POLA KOMUNIKASI PEREMPUAN DALAM MENGKONS

POLA KOMUNIKASI PEREMPUAN DALAM MENGKONSTRUKSI
IDENTITAS GENDER PADA GERAKAN PKK

(Studi Kasus Tentang Produksi dan Penerimaan Pesan dalam

Mengkonstruksi Identitas Gender dan Pemberdayaan Perempuan
pada Gerakan PKK di Kelurahan Kenep dan Kelurahan Jetis,
Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

Rhesa Zuhriya Briyan Pratiwi, Prahastiwi Utari, Mahendra Wijaya
Magister Ilmu Komunikasi Program Pascasarjana UNS
rhesa.pratiwi@gmail.com
Abstract

Background : Gender, forms of equality between men and women actually become the
essence to be achieved by PKK. As a feminine movement, PKK carries an effort to fight the
active role of women, especially in family range. But in the other hand, PKK gives the rise
to certain stereotypes as a movement between state power liaison with a number of
aspect of life in the grassroot. As a result, it s appearing social of womanhood as an
intermediary for hegemony of state of the environment sectors, which further confirms
the subordination of women social role.

Subject and Method : The formation of gender identity in PKK basically regardless of the
communication process. By using the descriptive case study on two PKK organizations,
this research attempts to analyze qualitatively, how gender identity and women s
empowerment can be constructed through the communication patterns of women in the
PKK movement. Furthermore, sampling in this research is doing in purposive, where some
data collected directly through in-depth interview and FGD.
Results : By doing analysis of I and Me in concept of symbolic interactionism, the
formation of gender identity in PKK turned to the production and reception of messages
by the boards and members of PKK. The process of message production had been
conveyed through rhetorical message design logic by the boards of PKK as a
communicator. Then, for the process of message reception, amount of information had
been received in negotiatic position by the members of PKK as a communicant. Later, in
relation to the empowerment of women, stated that the PKK tends to carry the form of
state empowerment, and do not yet for the whole self-empowerment of community.
Keywords : PKK, communication pattern, gender identity, women s empowerment
PENDAHULUAN

Meneguhkan adanya konstruksi sosial

Menjelaskan tentang posisi perempuan di


dikotomi

perempuan di dalam masyarakat, secara

(1997) menyebutnya sebagai sosok yang

tentang bagaimana cara kita memandang

masyarakat,

terutama

dalam

normatif

publik dan privat (domestik), Abdullah

perempuan.


cenderung identik dengan dunia domestik.
Hal

ini

perempuan

berkenaan
yang

dengan

muncul

membentuk

perkembangan

peran


Terlepas

pemikiran
dari

globalisasi

pasti

sejumlah

yang

menjadikan perempuan untuk lebih bebas

dalam

dalam berekspresi, pada kenyataannya


kapasitasnya sebagai seorang ibu dan istri

pemahaman ini masih terbatas dengan

di dalam rumah tangga.

1

nilai-nilai sosial tertentu yang secara tidak

pokok

masyarakat

Keluarga diharapkan mampu menjadi arah

langsung

membentengi
dalam


pemikiran

adanya

semangat

stereotif

satunya

yang

untuk

adalah

kesetaraan

bagi


pemberdayaan.

diterimanya,

melalui

Ruslan

Keberadaan PKK, di pihak lain justru

salah

memunculkan stereotif tertentu sebagai

melalui

kekuasaan negara dengan aspek sosial,

(2010:


gerakan

80)

terutama

proses yang menjadikan perempuan untuk
bijaksana.

Konsep

ini

konsep

Gerakan

nasional


PKK

merupakan

gerakan

yang

pembangunan
sederhana,

terfokus

gerakan

ini

tumbuh

sekaligus


mencerminkan

Secara
dari

mana

sosial

munculnya

perlakuan

sejumlah
terhadap

menurut

Fakih


(2013)

muncul

perempuan.

Lebih

lanjut,

Ndemo dan

(2014: 91)

mengindetifikasikan

Maina (2007) dalam Millie dan Bellamy

mandiri,

bentuk

pembatasan bagi perempuan yang mana

adanya

dirasa

mampu

deskriminasi
semakin

pemberdayaan keluarga, diperluas melalui
pembinaan,

peran

karena adanya ketimpangan gender bagi

Dengan mengusung visi sebagai upaya
pendidikan,

negara

gender menjadi salah satu persoalan, yang

kesetaraan gender dan kesadaran hukum.

konsep

sosial

perempuan di masyarakat, subordinasi

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia
sehat,

pada

kecenderungan

sejahtera, beriman dan bertaqwa kepada
luhur,

meneguhkan

Menilik

masyarakat guna mewujudkan keluarga

berbudi

hegemoni

di dalam wilayah domestiknya.

bawah, dikelola dari, oleh, dan untuk

serta

konstruksi

perempuan yang semakin tersubordinasi

pada

masyarakat.

perantara

justru

para perempuan, dan PKK muncul sebagai
pemberdayaan perempuan ini.

adanya

struktur PKK sehingga pada akhirnya

mampu menghambat pengembangan diri
konsep

masyarakat

muncul di dalam praktik kegiatan dan

kebodohan, serta sejumlah faktor yang

dalam

kalangan

terhadap sektor-sektor lingkungan. Hal ini

dengan laki-laki, terbebas dari kemiskinan,

alternatif

antara

keperempuanan yang diungkap sebagai

dan peran sosial perempuan yang setara

satu

di

menjelaskan

menawarkan titik terang terhadap posisi

salah

menghubungkan

menengah ke bawah. Suryakusuma (2011)

mampu menentukan pilihannya secara
dan

yang

budaya, ideologi, politik, serta ekonomi,

memandang upaya pemberdayaan sebagai

mandiri

Kesejahteraan

dan kehidupan masyarakat.

mewujudkan

perempuan

dan

gerakan

aktif perempuan di dalam pembangunan

membebaskan perempuan atas perlakuan
dan

sebagai

perubahan untuk mewujudkan peran serta

Berangkat dari pemikiran di atas,

muncul

PKK

Pemberdayaan

mengkonstruksikan

seorang perempuan.

PKK,

memunculkan

sehingga

meningkat,

sistem

kemiskinan

sistem

ekonomi

negara menjadi stagnan, serta rendahnya

serta

standar kehidupan masyarakat. Adanya

pelatihan yang terpusat pada 10 program

pemarginalan terhadap perempuan pada
2

dasarnya dilakukan melalui pembatasan

Elisabeth

sehingga ini berdampak pada semakin

pandangan lebih luas mengenai konstruksi

partisipasi mereka dalam bidang ekonomi

negara

kualitas penduduk secara keseluruhan.

(2008)

gender

sebagai

sosial yang berpusat pada pemahaman

masyarakat, yang berpengaruh terhadap
ekonomi

Kelan

mengidentifikasikan

buruknya posisi perempuan di dalam
pertumbuhan

K.

tentang gender dan sosial masyarakat.

dan

Selain itu, pandangan diskursif mengenai
gender juga mengarah pada pemunculan

Adanya kesetaraan gender antara laki-

wacana

laki dan perempuan nyata menjadi salah

yang

mengkonstruksi

ataupun

menciptakan subjek gender yang utama.

satu esensi yang diperjuangkan melalui

Gender

sebagai

identitas,

dalam

PKK, terutama melalui peran perempuan

kaitannya

kontradiksi muncul disaat PKK diyakini

nilai gender yang disebarkan. Lebih lanjut,

di dalam pengelolaan keluarga. Namun,

muncul

adanya peran dan fungsi sosial yang

Ketua

TP

PKK

pada

tingkat

konsep

gender

socialization,

dan norma yang dibangun di masyarakat,

keluarga dan rumah tangga. Sebut saja
organisasional,

dapat

dimana perempuan terikat dengan nilai

dijalankan hanya terbatas pada konteks
secara

komunikasi

diidentifikasi melalui sosialisasi atas nilai-

hanya identik dengan perempuan sehingga

ketika

dengan

dan melalui PKK, keberadaannya muncul

jabatan

sebagai gerakan yang melahirkan wacana

tertentu

gender

melekat otomatis fungsional pada istri

dan

perempuan

pejabat pemerintahan setempat. Dalam

sosok

hal ini, keaktifan perempuan di dalam PKK

yang

untuk

masyarakat.

secara tidak langsung berasal dari kuasa

mengkonstruksi

ideal

diharuskan
sesuai

posisi

menjadi

perspektif

Pembentukan identitas di dalam PKK

laki-laki (suami) di dalam pemerintahan

pada dasarnya tidak terlepas dari proses

muncul

konstruksi identitas di dalam PKK lebih

sehingga
adalah

adanya

bagi

karena

diri

penghargaan

seorang

status

yang

komunikasi yang terjadi di PKK. Adanya

perempuan

terberi

sebagai

lanjut

seorang istri dan bukan lebih kepada
pencapaian

ataupun

prestasi

yang

sejauh mana para pengurus dan anggota
PKK

dengan konsep patriarki yang tak ubahnya
laki-laki

perempuan dalam segala sektor.

bagaimana

berlangsung di dalam gerakan PKK, terkait

PKK pada akhirnya muncul dan identik
kuasa

dengan

proses produksi dan penerimaan pesan

dimilikinya secara personal. Asumsinya,

menegaskan

berkenaan

mampu

Sebagai

atas

berkontribusi

implikasi,

apakah

dalamnya.
melalui

identitas gender ini, selanjutnya benarbenar

Gender pada dasarnya dikonsepsikan

mampu

memberdayakan

perempuan secara keseluruhan atau tidak.

dalam teori bersifat diskursif, yang mana

Guna

tidak mengarah pada sifat ataupun ciri

mendukung

analisis

data,

pendekatan teori yang digunakan adalah:

khas yang melekat pada diri seseorang.
3

1. Kajian

komunikasi,

studi

meliputi

dan

message

yang menjadi fokus perhatian. Dalam hal

organisasi.

ini, Creswell (2007: 73) lebih menekankan

2. Konsep interaksionisme simbolik
gender,

berkenaan

yang

diteliti dan berkenaan dengan masalah

serta komunikasi interpersonal dan

4. Kajian

metode

kasual dari sejumlah unit yang sedang

reception,

3. Identitas dan konsep diri

sebagai

berorientasi pada sifat-sifat unik atau

komunikasi sebagai proses, message
production

kasus

studi kasus sebagai pendekatan kualitatif

dengan

yang

gender sebagai konstruksi sosial, serta

memungkinkan

peneliti

untuk

bertindak eksploratif secara terbatas, baik

gender, gender pembangunan, dan

dalam

gender pemberdayaan

satu

kasus

beberapa kasus (cases).

Secara umum, penelitian ini berupaya

(a

case)

maupun

Terkait penjelasan di atas, studi kasus

mendeskripsikan serta menganalisis pola

yang dilakukan di dalam penelitian ini

mengkonstruksi

lokasi penelitian, yakni pada gerakan PKK

komunikasi

pada

gerakan PKK

identitas

gender

dalam

bersifat jamak dengan mengambil dua

dan

pemberdayaan perempuan. Lebih lanjut,
penelitian

ini

bertujuan

di Kelurahan Kenep dan Kelurahan Jetis.

untuk

Dengan

menjelaskan sejumlah rumusan masalah

produksi

dan

lokasi-lokasi

3. Proses
peran

penerimaan

penyampaian

anggota

komunikan.

pesan

PKK

komunikasi

yang

Jenis

penelitian

yang

penulis

Pelaksanaan penelitian kurang lebih

berlangsung selama tiga bulan, dimana

melalui

dalam teknik pengumpulan data yang

sebagai

digunakan, secara langsung peneliti akan

melakukan indepth interview dan Focus

Group Discussion (FGD) yang melibatkan

dikaitkan

pengurus dan anggota PKK di kedua

dengan pemberdayaan perempuan.
METODOLOGI PENELITIAN

dipandang

terhadap hasil penelitian yang ditemukan.

4. Konstruksi identitas gender melalui
pola

yang

mampu memberikan kelengkapan tertentu

pesan melalui peran pengurus PKK
sebagai komunikator.

kultur

kedua kelurahan lokasi ini dipilih sebagai

1. Karakteristik identitas gender di PKK
2. Proses

atas

budaya dan kondisi sosial yang berbeda,

melalui batasan:

melalui analisis I and Me.

dilatarbelakangi

lokasi.

Melengkapi

dua

teknik

pengumpulan data di atas, peneliti juga

melakukan observasi dan pengumpulan

digunakan

dokumen relevan terhadap penelitian.

adalah penelitian studi kasus (case study)

Untuk

deskriptif. Jenis penelitian mengarah pada

sampling

yang

digunakan,

peneliti menggunakan purposive sampling

penelitian kualitatif, dengan menekankan

guna memperoleh kedalaman atas data

pada aspek spesifikasi unit ataupun kasus

yang

yang diteliti. Pawito (2007: 141) memaknai

diperoleh.

Sifat

sampling

berkembang sesuai kebutuhan, dimana
4

informan

dipilih

sebagai dasar dari identitas individu dan

berdasarkan

kehidupan sosialnya (Mead dalam Wood,

pertimbangan atas dasar ketercukupan

2000: 96).

informasi yang dimilikinya.

individu

Penelitian ini menggunakan analisis

berkomunikasi

data dengan teknik analisis data interaktif
gagasan

Miles

dan

Huberman,

yang

mengedepankan

sumber

dalam

menguji

79)

Kapasitas

ataupun

menempatkan

adanya

mengartikan

melalui

perilaku

sosial

munculnya

aktivitas

individu

(behavioral).

Dalam

simbolik

hal

Perspektif

ataupun

yang

ada

di

lain,

ketika

individu

sasaran

dalam

interaksi

objek

dan

bahwa ia akan lebih menonjolkan prinsip
Me. Prinsip ini mengarahkan individu yang
berperan sesuai dengan sikap orang lain.

aspek

Me

simbolik dari individu dan dipandang

memungkinkan

individu

untuk

menjadi diri sosial yang selalu diawasi dan

sangat mempertimbangkan karakter serta

diperhatikan oleh orang lain. Lebih jelas,

ciri khas nyata yang berhubungan dengan

ini dapat dilihat ketika seorang individu

pemikiran setiap manusia dan lingkungan

berada

sosialnya

dalam

suatu

kelompok

tertentu (Mulyana, 2013: 88).

Keberadaan simbol-simbol di dalam
dapat

situasi

komunikasi yang terjalin, dapat dikatakan

hubungan serta interaksi antar individu,

individu

subjek

memahami diri pribadi sebagai

individu dinyatakan berkenaan dengan

kehidupan

sebagai

individu

bersifat spontan (Mulyana, 2013: 88)

ini,

sebagai

memuat

dirinya

(Aku),

terorganisasikan, tidak terarah, serta lebih

Adanya pembentukan identitas pada diri

ini

I

berperilaku melalui suatu cara yang tidak

antara karakter dan pemikiran manusia.

interaksi

dirasa

kecenderungan impulsif individu untuk

perilaku individu muncul dari perpaduan

dimana

yang

sekitarnya. Konsep I dalam hal ini adalah

pembentukan identitas terbangun dalam
lingkungan

simbolik

sebagai diri yang subjektif dan refleksif

Konstruksi Identitas Gender: Analisis I
menjelaskan

Dalam

identitas yang dibentuknya. I dimaknai

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(2000)

simbolik.

ataupun pelaku utama komunikasi melalui

data yang bersifat sama dan sejenis.

Wood

dengan

paling dominan adalah prinsip I and Me.

validitas suatu data, terutama pada data-

and Me

saling

makna

interaksionisme

berbeda

kebenaran

bahasa,

kaitannya dengan penelitian ini, unsur

menyatakan teknik ini sebagai teknik yang
data

dengan

interaksionisme

menggunakan teknik trianggulasi sumber.
(2002:

berinteraksi,

selanjutnya mengarah ke dalam bentuk

2007: 104). Guna menguji data, peneliti
Sutopo

personal

perspektif masing-masing, hal inilah yang

data, dan penarikan kesimpulan (Pawito,

dalam

setiap

saling

mempertukarkan

memuat unsur: reduksi data, penyajian

Patton

Bagaimana

sosial

Prinsip I and Me menempatkan para

dikatakan

perempuan di PKK dalam memposisikan
5

diri mereka, apakah sebagai subjek atau

keterampilan

komunikasi yang dilakukan. Keberadaan

pemberdayaan dalam program PKK.

sebagai objek dalam interaksi serta proses

tertentu

bagi

masyarakat guna mendukung bentuk

perempuan sebagai I dalam komunikasi

Untuk analisis Me, pemahaman para

mengarahkan sudut pandang dominan

pengurus dan anggota PKK dinyatakan

membentuk

pengurus terhadap karakteristik identitas

dimana perempuan memiliki side dalam
identitas

yang

mereka

bagaimana

mereka

beragam. Dalam analisis Me, pemahaman

pahami. Perempuan sebagai Me, di pihak

lain

menentukan

melihat

diri

mereka

sebagai

gender di PKK adalah:

1. PKK identik dengan perempuan. Hal

sasaran

ini menjadikan mayoritas anggota PKK

komunikasi sehingga cenderung kurang

adalah perempuan, meskipun sosok

menonjol dalam setiap interaksi yang

laki-laki pada dasarnya juga dapat

dilakukan. Meskipun begitu, analisis I and

diikutsertakan di dalam PKK. Namun,

Me tidak ditentukan sebagai pertentangan,

keikutsertaan laki-laki di dalam PKK

melainkan lebih kepada pelengkap tentang
bagaimana

setiap

mempersepsikan

sebuah

cenderung

individu

kurang

dibandingkan perempuan.

ketika

karakteristik

2. Ketua PKK dijabat oleh istri dari

Baik pengurus maupun anggota PKK,

Ketua PKK Kelurahan, Ketua TP PKK

identitas yang dimiliki.

pejabat pemerintahan. Terutama pada

keduanya memahami karakteristik I pada

Kelurahan melekat fungsional pada

dirinya melalui sejumlah manfaat yang

istri

mendorong pihaknya untuk ikut serta di
dalam

PKK.

manfaat

keinginan
anggota

Dalam

tersebut
yang

capai

hal

ini,

ingin

ketika

mengikuti

1. Menambah

dan

gerakan PKK erat kaitannya dengan

PKK.

pengetahuan

pemerintah.

3. PKK

dan

di PKK menjadi seragam.

4. Pengurus

2. Adanya keikutsertaan di dalam PKK

keluarga.

3. Memupuk

masyarakat

dan

serta

untuk

PKK

adalah

motor

penggerak program PKK. Terkhusus

menunjang

bagi perempuan, posisinya dinyatakan

kesejahteraan

silaturahmi antar

bertugas

mitra

sehingga menjadikan setiap program

bagi pengurus, maupun kesehatan.

ketentraman

yang

sebagai

menyukseskan program pemerintah

pendidikan keluarga, administrasi PKK

dapat

dinyatakan

pemerintah

pengalaman tentang pengelolaan dan

diharapkan

Desa.

Penyantun di PKK. Hal ini menjadikan

Analisis dalam karakteristik I, antara lain

adalah:

Kepala

Kepala Desa) adalah sebagai Dewan

semacam

pengurus

atau

Sedangkan posisi suami (Lurah atau

sejumlah

menjadi

Lurah

sebagai

penggerak

utama

dalam

implementasi 10 program pokok PKK.

warga

5. Pengurus PKK dipilih oleh Ketua PKK

menambah

berdasarkan

6

pertimbangan

tertentu

sesuai kemampuan, dimana dalam

Mengingat

pentingnya

keberadaan

pemilihannya, pengurus yang dapat

komunikator

dalam

proses

masyarakat biasa.

komunikator

dalam

produksi

berasal dari perangkat kelurahan atau

pesan,

Lebih lanjut, pemahaman anggota PKK

dengan

1. Perempuan dan keluarga merupakan

laki-laki,

terutama

untuk

untuk

PKK RT dan RW.

2. Anjuran

untuk

10

Terkait

identitas
ini,

memproduksi pesan informasi, baik itu

berkaitan

dihasilkan.

seluruh

dengan

Terkait

pesan-pesan
hal

ini,

disampaikan
komunikan.

dengan

PKK

tersendiri

mengukuhkan

posisi

PKK

harus

pengetahuan,

yang

memadai,

memiliki

serta

guna

sebagai

komunikator.

Adanya

dalam proses produksi pesan.

Dengan demikian, sejumlah kategori

yang

yang dianalisis dalam proses produksi

yang

pesan guna mengetahui peran pengurus

posisi

PKK sebagai komunikator pesan, adalah:
1. Strategi penyampaian pesan

agar dapat

baik

peran

posisi

dalam penyusunan strategi serta logika

pesan

komunikator adalah aktor utama yang
bertugas mengelola pesan

atas,

kompetensi ini akan sangat diperlukan

sekaligus

pertanyaan

pengurus

mereka

sebagai cara menyusun dan menyandikan

menjawab

interaksi

mendukung peran dan tanggung jawab

pesan ini dijelaskan oleh Miller (2005: 105)

dihasilkan,

yang

kecakapan

di dalam PKK. Produksi

yang

dan

pengurus

memiliki

kemampuan,

kegiatan,

penyuluhan, maupun sosialisasi yang akan

informasi

di

guna

mereka sebagai komunikator. Dalam hal

komunikator pesan yang bertugas untuk

atas

serta

sekaligus sejumlah karakteristik sebagai

dan Kelurahan Jetis dijelaskan sebagai

persetujuan

sebagai

dipandang

Posisi pengurus PKK Kelurahan Kenep

sebuah

uraian

perempuan

tertentu

hubungan

antar individu.

sebagai Komunikator

dilaksanakan

menyesuaikan,

strategi

menghasilkan

Message Production: Pengurus PKK

arahan

mengelola,

beberapa

dan masyarakat.

program,

dimiliki.

oleh komunikator dapat didukung dengan

program pokok PKK di dalam keluarga

berupa

yang

bicaranya. Kemampuan mengelola pesan

kelompok

melaksanakan

pengetahuan

mengkoordinasi perilaku terhadap lawan

menjadi anggota PKK dibandingkan
pada

pesan

Komunikator juga memiliki kemampuan

sasaran utama PKK. Posisi perempuan
diwajibkan

posisi

luas, lengkap dengan tujuan yang sesuai

melalui analisis Me adalah:

lebih

sederhana,

dinyatakan memiliki pengetahuan yang

terhadap karakteristik identitas gender

diyakini

secara

produksi

Pengurus

kepada

pesan

kepada

PKK

informasi

anggota

menyampaikan

secara
PKK,

langsung

sekaligus

bertahap melalui sejumlah perantara,
7

salah satunya melalui Ibu RT dan Ibu

secara

dan

masyarakat, mengingat PKK adalah

RW selaku Ketua Kelompok PKK RT
RW.

Pesan

informasi

kondisi

juga

disampaikan sesuai dengan konteks
masyarakat

sehingga

program

situasi

yang

dengan

yang

ada

cukup

di

mampu

bersentuhan langsung dengan rakyat

dapat

yang

terimplementasi secara optimal sesuai
kondisi masyarakat

disesuaikan

dan

gerakan

pelaksanaan

diharapkan

awal

menjadi

sasarannya.

Namun,

adanya aliran informasi yang terjadi di

serta mampu

dalam

mengikat anggota agar tetap loyal

mengarah

PKK

justru

ke

top-down,

cenderung

dimana

dalam mengikuti PKK.

komunikasi berlangsung dari pihak

pesan yang digunakan sebagai strategi

PKK tingkat terendah dan masyarakat.

Lebih lanjut, adanya logika desain

atas yaitu PKK Pusat ke bawah

produksi pesan oleh pengurus PKK

Pemahaman

di

atas

kembali

mengarah pada logika desain pesan

menjelaskan PKK sebagai organisasi

informasi lebih fleksibel dan mampu

pemerintah.

retorika, dimana penyampaian pesan
menciptakan
dalam

proses

konteks

tertentu

komunikasi.

yang

di

yang

Logika

antara

lingkungan

berperan
mampu
dalam

yang

sebagai

berjalan
sesuatu

menciptakan

gerakan

PKK

agar

dasarnya,

akan

(communication

yang

sesuai

di

satu

dapat

individu

(Rogers,

dapat

1983:

ke

individu

17).

lainnya

Penggunaan

saluran komunikasi terbagi ke dalam
dua jenis, yakni saluran media massa

(mass media channels) seperti radio,

perencanaan

dengan

channel)

dimaknai ketika pesan diperoleh dari

TV,

program kegiatan PKK disusun secara
bottom-up

organisasional

Penggunaan saluran komunikasi

mereka masing-masing.
Pada

secara

3. Saluran komunikasi

dimaknai sesuai dengan perspektif
2. Alur penyampaian pesan

yang

mengarah pada pola top-down.

proses

konteks

sistem

menjadikan komunikasi di PKK lebih

menyampaikan pesan kepada anggota
komunikasi

struktur

dengan

inilah

para pengurus PKK memproduksi dan
masyarakat,

sifatnya

pelaksanaan program kegiatannya. Hal

sosial individu. Asumsinya, bagaimana

dan

independen,

dari

dengan

kepemerintahan, begitu pula dengan

sosial yang melingkupi dengan aspek

PKK

Terlepas

terikat

yang memungkinkan adanya kreasi
negosiasi

kaitannya

kepengurusan di PKK pada dasarnya

retorika adalah logika desain pesan
atau

erat

dan

koran;

serta

saluran

interpersonal (interpersonal channels)

Hasil

yang mengarah pada hubungan dan

Rakernas PKK Pusat Tahun 2010.

interaksi langsung (face to face) antara

Penyusunan program kegiatan PKK
8

dua atau lebih individu (Rogers, 1983:
18).

rupa

perilaku

pesan diidentifikasikan ke dalam dua
komunikasi,

sumber

pesan

terjadi pemengaruhan, baik itu terkait

digunakan dalam proses penyampaian
saluran

dengan

sehingga dalam prosesnya, dimungkinkan

Untuk saluran komunikasi yang

jenis

sesuai

atau

pandangan

tertentu

terhadap pesan yang diterima.

yakni

Miller (2005: 125-127) menyatakan

saluran komunikasi non-media dan

tiga

komunikasi non-media dapat berupa

kognitif, teori tindakan beralasan, dan

saluran komunikasi media. Saluran

PKK

dan

rapat.

dari

saluran komunikasi media, saluran

disandikan
kemudian

dalam

dipahami

penyampaian pesan lebih mengarah
keterbatasan

personal,

pengurus

anggota

dalam

PKK

dalam

disampaikan
seperangkat

pesan

pesan-pesan

dimana

lengkap

dengan

tipe

informasi

diterima

oleh

dapat

sasaran

diproses

pesan

dalam

tanda

sangat

dengan

informasi

yang

komunikasi

dan

sarana

yang

penting

dalam

bentuk

proses

komunikasi

secara

keseluruhan. Hall (1993: 101-103) lebih

dapat

jelas menempatkan posisi komunikan ini

diterima oleh para komunikan. Bagaimana
pesan

dan

bersifat pasti dan tetap ketika berkaitan

sebagai

tertentu

makna

demikian, proses pemaknaan cenderung

pemahaman

processing

ini

pengakuan atas pesan itu sendiri. Dengan

(2005: 124)

proses

message

Proses

menegaskan bahwa substansi di dalam

Mengenai proses penerimaan pesan di

mengenai

komunikan.

mampu

khusus serta terorganisasi. Konsep ini

Komunikan

adanya

sehingga

untuk

dipandang Hall (1980: 128-129) sebagai

Message Reception: Anggota PKK sebagai

menjelaskan

oleh

Adanya

pengurus.

komunikasi, Miller

komunikator,

diuraikan

pesan.

menerima materi yang disampaikan

dalam

oleh

komunikan sebagai bentuk pemahaman

pemahaman materi kegiatan PKK dan
keaktifan

persuasi

memungkinkan pemaknaan kembali oleh

yakni:

PKK

teori

yang muncul dalam pesan informasi akan

pesan.

aspek

sejumlah

encoding yang menjelaskan bahwa makna

digunakan dalam proses penyampaian

pada

adanya

perspektifnya mengenai prinsip decoding-

sms, serta layanan ponsel yang biasa

hambatan

proses

tersebut, Stuart Hall (1993) menyatakan

komunikasi ini berupa media telepon,

Adanya

dalam

teori penilaian sosial. Namun, bertolak

Sedangkan

4. Hambatan penyampaian pesan

persuasi

penerimaan pesan, yaitu: teori disonansi

forum komunikasi, seperti pertemuan
rutin

model

dalam kapasitas pesan media, terutama

dan

konteks

komunikasi,

penelitian

sebelumnya akan dirancang sedemikian

kultural

penerimaan
9

ini

media

bermaksud

pesan

TV.

Namun,

menjelaskan

dalam

konteks

komunikasi

langsung

di

PKK,

apakah

program kegiatan PKK. Forum-forum

dominant-hegemonic,

PKK Kelurahan, pengarahan khusus

kemudian para anggota PKK akan berada
dalam

posisi

ini, antara lain yaitu: pertemuan rutin

negotiatic, atau oppositional.

dari pengurus PKK, dan pertemuan

1. Posisi anggota PKK
dan

kelompok PKK RT. Terkait dengan

Pesan diterima secara langsung
bertahap

oleh

anggota

saluran komunikasi tersebut, muncul

PKK

kembali konsep opinion leader Ibu RT

melalui kegiatan ataupun program

dan Ibu RW, dimana posisinya adalah

penyampaian

pendapat dalam komunikasi.

PKK.

Serupa

dengan

konteks

pesan,

sebagai

pesan

selanjutnya diterima sesuai dengan

pemuka

atau

pemimpin

3. Hambatan dalam penerimaan pesan

pemahaman personal anggota PKK

Adanya

hambatan

komunikasi

sehingga mampu difollow up sebagai

dalam

anggota.

keaktifan SDM pengurus dan anggota

masukan

dan

feedback

dari

usulan

Dalam

hal

para

dari

ini,

para

adanya

anggota

PKK

mengarahkan posisi mereka sebagai

mengidentifikasikan
komunikan

posisi

memiliki

pada

konteks

PKK

dinyatakan

pesan

merujuk

personal,

dimana

kurang

maksimal.

pesan

informasi

Selain itu, pemahaman anggota PKK

komunikan dalam bentuk negotiatic.

Asumsinya,

penerimaan

dalam

ini

menerima

mengenai

bahwa

kegiatan

PKK

juga

dinyatakan sebagai salah satu bentuk

batasan

hambatan yang dapat mempengaruhi

pandangan sosial tertentu atas pesan

proses penerimaan pesan di PKK.

informasi yang diterimanya. Batasan

PKK, Identitas Gender, dan

inilah yang mengarahkan anggota PKK
ini untuk dapat memberikan filter atas

Pemberdayaan Perempuan

mereka baik dan bermanfaat, salah

menyebut gender sebagai identitas rasa

masukan di PKK.

Konsep ini dipahami berkenaan dengan

komunikasi

yang secara tidak langsung merigidkan

Santrock (2002) dalam Aulia (2014)

pesan informasi apa yang menurut
satunya dalam bentuk usulan dan

yang dimiliki laki-laki serta perempuan.

2. Alur penerimaan pesan dan saluran

peran gender sebagai sebuah ekspektasi

Alur penerimaan pesan di dalam

posisi laki-laki dan perempuan, terutama

PKK

berkaitan

dengan

saluran

dalam

informasi

berjalan

peran

berpikir,

bertindak,

komunikasi yang digunakan. Dalam

merasakan

melalui

saluran

non-

kembali mengarahkan identitas gender

tertentu

sebagai bentuk

sosialisasi

keyakinan dan sikap dalam memahami

hal

ini,

aliran

komunikasi

sesuatu.

gender

Berkaitan

ataupun

tersebut,

Aulia

dengan

(2014)

kepada bentuk stereotif gender sebagai

media, yaitu melalui beberapa forum

10

konsep

maskulinitas

dan

feminitas.

pembinaan

Dengan kata lain, bagaimana seseorang
meyakini

identitas

dan

melalui

karakteristik

istri

pemahaman

kurang

PKK mengindikasikan bahwa PKK muncul

bentuk

masyarakat.

terasa di dalam gerakan PKK, dimana
suami

kegiatan PKK, apakah selanjutnya program

secara

tidak

langsung

dipandang boleh untuk tidak terlalu

memberdayakan

bertanggung

perempuan seutuhnya, atau hanya sebatas
pemerintah.

oleh

tidak

konsep patriarki pada akhirnya masih

pemberdayaan yang diprogramkan melalui

muncul

yang

menjadi

Melalui pemahaman ini, boleh jadi

perempuan. Munculnya fungsi dan peran

yang

kesejahteraan

justru

dipermasalahkan

sosial keperempuanan pada diri seorang

pemberdayaan

dan

pemakluman

sebagai gerakan yang menjalankan fungsi

benar-benar

dan

membina

dalam keanggotaan PKK cenderung

pola komunikasi perempuan di gerakan

terkait

untuk

Adanya kuantitas laki-laki (suami)

Konstruksi identitas gender melalui

pada

baik

keluarga

yang diyakini.

merujuk

yang

pemberdayaan

tertentu sebagai dasar stereotif gender

tersebut

semakin

untuk dapat menjadi ibu sekaligus

bermain atas peran gender yang dimiliki,

sosial

justru

negara, dimana mereka dikonstruksi

akan merujuk pada cara individu terkait
menempatkan

PKK,

Perempuan

terkungkung dalam konsep ibuisme

gender yang melekat pada dirinya, hal ini

sekaligus

keluarga.

jawab

di

dalam

pengelolaan rumah tangga sehingga

dari

tidak wajib mengikuti PKK.

Mengenai lingkup keluarga, posisi

1. Menjalankan fungsi dan peran sosial

suami lebih dipercaya pada sejumlah

Menjalankan fungsi serta peran

aspek penafkahan. Sedangkan istri

keperempuanan melalui PKK

sektor publik yang berkaitan dengan

sosial keperempuanan melalui PKK

atau ibu, lebih disubordinasi pada

dapat merujuk pada konsepsi bahwa

ranah

perempuan diberi kesempatan dalam

dari

untuk berkembang dan lebih diakui
memunculkan

sosialnya,
upaya

sekaligus
dalam

yang

finansial di kehidupan keluarga. Inilah
yang

kemudian

dualisme

Namun demikian, hal ini tetap

seimbangnya

tidak melepaskan perempuan pada
di

kesempatan

lebih aktif dalam mengakses aspek

perempuan.

jawabnya

adanya

diberikan kepada perempuan untuk

mewujudkan kesetaraan gender bagi

tanggung

satunya

keluarga dan rumah tangga, terlepas

berupaya memungkinkan perempuan
peran

salah

bertanggung jawab dalam pengelolaan

akses ekonomi keluarga. Program PKK

melalui

domestik,

peran

memperlihatkan
serta

perlakuan

tidak

bagi

perempuan melalui dikotomi antara

dalam
11

sektor publik dan domestik dalam
kehidupan keluarga melalui PKK.

2. Bentuk

pemberdayaan

dimunculkan melalui PKK

menjelaskan

pemberdayaan

yang

bentuk

dalam

terhadap

proses

perempuan. Dengan kata lain, konsep ini
mengarah

sosok mandiri dan berpenghasilan di
menjadikan

muncul

untuk menyamaratakan porsi laki-laki dan

pengkonstruksian perempuan sebagai
Konteks

pendekatan

pembangunan atas sejumlah kebijakan

PKK secara sederhana merujuk pada

masyarakat.

yang

pemahaman

Adanya konsep pemberdayaan di

dalam

adanya

negara

ini

pada

proses

dengan

berlandaskan

kesetaraan gender.

pemberdayaan

pembangunan
pada

Gender and development lebih jelas

selanjutnya ditekankan pada aspek

dikenal

kesempatan bagi perempuan untuk

aspek kehidupan sosial, budaya, ekonomi,

ekonomi

guna

memberikan

menciptakan

identitas

ekonominya

secara

mandiri.

mempengaruhi
berperan

Pilihan

ini

perempuan

holistik,

dalam

mempertimbangkan

perspektif ini, adanya pembangunan guna

luas,

mewujudkan

keluarga

yang

baik

memerlukan adanya partisipasi laki-laki

ekonomi dalam rumah tangga (Devi,

dan perempuan secara seimbang.

2014: 91) sehingga secara positif,
memperoleh

dengan

pemberdayaan

gender (Hendarso, 2011: 8). Sesuai dengan

yakni sebagai pengambil keputusan

perempuan

konsep

hukum, dan politik berdasarkan relasi

akan

sosial secara lebih

sebagai

Thomas-Slayther, Esser, dan Shields

daya

(1993) dalam Jamal (2014: 3) memandang

dan pembangunan yang lebih terjamin

tersendiri bagi pembangunan. Gender dan

kekuatan dalam kapasitas ekonomi
(Devi, 2014: 99).
Adapun

bentuk

kesetaraan

pembangunan

pemberdayaan

pada

dalam

kemampuan bagi perempuan, baik

juga

juga dilatih untuk hidup berkoperasi

tidak

pembangunan

terlepas

negara.

dari

Mosse

melalui

beberapa

serta

pendidikan

bagi

mengarah

pada

konsep

gender

equality, dimana menurut Sharma (2014:
143-144), konsep ini

konsep

dapat dilakukan

melalui pemberdayaan perempuan dengan

pemberdayaan yang diusung PKK pada
akhirnya

Implementasi

perempuan. Lebih lanjut, pemikiran ini

keterampilan. Selain itu, perempuan

atas,

keluarga.

adalah

micro-financing

kemampuan terlatih dalam membuat

di

bersamaan

kegiatan, seperti: persamaan gender dalam

mendasar seperti memasak, ataupun

analisis

praktik

nyatanya

yang berkaitan dengan kemampuan

Terkait

secara

tantangan

sebagai dua pihak yang saling mendukung

pengembangan

melalui program UP2K PKK.

sebagai

mengakui peran laki-laki dan perempuan

yang dapat diperoleh melalui PKK
merujuk

gender

memberikan porsi haknya untuk merdeka,

upaya

bebas

(2004)
12

menggunakan

hak

asasi,

serta

secara seimbang dan potensial mampu
menjadi bagian dari masyarakat.
Pemberdayaan,

pembangunan,
posisi

gender,

ketiganya

perempuan

untuk

diri; b) proses transformasi yang merujuk
pada

dan

menempatkan

memerankan

peningkatan kemampuan intelektual dan
keterampilan
inisiatif

negara. Terkait hal ini, gerakan PKK boleh
salah

satu

usaha

pembangunan

adalah

secara

dan

masyarakat

dengan

bahwa

ukuran

berkaitan

keluarga

secara

menjadi

patokan

tidak

dalam

sosok

erat

secara

terjadi

akan

langsung

bersamaan
kewajiban

dan

melalui

sifat

keibuannya

77)

jawab

perilaku

penyadaran
sadar

dan

serta

ini

meski

penuh

terjadi,

keluarga

cukup memberatkan
pada

kenyataannya

yang

memang

harus

dalam

kaitannya

dengan

pemberdayaan, muncul penyadaran dan

upaya peningkatan kapasitas diri bagi

proses

para pengurus dan anggota PKK. Ini secara
tidak

pembentukan

peduli

dengan

Merujuk pada proses komunikasi yang

pemberdayaan dalam beberapa tahapan: a)
adanya

membina

dilakukan secara optimal.

konsep

mengidentifikasikan

disibukkan

secara

peran sosial ini sebagai bentuk tanggung

pemberdayaan, Ambar Teguh Sulistiyani
(2004:

bekerja,

dimana

mereka seolah nyaman dan menjadikan

sosial, dan budaya terhadap pembentukan
mengenai

untuk

perempuan,

harus bertanggung jawab secara fisik,

Masih

akan

dasarnya hal

(ibuisme), sosok perempuan dipandang

negara.

yang

peran,

melalui keikutsertaannya di PKK. Pada

perempuan turut menjadi bagian dari
negara,

dualisme

perempuan

diharuskan

tidak

yang

perekonomian keluarga. Namun demikian,

berperan dan bertanggung jawab di dalam
keluarga,

sosok

turut bertanggung jawab terhadap kondisi

menentukan

perempuan

sebagai

menjadikan

mengelola rumah tangga, di samping juga

kesejahteraan negara. Dengan demikian,
ketika

langsung

ibu dan istri yang baik untuk keluarga,

sebuah

langsung

perempuan

menciptakan peran perempuan sebagai

dengan pembangunan. Hal ini dipahami
kesejahteraan

bagi

bertanggung jawab di dalam keluarga,

sasaran utama PKK. Keluarga sebagai unit
di

tidak

perempuan

menempatkan konteks keluarga sebagai
terkecil

inovatif

sikap

adanya karakteristik identitas gender PKK

Aspek lain yang mengarahkan posisi
pemberdayaan

dan

membentuk

Menilik pada sejumlah kegiatan PKK,

memfasilitasi arah pemikiran tersebut.
terhadap

guna

untuk mencapai kemandirian.

perpanjangan pemerintah yang mampu

PKK

serta

perempuan dalam pembangunan; dan c)

dalam berkontribusi pada pembangunan
merupakan

kecakapan,

keterampilan dalam mendukung peran

peran sosialnya di masyarakat, terutama

jadi

pengetahuan,

langsung

termanifestasi

melalui

sosialisasi nilai-nilai gender yang turut

guna

disampaikan melalui pesan komunikasi.

menjalankan upaya peningkatan kapasitas

Munculnya
13

perubahan

yang

memungkinkan

adanya

pengetahuan,

peningkatan

kecakapan,

Pemahaman

terkait

pada

akhirnya

serta

kembali mengingatkan keberadaan PKK

PKK, selanjutnya dapat terimplementasi

sesuai arahan pemerintah serta mengacu

keterampilan setiap pengurus dan anggota

sebagai gerakan nasional yang bekerja

melalui keikutsertaan mereka di dalam
kegiatan

PKK

sehingga

secara

mengarahkan

bentuk

pada

bermaksud

pemberdayaan

dengan

kegiatan di PKK. Muncul pemakluman
dalam

peran sosial perempuan dalam proses
Meningkatkan

keterampilan

intelektualitas

bagi

perempuan

yang

inovatif.

mengukuhkan

dan

adalah

Kreativitas

pemberdayaan dari negara, dan belum
mengarah pada pemberdayaan masyarakat
dan perempuan seutuhnya.

dan

pengurus

SIMPULAN DAN SARAN

mana

Sejumlah

implementasi dapat dilakukan oleh para
anggota

PKK

perempuan

gerakan PKK hanya terhenti pada bentuk

mampu memberdayakan perempuan atau
sejauh

subordinasi

bentuk pemberdayaan perempuan melalui

yang dijalankan oleh PKK benar-benar
melalui

jawab

itu sendiri. Inilah yang menempatkan

diuji guna menunjukkan apakah program

Tentu

tanggung

yang seolah tidak terasa bagi perempuan

perempuan melalui gerakan PKK akan

tidak.

menjalankan

terhadap pengelolaan keluarga sehingga

tahapan pemberdayaan guna mewujudkan
perempuan

pemerintah.

masih melandasi pelaksanaan program

mengoptimalkan

pembangunan negara.

bentukan

Alhasil, kentara ketika budaya patriarki

keseluruhan, program-program kegiatan
PKK

program

kesimpulan

yang

dapat

dijabarkan dalam penelitian ini, adalah:

terhadap

1. Pemahaman

program kegiatan PKK di dalam kehidupan

karakteristik

identitas

keluarga guna mencapai kemandirian.

gender gerakan PKK dinyatakan lebih

lain mengenai dikotomi konsep publik dan

dibandingkan

menonjol

Namun demikian, muncul kontradiksi

pada

perspektif

Me

identitas

yang

dengan

I.

privat di dalam PKK, dimana pemisahan

Dalam

cenderung

mengarah pada sejumlah manfaat dan

ini

memperlihatkan
berada

dibandingkan

di

bahwa

wilayah

perempuan

yang

analisisnya,

perspektif

laki-laki

dikonstruksi melalui analisis I lebih

diberi

sisi positif keikutsertaan perempuan

publik,

tanggung jawab dalam wilayah domestik

di

PKK,

Sebaliknya,

analisis

menguatnya atribut gender yang melekat

gender PKK dipahami sebagai bentuk

bahwa

apa

atas urusan rumah tangga. Lebih lanjut,

menjelaskan

pada diri seorang perempuan melalui PKK,

tanggung jawab serta ketaatan atas

menyandang sebuah status atas posisi

pengurus dan anggota PKK

perempuan

masih

terbiasa

yang

karakteristik

Me

harus

identitas

dipenuhi

oleh

2. Penyampaian pesan oleh pengurus

suami dan bukan hasil dari pencapaiannya

PKK sebagai komunikator secara garis

secara mandiri.

14

besar

dilakukan

dengan

strategi

semakin

desain pesan retorika, dimana pesan
guna

menyesuaikan

budaya

patriarki yang menempatkan posisi

disampaikan secara fleksibel sesuai
kondisi

mengukuhkan

perempuan dalam lingkup domestik.

arah

Sejumlah saran dapat disampaikan

tujuan komunikasi sehingga mampu

penulis untuk perbaikan bagi penelitian

dalam

dalam kajian yang serupa, lebih luas agar

menciptakan

proses

lanjut,

konteks

tertentu

komunikasi.

terlepas

di

ini. Pertama, adanya penelitian kembali

Lebih

dari

sistem

terjadi

justru

dapat dianalisis dengan kajian teori yang

perencanaan secara bottom-up, adanya
aliran

pesan

mengarah

yang

pada

mengingat

pemerintah

PKK

sistem

top-down,

sehingga

setiap

merupakan

lebih

3. Pesan

dalam

diterima

oleh

posisi

negotiatic,

identitas gender yang muncul di PKK.

Saran kedua, diharapkan penelitian

mengenai PKK dapat lebih dikembangkan

PKK

dengan

dimana

sifat fenomena yang kasuistik, diharapkan
lebih lanjut penelitian ini dapat dilakukan

komunikasi yang digunakan. Program
kondisi

disampaikan

masyarakat,

melalui

pada

sesuai

lalu

saluran

pemerintah

diyakini

pemberdayaan

yang

menjadi

muncul

dalam

terlepas

dari

ibuisme

kesempatan

aplikasi

mitra

agen

hal

ini

program

Optimalisasi

atas

kegiatan

serta

PKK

guna

pengurus

PKK

untuk

menerapkan konteks komunikasi sosial
agar proses penyaluran informasi dapat
berlangsung

negara,

masyarakat.

yang

secara

Selain

lebih

itu,

efektif

bagi

diharapkan

penelitian ini dapat memberikan deskripsi
bagi masyarakat untuk memaknai upaya

diri perempuan di dalam keluarga.
demikian,

hasil

mencapai pemberdayaan yang maksimal.

diberikan negara terhadap aktualisasi
Namun

adanya

pembelajaran dalam penyusunan

cenderung terkungkung

konsep

berbeda

menjadikan hasil penelitian ini sebagai

dasar bentukan negara. Fungsi sosial
perempuan

memungkinkan

yang

Ketiga, bagi penggiat PKK agar dapat

4. Kaitan dengan bentuk pemberdayaan
sebagai

penelitian

yang lebih relevan dan bervariasi.

forum komunikasi.

PKK

lokasi

sehingga

komunikasi non-media dalam bentuk

perempuan,

didukung

pemberdayaan yang dibahas. Mengingat

alurnya, ini berkenaan dengan saluran

dengan

multilevel,

sebagai penguat analisis dalam konsep

masing anggota PKK. Terkait dengan

direncanakan

analisis

strategi penelitian serta data kuantitatif

dengan pemahaman personal masing-

dan

dan

tingkat kekritisan terhadap pembentukan

penerimaan pesan akan disesuaikan

disusun

feminisme

diakui belum merujuk sepenuhnya pada

mitra

anggota

seperti:

hegemoni. Mengingat hasil penelitian ini

pelaksaaan program harus mengacu
pada arahan PKK Pusat.

kritis,

pemberdayaan secara lebih kritis dan

justru

terbuka demi kesejahteraan keluarga.
15

Studies Reader. London and New
York: Routledge.
Miller, Katherine. 2005. Communication
Theories: Perspectives, Processes, and
Contexts 2nd Edition. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Millie, Kimberly dan Patty-Jo Bellamy.
2014.
The
Business
Women s
Association
of
Uzbekistan:
A
Qualitative Study of The Emergence
and Potential Influence of Women s
Leadership in Central Asia . Journal
of Eastern European and Central
Asian Research, Vol. 1, No. 1. The
Institute of Eastern Europe and
Central Asia. http://ieeca.org/wpcontent/uploads/2013/04/JEECARJournal-Vol1-No1-Website
.pdf#page=91.
Diakses
tanggal
13/10/2014.
Mosse, Julia Cleves. 2004. Gender dan
Pembangunan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar dan Rifka Annisa Women s
Crisis Center.
Mulyana, Dedi. 2013. Metodologi Penelitian
Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi
Kualitatif. Yogyakarta: LKis.
Rogers, Everett M. 1983.
Diffusion of
Innovations Third Edition. New
York: The Free Press.
Sharma, Anju. 2014. Realizing Gender
Responsive Governance and Gender
Equality
Representatives
in
Democratic Society: A Concrete
Situation of Women Empowerment
and
Participation
in
Politics .
International Journal of Information
and Futuristic Research, Vol. 2.
http://www.ijifr.com/pdfsave/29-092014990V2-E1-041.pdf.
Diakses
tanggal 13/10/2014.
Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan
dan Model-model Pemberdayaan.
Yogyakarta: Gava Media.
Suryakusuma, Julia. 2011. Ibuisme Negara:
Konstruksi Sosial Keperempuanan
Orde Baru. Jakarta: Komunitas
Bambu.
Sutopo, H. B. 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
Tim Penggerak PKK Pusat. 2010. Hasil
Rapat Kerja Nasional VII PKK Tahun

REFERENSI

Abdullah, Irwan. 1997. Sangkan Paran
Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Aulia, Frita (2014). Studi Deskriptif Help
Seeking Behavior Pada Remaja yang
Pernah Mengalami Parental Abuse
Ditinjau dari Tahap Perkembangan
(Masa Awal Anak-anak
Masa
Remaja) dan Identitas Gender .
Calyptra, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, Vol. 3 No. 1.
Creswell, John W. 2007. Qualitative Inquiry
and Research Design 2nd Edition:
Choosing Among Five Approach.
California: Sage Publication, Inc.
Devi, S. Kavitha. 2014. Micro Finance and
Women
Empowerment .
Global
Journal of Multidiciplinary Studies,
Vol.
3.
http://gjms.co.in/index.php/gjms/ar
ticle/view /161/174. Diakses tanggal
13/10/2014.
Hall, Stuart. 1980. Encoding/Decoding.
Culture, Media, Language: Working
Papers in Cultural Studies, 1972-79.
London:
Hutchinson.
https://www.google.com/url?sa
=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd
=8&cad=rja&uact=8&ved=0CE0QFjAH
&url=http%3A%2F%2Fwww.rlwclarke.
net%2Fcourses%2FLITS3304%2F20082009%2F06BHallEncodingDecoding.p
df&ei=W2HxVJTiEo3luQTDyIGIDw&u
sg=AFQjCNEt8lT7DYOsPT_qEt5iacPth
_s8aQ&bvm=bv.87269000,d.c2E.
Diakses tanggal 28/2/2015.
Jamal, Aamir. 2014. NGOs, Participatory
Development and Construction of
Identities: Involving Men in Gender
and Development (GAD) Programs in
South Asia . World Journal of Social
Science,
Vol.
1
No.
2.
http://www.sciedu.ca/journal/index.
php/wjss/article/view/4466/2557.
Diakses tanggal 13/10/2014.
Kelan, Elisabeth K. 2008.
Discursive
Theories of Gender. Encyclopedia of
Gender
and
Society.
SAGE
Publications. 11 September 2009.
.
. 1993.
Encoding, Decoding .
Simon During (ed.). The Cultural
16

2010. Jakarta: Tim Penggerak PKK
Pusat.
Wood, Julia T. 2000. Communication
Theories in Action 2nd Edition. USA:
Wadsworth
Thomson
Learning.

17

18