Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

1 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
DI DESA BAKARAN BATU KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
OLEH : KOKO TAMPUBOLON
100301250 AGROEKOTEKNOLOGI - ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

2 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)
DI DESA BAKARAN BATU KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
SKRIPSI
OLEH : KOKO TAMPUBOLON
100301250 AGROEKOTEKNOLOGI - ILMU TANAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

Judul Penelitian
Nama NIM Program Studi Minat Studi

3

: Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai
: Koko Tampubolon : 100301250 : Agroekoteknologi : Ilmu Tanah

Ketua

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Anggota

(Ir. Razali, MP) NIP. 19680707 200501 1 001

(Ir. Hardy Guchi, MP) NIP. 19560812 198603 1 001

Mengetahui : Ketua Program Studi Agroekoteknologi
(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc) NIP. 19640620 199803 2 001

4
ABSTRAK
KOKO TAMPUBOLON : Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh Ir. Razali, MP dan Ir. Hardy Guchi, MP.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai, Laboratorium Sistem Informasi Geografis dan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan April - Agustus 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kelas kesesuaian lahan tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang mengacu pada besarnya tingkat faktor pembatas dari karakteristik lahan. Data hasil pengamatan dilapangan (kondisi fisik lingkungan) dan data hasil analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan padi sawah. Parameter yang diukur adalah tekstur tanah, drainase, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH tanah, C-organik tanah, alkalinitas, lereng, bahaya erosi, genangan dan batuan dipermukaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pembatas pada lahan padi sawah di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai adalah tekstur tanah, kejenuhan basa dan C-organik tanah. Tekstur tanah tidak dapat diperbaiki sedangkan kejenuhan basa dan C-organik tanah dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk yang mengandung K+, Ca2+, Mg2+, Na+ misalnya pupuk KCl, CaCO3, MgSO4 dan penambahan bahan organik

Kata kunci : Evaluasi Kesesuaian Lahan, Desa Bakaran Batu, Padi Sawah

5
ABSTRACT
KOKO TAMPUBOLON: Land Suitability Evaluation for Rice (Oryza sativa L.) In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency. Guided by Ir. Razali, MP and Ir. Hardy Guchi, MP.
The research was conducted In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency and Geographic Information Systems Laboratory and Laboratory for Research and Technology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra Medan in April to August 2014. This study aims to determine the level of the land suitability class of lowland rice In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency. This study was conducted using a survey that refers to the level of the limiting factors of land characteristics. Field observation data (physical environmental conditions) and the data matched the results of laboratory analysis (matching) with the criteria of rice land suitability classes. Parameters measured were soil texture, drainage, soil depth, cation exchange capacity, base saturation, soil pH, soil organic C, alkalinity, slope, erosion, flooding and rock surface.
The results showed that the limiting factor in the rice In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency is soil texture, base saturation and soil organic C. Soil texture can not be repaired while the base saturation and soil organic C can be improved with the addition of fertilizers containing K+, Ca2+, Mg2+, Na+ for example KCl, CaCO3, MgSO4, and the addition of organic matter
Keywords: Land Suitability Evaluation, Bakaran Batu Village, Rice

6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jatian pada tanggal 26 Januari 1991 dari Ayah Lontang Oskar Tampubolon dan Ibu Santa Siahaan. Penulis merupakan anak kedelapan dari delapan bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMK Negeri 1 Raya dan pada tahun 2010 masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui ujian Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih Program Studi Agroekoteknologi minat studi Ilmu Tanah.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (HIMAGROTEK). Penulis juga peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Ilmu Tanah Nasional dan Juara III Lomba Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 6 - 11 Mei 2013 di Universitas Sriwijaya, Palembang serta Juara harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah kategori mahasiswa dalam Apresiasi Program Pembangunan Pertanian Tahun 2013 dari Kementerian Pertanian. Penulis juga sebagai asisten praktikum di Laboratorium Evaluasi Kesesuaian Lahan Tahun Ajaran Ganjil 2013/2014 & Ganjil 2014/2015, Laboratorium Perbanyakan Vegetatif Tanaman Tahun Ajaran Genap 2012/2013 & Genap 2013/2014, Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Hortikultura Tahun Ajaran Ganjil 2013/2014, Laboratorium Perancangan Percobaan Tahun Ajaran Ganjil 2013/2014.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Tinjowan di Kabupaten Simalungun dari tanggal 18 Juli sampai 20 Agustus 2013.

7
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Razali, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Hardy Guchi, MP selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis selama menulis skripsi ini. Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroekoteknologi, Kakanda Yenny Raya Tampubolon dan adinda Fransisca Natalia Sihombing yang sudah membantu penulis baik berupa semangat, dukungan dan motivasi kepada penulis. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2014
Penulis


8

DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT .................................................................................................... RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ KATA PENGANTAR.................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR TABEL........................................................................................... DAFTAR GAMBAR......................................................................................

i ii iii iv v vii viii

PENDAHULUAN Latar Belakang................................................................................... Tujuan Penelitian ............................................................................... Kegunaan Penelitian ..........................................................................
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah ...................................................................................... Evaluasi Lahan................................................................................... Karakteristik Lahan............................................................................ Sifat Fisika Tanah Iklim ......................................................................................... Drainase Tanah......................................................................... Topografi .................................................................................. Bahaya Erosi............................................................................. Kedalaman Tanah..................................................................... Tekstur Tanah........................................................................... Bahaya Banjir ........................................................................... Batuan Permukaan.................................................................... Sifat Kimia Tanah Kapasitas Tukar Kation (KTK) ................................................ Kejenuhan Basa ........................................................................ pH Tanah .................................................................................. C-Organik Tanah ...................................................................... Karakteristik Tanah Sawah ................................................................ Syarat Tumbuh Tanaman Padi Sawah ...............................................
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian............................................................ Bahan dan Alat................................................................................... Metode Penelitian .............................................................................. Tahap Persiapan........................................................................ Tahap Kegiatan di Lapangan.................................................... Tahap Pengolaha Data..............................................................

1 3 3
4 5 10
13 14 16 17 17 18 18 19
20 21 22 23 24 25
27 27 27 28 28 28

9


HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ................................................................................................... Pembahasan........................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................ Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

31 38
40 40

DAFTAR TABEL
No. Judul
1. Karakteristik kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah (Oryza sativa L.)
2. Data Curah Hujan Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 Tahun Terakhir

10
Halaman 12 31

3. Data Rataan Temperatur Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 Tahun Terakhir
4. Data Rataan Kelembaban Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai pada 9 Tahun Terakhir
5. Kesesuaian Lahan SPL (Satuan Peta Lahan) 1 Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten
Serdang Bedagai untuk Padi Sawah (Oryza sativa L.)


32 32 36

6. Kesesuaian Lahan SPL (Satuan Peta Lahan) 2 Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten
Serdang Bedagai untuk Padi Sawah (Oryza sativa L.)

37

DAFTAR GAMBAR

11

No. Judul

Halaman

1. Peta Jenis Tanah Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban 33

2. Peta Tekstur Tanah Desa Bakaran Batu 3. Peta Titik Pengambilan Sampel Tanah


34 34

4
ABSTRAK
KOKO TAMPUBOLON : Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Dibimbing oleh Ir. Razali, MP dan Ir. Hardy Guchi, MP.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai, Laboratorium Sistem Informasi Geografis dan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada bulan April - Agustus 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat kelas kesesuaian lahan tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang mengacu pada besarnya tingkat faktor pembatas dari karakteristik lahan. Data hasil pengamatan dilapangan (kondisi fisik lingkungan) dan data hasil analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan padi sawah. Parameter yang diukur adalah tekstur tanah, drainase, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH tanah, C-organik tanah, alkalinitas, lereng, bahaya erosi, genangan dan batuan dipermukaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pembatas pada lahan padi sawah di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai adalah tekstur tanah, kejenuhan basa dan C-organik tanah. Tekstur tanah tidak dapat diperbaiki sedangkan kejenuhan basa dan C-organik tanah dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk yang mengandung K+, Ca2+, Mg2+, Na+ misalnya pupuk KCl, CaCO3, MgSO4 dan penambahan bahan organik
Kata kunci : Evaluasi Kesesuaian Lahan, Desa Bakaran Batu, Padi Sawah

5
ABSTRACT
KOKO TAMPUBOLON: Land Suitability Evaluation for Rice (Oryza sativa L.) In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency. Guided by Ir. Razali, MP and Ir. Hardy Guchi, MP.
The research was conducted In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency and Geographic Information Systems Laboratory and Laboratory for Research and Technology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra Medan in April to August 2014. This study aims to determine the level of the land suitability class of lowland rice In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency. This study was conducted using a survey that refers to the level of the limiting factors of land characteristics. Field observation data (physical environmental conditions) and the data matched the results of laboratory analysis (matching) with the criteria of rice land suitability classes. Parameters measured were soil texture, drainage, soil depth, cation exchange capacity, base saturation, soil pH, soil organic C, alkalinity, slope, erosion, flooding and rock surface.
The results showed that the limiting factor in the rice In Bakaran Batu village Sei Bamban sub district Serdang Bedagai regency is soil texture, base saturation and soil organic C. Soil texture can not be repaired while the base saturation and soil organic C can be improved with the addition of fertilizers containing K+, Ca2+, Mg2+, Na+ for example KCl, CaCO3, MgSO4, and the addition of organic matter
Keywords: Land Suitability Evaluation, Bakaran Batu Village, Rice

12
PENDAHULUAN Latar Belakang
Salah satu tantangan dalam pembangunan pertanian adalah adanya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumber daya alam terus menurun sehingga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam usaha tani padi, agar usaha tani padi dapat berkelanjutan, maka teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat, sehingga kebutuhan pangan terus bertambah. Sebaliknya luas lahan produktif relatif tetap atau bahkan menyusut (Pujiharti, dkk., 2008).
Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan. Data sumber daya lahan ini diperlukan terutama untuk kepentingan perencanaan pembangunan dan pengembangan pertanian. Data yang dihasilkan dari kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan masih sulit untuk dapat dipakai oleh pengguna (users) untuk suatu perencanaan tanpa dilakukan interpretasi bagi keperluan tertentu. Evaluasi lahan merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai potensi sumber daya lahan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan yang diperlukan, dan akhirnya nilai harapan produksi yang kemungkinan akan diperoleh (Djaenudin, dkk., 2011).

Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan

13
penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial) (Ritung, dkk., 2007).
Kecamatan Sei Bamban merupakan daerah pertanian dan perkebunan, yang merupakan salah satu lumbung beras di Kabupaten Serdang Bedagai. Kecamatan Sei Bamban terdiri dari 10 desa dan 82 dusun dengan luas ± 72,26 Km2 atau 7.226 ha. Kecamatan Sei Bamban beriklim tropis dengan suhu maksimum 320C. Curah hujan yang paling menonjol pada Bulan September dan Desember. Sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan Januari s/d Agustus. Luas lahan sawah yang diusahakan untuk pertanian di Kecamatan Sei Bamban tahun 2011 sebanyak 6.803 ha, terdiri dari sawah irigasi ½ teknis seluas 5.461 ha, dan irigasi sederhana (PU) seluas 1.342 ha (Badan Pusat Statistik, 2012).
Pada tahun 2011 produksi padi sawah di Kecamatan Sei Bamban mengalami penurunan dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 5,04 persen. Produksi padi sawah mencapai 62.099 ton di tahun 2011 menurun dari 65.246 ton pada tahun 2010 dengan rata-rata produksi 49,96 kw/ha (Badan Pusat Statistik, 2012).
Kecamatan Sei Bamban terdiri dari 10 desa, salah satunya Desa Bakaran Batu. Tinggi Desa Bakaran Batu dari permukaan laut (dpl) yaitu ± 14 meter. Luas lahan sawah yang diusahakan untuk pertanian di Desa Bakaran Batu tahun 2011 sebanyak 728 ha, terdiri dari sawah irigasi ½ teknis seluas 610 ha, dan irigasi sederhana (PU) seluas 118 ha (Badan Pusat Statistik, 2012).

14
Desa Bakaran Batu merupakan salah satu daerah dengan sentra pertanian pangan yang banyak mengusahakan tanaman padi. Namun produksi padi di Kecamatan Sei Bamban ini hanya menghasilkan rata-rata 49,96 kw/ha. Rendahnya produksi padi di daerah ini dikhawatirkan tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia kedepannya. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi lahan di Desa Bakaran Batu untuk mengetahui tingkat kelas kesesuaian lahan sehingga lahan tersebut dilakukan usaha-usaha perbaikan agar berpotensi meningkatkan produksi tanaman padi sawah. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat kelas kesesuaian lahan tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai. Kegunaan Penelitian - Sebagai bahan informasi kepada petani di Desa Bakaran Batu Kecamatan
Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai tentang kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah (Oryza saiva L.). - Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

15
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah
Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu terhadap suatu daerah (areal) tertentu, yang ditunjang oleh informasi dari sumbersumber lain yang relevan (SCSA, 1982). Survei tanah adalah pengamatan yang dilakukan secara sistematis, disertai dengan mendeskripsikan, mengklasifikasikan dan memetakan tanah di suatu daerah tertentu (Brady and Weil, 2002). Survei tanah adalah proses menentukan pola tutupan tanah, menentukan karakteristik tanah dan menyajikannya dalam bentuk yang dapat dipahami dan diinterpretasi oleh beberapa kalangan pengguna (Rossiter, 2000 dalam Rayes, 2007).
Menurut Rayes (2007) dalam survey tanah dikenal 3 macam metode survey, yaitu metode grid (menggunakan prinsip pendekatan sintetik), sistem fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara (menggunakan prinsip pendekatan analitik), dan grid bebas yang merupakan penerapan gabungan dari kedua pendekatan. Menurut Boul, et al (1981) dalam Saragih (2009) meyatakan bahwa survey yang dilakukan mempunyai dua kegunaan yakni : (1) sebagai ilmu pengetahuan tentang asal dan genesis dari suatu tanah; dan (2) sebagai dasar pelayanan untuk mengaplikasikan teknologi dalam pertanian.
Menurut Abdullah (1993) menyatakan bahwa penggunaan survey dikelompokan atas 5 jenis yaitu: (1) produksi tanaman pada jenis tanah tertentu, rekomendasi pengapuran dan sebagainya, (2) penafsiran lahan untuk kegunan perpajakan, pengajuan proyek dan jual beli usaha tani, (3) pengolahan

16

penggunaan lahan, (4) perencanan penelitian tanah, (5) pendidikan umum yang menyangkut sumber daya alam.
Dalam melaksanakan survei tanah, ada 3 tahapan kegiatan yang perlu dilakukan agar survei tanah dapat berjalan lancar, sistematis, dan efektif, yaitu : 1. Tahap persiapan 2. Tahap survei lapangan yang dibedakan atas :
a. Pra-survei b. Survei utama 3. Analisis data dan pembuatan peta dan laporan. (Rayes, 2007). Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan merupakan suatu proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai penggunaan. Proses klasifikasi lahan pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua pendekatan atau metode, yaitu metode faktor pembatas dan metode parametrik. Pada metode faktor pembatas, setiap sifat-sifat lahan atau kualitas lahan disusun berurutan mulai dari yang terbaik (yang memiliki pembatas yang paling rendah) hingga yang terburuk atau yang terbesar penghambatnya. Masing-masing kelas disusun tabel kriteria untuk penggunaan tertentu demikian rupa, sehingga faktor pembatas terkecil untuk kelas terbaik dan faktor pembatas terbesar jatuh ke kelas terburuk. Contoh evaluasi lahan yang menggunakan metode ini adalah klasifikasi kemampuan lahan (Klingebiel dan Montgomery, 1961), evaluasi lahan FAO (FAO, 1976 dalam Rayes, 2007).

17
Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan suatu wilayah yang dirinci ke dalam kualitas lahan (land qualities), dan setiap kualitas lahan biasanya terdiri atas satu atau lebih karakteristik lahan (land characteristics). Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai hubungan satu sama lainnya di dalam pengertian kualitas lahan dan akan berpengaruh terhadap jenis penggunaan dan/atau pertumbuhan tanaman dan komoditas lainnya yang berbasis lahan (peternakan, perikanan, kehutanan) (Djaenudin, dkk., 2011).
Menurut FAO dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif, tergantung dari data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini mengenal 4 (empat) kategori, yaitu : Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu. Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan Sub-kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus
dijalankan dalam masing-masing kelas unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang
berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
Kegiatan evaluasi lahan dan survei tanah, sangat dianjurkan dalam rangka untuk merencanakan dan mengkoordinir upaya perbaikan dan pengelolaan lahan pada masing-masing tipe penggunaan atau usahatani. Kegiatan evaluasi lahan ini mensuplai petani dengan informasi secara tepat dan akurat tentang apa yang seharusnya dikerjakan, dan perbaikan apa saja yang diperlukan untuk pengelolaan lahannya. Termasuk ke dalam evaluasi tersebut adalah penelitian dan penilaian

18
tentang tekstur tanah lapisan atas, tekstur tanah lapisan bawah, kedalaman solum dan subsoil, warna tanah lapisan atas, struktur tanah, keadaan batuan, mudahnya diolah, permeabilitas subsoil, drainase permukaan, drainase internal profil tanah, kemiringan, derajat erosi, dan bahaya erosi bila tanah diolah. Disamping itu, semua tanah-tanah pertanian perlu diuji kesuburan, reaksi tanah, dan kondisi alkalinitas/ salinitasnya sehingga dapat diprediksi kesesuaian lahan bagi komoditas pertanian dengan kriteria kelas kesesuaian lahan dari yang paling sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) sampai yang tidak sesuai (N) (Raden, dkk., 2010).
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) pada tingkat ordo ditunjukkan, apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk suatu jenis penggunaan lahan tertentu. Dikenal ada 2 (dua) ordo, yaitu : 1. Ordo S (Sesuai)
Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas untuk suatu tujuan yang telah dipertimbangkan. Keuntungan dari hasil pengelolaan lahan itu akan memuaskan setelah dihitung dengan masukan yang diberikan. Tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. 2. Ordo N (tidak sesuai) Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang mempunyai kesulitan sedemikian rupa, sehingga mencegah penggunaannya untuk suatu tujuan yang telah direncanakan. Lahan dapat digolongkan sebagai tidak sesuai untuk digunakan bagi usaha pertanian karena berbagai penghambat, baik secara

19
fisik (lereng sangat curam, berbatu-batu, dan sebagainya) atau secara ekonomi (keuntungan yang didapat lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan).

Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari ordo dan menunjukkan tingkat kesesuaian dari ordo tersebut. Kelas diberi nomor urut yang ditulis dibelakang simbol ordo, dimana nomor ini menunjukkan tingkat kelas yang makin jelek bila makin tinggi nomornya. Banyaknya kelas setiap ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi dianjurkan hanya memakai tiga sampai lima kelas dalam ordo S dan dua kelas dalam ordo N. Jumlah kelas tersebut harus didasarkan kepada keperluan minimum untuk mencapai tujuan-tujuan penafsiran. Jika tiga kelas yang dipakai dalam ordo S dan dua kelas yang dipakai dalam ordo N, maka pembagian serta defenisinya secara kualitatif adalah sebagai berikut : 1. Kelas S1 : sangat sesuai (Highly suitable)
Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti berpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah bisa diberikan. 2. Kelas S2 : cukup sesuai (Moderately suitable) Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat untuk suatu usaha penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktifitas dan keuntungan, perlu meningkatkan masukan yang diperlukan. 3. Kelas S3 : sesuai marginal (Marginally suitable) Lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan lestari. Pembatas akan mengurangi produktifitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.

20
4. Kelas N1 : tidak sesuai pada saat ini (Currently not suitable) Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional.
5. Kelas N2 : tidak sesuai permanen (Permanently not suitable) Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas
kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor pembatas terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas kondisi perakaran (rc=rooting condition) (Ritung, dkk., 2007).
Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh kelas S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama dengan faktor penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor kedalaman efektif tanah, yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1 kedalaman efektif sedang (50-75 cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal ( 2 mm
 Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi
 KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat  Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh
tanah.  Reaksi tanah (pH) : nilai pH tanah di lapangan. Pada lahan kering dinyatakan
dengan data laboratorium atau pengukuran lapangan, sedang pada tanah basah diukur di lapangan  C-organik : kandungan karbon organik tanah.  Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar  Lereng : menyatakan kemiringan lahan diukur dalam %  Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) per tahun  Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun  Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan tanah/lapisan olah  Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah

23

Tabel 1. Karakteristik kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah (Oryza sativa L.)

Persyaratan


Kelas Kesesuaian Lahan

Penggunaan/Karakteristik Lahan

S1

S2 S3 N

Temperatur (tc) Temperatur rata-rata (0C)

24 - 29

22 - 24

18 - 22

< 18

29 - 32


32 - 35

> 35

Curah hujan (mm/tahun)

> 1500 1200-1500 800 - 1200 < 800

Kelembaban (%)

33 – 90

30 - 33 < 30, > 90

-

Media Perakaran (rc)

Drainase

Agak Terhambat, Sangat

Cepat

terhambat,

baik terhambat,

sedang

agak cepat

Tekstur

Halus, agak Sedang

Agak

Kasar

halus

kasar

Bahan kasar (%)

35

Kedalaman tanah (cm)

> 50

40 - 50

25 - 40

< 25

Retensi Hara (nr)

KTK liat (cmol)

> 16 ≤ 16

-

-

Kejenuhan basa (%)

> 50

35 - 50

< 35

-

pH H2O

5,5 - 8,2

4,5 - 5,5 8,2 - 8,5

< 4,5 > 8,5

-

C-organik (%)

> 1,5

0,8 – 1,5

< 0,8

-

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m)

6

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%)

< 20

20 - 30

30- 40

> 40

Bahaya Sulfidik (xs)

Kedalaman Sulfidik (cm)

> 100

75 - 100 40 - 75

< 40

Bahaya Erosi (eh)

Lereng (%)

8

Bahaya erosi

Sangat

Rendah

Sedang

Berat

rendah

Bahaya Banjir (fh)

Genangan

F0,F11,F12, F13, F22, F14, F24, F15, F25,

F21, F23, F33, F41, F34, F44 F35, F45

F31, F32 F42, F43

Penyiapan Lahan (lp)

Batuan di permukaan (%)

40

Singkapan batuan (%)

25

Sumber : Djaenudin, dkk., 2011.

24
Sifat Fisika Tanah Iklim
Ada dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan, yaitu temperatur dan curah hujan. Di daerah tropis, faktor yang mempengaruhi temperatur udara adalah elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut). Braak (1928) dalam Mohr et. al. (1972) berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia memprediksi suhu menggunakan persamaan berikut :
T = 26,3 0C - 0,61 h Keterangan: T : Rata-rata temperatur 26,3°C : Rata-rata suhu daerah tropis 0,61 : Konstanta temperatur (penurunan temperatur tiap naik 100 meter) h : Ketinggian tempat dalam meter (Rayes, 2007).
Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama 1(satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan (Ritung, dkk., 2007).
Untuk keperluan penilaian kesesuaian lahan biasanya dinyatakan dalam jumlah curah hujan tahunan, jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah. Oldeman (1975) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan 100 mm) dan bulan kering ( 65 % : sangat curam
Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng dapat mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Kecuraman lereng tercantum dalam legenda

28

peta tanah. Panjang dan bentuk lereng tidak tercatat pada peta tanah, akan tetapi

lereng sering kali dapat menjadi petunjuk jenis tanah tertentu dan pengaruhnya

pada penggunaan dan pengelolaan tanah dapat dievaluasi sebagai bagian satuan

peta. Jika data hasil penelitian tentang besarnya erosi dibawah sistem pengelolaan

tertentu atau kepekaan tanah (nilai K) tersedia, maka data tersebut dapat

digunakan untuk mengelompokkan tanah pada tingkat kelas (Rayes, 2007).

Bahaya Erosi

Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapangan, yaitu

dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi

alur (rill erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk

memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah

dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun,

dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya

horizon A (Ritung, dkk., 2007).

Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka, (2007) mengklasifikasikan kelas

erosi sebagai berikut :

e0 : tidak ada erosi : - %

e1 : ringan

: < 25% lapisan atas hilang

e2 : sedang

: 25 – 75% lapisan atas hilang

e3 : berat

: > 75% lapisan atas hilang, < 25% lapisan bawah hilang

e4 : sangat berat : > 75% lapisan atas hilang, > 25% lapisan bawah hilang

Kedalaman Tanah

Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman tanah yang baik bagi

pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus

29

oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa lapisan kontak lithik, lapisan

padas keras, padas liat, padas rapuh atau lapisan phlintit (Rayes, 2007).

Menurut Ritung, dkk., (2007) mengklasifikasikan kelas kedalaman tanah

dibedakan menjadi :

k0 : sangat dangkal : < 20 cm

k1 : dangkal

: 20 – 50 cm

k2 : sedang

: 50 – 75 cm

k3 : dalam

: > 75 cm

Tekstur Tanah

Tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2 mm) yaitu

pasir, debu dan liat. Tekstur tanah mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan

air dan permeabilitas tanah serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya.

Definisi kelas tekstur tanah mengacu pada sistem USDA (Rayes, 2007).

Menurut Ritung, dkk., (2007) mengklasifikasikan kelas tekstur yang

digunakan adalah :

t1 : halus

: liat berpasir, liat, liat berdebu.

t2 : agak halus : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu.

t3 : sedang

: lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu,

t4 : agak kasar : lempung berpasir, pasir berlempung.

t5 : kasar

: pasir.

t6 : sangat halus : liat (tipe mineral 2 : 1)

Bahaya Banjir

Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan

pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

30
tanaman. Menurut Rayes (2007), bahaya banjir dapat dikelompokkan sebagai berikut : O0 = tidak pernah (dalam periode satu tahun tanah tidak pernah kebanjiran
selama > 24 jam). O1 = kadang-kadang (tanah kebanjiran > 24 jam dan terjadinya tidak teratur
dalam periode < satu bulan). O2 = selama waktu satu bulan dalam setahun tanah secara teratur kebanjiran
untuk selama > 24 jam). O3 = selama 2 – 5 bulan dalam setahun secara teratur selalu dilanda banjir
yang lamanya lebih dari 24 jam). O4 = selama ≥ 6 bulan tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang
lamanya lebih dari 24 jam). Batuan Permukaan
Batu diatas permukaan tanah ada dua macam, yaitu batuan lepas yang terletak diatas permukaan tanah dan batuan tersingkap yang berada diatas permukaan tanah yang merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam didalam tanah. Batuan lepas adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan berdiameter > 25 cm (berbentuk bulat) atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm (berbentuk pipih). Menurut Rayes (2007), batuan permukaan dapat dikelompokkan sebagai berikut : b0 = tidak ada ( < 0,01 % dari luas areal) b1 = sedikit ( 0,01 % - 3 % permukaan tanah tertutup), pengolahan tanah
dengan mesin agak tergangu tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.

31
b2 = sedang ( 3 % - 15 % permukaan tanah tertutup), pengolahan tanah mulai agak sulit dan luas areal produktif agak berkurang.
b3 = banyak ( 15% - 90 % permukaan tanah tertutup), pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit.
b4 = sangat banyak ( > 90 % permukaan tanah tertutup), tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk produksi pertaniaan.
Sifat Kimia Tanah Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) adalah kapasitas atau kemampuan tanah menjerap dan melepaskan kation yang dinyatakan sebagai total kation yang dapat dipertukarkan per 100 gram tanah yang dinyatakan dalam milliequivalen disingkat me/100 g atau dalam satuan internasionalnya Cmolc/kg. Tanah-tanah yang mempunyai kadar liat/koloid lebih tinggi dan / atau kadar bahan organik tinggi mempunyai KTK lebih tinggi dibandingkan tanah yang mempunyai kadar liat rendah (tanah pasiran) dan kadar bahan organik rendah. Demikian juga apabila tanah mempunyai tipe liat 2 : 1 (montmorilonit) akan mempunyai KTK lebih tinggi apabila dibandingkan tanah yang mempunyai tipe liat 1 : 1 (kaolinit) atau 2 : 1 : 1 (klorit) (Winarso, 2005).
Koloid tanah (mineral liat dan humus) bermuatan negatif, sehingga dapat menyerap kation-kation. Kation-kation dapat ditukar (dd) (Ca2+, Mg2+, K+ dan Na+) dalam kompleks jerapan tanah ditukar dengan kation NH4+ dari pengekstrak dan dapat diukur. Untuk penetapan KTK tanah, kelebihan kation penukar dicuci dengan etanol 96%. NH4+ yang terjerap diganti dengan kation Na+ dari larutan NaCl, sehingga dapat diukur sebagai KTK (Sulaeman, dkk., 2005).

32

Proses pertukaran kation ini sangat penting untuk dipahami oleh ahli

pertanian karena sangat terkait dengan pengelolaan tanah dalam hubungannya

dengan pemupukan dan pengapuran serta proses serapan unsur hara oleh akar.

Pemupukan yang tepat, sehingga dikenal dengan 5 tepat pemupukan yaitu tepat

macam, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat metode, akan sangat penting

untuk mendapatkan hasil pertanian yang menguntungkan dan menjaga kesehatan

dan kualitas tanah (Winarso, 2005).

Kejenuhan Basa (KB)

Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation

basa dengan jumlah semua kation-kation (kation basa dan kation asam) yang

terdapat dalam kompleks jerapan tanah. Jumlah maksimum kation yang dapat

diserap tanah menunjukkan besarnya nilai kapasitas tukar kation tanah tersebut.

Kejenuhan basa (KB) merupakan sifat yang berhubungan dengan KTK, yang

dapat didefenisikan sebagai berikut :

% KB =







%

Kation-kation basa umumnya merupakan unsur hara yang diperlukan tanaman.

Disamping itu basa-basa umumnya mudah tercuci sehingga tanah

dengan kejenuhan basa tinggi menunjukkan bahwa tanah tersebut belum

banyak mengalami pencucian dan merupakan tanah yang subur (Winarso, 2005).

Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK.

Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya,

terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Kejenuhan basa sering

dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation

terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah

33
dianggap sangat subur jika kejenuhan basan≥ya80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya ≤ 50% (Mukhlis, dkk., 2011). pH Tanah
Kemasaman (pH) tanah secara sederhana merupakan ukuran aktivitas H+ dan dinyatakan sebagai – log10 [H+]. Secara praktikal ukuran logaritma aktivitas atau konsentrasi H+ ini berarti setiap perubahan satu unit pH tanah berarti terjadi perubahan 10 kali dari jumlah kemasaman atau kebasahan. Pada tanah yang mempunyai pH 6,0 berarti tanah tersebut mempunyai H+ aktif sebanyak 10 kali dibandingkan dengan tanah yang mempunyai pH 7,0 (Winarso, 2005).
Menurut Ritung, dkk., (2007) mengklasifikasikan kelas kemasaman tanah sebagai berikut : pH < 4,5 (sangat masam) pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH 6,6 – 7,5 (netral) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis) pH > 8,5 (alkalis)
Peranan pH tanah, antara lain : a. Mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman b. Mempengaruhi nilai kapasitas tukar kation (KTK), terutama kejenuhan basa
(KB) suatu tanah c. Mempengaruhi keterikatan unsur P d. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme.

34
e. Mempengaruhi perubahan muatan listrik pada permukaan kompleks liat atau humus
(Winarso, 2005). C-Organik Tanah
Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK). Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah. Sekitar 20 – 70 % kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KPK tanah (Stevenson, 1982). Dilaporkan bahwa penambahan jerami 10 ton/ha pada Ultisol mampu meningkatkan 15,18 % KPK tanah dari 17,44 menjadi 20,08 cmol (+) /kg (Cahyani, 1996 dalam Atmojo, 2003).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah : − Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah − Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya − Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas
tukar kation menjadi tinggi) − Sumber energi bagi mikroorganisme (Winarso, 2005).

35
Karakteristik Tanah Sawah Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah,
baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan dan sebagainya. Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang ”dikeringkan” dengan membuat saluran-saluran drainase (Hardjowigeno, dkk., 2004).
Menurut data yang dikemukakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS, 2001), luas lahan sawah di Indonesia pada tahun 2000 adalah 7.787.339 ha. Dari luasan tersebut, sebagian besar berada di Pulau Jawa, yaitu 3,34 juta ha (42,9 % dari luas total lahan sawah Indonesia), kemudian Sumatera 2,11 juta ha (27,1 %), Kalimantan 0,97 juta ha (12,4 %), dan Sulawesi 0,96 juta ha (12,4 %). Sebaran lahan sawah di Pulau Sumatera yang terluas terdapat di Sumatera Utara (0,52 juta ha) diikuti oleh Sumatera Selatan (0,43 juta ha), Nanggroe Aceh Darussalam (0,30 juta ha), Lampung (0,29 juta ha) dan Sumatera Barat (0,23 juta ha). Luas lahan sawah di Provinsi Jambi, Riau, dan Bengkulu berturu

Dokumen yang terkait

Konservasi Lahan Padi Sawah (Oryza Sativa, L) Dengan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Di Desa Aman Damai Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat

0 39 76

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo (Oryza sativa L.), dan Sorgum (Shorgum bicolor) di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

1 4 82

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo (Oryza sativa L.), dan Sorgum (Shorgum bicolor) di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 12

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo (Oryza sativa L.), dan Sorgum (Shorgum bicolor) di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 2

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo (Oryza sativa L.), dan Sorgum (Shorgum bicolor) di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 4

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo (Oryza sativa L.), dan Sorgum (Shorgum bicolor) di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 23

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo (Oryza sativa L.), dan Sorgum (Shorgum bicolor) di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 2

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah, Padi Gogo (Oryza sativa L.), dan Sorgum (Shorgum bicolor) di Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Appendix

0 0 19

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 23

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 11