ekonomi teknik 001

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Investasi pada dasarnya merupakan usaha menanamkan faktor-faktor produksi langka dalam proyek tertentu. Investasi merupakan suatu keputusan mengeluarkan atau mengalokasikan dana pada saat sekarang di sektor riil maupun sektor financial assets ( financial market ) dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau penghasilan atau laba yang lebih besar dimasa yang akan datang. Investasi adalah aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber – sumber dana yang dipakai untuk mengadakan barang modal pada saat sekarang dan dengan barang modal itu akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. Investasi adalah kegiatan yang memanfaatkan pengeluaran kas pada saat sekarang untuk mengadakan barang modal guna menghasilkan penerimaan yang lebih besar di masa yang akan datang untuk waktu dua tahun atau lebih

ARTI PENTINGNYA INVESTASI

Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang panjang. Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan di waktu yang akan datang, Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi jumlah yang besar. Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran modal tersebut akan mempunyai akibat panjang dan berat.

Untuk menilai kelayakan suatu proyek, atau membuat peringkat (rangking) beberapa proyek yang harus dipilih, dapat digunakan beberapa kriteria.Dalam bagian berikut dibahas empat cara yang paling banyak digunakan, yaitu :

1. Net Present Value (NPV) 2. Internal Rate of Return (IRR) 3. Benefit Cost Ratio (BC Ratio) 4. Payback period

5. Break Event Point

Ke-lima cara tersebut dapat digunakan tersendiri secara terpisah atau bersama-sama.


(2)

2. Rumusan masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Net Present Value (NPV),Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BC Ratio), Payback period, Break Event Point ?

3. Batasan Masalah

Makalah ini membahas hanya pada pengertian pengertian dan maksud dari Net Present Value (NPV),Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BC Ratio), Payback period, Break Event Point


(3)

BAB II PEMBAHASAN

1. Net Present Value (NPV)

NPV adalah selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang relevan.

Dimana:

NB = Net benefit = Benefit – Cost C = Biaya investasi + Biaya operasi B = Benefit yang telah didiskon C = Cost yang telah didiskon i = diskon faktor

n = tahun (waktu) Kriteria:

NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan

NPV < 0 ( nol) → usaha/proyek ) /p y tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam keadaan BEP dimana

TR=TC dalam bentuk present value.

Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biayaoperasi, dan pemeliharaan serta perkiraan benefit dari proyek yang direncanakan.

Contoh :

Jika di masa yang akan datang kita akan punya saldo sebesar 1,1 juta hasil berinvestasi selama satu tahun dengan bunga 10%, maka uang kita saat ini adalah sebesar: PV = CF / (1 + r)n


(4)

PV = 1.100.000 / (1 + 0,1)1

PV = Rp. 1.000.000

2. Internal Rate of Return (IRR)

Tingkat kembali internal (internal rate of return) didefinisikan sebagai tingkat bunga riil yang terjadi karena adanya serangkaian aliran kas masuk terhadap pengeluaran awal investasi. Dengan kata lain, tingkat kembali internal adalah tingkat bunga yang akan menyebabkan nilai sekarang bersih (NPV) sama dengan 0 (nol) sebab jika NPV sama dengan nol, maka nilai sekarang aliran kas masuk akan sama dengan nilai sekarang pengeluaran awal investasi. Pada metode tingkat kembali investasi ini; dengan adanya serangkaian aliran kas masuk dan pengeluaran investasi awal akan diketahui tingkat bunga riilnya.

Keputusan mengenai diterima atau ditolaknya proyek investasi tergantung kepada berapa tingkat bunga yang diinginkan. Jika terdapat berbagai proyek eksklusif satu sama lain maka yang akan diterima adalah proyek investasi yang mempunyai tingkat bunga yang tertinggi. Biasanya tingkat kembali investasi (IRR) diperbandingan dengan beban modal (BM = cost of capital), yang dipilih. Sehingga suatu proyek investasi diterima manakala IRR> SOCC, akan ditolak manakala IRR < SOCC. Rumus yang digunakan sama dengan NPV , bedanya dalam metode tingkat kembali investai. (IRR), nilai i (bunga) tidak diketahui dan harus dicari. Nilai IRR ini dapat diperkirakan dengan formula sebagai berikutDimana :

IRR = Internal Rate of Return

NPV1 = nilai sekarang bersih pada discount rate i1

NPV2 = nilai sekarang bersih pada discount rate i2

i1 = discount rate percobaan pertama

i2 = discount rate percobaan kedua

Jika dalam investasi proyek dilakukan dengan jalan pemilihan salah satu atau beberapa alternatif proyek, maka yang dipilih adalah proyek yang menghasilkan IRR yang terbesar.


(5)

Cara menghitung usulan investasi dengan metode IRR, dilakukan dengan trial and error atas discount rate yang mendekati nilai IRR, yaitu i1 dan i2, kemudian dengan i1 dan i2 tersebut

digunakan untuk menghitung NPV1 dan NPV2 sedapat mungkin selisih antara i1 dan i2 antar 1

sampai 5%, karena jika terlalu besar akan menghasilkan deviasi IRR perhitungan dengan IRR yang sebenarnya semakin besar.

3. Benefit - Cost Analysis (CBA) a. Pengertian Benefit - Cost Analysis

Benefit - Cost Analysis merupakan metode yang umum digunakan pada proses evaluasi manajemen. Tidak menutup kemungkinan juga analisis ini digunakan dalam tahap perencanaan. Analisis ini digunakan untuk menilai beberapa alternatif sumberdaya maupun program yang memiliki manfaat lebih besar atau lebih baik dari alternative lainnya.

Analisis manfaat-biaya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek. Dalam perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program atau proyek. Dalam analisis cost-benefit perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah bidang investaasi. Sesuai dengan makna tekstualnya yaitu cost-benefit (manfaat-biaya), maka analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat keuntungan atau kerugian suatu program atau suatu rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan dicapai.

Pengertian Benefit - Cost Analysis menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

a) Menurut Siegel dan Shimp (1994), Benefit - Cost Analysis merupakan cara untuk menemukan alasan dalam menentukan biaya pengambilan alternatif dari pengukuran hasil yang menguntungkan dari alternatif tersebut. Analisis ini telah dipakai secara luas dalam hubungannya dengan proyek pengeluaran modal.


(6)

b) Menurut Schniedrjans, et al. (2004), Benefit - Cost Analysis adalah suatu teknik utuk menganalis biaya dan manfaat yang melibatkan estimasi dan mengevaluasi dari manfaat yang terkait dengan alternative tindakan yang akan dilakukan.

c) Menurut Keen (2011), Benefit - Cost Analysis merupakan analisis bisnis untuk memberikan gambaran kenapa harus memilih atau tidak memilih spesifikasi dari suatu investasi.

Jadi, Benefit - Cost Analysis (CBA) adalah suatu proses sistematis yang digunakan untuk menghitung serta membandingkan biaya dan manfaat dari sutu proyek, keputusan maupun kebijakan pemerintah. Benefit - Cost Analysis (CBA) mengukur biaya dan manfaat dengan menggunakan beberapa ukuran moneter dan berguna untuk memilih alternatif terbaik atau mengevaluasi alternatif dan intervensi yang sudah diterapkan.

b. Tujuan Benefit - Cost Analysis (CBA)

Menurut Emira (2012), tujuan dari metode Benefit - Cost Analysis yaitu menentukan apakah merupakan suatu investasi yang baik. Benefit - Cost Analysis juga bertujuan untuk memberikan dasar untuk membandingkan suatu proyek. Termasuk membandingkan biaya total yang diharapkan dari setiap pilihan dengan total keuntungan yang diharapkan, untuk mengetahui apakah keutungan melampaui biaya serta berapa banyak.

Menurut Doerachman, (2012), Benefit - Cost Analysis digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek. Analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari pelakasanaan program. Perhitungan manfaat dan biaya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Benefit - Cost Analysis juga digunakan untuk mengetahui seberapa baik atau seberapa buruk tindakan yang direncanakan akan berubah. Analisis ini sering digunakan oleh pemerintah dan organisasi lainnya, seperti perusahaan swasta, untuk mengevaluasi kelayakan dari kebijakan yang diberikan.

c. Penerapan Benefit - Cost Analysis (CBA)

Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam upaya mengembangkan bisnisnya.terkait dengan hal ini maka manfaat dan biaya dalam pengembangan investasi


(7)

biaya didasarkan pada rasio tingkat keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata lain penekanan yang digunakan adalah rasio finansial atau keuangan.

Analisis ini merupakan suatu analisis yang dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh terhadap suatu kelayakan proyek yang mencakup analisis aspek pemasaran, analisis aspek keuangan, aspek teknis, dan analisis dampak lingkungan.

d. Manfaat Benefit - Cost Analysis (CBA)

Manfaat Benefit - Cost Analysis (CBA) yaitu memasukkan keuntungan dan biaya sosial. Juga sebagai dasar yang kuat guna mempengaruhi keputusan legislatif atau sumber dana dan menyakinkan untuk menginvestasikan dana dalam berbagai proyek.

a) kelebihan

1. Dapat dibandingkan

yang dimaksud dengan dapat dibandingkan adalah dengan menggunakan Benefit -Cost Analysis kita dapat ngembil suatu kebijakan dengan memilih alternative terbaik dari pilihan yang ada, yang didalam pemilihan alternative terbaik tersebut dilakukan dengan membandingkan life-cycle’s benefit dengan biaya yang dikeluarkan.

2. Dapat mengukur efesiensi ekonomi (ketika satu pilihan dapat meningkatkan efisiensi, pilihan tersebut harus diambil)

3. Mengakibatkan bertambahnya hasil, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif 4. Mengakibatkan penghematan pengeluaran biaya, karena produksi besar-besaran

dengan menggunakan mesin misalnya sehingga jumlah barang yang rusak dapat dikurangi dan tenaga dapat dihemat.

5. Meningkatkan penghasilan rakyat setempat

6. Pendapatan meningkat akan mengakibatkan meningkatnya konsumsi dibidang lainnya.

7. Perbaikan lingkungan. b) Kelemahan

1. Perhitungan ekonomi untuk public good dengan menggunakan Benefit - Cost Analysis sulit untuk dilakukan.

2. Tidak dapat mengukur aspek multi dimensional seperti keberlangsungan, etika, partisipasi publik dalam pembuatan keputusan dan nilai-nilai sosial yang lain.

3. Benefit - Cost Analysis juga lebih berfungsi memberikan informasi kepada pengambil keputusan, tetapi tidak dengan sendirinya membuat keputusan.

4. Fokus pada efisiensi sehingga sering melupakan equity. Keduanya adalah dua kriteria yang berdiri sendiri dalam ekonomi kesejahteraan.


(8)

5. Efisiensi tergantung oleh beberapa pandangan, seperti pemerintah, masyarakat, generasi muda, tua, muda, pria atau bahkan wanita.

e. Hirarki untuk Penerapan Analisis Benefit - Cost Analysis (BCA) atau Benefit - Cost Analysis (BCA)

Gambar 1. Hirarki Penilaian Kelayakan Proyek Investasi

Sumber : Joesron, Tati S (2001).

Dalam gambar 1 tersebut, analisa aspek pemasaran merupakan kunci utama dalam menentukan kelayakan suatu proyek. Pemahaman terhadap pasar menurut Kottler diawali dengan identifikasi produk yang akan dipasarkan dan seberapa besar produk ini dibutuhkan oleh konsumen. Salah satu persyaratan suatu objek yang layak adalah keharusan dalam memiliki prospek penguasaan pangsa pasar yang baik. Namun tidak cukup hanya itu, peting juga untuk menganalisis, kesinambungan performansi penguasaan pasar dimasa depan. Hal ini harus dipersiapkan dalam penyusunan business plan dan road map proyek.

Analisis kedua yang harus dipersiapkan adalah analisis finansial. Dalam analisis ini dilakukan pengukuran kelayakan suatu proyek secara finansial dimulai dari estimasi biaya dan pendapatan yang dihasilkan dari proyek tersebut.

Estimasi biaya menurut Petty J.W.(1996), mencakup: 1. Estimasi biaya investasi awal


(9)

Estimasi ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang pasti mengenai keseluruhan biaya yang dibutuhkan. Keseluruhan biaya ini meliputi perolehan izin usaha, biaya peralatan, biaya instalasi, biaya engineering, biaya pelatihan, biaya pembelian tanah dan biaya lain yang dikeluarkan pada awal investasi dilakukan.

2. Estimasi biaya operasional

Terdapat tiga macam biaya operasional. Pertama biaya langsung, yaitu segala biaya yang mempunyai keterkaitan langsung dengan proses produksi mencakup biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Kedua, biaya tidak langsung, yaitu biaya yang tidak terkait langsung dengan prose produksi. Biaya ini mencakup biaya bahan tak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung dan berbagai biaya tak langsung lainnya. Ketiga biaya komersial. Biaya komersial adalah biaya yang mencakup biaya pemasaran dan biaya administrasi.

3. Estimasi pendapatan

Biaya pendapatan dapat diestimasi dengan menggunakan proyeksi pendapatan yang akan diperoleh per tahun. Estimasi per tahun dilakukan untuk mempermudah perhitungan sehingga estimasi yang dilakukan cenderung lebih tepat perlu dicatat bahwa estimasi pendapatan ini dilakukan berdasarkan cash flow yaitu aliran kas yang akan dihasilkan oleh suatu proyek. Dasar evaluasi adalah mengggunakan cash flow dan bukan menggunakan pendapatan.

Terdapat dua indikator finansial yang umum digunakan untuk menilai sehat atau tidaknya suatuproyek secara finansial. Indikator-indikator ini juga biasa digunakan dalam perhitungan analisis benefit cost (analisis benefit cost ratio).

f. Tahapan Penetapan Benefit - Cost Analysis BCA

Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum menganalisia Benefit - Cost Analysis (BCA) :

1. Jenis proyek

Dalam meningkatkan pendapatan daerahnya berbagai macam proyek pengembangan usaha unggulan dicanangkan oleh pemerintah daerah. Proyek pengembangan daerah tersebut dapat berbagai macam jenis dan bidang yang berbeda. Jenis proyek sangat menentukan dalam


(10)

penentuan variabel-variabel yang akan digunakan dalam perhitungan Benefit - Cost Analysis (BCA). Variabel yang digunakan dalam proyek yang menghasilkan keuntungan atau pendapatan daerah cenderung berbeda dengan variabel yang digunakan dalam proyek untuk mendukung perekonomian masyarakat.

2. Estimasi biaya proyek

Terdapat dua macam biaya proyek yang dimasukkan dalam perhitungan.

a. biaya keseluruhan proyek (project cost) dalam hal ini adalah biaya keuangan atau financial Biaya ini meliputi biaya tetap (fixed cost, biaya variabel (variabel cost), pajak (taxes), pengembalian pinjaman (loan repayment), biaya bunga (interest). Terkait dengan perhitungan biaya proyek, untuk mempermudah perhitungan maka sunken cost tidak dimasukkan dalam perhitungan project cost. Sunken cost adalah biaya yang telah dikeluarkan untuk proyek yang bersangkutan sebelum dilakukannya analisis Benefit - Cost Analysis (BCA).

b. biaya ekonomi dalam masyarakat (economic cost to the community).Jenis biaya yang kedua tersebut cenderung sulit untuk dilakukan karena memasukkan keseluruhan variabel yang mempengaruhi masyarakat akibat dari hadirnya (dilakukannya) proyek tersebut di wilayah yang bersangkutan.

Untuk kriteria pengambilan keputusan untuk alternatif tunggal adalah dengan cara melihat nilai dari B/C apakah besar dari sama dengan satu atau kecil dari satu.

-Jika B/C ≥ 1 , maka alternatif investasi atau proyek layak (feasible), diterima -Jika B/C < 1 , maka alternatif investasi atau proyek tidak layak (not feasible) Contoh alternatif tunggal :


(11)

Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membeli peralatan baru seharga Rp.35.000.000. Dengan peralatan baru itu bisa dilakukan penghematan sebesar Rp.500.000 per tahun selama 5 tahun. Pada akhir tahun ke 5 peralatan itu memiliki nilai jual sebesar 40.000.000. apabila tingkat pengembalian 9% per tahun. Apakah pembelian peralatan baru tersebut menguntungkan?

Penyelesaian :

Dengan menggunakan pendekatan present worth maka semua biaya dan benefit ditarik ke present

B/C= (500.000 (P/A,9%,5)+40.000.000 (P/F,9 %,5))/35.000.000 B/C= (500.000 (3,88966)+40.000.000 (0,64993))/35.000.000 B/C= 0,79

karena kurang dari 1 maka investasi pembelian peralatan baru tidak layak atau tidak menguntungkan.

4. Payback Period Analysis

Metode Analisis payback period bertujuan untuk mengetahui seberapa lama investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi pulang pokok (break even-point).

Cara Analisis payback period: dengan menghitung waktu yang diperlukan pada saat “total arus kas masuk” sama dengan “total arus kas keluar”. Analisis tsb dapat dilakukan:

o mengabaikan time value of money (i=0%)

o memperhitungkan time value of money (discounted payback analysis) Mengabaikan time value of money


(12)

di mana:

P = investasi awal

NCF = Net Cash Flow (pendapatan – pengeluaran) np = lamanya periode pengembalian

Memperhitungkan time value of money

P = { NCF1 (P/F,i,1) + NCF2 (P/F,i,2) + NCF3 (P/F,i,3) + ………. NCFnp(P/F,i,np) }


(13)

(14)

Contoh-2

Bandingkan 3 arus kas berikut menggunakan analysis payback period dengan memperhitungkan

tingkat suku bunga 9% per tahun.


(15)

5. Break Even point atau BEP

Break Even point atau BEP adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit. BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur, diantara manfaat BEP adalah

1. alat perencanaan untuk hasilkan laba

2. Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.


(16)

4 Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti Setelah kita mengetahui betapa manfaatnya BEP dalam usaha yang kita rintis, kompenen yang berperan disini yaitu biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkannya atau menentukan suatu biaya itu biaya variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh kita untuk produksi ataupun tidak, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi jadi kalau tidak produksi maka tidak ada biaya ini Salah satu kelemahan dari BEP yang lain adalah Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya mereka menciptakan banyak

produk jadi sangat sulit dan ada satu asumsi lagi

yaitu Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini demikian pun sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya. Bagaimana cara menghitungnya? Dalam menyusun perhitungan BEP, kita perlu menentukan dulu 3 elemen dari rumus BEP yaitu :

1. Fixed Cost (Biaya tetap) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menyewa tempat usaha, perabotan, komputer dll. Biaya ini adalah biaya yang tetap kita harus keluarkan walaupun kita hanya menjual 1 unit atau 2 unit, 5 unit, 100 unit atau tidak menjual sama sekali

2. Variable cost (biaya variable) yaitu biaya yang timbul dari setiap unit penjualan contohnya setiap 1 unit terjual, kita perlu membayar komisi salesman, biaya antar, biaya kantong plastic, biaya nota penjualan

3. Harga penjualan yaitu harga yang kita tentukan dijual kepada pembeli Adapun rumus untuk menghitung Break Even Point ada 2 yaitu :


(17)

: Total Fixed Cost Harga jual per unit dikurangi variable cost Contoh :

Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,- Variable cost Rp.5,000 / unit Harga jual Rp. 10,000 / unit

Maka BEP per unitnya adalah Rp.200,000

__________ = 40 units 10,000 – 5,000

Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan

2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :

Total Fixed Cost

__________________________________ x Harga jual / unit Harga jual per unit dikurangi variable cost

Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah

Rp.200,000

__________ x Rp.10,000 =

Rp.400,000,-10,000 – 5,000

ANALISIS BREAK EVEN POINT


(18)

_ Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan akurat dan bersifat sepanjang rentang yang relevan

_ Biaya dapat dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variable

_ Efisiensi dan produktivitas tidak berubah

_ Harga jual tidak berubah

_ Biaya- biaya tidak berubah

_ Bauran penjualan akan konstan

_ Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persediaan awal dan persediaan akhir

Pendekatan dalam mengitung BEP

_ Pendekatan Persamaan

_ Pendekatan Marjin Kontribusi

_ Pendekatan Grafik

Pendekatan persamaan

_ Y=cx – bx – a

_ Y = laba

_ c = harga jual per unit


(19)

_ b = biaya variabel satuan

_ a =biaya tetap total

_ cx = hasil penjualan

_ bx = biaya variabel total

_ X(BEP dalam unit) = a/(c-b)

_ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 – b/c)

Biaya Tetap Vs Biaya Variabel Dalam hubungannya dengan volume produksi :

(1)Biaya Variabel Karakteristik :

_ biaya berubah total sebanding perubahan tingkat aktivitas

_ Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (biaya satuan konstan) Contoh dalam perusahan furniture

_ Biaya perlengkapan

_ Biaya bahan bakar

_ Biaya sumber tenaga

_ Biaya perkakas kecil

_ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban


(20)

Dalam hubungannya dengan volume produksi :

(2)Biaya Tetap Karakteristik :

_ Totalitas tidak berubah terhadap perubahan tingkat aktivitas

_ Biaya satuan berbanding terbalik terhadap perubahan volume kegiatan Contoh dalam perusahan furniture

_ Biaya penyusutan

_ Gaji eksekutif

_ Pajak bumi dan bangunan

_ Amortisasi paten

_ Biaya penerimaan barang

_ Biaya komunikasi

_ Upah lembur

Dengan metoda

1. Pendekatan Persamaan

2. Pendekatan Marjin Kontribusi

3. Pendekatan Grafik Pendekatan Margin Kontribusi


(21)

_ Mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel per unit guna menghitung margin kontribusi per unit. Pada Kasus CV. Donut Kotak Harga Jual per unit Rp. 5.000 Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000 Margin kontribusi Rp. 2.000 BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit) BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit

_ BEP (rupiah)

Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi

_ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 %

_ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 %

_ Margin kontribusi Rp. 2.000,- 40 %

Ratio margin kontribusi = 0,40

BEP (rupiah)= (Biaya tetap Total : Rasio Margin kontribusi)

= Rp. 7.500.000/0,40


(22)

(1)

: Total Fixed Cost Harga jual per unit dikurangi variable cost Contoh :

Fixed Cost suatu toko lampu : Rp.200,000,- Variable cost Rp.5,000 / unit Harga jual Rp. 10,000 / unit

Maka BEP per unitnya adalah Rp.200,000

__________ = 40 units 10,000 – 5,000

Artinya perusahaan perlu menjual 40 unit lampu agar terjadi break even point. Pada pejualan unit ke 41, maka took itu mulai memperoleh keuntungan

2. Rumus BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :

Total Fixed Cost

__________________________________ x Harga jual / unit Harga jual per unit dikurangi variable cost

Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus diterima agar terjadi BEP adalah

Rp.200,000

__________ x Rp.10,000 =

Rp.400,000,-10,000 – 5,000

ANALISIS BREAK EVEN POINT


(2)

_ Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan akurat dan bersifat sepanjang rentang yang relevan

_ Biaya dapat dipisahkan antara biaya tetap dan biaya variable

_ Efisiensi dan produktivitas tidak berubah

_ Harga jual tidak berubah

_ Biaya- biaya tidak berubah

_ Bauran penjualan akan konstan

_ Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persediaan awal dan persediaan akhir

Pendekatan dalam mengitung BEP

_ Pendekatan Persamaan

_ Pendekatan Marjin Kontribusi

_ Pendekatan Grafik

Pendekatan persamaan

_ Y=cx – bx – a

_ Y = laba

_ c = harga jual per unit


(3)

_ b = biaya variabel satuan

_ a =biaya tetap total

_ cx = hasil penjualan

_ bx = biaya variabel total

_ X(BEP dalam unit) = a/(c-b)

_ CX(BEP dalam unit) = ac/(c-b) = a/(1 – b/c)

Biaya Tetap Vs Biaya Variabel Dalam hubungannya dengan volume produksi :

(1)Biaya Variabel Karakteristik :

_ biaya berubah total sebanding perubahan tingkat aktivitas

_ Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan (biaya satuan konstan) Contoh dalam perusahan furniture

_ Biaya perlengkapan

_ Biaya bahan bakar

_ Biaya sumber tenaga

_ Biaya perkakas kecil

_ Asuransi aktiva tetap dan kewajiban


(4)

Dalam hubungannya dengan volume produksi :

(2)Biaya Tetap Karakteristik :

_ Totalitas tidak berubah terhadap perubahan tingkat aktivitas

_ Biaya satuan berbanding terbalik terhadap perubahan volume kegiatan Contoh dalam perusahan furniture

_ Biaya penyusutan

_ Gaji eksekutif

_ Pajak bumi dan bangunan

_ Amortisasi paten

_ Biaya penerimaan barang

_ Biaya komunikasi

_ Upah lembur

Dengan metoda

1. Pendekatan Persamaan

2. Pendekatan Marjin Kontribusi

3. Pendekatan Grafik Pendekatan Margin Kontribusi


(5)

_ Mengurangkan harga jual per unit dengan biaya variabel per unit guna menghitung margin kontribusi per unit. Pada Kasus CV. Donut Kotak Harga Jual per unit Rp. 5.000 Biaya variabel Per Unit Rp. 3.000 Margin kontribusi Rp. 2.000 BEP(unit) = (Biaya tetap Total : Margin kontribusi per unit) BEP(unit) = 7.500.000/2.000 = 3.750 unit

_ BEP (rupiah)

Terlebih dahulu harus dihitung Rasio Margin Kontribusi

_ Harga penjualan per unit Rp. 5.000,- 100 %

_ Biaya Variabel per unit Rp. 3.000,- 60 %

_ Margin kontribusi Rp. 2.000,- 40 %

Ratio margin kontribusi = 0,40

BEP (rupiah)= (Biaya tetap Total : Rasio Margin kontribusi)

= Rp. 7.500.000/0,40


(6)