PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLAK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA KOPERASI

(1)

(Skripsi)

Oleh: HERMANTO

(0856051020)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG 2012


(2)

Hal.

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pengukuran Kinerja ... 8

1. Pengertian Pengukuran Kinerja... 8

2. Metode Pengukuran Kinerja ... 9

3. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja ... 13

4. Manfaat Pengukuran Kinerja ... 14

5. Kelemahan Pengukuran Kinerja Tradisional ... 15

B. Balanced Scorecard ... 15

1. PengertianBalanced Scorecard... 15

2. KeunggulanBalanced Scorecard... 16

3. KelemahanBalanced Scorecard... 17

C. Aspek Pengukuran KinerjaBalanced Scorecard ... 18

1. Perspektif Keuangan ... 18

2. Perspektif Konsumen ... 19

3. Perspektif Proses Bisnis Internal... 21

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran... 22 i


(3)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... 28

B. Deskripsi Data ... 29

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Definisi Konseptual ... 32

F. Definisi Operasional ... 34

G. Perhitungan Skor Masing-Masing Aspek ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 37

1. Uji Validitas ... 37

2. Uji Reliabilitas ... 37

3. Mengukur Kinerja Masing-Masing Aspek ... 39

I. Pengukuran Komprehensif Empat Aspek... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Gambarn Umum Koperasi ... 45

1. Sejarah Koperasi SAINS... 45

2. Visi dan Misi Koperasi SAINS ... 46

3. Peran Koperasi Sarana Insan Sejahtera SAINS ... 47

4. Falsafat Koperasi Sarana Insan Sejahtera ... 47

5. Struktur Organisasi ... 47

B. Data Deskriptif ... 48

1. Gambaran Umum Responden Aspek Konsumen dan Pembelajaran Serta Pertumbuhan ... 48

2. Uji Kualitas Data Penelitian... 49

C. Hasil Pengukuran Kinerja Masing-masing Aspek ... 50

1. Hasil Kinerja Aspek Keuangan ... 50

2. Hasil Kinerja Aspek Konsumen... 52

3. Hasil Kinerja Aspek Proses Bisnis Internal ... 53

4. Hasil Kinerja Aspek Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 55 ii


(4)

a. Hasil KinerjaBalanced Scorecard Terhadap Aspek Keuangan 58 b. Hasil KinerjaBalanced Scorecard Terhadap Aspek Konsumen 59 c. Hasil KinerjaBalanced ScorecardTerhadap Aspek Proses

Bisnis Internal ... 61 d. Hasil Aspek Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 62 e. Hasil Total Empat Aspek ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(5)

iv

Hal.

Tabel 1. Pertumbuhan Koperasi di Lampung 2007 2011 ... 2

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel... 34

Tabel 3. Indikator Gabungan Aspek Keuangan ... 39

Tabel 4. Indikator Gabungan Aspek Konsumen ... 40

Tabel 5. Indikator Gabungan Aspek Proses Bisnis Internal ... 42

Tabel 6. Indikator Gabungan Aspek Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 43

Tabel 7 Hasil Kinerja Aspek Keuangan Tahun 2011... 51

Tabel 8. Kinerja Kepuasan Konsumen Tahun 2011 ... 53

Tabel 9. Hasil Kinerja Aspek Proses Bisnis Internal Tahun 2011... 54

Tabel 10. Kinerja Aspek Pembelajaran dan Pertumbuhan Tahun 2011 . 55 Tabel 11. Kinerja Total Empat Aspek ... 57


(6)

PENERAPANBALANCED SCORECARDSEBAGAI TOLAK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA KOPERASI

(Studi Pada Koperasi Sarana Insan Sejahtera Bandar Lampung) Oleh

Hermanto

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Balanced Scorecard sebagai tolak ukur kinerja pada Koperasi Sarana Insan Sejahtera Kota Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil dari penelitian ini mendapatkan beberapa kesimpulan antara lain: (1) Kinerja keuangan menunjukan hasil Poor, kinerja konsumen dinilai Good, kinerja aspek proses bisnis internal dinilaiVery Good, dan kinerja aspek pembelajaran dan pertumbuhanAverage. (2) Kinerja keseluruhan ke empat aspek dengan skala 100 maka mendapatkan nilai 52,96 yaituAverage.


(7)

APPLICATION OF THE BALANCED SCORECARD AS STANDARD ASSESSMENT IN COOPERATION

(Study on Cooperative Facility Insan Welfare Bandar Lampung)

By Hermanto

The purpose of this study is to investigate the implementation of the Balanced Scorecard as a benchmark for measuring the performance of the Cooperative Facility Insan Welfare of Bandar Lampung. This study used a descriptive method. The results of this research to get some conclusions, among others: (1) performance financial shows the results Poor, performance customer rated Good, performance internal business process aspects rated Very Good, and performance aspects of learning and Average growth. (2) performance of Cooperative scale 100 then get the value 52.96 Average.


(8)

A. Latar Belakang

Pada dasarnya koperasi berasal dari Bahasa InggrisCooperation terdiri dari dua suku kata yaituCoyang berarti bersama, danOperationyang berarti bekerja dan koperasi dapat diartikan bekerja sama (Soesilo, 2008). Sehingga organisasi koperasi adalah suatu cara atau sistem hubungan kerja sama antara orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama dan bermaksud mencapai tujuan yang di tetapakan secara bersama-sama dengan wadah koperasi. Koperasi menurut Ikatan Akuntan Indonesia (1998) adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat.

Koperasi memiliki kedudukan yang khusus dalam perekonomian Indonesia, secara konstitusional koperasi telah mendapat dukungan yang kuat dalam Undang-Undang Dasar 1945, dan dalam sejarah pembangunan ekonomi Indonesia, koperasi telah mendapat banyak dukungan bagi pengembangannya. Koperasi memiliki peranan penting dalam kegiatan perekonomian, karena koperasi dinilai mampu memberikan berbagai kelebihan kepada para anggota atau


(9)

masyarakat yang memanfaatkan keberadaannya. Pemberdayaan koperasi yang berkelanjutan dan berkomitmen untuk mengembangkan ekonomi rakyat diharapkan dapat mendukung akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat. Koperasi dan UKM terbukti menjadi penyedia kesempatan kerja yang besar, yaitu mencapai 96,211 juta orang, sementara kontribusinya dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mencapai 56,53 persen (Kementrian Koperasi dan UKM, 2011).

Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, koperasi yang ada di indonesia mengalami peningkatan dalam jumlah. Ironisnya tidak semua Koperasi yang ada berjalan dengan baik, misalnya di tahun 2011 terdapat sebanyak 188,181 koperasi yang aktif, sedangkan koperasi yang tidak aktif jumlahnya juga relatif banyak yaitu sebesar 54,515 koperasi (Kementrian Koperasi dan UKM, 2011). Fenomena tersebut juga terdapat di Provinsi Lampung yaitu setiap tahun terdapat peningkatan jumlah koperasi yang tidak aktif yang terlihat pada data pertumbuhan koperasi selama lima (5) tahun di Propinsi Lampung seperti dalam table di bawah ini.

Tabel 1. Pertumbuhan Koperasi di Lampung 2007 2011

Pada masa yang akan datang peran koperasi di Indonesia diharapkan bahkan semakin penting terutama dalam kaitannya untuk menjadi wahana pengembangan ekonomi rakyat. Namun demikian, koperasi juga akan menghadapi tantangan

Tahun Koperasi Aktif Koperasi Tidak Aktif

2007 1314 3084

2008 1294 3219

2009 1996 1407

2010 1996 1407

2011 2249 1478


(10)

yang semakin berat. Globalisasi, perkembangan sosial ekonomi masyarakat, serta perkembangan koperasi sendiri akan menuntut koperasi untuk mampu meningkatkan peran dan fungsi usahanya jika tidak ingin tergeser oleh pelaku usaha lainnya (Krisnamurthi, 1998). Sehingga koperasi memerlukan pengukuran kinerja yang objektif.

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting bagi koperasi, pengukuran tersebut, misalnya dapat digunakan untuk menilai keberhasilan koperasi, dasar penyusunan imbalan, dan sebagai penyusunan strategi yang akan datang. Selama ini, pengukuran kinerja masih dititikberatkan pada sisi keuangan saja. Sistem pengukuran kinerja yang hanya berdasarkan pada aspek keuangan sering dikenal dengan sistem pengukuran kinerja tradisional yang hanya mencerminkan keberhasilan sebuah organisasi dalam jangka pendek. Pengukuran kinerja dari aspek keuangan tersebut mudah dimanipulasi sesuai dengan kepentingan manajemen, sehingga hasil pengukuran kinerja tradisional semacam ini kurang tepat bagi keberlanjutan koperasi, yang tujuan untuk menyejahterakan anggota dan masyarakat umum. Selain itu dengan pengukuran kinerja yang hanya berdasarkan faktor keuangan saja akan mengakibatkan banyaknya sumber daya manusia yang potensial didalam koperasi tidak dapat terukur, (Faris 2011).

Gagasan untuk menyeimbangkan pengukuran aspek keuangan dengan aspek non keuangan melahirkan apa yang dinamakanBalanced Scorecard. Konsepbalanced scorecard adalah pendekatan terhadap strategi manajemen. Menurut Mulyadi (2001) balanced scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipat gandakan


(11)

kinerja keuangan, bagi organisasi untuk berinvestasi dalam jangka pajang. Kaplan dan Norton (1996) mengidentifikasi empat perspektifbalanced scorecardyaitu:

1. Perspektif finansial 2. Perspektif pelanggan

3. Perspektif proses bisnis internal

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan karyawan, manajemen, dan organisasi

Keempat aspek yang ada pada balanced scorecard diharapkan dari kegiatan perusahaan tingkat atas sampai tingkat bawah mengetahui apa misi dan strategi yang di lakukan. Kaplan dan Norton (1996) menyebutkan Balanced scorecard bukan sebagai pengendali perilaku tetapi sebagai sarana komunikasi, informasi dan proses belajar perusahaan dalam melaksanakan fungsi organisasi dan sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan misi dan stategi perusahaan untuk mencapai tujuan.

Pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard (BSC) akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced scorecard memungkinkan untuk mengukur apa yang telah diinvestasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja di masa depan. Melalui metode yang sama dapat dinilai pula apa yang telah dibina dalamintangible assets seperti merk dan loyalitas pelanggan.

Koperasi Sarana Insan Sejahtera (SAINS) Bandar Lampung merupakan koperasi yang bergerak di bidang serba usaha, dan memiliki beberapa unit usaha yang lebih dari satu diantaranya unit usaha perdagangan umum, distribusi, perikanan, simpan


(12)

pinjam, gadai syariah, kontraktor, real estate dan jasa. Koperasi SAINS berkembang pesat dalam jumlah anggota, terbukti dari tahun 2009 hanya memiliki 25 anggota naik menjadi 235 anggota di tahun 2011. Terdapat keunggulan yang tidak dimiliki koperasi lainnya yaitu memiliki lembaga pelatihan koperasi COIN (cooporation institute) yang memberikan pendidikan dasar koperasi hingga menjadi manajer di koperasi. Koperasi SAINS juga mengembangkan bisnisnya di bidang media cetak. Dengan demikian koperasi ini memiliki keragaman usaha yang membutuhkan manajerial yang kuat dan mampu konsisten menjalankan lini usaha yang ada.

Dilain sisi permasalahan yang terjadi di koperasi SAINS, seperti yang dialami koperasi-koperasi di Lampung pada umumnya yaitu kurangnya percepatan pertumbuhan organisasi yang mengakibatkan pasang surutnya koperasi baik dari kendala permodalan, kurangnya sumberdaya manusia untuk mengelola organisasi, dan kepercayaan dari internal organisasi. Sehingga organisasi perlu menngevaluasi kinerja organisasi untuk dijadikan landasan menentukan strategi kedepan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat untuk mengukur kinerja koperasi yang dapat mengetahui sejauh mana strategi dan capaian sasaran yang telah ditentukan dapat.

Melihat fenomena tersebut di atas, maka perlu digunakan alternatif penilaian kinerja pengurus Koperasi Sarana Insan Sejahtera dengan menggunakanbalanced scorecard yang lebih komprehensif, akurat dan terukur. Dari latar belakang dan Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Kinerja Pada Koperasi (Studi Kasus Koperasi


(13)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini bagaimana kinerja Koperasi Sarana Insan Sejahtera Bandar Lampung bila diukur dengan menggunakan Balanced Scorecard?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Koperasi Sarana Insan Sejahtera Bandar Lampung jika di ukur denganBalanced Scorecard .

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Perusahaan

Bagi Koperasi Sarana Insan Sejahtera diharapkan dapat memberikan evaluasi baru dalam pengukuran kinerja yaitu dengan menggunakan balanced scorecard yang mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan pengukuran kinerja dengan sistem tradisional. Oleh karena itu, penggunaan pengukuran kinerja dengan balanced sorecard ini dapat diterapkan ditahun-tahun yang akan datang.

2. Bagi akademisi.

Manfaat bagi pembaca dapat dijadikan bacaan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan bukti empiris mengenai kinerja koperasi yang diukur berdasarkan konsepbalanced scorecard.


(14)

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan evaluasi bagi Koperasi Insan Sejahtera Bandar Lampung dalam pengembangan kapasitas sumber daya organisasi.


(15)

A. Sistem Pengukuran Kinerja 1. Pengertian Pengukuran Kinerja

Kinerja merupakan suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, seiring dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu dasar efisiensi, pertanggung-jawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Fauzi, 1995). Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997) mendefinisikan penilaian kinerja sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka lakukan dalam organisasi. Setiap organisasi mengharapkan kinerja yang memberikan kontribusi untuk menjadikan organisasi mampu bersaing dengan pesaingnya. Sehingga dibutuhkan suatu penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi.


(16)

Penilaian kinerja juga dapat dibedakan menjadi penilaian kerja intern dan penilaian kerja ekstern. Penilaian kerja intern merupakan penelitian atau kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian dari pencapaian tujuan perusahaan baik di bidang keuangan atau secara keseluruhan. Penilaian ini dilakukan dengan maksud memberi petunjuk pembuatan keputusan dan mengevaluasi kinerja manajemen. Sedangkan penilaian kinerja ekstern merupakan penilaian atas prestasi yang dicapai oleh satu satuan perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat hasil pelaksanaan kegiatannya. Penilaian ini dilakukan dengan maksud sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya, sehingga dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan produktifitas. James B. Whittaker dalam Government Performance Measurement

pengukuran kinerja publik seharusnya dapat digunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.

2. Metode Pengukuran Kinerja

Terdapat dua pengukuran kinerja yaitu: a. Pengukuran Kinerja Tradisional

Menurut Ikhsan (2005) manajemen tradisional melakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan ukuran keuangan yaitu hasil laporan keuangan yang di wujudkan dalam rasio keuangan antara lain likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan rasio lainnya. Hal tersebut di perkuat dengan pendapat (Mulyadi, 2001) dalam manajemen tradisional, ukuran kinerja yang biasa di gunakan adalah ukuran


(17)

keuangan, karena ukuran keuangan mudah dilakukan pengukurannya. Ukuran keuangan yang biasa digunakan adalah rasio keuangan meliputi:

1. Rasio likuiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo. Rasio ini merupakan rasio aktiva lancar terhadap utang lancar.

2. Rasio leverage, yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan di biayai oleh utang.

3. Rasio Aktivitas yaitu menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan didalam memanfaatkan harta yang dimilikinya.

4. Rasio profitabilitas, yang mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi perusahaan.

5. Rasio pertumbuhan, yang mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya.

6. Rasio penilaian mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui biaya industri.

Menurut Weston dan Copeland (1989) pengukuran kinerja dengan menggunakan rasio-rasio seperti diatas mempunyai keterbatasan-keterbatasan yaitu:

1. Rasio ini disusun berdasarkan data akuntansi dan data ini dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. 2. Jika perusahaan menggunakan tahun fiskal yang berbeda atau jika faktor

musiman merupakan pengaruh yang penting maka akan mempunyai pengaruh pada rasio-rasio perbandingannya.


(18)

3. Analisis harus sangat hati-hati dalam menentukan baik buruknya suatu rasio dalam membentuk suatu penilaian menyeluruh dari perusahaan berdasarkan serangkaian rasio keuangan.

4. Rasio yang sesuai dengan rata-rata industri tidak memberikan kepastian bahwa perusahaan berjalan normal dan memiliki manajemen yang baik.

b. Pengukuran Kinerja Kontemporer

Terdapat dua konsep pengukuran kinerja dalam pengukuran kinerja kontemporer (Ikhsan, 2005) yaitu:

1. Economic Value Added (EVA)

Economic Value Added (EVA) adalah nilai tambah ekonomis yang di ciptakan perusahaan dari kegiatan atau strateginya selama periode tertentu. Prinsip EVA memberikan sistem pengukuran yang baik untuk menilai suatu kinerja dan prestasi keuangan manajemen perusahaan karena EVA berhubungan langsung dengan nilai pasar sebuah prusahaan. Pendekatan EVA adalah pendekatan arus kas, sehingga perlu dilakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, guna menghilangkan distorsi akuntansi dan distorsi keuangan (Ikhsan 2005).

EVA = (r c*) xCapital

=( Rate of Return - Cost of Capital ) x Capital = NOPAT - c* xCapital

=Operating Profits - a Capital Charge

EVA juga memiliki keunggukan (Mirza , 1997 ) sebagai berikut:

a. EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan biaya modal sebagai konsekuensi investasi


(19)

b. Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan, hanya dengan menjadi persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan data yang lebih banyak dan memerlukan analisa mendalam.

c. EVA dapat digunakan secara mendiri tanpa memerlukan data pembanding seperti standar industri atau data lain, sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisa rasio, karena dalam praktiknya data pembanding ini sering kali tidak tersedia.

Disamping keunggulan yang dimiliki, EVA juga ternyata mempunyai kelemahan-kelemahan seperti yang dikemukakan oleh Faisal (2003):

a. Secara konseptual, EVA memang lebih unggul dari pada pengukur tradisional akuntansi, namun secara praktis belum tentu dapat diterapkan dengan mudah.

b. EVA adalah alat ukur semata dan tidak bisa berfungsi sebagai cara untuk mencapaisasaran perusahaan sehingga diperlukan suatu cara bisnis tertenru untuk mencapai sasaran perusahaan.

c. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada satu tahun tertentu. d. Masih mengandung unsur keberuntungan (tinggi rendahnya EVA dapat.

2. Balanced Score Card (BSC)

Balanced Score Card, mempunyai arti bahwa hasil kinerja manajemen diukur secara berimbang antara aspek keuangan dan aspek non keuangan (Ikhsan, 2005) yang membedakanBalanced Score Card dengan pengukuran tradisional adalah adanya keseimbangan antara ukuran kinerja yang digunakan, yang meliputi keseimbangan antara indikator keuangan dan non keuangan, keseimbangan antara unsur internal dan eksternal organisasi. Balanced Score Card mencoba menerjemahkan misi dan strategi ke dalam


(20)

seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dalam manajemen stratejik. Balanced Score Card mengukur kinerja dengan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan proses belajar dan perkembangan.

3. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Menurut Robert dan Anthony (2001), tujuan dari sistem pengukuran kinerja adalah untuk membantu dalam menetapkan strategi. Dalam penerapan sistem pengukuran kinerja terdapat empat konsep dasar:

a. Menentukan strategi

Hal ini paling penting adalah tujuan dan target organisasi dinyatakan secara ekspilit dan jelas. Strategi harus dibuat pertama kali untuk keseluruhan organisasi dan kemudian dikembangkan ke level fungsional dibawahnya. b. Menentukan pengukuran strategi

Pengukuran strategi diperlukan untuk mengartikulasikan strategi ke seluruh anggota organisasi. Organisasi tersebut harus fokus pada beberapa pengukuran kritikal saja. Sehingga manajemen tidak terlalu banyak melakukan pengukuran indikator kinerja yang tidak perlu.

c. Mengintegrasikan pengukuran ke dalam sistem manajemen

Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik secara formal maupun informal, juga merupakan bagian dari budaya perusahaan dan sumber daya manusia perusahaan.

d. Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan

Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja organisasi apakah masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu. Pengukuran kinerja


(21)

membantu manajer dalam memonitor implementasi strategi bisnis dengan cara membandingkan hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Sistem pengukuran kinerja biasanya terdiri atas metode sistematis dalam penempatan sasaran dan tujuan serta pelaporan periodik yang mengidentifikasikan realisasi atas pencapaian sasaran dan tujuan.

4. Manfaat Pengukuran Kinerja

Menurut Lynch dan Cross (1993), manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sebagai berikut:

a. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

b. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata-rantai pelanggan dan pemasok internal.

c. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

d. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih kongkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

5. Kelemahan Pengukuran Kinerja Tradisional

Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan pengukuran kinerja yang menitik beratkan pada kinerja keuangan yaitu:

1. Ketidak mampuan mengukur kinerja harta tidak tampak dan harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.


(22)

2. Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik.

B. Balanced Scorecard

1. PengertianBalanced Scorecard

Menurut Atkinson (1995), balanced scorecard sebenarnya merupakan serangkaian target kinerja dan target hasil yang menggambarkan kinerja dan target hasil yang menggambarkan kinerja organisasi dalam mencapai tujuannya sehubungan dengan stakeholdernya sebagai prioritas pengukuran yang pertama. Secara formal, konsep balanced scorecard menyatakan bahwa organisasi harus mengukur berbagai segi dari kinerja perusahaan yang mewakili bermacam-macam keinginan atau permintaan dari kelompok stakeholdernya yang berbeda-beda. Balanced Scorecardmenekankan bahwa pengukuran keuangan dan non keuangan harus merupakan bagian dari informasi bagi seluruh pegawai dari semua tingkatan bagi organisasi. Balanced Scorecard juga menyatakan keseimbangan antara semua ukuran hasil yang objektif dan mudah dikuantifikasi dengan faktor penggerak kinerja berbagai ukuran hasil yang subjektif dan agak berdasarkan pertimbangan sendiri. Balanced scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang inovatif mengunakanbalancedscorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang perusahan mengunakan fokus pengukuran balanced scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting seperti:


(23)

b. Mengkomunikasikan dan mengkaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis.

c. Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.

d. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategi.

Pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard sebagai suatu kerangka kerja strategis dengan ke-empat perspektif dimaksud (Kaplan dan Norton,1996) dijelaskan secara detail berikut ini;

Gambar 2.1:Balanced ScorecardSebagai Suatu Kerangka Kerja Tindakan Strategis

2. KeunggulanBalanced Scorecard

Menurut Lasdi (2002) dibanding dengan pengukuran kinerja yang lain, Balanced Scorecardmempunyai banyak keunggulan karenaBalanced Scorecard:

a. Merupakan sekumpulan pengukuran yang memberikan pandangan bisnis yang luas dan komprehensif kepada manajemen puncak.

Memperjelas dan Menerjemahkan Visi dan Strategi

Memperjelas Visi Menghasilkan Konsensus

Umpan Balik dan pembelajaran Strategi

Mengartikulasi Visi bersama Memberikan Umpan baik strategi Memfasilitasi tinjauan ulang dan pembelajaran strategi

Mengkomunikasikan dan menghubungkan

Mengkomunikasikan dan mendidik Memenetapkan tujuan

Mengkaitkan imbalan dengan ukuran kinerja - Tonggak

Merencanakan dan menetapkan sasaran Menetapkan sasaran

Memadukan inisiatif strategi Mengalokasikan sumber daya Menetapkan tonggak-tonggak penting Balanced

Scorecard


(24)

b. Memberitahukan akibat-akibat dari terjadinya kegagalan

c. Menggabungkan pengukuran keuangan dan operasional pada kepuasan konsumen, proses interval, inovasi organisasi, dan pertumbuhan organisasi. d. Meminimkan kelebihan informasi dengan membatasi jumlah pengukuran yang

digunakan.

e. Mendorong manajer untuk melihat bisnis dari empat (4) pandangan yaitu financial prespective, customer perspective, internal prosess perspective, innovation and learning perspective.

3. KelemahanBalanced Scorecard

Balanced Scorecard mempunyai kelemahan di banding dari manajemen tradisional Lasdi (2002).

a. Sulitnya mendapatkan data sebagai sumber penelitian. b. Membutuhkan waktu yang lama untuk mengolah data.

c. Memperinci proses penelitian supaya mendapat hasil yang tepat.

C. Aspek Pengukuran KinerjaBalanced Scorecard

1. Perspektif Keuangan

Balanced Scorecard tetap memperhatikan kinerja keuangan tetap menjadi perhatian, karena ukuran keuangan merupakan suatu ikhtisar dan konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan ekonomi yang diambil (Mirza, 1997). Ukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, sasaran


(25)

strategi, inisiatif strategi dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba bagi perusahaan, Kaplan dan Norton (1996) mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu:

a. Pertumbuhan (growth)

Growthadalah tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang baik. Perusahaan dalam tahap ini mungkin secara aktual beroperasi dalam arus kas yang negatif dari tingkat pengembalian atas modal investasi yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada pada tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat pertumbuhan penerimaan atau penjualan dalam pasar yang ditargetkan.

b. Bertahan (Sustain Stage)

Sustain stage merupakan suatu tahap dimana perusahaan masih melakukan investasi dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam hal ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Secara konsisten pada tahap ini perusahaan tidak lagi bertumpuk pada strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuntungan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.

c. Menuai

Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan fasilitas, tidak untuk


(26)

melakukan ekspansi atau membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahapan ini adalah memaksimumkan kas yang masuk ke perusahaan. Untuk menjadikan organisasi suatu institusi yang mampu berkreasi diperlukan keunggulan di bidang keuangan. Melalui keunggulan di bidang ini, organisasi menguasai sumber daya yang sangat diperlukan untuk mewujudkan tiga perspektif strategi lain yaitu perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif proses pertumbuhan dan pembelajaran.

2. Perspektif Konsumen

Suatu produk atau jasa dikatakan mempunyai nilai bagi konsumennya jika manfaat yang diterimanya relatif lebih tinggi dari pada pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen tersebut untuk mendapat produk dan jasa itu. Produk atau jasa tersebut akan semakin mempunyai nilai apabila manfaatnya mendekati ataupun melebihi dari apa yang diharapkan oleh konsumen. Menurut Kaplan dan Norton (1996 ) perusahaan diharapkan mampu membuat suatu segmentasi pasar dan ditentukan target pasarnya yang paling mungkin untuk dijadikan sasaran sesuai dengan kamampuan sumber daya dan rencana jangka panjang perusahaan. Dalam perspektif konsumen terdapat 2 kelompok perusahaan yaitu:

1. Kelompok perusahaan inti konsumen (customer core measurement group). Kelompok-kelompok pengukuran inti konsumen yaitu:

a. Pangsa Pasar (Market Share)

Menggambarkan seberapa besar penjualan yang dikuasai oleh Perusahaan dalam suatu segmen tertentu.


(27)

Tingkat kemampuan perusahaan untuk mempertahankan hubungan dengan konsumennya yang mungkin seberapa besar perusahaan berhasil mempertahankan pelanggan lama.

c. Kemampuan meraih konsumen baru (customer acquisition)

Tingkat kemampuan perusahaan demi memperoleh dan menarik konsumen baru dalam pasar.

d. Tingkat kepuasan konsumen (costumer satifaction)

Merupakan suatu tingkat kepuasan konsumen terhadap kriteria kinerja atau nilai tertentu yang diberikan oleh perusahaan.

e. Tingkat protabilitas konsumen (customer profitability)

Mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diperoleh perusahaan dari penjualan kepada konsumen atau segmen pasar

2. Kelompok pengukur nilai konsumen (customer value measement)

Merupakan kelompok penunjang yang merupakan konsep kunci untuk memahami pemicu-pemicu. Dari kelompok-kelompok pengukuran inti konsumen, kelompok pengukuran nilai konsumen terdiri dari:

a. Atribut-atribut produk dan jasa (produkt atau service) Atribut-atribut produk-produk jasa harga dan fasilitasnya. b. Hubungan dengan konsumen (customer relationship)

Meliputi hubungan dengan konsumen yang melalui pengisian produk atau jasa kepada konsumen, termasuk dimensi respon dan waktu pengirimannya dan bagaimana pula kesan yang timbul dari konsumen setelah membeli produk atau jasa perusahaan tersebut.


(28)

Dalam dimensi ini termuat faktor-faktor yang membuat konsumen merasa tertarik pada perusahaan seperti hasil promosi baik secara personal (melalui pameran-pameran,door to door) maupun lewat media masa atau elektronik ataupun ungkapan-ungkapan yang mudah diingat oleh konsumen.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Perspektif proses bisnis internal, perusahaan harus mengidentifikasikan proses internal yang penting dimana perusahaan harus melakukannya dengan sebaik-baiknya. Karena proses internal tersebut memiliki nilai-nilai yang diinginkan pelanggan dan akan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh pemegang saham (Hermawan, 1996). Para manager harus memfokuskan perhatiannya pada proses bisnis internal yang menjadi penentu kepuasan pelanggan kinerja perusahaan dari perspektif pelanggan. Kinerja dari perspektif tersebut diperoleh dari proses kinerja bisnis internal yang diselenggarakan perusahaan. Perusahaan harus memilih proses dan kompetensi yang menjadi unggulannya dan menentukan ukuran-ukuran untuk menilai kinerja proses dan kompetensi tersebut. Masing-masing perusahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya. Secara umum Kaplan dan Norton (1996) membaginya menjadi tiga prinsip dasar yaitu:

1. Inovasi

Pengukuran kinerja dalam proses inovasi selama ini kurang mendapatkan perhatian, dibandingkan pengukuran kinerja yang dilakukan dalam proses operasi. Pada tahap ini perusahaan mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan para konsumen di masa kini dan masa mendatang serta merumuskan cara untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut.


(29)

2. Operasional

Tahap ini merupakan tahap akhir di mana perusahaan secara nyata berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggannya dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan langganan dan kebutuhan mereka. Kegiatan operasional berasal dari penerimaan pesanan dari pelanggan dan berakhir dengan pengiriman produk atau jasa pada pelanggan. Kegiatan ini lebih mudah diukur kejadiannya yang rutin dan terulang.

3. Layanan pasca jual

Dalam tahap ini perusahaan berupaya memberikan manfaat tambahan kepada para pelanggan yang telah membeli produk-produknya dalam bentuk layanan pasca transaksi.

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Tujuan dimasukkannya kinerja ini adalah untuk mendorong perusahaan menjadi organisasi belajar (learning organization) sekaligus mendorong pertumbuhannya, Kaplan dan Norton (1996) membagi tolak ukur perspektif ini dalam tiga prinsip yaitu:

1. People

Tenaga kerja pada perusahaan dewasa ini lebih lanjut dituntut untuk dapat berpikir kritis dan melakukan evaluasi terhadap proses dan lingkungan untuk dapat memberikan usulan perbaikan. Oleh sebab itu, dalam pengukuran strategi perusahaan, salah satunya harus berkaitan secara spesifik dengan kemampuan pegawai, yaitu apakah perusahaan telah merencanakan peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang


(30)

dimiliki. Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia ada tiga hal yang perlu ditinjau dalam menerapkanBalanced Scorecard:

a. Tingkat kepuasan karyawan

b. Tingkat perputaran karyawan (retensi karyawan) c. Produktivitas karyawan

2. System

Motivasi dan ketrampilan karyawan saja tidak cukup untuk menunjang pencapaian tujuan proses pembelajaran dan pertumbuhan apabila mereka tidak memiliki informasi yang memadai. Pegawai di bidang operasional memerlukan informasi yang memadai. Pegawai di bidang operasional memerlukan informasi yang cepat, tepat waktu dan akurat sebagai umpan balik, oleh sebab itu karyawan membutuhkan suatu system informasi yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

3. Organizational Procedure

Prosedur yang dilakukan suatu organisasi perlu diperhatikan untuk mencapai suatu kinerja yang handal. Berbagai prosedur perusahaan dapat digunakan untuk memeriksa keselarasan insentif pekerja dengan faktor keberhasilan perusahaan keseluruhan dan tingkat perbaikan yang berorientasi pada konsumen dan proses internal yang penting. Idealnya suatu organisasi tidak hanya mempertahankan kinerja relatif yang ada, melainkan harus memperbaiki secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan dan dicapai apabila perusahaan melibatkan karyawan langsung terkait dalam proses bisnis internal.


(31)

D. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai Balanced Scorecard sebagai pengukuran kinerja perusahaan telah dilakukan. Penelitian tersebut menunjukan bahwa pengukuran kinerja dengan konsep Balanced Scorecard lebih memberikan informasi yang akurat, karena tidak hanya mengukur kinerja keuangan, tetapi juga kinerja non keuangan. Beberapa penelitian tersebut antara lain :

Farida Nur Anifah (2004),

Koperasi Baitul Mall Wattamwil (BMT) Menggunakan Pendekatan Metode Balanced Scorecard (studi kasus pada BMT Kraton dan BMT Wonorejo) Penelitian masih dengan menggunakan metode dokumentasi atau studi pustaka. Hasil dari penelitian ini kinerja BMT Kraton dan BMT Wonorejo dengan menggunakan balanced scorecard mengalami peningkatan dari waktu ke waktu selama periode 2003-2007 selain itu berdasarkan pendekatan metode Balanced Scorecard menampakkan adanya perbedaan pada persepktif keuangan, perspektif internal bisnis dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Sedangkan pada perspektif pelanggan tidak terlihat adanya perbedaan yang menonjol.

Hasil penelitian yang telah di lakukan oleh Debby Marista (2002) mengenai Analisis Penelitian Kinerja Menggunakan Balanced Scorecard (Studi Kasus pada PT Andalan Pasific Samudera Semarang) memperlihatkan hasil dalam perspektif keuangan terdapat peningkatan profit margin dan rasio operasi, namun dalam ROI mengalami penurunan. Perspektif konsumen terdapat peningkatan retensi konsumen, akuisisi konsumen, profitabilitas konsumen, kepuasan konsumen. Perspektif proses bisnis internal terdapat peningkatan cycle effectivesness, dan


(32)

layanan purna jual. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terdapat peningkatan perputaran karyawan, dan kemampuan sistem informasi.

Penelitian menggunakan balanced scorecard untuk pengukuran kinerja pemerintah daerah dilakukan oleh Junaedi (2002). Penelitian masih dengan menggunakan metode dokumentasi atau studi pustaka. Hasil penelitian ini adalah pengukuran kinerja dengan balanced scorecard dapat memberikan gambaran kinerja yang lebih komprehensif. Penelitian Junaedi (2002) mempunyai metode yang mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Lasdi (2002). Dari beberapa penelitian tersebut perlu adanya penelitian lebih lanjut serta mendalam berupa penerapan pengukuran kinerja dengan pendekatan balanced scorecard. Sehingga penelitian yang akan dilakukan ini mempunyai kaitan cukup erat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Lasdi (2002) dan Junaedi (2003).

Dari penelitian menggunakan balanced scorecard yang telah di uraikan di atas memberikan wawasan penelitian yang akan saya buat dengan judul penerapan Balanced Scorecard Sebagai Tolak Ukur Kinerja Pada Koperasi (Studi Kasus Koperasi Sarana Insan Sejahtera Bandar Lampung), sehingga arah dari penelitian ini tidak jauh berbeda dari penelitian sebelumnya.

E. Kerangka Pemikiran

Tolak ukur kinerja pengurus dalam pencapaian tujuan koperasi dengan menggunakan Balanced Scorecard tersebut memandang unit bisnis dari empat aspek, yaitu aspek keuangan, aspek konsumen, aspek bisnis internal, dan aspek pertumbuhan dan pembelajaran. Aspek kuangan memberikan petunjuk apakah strategi pengurus dalam pencapaian tujuan memberikan kontribusi atau tidak kepada koperasi. Aspek konsumen memungkinkan pengurus untuk


(33)

mengartikulasikan strategi yang berorientasi pada anggota sebagai konsumen dan pasar yang nantinya akan memberikan keuntungan masa depan yang lebih besar. Sedangkan aspek proses bisnis internal memberikan informasi proses internal prusahaan yang akan berdampak kepada kepuasan konsumen dan pencapaian tujuan keuangan prusahaan. Sementara aspek pembelajaran dan pertumbuhan mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun koperasi dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Secara skematik kerangka penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

1. Kinerja Keuangan

2. Kinerja Konsumen

3. Proses Bisnis Internal

4. Pembelajaran dan Pertumbuhan

Kinerja Organisasi


(34)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Sugiono (2009) yaitu tipe penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan tentang fenomena sosial tertentu termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang sedang terjadi atau berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena secara terperinci, penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Menurut Nazir (1999) penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sedangkan menurut (Supranto,1998) penelitian deskriptif adalah yang bertujuan untuk menguraikan karakteristik (sifat-sifat) tentang suatu keadaan pada waktu tertentu dari suatu populasi tertentu. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau melukiskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang terikat.


(35)

a. Jenis data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dengan cara membagikan kuisioner atau angket kepada responden dan interview.

b. Sumber data 1. Data primer

Data primer menurut Kuncoro (2003) adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli, dalam menentukan informan penelitian ini. Data sumber daya manusia diambil dari pengurus dan karyawan koperasi Sarana Insan Sejahtera, sedangkan untuk konsumen di ambil dari anggota koperasi Sarana Insan Sejahtera. Data yang harus diisi oleh karyawan meliputi data pribadi (identitas responden), budaya koperasi, komunikasi organisasi, dan kinerja karyawan. Sedangkan untuk konsumen meliputi data pribadi (identitas responden), reliability (keandalan), responsiveness (cepat tanggap), assurance(jaminan),emphaty(empati),tangible(kasat mata).

2. Data sekunder

Data sekunder menurut Kuncoro (2003) adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data yang tidak didapatkan secara langsung oleh peneliti tetapi diperoleh dari data yang dimiliki oleh koperasi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti (misalnya data tentang pengurus, anggota, struktur organisasi, dan absensi).

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi


(36)

Sugiono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu

a. Sumber Daya Manusia yaitu karyawan dan pengurus b. Konsumen yaitu terdiri dari anggota koperasi

2. Sampel

Sampel Menurut Sugiono (2009) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Penelitian dalam menentukan sampel sumberdaya manusia yaitu mengunakan sampling jenuh, menurut Sugiono (2009), sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel jika semua anggota populasi di gunakan sebagai sampel, hal ini dilakukan karena jumlah populasi dalam penelitian ini relatif kecil, dan sampel untuk sumberdaya manusia yaitu karyawan dan pengurus berjumlah 19 yang menjadi sampel. Sedangkan sampel untuk anggota yaitu menggunakan rumus Slovin (Umar, 2004) dengan signifikasi 10% maka di dapat:

2 1 Ne N n 2 ) 10 , 0 ( 235 1 235 n ) 01 , 0 ( 235 1 235 n 35 . 2 1 235 n


(37)

n = 71 Keterangan: n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

e : Persen kelonggaran ketidak telitian yang masih di tolerir

Sehingga sampel di peroleh dalam penelitian ini dari sumber daya manusia dan konsumen di dapat sebanyak 90.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini, responden diminta untuk menjawab beberapa hal yang berkaitan dengan identitas diri, dan memberikan tanggapan terhadap indikator variabel sikap yang terdiri dari kepercayaan (belief) dan evaluasi (evaluation) terhadap kinerja organisasi.

2. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan panduan wawancara (interview guide). Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi terkait Koperasi SAINS. Wawancara dilakukan kepada pengurus dan anggota.

3. Dokumentasi yaitu penulis mengadakan penelitian terhadap dokumen Koperasi SAINS berupa laporan keuangan, jumlah karyawan, data yang menyangkut


(38)

perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan, serta profil perusahaan.

E. Definisi Konseptual

Definisi konseptual menggambarkan batasan-batasan masalah terhadap variabel yang dijadikan pedoman penelitian sehingga arah dan tujuan tidak menyimpang. Berdasarkan teorisasi dan permasalahan pada penelitian ini, meliputi:

1. Aspek Keuangan

Menurut Lasdi (2002) pengukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur. Penggunaan aspek keuangan dilakukan agar dapat memberikan kinerja suatu organisasi dalam kemampuan mengelola keuangan dan menciptakan keuntungan. Kebaikan pengukuran dalam aspek keuangan adalah perusahaan akan mengetahui kinerja pada waktu lampau. Keburukannya adalah tidak dapat memberikan bagaimana kinerja di masa mendatang. Hal ini dapat terlepas dari sifat laporan keuangan yang berdimensi waktu lampau. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung nilai ROI,cash ratio, rasio operasi, dansales growth.

2. Aspek Konsumen

Kaplan dan Norton (dalam Lasdi, 2002) menyatakan bahwa pengukuran kinerja aspek konsumen menunjukkan gambaran kepuasan konsumen dan kemampuan mempertahankan konsumen lama serta keuntungan yang diperoleh dari konsumen.


(39)

Keuntungan pengukuran ini, organisasi bisnis dapat mengetahui tingkat kepuasan stakeholders bisnis ini atau pihak konsumen sehingga dapat diambil umpan balik dari konsumen untuk menjadi pertimbangan perbaikan kinerja di masa mendatang. Kekurangannya tentu terletak pada subyektivitas konsumen atau responden yang diteliti. Pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kepuasan konsumen, dan profitabilitas konsumen.

3. Aspek Proses Bisnis Internal

Menurut Hermawan (1996) pengukuran kinerja aspek proses bisnis internal merupakan identifikasi perusahaan proses bisnis internal yang mempunyai nilai-nilai dan diinginkan konsumen. Hal ini dilakukan untuk mencari gambaran kinerja proses bisnis internal.

4. Aspek Pembelajaran dan Pertumbuhan

Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa pengukuran kinerja aspek pembelajaran dan pertumbuhan merupakan gambaran dalam mendorong perusahaan menjadi organisasi belajar (learning organization) sekaligus mendorong pertumbuhannya. Penggunaan aspek ini diterapkan agar dapat melihat bagaimana proses pembelajaran dan pertumbuhan suatu organisasi berjalan. Kelebihan pengukuran ini dapat lebih melihat sikap karyawan dan kinerja karyawan dalam perusahaan sehingga akan memberikan solusi yang baik bagi perbaikan produktivitas karyawan. Kekurangannya terletak pada kurang independennya sikap karyawan karena faktor tekanan dari pihak yang lebih mempunyai kekuasaan dalam organisasi bisnis tersebut. Pengukuran yang


(40)

dilakukan kesetiaan karyawan, produktivitas karyawan, absensi karyawan, dan kemampuan sistem informasi

F. Definisi Operasional

Dalam mengukur konsep maka dibutuhkan definisi operasional dalam menjabarkan konsep tersebut secara lebih jelas. Dalam penelitian ini, pengukuran kinerja dengan balanced scorecardakan dilakukan dengan melakukan pengukuran pada empat aspek disesuaikan dengan data yang ada. Aspek-aspek yang digunakan dalam balanced scorecardadalah:

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel (Indikator, Formula Pengukuran dan Skala Komprehensif)

No Definisi Variabel X Indikator Formula Pengukuran Skala Skala Kom prehe nsif Penjelasan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1 Kinerja Perspektif Keuangan : Menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar, perbaikan dalam sasaran yang secara

khusus berhubungan dengan keuntungan

yang terukur. (Lasdi, 2002)

X1 25 % Gambaran

seluruh Pengukuran

X1.1 ROI EBIT

ROI=

Total Aktiva

Perhitungan Skor tiap

tahun

X1.2 Cash Ratio Kas + Bank

CR= x100% Current Liabiliteies Perhitungan Skor tiap tahun X1.3 Rasio Operasi Penjualan Bersih RO= X100% Aktiva Lancar Perhitungan Skor tiap tahun X1.4 Sales Growth

Pendapatan Bruto TahunBerjalan SG= x100% Pendapatan Bruto Tahun Lalu Perhitungan Skor tiap tahun

2 Kinerja Perspektif Konsumen :

X2 25 % Gambaran

seluruh pengukuran


(41)

Adalah Gambaran Kepuasan konsumen adalah sebagai sikap keseluruhan terhadap suatu barang atau jasa

setelah perolehan (acquisition) dan

pemakainya. Menurut Moven J.C yang dikutip

oleh Fandi Ciptono,(2006) X2.1 Kepuasan Konsumen Survey Kepuasan Konsumen -Reliability (keandalan), Responsiveness(cepat tanggap),Assurance (jaminan),Emphaty

(empati),Tangible(kasat mata). Analisis scoring hasil survey X2.2 Profitabilitas Konsumen (PK) Perhitungan Skor tiap tahun Pendapatan Produk

PK= X100% Total Keuntungan

3 Kinerja Perspektif Proses Bisnis

Internal : Merupakan identifikasi perusahaan proses bisnis internal yang

mempunyai nilai-nilai dan didinginkan

konsumen. (Hermawan, 1996)

X3 25% Gambaran

seluruh pengukuran X3.1 Rasio Pelayanan Rata-rata Jumlah Konsumen/hr = x100%

Jumlah yang Melayani/hr

Perhitungan Skor tiap

tahun

X3.2 Rasio Respon Pengurus

Rata-rata Masalah Anggota/hari

= x100%

Jumlah Pengurus yang Melayani/hr Perhitungan Skor tiap tahun X3.3 Rasio Ketepatan Pencapaian Target Operasi Pencapaian Target Operasi = x100% Penyelesaian Operasi Perhitungan Skor tiap tahun X3.4 Rasio Ketepatan Pembayaran Simpanan Wajib Ketepatan Pembayaran Simpana Anggota/bln = x100% Jumlah Anggota Perhitungan Skor tiap tahun

4 Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan : Merupakan gambaran dalam mendorong perusahaan menjadi organisasi belajar (learning organization)

X4 25 % Gambaran

seluruh pengukuran X4.1 Kesetiaan

Karyawan

Jumlah Karyawan Yang Bekerja

= x100%

Jumlah Total Karyawan Tahun Berjalan

Perhitungan Skor tiap


(42)

G. Perhitungan Skor Masing-Masing Aspek

Perhitungan skor masing-masing aspek dapat dilakukan dengan mengikuti langkah sebagai berikut:

1. Setiap indikator diberi presentase pembobotan secara proporsional.

2. Menghitung point yang diperoleh berdasarkan target yang telah ditentukan perusahaan dengan cara pencapaian target.

3. Menghitung skor yang diperoleh, yaitu hasil perkalian bobot dengan poin yang dicapai.

4. Menjumlahkan hasil skor masing-masing aspek.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh akan diuji dengan uji validitas dan reliabilitas, kemudian dilanjutkan mengukur kinerja serta perhitungan skor masing-masing aspek.

1. Uji Validitas sekaligus mendorong pertumbuhan-nya. (Kaplan dan Norton, 1996) X4.2 Produktifitas Karyawan Laba Operasi = x100% Jumlah Karyawan Perhitungan Skor tiap tahun X4.3 Absensi Karyawan

Jumlah Hari Absen /tahun

= x100%

Rata rata Karyawan /tahun Perhitungan Skor tiap tahun X4.4 Kepuasan Karyawan Survey (Kuesioner) budaya organisasi, komunikasi organisasi, kinerja karyawan. Perhitungan Skor tiap tahun


(43)

Validitas dalam riset dijelaskan sebagai suatu derajat ketetapan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya (Husein, 1998). Untuk menguji validitas dapat dihitung korelasi antara masing-masing pernyataan score total dengan perumusan yang acap kali dinamakan koefesien parson atau dalam

Product Moment Coefficient of Correlation Perhitungan yang digunakan menurut Hasan (2002) adalah:

r = koefisien korelasi x = variabel independen y = variabel dependen n = jumlah sampel Taraf signifikansi = 5%

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran. Bila perbedaannya sangat besar maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan tidak reliabel. Uji reliabilitas dilakukan setelah uji validitas dan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang telah dianggap valid. Untuk penelitian ini digunakan pendekatan konsisten internal. Teknik yang dipakai adalah Cronbach alphadengan rumus:

) 1 . 3 ....( ... ... ... ... ... ... ) ( )

( 2 2 2

2 y y n x x n y x xy n r


(44)

) 2 . 3 ..( ... ... ... ... ... ... ... ... / 1 )( 1

/k sj2 sx2. k

dengan keterangan sebagai berikut: = koefisien alpha Cronbach k = banyaknya belahan tes Sj2

= varian belahan ,j = (1,2,..,k) Sx2

= varian skor test

Angka koefisien reliabilitas berkisar antara 0-1, apabila koefisien yang dihasilkan mendekati angka satu berarti alat ukur tersebut dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi dan lebih jauh pula berarti semakin dapat diandalkan. Riset ini menggunakan Skala Likert untuk menghitung bobot setiap penilaian. Skala Likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu (Umar, 1998).

Keterangan skor:

1. : Sangat Tidak Puas 2. : Tidak Puas

3. : Ragu 4. : Puas

5. : Sangat Puas

3. Mengukur Kinerja Masing-Masing Aspek

a. Mengukur kinerja aspek Keuangan

Keempat alat ukur kinerja keungan dalam penelitian ini yaitu Return On Investment, Cash Ratio, Rasio Operasi, dan Sales Growth pengukuran aspek


(45)

keuangan Koperasi Sarana Insan Sejahtera, selanjutnya yaitu dengan pembobotan yang ditetapkan sebesar 25% dan dibagi rata-rata untuk empat indikator, sehingga masing-masing mendapatkan 6,25%. Hal ini berdasar asumsi bahwa masing-masing indikator dalam aspek keuangan jika target tercapai 100% nilai tertinggi adalah 6,25, sedangkan untuk indikator gabungan dalam aspek keuangan nilai maksimalnya adalah 25%, seperti terlihat pada tabel tiga (3) berikut ini:

Tabel 3. Mengukur kinerja keuangan

No

Indikator-indikator Aspek

Target Pencapaian Point

diperoleh

Bobot Indikat

or

Bobot Skor Akhir

(a) (b) (c) (d) (e) d × e = f

1 ROI 0,0625

2 Cash Ratio 0,0625

3 Rasio Operasi 0,0625

4 Sales Growth 0,0625

Jumlah 25

Tabel diatas menunjukan bahwa dalam mengukur bobot skor akhir dengan cara: 1. Menghitung point diperoleh (d) yaitu pencapaian (c) di bagi dengan target

(b) yang telah ditentukan dan di kalikan dengan 100%.

2. Perhitungan yang dilakukan selanjutnya memberikan bobot skor akhir (t) dengan cara yaitu point diperoleh (d) di kalikan dengan bobot indikator (e). Sehingga di peroleh skor dan dapat diukur berdasarkan pengukuran yang dikembangkan oleh Marlys dan Salterio (2002) memakai skala 100.

0 50 100

Reassign Very poor Average Good Very Good Excellent Poor


(46)

b. Mengukur kinerja aspek konsumen

Pengukuran dilakukan dengan pembobotan ditetapkan sebesar 25% dan dibagi rata-rata untuk dua indikator, sehingga masing-masing mendapatkan 12,5%. Hal ini berdasar asumsi bahwa masing-masing indikator dalam aspek konsumen jika target tercapai 100% nilai tertinggi adalah 12,5, sedangkan untuk indikator gabungan dalam aspek konsumen nilai maksimalnya adalah 25, seperti terlihat pada tabel empat (4) berikut ini:

Tabel 4.Mengukur kinerja konsumen

No Indikator-indikator Aspek

Target Pencapaian Point

diperoleh

Bobot Indikator

Bobot Skor Akhir

(a) (b) (c) (d) (e) d × e = f

1 Kepuasan

konsumen

0.125 2 Profitabilitas

Pelanggan

0.125

Jumlah 25

Tabel diatas menunjukan bahwa dalam mengukur bobot skor akhir dengan cara: 1. Menghitung point diperoleh (d) yaitu pencapaian (c) di bagi dengan target

(b) yang telah ditentukan dan di kalikan dengan 100%.

2. Perhitungan yang dilakukan selanjutnya memberikan bobot skor akhir (t) dengan cara yaitu point diperoleh (d) di kalikan dengan bobot indikator (e). Sehingga di peroleh skor dan dapat diukur berdasarkan pengukuran yang dikembangkan oleh Marlys dan Salterio (2002) memakai skala 100.

0 50 100

Reassign Very poor Average Good Very Good Excellent Poor


(47)

c. Mengukur kinerja aspek proses bisnis internal

Aspek proses internal bisnis dengan mengukur balance scorecard Koperasi Sarana Insan Sejahtera memakai empat indikator yaitu, (1) Rasio Pelayanan, (2) Rasio Respon Pengurus, (3) Rasio Ketepatan Pencapaian Target Operasi, (4) Rasio ketepatan pembayaran simpanan wajib. pengukuran dilakukan dengan pembobotan ditetapkan sebesar 25% dan dibagi rata-rata untuk empat indikator, sehingga masing-masing mendapatkan 6,25%. Hal ini berdasar asumsi bahwa masing-masing indikator dalam aspek proses bisnis internal jika target tercapai 100% nilai tertinggi adalah 6,25%, sedangkan untuk indikator gabungan dalam aspek proses bisnis internal nilai maksimal adalah 25%, seperti terlihat pada tabel lima (5) berikut ini:

Tabel 5. Menghitung aspek proses bisnis internal

No

Indikator-indikator Aspek

Target Pencapaian Point

diperoleh Bobot Indikator Bobot Skor Akhir

(a) (b) (c) (d) (e) d × e = f

1 Rasio

Pelayanan

0,0625

2 Rasio Respon

Pengurus 0,0625 3 Rasio Ketepatan Pencapaian Target Operasi 0,0625 4 Rasio Ketepatan Pembayaran Simpanan 0,0625


(48)

Wajib

Jumlah 25

Tabel diatas menunjukan bahwa dalam mengukur bobot skor akhir dengan cara: 1. Menghitung point diperoleh (d) yaitu pencapaian (c) di bagi dengan target

(b) yang telah ditentukan dan di kalikan dengan 100%.

2. Perhitungan yang dilakukan selanjutnya memberikan bobot skor akhir (t) dengan cara yaitu point diperoleh (d) di kalikan dengan bobot indikator (e). Sehingga di peroleh skor dan dapat diukur berdasarkan pengukuran yang dikembangkan oleh Marlys dan Salterio (2002) memakai skala 100.

0 50 100

Reassign Very poor Average Good Very Good Excellent Poor

d. Mengukur kinerja aspek pembelajaran dan pertumbuhan

Mengukur kinerja Koperasi Sarana Insan Sejahtera aspek belajar dan bertumbuh terdapat empat pertumbuhan yang dipertimbangkan, yaitu: (1) Kesetiaan karyawan, (2) Produktifitas karyawan, (3) Absensi karyawan, dan (4) Kepuasan karyawan. Pengukuran dilakukan dengan pembobotan ditetapkan sebesar 25% dan dibagi rata-rata untuk empat indikator, sehingga masing mendapatkan 6,25%. Hal ini berdasar asumsi bahwa masing-masing indikator dalam aspek pembelajaran dan pertumbuhan jika target tercapai 100% nilai tertinggi adalah 6,25, sedangkan untuk indikator


(49)

gabungan dalam aspek pembelajaran dan pertumbuhan nilai maksimalnya adalah 25%, seperti terlihat pada tabel enam (6) berikut ini:

Tabel 6. Menghitung kinerja aspek pembelajaran dan pertumbuhan

No Indikator-indikator Aspek

Target Pencapaian Point

diperoleh Bobot Indikator Bobot Skor Akhir

(a) (b) (c) (d) (e) d × e =

f 1 Kesetiaan karyawan 0.0625 2 Produktivitas Karyawan 0.0625 3 Absensi Karyawan 0.0625 4 Kepuasaan Karyawan 0.0625 Jumlah 25

Tabel diatas menunjukan bahwa dalam mengukur bobot skor akhir dengan cara: 1. Menghitung point diperoleh (d) yaitu pencapaian (c) di bagi dengan target

(b) yang telah ditentukan dan di kalikan dengan 100%.

2. Perhitungan yang dilakukan selanjutnya memberikan bobot skor akhir (t) dengan cara yaitu point diperoleh (d) di kalikan dengan bobot indikator (e). Sehingga di peroleh skor dan dapat diukur berdasarkan pengukuran yang dikembangkan oleh Marlys dan Salterio (2002) memakai skala 100.

0 50 100

Reassign Very poor Average Good Very Good Excellent Poor


(50)

Hasil pengukuran skor untuk masing-masing aspek kemudian dijumlahkan dengan cara yaitu:

Skor Komprehensif = (Skor kinerja keuangan + skor kinerja aspek konsumen + skor aspek bisnis internal + skor aspek

pembelajaran dan pertumbuhan)

Hasil pengukuran skor total kemudian dibandingkan dengan skala 100 Marlys dan Salterio (2002). Skala tersebut dapat menunjukkan kinerja dari organisasi yang diteliti. Dengan hasil skala sebagai berikut:

0 50 100

Reassign Very poor Average Good Very Good Excellent Poor


(51)

A. Gambaran Umum 1. Sejarah Koperasi SAINS

Pada Tanggal 12 Juli 2009 yang bertepatan dengan hari Koperasi Indonesia adalah momentum yang tepat, maka dengan di hadiri 20 (dua puluh) orang calon anggota dilaksanakan rapat pembentukan Koperasi Sarana Insan Sejahtera (SAINS) bertempat di rumah Bapak Edi Suwandi, S.H. di Jalan Dr. Sutomo No.18 Sukamenanti Kedaton Bandar Lampung, Koperasi Sarana Insan Sejahtera (SAINS) dapat terwujud dengan modal kerja Rp. 50.500.000,- (Lima Puluh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah).

Koperasi Sarana Insan Sejahtera merupakan koperasi serba usaha pembentukannya timbul atas kesadaran pentingnya suatu organisasi ekonomi untuk mencapai tujuan yang sama dan kesejahteraan yang sama pula, atas dasar kepentingan yang sama dan mencapai tujuan bersama maka dibentuklah Koperasai Sarana Insan Sejahtera berdasarkan Akte Pendirian Nomor: 10 tanggal 5 september 2009 dengan Notaris Budi Kristanto,SH dan pengesahan badan Hukum No: 34/BH/X.9/IX/2009 serta ijin Usaha Simpan Pinjam No: 03/SISP/USP/1/2010 yang berada di Bandar Lampung untuk pertama kalinya beralamat di jalan Dr. Sutomo Nomor 18, Kelurahan Sukarame, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Berdasarkan hasil musyawarah, nama koperasi ini Sarana Insan Sejahtera tidak terlepas dari hasil


(52)

kesepakatan anggota dan masukan dari berbagai pihak yang terkait, awalmula pendirian Koperasi Sarana Insan Sejahtera hanya terdiri dari delapan anggota yang merupakan pendiri sekaligus pemilik penggagas untuk terbentuknya koperasi.

2. Visi dan Misi Perusahaan SAINS

a. VISI

Menjadi Koperasi Andalan Dalam Memajukan Perekonomian Nasional b. MISI

a) Dengan managemen dan SDM Profesional yang bertaqwa membangun Koperasi andalan.

b) Mengembangkan produk-produk simpanan yang mendidik masyarakat sadar berinvestasi.

c) Menggali potensi masyarakat melalui penciptaan usaha usaha produktif. d) Berperan aktif menyukseskan pembangunan nasional dengan cara

menciptakan lapangan pekerjaan, mengentaskan kemiskinan.

e) Menumbuhkembangkan usaha masyarakat dengan membantu permodalan dan pendidikanlive skill.

f) Mengembangkan pendidikan perekonomian untuk pengurus dan masyarakat.

g) Mengembangkan pendidikan, profesi bagi Manager Koperasi.


(53)

a) Secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

b) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar dan ketahanan Perekonomian Nasional.

c) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan Perekonomian Nasional yang merupakan usaha bersama atas azas kekeluargaan dan Demokrasi Ekonomi.

4. Falsafat Koperasi Sarana Insan Sejahtera

a) Ringan Tangan dan gemar bertindak, gemar melakukan tugas dalam usaha demi untuk mencapai kesejahteraan bagi anggota.

b) Senantiasa dekat dengan anggota dan masyarakat. c) Otonomi dan Kewiraswastaan.

d) Menumbuhkan Kesadaran pada semua Karyawan bahwa upaya mereka yang Menentukan keberhasilan semua usaha-usaha yang ada di koperasi SAINS.

e) Siap membantu mengutamakan Nilai.

f) Teguh mencapai cita-cita dan berusaha keras untuk mencapai tujuannya.

5. Struktur Organisasi SAINS

Struktur organisasi merupakan mekanisme mekanisme formal bagaimana organisasi dikelola. Sehingga struktur organisasi juga dapat menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantaranya fungsi - fungsi, bagian - bagian, atau posisi - posisi, yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab


(54)

yang berbeda - beda dalam suatu organisasi. Struktur ini mengandung unsur unsur spesialisasi kerja, koordinasi, sentralisasi dalam pembuatan keputusan atau kebijakan. Struktur organisasi yang ada di Koperasi Sarana Insan Sejahtera bersifat sentralisasi (terpusat), yaitu segala keputusan dan kebijakan serta wewenang menjadi tanggung jawab dalam rapat anggota tahunan (RAT), Kebijakan serta wewenang menjadi tanggung jawab top manajemen. Sehingga hierarki struktur organisasi bersifat vertikal yaitu jabatan yang lebih rendah bertanggung jawab kepada jabatan yang lebih tinggi.

Koperasi Sarana Insan Sejahtera membuat Struktur organisasi mempunyai maksud adanya garis komando sesuai dengan jabatan yang dimilikinya, sedangkan fungsi menunjukkan adanya keahlian dan peranan atau tugas yang telah digariskan (job description). Sehingga dapat melaksanakan tugas yang telah ditetapkan maka pihak manajemen atas struktur organisasi dan pembagian-pembagian tugas secara terperinci. Adapun struktur organisasi dan job description Koperasi Sarana Insan Sejahtera (lihat lampiran).

B. Data Deskriptif

1. Gambaran Umum Responden Aspek Konsumen dan Pembelajaran Serta pertumbuhan.

Penelitian ini di koperasi Sarana Insan Sejahtera Responden yang diambil ada dua kelompok yaitu responden karyawan untuk mengukur tingkat kepuasan karyawan dan responden konsumen untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen dengan jumlah sampel 90 responden. Sedangkan untuk masing-masing responden adalah 19 orang


(55)

karyawan dan 71 orang konsumen. Untuk kelompok responden karyawan, status karyawan yang menjadi sampel adalah karyawan dan pengurus dengan menggunakan sampel jenuh dikarenakan jumlah populasi relatif kecil. Sedangkan responden dari kelompok konsumen dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2004) dengan signifikasi 10%.

2. Uji Kualitas Data Penelitian

a. Uji validitas

Pengukuran validitas dilakukan dengan menggunakan product moment coefficient of correlation dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 yang secara lengkap dapat dilihat pada lampiran kuesioner kepuasan konsumen dengan 15 pertanyaan yang telah diuji dengan mengukur hubungan antara item-item pertanyaan kepuasaan konsumen terhadap total skor. Data yang diolah menunjukan output SPSS menunjukan signifikan pada taraf signifikan 0,01 dan taraf signifikan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan masing-masing butir pertanyaan adalah valid.

Sedangkan kuesioner kepuasan karyawan dengan 15 pertanyaan telah diuji validitas dengan mengukur hubungan antara item-item pertanyaan dalam kuesioner kepuasan karyawan. Data yang diolah menunjukan output SPSS mendapatkan hasil yang signifikan pada taraf signifikan 0,01 dan taraf signifikan 0,05. Sehingga dapat disimpulkan masing-masing butir pertanyaan adalah valid.


(56)

Uji reabilitas dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0 dengan melihat nilai alpha atau Cronbach alpha. Menurut Ghozali (2001) nilai koefisien kurang dari 0,6 umumnya tidak baik, koefisien sebesar 0,7 dapat diterima, sedangkan koefisien bernilai 0.8 adalah baik.

Berdasarkan hasil perhitungan dari kuisioner yang di peroleh untuk menguji validitas kuesioner kepuasan konsumen yaitu: (1) Reability 0,897 (2) Responsivness 0,652 (3)Assurance0,776 (4)Emphaty0,820 (5)Tangible0,848. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner kepuasan konsumen pada penelitian ini layak digunakan karena di setiap indikator menunjukan hasil yang sesuai dengan yang di harapkan, demikian juga dengan uji untuk kepuasan karyawan dengan beberapa indikator memperoleh nilai yaitu: (1) Budaya Organisasi 0,832 (2) Komunikasi Organisasi 0,839 (3) Kinerja Karyawan 0,930. Hal ini berarti menunjukkan kuesioner kepuasan karyawan pada penelitian ini juga layak digunakan.

C. Hasil Pengukuran Masing-masing Aspek 1. Hasil Kinerja Aspek Keuangan

Pada dasarnya dibandingkan dengan koperasi yang ada di Bandar Lampung Koperasi Sarana Insan Sejahtera merupakan koperasi yang belum lama berdiri. Koperasi Sarana Insan Sejahtera merupakan koperasi yang masuk ke dalam tahap pertumbuhan (growth) sebagai suatu perusahaan yang memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang baik, ditandai dengan rendahnya tingkat return on investment dan cash flow serta rasio operasi untuk mengukur kemampuan koperasi


(57)

dalam memanfaatkan aktiva lancar yang dimilikinya dalam menghasilkan penjualan bersih. Sasaran pengukuran pada tahap ini yaitu pengukuran pada tingkat pertumbuhan penjualan (sales growth).

Keempat alat ukur dalam pengukuran aspek keuangan Koperasi Sarana Insan Sejahtera dengan target yang sudah ditetapkan, yaitu Return On Investment 65%, Cash Ratio 95%, Rasio Operasi 80%, dan Sales Growth 85% dengan pembobotan ditetapkan sebesar 25% dan dibagi rata-rata untuk empat indikator, sehingga masing-masing mendapatkan 6,25%. Hal ini berdasar asumsi bahwa masing-masing-masing-masing indikator dalam aspek keuangan jika target tercapai 100% nilai tertinggi adalah 6,25, sedangkan untuk indikator gabungan dalam aspek keuangan nilai maksimalnya 25%, Sehingga pencapaian aspek keuangan Koperasi Sarana Insan Sejahtera dapat dihitung dengan formula perhitunganbalanced scorecardyaitu:

Tabel 7. Hasil Kinerja Aspek Keuangan Tahun 2011 No Indikator-indikator

aspek keuangan

Target Pencapaian Point diperoleh

Bobot Indikator

Bobot Skor Akhir

(a) (b) (c) (d) (e) d × e = f

1 Return On investment 65 2,85 4,38 0,0625 0,27

2 Cash Ratio 95 6,16 6,48 0,0625 0,41

3 Rasio operasi 80 4,18 5,22 0,0625 0,33

4 Sales Growth 85 213,01 100 0,0625 6.25

Jumlah 7,26

Sumber : Data sekunder yang diolah tahun 2012

Dari empat indikator dalam aspek keuangan yang terdiri dari Return On Investment, Cash Ratio,Rasio Operasi, danSales Growth masing-masing memperoleh skor yaitu sebesar 0,27%; 0,41%; 0,33%; dan 6,25% maka secara keseluruhan aspek keuangan Koperasi Sarana Insan Sejahtera dengan formula perhitungan memakai balanced scorecard mendapatkan skor sebesar 7.26%. Sehingga secara keseluruhan skor yang


(58)

dicapai aspek keuangan lebih rendah (Poor) dari skor maksimal atau kinerja keuangan belum mencapai kinerja yang maksimal khususnya kinerja ROI (return on investment). Perhitungan yang dilakukan adalah 7.26% : 25% × 100% = 29,04 %, sehingga berdasarkan pengukuran yang dikembangkan oleh M.G Lipe dan S.E. Salterio memakai skala 100 kinerja aspek keuangan dinilaiPoor.

0 (29,04%) 50 100

Reassign Very poor Average Good Very Good Excellent

Poor

2. Hasi Kinerja Aspek Konsumen

Kinerja aspek konsumen terdapat dua indikator yang harus diukur, yaitu: (1) Kepuasan konsumen dan (2) pengukuran Customer Profitability. Pengukuran dilakukan dengan pembobotan ditetapkan sebesar 25% dan dibagi rata-rata untuk dua indikator, sehingga masing-masing mendapatkan 12,5%. Hal ini berdasar asumsi bahwa masing-masing indikator dalam aspek konsumen jika target tercapai 100% nilai tertinggi 12,5, sedangkan untuk indikator gabungan dalam aspek konsumen nilai maksimalnya 25%, seperti terlihat pada table 8 berikut ini:

Tabel 8. Kinerja Kepuasan Konsumen Tahun 2011 No

Indikator-indikator

Aspek Konsumen

Target Pencapaian Point diperoleh

Bobot Indikator

Bobot Skor Akhir

(a) (b) (c) (d) (e) d × e = f


(59)

Konsumen

2 Profitabilitas Pelanggan

70 130,60 100 0.125 12,5

Jumlah 12,5 15,80

Sumber : Data Primer dan Sekunder Yang Diolah

Dari dua indikator dalam aspek konsumen yang terdiri dari kepuasan konsumen dan customer profitability masing-masing memperoleh skor sebesar 3,30%; dan 12,5% maka secara keseluruhan aspek konsumen Koperasi Sarana Insan Sejahtera dengan formula perhitungan memakai balance scorecard mendapat skor sebesar 15,80%. Sehingga secara keseluruhan skor yang dicapai aspek konsumen dengan perhitungan yang dilakukan adalah 15,80% : 25% × 100% = 63,2 %, Sehingga berdasarkan pengukuran yang dikembangkan oleh M.G Lipe dan S.E. Salterio memakai skala 100 kinerja aspek konsumen dinilaiGood.

0 50 (63,2) 100

Reassign Very poor Average Good Very Good Excellent

Poor

3. Hasil Kinerja Aspek Proses Bisnis Internal

Aspek proses bisnis internal dengan menggunakan balance scorecard memakai empat indikator yang diperhitungkan, yaitu (1) Rasio Pelayanan, (2) Rasio Respon Pengurus, (3) Rasio Ketepatan Pencapaian Target Operasi, (4) Rasio Ketepatan Pembayaran Simpanan Wajib. Pengukuran dilakukan dengan pembobotan ditetapkan sebesar 25% dan dibagi rata-rata untuk empat indikator, sehingga masing-masing mendapatkan 6,25%. Hal ini berdasar asumsi bahwa masing-masing indikator dalam


(60)

aspek konsumen jika target tercapai 100% nilai tertinggi 12,5, sedangkan untuk indikator gabungan dalam aspek konsumen nilai maksimalnya 25%.

Tabel 9. Hasil Kinerja Aspek Proses Bisnis Internal Tahun 2011 No

Indikator-indikator Aspek Proses Bisnis Internal

Target Pencapaian Point diperoleh Bobot Indikator Bobot Skor Akhir

(a) (b) (c) (d) (e) d × e = f

1 Rasio pelayanan 85 375 100 0,0625 6,25

2 Rasio respon

pengurus 100 37,5 37,5 0,0625 2,34

3 Rasio Ketepatan Pencapaian Target Operasi

85 50 58,82 0,0625 3,67

4 Ketepatan pembayaran simpanan wajib

90 89,78 99,75 0,0625 6,23

Jumlah 18,49

Sumber : Data primer yang diolah tahun 2012

Dari empat indikator dalam aspek proses bisnis internal terlihat di atas menunjukan masing-masing indikator prespektif bisnis internal perhitungan dengan formula balance scorecard sehingga secara keseluruhan skor yang dicapai aspek proses bisnis internal hampir mencapai skor maksimal (very good) dengan perhitungan adalah 18.49% : 25% × 100% = 73.96 %, sehingga berdasarkan pengukuran yang dikembangkan oleh M.G Lipe dan S.E. Salterio memakai skala 100 kinerja aspek proses bisnis internal dinilaiVery Good.

0 50 (73,96) 100

Reassign Very poor Average Good Very Good Excellent Poor


(61)

4. Hasil Kinerja Aspek Pembelajaran dan Pertumbuhan

Pengukuran kinerja aspek pembelajaran dan pertumbuhan dengan masing-masing target yang sudah ditetapkan Koperasi Sarana Insan Sejahtera yaitu: (1) Kesetiaan karyawan 80%, (2) Produktifitas karyawan 80%, (3) Absensi Karyawan 90%, (4) Kepuasan Karyawan 90%. Pengukuran dilakukan dengan pembobotan ditetapkan sebesar 25% dan dibagi rata-rata untuk empat indikator, sehingga masing-masing mendapatkan 6,25%. Hal ini berdasar asumsi bahwa masing-masing indikator dalam aspek proses bisnis internal jika target tercapai 100% nilai tertinggi 6,25% sedangkan untuk indikator gabungan dalam aspek proses bisnis internal nilai maksimal 25%. Sehingga pencapaian aspek keuangan Koperasi Sarana Insan Sejahtera dapat dihitung dengan formula perhitunganbalanced scorecardyaitu:

Tabel 10. Kinera Aspek Pembelajaran dan Pertumbuhan Tahun 2011 No

Indikator-indikator Aspek Pembelajarna

Target Pencapaian Point diperoleh Bobot Indikator Bobot Skor Akhir

(a) (b) (c) (d) (e) d × e = f

1 Kesetian

karyawan 80 42,10 52,62 0.0625 3.28

2 Produktivitas Karyawan

80 968 100 0.0625 6.25

3 Absensi

karyawan

90 21.05 23,38 0.0625 1.46

4 Kepuasan karyawan

90 10 11,26 0.0625 0,70

Jumlah 11,69

Sumber : Data sekunder dan primer yang diolah tahun 2012

Dari empat indikator dalam aspek proses belajar dan berkembang yang terdiri dari kesetiaan karyawan, produktivitas karyawan, absensi karyawan, dan kepuasan karyawan masing-masing memperoleh skor sebesar 3,28%; 6,25%; 1,46%; dan 0,70% maka secara keseluruhan aspek proses belajar dan berkembang Koperasi


(62)

Sarana Insan Sejahtera dengan formula perhitungan memakai balanced scorecard mendapat skor sebesar 11,69%. Perhitungan yang dilakukan adalah 11,69% : 25% × 100% = 46,73 %, sehingga berdasarkan pengukuran yang dikembangkan oleh M.G Lipe dan S.E. Salterio memakai skala 100 kinerja aspek pembelajaran dan pertumbuhan dinilaiAverage.

0 (46,73) 100

Reassign Very poor Average Good Very Good Excellent Poor

D. Hasil Kinerja Total Empat Aspek

Hasil perhitungan skor masing-masing aspek dari Koperasi Sarana Insan Sejahtera kemudian dijumlahkan secara total untuk melihat kinerja koperasi secara komprehensif. Dari empat aspekbalanced srocecardKoperasi Sarana Insan Sejahtera yang terdiri dari aspek keuangan, aspek konsumen, aspek proses bisnis internal, dan aspek pembelajaran dan pertumbuhan masing-masing aspek ditetapkan pembobotan 25% berdasarkan metode tingkat kelogisan atau rasionalitasnya karena balanced scorecard merupakan manajemen kinerja berdasarkan empat aspek. Sehingga nilai masing-masing aspek dalam penelitian ini memperoleh skor sebesar 7,25%; 15,80%; 18,49%; dan 11,68% maka secara keseluruhan kinerja Koperasi Sarana Insan Sejahtera dengan menggunakanbalanced scorecardmencapai skor sebesar 52,96%.

Tabel 11. Kinerja Total Empat Aspek

Aspek Skor

Aspek keuangan 7,26%

Aspek konsumen 15,80%


(1)

PERSEMBAHAN

 Bapak Paijan dan Ibu Siti Binti Nurhayati  Kaka Mulyono, S.H  Adik-adikku (Sulasmi Agustia Ningsih dan Fitriyana Wulan Sari)  Dian Utama Pratiwi Putri  Keluarga Besar Ilmu Administrasi Bisnis Unila  Keluarga Besar Kopma Unila  Almamater Tercinta UNILA


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Margo Mulyo , Desa Sumber Agung, Kecamatan Way Sulan, Kabupaten Lampung Selatan pada tanggal 10 Juli 1990 yang merupakan anak kedua dari 4 (empat) saudara pasangan dari Bapak Paijan dan Ibu Siti Binti Nurhayati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN Mekar Sari pada tahun 2002, Sekolah Lanjut Pertama di SLTP 1 Merbau Mataram pada tahun 2005, kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMK YPT Pringsewu dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung (UNILA) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Administrasi Bisnis.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Koperasi Mahasiswa Universitas Lampung (KOPMA) dan menjabat sebagai Kepala Personalia dan Pengembangan (KPP) periode 2010-2011. Kemudian menjadi Ketua Umum UKM Kopma Unila periode 2011-2012. Kemudian menjadi Anggota Badan Pengawas UKM Kopma Unila periode 2012-2013 Selanjutnya penulis tercatat sebagai Sekertaris Biro Enterpreneur pada kepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis periode 2010-2011.


(3)

SANWACANA

wr.wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kepada semesta alam yang memberikan kekuatan, kehidupan dan nikmat yang tidak terkira. Atas izin-Nya jugalah yang memberikan kekuatan pada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Penerapan Balanced Scorecard

Sebagai Tolak Ukur Kinerja Pada Koperasi (Studi Kasus Koperasi Sarana Insan Sejahtera Bandar Lampung). Penelitian yang dilakukan peneliti adalah sebuah proses dalam menempuh gelar sarjana yang memberikan banyak sekali pengetahuan dalam dunia kerja nyata. Semoga apa yang didapat dalam penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada peneliti pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Suripto,.S.Sos,. M.AB selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan sebagai Pembimbing Utama, yang bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk memberikan arahan sehingga skripsi ini dapat selesai.


(4)

3. Bapak Unang Mulkhan, S.A.B., M.AB. selaku pembimbing pembantu yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga skripsi ini dapat selesai.

4. Bapak selaku Pembahas Dosen yang bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta pelajaran yang amat banyak dalam lingkup keilmuan Administrasi Bisnis sehingga skripsi ini dapat selesai.

5. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung atas segala bantuannya.

6. Bapak Edi Suwandi sebagai Ketua Koperasi Sarana insan Sejahtera tempat penelitian berlangsung yang telah memberi arahan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, serta para karyawan dan anggota yang memberi kesempatan untuk melakukan penelitian sehingga skripsi ini bisa selesai.

7. Sahabat-sahabat terdekat dalam kopma-ceria Frians, Aan, Ronld. Ada banyak hal yang tak akan terlupakan dari apa yang telah kita lewati bersama.

.

8. Special Thanks to Taufik Hidayat teman seperjuangan dalam penyelesaian skripsi.

9. Teman-teman angkatan 2008 : Kukuh, Afny, Rama, Andika, Arif, Ferdy, Dendy, Tegar, Saipul, Zaki, Reno, Fandi, Rico, Powel, Isnan, Nanda, Dino, Budi, Ario, Ariandi, taufik Pradipta, Goibi, Faris, Endah, Cici, Sisi, Laura, Evi, Nurulita, Yulia, Eva, Dina, Muti, Saras, Agun sendi, Ana Dora, Deby, Rita,


(5)

Adhel, Devi, Erin, Irna, Nadia, Nevinda dll. Walaupun jumlah kita ga banyak tapi kita harus bisa jadi SDM yang berkualitas!!.

10. Teman-Teman Koperasi Mahasiswa (Kopma) : Intan, Anissa, Nonot, Desti, Eka, Yana, Bayu, Kukuh, Ian, , Rahmat Pelor dan badan Pengawas Ronald, Laura, Irfan. Terima kasih atas persahabatan dan kerja kerasnya di kepengurusan 2011-2012.

11. Adik-adik tingkat yang ada di Kopma Novi, Rima, Elis, Alan, Sis, Arif, Wirda, Amanda, Leni, Kafi , Renita, Ucha, Bambang, Mila, Habibi, Nadir, Rifai, dll. Manfaatkan waktu kalian untuk belajar dalam segala hal dalam organisasi, Bravo Kopma!!.

12. Teman-teman komunitas Maniac (Mahasiswa Niaga Community)

13. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat Jurusan Administrasi Bisnis yang tidak bisa disebutkan satu- persatu.

14. Kakak-kakak dan adik-adik Kopma Unila yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

15. Seluruh teman, rekan, dan orang-orang yang pernah bersama dalam menyelesaikan pendidikan yang belum disebutkan.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini agar dapat dimanfaatkan dalam keilmuan dalam proses menerapkan ilmu yang penulis dapatkan di bangku kuliah, paling tidak skripsi ini diharapkan mampu membantu kemajuan Ilmu Administrasi Bisnis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk lebih menyempurnakan skripsi ini dimasa mendatang penulis


(6)

sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak dengan harapan agar dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan.

wb.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Peneliti,