dengan  warna  motif  hijau  dan  orange.  Khadijah  juga  masih  memakai  tas  selempang berwarna perak. Pada akhir babak III, layar besar menampilkan gambar yang seolah diambil
dengan  handycam  dalam  keadaan  berlari  memperlihatkan  situasi  penggerebekan.  Gambar pada  layar  juga  dilengkapi  suara  petugas  dan  massa  yaitu  untuk  memperkuat  situasi
penggerebekan.
B. DESKRIPSI, TRANSKRIPSI DAN SIGNIFIKANSI KORPUS
KORPUS 1
Deskripsi :
a. Durasi : 00.15” – 03.30”
b.  Visualisasi  Layar  :  Potongan-potongan berita kriminal  yang dibacakan oleh  penyiar perempuan dari berbagai saluran televisi  yang di edit dengan gaya DJ dengan hanya
mengambil bagian kata atau kalimat yang mengandung unsur sadis dan negatif. Pada akhirnya  potongan  berita-berita  tersebut  makin  cepat  dan  dan  suara  berita  yang
dibacakan  ditumpuk  menjadi  satu  sehingga  kalimat-kalimat  yang  diucapkan  oleh  si pembaca  berita  menjadi  semakin  tidak  jelas.  Kemudian  visualisasi  berubah  menjadi
gambar sayuran sedang dipotong. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Seorang  ibu  rumah  tangga  yang  bernama  Ranti  masuk  mengenakan  kaus  lengan panjang berwarna merah dan rok panjang bermotif. Ranti mengambil remote televisi,
kemudian  mengarahkannya  pada  pesawat  televisi  untuk  memindah  saluran.  Ranti menggeleng-gelengkan  kepalanya  sambil  terus  berusaha  memindah  saluran  televisi.
Kemudian Ranti mendekati meja masak, mengambil celemek untuk dikalungkan dan diikatkan  pada  tubuhnya.  Ranti  mulai  mengiris  bahan  dan  bumbu  untuk  membuat
sepiring nasi goreng sambil sesekali kepalanya menengok kea rah televisi.
Transkripsi :
1.a.  Visualisasi  Backdrop  :  “  Halo  Pemirsa.”,  “Ganja.”,  “Korban.”,  “Pembunuhan.”, “Penganiayaan.”, ‘Mengiris-iris.”, “Pencuri ayam.”, “Mengiris-iris daun telinga korban.”,
“Mati.”,  “Mencuri  ayam.”,  “Mati  karena  dibunuh.”,  “Ganja.”,  “Bacok.”,  “Hingga tewas.”,  “Patroli.”,  “Ekstasi.”,  “Membuang  bayi.”,  “Membunuh  temannya  sendiri.”,
“Menghabisi.”,  “Korban.”,  “Korban  mati.”,  “Duapuluh  inchi.”,  “Seorang  ibu  rumah tangga di Balaraja, Banten tega membuang bayi hasil hubungan gelapnya...”
1.b.  Tokoh : “ Nah itu lagi itu, Coba. Gila nggak? Seorang laki-laki mbacok istri hamper mati, ditanya Cuma bilang khilaf. Khilaf? Istri sudah sekarat Cuma dibilang khilaf.”
Signifikansi :
1.a.  Potongan-potongan  berita  televisi  menggambarkan  eksploitasi  media  terhadap kejahatan  dan  kekerasan  yang  terjadi  dalam  masyarakat  dan  mematahkan  citra  seorang
ibu  yang  rela  berkorban  demi  anaknya
1
karena  dalam  kalimat  terakhir  menggambarkan seorang ibu yang tega membuang bayinya.
1.b.  Perempuan  sebagai  korban  kekerasan  dalam  rumah  tangga  yang  dilakukan  suami. Senjata  tajam  digunakan  sebagai  alat  untuk  melakukan  kekerasan  yang  kemudian
mengakibatkan istri mengalami luka dan dapat mengakibatkan hilangnya nyawa.
2
KORPUS 2
1
Andrik Purwasito, Formula 8 Commonsense, dalam Message Studies, hal.40
2
Ibid , Formula 2
Deskripsi :
a. Durasi  : 04.35” – 05.30” b. Visualisasi Layar : Masih potongan berita kriminal tentang kekerasan.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Telfon berdering, kemudian Ranti menghentikan kegiatannya memotong  bumbu dan
mengangkatnya. Kemudian diketahui bahwa si penelfon adalah mantan suaminya.
Transkripsi :
“Halo. Iya Mas, aku sendiri. Ada apa?
Mey telfon kamu? Kapan? Terus?
Hhhh.. terus? Ya kamu juga tolong cari solusinya dong Mas. Kamu kan juga bapaknya.
Ya deh, nanti saya coba kontak dia. Iya iya. menutup telfon
Mantan suami. Dia nggak rela anaknya diperlakukan kasar oleh suaminya.”
Signifikansi :
Ranti  terkejut  mendapati  mantan  suami  yang  tiba-tiba  menghubunginya  dan member  kabar  bahwa  anak  perempuan  mereka  memberikan  pengakuan  bahwa  telah
mengalami kekerasan dalam  rumah tangga. Mantan suami  yang sebenarnya juga pernah melakukan kekerasan terhadap Ranti yang dahulu masih dalam ikatan suami istri.
3
KORPUS 3
Deskripsi :
3
Ibid , Formula 4 Struktur tanda dan Tanda Lain
a. Durasi : 09.40” – 13.30”
b. Visualisasi  Layar  :  Ilustrasi  bahan  dan  bumbu  yang  sedang  diris-iris  di  atas  telenan dan ilustrasi kompor yang dinyalakan dan mengarah langsung pada api yang menyala.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Ranti  menyalakan  kompor  dan  memanaskan  minyak,  kemudian  dilanjutkan  dengan
menumis  bumbu  yang  tadi  telah  diracik  olehnya.  Tumisan  diaduk  sambil  kembali dibubuhkan  bumbu  jadi.  Selanjutnya  tumisan  dibiarkan  dengan  api  kecil  dan  Ranti
kembali mengiris dan kembali memasukkan bahan dan mengaduknya lagi.
Transkripsi :
3.a.  “Mula-mula  sih  menyenangkan  sekali  ya.  Habis  gimana,  punya  suami  yang  sangat memperhatikan,  ya  kan?  Tapi  lama-lama  kok  kaya  disengaja  gitu  aku  digiring  untuk
menjadi  tidak  punya  pilihan.  Selalu  saja  harus  ikut  apa  yang  dia  mau.  Pake  baju  apa, bergaul dengan siapa. Bahkan, bahkan nih, untuk ketemu sama keluarga sendiri pun aku
harus dapat izin dari dia. Gila nggak? Aku dibikin nggak berdaya sama dia.” 3.b. “Trus, dia mulai berani bilang aku bodoh, bego, goblok. Saking seringnya sampe aku
betul-betul merasa diriku tuh bodoh, bego, goblok.” 3.c.  “Trus  lahir  Mey.  Mas  Ton  trus  minta  aku  berhenti  kerja.  Buat  apa  gajimu  besar,
uangmu banyak, karier, kalo anakmu nggak keurus. Lagipula gajiku kan sudah lebih dari cukup.”
Signifikasi :
3.a.  Perempuan  sangat  mendambakan  sosok  suami  yang  mencintai  istri  dengan  penuh perhatian.  Namun,  rasa  cinta  suami  terhadap  istri  dapat  bergeser  menjadi  dominasi  dan
kepemilikan  pribadi  istri.
4
Suami  menentukan  dan  member  keputusan  terhadap  segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan pribadi istri, seperti dalam hal memilih baju
yang dikenakan, pergaulan, bahkan hak istri untuk bertemu orang tua dan keluarganya. 3.b. Kekerasan psikis dilakukan oleh suami kepada istri dengan menggunakan kata-kata
yang menghina dan merendahkan. Semakin sering kekerasan psikis terjadi akan semakin membuat korban merasa rendah dan tidak percaya diri.
5
3.c.  Perempuan  sebagai  istri  tidak  mempeunyai  kewajiban  untuk  memenuhi  kebutuhan keuangan  keluarga,  sehingga  istri  yang  bekerja  bukan  sebagai  pencari  nafkah  utama
melainkan hanya sebagai  pelengkap. Kewajiban utama istri hanya sebagai  istri pengatur rumah tangga dan sebagai seorang ibu yang mengurus anak-anaknya.
6
KORPUS 4
Deskripsi :
a. Durasi : 15.40” – 16.40”
b. Visualisasi  Layar  :  Masih  ilustrasi  bumbu-bumbu  yang  diiris  dan  berganti  dengan bumbu yang sedang ditumis.
4
Ibid , Formula 8 common sense,  Referensi. Parmastu Titis Anggitya, 2007. Kerinduan terhadap Cinta
Kasih sebagai Salah Satu Kebutuhan Cinta Kash dalam Film Layar Lebar Rindu Kami PadaMu, hal.19
5
Ibid , Formula 7 Intersubjektivitas
6
Ibid , Formula 3 Konteks Fisik dan Sosial, Referensi. Irwan Abdullah, Sangkan Paran Gender, hal.17
c. Situasi Tokoh Non Verbal Ranti  mengambil  cething  berisi  nasi  dan  membawanya  mendekati  kompor.  Sedikit
demi  sedikit  Ranti  memasukkan  nasi  ke  dalam  wajan  sampai  akhirnya  Ranti menumpahkan semuanya sekaligus ke dalam wajan.
Transkripsi :
“Jadi  istri  itu  kan  harusnya  mendukung  suami,  membuat  suami  nyaman,  tentram,  enak dirumah.  Sehingga  dia  tenang  bekerja.  Jadi  istri  itu  kan  harusnya  manut  sama  suami.
Begitu terus, begitu terus.”
Signifikansi :
Peran dan tanggung jawab istri di lingkungan rumah tangga mencakup kewajiban istri  memenuhi  kebutuhan  emosional  suami.  Dukungan  istri  diwujudkan  dalam
kemampuan  istri  memberikan  rasa  tenang  dan  nyaman  pada  suami  yang  telah  lelah bekerja. Istri wajib memberikan pelayanan penuh kepada suami secara ikhlas tanpa boleh
mengharapkan pamrih.
7
KORPUS 5
Deskripsi :
7
Ibid , Formula 3 Konteks Fisik dan Sosial
a. Durasi : 18.00” – 18.30”
b. Visualisasi  Layar  :  Masih  ilustrasi  bumbu-bumbu  yang  diiris  dan  bahan  masakan yang dibelah menjadi dua bagian dan diputar secara berulang-ulang.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Ranti  berhenti  mengaduk  nasi  yang  ada  di  wajan  namun  masih  memegang  sendok
masak  di  tangan  kanannya.  Kemudian  Ranti  mundur  sambil  menirukan  kejadian  di masa lalunya. Suaranya semakin keras sambil  diikuti  backsound detak  jantung  yang
semakin lama semakin keras dan cepat.
Transkripsi :
“Nah  Bagas,  si  kecil  ketakutan,  lari  memeluk  aku.  Eh,  si  mas  Ton  nggak  tau  ada  apa, anak umur tujuh  tahun ini ditarik, dihajar sama dia. Nah, aku nggak tau  dapat kekuatan
dari mana, aku langsung tarik si Bagas, aku dorong mas Ton. SETAN KAMU”
Signifikansi :
Kekerasan  rumah  tangga  bukan  hanya  sebatas  suami  kepada  istri,  tetapi  juga terhadap anak-anaknya. Korpus 4 mejelaskan sikap kasar suami yang dilakukan di depan
anaknya, namun kemudian sang anak juga turut menjadi korban pelampiasan kemarahan ayahnya.
Seorang ibu yang mencintai anaknya tidak akan rela melihat anaknya disakiti oleh siapapun,  termasuk  oleh  ayahnya.  Oleh  karena  itu  pada  korpus  4  juga  diperluhatkan
bahwa  sang  istri  yang  selama  ini  menerima  kekerasan  dari  suami  akhirnya  berontak setelah melihat anaknya turut dilibatkan dan menjadi korban.
8
8
Ibid , Formula 7 Intersubjektivitas
KORPUS 6
Deskripsi :
a. Durasi : 19.00” – 19.30”
b. Visualisasi  Layar  :  Masih  ilustrasi  bumbu-bumbu  yang  diiris  dan  bahan  masakan yang dibelah menjadi dua bagian dan diputar secara berulang-ulang.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Ranti kembali mendekati meja masak dan dengan keras meletakkan sendok masak ke
atas  wajan  dan  kembali  menjauhi  meja  mask.  Ekspresi  mukanya  marah  dan  sangat emosional  sambil  mengangkat  tangannya.  Backsound  yang  digunakan  masih  suara
detak jantung yang semakin lama semakin kencang.
Transkripsi :
“Di  situ  aku  sadar  bahwa  yang  aku  perlu  selamatkan  bukanlah  pernikahan  kami.  Yang perlu aku selamatkan adalah diriku dan anak-anakku. Malam itu juga kubawa anak-anak
pergi dari rumah itu. Pergi dan tidak pernah kembali lagi sampai sekarang, sampai detik ini, sampai anak-anak sudah besar.”
Signifikansi :
Keutuhan  keluarga  sangat  penting  bagi  seorang  istri,  sebuah  perkawinan  dapat berakhir  menjadi  tidak  berarti  untuk  dipertahankan  ketika  kekerasan  yang  terjadi  dapat
mengancam keselamatan salah satu atau lebih dari anggota keluarga. Korpus  6  memperlihatkan  istri  yang  berjuang  mempertahankan  perkawinannya
meski terjadi kekerasan fisik maupun psikis, karena keutuhan keluarga dianggap sebagai tanggung jawab seorang istri. Namun kemudian istri benar-benar meninggalkan suaminya
setelah menyadari ancaman  yang mungkin  terjadi  bukan lagi bagi dirinya sendiri, tetapi juga  anak-anaknya.
9
KORPUS 7
9
Ibid , Formula 7 Intersubjektivitas
Deskripsi :
a. Durasi : 20.40” – 22.38”
b. Visualisasi Layar : Ilustrasi bumbu masakan yang sedang dipotong. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Telfon  kembali  berdering,  Ranti  segera  mengangkat.  Telfon  tersebut  dari  anak perempuannya  bernama  Mey.  Ekspresi  wajah  Ranti  serius  sambil  menggerak-
gerakkan salah satu tangannya.
Transkripsi :
“Mey, kamu kan kerja, ya kan? Penghasilanmu sudah lebih dari cukup buat kamu hidup sama Danti. Ya kan? Kamu ingat kan Mey waktu ibu bawa kamu sama Bagas keluar dari
rumah  bapakmu,  ibu  nggak  kerja.  Ya  kan  Nak?  Buktinya  ibu  akhirnya  bisa  kerja  lagi, bisa  membesarkan  kalian  berdua,  bisa  menyekolahkan  kalian  berdua  sampai  kalian  jadi
begini.”
Signifikansi :
Ranti sedang membujuk anak perempuannya yang juga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga untuk meninggalkan suaminya. Ranti berusaha meyakinkan kepada
anak  perempuannya  bahwa  keselamatannya  dan  anak-anaknya  jauh  lebih  penting dibanding mempertahankan rumahtangga yang tidak sehat.
10
KORPUS 8
Deskripsi :
a. Durasi : 26.00” – 26.55”
b. Visualisasi Layar : Masih ilustrasi bumbu masakan yang sedang dipotong. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Wajah  Ranti  berseri  dengan  senyum  lebar  yang  selalu  tersungging  penuh  semangat ketika berbicara dengan kekasihnya.
Transkripsi :
10
Ibid, Formula 7 Intersubjektivitas
“ Hai, lagi ngapain? Sini dong, aku mau merayakan sesuatu sama Mey, Danti sama kamu. Bapaknya anak-anak? Ya enggak lah ya, kan sudah ada kamu.
Iya aku tau kamu nggak akan cemburu, tapi males deh. Ntar orangnya reseh.
Dateng ya? Ada deh..
Eh, aku bikin nasi goreng. Kamu mapir beli tart kesukaanku ya.”
Signifikansi :
Pada  korpus  ini  memperlihatkan  perubahan  ekspresi  Ranti  yang  semula  sedih menjadi  bahagia  setelah  mendengar  keputusan  anak  perempuannya  untuk  keluar  dari
rumah  suami  yang  telah  memukulinya.  Ranti  yang  sedang  bahagia  ingin  membagi kebahagiannnya  dengan  pasangan  barunya  dan  menyuruhnya  untuk  segera  datang  ke
rumah.
11
KORPUS 9
11
Ibid., Formula 7 Intersubjektivitas
Deskripsi :
a. Durasi : 03.50” – 04.35”
b. Visualisasi Layar  : Angka-angka jarum jam yang berupa angka Romawi XI, XII dan I dengan jarum jam yang bergerak maju dan mundur sambil diikuti dengan backsound
suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Seorang ibu rumah tangga yang juga berprofesi sebagai politikus perempuan bernama Ani  baru  saja  selesai  mandi.  Ani  mengenakan  kimono  mandi  berwarna  biru  dan
penutup  kepala  berwarna  merah  jambu.  Ani  menerima  telfon  melalui  telfon selulernya  dari  seorang  wartawan  yang  ingin  mewawancarainya  melalui  telfon.
Sambil berbicara, Ani berjalan memutari meja kerja dengan wajah yang serius.
Transkripsi :
“Sekarang  saya  balik  tanya  sama  Anda.  Apakah  pertanyaan  yang  sama  pernah  Anda ajukan  kepada  anggota  parlemen  yang  laki-laki?  Misalnya,  misalnya  siapa?  Oke,  Alvin
Lie  ya?  Bapak  Alvin  Lie,  apakah  Bapak  sebelum  mengikuti  rapat  paripurna  Bapak menyiapkan masakan dulu di rumah? Bapak gantiin popok dulu anak Bapak?”
Signifikansi :
Ibu  rumah  tanga  yang  berperan  dalam  sektor  publik  masih  selalu  dikaitkan dengan  tanggung  jawabnya  di  sektor  domestik.  Korpus  9  memperlihatkan  seorang  ibu
rumah  tangga  yang  juga  berprofesi  sebagai  politikus  tidak  dapat  menyingkirkan  peran domestiknya  meski  berada  di  ruang  publik.  Kondisi  ini  berbeda  dengan  laki-laki  yang
tidak  mempunyai  tanggungjawab  domestik,  sehingga  profesinya  tidak  dipengaruhi  atau mempengaruhi fungsi domestiknya.
12
KORPUS 10
Deskripsi :
a. Durasi : 06.30” – 07.00”
b. Visualisasi Layar  :  Masih  angka-angka  jarum  jam  yang  berupa  angka  Romawi  XI, XII dan  I dengan  jarum  jam  yang bergerak  maju  dan mundur sambil  diikuti  dengan
backsound suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Ani  masuk  ke  balik  bacdroop  kemudian  kembali  dengan  membawa  keranjang  yang berisi setumpuk pakaian, kemudian diletakkan di lantai dekat dengan meja kerja.
12
Ibid , Formula 3 Konteks Fisik dan Sosial
Transkripsi :
“Tapi aku rasa orang-orang berfikir apa yang aku lakukan selama ini memang tidak ada artinya  kalau  aku  belum  bisa  membuktikan  diri  sebagai  seorang  perempuan  yang  bisa
mengurus rumah, melayani suami dan merawat anak-anak.”
Signifikansi :
Kesuksesan  perempuan  di  ruang  publik  tidak  mendapat  pengakuan  dari masyarakat  apabila  peran  nya  sebagai  ibu  rumah  tangga  tidak  berjalan  sebaik  karirnya.
Peran ganda akan  selalu meliputi  perempuan, yaitu  sebagai tenaga professional  maupun sebagai pengurus rumah, melayani suami dan merawat anak-anak.
13
KORPUS 11
Deskripsi :
a. Durasi : 07.20” – 07.50”
13
Ibid , Formula 3 Konteks Fisik dan Sosial
b. Visualisasi Layar :  Masih  angka-angka  jarum  jam  yang  berupa  angka  Romawi  XI, XII dan  I dengan  jarum  jam  yang bergerak  maju  dan mundur sambil  diikuti  dengan
backsound suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Masih  mengenakan  baju  mandi  dan  penutup  kepala,  Ani  menata  buku-buku  dan kertas yang berserakan di atas meja maupun di lantai kemudian meletakkannya di sisi
meja dengan susunan ditumpuk.
Transkripsi :
“Dulu  sebelum  aku  menikah  ada  yang  bilang  begini,  iraha  re  kawin?  Eeeh,  umur  geus tilu  puluh,  iyeh.  Nanti  jadi  parawan  korot.  Keburu  rapet,  kisut.  Cepetan  kawin,  jangan
sakolah melulu, karir melulu. Ih siah, laki-laki mah takut sama perepuan yang pinter.”
Signifikansi :
Pada  umumnya  perempuan  Indonesia  mempunyai  kewajiban  moral  untuk menikah.  Perempuan  yang  belum  menikah  setelah  mencapai  usia  tertentu  dianggap
sebagai kegagalan. Korpus  11  menggambarkan  bagaimana  lingkungan  memberikan tuntutan  kepada
perempuan untuk mempunyai keluarga. Semakin bertambah umur perempuan, maka akan semakin dikhawatirkan akan semakin sulit untuk berkeluarga. Bahkan digambarkan pula,
bahwa pendidikan perempuan tidaklah begitu penting dalam tujuan berkeluarga. Terdapat anggapan  bahwa  laki-laki  tidak  tertarik  pada  perempuan  yang  terlalu  cerdas  dan
berpendidikan.
14
14
Ibid , Formula 3 Konteks Fisik dan Sosial
KORPUS 12
Deskripsi :
a. Durasi : 08.30” – 09.10”
b. Visualisasi Layar :  Masih  angka-angka  jarum  jam  yang  berupa  angka  Romawi  XI, XII dan  I dengan  jarum  jam  yang bergerak  maju  dan mundur sambil  diikuti  dengan
backsound suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Masih  mengenakan  baju  mandi  dan  penutup  kepala,  Ani  mengambil  dua  potong pakaian  dari  keranjang  kemudian  mengalungkannya  pada  sandaran  kursi  kerjanya.
Setrika  dan  pengharum  pakaian  diletakaan  di  atas  meja  kerja,  disusul  dengan  kain tebal sebagai alas yang disusun memanjang.
Transkripsi :
“ Orang pikir perempuan yang aktif dan kritis bisa mengakibatkan gangguan pada janin.”
Signifikansi :
Perempuan  dengan  citra  kehamilan  yang  harus  dijaga  dan  dirawat  dengan  baik membuat  sebagaian masyarakat  menganggap  bahwa  ibu  hamil  tidak seharusnya  aktif  di
luar rumah. Pada  korpus  12  menggambarkan  anggapan  masyarakat  tentang  mitos  bahwa
perempuan hamil yang aktif dan kritis dapat menyebabkan kegagalan kandungan.
15
KORPUS 13
Deskripsi :
a. Durasi : 09.40” – 10.40”
15
Ibid , Formula 5 Fungsi tanda, sejarah dan mitologi
b. Visualisasi Layar  :  Masih  angka-angka  jarum  jam  yang  berupa  angka  Romawi  XI, XII dan  I dengan  jarum  jam  yang bergerak  maju  dan mundur sambil  diikuti  dengan
backsound suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Masih mengenakan baju mandi dan penutup kepala, Ani mengambil blazer hitam dari kursi,  kemudian  menyemprotkan  pewangi  dan  menyetrikanya.  Selanjutnya  Ani
berhenti  sejenak  dan  menirukan  gerak  tubuh  seorang  ibu-ibu  lain  yang  sedang  ia ceritakan.
Transkripsi :
“Ada yang ngomong begini, Jeng Jeng, eh tau nggak Jeng? Itu Jeng, ibu yang tinggalnya di  belokan  sebelah  sana  itu  Jeng,  mosok  Jeng,  mosok,  baru  mbrojolin  anak  kok  udah
pergi-pergian  begitu.  Begimana  sih,  dimana  tanggung  jawabnya  sebagai  seorang  ibu. Apalagi kalau anakku sampai sakit. Langsung deh. Jeng Jeng, Jeng tau nggak Jeng, ibu
yang tinggal di belokan sebelah sana itu, ibu yang hiperaktif itu lho Jeng, anaknya sakit. Lha wong anak masih kecil ditinggal-tinggal. Itulah, itulah.”
Signifikansi :
Pada korpus 13 memperlihatkan budaya yang melekat dalam masyarakat, bahkan pada  lingkungan  kaum  perempuan  sendiri.  Peran  seorang  ibu  tidak  dapat  digandakan
dengan peran publik perempuan. Seorang ibu harus bertanggung jawab penuh atas anak- anaknya  dengan  melepaskan  tanggung  jawab  lainnya  di  luar  rumah.  Perempuan  yang
aktif  dapat  mengakibatkan  anak  tidak  diurus,  tidak  diperhatikan.  Sehingga  ketika  anak
jatuh  sakit,  peran  perempuan  di  luar  rumah  dianggap  sebagai  penyebab  penderitaan anak.
16
KORPUS 14
Deskripsi :
a. Durasi : 15.50” - 18.00”
b. Visualisasi Layar :  Masih  angka-angka  jarum  jam  yang  berupa  angka  Romawi  XI, XII dan  I dengan  jarum  jam  yang bergerak  maju  dan mundur sambil  diikuti  dengan
backsound suara detak jarum jam. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Masih  mengenakan  baju  mandi  dan  penutup  kepala  serta  memakai  kaca  mata.  Ani duduk  menghadap  laptop  sambil  menerima  telfon  dari  seorang  wartawan  yang
kembali  ingin  mewawancarainya. Wartawan  tersebut  menanyakan  pendapat  ibu  Ani terhadap poligami.
16
Ibid , Formula 5  Fungsi Tanda, Sejarah dan Mitologi
Transkripsi :
“Kalau mau bicara adil, nggak bisa dong dilihat hanya dari sudut laki-lakinya saja. Adil ya  harus  untuk  semua,  buat  anak-anak,  buat  perempuannya  juga.  Merasa  nggak
diperlakukan adil?”
Signifikansi :
Tema  poligami  sedang  dibicarakan  oleh  politikus  perempuan  dengan  seorang wartawan.  Poligami  dikatakan  diperbolehkan  selama  laki-laki  mampu  berlaku  adil.
Namun, pada kenyataannya keadilan sulit diukur dan tidak dapat dilihat hanya dari salah satu sisi saja, terutama laki-laki. Keadilan yang mungkin telah diusahakan dan dilakukan
oleh suami belum tentu dapat dirasakan adil pula oleh istri-istri maupun anak-anaknya.
17
KORPUS 15
Deskripsi :
a. Durasi : 27.05” – 27.45”
17
Ibid , Formula 5 Fungsi Tanda, Sejarah dan Mitologi
b. Visualisasi Layar :  Masih  angka-angka  jarum  jam  yang  berupa  angka  Romawi  XI, XII dan I dengan jarum jam yang bergerak maju dan mundur. Backsound suara-suara
detak jarum jam, bunyi bel jam yang menyerupai bel gereja, serta suara angin dalam kobaran api.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Masih  mengenakan  baju  mandi  dan  penutup  kepala  serta  memakai  kaca  mata.  Ani
bersandar pada meja, menatap menerawang ke atas dengan wajah sedih dan kemudian suaranya  mengeras  sambil  menunduk,  membuka  kedua  kakinya  dengan  tangan
mencengkeram kedua paha.
Transkripsi :
“Kenapa  ya?  Kenapa  aku  jadi  teringat  Mei  sembilan  delapan  di  Jakarta.  Saat  itu  orang bakar  rumah,  orang  bakar  toko,  orang  bakar  orang.  Dan  aku  masih  ingat  betul,  darah
mengalir dari bilik-bilik perempuan Tionghoa.”
Signifikansi :
Korpus  15  merupakan  kilas  balik  dari  peristiwa  kerusuhan  Mei  1998  di  Jakarta, dimana terjadi kekerasan, pembunuhan bahkan pemerkosaan missal terhadap perempuan-
perempuan kaum Tionghoa.
18
18
Ibid , Formula 5 Fungsi Tanda, Sejarah dan Mitologi
KORPUS 16
Deskripsi :
a. Durasi : 30.00” – 30.50”
b. Visualisasi Layar :  Masih  angka-angka  jarum  jam  yang  berupa  angka  Romawi  XI, XII dan I dengan jarum jam yang bergerak maju dan mundur.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Tokoh  ani  duduk  di  kursi  masih  mengenakan  handuk  mandi  berwarna  biru,  tetapi
sudah tidak mengenakan penutup kepala. Ani menunduk sambil mengenakan stocking hitam, kemudian memasang sepatu sambil menghadap penonton,
Transkripsi :
“Dan kalo punya masalah pelanggaran HAM. Tenang aja, ketutup kok sama kasus kawin cerai  anaknya.  Soalnya  lebih  heboh,  di  infotainment  aja  ratingnya  tinggi.  Orang
masyarakat  kita  lebih  suka.  Habis  melibatkan  artis  atau  penyanyi  beneran,  siapa namanya? Hah? Monyong Serong?
Ati-ati lho Mbak kalo bicara, nanti pagar rumahnya ikut ditabrak lho.”
Signifikansi :
Tokoh Ani sedang membicarakan kejadian seputar dunia politik, termasuk mantan presiden pada masa Orde Baru. Salah satu anaknya sedang menggugat cerai istrinya dan
ternyata  melibatkan  seorang  artis  penyanyi  perempuan  yang  cukup  terkenal  yang kemudian dianggap sebagai orang ketiga.
19
KORPUS 17
Deskripsi :
a. Durasi : 36.40” – 37.45”
b. Visualisasi Layar :  Ilustrasi pilar-pilar yang berjalan maju terus-menerus. c. Situasi Tokoh Non Verbal
19
Ibid., Formula 8 Commonsense
Ani berdiri di tengah panggung dengan pakaian kerja, tank top dan rok, mengenakan stocking hitam dan sepatu bertumit berwarna hitam. Tubuh dan tangannya terikat tali
yang  ditempeli  dengan  bunga-bunga,  matanya  tertutup  dengan  kain  hitam.  Cahaya redup dan hanya menyinari wajahnya. Backsound suara clipper kertas.
Transkripsi :
“Dimana ini Kenapa begitu gelap
Masih saja sama seperti dulu Seperti ada nafas-nafas  lain selain nafasku
Ada debar jantung lain selain yang ada di dalam dadaku Pasti aku tidak sendiri di sini
Di mana ini, di mana ini Mungkin hanya detik yang berdetak
Sedang waktu masih saja sama, sama seperti yang dulu”
Signifikansi :
Monolog dalam korpus 17 menggambarkan kondisi perempuan yang tidak banyak mengalami perubahan.  Meski keberadaan perempuan  memang mulai  diakui,  tetapi pada
kenyataannya  suara  dan  pikiran  perempuan  masih  terpenjara  dan  dipandang  tidak penting.
20
20
Ibid , Formula 7 Intersubjektivitas
KORPUS 18
Deskripsi :
a. Durasi : 38.55” – 39.45”
b. Visualisasi Layar  :  Ilustrasi pilar-pilar bangunan yang berjalan maju terus-menerus. c. Situasi Tokoh Non Verbal
Ani  masih  berdiri  di  tengah  panggung  dengan  pakaian  kerja,  dan  sepatu  bertumit berwarna  hitam.  Tubuh  dan  tangannya  masih  terikat  tali  yang  ditempeli  dengan
bunga-bunga,  sesosok  bayangan  menghampiri  dan  membuka  penutup  matanya. Kemudian cahaya sedikit lebih terang, backsound suara clipper kertas.
Transkripsi :
“Tuh kan betul, aku tidak sendiri Ada teman-teman dari komisi 1 sampai 10
Tapi kenapa aku disini sendiri Kenapa mereka memilih di sana
Aku tak bisa kalo harus ke sana Tapi mereka sepertinya juga tak mau kalo harus ke sini”
Signifikansi :
Keberadaan perempuan  dalam dunia kerja  terutama politik  masih  kurang  diakui. Perempuan  tidak  dianggap  sebagai  pekerja  professional,  perempuan  hanya  dianggap
sebagai  pendatang  dan  pelengkap,  bukan  sebagai  mitra  kerja.  Oleh  karena  itu  terjadi diskriminasi  terhadap  perempuan  dengan  disisihkannya  posisi  perempuan  dalam
lingkungan pekerjaan.
21
KORPUS 19
Deskripsi :
a. Durasi : 42.20” – 42.55”
b. Visualisasi Layar  :  Ilustrasi pilar-pilar bangunan yang berjalan maju terus-menerus.
21
Ibid , Formula 5 Fungsi tanda, sejarah dan mitologi, Referensi. Irwan Abdullah, Sangkan Paran
Gender, Pustaka Pelajar, Universitas Gajah Mada, hal. 17
c. Situasi Tokoh Non Verbal Suara tawa menggema laki-laki tiba-tiba muncul dan membuat Ani yang semula jatuh
terduduk  di  lantai,  berusaha  berdiri  masih  dengan  keadaan  tangan  dan  tubuh  terikat dan  mengenakan  pakaian  kerja  dan  sepatu  hitam  bertumit.  Ekspresi  Ani  menatap
tajam dengan wajah penuh amarah. Backsound masih suara clipper kertas.
Transkripsi :
“Kau pikir aku takut apa? meludah Tidak Terlanjur kutoreh ikrar, pada ibu yang dihisap putingnya
Hingga kering susunya, hingga nanah yang tersisa Untuk adik yang busung, yang lahir saat bapak mati teror TBC”
Signifikansi
Perempuan  dalam  korpus  19  adalah  perempuan  yang  berjuang  keras  bagai kehidupannya, tanpa menghiraukan tekanan laki-laki  yang memandang rendah padanya.
Perempuan  berjuang  demi  kebutuhan  keluarga  terutama  anak-anaknya  meskipun  tanpa dukungan dan tanpa didampingi laki-laki sebagai suami sebagai kepala keluarga.
22
22
Ibid , Formula 4 Struktur tanda dan Tanda Lain
KORPUS 20
Deskripsi :
a. Durasi : 10.15” – 11.20”
b. Visualisasi Layar :  Situasi  jalanan dimana motor dan mobil lalu lalang berikut juga disertai dengan backsound suara motor yang melintas.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Khadijah duduk tidak beraturan di tepi trotoar jalanan tepat dibawah lampu. Khadijah
bercerita sambil melakukan gerakan-gerakan tangan dan tubuh yang menggambarkan sesuatu yang sedang dia utarakan.
Transkripsi :
“Kesian lu  lu  pada  yang  dipajang  no.  Kalo  gue  kan..  Eh,  walaupun  juga  sering  sih  jadi lady  gretongan.  Tapi  mah  gue  kan  nggak  kaya  yang  pake  germo  yang  semua  hak
hidupnya tergantung germo. Sementara aku dan milikku adalah ketentuanku.”
Signifikansi :
Dalam korpus 20, PSK Khadijah menceritakan bahwa dirinya tidak menggunakan jasa  germo  yang  hanya  akan  memberikan  ketentuan  dan  aturan  bagi  tubuh  yang
seharusnya  menjadi  milik  pribadi.  Tubuh,  disadari  sebagai  milik  pribadi  dimana  segala
sesuatu  yang  terjadi  pada  tubuhnya  adalah  diri  pribadi  yang  menanggung  resikonya. Khadijah sangat keberatan terhadap pelanggannya yang menolak menggunakan kondom.
Bahkan  terkadang  memanfaatkan  laki-laki  untuk  memperoleh  kenikmatan  seksual  yang menguntungkan dirinya juga.
23
KORPUS 21
Deskripsi :
a. Durasi : 11.25” -  12.05”
b. Visualisasi Layar : Masih situasi  jalanan dimana motor dan mobil lalu lalang berikut juga disertai dengan backsound suara motor yang melintas.
c. Situasi Tokoh Non Verbal Tokoh  Khadijah  duduk  dengan  tidak  beraturan  di  trotoar  jalanan  kemudian
mengambil  sebatang  rokok  dari  dalam  tas  dan  menyalakannya.  Khadijah  juga memperagakan  kejadian  yang  sedang  dikisahkan  olehnya,  kemudian  mengeluarkan
kertas dari dalam tasnya.
23
Ibid , Formula 6 Intertekstualitas Referensi. Aquarini Priyatna Prabasmoro, Kajian Budaya Feminis,
hal. 180
Transkripsi :
“Ni udah telanjang ni, biar kata berondong. Eit dah, dek dek.. tolong ya dibaca peraturan nomer 17. Boeing seven for seven only. Nggak ada germo yang marah. Kalo kepatil siapa
yang nanggung? Kalo kena AIDS? Germonya mau nanggung? Enggak kan?”
Signifikansi :
Kesadaran  tokoh  Kadijah  atas  bahaya  AIDS  tergambar  dalam  korpus  21. Meskipun Khadijah tidak menyadari bahaya merokok yang dibawanya sendiri, Khadijah
tetap  waspada  terhadap  bahaya  penyakit  yang  dibawa  oleh  orang  lain,  yaitu pelanggannya.
Meski Khadijah menjajakan tubuhnya demi uang, Khadijah masih peduli terhadap kepentingan dan kebutuhan tubuhnya untuk terus dilindungi dari penyakit kelamin yang
sangat mungkin dibawa oleh pelanggan-pelanggannya.
24
KORPUS 22
24
Ibid , Formula 4 Struktur Tanda dan Tanda Lain
Deskripsi :
a. Durasi : 18.20” – 24.05”
b. Visualisasi Layar :    Ilustrasi  kelopak-kelopak  bunga  mawar  yang  beterbangan  dan bergerak dari kanan ke kiri. Backsound musik dramatis.
c. Situasi  Tokoh  Non  Verbal  :  Khadijah  berdiri  di  bawah  lampu  jalan  kemudian terduduk di pinggir trotoar jalanan seolah tak kuasa lagi berdiri. Wajahnya sedih dan
marah menggambarkan ceritanya.
Transkripsi :
“Malam itu segerombolan orang mendatangi rumahku Menggedor-gedor jendela
Aku terbangun, mengendus kesolehan yang diumbar di spanduk-spanduk Dan dipamerkan di jalan-jalan, pun gang-gang sempit
Isinya janji tentang surga Yang mengubah benci jadi dengki
Lalu tumbuh amarah lewat hasut yang busuk Seolah-olah mereka punya hak paten sebagai pintu penjaga
Dan merekalah penjaga pintu surge Yang bisa memaki, menghujat dan melempar lawannya ke neraka
Mereka pikir, Sambil meneriakkan kata-kata tauhid
Sekelompok orang itu berhasil mendobrak pintu rumah Menyeret ibuku ke halaman
Aku lihat, aku lihat ada pak Kaji diantara mereka Lelaki yang ibu tolak lamarannya karena ibu tidak mau dimadu
Lelaki yang melumat habis kegadisanku Dan pak Kaji lah yang menggerakkan massa
Untuk menggerebek rumahku malam itu
Percuma kata-kata pembelaan dari paman Sama sia-sianya dengan air mata yang mengucur deras dari mataku
Malam itu memang ada paman di rumah Paman yang dideportasi dari Malaysia sebagai imigran gelap
Paman yang pergi ke Malaysia untuk mencari istrinya Yang ditipu dijual toke
Dengan iming-iming lembar-lembar ringgit Paman dating untuk mengambil balitanya yang dia titipi kepada ibu
Balita yang tidak bisa diselamatkan karena desaku terkena wabah busung lapar
Massa semakin sangar, massa semakin beringas Sambil terus meneriakkan kata-kata suci, tapi juga tabu
Terus semakin sangar Berzina Hey Pendosa Dasar lonte
Ibu tetap diam Tangan ibu gemetar memegang tanganku
Massa itu menariknya dariku Menggunduli kepala ibu, ibu tetap diam
Aku berteriak lantang Suara-suara itu penuhi udara
Aku berhambur memeluknya Dasar munafik, fitnah, semua ini fitnah
Kata-kata yang seharusnya ibu teriakkan sebagai pembelaan atas dirinya Cuma ibu bisiki di telingaku
Tiba-tiba tangan kekar pak Kaji menyentakkan pelukan ibu Mendorong ibu masuk ke dalam rumah
Mungkin panasnya api melelehkan kelu di lidah ibu Mungkin kobaran api menyalakan pembangkangan atas imannya
Aku dengar rintihan ibu dari dalam sambil menjerit TUHAN ALLAHU AKBAR
Dalam sisa bara aku melihat
Tubuh ibu yang ringkih dan paman legam Bagai dua onggok bangkai binatang”
Signifikansi :
Korpus  22  menceritakan  kondisi  Khadijah  ketika  di  kampung.  Ibunya  yang seorang  janda  difitnah  oleh  segerombolan  orang  kampung  yang  dipimpin  oleh  seorang
Pak  Kaji.  Ibunda  Khadijah  menolak  lamaran  Pak  Kaji  yang  telah  mempunyai  istri. Penolakan tersebut membuat Pak Kaji menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya di desa
untuk  mengintimidasi.  Seorang  paman  yang  menitipkan  bayi  untuk  mencari  istrinya  di Malaysia  dituduh  sebagai  teman  selingkuh  ibunda  Khadijah.  Bayi  yang  kemudian
meninggal karena wabah busung lapar dituduh sebagai hasil hubungan gelap mereka. Massa  yang  digerakkan  Pak  Kaji  menganggap  ibunda  Kahdijah  dan  pamannya
sebagai  pendosa  dan  kemudian  menghakiminya  dengan  membakar  ibu  dan  pamannya yang terkunci di dalam rumah.
25
KORPUS 23
25
Ibid , Formula 4 Struktur Tanda dan Tanda Lain
Deskripsi :
a. Durasi  : 32.20 – 33.40 b. Visualisasi  Backdrop  :    Ilustrasi  situasi  penggrebekan  dengan  gambar  yang  tidak
begitu  jelas,  kemudian  berganti  dengan  ilustrasi  kobaran  api  berwarna  merah. Backsound  suara  teriakan-teriakan  massa  yang  tidak  beraturan  dan  musik  drum
dramatis. c. Situasi  Tokoh  Non  Verbal  :  Khadijah  berlari  dari  salah  satu  bilik  dengan  pakaian
yang belum terpasang dengan sempurna. Pelanggan Khadijah ikut berlari keluar bilik dengan sarung yang hanya dililitkan ke tubuhnya. Khadijah dan pelanggan nya berlari
dari  satu  sisi  panggung  ke  sisi  yang  lainnya.  Sampai  akhirnya  si  pelanggan  berdiri masih  tanpa  mengenakan  pakaian,  memanggil  massa  yang  datang  dan  menunjuk  ke
arah Khadijah berlari.
Transkripsi :
“Pak Pak Itu dia lari ke sana, Pak Dia lari ke sana Pak Lontenya lari ke sana Pak Kejar Pak Tangkap Lonte, jangan lari kamu”
Signifikansi :
Laki-laki  sebagai  penikmat  tubuh  perempuan  pekerja  seks  komersial  seringkali tidak tertangkap oleh hukum.  Dalam korpus 18 memperlihatkan laki-laki  hidung belang
yang justru turut membantu aparat untuk menangkap PSK yang melarikan diri.
26
26
Ibid , Formula 4 Struktur Tanda dan Tanda Lain
BAB IV ANALISA DATA