Profil Darah, Performa Dan Kualitas Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (Kb) Pada Kepadatan Kandang Berbeda

PROFIL DARAH, PERFORMA DAN KUALITAS DAGING AYAM
PERSILANGAN KAMPUNG BROILER (KB) PADA
KEPADATAN KANDANG BERBEDA

ANDI TENRI BAU ASTUTI MAHMUD

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Profil Darah, Performa
dan Kualitas Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan
Kandang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor,

Agustus 2016

Andi Tenri Bau Astuti Mahmud
NIM D151140321

RINGKASAN
ANDI TENRI BAU ASTUTI MAHMUD. Profil Darah, Performa dan Kualitas
Daging Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan Kandang
Berbeda. Dibimbing oleh RUDI AFNAN, DAMIANA RITA EKASTUTI dan
IRMA ISNAFIA ARIEF.

Produksi daging ayam kampung di Indonesia masih tergolong rendah
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Penyebab
rendahnya tingkat produksi daging ayam kampung karena pertumbuhan ayam
kampung yang sangat lambat. Perbaikan mutu genetik ayam kampung dapat
ditingkatkan melalui persilangan ayam kampung dengan ayam broiler parent

stock yang diharapkan dapat meningkatkan produksi daging dan tekstur daging
yang empuk dengan sistem ketahanan terhadap lingkungan suhu yang tinggi.
Selain faktor genetik dan pakan, manajemen perkandangan mempunyai peranan
yang besar dalam menentukan performa ayam dan keuntungan. Salah satu hal
penting dalam pengelolaan kandang adalah menentukan tingkat kepadatan yang
tepat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepadatan terhadap THI
(temperatur humidity index), profil darah, performa dan kualitas daging pada
ayam persilangan kampung broiler (KB). Sebanyak 90 DOC (day old chick) ayam
hasil persilangan kampung broiler dipelihara di dalam petak kandang yang
berukuran 1 x 1 m2. Tiap petak diisi 8, 10 dan 12 ekor ayam yang dipelihara
selama 12 minggu. Ayam diberikan pakan ayam pedaging komersial.
Pengambilan data performa dimulai pada umur DOC sampai 12 minggu.
Sebanyak 30% ayam diambil secara acak pada minggu ke-10 dari setiap petak
kandang untuk pengujian profil darah. Sebanyak 30% ayam diambil secara acak
pada minggu ke-12 untuk dilakukan pemotongan kemudian dilakukan pengujian
kualitas daging.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan tingkat kepadatan kandang ayam
KB tidak berpengaruh nyata terhadap THI, profil darah (eritrosit, leukosit,
hemoglobin, hematokrit, diferensiasi leukosit, Rasio H-L dan glukosa), performa

(konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot badan, konversi pakan dan
mortalitas) dan kualitas daging (kimia, fisik dan organoleptik). Kesimpulan
penelitian ini yaitu pertumbuhan ayam KB yang optimal dicapai pada umur 9
minggu dan kadar kolesterol ayam KB lebih rendah dibandingkan ayam broiler
dan ayam kampung.
Kata kunci : Ayam KB, profil darah, kepadatan, kualitas daging, performa.

SUMMARY
ANDI TENRI BAU ASTUTI MAHMUD. Blood Profile, Performance and Meat
Quality of Crossed Kampung Broiler Chicken in Different Stocking Density.
Dibimbing oleh RUDI AFNAN, DAMIANA RITA EKASTUTI dan IRMA
ISNAFIA ARIEF.

Kampung chicken production in Indonesia is low so that it could not meet
the national market demand. It caused by the slow growth of Kampung chicken.
Genetic quality of Kampung chicken can be developed by crossing the Kampung
chicken with Broiler chicken and it might increase the productivity, meat quality
and adaptability to extreme environment. Caged system is other factor besides
genetics and feed that can give big effect on Kampung chicken productivity and
also determine the profit. One important factor in caged management is stocking

density.
Research objective is to analyze the effect of stocking density on THI, blood
profile, productivity and meat quality in crossbred of Kampung Broiler chicken
(KB). Ninety DOC’s of crossed Kampung Broiler chicken were maintained in 3
caged that has same size of 1x1 m2. Each cage had 8, 10, and 12 chickens
respectively and it was maintained for 12 week and feeding used commercial feed.
Productivity parameter was recorded since DOC to 12 week. As much as 30%
chicken was taken randomly and used as samples to analyze the blood profile in
10 weeks old and 30% chicken also was taken randomly and used as samples to
analyze the meat quality in 12 weeks old.
Result showed that the stocking density did not affect THI, blood profile
(erythrocyte, leukocyte, hemoglobin, hematocrit, leukocyte differentiation, ratio
H-L and glucose), productivity (feed consumption, water consumption, body
weight, feed coversion and mortality) and meat quality (chemical, physical and
sensory) of KB chicken. In conclusion, the optimal growth of KB chicken was in
9 weeks old and cholesterol level of KB chicken was lower than both parents.
Key words : Density, hematology, KB chicken, meat quality, performance.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PROFIL DARAH, PERFORMA DAN KUALITAS DAGING AYAM
PERSILANGAN KAMPUNG BROILER (KB) PADA
KEPADATAN KANDANG BERBEDA

ANDI TENRI BAU ASTUTI MAHMUD

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Niken Ulupi, MS

Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan Kandang Berbeda

NIM

Pembimbing

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 ini ialah
kepadatan kandang, dengan judul Profil Darah, Performa dan Kualitas Daging
Ayam Persilangan Kampung Broiler (KB) pada Kepadatan Kandang yang
Berbeda.

Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada
Bapak Dr Rudi Afnan, SPtMScAgr, Ibu Dr drh Damiana Rita E, MS dan Ibu Dr
Irma Isnafia Arief, SPtMSi selaku pembimbing yang telah membimbing,
memberikan pengarahan dan dorongan semangat yang sangat berarti mulai dari
penyusunan proposal sampai penulisan tesis. Penulis juga menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Ibu Dr Ir Niken Ulupi, MS selaku penguji ujian tesis atas
saran dan masukannya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr Ir Salundik, MSi
selaku Ketua Program Studi ITP beserta jajarannya Ibu Ade Sulastri dan Ibu Okta
atas pelayanan prima selama studi.
Terima kasih kepada kedua orang tua (ayah H Ir Andi Mahmud T, MMA
dan ibu Hj Dra Jumiaty S), adik (Andi Fitri Rahmadhany S.STP dan Andi Masyta
Putri), sahabat dan keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dorongan,
motivasi dan pengertiannya selama ini. Kepada teman-teman mahasiswa
pascasarjana ITP 2014 angkatan 51 terima kasih atas segenap bantuan dan
kerjasamanya selama kuliah dan seluruh pihak yang telah memberikan doa dan
dukungannya, penulis ucapkan terima kasih.
Semoga karya ilmiah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi
pembaca dan menambah khasanah keilmuan.


Bogor,

Agustus 2016

Andi Tenri Bau Astuti Mahmud

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
2
2
2
2

2 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Bahan dan Peralatan
Prosedur Penelitian
Peubah yang Diamati
Prosedur Pengambilan Data
Rancangan Percobaan

4

4
4
5
6
6
11

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
THI (temperature humidity index)
Profil Darah
Diferensiasi Leukosit
Performa Ayam KB
Kualitas Kimia Daging
Kualitas Fisik Daging
Organoleptik Mutu Hedonik dan Hedonik

12
12
12
13

14
17
18
19

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

20
20
20

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

24

DAFTAR TABEL
1 Nilai THI (temperature humidity index) ayam KB pada kepadatan
kandang berbeda.
2 Nilai rata-rata profil darah ayam KB pada kepadatan kandang berbeda.
3 Nilai rata-rata diferensiasi leukosit ayam KB pada kepadatan kandang
berbeda.
4 Nilai rata-rata performa ayam KB pada kepadatan kandang berbeda
5 Nilai rata-rata kualitas kimia daging ayam KB pada kepadatan kandang
berbeda.
6 Nilai rata-rata kualitas fisik daging ayam KB pada kepadatan kandang
berbeda.
7 Nilai rata-rata organoleptik mutu hedonik dan hedonik ayam KB
pada kepadatan kandang

12
12
13
14
17
18
19

DAFTAR GAMBAR
1 Gambaran umum penelitian
2 Gambar ayam kampung, broiler dan hasil silangan
3 Pertambahan bobot badan (PBB) ayam jantan dan betina pada
kepadatan kandang berbeda
4 Bobot badan (BB) ayam jantan dan betina pada kepadatan kandang
berbeda
5 Konversi Pakan (FCR) ayam KB pada kepadatan kandang berbeda

3
5
15
16
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis sidik ragam profil darah ayam KB pada kepadatan
kandang berbeda
2 Hasil analisis sidik ragam diferensiasi leukosit ayam KB pada
kepadatan kandang berbeda
3 Hasil analisis sidik ragam performa ayam KB pada kepadatan kandang
berbeda
4 Hasil analisis sidik ragam kualitas kimia daging ayam KB pada
kepadatan kandang berbeda
5 Hasil analisis sidik ragam kualitas fisik daging ayam KB pada
kepadatan kandang berbeda

24
25
26
27
28

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Unggas merupakan ternak yang umum dipelihara masyarakat karena waktu
pemeliharaan yang singkat. Salah satu produk utama unggas berupa daging.
Permintaan daging unggas selalu meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan
permintaan daging pada tahun 2012-2013 dari 2 658 123 ton menjadi 2 880 340
ton atau meningkat sebesar 8.36% (BPS 2014). Sebanyak 67.03% permintaan
daging Indonesia pada tahun 2013 dipenuhi dari daging unggas yang terdiri atas
ayam ras pedaging 52%, ayam lokal 11.10%, ayam ras petelur 2.68% dan itik
1.26% (BPS 2014). Berdasarkan data tersebut, daging unggas memberikan
kontribusi yang besar dalam memenuhi kebutuhan daging nasional.
Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia berasal dari ayam hutan
merah (Gallus-gallus) yang telah didomestikasi dan memiliki keunggulan cita
rasa daging yang khas, dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar, lebih tahan
terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan dengan ayam broiler. Menurut Aman
(2011), konsumsi ayam kampung di Indonesia meningkat pada tahun 2001-2005
sebesar 4.5% (1.49 juta ton) dan tahun 2005-2009 meningkat menjadi 1.52 juta
ton. Produksi daging ayam kampung di Indonesia masih tergolong rendah
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Penyebab
rendahnya tingkat produksi daging ayam kampung karena pertumbuhan ayam
kampung yang sangat lambat. Keunggulan ayam broiler yaitu tumbuh dengan
cepat dan dipanen dalam waktu yang singkat. Keunggulan genetik yang dimiliki
ayam broiler dan pemberian ransum yang baik mampu menampilkan performa
produksi yang maksimal dibandingkan dengan ayam kampung.
Perbaikan mutu genetik ayam kampung dapat ditingkatkan melalui
persilangan ayam kampung dengan ayam broiler parent stock yang diharapkan
dapat meningkatkan produksi daging dan tekstur daging yang empuk dengan
sistem ketahanan terhadap lingkungan suhu yang tinggi. Persilangan yang
dilakukan Daryono et al. (2010) antara ayam pelung dengan ayam broiler parent
stock menghasilkan anakan yang memiliki pertumbuhan yang cukup baik. Hasil
persilangan memiliki rata-rata bobot badan pada umur 7 minggu sebesar 1200
gram. Daging ayam persilangan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan
ayam broiler (Daryono et al. 2012).
Selain faktor genetik dan pakan, manajemen perkandangan mempunyai
peranan yang besar dalam menentukan performa ayam dan keuntungan. Salah satu
hal penting dalam pengelolaan kandang adalah menentukan tingkat kepadatan
yang tepat. Bell dan Weaver (2002) menyatakan meningkatnya kepadatan
kandang akan menyebabkan berkurangnya konsumsi pakan, menurunkan
pertumbuhan bobot badan, meningkatkan mortalitas, meningkatkan amoniak,
menurunkan ketersediaan oksigen dan dapat mengalami stres. Namun demikian,
belum terdapat informasi mengenai tingkat kepadatan yang optimum untuk
pemeliharaan ayam kampung broiler (KB).

2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepadatan terhadap THI,
profil darah, performa dan kualitas daging pada ayam persilangan kampung
broiler (KB).

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tingkat kepadatan
paling optimal berdasarkan THI, profil darah, performa dan kualitas daging,
sehingga digunakan sebagai dasar dalam perbaikan aspek manajemen
pemeliharaan.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tahap awal adalah menyilangkan ayam kampung dan ayam
broiler parent stock dengan ratio 1:6 (jantan:betina). Pengumpulan telur dilakukan
setiap hari pada pagi dan sore hari. Telur disimpan pada ruangan tertutup dengan
suhu 20 oC-25 oC selama ±5 hari. Proses penetasan telur ayam kampung broiler
(KB) dilakukan dalam 2 tahap dengan menggunakan mesin tetas semi otomatis
selama ±21 hari.
Pengelompokan ayam KB berdasarkan kepadatan kandang yang terbagi atas
kepadatan rendah (8 ekor pen-1), kepadatan sedang (10 ekor pen-1) dan kepadatan
tinggi (12 ekor pen-1). Pemeliharaan ayam KB dilakukan di dalam kandang
selama 12 minggu. Kandang terdiri dari 9 petak berukuran 1x1 m2 masing-masing
petak berisi satuan percobaan dengan kepadatan 8, 10 dan 12 ekor m-2. Pemberian
pakan dan air minum dilakukan secara ad libitum setiap hari. Pengukuran THI
(temperature humidity index) dan performa ayam KB (konsumsi pakan, konsumsi
air minum, bobot badan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan
mortalitas) selama 12 minggu pemeliharaan.
Tahap akhir melakukan analisis profil darah meliputi jumlah eritrosit,
jumlah leukosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, diferensiasi leukosit, rasio
heterofil-limfosit dan kadar glukosa. Kualitas kimia daging meliputi kadar air,
kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat dan kualitas fisik daging
ayam yang diamati meliputi derajat keasaman (pH), daya ikat air (DIA),
keempukan (tenderness), susut masak (cooking loss), water activity (aw) serta uji
kolesterol daging dan uji organoleptik. Gambaran umum penelitan dapat dilihat
pada Gambar 1.

3

Persilangan
Kampung x Broiler

Pengumpulan Telur
ayam KB ±180 butir

Penetasan
Telur KB ±21 hari

Populasi dalam kandang (ukuran 1x1 m2 pen-1)
8

10

12

8

10

12

8

10

12

Mikroklimat
THI (Temperature Humidity Index)

Profil darah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Kualitas Daging

Performa Produksi

Jumlah Eritrosit
Jumlah Leukosit
Kadar Hemoglobin
Nilai Hematokrit
Diferensiasi Leukosit
Rasio H-L
Kadar Glukosa

a.
b.
c.
d.

Konsumsi Pakan
Konsumsi Air Minum
Bobot Badan (BB)
Pertambahan Bobot
Badan (PBB)
e. Konversi Pakan
f. Mortalitas

1.
2.
3.
4.

Gambar 1. Gambaran umum penelitian

Kualitas Kimia
Kualitas Fisik
Kolesterol
Uji Organoleptik

4

2 MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai Desember 2015
melalui pengamatan lapangan dan laboratorium. Lokasi penelitian adalah
Laboratorium Lapang Unit Unggas Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor. Uji profil darah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas
Kedokteran Hewan IPB. Uji glukosa darah dilaksanakan di Laboratorium
Fisiologi Nutrisi dan Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan IPB.
Uji kualitas kimia daging dilaksanakan di Laboratorium LPPM (Lembaga
Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat) Pusat Antar Universitas IPB. Uji
Kolesterol daging dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Balai Besar Industri
Agro (BBIA). Uji kualitas fisik daging dilaksanakan di Laboratorium Ruminansia
Besar Departemen IPTP Fakultas Peternakan IPB dan uji organoleptik
dilaksanakan di Laboratorium Organoleptik IPTP Fakultas Peternakan IPB.

Bahan dan Peralatan
Bahan
Bahan yang digunakan untuk penetasan dan pemeliharaan yaitu ayam
kampung broiler (ayam KB), formalin, KMnO4, pakan komersial BR 11, air
minum, sekam padi, vitamin, antibiotik, vaksin, desinfektan, bambu dan koran.
Bahan yang digunakan untuk analisis yaitu darah dan daging ayam
kampung broiler (KB), kapas, disposable syringe, alkohol 70%, spoit, tissu,
aquadest, larutan giemsa, larutan pengencer (BCB 0.3%), larutan H3Bo3, metanol,
NaOH, selenium, H2SO4, HCL 0.1 N dan kertas saring.

Alat
Alat yang digunakan untuk penetasan dan pemeliharaan yaitu mesin tetas,
termometer basah kering, exhaust fan, timbangan digital, tabung vacutainer,
tempat pakan, tempat minum, kandang pemeliharaan, chick guard, feedtray dan
lampu pijar.
Alat yang digunakan untuk analisis yaitu mikroskop, pH meter, aw meter,
spektrofotometer, inkubator, timbangan neraca, oven, microcapillary hematokrit
reader, eksikator, labu erlenmeyer, labu Kjeldahl, labu Soxhlet, cawan porselain,
warner-blatzer shear force, gas chromatography dan tanur.

5
Prosedur Penelitian
Ayam Persilangan
Ayam KB merupakan ayam hasil persilangan ayam kampung jantan dengan
ayam ras pedaging parent stock betina. Persilangan menunjukkan hasil lebih baik
dibandingkan dengan ayam kampung dan ayam ras pedaging (broiler).

a

b

c

Gambar 2 Ayam kampung (a), ayam ras pedaging/broiler (b) ayam kampung
broiler (KB) yang digunakan pada penelitian (c)
Sebanyak 90 DOC ayam silangan kampung broiler secara unsexed
dimasukkan ke dalam kandang tertutup. Kandang yang digunakan sebanyak 3 unit
dengan kepadatan kandang yang berbeda-beda. Tiap kandang terdapat 3 petak
(pen) yang berukuran 1 X 1 m2. Tiap petak masing-masing diisi 8, 10 dan 12 ekor
ayam hasil persilangan kampung broiler. Ayam diberikan pakan ayam pedaging
komersial. Pengambilan data THI dimulai pada minggu ke-3 dan performa
dimulai pada umur DOC sampai 12 minggu.
Masing-masing sebanyak 30% ayam diambil secara acak pada minggu
ke-10 dari setiap petak kandang kemudian dilakukan pengujian profil darah.
Darah diambil melalui vena brachialis di bagian sayap ayam dengan
menggunakan disposable syringe. Sampel darah kemudian dipindahkan ke dalam
tabung vakum berantikoagulan Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA) untuk
dianalisis. Parameter yang diukur pada profil darah yaitu jumlah eritrosit, jumlah
leukosit, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, diferensiasi leukosit, rasio heterofillimfosit dan kadar glukosa. Sebanyak 30% ayam diambil pada minggu ke-12 dari
setiap petak kandang untuk pemotongan. Sampel daging diambil dari bagian paha
untuk pengujian kualitas kimia daging (kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar
karbohidrat, kadar lemak dan kadar kolesterol daging), kualitas fisik daging (pH,
daya ikat air (DIA), keempukan, susut masak dan water activity), dan uji
organoleptik mutu hedonik dan hedonik : penampilan umum, warna, tekstur,
aroma dan rasa.

6
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah :
1. THI (temperature humidity index)
2. Profil darah meliputi jumlah eritrosit, jumlah leukosit, kadar hemoglobin, nilai
hematokrit, diferensiasi leukosit, rasio heterofil-limfosit dan kadar glukosa.
3. Performa ayam pedaging meliputi konsumsi pakan, konsumsi air minum, bobot
badan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas.
4. Kualitas daging terdiri dari kualitas kimia daging meliputi kadar air, kadar abu,
kadar protein, kadar karbohidrat, kadar lemak dan kadar kolesterol. Kualitas
fisik daging meliputi uji derajat keasaman (pH), daya ikat air (DIA),
keempukan (tenderness), susut masak (cooking loss) dan water activity (aw).
Uji organoleptik meliputi penampilan umum, warna, tekstur, aroma dan rasa.

Prosedur Pengambilan Data
THI (Temperature Humidity Index)
Suhu basah dan suhu kering (THI) diukur menggunakan termometer basah
kering. Pemasangan termometer basah kering berada 50 cm dari lantai kandang.
Data diambil 3 kali dalam sehari yaitu pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB dan 17.00
WIB. Rumus menghitung THI (temperature humidity index) (Tao and Xin 2003)
adalah sebagai berikut:
THI = 0.85 Tdb + 0.15 Twb
Keterangan :
THI = temperature humidity index (oC)
Tdb = dry-buld termperature (oC)
Twb = wet-buld temperature (oC)

Performa Produksi
a. Konsumsi pakan (g) dilakukan melalui penimbangan jumlah pakan yang
diberikan dikurangi jumlah pakan yang sisa pada hari tersebut.
b. Konsumsi air minum dilakukan melalui pengukuran jumlah air minum yang
diberikan dikurangi jumlah air minum yang tersisa pada hari tersebut.
c. Pertambahan bobot badan (PBB) dilakukan melalui penimbangan setiap
minggu dan dihitung menggunakan rumus :
PBB = BBt – BBo
Keterangan :
PBB
BBt
BBo

= Pertambahan bobot badan (g)
= Bobot badan akhir (g)
= Bobot badan awal (g)

7
d. Konversi pakan diukur dari jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian
dibagi dengan pertambahan bobot badan yang diperoleh selama penelitian.
e. Mortalitas dihitung berdasarkan jumlah ayam yang mati selama penelitian.

Profil Darah
a.

b.

c.

d.

e.

f.
g.

Jumlah Eritrosit (Sikar et al. 1984). Darah dicampur dengan larutan
pengencer (BCB 0.3%). Penghitungan banyaknya butir darah mm-3
menggunakan hemocytometer Neubauer (kamar hitung) di bawah mikroskop.
Jumlah Leukosit (Sikar et al. 1984). Darah dicampur dengan larutan
pengencer (BCB 0.3%). Penghitungan banyaknya butir darah mm-3
menggunakan hemocytometer Neubauer (kamar hitung) di bawah mikroskop.
Kadar Hemoglobin (Sastradipradja et al. 1989). Kadar hemoglobin dihitung
menggunakan metode Sahli. Perhitungan kadar hemoglobin dilakukan dengan
membaca tinggi permukaan cairan pada tabung Sahli dengan melihat skala
g % yang berarti banyaknya hemoglobin dalam gram 100 ml-1 darah.
Nilai Hematokrit (Sastradipradja et al. 1989). Nilai hematokrit ditentukan
dengan metode mikrohematokrit. Nilai hematokrit ditentukan dengan
mengukur % volume eritrosit (lapisan merah) dari darah dengan
menggunakan alat baca mikrohematokrit (microcapillary hematokrit reader).
Diferensiasi Leukosit. Preparat ulas dibuat, dikeringkan, kemudian difiksasi
dengan metanol selama 5 menit dan diwarnai dengan Giemsa selama 30
menit. Penghitungan dilakukan dalam seratus sel leukosit menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 1000x meliputi sel heterofil, basofil, eosinofil,
limfosit dan monosit. Hasil yang diperoleh dinyatakan dalam persentase
masing-masing jenis leukosit.
Rasio Heterofil-Limfosit didapat dari perbandingan persentase heterofil
dengan limfosit.
Kadar Glukosa (Barham dan Trinder 1972) dilakukan menggunakan metode
GOD-PAP yang diukur dengan spektrofotometer. Kadar glukosa darah
diperoleh dengan membandingkan nilai absorbansi sampel dengan absorbansi
standar kemudian dikalikan 100 mg dL-1 :
As
x 100 mg dL-1

Kg =
Ast
Keterangan :

Kg = kadar glukosa darah/cairan amnion (mg dL-1)
As = absorbansi sampel
Ast = absorbansi standar

8
Kualitas Daging
1. Kualitas Kimia Daging
Kadar air (AOAC 2005). Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dalam cawan.
Sampel dimasukkan ke oven suhu 105 °C selama 8 jam kemudian didinginkan
dalam eksikator dan ditimbang. Kadar air dihitung dalam rumus

Kadar abu (AOAC 2005). Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dalam
cawan porselen. Sampel dibakar atau diabukan dalam tanur suhu 600 °C selama 2
jam atau sampai tidak berasap. Sampel kemudian ditimbang setelah didinginkan
dalam eksikator. Kadar abu dihitung dalam rumus
s
Kadar protein (AOAC 2005). Sampel ditimbang sebanyak 0.25 g dan
dimasukkan dalam labu Kjeldahl 100 mL. Sampel ditambahkan 0.25 g selenium
dan 3 mL H2SO4 kemudian dilakukan destruksi selama 1 jam sampai larutan
jernih. Setelah dingin, larutan ditambahkan 50 mL air destilat dan 20 mL NaOH
40% kemudian didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam Erlenmeyer yang
berisi campuran 10 mL larutan H3Bo3 dan dua tetes Brom Cresol Green-Methyl
Red berwarna merah muda. Setelah volume destilat menjadi 10 mL dan berwarna
kebiruan, destilasi dihentikan. Destilat kemudian dititrasi dengan HCl 0.1 N
sampai berubah warna menjadi merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan pada
blanko. Kadar protein dihitung dengan rumus
Kadar protein = 6.25 × % nitrogen, dengan persentase nitrogen dapat
dihitung dengan rumus

Keterangan:
S
W
B
N

: Volume titran sampel (mL)
: Bobot sampel kering (g)
: Volume titran blanko (mL)
: Normalitas

Kadar lemak (AOAC 2005). Sampel ditimbang sebanyak 2 g dan disebar
di atas kapas yang beralaskan kertas saring. Kertas saring digulung hingga
membentuk thimble dan dimasukkan ke dalam labu Soxhlet. Sampel diekstraksi
selama enam jam dengan pelarut heksan 150 mL. Lemak yang terekstrak
dikeringkan dalam oven suhu 100 °C selama satu jam. Kadar lemak dihitung
dengan rumus

9
s
s
Kadar karbohidrat (AOAC 2005). Kadar karbohidrat dihitung dengan
pengurangan hasil analisis proksimat lainnya yaitu kadar air, kadar abu, kadar
protein dan kadar lemak.
2. Uji Kolesterol Daging
Kadar kolesterol daging diukur dengan metode AOAC (2005) dengan
disaponifikasi pada suhu yang tinggi. Fraksi kolesterol yang tidak tersaponifikasi
diekstraksi dengan toluene. Setelah itu, dilakukan derivatisasi ke dalam
trimethylsilyl (TMS) kemudian dihitung dengan gas chromatography. Analisis gas
chromatography ditempatkan dengan cara memasukkan 1 mL volume derivatisasi
ke dalam gas chromatography. Penentuan arah kolesterol tertinggi menggunakan
pengukuran tinggi lebar atau digital integrator. Pengukuran dilakukan selama
16-18 menit. Area kolesterol teringgi dibagi dengan standar area kolesterol
tertinggi internal untuk mendapatkan rasio respon standar. Respon standar
diplotkan dengan 4 standar tertinggi (0.01-0.20 mg mL-1) terhadap konsentrasi
kolesterol. Hasil derivatisasi diukur dengan rumus :
g sampel mL-1 derivatisasi = (W1/V1) x (V2/V3)
Keterangan :
W1 = Berat sampel (g)
V1 = Volume toluene (100 mL) yang digunakan dalam ekstraksi
V2 = Aliquot dan ekstrak (25 mL)
V3 = Volume DMF yang digunakan untuk melarutkan residu
Setelah didapatkan banyaknya g sampel mL-1 derivatisasi, kadar kolesterol
dihitung dengan rumus :
s
s

(
s

s
s
s

)

s
s s

3. Kualitas Fisik Daging
Daging ayam KB yang digunakan pada penelitian ini dilakukan
penyimpanan dalam freezer selama 7 hari sebelum dilakukan pengujian.
Nilai pH (AOAC 2005). Nilai pH diukur dengan pH meter (Hanna
Instruments USA) yang dikalibrasi pada pH 7 dan 4. Setelah kalibrasi selesai,
dibilas dengan aquadest dan dikeringkan dengan tissu. Pisau pH meter ditusukkan
ke dalam sampel hingga ujung tertutupi sampel dan nilai pH terbaca setelah
simbol pada layar hilang.

10
Daya ikat air (Soeparno 2005). Sebanyak 0.3 gram sampel ditekan dengan
beban 35 kg. Setelah lima menit, daerah yang tertutup sampel daging dan luas
daerah basah di sekitarnya ditandai dan diukur. Daerah basah merupakan luas
lingkaran luar dikurangi luas lingkaran dalam diukur dengan planimeter dan
diperoleh nilai mgH2O. Daya ikat air dihitung berdasarkan persentase antara area
basah dari area total.
s
Nilai aw (Salejda et al. 2014). Nilai aw (water activity) diukur menggunakan
aw meter (Novasiana, Switzerland). Sampel dihaluskan terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengujian. Prosedur pengukuran nilai aw dilakukan sesuai dengan
prosedur.
Susut masak (Soeparno 2005). Sampel seberat 10 gram dibersihkan dari
jaringan ikat dan lemak kemudian direbus pada suhu 80 oC selama 60 menit
kemudian didinginkan pada suhu ruang selama 30 menit. Sampel daging dilap
dengan tissu untuk menyerap air pada permukaan daging dan selanjutnya sampel
ditimbang.
Keempukan/tenderness (Bowker et al. 2014). Sampel daging paha
dibentuk persegi empat dan arah serabut otot yang jelas. Daging dimasukkan ke
dalam air mendidih hingga termometer menunjukkan angka 80 oC. Sampel
dibentuk dengan correr mengikuti arah serat daging. Potongan daging diukur
dengan alat Warner-Blatzer Shear Force untuk menentukan nilai daya putusnya
yang dinyatakan dengan satuan kg cm-3.
4. Uji Organoleptik
Uji Organoleptik dilakukan dengan mutu hedonik dan hedonik menurut
Arief et al. (2014) dengan jumlah panelis mahasiswa Fakultas Peternakan S1 yang
sudah mendapatkan mata kuliah uji organoleptik dan mahasiswa S2 sebanyak 30
orang. Masing-masing panelis mendapat sampel daging dari semua perlakuan dan
satu lembar kuesioner. Peubah yang diamati adalah penampilan umum, warna,
tekstur, aroma dan rasa.
Penilaian organoleptik untuk uji hedonik adalah (1) tidak suka, (2) agak
suka, (3) suka, (4) sangat suka dan (5) amat sangat suka. Penilaian organoleptik
untuk uji mutu hedonik terdiri dari parameter penampakan umum, warna, tekstur,
aroma dan rasa. Penilaian penampilan umum adalah (1) tidak utuh dan sangat
tidak menarik, (2) utuh dan tidak menarik, (3) utuh dan sedikit menarik, (4) utuh
dan menarik serta (5) utuh dan sangat menarik. Penilaian warna adalah (1) sangat
pucat, (2) agak pucat, (3) pucat, (4) agak cerah dan (5) cerah khas daging.
Penampilan tekstur adalah (1) sangat kasar dan tidak empuk, (2) kasar, (3) agak
kasar, (4) lembut dan empuk serta (5) sangat lembut dan empuk. Penilaian aroma
adalah (1) sangat amis dan busuk, (2) amis dan agak busuk, (3) agak amis, (4)
kurang amis dan (5) khas daging dan tidak amis. Penilaian rasa adalah (1) tidak
gurih, (2) kurang gurih, (3) agak gurih, (4) gurih dan (5) sangat gurih.

11
Rancangan Percobaan
Analisis Data
Penelitian untuk performa produksi dianalisis berdasarkan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) pada perlakuan kepadatan kandang ayam persilangan KB
dengan 3 kelompok dan tiap kelompok masing-masing berisi 8, 10, dan 12 ekor
ayam KB. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam berdasarkan RAK dengan
model matematika yang digunakan yaitu :

Keterangan :
Yijk : Nilai pengamatan performa ayam persilangan pada perlakuan
kepadatan kandang taraf ke-i (8,10,12) dalam kelompok pemeliharaan
taraf ke-j (1,2,3).
µ : Nilai tengah umum (rata-rata umum pengamatan).
i : Pengaruh performa ayam persilangan dari perlakuan kepadatan
kandang taraf ke-i
bj : Pengaruh performa ayam persilangan dari kelompok pemeliharaan
taraf ke-j
: Pengaruh galat percobaan dari perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i
pada kelompok taraf ke-j.
Penelitian untuk profil darah dan kualitas daging disusun berdasarkan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada perlakuan kepadatan kandang ayam
persilangan KB dengan 3 kali ulangan dan tiap ulangan masing-masing berisi
8, 10, dan 12 ekor ayam. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam berdasarkan
RAL dengan model matamatika yang digunakan yaitu :

Keterangan :
Yijk : Nilai pengamatan profil darah dan kualitas daging ayam persilangan
pada perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i (8,10,12) dalam ulangan
pemeliharaan taraf ke-j (1,2,3).
µ : Nilai tengah umum (rata-rata umum pengamatan).
i : Pengaruh profil darah dan kualitas daging ayam persilangan dari
perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i
: Pengaruh galat percobaan dari perlakuan kepadatan kandang taraf ke-i
pada ulangan taraf ke-j.
Penelitian untuk parameter THI disusun secara deskriptif. Penelitian untuk
uji organoleptik mutu hedonik dan hedonik disusun berdasarkan rancangan
statistik non parametrik dengan metode Kruskal wallis (Walpole 1990).
Data diolah menggunakan sidik ragam (ANOVA). Jika analisis
menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah yang diamati, maka
dilanjutkan uji perbandingan berganda menggunakan uji Tukey (Steel dan Torrie
1995).

12

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
THI (Temperature Humidity Index)
Suhu basah dan suhu kering (THI) merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi fisiologi ternak. Rata-rata THI (temperature humidity
index) pada ayam KB berdasarkan kepadatan kandang relatif sama sekitar
28.92-29.39 oC (Tabel 1). Hal ini menunjukkan kepadatan 8, 10 dan 12 ekor m-2
tidak berpengaruh terhadap THI. Nilai THI yang relatif sama dari kepadatan
kandang memungkinkan untuk melakukan pemeliharaan sampai pada kepadatan
12 ekor m-2. Penelitian Joseph et al. (2012) menyebutkan nilai THI yang melebihi
20.8 oC pada ayam broiler akan menurunkan performa ayam.
Tabel 1 Nilai THI ayam KB pada kepadatan kandang berbeda.
Nilai THI (oC)

Kepadatan Kandang
K1 (8 ekor m-2)
K2 (10 ekor m-2)
K3 (12 ekor m-2)

28.92±0.42
29.39±0.08
29.29±0.18

Profil Darah
Profil darah pada ayam akan mengalami perubahan seiring perubahan
fisiologisnya. Perubahan profil darah tersebut dapat dilihat dari jumlah eritrosit,
leukosit, hemoglobin (Hb), hematokrit dan rasio heterofil-limfosit serta kadar
glukosa darah. Kepadatan kandang ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05)
terhadap parameter profil darah. Hal ini karena kepadatan kandang yang berbeda
memiliki nilai THI yang relatif sama sehingga status cekaman relatif sama
(Tabel 1). Jumlah eritrosit dan leukosit yang diperoleh dalam penelitian ini pada
semua perlakuan masih dalam kisaran normal. Jumlah eritrosit pada ayam berkisar
antara 2.5-3.2 x 106 mm-3 (Swenson 1993) sedangkan jumlah normal leukosit
sekitar 7 000-32 000 µl-1 (Coles 2006). Nurfaizin et al. (2014) melaporkan jumlah
leukosit ayam broiler umur 5 minggu berdasarkan kepadatan kandang 8 ekor m-2
sebesar 7 766.67 µl-1.
Kadar hemoglobin memiliki nilai yang relatif sama. Hal ini menunjukkan
kemampuan ayam dalam mengikat oksigen dalam darah masih berfungsi dengan
baik. Profil darah yang normal diharapkan dapat menghasilkan performa dan
kualitas daging yang baik. Dharmawan (2002) melaporkan kadar hemoglobin
normal pada ayam di daerah tropis berkisar antara 7.0-13.0 g dL-1. Nilai
hematokrit yang diperoleh dalam penelitian ini pada semua perlakuan relatif sama.
Menurut Powell (2000), nilai hematokrit pada ayam berkisar 26%-30%.

13
Tabel 2 Nilai rata-rata profil darah ayam KB pada kepadatan kandang berbeda.
Parameter

K1(8 ekor m-2)

K2(10 ekor m-2)

K3(12 ekor m-2)

Eritrosit (juta mm-3)
Leukosit (ribu mm-3)
Hemoglobin (g dL-1)
Hematokrit (%)
Rasio Heterofil-Limfosit
Kadar Glukosa (mg dL-1)

3.05±0.52
7.03±3.04
11.03±2.56
25.69±1.57
0.73±0.21
219.29±19.20

2.99±0.54
8.58±4.71
12.03±1.12
26.83±2.00
0.80±0.50
220.99±20.26

3.10±0.33
9.25±6.16
10.95±2.05
26.79±4.49
0.84±0.26
225.42±27.97

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepadatan pada ayam KB tidak
berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap rasio H-L dan kadar glukosa. Rasio H-L dan
kadar glukosa relatif sama. Hal ini menunjukkan pemeliharaan ayam KB sampai
kepadatan 12 ekor m-2 tidak mengalami cekaman berbeda dibandingkan kepadatan
8 ekor m-2 dan 10 ekor m-2. Nilai H-L ayam KB sekitar 0.73-0.84 (Tabel 2) lebih
tinggi dari H-L ayam broiler yaitu 0.55 (Setiadi dan Sudarman 2005). Hal ini
diduga karena ayam KB memiliki perbedaan genetik dengan ayam broiler dan
ayam kampung.
Kadar glukosa pada setiap perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata dengan nilai berkisar antara 219.29-225.97 mg dL-1. Nilai ini lebih rendah
dari kadar glukosa broiler yaitu 230-370 mg dL-1 (Sulistyoningsih et al. 2014).
Suchy et al. (2004) melakukan penelitian ayam petelur strain Moravia BSL
berumur 25-50 minggu memperoleh nilai kadar glukosa pada kisaran 234-252 mg
dL-1. Hal ini disebabkan lingkungan pemeliharaan yakni THI dan pakan yang
diberikan relatif sama.

Diferensiasi Leukosit
Ayam KB pada penelitian ini memiliki diferensiasi leukosit yang relatif
sama dan nilai dalam kisaran normal. Hal ini disebabkan nilai leukosit yang relatif
sama pada setiap kepadatan (Tabel 3). Nurfaizin et al. (2014) melaporkan nilai
diferensiasi leukosit pada ayam broiler umur 5 minggu berdasarkan kepadatan
kandang yaitu heterofil (27.57%), eosinofil (2.44%), limfosit (56.44%), monosit
(13.56%) dan basofil (0%). Menurut Coles (2006), komposisi leukosit untuk
heterofil 20%-75%, limfosit 20%-65%, monosit 2%-5%, basofil 0%-0.6% dan
eosinofil 1%-4%. Heterofil, eosinofil, basofil dan limfosit yang normal
mengindikasikan proses pembentukan dari masing-masing jenis leukosit berjalan
dengan normal dan ayam dalam kondisi sehat.

14
Tabel 3 Nilai rata-rata diferensiasi leukosit ayam KB pada kepadatan kandang
berbeda.
Diferensiasi Leukosit (%)
Limfosit
Heterofil
Monosit
Eosinofil
Basofil

K1(8 ekor m-2)

K2(10 ekor m-2)

K3(12 ekor m-2)

55.67±15.60
39.00±13.02
3.00±0.89
2.33±2.34
0±0

57.00±16.29
38.56±15.37
2.56±1.01
1.89±1.96
0±0

51.50±7.14
44.92±6.29
2.00±1.21
1.58±2.11
0±0

Performa Ayam KB
Unggas merupakan hewan homeothermik sehingga harus mempertahankan
suhu tubuhnya. Dalam mempertahankan suhu tubuh, unggas mengatur kecepatan
metabolisme dan secara tidak langsung mengatur nafsu makan dan minum. Nilai
performa ayam KB dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai rata-rata performa selama 12 minggu pemeliharaan ayam KB pada
kepadatan kandang berbeda.
Parameter
Konsumsi Pakan
(g ekor-1)
Konsumsi Minum
(ml ekor-1)
Bobot Badan
(g ekor-1)
Pertambahan Bobot
Badan (g ekor-1)
Konversi Pakan
Mortalitas (ekor)

K1(8 ekor m-2)

K2(10 ekor m-2)

K3(12 ekor m-2)

5428.13±602.00

5463.68±668.94

5440.58±471.19

21414.58±1179.67

21009.98±4551.83

19723.69±3319.6
3

2463.13±291.08

2565.75±259.75

2375.27±277.51

2426.81±293.64

2528.20±258.67

2338.37±276.04

2.24±0.20
5

2.18±0.11
5

2.34±0.08
3

Hasil sidik ragam menunjukkan tingkat kepadatan kandang ayam KB tidak
berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap jumlah konsumsi pakan, konsumsi air
minum, bobot badan, pertambahan bobot badan, konversi pakan dan mortalitas
(Tabel 4). Hal ini disebabkan karena kondisi THI pada kepadatan kandang
memiliki nilai relatif sama, demikian juga nilai profil darahnya.
Konsumsi pakan dari ketiga perlakuan kepadatan kandang relatif sama
sekitar 5428.13-5463.68 g ekor-1 untuk menghasilkan bobot badan sebanyak
2375.27-2565.75 g ekor-1 dengan konversi pakan sekitar 2.18-2.34. Penelitian
Aryanti et al. (2013) melaporkan konsumsi pakan ayam kampung yaitu
3864 g ekor-1 untuk menghasilkan bobot badan 900 g ekor-1 dan konversi pakan
4.3 selama 10 minggu pemeliharaan. Hal ini menunjukkan performa ayam KB
lebih baik daripada ayam kampung. Konversi pakan ayam KB tidak jauh berbeda
dengan ayam broiler umur 6 minggu sebesar 2.2 (Sinurat et al. 2000).
Mortalitas selama penelitian tercatat sebanyak 13 ekor dari 90 ekor ayam.
Tingkat kematian pada penelitian ini terjadi pada minggu 3-4. Hal ini diduga
karena ayam pada umur tersebut diduga terserang penyakit. Hasil analisis
berdasarkan bedah bangkai saat penelitian diduga menunjukkan penyakit chronic

15
respiratory disease (CRD). Penyakit CRD biasanya menyerang ayam ras
pedaging pada umur 3-4 minggu.

450
400
350
g/ekor

300
250
200
150
100
50
0
M1

M2

M3

M4

M5

M6

M7

M8

M9

M10 M11 M12

Umur (minggu)
Jantan 8 ekor

Betina 8 ekor

Jantan 10 ekor

Betina 10 ekor

Jantan 12 ekor

Betina 12 ekor

Gambar 3 Nilai rata-rata pertambahan bobot badan (PBB) ayam KB jantan dan
betina pada kepadatan kandang berbeda.
Pertambahan bobot badan yang optimal dicapai pada minggu ke-9 dan
mengalami penurunan mulai minggu ke-10 (Gambar 3). Hal ini menunjukkan
ayam KB sebaiknya dipelihara sampai umur 9 minggu dengan konversi pakan
yakni 2.31 (Gambar 5) untuk mendapatkan tingkat pertumbuhan yang optimal.
Pertambahan bobot badan lebih tinggi pada jantan dibandingkan betina walaupun
secara statistik tidak berbeda nyata pada setiap perlakuan. Menurut Soeparno
(2005), pertumbuhan jantan yang lebih cepat dipengaruhi oleh hormon androgen
yang merupakan hormon pengatur pertumbuhan. Androgen berfungsi sebagai
pengatur stimulan pertumbuhan yang dihasilkan oleh sel-sel interstitial. Sekresi
testosteron yang tinggi pada jantan menyebabkan ukuran tubuh ayam jantan lebih
besar dibandingkan ayam betina. Hormon yang tinggi pada betina adalah hormon
estrogen. Herren (2000) menyatakan hormon testosteron dengan kadar rendah
meningkatkan pelebaran epifisis tulang dan membantu hormon pertumbuhan,
sedangkan hormon estrogen menghambat pertumbuhan tulang. Pertumbuhan
ternak jantan lebih cepat dibandingkan ternak betina terutama setelah pemunculan
sifat-sifat kelamin sekunder akibat sekresi androgen tinggi.

16
3000
2500

g/ekor

2000
1500
1000
500
0
DOC M1

M2

M3

M4

M5

M6

M7

M8

M9 M10 M11 M12

Umur (Minggu)
Jantan 8 ekor

Betina 8 ekor

Jantan 10 ekor

Betina 10 ekor

Jantan 12 ekor

Betina 12 ekor

Gambar 4 Nilai rata-rata bobot badan (BB) ayam KB jantan dan betina pada
kepadatan kandang berbeda.
4.50
4.00
3.50
g/ekor

3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
M1

M2

M3

M4

M5

M6

M7

M8

M9

M10 M11 M12

Umur (Minggu)
8 ekor

10 ekor

12 ekor

Gambar 5 Nilai rata-rata konversi pakan ayam KB pada kepadatan kandang
berbeda.
Nilai bobot badan ayam KB pada minggu ke-12 untuk jantan sekitar
2568-2836 g ekor-1 sedangkan betina sekitar 2097-2336 g ekor-1 (Gambar 4).
Bobot badan ayam jantan lebih tinggi dibandingkan dengan betina, tetapi secara
statistik tidak berpengaruh nyata. Konversi pakan ayam KB pada umur 7 minggu
yakni 2.15 (Gambar 5), dengan bobot badan sekitar 1000-1200 g ekor-1 dimana
telah mencapai bobot potong. Broiler dipasarkan pada bobot hidup antara 1.2-1.6
kg per ekor dan dipanen pada umur 5-6 minggu (Rasyaf 2003).

17
Kualitas Daging
Kualitas Kimia Daging
Komposisi kimia daging merupakan faktor yang sangat menentukan nilai
nutrisi dan kualitas daging. Komponen kimia daging yang terbesar adalah air
sekitar 65%-80%, protein sekitar 16%-23%, lemak sekitar 1%-4%, substansi non
protein nitrogen sekitar 1.5% dan karbohidrat berkisar antara 0.5%-1.5% (Lawrie
2003). Nilai kualitas kimia daging paha ayam KB dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai rata-rata kualitas kimia daging paha ayam KB pada kepadatan
kandang berbeda.
Parameter
Air (% bb)
Abu (% bb)
Protein (% bb)
Karbohidrat (% bb)
Lemak (% bb)
Kolesterol (mg 100 g-1)

K1(8 ekor m-2)
76.28±0.16
1.08±0.06
19.93±0.46
1.59±0.48
1.11±0.04
18.30±4.98

K2(10 ekor m-2)
76.41±0.08
1.12±0.04
19.81±0.73
1.54±0.66
1.12±0.03
20.97±1.40

K3(12 ekor m-2)
76.42±0.06
1.15±0.04
19.35±1.46
1.94±1.46
1.14±0.03
19.63±2.58

bb : bobot basah
Hasil sidik ragam menunjukkan kepadatan kandang pada ayam KB tidak
berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kualitas kimia daging (kadar air, abu, lemak,
protein dan karbohidrat) pada bagian paha (Tabel 5). Hal ini disebabkan karena
kandungan nutrisi pakan yang sama. Komposisi kimia daging ayam broiler yang
dilaporkan Bianchi et al. (2007) yaitu air 75.24%, protein 22.92%, lemak 1.15%
dan abu 1.45%. Bakrie et al. (2003) melaporkan komposisi kimia daging paha
ayam buras umur 12 minggu yaitu kadar air (75.5%), protein (20.2%), abu
(1.05%) dan lemak (1.70%). Penelitian ini menunjukkan nilai kualitas kimia
daging yang tidak jauh berbeda dengan ayam buras. Kandungan lemak daging
ayam KB lebih rendah dibandingkan ayam buras.
Hasil statistik menunjukkan kepadatan kandang tidak berpengaruh nyata
(P>0.05) terhadap kadar kolesterol daging pada bagian paha (Tabel 5). Kadar
kolesterol daging paha ayam KB sebesar 18-20 mg 100 g-1. Nilai ini lebih rendah
dari kadar kolesterol ayam broiler yaitu 194.2 mg 100 g-1 (Salma et al. 2007)
maupun ayam kampung yaitu 187.95 mg 100 g-1 (Ismoyowati dan Widiyastuti
2003). Data tersebut menunjukkan kolesterol daging pada ayam KB lebih rendah
dibandingkan pada ayam kampung dan broiler. Nilai kolesterol yang lebih rendah
pada pada ayam KB diduga karena terjadinya heterosis. Heterosis dapat terjadi
karena adanya persilangan silang luar (crossbreeding) yang berpengaruh dalam
peningkatan proporsi gen yang heterozigot.

18
Kualitas Fisik Daging
Hasil sidik ragam menunjukkan kepadatan kandang pada ayam KB tidak
berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap nilai pH, daya ikat air, keempukan, susut
masak dan aw (Tabel 6). Nilai yang relatif sama disebabkan kondisi ayam pada
semua perlakuan relatif sama baik sebelum dan setelah pemotongan. Soeparno
(2005) menyatakan kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah
pemotongan. Faktor sebelum pemotongan antara lain genetik, bangsa, jenis
kelamin, pakan, umur dan stres sedangkan faktor sesudah pemotongan antara lain
cara pemotongan, lama penyimpanan, suhu penyimpanan dan metode pengolahan.
Tabel 6 Nilai rata-rata kualitas fisik daging paha ayam KB pada kepadatan
kandang berbeda.
Parameter
pH
Daya Ikat Air (%)
Keempukan (kg cm-3)
Susut Masak (%)
aw (water activity)

K1(8 ekor m-2)

K2(10 ekor m-2)

K3(12 ekor m-2)

6.01±0.09
33.85±5.02
1.58±0.66
34.46±5.73
0.86±0.01

5.90±0.14
33.65±5.60
1.19±0.31
34.60±6.69
0.87±0.01

5.93±0.18
34.28±4.53
1.17±0.40
36.19±5.80
0.87±0.01

Nilai pH daging paha ayam KB sekitar 5.9-6.0 (Tabel 6). Van Laack et al.
(2000) melaporkan nilai pH daging ayam broiler berkisar antara 5.96-6.07.
Daging ayam kampung memiliki nilai pH sekitar 5.91-5.93 (Dewi 2013). Hal ini
menunjukkan pH ayam KB memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dengan ayam
kampung dan broiler. Nilai pH daging berpengaruh terhadap daya ikat air, apabila
pH tinggi maka daya ikat air juga tinggi begitupun sebaliknya.
Nilai daya ikat air (DIA) pada penelitian ini sekitar 33.65%-34.28%. Buckle
et al. (2009) menyatakan rendahnya nilai pH daging mengakibatkan struktur
daging terbuka sehingga menurunkan daya ikat air dan tingginya nilai pH daging
mengakibatkan struktur daging tertutup sehingga daya ikat air tinggi. Daya ikat air
menurun dari pH tinggi sekitar 7-10 sampai pada pH titik isoelektrik proteinprotein daging antara 5.0-5.1 (Soeparno 2005).
Susut masak merupakan faktor fisik daging yang banyak dipengaruhi oleh
kadar air dan juga berhubungan dengan keempukan daging. Nilai susut masak
pada penelitian ini yaitu 34%-36% lebih tinggi dari ayam broiler umur 6 minggu
yaitu 32.48% (Suradi 2006). Hal ini diduga karena adanya penyimpanan pada
suhu dingin sehingga dapat mengurangi kandungan nutrisi daging. Lama
penyimpanan daging ayam dalam refrigerator dapat meningkatkan persentase
susut masak (Jaelani dkk, 2014). Semakin kecil nilai persentase susut masak,
semakin baik kualitasnya karena jumlah nutrien yang keluar lebih sedikit. Nilai
susut masak bervariasi antara 1.5%-54.5% (Soeparno 2005).
Nilai keempukan daging paha ayam KB berkisar 1.17 kg cm-3-1.58 kg cm-3
(Tabel 6). Lyon et al. (2004) melaporkan keempukan daging paha ayam broiler
berkisar antara 1.82 kg cm-3-2.19 kg cm-3. Bakrie et al. (2003) melaporkan
keempukan daging paha ayam buras umur 12 minggu yaitu 31.3 kg cm-3. Hal ini
menunjukkan nilai keempukan dari seluruh perlakuan kepadatan kandang
tergolong ke dalam kategori empuk dibandingkan ayam kampung. Keempukan
juga dipengaruhi oleh pemasakan, dimana protein myofibril mengalami denaturasi

19
dan koagulasi. Secara fisik protein myofibril bereaksi akibat pemanasan sehingga
terjadi pengerasan yang akan mempengaruhi keempukan daging.
Nilai aw yang diperoleh pada penelitian ini relatif sama dari tiga kepadatan
yang berbeda (Tabel 6). Tingginya aktivitas air, maka jumlah air bebas meningkat
dan dapat digunakan untuk aktivitas mikroorganisme (Kusnandar 2010).

Organoleptik Mutu Hedonik dan Hedonik
Organoleptik merupakan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan
alat indera. Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai mutu
dalam industri pangan. Penilaian organoleptik ini meliputi parameter warna, rasa,
tekstur, penampilan umum dan aroma. Penilaian organoleptik secara mutu
hedonik lebih kepada kesan baik atau buruknya produk tersebut sedangkan secara
hedonik lebih pada tingkat kesukaan konsumen.
Tabel 7 Nilai rata-rata organoleptik daging paha ayam KB pada kepadatan
kandang berbeda.
Organoleptik
Mutu Hedonik
Penampilan Umum
Warna
Tekstur
Aroma
Rasa
Hedonik
Penampilan Umum
Warna
Tekstur
Aroma
Rasa

K1(8 ekor m-2)

K2(10 ekor m-2)

K3(12 ekor m-2)

3.44±1.03
3.68±0.79
3.93±0.69
3.85±0.85
2.93±1.23

3.41±0.84
3.83±0.80
3.76±0.77
3.80±0.95
2.85±1.20

3.54±0.98
3.76±0.99
3.78±0.96
3.68±1.01
2.80±1.27

3.24±1.09
2.93±0.93
3.10±0.77
2.98±0.94
3.00±1.00

3.34±1.02
3.17±1.05
3.15±0.79
2.83±1.05
2.85±1.06

3.24±0.97
3.10±1.14
3.20±1.17
2.68±1.01
2.80±1.08

Uji Kruskal-Wallis pengujian mutu hedonik menunjukkan kepadatan
kandang pada ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap penampilan
umum, tekstur, warna, aroma dan rasa pada daging paha (Tabel 7). Penilaian
panelis pada penelitian ini terhadap penampilan umum daging berada pada skor 3
(utuh, sedikit menarik), warna pada skor 4 (agak cerah), tekstur pada skor 4
(lembut, empuk), aroma pada skor 4 (kurang amis) dan rasa pada skor 3 (agak
gurih). Hal ini menunjukkan panelis memberikan penilaian yang baik pada daging
paha ayam KB. Menurut Soeparno (2005), penentu utama warna daging adalah
konsentrasi myoglobin dan hemoglobin, dimana myoglobin berbeda di antara otot
(merah dan putih), umur, spesies, bangsa dan lokasi otot. Hadiwiyoto (1992)
mengatakan daging unggas mengandung lebih sedikit myoglobin. Oleh karena itu,
daging unggas tidak semerah daging yang lain. Daging ayam mempunyai tekstur
yang lebih halus karena daging ayam tersebut mempunyai serabut otot yang lebih
kecil, sehingga mempunyai struktur myofibril yang lebih kecil. Tekstur daging
dipengaruhi oleh jaringan ikat daging terutama kandungan kolagen yang memiliki
peran dalam menentukan kekerasan atau kealotan pada otot (Abustam 2012).

20
Uji Kruskal-Wallis pengujian hedonik menunjukkan kepadatan kandang
pada ayam KB tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap penampilan umum,
tekstur, warna, aroma dan rasa (Tabel 7). Hasil penilaian panelis terhadap uji
hedonik dari ketiga perlakuan kepadatan kandang berada pada skor 3 (suka). Hal
ini menunjukkan sebagian besar panelis menyukai daging bagian paha pada ayam
KB. Aroma, warna dan rasa merupakan salah satu pertimbangan panelis dalam
menilai suatu bahan pangan. Aroma daging berkembang pada saat pemasakan dan
juga memberikan cita rasa daging yang khas yang disebabkan kandungan lemak
yang terdapat pada daging. Menurut Woelfel et al. (2002), faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi aroma, rasa,