Konsep Penelitian Implementasi Peraturan Nomor 4 tahun 2014 Bagi Biro Perjalanan Wisata.

5

2. Konsep Penelitian

2.1 Konsep Biro Perjalanan Wisata Menurut Trevor C. Atherton dan Trudie A. Atherton, menyatakan bahwa Biro Perjalanan wisata memiliki peran yang penting dalam suatu kegiatan pariwisata, menurut mereka “This is the party, regardless of name, who organizes the package, that is selects and arranges the components. The tour operator may also be a travel agent.” Sedangkan Armin D. Lehmann dalam bukunya yang berjudul travel and tourism menjelaskan bahwa “Tour Operator is a company that creates packages or markets inclusive tours, selling them through Travel agent or directly to the public that may perform tour services or sub- contract for such services.” Berdasarkan pengertian tersebut, dapat terlihat bahwa kegiatan usaha yang diutamakan oleh Biro Perjalanan Wisata adalah perencanaan perjalanan wisata tours yang dikombinasikan dengan penawaran-penawaran jasa usaha pariwisata lainnya, dan dikemas dalam suatu paket wisata yang dijual langsung kepada wisatawan ataupun disalurkan melalui travel agent dan apabila paket wisata tersebut sudah laku terjual, maka Biro Perjalanan Wisata wajib untuk melaksanakan tour tersebut kepada wisatawan, sesuai dengan tour itinerary yang telah disepakat 2.2 Konsep Pengaturan Hak Wisatawan atas Perlindungan Hukum menurut G.A. Schmol, wisatawan adalah individu atau kelompok yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga yang dimilikinya untuk melakukan suatu perjalanan, yang tertarik pada perjalanan pada umumnya berdasarkan motivasi perjalanan yang telah dilakukan, untuk menambah pengetahuan, tertarik pada pelayanan yang diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata, yang nantinya dapat menarik pengunjung di masa yang akan datang. Pengaturan hak Wisatawan tertuang dalam Pasal 13 ayat 1 dan Pasal 24 dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia DUHAM, yang pada dasarnya menyatakan bahwa 6 setiap orang memiliki hak untuk bebas dalam bergerak, beristirahat, dan berlibur. Pengaturan ini pun selanjutnya diatur lebih rinci dalam ketentuan-ketentuan pasal 8 dan 12 International Covenant on Civil and Political Rights ICCPR 1966, serta dalam pasal 6, 7, dan 8 International Covenant on Economic Social and Cultural Rights ICESCR 1966. Sementara itu, dalam Pasal 8 Global Code, disebutkan bahwa hak-hak wisatawan, yaitu : 1. Wisatawan berhak memiliki kebebasan untuk berkunjung dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa dibatasi oleh formalitas dan perlakuan diskriminasi; 2. Wisatawan berhak memiliki akses kepada semua bentuk komunikasi, jasa administratif, hukum dan kesehatan, serta berhak menghubungi wakil konsuler negaranya sesuai dengan ketentuan hukum internasional di bidang diplomatik yang berlaku; 3. Wisatawan memiliki hak mengenai kerahasiaan data dan informasi pribadi lainnya; 4. Prosedur administrasi mengenai lintas batas seperti, formalitas pengurusan visa, kesehatan, dan kepabeanan sepatutnya tidak menjadi penghambat kebebasan wisatawan untuk mengunjungi suatu wilayah Negara lain untuk kunjungan wisata; 5. Wisatawan memperoleh kebebasan untuk menukar mata uang yang dibutuhkan untuk perjalanan.

3. Hasil dan Pembahasan