dengan warna motif hijau dan orange. Khadijah juga masih memakai tas selempang berwarna perak. Pada akhir babak III, layar besar menampilkan gambar yang seolah diambil
dengan handycam dalam keadaan berlari memperlihatkan situasi penggerebekan. Gambar pada layar juga dilengkapi suara petugas dan massa yaitu untuk memperkuat situasi
penggerebekan.
B. DESKRIPSI, TRANSKRIPSI DAN SIGNIFIKANSI KORPUS
KORPUS 1
Deskripsi :
a. Durasi : 00.15” – 03.30”
b. Visualisasi Layar : Potongan-potongan berita kriminal yang dibacakan oleh penyiar perempuan dari berbagai saluran televisi yang di edit dengan gaya DJ dengan hanya
mengambil bagian kata atau kalimat yang mengandung unsur sadis dan negatif. Pada akhirnya potongan berita-berita tersebut makin cepat dan dan suara berita yang
dibacakan ditumpuk menjadi satu sehingga kalimat-kalimat yang diucapkan oleh si pembaca berita menjadi semakin tidak jelas. Kemudian visualisasi berubah menjadi
gambar sayuran sedang dipotong. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Seorang ibu rumah tangga yang bernama Ranti masuk mengenakan kaus lengan panjang berwarna merah dan rok panjang bermotif. Ranti mengambil remote televisi,
kemudian mengarahkannya pada pesawat televisi untuk memindah saluran. Ranti menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terus berusaha memindah saluran televisi.
Kemudian Ranti mendekati meja masak, mengambil celemek untuk dikalungkan dan diikatkan pada tubuhnya. Ranti mulai mengiris bahan dan bumbu untuk membuat
sepiring nasi goreng sambil sesekali kepalanya menengok kea rah televisi.
Transkripsi :
1.a. Visualisasi Backdrop : “ Halo Pemirsa.”, “Ganja.”, “Korban.”, “Pembunuhan.”, “Penganiayaan.”, ‘Mengiris-iris.”, “Pencuri ayam.”, “Mengiris-iris daun telinga korban.”,
“Mati.”, “Mencuri ayam.”, “Mati karena dibunuh.”, “Ganja.”, “Bacok.”, “Hingga tewas.”, “Patroli.”, “Ekstasi.”, “Membuang bayi.”, “Membunuh temannya sendiri.”,
“Menghabisi.”, “Korban.”, “Korban mati.”, “Duapuluh inchi.”, “Seorang ibu rumah tangga di Balaraja, Banten tega membuang bayi hasil hubungan gelapnya...”
1.b. Tokoh : “ Nah itu lagi itu, Coba. Gila nggak? Seorang laki-laki mbacok istri hamper mati, ditanya Cuma bilang khilaf. Khilaf? Istri sudah sekarat Cuma dibilang khilaf.”
Signifikansi :
1.a. Potongan-potongan berita televisi menggambarkan eksploitasi media terhadap kejahatan dan kekerasan yang terjadi dalam masyarakat dan mematahkan citra seorang
ibu yang rela berkorban demi anaknya
1
karena dalam kalimat terakhir menggambarkan seorang ibu yang tega membuang bayinya.
1.b. Perempuan sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami. Senjata tajam digunakan sebagai alat untuk melakukan kekerasan yang kemudian
mengakibatkan istri mengalami luka dan dapat mengakibatkan hilangnya nyawa.
2
KORPUS 2
1
Andrik Purwasito, Formula 8 Commonsense, dalam Message Studies, hal.40
2
Ibid , Formula 2
Deskripsi :
a. Durasi : 04.35” – 05.30” b. Visualisasi Layar : Masih potongan berita kriminal tentang kekerasan.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Telfon berdering, kemudian Ranti menghentikan kegiatannya memotong bumbu dan
mengangkatnya. Kemudian diketahui bahwa si penelfon adalah mantan suaminya.
Transkripsi :
“Halo. Iya Mas, aku sendiri. Ada apa?
Mey telfon kamu? Kapan? Terus?
Hhhh.. terus? Ya kamu juga tolong cari solusinya dong Mas. Kamu kan juga bapaknya.
Ya deh, nanti saya coba kontak dia. Iya iya. menutup telfon
Mantan suami. Dia nggak rela anaknya diperlakukan kasar oleh suaminya.”
Signifikansi :
Ranti terkejut mendapati mantan suami yang tiba-tiba menghubunginya dan member kabar bahwa anak perempuan mereka memberikan pengakuan bahwa telah
mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Mantan suami yang sebenarnya juga pernah melakukan kekerasan terhadap Ranti yang dahulu masih dalam ikatan suami istri.
3
KORPUS 3
Deskripsi :
3
Ibid , Formula 4 Struktur tanda dan Tanda Lain
a. Durasi : 09.40” – 13.30”
b. Visualisasi Layar : Ilustrasi bahan dan bumbu yang sedang diris-iris di atas telenan dan ilustrasi kompor yang dinyalakan dan mengarah langsung pada api yang menyala.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Ranti menyalakan kompor dan memanaskan minyak, kemudian dilanjutkan dengan
menumis bumbu yang tadi telah diracik olehnya. Tumisan diaduk sambil kembali dibubuhkan bumbu jadi. Selanjutnya tumisan dibiarkan dengan api kecil dan Ranti
kembali mengiris dan kembali memasukkan bahan dan mengaduknya lagi.
Transkripsi :
3.a. “Mula-mula sih menyenangkan sekali ya. Habis gimana, punya suami yang sangat memperhatikan, ya kan? Tapi lama-lama kok kaya disengaja gitu aku digiring untuk
menjadi tidak punya pilihan. Selalu saja harus ikut apa yang dia mau. Pake baju apa, bergaul dengan siapa. Bahkan, bahkan nih, untuk ketemu sama keluarga sendiri pun aku
harus dapat izin dari dia. Gila nggak? Aku dibikin nggak berdaya sama dia.” 3.b. “Trus, dia mulai berani bilang aku bodoh, bego, goblok. Saking seringnya sampe aku
betul-betul merasa diriku tuh bodoh, bego, goblok.” 3.c. “Trus lahir Mey. Mas Ton trus minta aku berhenti kerja. Buat apa gajimu besar,
uangmu banyak, karier, kalo anakmu nggak keurus. Lagipula gajiku kan sudah lebih dari cukup.”
Signifikasi :
3.a. Perempuan sangat mendambakan sosok suami yang mencintai istri dengan penuh perhatian. Namun, rasa cinta suami terhadap istri dapat bergeser menjadi dominasi dan
kepemilikan pribadi istri.
4
Suami menentukan dan member keputusan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan pribadi istri, seperti dalam hal memilih baju
yang dikenakan, pergaulan, bahkan hak istri untuk bertemu orang tua dan keluarganya. 3.b. Kekerasan psikis dilakukan oleh suami kepada istri dengan menggunakan kata-kata
yang menghina dan merendahkan. Semakin sering kekerasan psikis terjadi akan semakin membuat korban merasa rendah dan tidak percaya diri.
5
3.c. Perempuan sebagai istri tidak mempeunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan keuangan keluarga, sehingga istri yang bekerja bukan sebagai pencari nafkah utama
melainkan hanya sebagai pelengkap. Kewajiban utama istri hanya sebagai istri pengatur rumah tangga dan sebagai seorang ibu yang mengurus anak-anaknya.
6
KORPUS 4
Deskripsi :
a. Durasi : 15.40” – 16.40”
b. Visualisasi Layar : Masih ilustrasi bumbu-bumbu yang diiris dan berganti dengan bumbu yang sedang ditumis.
4
Ibid , Formula 8 common sense, Referensi. Parmastu Titis Anggitya, 2007. Kerinduan terhadap Cinta
Kasih sebagai Salah Satu Kebutuhan Cinta Kash dalam Film Layar Lebar Rindu Kami PadaMu, hal.19
5
Ibid , Formula 7 Intersubjektivitas
6
Ibid , Formula 3 Konteks Fisik dan Sosial, Referensi. Irwan Abdullah, Sangkan Paran Gender, hal.17
c. Situasi Tokoh Non Verbal Ranti mengambil cething berisi nasi dan membawanya mendekati kompor. Sedikit
demi sedikit Ranti memasukkan nasi ke dalam wajan sampai akhirnya Ranti menumpahkan semuanya sekaligus ke dalam wajan.
Transkripsi :
“Jadi istri itu kan harusnya mendukung suami, membuat suami nyaman, tentram, enak dirumah. Sehingga dia tenang bekerja. Jadi istri itu kan harusnya manut sama suami.
Begitu terus, begitu terus.”
Signifikansi :
Peran dan tanggung jawab istri di lingkungan rumah tangga mencakup kewajiban istri memenuhi kebutuhan emosional suami. Dukungan istri diwujudkan dalam
kemampuan istri memberikan rasa tenang dan nyaman pada suami yang telah lelah bekerja. Istri wajib memberikan pelayanan penuh kepada suami secara ikhlas tanpa boleh
mengharapkan pamrih.
7
KORPUS 5
Deskripsi :
7
Ibid , Formula 3 Konteks Fisik dan Sosial
a. Durasi : 18.00” – 18.30”
b. Visualisasi Layar : Masih ilustrasi bumbu-bumbu yang diiris dan bahan masakan yang dibelah menjadi dua bagian dan diputar secara berulang-ulang.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Ranti berhenti mengaduk nasi yang ada di wajan namun masih memegang sendok
masak di tangan kanannya. Kemudian Ranti mundur sambil menirukan kejadian di masa lalunya. Suaranya semakin keras sambil diikuti backsound detak jantung yang
semakin lama semakin keras dan cepat.
Transkripsi :
“Nah Bagas, si kecil ketakutan, lari memeluk aku. Eh, si mas Ton nggak tau ada apa, anak umur tujuh tahun ini ditarik, dihajar sama dia. Nah, aku nggak tau dapat kekuatan
dari mana, aku langsung tarik si Bagas, aku dorong mas Ton. SETAN KAMU”
Signifikansi :
Kekerasan rumah tangga bukan hanya sebatas suami kepada istri, tetapi juga terhadap anak-anaknya. Korpus 4 mejelaskan sikap kasar suami yang dilakukan di depan
anaknya, namun kemudian sang anak juga turut menjadi korban pelampiasan kemarahan ayahnya.
Seorang ibu yang mencintai anaknya tidak akan rela melihat anaknya disakiti oleh siapapun, termasuk oleh ayahnya. Oleh karena itu pada korpus 4 juga diperluhatkan
bahwa sang istri yang selama ini menerima kekerasan dari suami akhirnya berontak setelah melihat anaknya turut dilibatkan dan menjadi korban.
8
8
Ibid , Formula 7 Intersubjektivitas
KORPUS 6
Deskripsi :
a. Durasi : 19.00” – 19.30”
b. Visualisasi Layar : Masih ilustrasi bumbu-bumbu yang diiris dan bahan masakan yang dibelah menjadi dua bagian dan diputar secara berulang-ulang.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Ranti kembali mendekati meja masak dan dengan keras meletakkan sendok masak ke
atas wajan dan kembali menjauhi meja mask. Ekspresi mukanya marah dan sangat emosional sambil mengangkat tangannya. Backsound yang digunakan masih suara
detak jantung yang semakin lama semakin kencang.
Transkripsi :
“Di situ aku sadar bahwa yang aku perlu selamatkan bukanlah pernikahan kami. Yang perlu aku selamatkan adalah diriku dan anak-anakku. Malam itu juga kubawa anak-anak
pergi dari rumah itu. Pergi dan tidak pernah kembali lagi sampai sekarang, sampai detik ini, sampai anak-anak sudah besar.”
Signifikansi :
Keutuhan keluarga sangat penting bagi seorang istri, sebuah perkawinan dapat berakhir menjadi tidak berarti untuk dipertahankan ketika kekerasan yang terjadi dapat
mengancam keselamatan salah satu atau lebih dari anggota keluarga. Korpus 6 memperlihatkan istri yang berjuang mempertahankan perkawinannya
meski terjadi kekerasan fisik maupun psikis, karena keutuhan keluarga dianggap sebagai tanggung jawab seorang istri. Namun kemudian istri benar-benar meninggalkan suaminya
setelah menyadari ancaman yang mungkin terjadi bukan lagi bagi dirinya sendiri, tetapi juga anak-anaknya.
9
KORPUS 7
9
Ibid , Formula 7 Intersubjektivitas
Deskripsi :
a. Durasi : 20.40” – 22.38”
b. Visualisasi Layar : Ilustrasi bumbu masakan yang sedang dipotong. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Telfon kembali berdering, Ranti segera mengangkat. Telfon tersebut dari anak perempuannya bernama Mey. Ekspresi wajah Ranti serius sambil menggerak-
gerakkan salah satu tangannya.
Transkripsi :
“Mey, kamu kan kerja, ya kan? Penghasilanmu sudah lebih dari cukup buat kamu hidup sama Danti. Ya kan? Kamu ingat kan Mey waktu ibu bawa kamu sama Bagas keluar dari
rumah bapakmu, ibu nggak kerja. Ya kan Nak? Buktinya ibu akhirnya bisa kerja lagi, bisa membesarkan kalian berdua, bisa menyekolahkan kalian berdua sampai kalian jadi
begini.”
Signifikansi :
Ranti sedang membujuk anak perempuannya yang juga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga untuk meninggalkan suaminya. Ranti berusaha meyakinkan kepada
anak perempuannya bahwa keselamatannya dan anak-anaknya jauh lebih penting dibanding mempertahankan rumahtangga yang tidak sehat.
10
KORPUS 8
Deskripsi :
a. Durasi : 26.00” – 26.55”
b. Visualisasi Layar : Masih ilustrasi bumbu masakan yang sedang dipotong. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Wajah Ranti berseri dengan senyum lebar yang selalu tersungging penuh semangat ketika berbicara dengan kekasihnya.
Transkripsi :
10
Ibid, Formula 7 Intersubjektivitas
“ Hai, lagi ngapain? Sini dong, aku mau merayakan sesuatu sama Mey, Danti sama kamu. Bapaknya anak-anak? Ya enggak lah ya, kan sudah ada kamu.
Iya aku tau kamu nggak akan cemburu, tapi males deh. Ntar orangnya reseh.
Dateng ya? Ada deh..
Eh, aku bikin nasi goreng. Kamu mapir beli tart kesukaanku ya.”
Signifikansi :
Pada korpus ini memperlihatkan perubahan ekspresi Ranti yang semula sedih menjadi bahagia setelah mendengar keputusan anak perempuannya untuk keluar dari
rumah suami yang telah memukulinya. Ranti yang sedang bahagia ingin membagi kebahagiannnya dengan pasangan barunya dan menyuruhnya untuk segera datang ke
rumah.
11
KORPUS 9
11
Ibid., Formula 7 Intersubjektivitas
Deskripsi :
a. Durasi : 03.50” – 04.35”
b. Visualisasi Layar : Angka-angka jarum jam yang berupa angka Romawi XI, XII dan I dengan jarum jam yang bergerak maju dan mundur sambil diikuti dengan backsound
suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Seorang ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai politikus perempuan bernama Ani baru saja selesai mandi. Ani mengenakan kimono mandi berwarna biru dan
penutup kepala berwarna merah jambu. Ani menerima telfon melalui telfon selulernya dari seorang wartawan yang ingin mewawancarainya melalui telfon.
Sambil berbicara, Ani berjalan memutari meja kerja dengan wajah yang serius.
Transkripsi :
“Sekarang saya balik tanya sama Anda. Apakah pertanyaan yang sama pernah Anda ajukan kepada anggota parlemen yang laki-laki? Misalnya, misalnya siapa? Oke, Alvin
Lie ya? Bapak Alvin Lie, apakah Bapak sebelum mengikuti rapat paripurna Bapak menyiapkan masakan dulu di rumah? Bapak gantiin popok dulu anak Bapak?”
Signifikansi :
Ibu rumah tanga yang berperan dalam sektor publik masih selalu dikaitkan dengan tanggung jawabnya di sektor domestik. Korpus 9 memperlihatkan seorang ibu
rumah tangga yang juga berprofesi sebagai politikus tidak dapat menyingkirkan peran domestiknya meski berada di ruang publik. Kondisi ini berbeda dengan laki-laki yang
tidak mempunyai tanggungjawab domestik, sehingga profesinya tidak dipengaruhi atau mempengaruhi fungsi domestiknya.
12
KORPUS 10
Deskripsi :
a. Durasi : 06.30” – 07.00”
b. Visualisasi Layar : Masih angka-angka jarum jam yang berupa angka Romawi XI, XII dan I dengan jarum jam yang bergerak maju dan mundur sambil diikuti dengan
backsound suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Ani masuk ke balik bacdroop kemudian kembali dengan membawa keranjang yang berisi setumpuk pakaian, kemudian diletakkan di lantai dekat dengan meja kerja.
12
Ibid , Formula 3 Konteks Fisik dan Sosial
Transkripsi :
“Tapi aku rasa orang-orang berfikir apa yang aku lakukan selama ini memang tidak ada artinya kalau aku belum bisa membuktikan diri sebagai seorang perempuan yang bisa
mengurus rumah, melayani suami dan merawat anak-anak.”
Signifikansi :
Kesuksesan perempuan di ruang publik tidak mendapat pengakuan dari masyarakat apabila peran nya sebagai ibu rumah tangga tidak berjalan sebaik karirnya.
Peran ganda akan selalu meliputi perempuan, yaitu sebagai tenaga professional maupun sebagai pengurus rumah, melayani suami dan merawat anak-anak.
13
KORPUS 11
Deskripsi :
a. Durasi : 07.20” – 07.50”
13
Ibid , Formula 3 Konteks Fisik dan Sosial
b. Visualisasi Layar : Masih angka-angka jarum jam yang berupa angka Romawi XI, XII dan I dengan jarum jam yang bergerak maju dan mundur sambil diikuti dengan
backsound suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Masih mengenakan baju mandi dan penutup kepala, Ani menata buku-buku dan kertas yang berserakan di atas meja maupun di lantai kemudian meletakkannya di sisi
meja dengan susunan ditumpuk.
Transkripsi :
“Dulu sebelum aku menikah ada yang bilang begini, iraha re kawin? Eeeh, umur geus tilu puluh, iyeh. Nanti jadi parawan korot. Keburu rapet, kisut. Cepetan kawin, jangan
sakolah melulu, karir melulu. Ih siah, laki-laki mah takut sama perepuan yang pinter.”
Signifikansi :
Pada umumnya perempuan Indonesia mempunyai kewajiban moral untuk menikah. Perempuan yang belum menikah setelah mencapai usia tertentu dianggap
sebagai kegagalan. Korpus 11 menggambarkan bagaimana lingkungan memberikan tuntutan kepada
perempuan untuk mempunyai keluarga. Semakin bertambah umur perempuan, maka akan semakin dikhawatirkan akan semakin sulit untuk berkeluarga. Bahkan digambarkan pula,
bahwa pendidikan perempuan tidaklah begitu penting dalam tujuan berkeluarga. Terdapat anggapan bahwa laki-laki tidak tertarik pada perempuan yang terlalu cerdas dan
berpendidikan.
14
14
Ibid , Formula 3 Konteks Fisik dan Sosial
KORPUS 12
Deskripsi :
a. Durasi : 08.30” – 09.10”
b. Visualisasi Layar : Masih angka-angka jarum jam yang berupa angka Romawi XI, XII dan I dengan jarum jam yang bergerak maju dan mundur sambil diikuti dengan
backsound suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Masih mengenakan baju mandi dan penutup kepala, Ani mengambil dua potong pakaian dari keranjang kemudian mengalungkannya pada sandaran kursi kerjanya.
Setrika dan pengharum pakaian diletakaan di atas meja kerja, disusul dengan kain tebal sebagai alas yang disusun memanjang.
Transkripsi :
“ Orang pikir perempuan yang aktif dan kritis bisa mengakibatkan gangguan pada janin.”
Signifikansi :
Perempuan dengan citra kehamilan yang harus dijaga dan dirawat dengan baik membuat sebagaian masyarakat menganggap bahwa ibu hamil tidak seharusnya aktif di
luar rumah. Pada korpus 12 menggambarkan anggapan masyarakat tentang mitos bahwa
perempuan hamil yang aktif dan kritis dapat menyebabkan kegagalan kandungan.
15
KORPUS 13
Deskripsi :
a. Durasi : 09.40” – 10.40”
15
Ibid , Formula 5 Fungsi tanda, sejarah dan mitologi
b. Visualisasi Layar : Masih angka-angka jarum jam yang berupa angka Romawi XI, XII dan I dengan jarum jam yang bergerak maju dan mundur sambil diikuti dengan
backsound suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Masih mengenakan baju mandi dan penutup kepala, Ani mengambil blazer hitam dari kursi, kemudian menyemprotkan pewangi dan menyetrikanya. Selanjutnya Ani
berhenti sejenak dan menirukan gerak tubuh seorang ibu-ibu lain yang sedang ia ceritakan.
Transkripsi :
“Ada yang ngomong begini, Jeng Jeng, eh tau nggak Jeng? Itu Jeng, ibu yang tinggalnya di belokan sebelah sana itu Jeng, mosok Jeng, mosok, baru mbrojolin anak kok udah
pergi-pergian begitu. Begimana sih, dimana tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Apalagi kalau anakku sampai sakit. Langsung deh. Jeng Jeng, Jeng tau nggak Jeng, ibu
yang tinggal di belokan sebelah sana itu, ibu yang hiperaktif itu lho Jeng, anaknya sakit. Lha wong anak masih kecil ditinggal-tinggal. Itulah, itulah.”
Signifikansi :
Pada korpus 13 memperlihatkan budaya yang melekat dalam masyarakat, bahkan pada lingkungan kaum perempuan sendiri. Peran seorang ibu tidak dapat digandakan
dengan peran publik perempuan. Seorang ibu harus bertanggung jawab penuh atas anak- anaknya dengan melepaskan tanggung jawab lainnya di luar rumah. Perempuan yang
aktif dapat mengakibatkan anak tidak diurus, tidak diperhatikan. Sehingga ketika anak
jatuh sakit, peran perempuan di luar rumah dianggap sebagai penyebab penderitaan anak.
16
KORPUS 14
Deskripsi :
a. Durasi : 15.50” - 18.00”
b. Visualisasi Layar : Masih angka-angka jarum jam yang berupa angka Romawi XI, XII dan I dengan jarum jam yang bergerak maju dan mundur sambil diikuti dengan
backsound suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Masih mengenakan baju mandi dan penutup kepala serta memakai kaca mata. Ani duduk menghadap laptop sambil menerima telfon dari seorang wartawan yang
kembali ingin mewawancarainya. Wartawan tersebut menanyakan pendapat ibu Ani terhadap poligami.
16
Ibid , Formula 5 Fungsi Tanda, Sejarah dan Mitologi
Transkripsi :
“Kalau mau bicara adil, nggak bisa dong dilihat hanya dari sudut laki-lakinya saja. Adil ya harus untuk semua, buat anak-anak, buat perempuannya juga. Merasa nggak
diperlakukan adil?”
Signifikansi :
Tema poligami sedang dibicarakan oleh politikus perempuan dengan seorang wartawan. Poligami dikatakan diperbolehkan selama laki-laki mampu berlaku adil.
Namun, pada kenyataannya keadilan sulit diukur dan tidak dapat dilihat hanya dari salah satu sisi saja, terutama laki-laki. Keadilan yang mungkin telah diusahakan dan dilakukan
oleh suami belum tentu dapat dirasakan adil pula oleh istri-istri maupun anak-anaknya.
17
KORPUS 15
Deskripsi :
a. Durasi : 27.05” – 27.45”
17
Ibid , Formula 5 Fungsi Tanda, Sejarah dan Mitologi
b. Visualisasi Layar : Masih angka-angka jarum jam yang berupa angka Romawi XI, XII dan I dengan jarum jam yang bergerak maju dan mundur. Backsound suara-suara
detak jarum jam, bunyi bel jam yang menyerupai bel gereja, serta suara angin dalam kobaran api.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Masih mengenakan baju mandi dan penutup kepala serta memakai kaca mata. Ani
bersandar pada meja, menatap menerawang ke atas dengan wajah sedih dan kemudian suaranya mengeras sambil menunduk, membuka kedua kakinya dengan tangan
mencengkeram kedua paha.
Transkripsi :
“Kenapa ya? Kenapa aku jadi teringat Mei sembilan delapan di Jakarta. Saat itu orang bakar rumah, orang bakar toko, orang bakar orang. Dan aku masih ingat betul, darah
mengalir dari bilik-bilik perempuan Tionghoa.”
Signifikansi :
Korpus 15 merupakan kilas balik dari peristiwa kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, dimana terjadi kekerasan, pembunuhan bahkan pemerkosaan missal terhadap perempuan-
perempuan kaum Tionghoa.
18
18
Ibid , Formula 5 Fungsi Tanda, Sejarah dan Mitologi
KORPUS 16
Deskripsi :
a. Durasi : 30.00” – 30.50”
b. Visualisasi Layar : Masih angka-angka jarum jam yang berupa angka Romawi XI, XII dan I dengan jarum jam yang bergerak maju dan mundur.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Tokoh ani duduk di kursi masih mengenakan handuk mandi berwarna biru, tetapi
sudah tidak mengenakan penutup kepala. Ani menunduk sambil mengenakan stocking hitam, kemudian memasang sepatu sambil menghadap penonton,
Transkripsi :
“Dan kalo punya masalah pelanggaran HAM. Tenang aja, ketutup kok sama kasus kawin cerai anaknya. Soalnya lebih heboh, di infotainment aja ratingnya tinggi. Orang
masyarakat kita lebih suka. Habis melibatkan artis atau penyanyi beneran, siapa namanya? Hah? Monyong Serong?
Ati-ati lho Mbak kalo bicara, nanti pagar rumahnya ikut ditabrak lho.”
Signifikansi :
Tokoh Ani sedang membicarakan kejadian seputar dunia politik, termasuk mantan presiden pada masa Orde Baru. Salah satu anaknya sedang menggugat cerai istrinya dan
ternyata melibatkan seorang artis penyanyi perempuan yang cukup terkenal yang kemudian dianggap sebagai orang ketiga.
19
KORPUS 17
Deskripsi :
a. Durasi : 36.40” – 37.45”
b. Visualisasi Layar : Ilustrasi pilar-pilar yang berjalan maju terus-menerus. c. Situasi Tokoh Non Verbal
19
Ibid., Formula 8 Commonsense
Ani berdiri di tengah panggung dengan pakaian kerja, tank top dan rok, mengenakan stocking hitam dan sepatu bertumit berwarna hitam. Tubuh dan tangannya terikat tali
yang ditempeli dengan bunga-bunga, matanya tertutup dengan kain hitam. Cahaya redup dan hanya menyinari wajahnya. Backsound suara clipper kertas.
Transkripsi :
“Dimana ini Kenapa begitu gelap
Masih saja sama seperti dulu Seperti ada nafas-nafas lain selain nafasku
Ada debar jantung lain selain yang ada di dalam dadaku Pasti aku tidak sendiri di sini
Di mana ini, di mana ini Mungkin hanya detik yang berdetak
Sedang waktu masih saja sama, sama seperti yang dulu”
Signifikansi :
Monolog dalam korpus 17 menggambarkan kondisi perempuan yang tidak banyak mengalami perubahan. Meski keberadaan perempuan memang mulai diakui, tetapi pada
kenyataannya suara dan pikiran perempuan masih terpenjara dan dipandang tidak penting.
20
20
Ibid , Formula 7 Intersubjektivitas
KORPUS 18
Deskripsi :
a. Durasi : 38.55” – 39.45”
b. Visualisasi Layar : Ilustrasi pilar-pilar bangunan yang berjalan maju terus-menerus. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Ani masih berdiri di tengah panggung dengan pakaian kerja, dan sepatu bertumit berwarna hitam. Tubuh dan tangannya masih terikat tali yang ditempeli dengan
bunga-bunga, sesosok bayangan menghampiri dan membuka penutup matanya. Kemudian cahaya sedikit lebih terang, backsound suara clipper kertas.
Transkripsi :
“Tuh kan betul, aku tidak sendiri Ada teman-teman dari komisi 1 sampai 10
Tapi kenapa aku disini sendiri Kenapa mereka memilih di sana
Aku tak bisa kalo harus ke sana Tapi mereka sepertinya juga tak mau kalo harus ke sini”
Signifikansi :
Keberadaan perempuan dalam dunia kerja terutama politik masih kurang diakui. Perempuan tidak dianggap sebagai pekerja professional, perempuan hanya dianggap
sebagai pendatang dan pelengkap, bukan sebagai mitra kerja. Oleh karena itu terjadi diskriminasi terhadap perempuan dengan disisihkannya posisi perempuan dalam
lingkungan pekerjaan.
21
KORPUS 19
Deskripsi :
a. Durasi : 42.20” – 42.55”
b. Visualisasi Layar : Ilustrasi pilar-pilar bangunan yang berjalan maju terus-menerus.
21
Ibid , Formula 5 Fungsi tanda, sejarah dan mitologi, Referensi. Irwan Abdullah, Sangkan Paran
Gender, Pustaka Pelajar, Universitas Gajah Mada, hal. 17
c. Situasi Tokoh Non Verbal Suara tawa menggema laki-laki tiba-tiba muncul dan membuat Ani yang semula jatuh
terduduk di lantai, berusaha berdiri masih dengan keadaan tangan dan tubuh terikat dan mengenakan pakaian kerja dan sepatu hitam bertumit. Ekspresi Ani menatap
tajam dengan wajah penuh amarah. Backsound masih suara clipper kertas.
Transkripsi :
“Kau pikir aku takut apa? meludah Tidak Terlanjur kutoreh ikrar, pada ibu yang dihisap putingnya
Hingga kering susunya, hingga nanah yang tersisa Untuk adik yang busung, yang lahir saat bapak mati teror TBC”
Signifikansi
Perempuan dalam korpus 19 adalah perempuan yang berjuang keras bagai kehidupannya, tanpa menghiraukan tekanan laki-laki yang memandang rendah padanya.
Perempuan berjuang demi kebutuhan keluarga terutama anak-anaknya meskipun tanpa dukungan dan tanpa didampingi laki-laki sebagai suami sebagai kepala keluarga.
22
22
Ibid , Formula 4 Struktur tanda dan Tanda Lain
KORPUS 20
Deskripsi :
a. Durasi : 10.15” – 11.20”
b. Visualisasi Layar : Situasi jalanan dimana motor dan mobil lalu lalang berikut juga disertai dengan backsound suara motor yang melintas.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Khadijah duduk tidak beraturan di tepi trotoar jalanan tepat dibawah lampu. Khadijah
bercerita sambil melakukan gerakan-gerakan tangan dan tubuh yang menggambarkan sesuatu yang sedang dia utarakan.
Transkripsi :
“Kesian lu lu pada yang dipajang no. Kalo gue kan.. Eh, walaupun juga sering sih jadi lady gretongan. Tapi mah gue kan nggak kaya yang pake germo yang semua hak
hidupnya tergantung germo. Sementara aku dan milikku adalah ketentuanku.”
Signifikansi :
Dalam korpus 20, PSK Khadijah menceritakan bahwa dirinya tidak menggunakan jasa germo yang hanya akan memberikan ketentuan dan aturan bagi tubuh yang
seharusnya menjadi milik pribadi. Tubuh, disadari sebagai milik pribadi dimana segala
sesuatu yang terjadi pada tubuhnya adalah diri pribadi yang menanggung resikonya. Khadijah sangat keberatan terhadap pelanggannya yang menolak menggunakan kondom.
Bahkan terkadang memanfaatkan laki-laki untuk memperoleh kenikmatan seksual yang menguntungkan dirinya juga.
23
KORPUS 21
Deskripsi :
a. Durasi : 11.25” - 12.05”
b. Visualisasi Layar : Masih situasi jalanan dimana motor dan mobil lalu lalang berikut juga disertai dengan backsound suara motor yang melintas.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Tokoh Khadijah duduk dengan tidak beraturan di trotoar jalanan kemudian
mengambil sebatang rokok dari dalam tas dan menyalakannya. Khadijah juga memperagakan kejadian yang sedang dikisahkan olehnya, kemudian mengeluarkan
kertas dari dalam tasnya.
23
Ibid , Formula 6 Intertekstualitas Referensi. Aquarini Priyatna Prabasmoro, Kajian Budaya Feminis,
hal. 180
Transkripsi :
“Ni udah telanjang ni, biar kata berondong. Eit dah, dek dek.. tolong ya dibaca peraturan nomer 17. Boeing seven for seven only. Nggak ada germo yang marah. Kalo kepatil siapa
yang nanggung? Kalo kena AIDS? Germonya mau nanggung? Enggak kan?”
Signifikansi :
Kesadaran tokoh Kadijah atas bahaya AIDS tergambar dalam korpus 21. Meskipun Khadijah tidak menyadari bahaya merokok yang dibawanya sendiri, Khadijah
tetap waspada terhadap bahaya penyakit yang dibawa oleh orang lain, yaitu pelanggannya.
Meski Khadijah menjajakan tubuhnya demi uang, Khadijah masih peduli terhadap kepentingan dan kebutuhan tubuhnya untuk terus dilindungi dari penyakit kelamin yang
sangat mungkin dibawa oleh pelanggan-pelanggannya.
24
KORPUS 22
24
Ibid , Formula 4 Struktur Tanda dan Tanda Lain
Deskripsi :
a. Durasi : 18.20” – 24.05”
b. Visualisasi Layar : Ilustrasi kelopak-kelopak bunga mawar yang beterbangan dan bergerak dari kanan ke kiri. Backsound musik dramatis.
c. Situasi Tokoh Non Verbal : Khadijah berdiri di bawah lampu jalan kemudian terduduk di pinggir trotoar jalanan seolah tak kuasa lagi berdiri. Wajahnya sedih dan
marah menggambarkan ceritanya.
Transkripsi :
“Malam itu segerombolan orang mendatangi rumahku Menggedor-gedor jendela
Aku terbangun, mengendus kesolehan yang diumbar di spanduk-spanduk Dan dipamerkan di jalan-jalan, pun gang-gang sempit
Isinya janji tentang surga Yang mengubah benci jadi dengki
Lalu tumbuh amarah lewat hasut yang busuk Seolah-olah mereka punya hak paten sebagai pintu penjaga
Dan merekalah penjaga pintu surge Yang bisa memaki, menghujat dan melempar lawannya ke neraka
Mereka pikir, Sambil meneriakkan kata-kata tauhid
Sekelompok orang itu berhasil mendobrak pintu rumah Menyeret ibuku ke halaman
Aku lihat, aku lihat ada pak Kaji diantara mereka Lelaki yang ibu tolak lamarannya karena ibu tidak mau dimadu
Lelaki yang melumat habis kegadisanku Dan pak Kaji lah yang menggerakkan massa
Untuk menggerebek rumahku malam itu
Percuma kata-kata pembelaan dari paman Sama sia-sianya dengan air mata yang mengucur deras dari mataku
Malam itu memang ada paman di rumah Paman yang dideportasi dari Malaysia sebagai imigran gelap
Paman yang pergi ke Malaysia untuk mencari istrinya Yang ditipu dijual toke
Dengan iming-iming lembar-lembar ringgit Paman dating untuk mengambil balitanya yang dia titipi kepada ibu
Balita yang tidak bisa diselamatkan karena desaku terkena wabah busung lapar
Massa semakin sangar, massa semakin beringas Sambil terus meneriakkan kata-kata suci, tapi juga tabu
Terus semakin sangar Berzina Hey Pendosa Dasar lonte
Ibu tetap diam Tangan ibu gemetar memegang tanganku
Massa itu menariknya dariku Menggunduli kepala ibu, ibu tetap diam
Aku berteriak lantang Suara-suara itu penuhi udara
Aku berhambur memeluknya Dasar munafik, fitnah, semua ini fitnah
Kata-kata yang seharusnya ibu teriakkan sebagai pembelaan atas dirinya Cuma ibu bisiki di telingaku
Tiba-tiba tangan kekar pak Kaji menyentakkan pelukan ibu Mendorong ibu masuk ke dalam rumah
Mungkin panasnya api melelehkan kelu di lidah ibu Mungkin kobaran api menyalakan pembangkangan atas imannya
Aku dengar rintihan ibu dari dalam sambil menjerit TUHAN ALLAHU AKBAR
Dalam sisa bara aku melihat
Tubuh ibu yang ringkih dan paman legam Bagai dua onggok bangkai binatang”
Signifikansi :
Korpus 22 menceritakan kondisi Khadijah ketika di kampung. Ibunya yang seorang janda difitnah oleh segerombolan orang kampung yang dipimpin oleh seorang
Pak Kaji. Ibunda Khadijah menolak lamaran Pak Kaji yang telah mempunyai istri. Penolakan tersebut membuat Pak Kaji menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya di desa
untuk mengintimidasi. Seorang paman yang menitipkan bayi untuk mencari istrinya di Malaysia dituduh sebagai teman selingkuh ibunda Khadijah. Bayi yang kemudian
meninggal karena wabah busung lapar dituduh sebagai hasil hubungan gelap mereka. Massa yang digerakkan Pak Kaji menganggap ibunda Kahdijah dan pamannya
sebagai pendosa dan kemudian menghakiminya dengan membakar ibu dan pamannya yang terkunci di dalam rumah.
25
KORPUS 23
25
Ibid , Formula 4 Struktur Tanda dan Tanda Lain
Deskripsi :
a. Durasi : 32.20 – 33.40 b. Visualisasi Backdrop : Ilustrasi situasi penggrebekan dengan gambar yang tidak
begitu jelas, kemudian berganti dengan ilustrasi kobaran api berwarna merah. Backsound suara teriakan-teriakan massa yang tidak beraturan dan musik drum
dramatis. c. Situasi Tokoh Non Verbal : Khadijah berlari dari salah satu bilik dengan pakaian
yang belum terpasang dengan sempurna. Pelanggan Khadijah ikut berlari keluar bilik dengan sarung yang hanya dililitkan ke tubuhnya. Khadijah dan pelanggan nya berlari
dari satu sisi panggung ke sisi yang lainnya. Sampai akhirnya si pelanggan berdiri masih tanpa mengenakan pakaian, memanggil massa yang datang dan menunjuk ke
arah Khadijah berlari.
Transkripsi :
“Pak Pak Itu dia lari ke sana, Pak Dia lari ke sana Pak Lontenya lari ke sana Pak Kejar Pak Tangkap Lonte, jangan lari kamu”
Signifikansi :
Laki-laki sebagai penikmat tubuh perempuan pekerja seks komersial seringkali tidak tertangkap oleh hukum. Dalam korpus 18 memperlihatkan laki-laki hidung belang
yang justru turut membantu aparat untuk menangkap PSK yang melarikan diri.
26
26
Ibid , Formula 4 Struktur Tanda dan Tanda Lain
BAB IV ANALISA DATA