Latar Belakang Implementasi Peraturan Nomor 4 tahun 2014 Bagi Biro Perjalanan Wisata.

3

1. Latar Belakang

Berwisata adalah cara untuk memenuhi rasa ingin tahu seseorang terhadap tempat wisata yang akan dikunjunginya. Perjalanan identik dengan kegiatan untuk bersenang-senang yang dilakukan dalam waktu tertentu. Selain bersenang-senang, kegiatan wisata juga identik dengan jumlah wisatawan yang banyak dan berkelompok. Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber devisa non Migas yang cukup besar di Indonesia. Industri Pariwisata dapat dipandang sebagai sebuah sub sistem dari sistem pariwisata secara keseluruhan. Struktur Industri Pariwisata dimulai dari travel generating region , dari mana calon wisatawan akan merencanakan dan memulai perjalanan wisatanya. Hal ini berlaku apabila calon wisatawan tersebut mencari jasa perjalanan pariwisata yang ada di negaranya untuk merencanakan suatu perjalanan wisata. Sub sistem industri pariwisata akan berlanjut sepanjang tempatjalur transit yang mencakup pelayanan maskapai penerbangan dan akomodasi selama transit penerbangan. Berdasarkan sistem tersebut, maka dapat dilihat bahwa pentingnya keberadaan suatu usaha jasa perjalanan wisata dalam Industri Pariwisata. Hal ini merupakan salah satu pendorong munculnya serta berkembangnya berbagai macam usaha jasa perjalanan wisata. di Bali keberadaan Biro perjalanan Wisata tertuang dalam Peraturan daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2010 tentang Usaha Jasa Perjalanan Wisata, dimana dalam pasal 6 angka 1 disebutkan bahwa salah satu bentuk kegiatan biro perjalanan wisata adalah memberikan layanan angkutantransportasi wisata. Dimana pelayanan kepada wisatawan seringkali dilakukan dengan memberikan berbagai macam paket wisata ke suatu destinasi wisata yang meliputi layanan akomodasi hotel, restoran,serta bentuk usaha wisata lainnya. Namun keberadaan berbagai paket wisata seringkali tidak diimbangi dengan adanya faktor perlindungan keselamatan bagi wisatawan padahal hal ini merupakan sesuatu yang sangan penting tetapi malah sering diabaikan oleh biro perjalanan wisata tersebut. Padahal dalam pasal 26 huruf d Undang-Undang No. 10 tahun 2009 serta dalam Perda Provinsi Bali 4 pasal 11 angka 1 huruf a sama-sama menyebutkan bahwa Pengusaha Usaha Jasa Perjalanan Wisata wajib memberikan perlindungan terhadap wisatawan baik dalam bentuk keamanan maupun jaminan keselamatan selama wsatawan berada di Bali. Banyaknya kasus kecelakaan lalu lintas yang belakangan ini terjadi seperti kasus kecelakaan Bus Pariwisata di Klatakan, Melaya, Kabupaten Jembrana tertanggal 15 Desember 2012 ini, cukup menjadi contoh pentingnya keberadaan jaminan keselamatan yang diberikan oleh Biro Perjalanan Wisata terhadap wisatawannya. Padahal sesungguhnya tingkat keberhasilan suatu Biro Perjalanan Wisata bergantung pada kepuasan wisatawan yang menggunakan jasa mereka. Hal ini dikarenakan layanan atau transaksi yang dilakukan adalah transaksipembayaran atas pelayanan yang akan dinikmati kemudian after sales services dan berdasarkan kepercayaan wisatawan. Dengan terjadinya kecelakaandapat dianggap sebagai kurang mampunya Biro Perjalanan Wisata dalam membuat paket wisata yang tersusun dan terkelola dengan baik. Perencanaan yang matang adalah salah satu kunci penting untuk dapat menyelenggarakan suatu paket perjalanan wisata yang sukses. Pada dasarnya, proses penyusunan paket wisata ini sangat kompleks, karena harus menggabungkan beberapa produk jasa dari berbagai macam usaha pariwisata. Disamping itu, dalam produk-produk tersebut yang diutamakan adalah harga yang murah dan mampu menarik minat wisatawan, sehingga sering kali mengabaikan standarisasi terhadap keamanan dan keselamatan yang harus dipenuhi untuk dapat menjamin perlindungan kepada wisatawan. Padahal standarisasi yang jelas dan tepat merupakan salah satu instrumen penting dalam suatu perlindungan hukum. Dengan adanya penetapan Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Nomor 4 tahun 2014 tentang Standar Usaha Jasa Perjalanan Wisata oleh Pemerintah yang memuat tentang standarisasi produk, Pelayanan maupun Pengelolaan diharapkan mampu meminimalisir segala masalah yang di alami oleh biro perjalanan. 5

2. Konsep Penelitian