Faktor Pendorong Perkembangan Kerohanian Sapta Darma

2 Bendahara II bertugas membukukan penerimaan dan pengeluaran uang dengan bukti-bukti yang bias dipertanggungjawabkan. 3 Yayasan Srati Darma Yayasan Srati Darma adalah badan hukum didalam Sapta Darma. Tugas dari yayasan Darma adalah mengurusi dan melayani kekayaan didalam Sapta Darma. Dengan demikian yayasan Srati Darma merupakan alat pembantu para tuntunan dalam melaksanakan tugasnya selaku pengurus sarana dan praarana di dalam kerohanian Sapta Darma wawancara Bapak Kasminto, 29 desember 2006. Pada tahun 2000 kepengurusan kerohanian Sapta Darma banyak mengalami kemajuan, kepengurusan di kecamatan Juwana menjadi lebih baik dan tertata.

B. Faktor Pendorong Perkembangan Kerohanian Sapta Darma

Faktor-faktor yang mendorong orang-orang menganut aliran kebatinan menurut dugaan M.M. Djojodiguno, karena para pemimpin agama kurang memperhatikan soal kebatinan dan tidak cakap dalam menyimpulkan ajaran agamanya dalam prinsip-prinsip pokok sederhana, yang mudah dipergunakan sebagai pegangan bagi seorang manusia. Bagaimana ia harus menentukan sikapnya, tingkah lakunya terhadap Tuhan dan sesama manusia dalam menghadapi berbagai kesulitan sehari-sehari yang dijumpai dalam hidupnya Suwarno 2005:83. Orang-orang Jawa abangan yang memiliki latar belakang tradisi kebudayaan spiritual nenek moyang yang masih kuat dipengaruhi kebudataan spiritual Hindu-Budha atau Hindu –Jawa di zaman lampau. Orang- orang Jawa abangan inilah yang memiliki kemungkinan terbesar menganut kepercayaan kejawen atau aliran kebatinan tertentu yang dipandang sesuai dengan pandagan hidupnya. Sebagai salah satu kebatinan di jawa, kerohanian Sapta Darma memiliki warga yang besar dan cukup terorganisasi. Adapun faktor-faktor yang menarik orang-orang untuk menjadi warga Sapta Darma antara lain sebagai berikut: 1. Ajaran kerohanian Sapta Darma dipandang lebih sederhana dan mudah dipahami karena menggunakan bahasa daerah dibandinngkan dengan ajaran agama Islam yang menggunakan bahasa arab. 2. Ajaran kerohanian Sapta Darma secara lahir kelihatan tidak berat dibandingkan dengan ajaran agama yang lain, karena kebatinan kurang menekankan ibadat, tetapi lebih menekankan penghayatan kerohanian Sapta Darma dianggap tidak menyita waktu. 3. Dibutuhkan pegangan hidup bagi orang-orang yang ingin lebih mendekatkan diri kepada sang Pencipta. Orang-orang seperti ini biasanya memiliki perasaan berdosa atas tingkah laku yang tidak baik sebelumnya. Jadi mereka masuk kedalam kerohanian Sapta Darma untuk memperoleh ketenanngan jiwa. 4. Di dalam Sapta Darma dikenal adanya metode penyembuhan dengan jalan a. Sabda Husada Yaitu penyembuhan penyakit dengan sabda kata-kata cara melakukannya, setelah hening, yang berarti menenangkan angan- angan dan fikiran, yang berarti pula memusatkan seluruh getaran- getaran kita, lalu menyebut Asma Allah, Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Maha Rokhim, Allah Hyang Maha Adil. Ini dimaksudkan agar didapatkan sinar-sinar dari Hyang Maha Kuasa, akhirnya setelah getaran-getaran itu terkumpul dan terasa di ujung lidah, maka sisakit pasien di sabda. b. Sujud Di dalam kerohanian Sapta Darma, sujud selain digunakan untuk mendekatkan manusia dengan penciptanya juga dapat digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit. c. Penyembuhan dengan ilmu pengetahuan Di dalam kerohanian Sapta Darma, proses penyembuhan suatu penyakit selain dengan sabda husada dan sujud, juga dapat dilakukan dengan penyembuhan penyakit oleh dokter dan obat-obatan modern. Oleh karena itu banyak orang yang berpenyakit yang disembuhkan dengan jalan tersebut, kemudian masuk menjadi warga Sapta Darma. 5. Berkembangnya warga Sapta darma juga dipengaruhi adanya perlindungan dari pemerintah terhadap penganut aliran kebatinan, sejak ditetapkannya ketetapan MPR RI tahun 1973 dan dikukuhkan kembali oleh Ketetapan MPR RI tahun 1976.

C. Komunitas Sapta Darma Peran dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Kecamatan Juwana.