riau; dan Masjid Lama Kraton
Melayu Sambas di Kalimantan Barat. Banguanan tempat tinggal bernuansa Melayu
sudah jarang ditemui, kalaupun ada, hanya tinggal istana-istana kerajaan yang
jarang mendapat perhatian.
Kondisi di atas mungkin sudah tidak terhindarkan lagi mengingat pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang telah mempengaruhi
perkembangan kebudayaan, termasuk kebudayaan Melayu. Akibatnya, rumah
Melayu tradisional semakin tertinggalkan dan sebagai gantinya tumbuhlah rumah
Melayu modern yang menggunakan arsitektur dan bahan bangunan yang berbeda.
Walaupun demikian, perubahan model arsitektur dan bahan bangunan dalam
rumah Melayu modern tidak sampai merubah makna dan nilai simbolik yang
terkandung dalam rumah Melayu tradisional. Dengan demikian adat dan nilai tetap
dijunjung walau zaman telah berganti. Demikianlah yang dimaksud oleh Mahyudin
Al Mudra atas judul yang ia angkat “memangku adat menjemput zaman”.
Dalam masyarakat tradisional Melayu, rumah memiliki arti yang amat penting,
bukan hanya sebagai tempat tinggal dimana seseorang atau satu keluarga
melakukan aktivitas, tapi juga menjadi lambing kesempurnaan hidup. Maka dari itu,
pembangunan rumah selalu dilakukan dengan hati-hati, dengan memperhatikan
segala unsur yang merupakan nilai kebudayaan Melayu. Dengan terpenuhinya
unsur-unsur tersebut, maka sebuah rumah diyakini akan menjadi suatu ruang yang
membawa kebahagiaan lahir serta batin khususnya bagi penghuni rumah dan
umumnya untuk masyarakat Melayu.
Rumah Melayu tradisional umumnya berukuran besar, karena digunakan untuk
tempat kediaman keluarga, tempat bermusyawarah, tempat beradat berketurunan,
dan tempat berlindung bagi siapapun yang memerlukan. Biasanya rumah Melayu
tradisional memiliki tiang enam, tiang enam berserambi dan tiang dua belas atau
rumah serambi. Selain ukurannya yang besar, rumah Melayu tradisional juga selalu
berbentuk panggung atau rumah berkolong, dengan menghadap ke arah matahari
terbit. Secara umum, rumah Melayu tradisional meliputi rumah kediaman, rumah
balai, rumah ibadah, dan rumah penyimpanan.
Yang paling menarik dari arsitektur rumah Melayu ialah simbol-simbol yang
terdapat pada bagian-bagian rumah. Seperti atap, tiang, tangga, pintu, jendela,
dinding, dan lain-lain. Dan terdapat pula berbagai macam arsitektur untuk setiap
bangunan rumah yang memiliki arti tersendiri. Misalnya Atap Lontik yang berciri
kedua perabungnya melentik ke atas yang melambangkan bahwa pada awal dan
akhir hidup menusia akan kembali kepada Sang Pencipta. Bisa dikatakan, hampir
seluruh elemen yang ada dalam rumah Melayu mengandung nilai budaya.
Detail tentang rumah Melayu cukup terangkum dalam buku ini. Selain itu,
penulis buku ini juga memberikan gambar-gambar untuk melengkapi setiap
uraiannya. Bagian lain yang paling menarik dalam buku ini ialah uraian tentang
bagaimana mempertahankan simbol-simbol pada rumah Melayu tradisional dalam
rumah Melayu modern.
Kehadiran buku ini dapat menjadi panduan bagi orang Melayu dalam
merancang bangunan yang sangat kental nilai kemelayuannya di zaman modern ini.
TUGAS DOSEN MATA KULIAH ARSITEKTUR NUSANTARA
OLEH : KATIRA TRIANDA DWINASTITI / 1200372
PROGRAM STUDI : TEKNIK ARSITEKTUR S1
Judul Buku
: Rumah Melayu – Memangku Adat Menjemput Zaman
Penulis
Penerbit
: Mahyudin Al Mudra
: BKPBM dan Adicita, Yogyakarta
Tahun Terbit : 2004
Tebal Buku
Ukuran
: xxvii + 165 halaman
: 21 x 24 cm
Resensi
Seni pada setiap budaya itu biasanya memiliki ciri khas masing-masing.
Kekhasan itu berkaitan dengan fungsi bangunan, model, ornamen, dan makna
simbolik yang terkandung dalam setiap elemen bangunan. Dalam budaya Melayu,
seni tersebut juga memiliki cirri khas yang tercermin pada simbol-simbol bangunan
yang mempunyai makna tertentu. Saat ini, bangunan-bangunan yang berarsitektur
Melayu masih dapat ditemui di beberapa daerah di Nusantara serta Negara asia
lainnya. Namun, yang masih bisa dinikmati kekhasannya hanya tempat ibadah,
misalnya Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau; Masjid Syekh
Abdurrahman Siddiq Al Banjari di Indradiri Hilir, Riau; dan Masjid Lama Kraton
Melayu Sambas di Kalimantan Barat. Banguanan tempat tinggal bernuansa Melayu
sudah jarang ditemui, kalaupun ada, hanya tinggal istana-istana kerajaan yang
jarang mendapat perhatian.
Kondisi di atas mungkin sudah tidak terhindarkan lagi mengingat pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang telah mempengaruhi
perkembangan kebudayaan, termasuk kebudayaan Melayu. Akibatnya, rumah
Melayu tradisional semakin tertinggalkan dan sebagai gantinya tumbuhlah rumah
Melayu modern yang menggunakan arsitektur dan bahan bangunan yang berbeda.
Walaupun demikian, perubahan model arsitektur dan bahan bangunan dalam
rumah Melayu modern tidak sampai merubah makna dan nilai simbolik yang
terkandung dalam rumah Melayu tradisional. Dengan demikian adat dan nilai tetap
dijunjung walau zaman telah berganti. Demikianlah yang dimaksud oleh Mahyudin
Al Mudra atas judul yang ia angkat “memangku adat menjemput zaman”.
Dalam masyarakat tradisional Melayu, rumah memiliki arti yang amat penting,
bukan hanya sebagai tempat tinggal dimana seseorang atau satu keluarga
melakukan aktivitas, tapi juga menjadi lambing kesempurnaan hidup. Maka dari itu,
pembangunan rumah selalu dilakukan dengan hati-hati, dengan memperhatikan
segala unsur yang merupakan nilai kebudayaan Melayu. Dengan terpenuhinya
unsur-unsur tersebut, maka sebuah rumah diyakini akan menjadi suatu ruang yang
membawa kebahagiaan lahir serta batin khususnya bagi penghuni rumah dan
umumnya untuk masyarakat Melayu.
Rumah Melayu tradisional umumnya berukuran besar, karena digunakan untuk
tempat kediaman keluarga, tempat bermusyawarah, tempat beradat berketurunan,
dan tempat berlindung bagi siapapun yang memerlukan. Biasanya rumah Melayu
tradisional memiliki tiang enam, tiang enam berserambi dan tiang dua belas atau
rumah serambi. Selain ukurannya yang besar, rumah Melayu tradisional juga selalu
berbentuk panggung atau rumah berkolong, dengan menghadap ke arah matahari
terbit. Secara umum, rumah Melayu tradisional meliputi rumah kediaman, rumah
balai, rumah ibadah, dan rumah penyimpanan.
Yang paling menarik dari arsitektur rumah Melayu ialah simbol-simbol yang
terdapat pada bagian-bagian rumah. Seperti atap, tiang, tangga, pintu, jendela,
dinding, dan lain-lain. Dan terdapat pula berbagai macam arsitektur untuk setiap
bangunan rumah yang memiliki arti tersendiri. Misalnya Atap Lontik yang berciri
kedua perabungnya melentik ke atas yang melambangkan bahwa pada awal dan
akhir hidup menusia akan kembali kepada Sang Pencipta. Bisa dikatakan, hampir
seluruh elemen yang ada dalam rumah Melayu mengandung nilai budaya.
Detail tentang rumah Melayu cukup terangkum dalam buku ini. Selain itu,
penulis buku ini juga memberikan gambar-gambar untuk melengkapi setiap
uraiannya. Bagian lain yang paling menarik dalam buku ini ialah uraian tentang
bagaimana mempertahankan simbol-simbol pada rumah Melayu tradisional dalam
rumah Melayu modern.
Kehadiran buku ini dapat menjadi panduan bagi orang Melayu dalam
merancang bangunan yang sangat kental nilai kemelayuannya di zaman modern ini.