bahasa indonesia.docx

Apresiasi Sastra Anak-Anak Secara
Produktif
Mei 3, 2016 kepompong.xyz Tinggalkan sebuah komentar
Apresiasi Sastra Anak-Anak Secara Produktif
Abd. Halik
Anda telah memahami dan mengapresiasi sastra secara reseptif. Menyenangkan, bukan?
Sekarang, bagaimana dengan apresiasi sastra anak-anak secara produktif? Pemahaman dan
penguasaan tentang apresiasi sastra produktif sangat fungsional dan menunjang pelaksanaan
tugas dan tanggungjawab Anda dalam menyukseskan amanah Kurikulum tentang
apresiasi sastra. Tentu kita sepaham bahwa kualitas apresiasi sastra anak di SD antara lain
ditentukan oleh taraf pemahaman dan pengalaman apresiasi sastra yang Anda miliki sebagai guru
kelas. Oleh karena itu, perlu Anda kaji dan berlatih tentang pendekatan yang dapat diterapkan
dalam mengapresiasi sastra anakanak secara produktif. Untuk memperoleh pemahaman dan
pengalaman bermakna tentang berbagai pendekatan tersebut, silakan baca dengan
sungguhsungguh uraian berikut.
Pendekatan Parafrastis
Parafrase merupakan salah keterampilan yang dapat meningkatkan apresiasi sastra siswa.
Melalui parafrase, siswa berlatih mengubah bentuk karya sastra tertentu menjadi bentuk karya
sastra yang lain tanpa mengubah tema atau gagasan pokoknya, misalnya prosa menjadi puisi,
puisi menjadi prosa , prosa menjadi drama atau seba-liknya. Dengan melalui pengubahan bentuk
tersebut, siswa dapat semakin memahami isi karya sastra tersebut. Aminuddin

(2004) menjelaskan bahwa parafrase adalah strategi pemahaman makna suatu bentuk karya
sastra dengan cara mengungkapkan kembali karya pengarang tertentu dengan menggu-nakan
kata-kata yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan pengarang.
Mengapa pendekatan parafrastis perlu dipahami dan dialami oleh siswa?
Sebagaimana yang Anda ketahui bahwa para pengarang sering menggunakan kata yang
konotatif, kias, elipsis atau menghilangkan sebagian unsur, dan kurang menaati tatabahasa karena
adanya hak licentia poetica pengarang Kesemuanya itu dapat menyulitkan pembaca untuk
memahami karya sastra tertentu. Melalui parafrase, pembaca dapat semakin memahami karya
sastra tertentu.
Di samping itu, Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa pendekatan parafrastis pada dasarnya
beranjak dari prinsip bahwa (a) pengubahan bentuk karya sastra tententu ke dalam bentuk sastra
yang lain (puisi ke prosa atau sebaliknya) akan semakin meningkatkan keluasan dan ketajaman
pemahaman pembaca yang bersangkutan (b) gagasan tertentu dapat dikemukakan dalam bentuk

yang berbeda, misalnya puisi ke prosa, (c) simbol yang konotatif (mengandung ketaksaan makna
atau abstrak) dapat diganti dengan kata yang lebih konkret dan mudah dipahami, (d)
pengungkapan yang eliptis dapat ditambah sehingga semakin lengkap dan mudah dimengerti.
I.G.P. Antara (1985) mengemukakan bahwa teknik memparafrasekan puisi menjadi prosa dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yakni sebagai berikut.
(a) Teknik larik yakni perubahan bentuk puisi ke dalam bentuk prosa dengan mendasarkan

kepada kalimat demi kalimat yang terdapat dalam puisi tersebut.
(b) Teknik bait yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa didasarkan kepada susunan bait demi
bait yang menyusun puisi yang diparafrasekan.
(c) Teknik global yakni perubahan bentuk puisi menjadi prosa yang didasarkan kepada
keseluruhan unsur yang membentuk puisi itu. Makna yang tercermin dalam puisi itu dituangkan
ke dalam bentuk prosa.
Berikut disajikan contoh parafrase puisi ke prosa.
HARI LIBUR
Hatiku gembira
Ujian usai sudah
Rapor ku terima
Aku rangking pertama
Esok amulai libur
Liburan kuhabiskan di rumah nenek
Liburan sambil melepas rindu
Kunikmati damainya desa
Tiap hari
Kutelusuri pematang sawah
Bernyanyi riang
Menyambut kicau burung

Satu minggu sudah

Hari libur habis
Aku harus pulang
Selamat tinggal
Selamat tinggal nenek
Puisi yang berjudul “Hari Libur” di atas dapat diubah menjadi sebuah
cerita seperti berikut.
HARI LIBUR
Selain hari minggu, saya selalu menyelesaikan tugas PR selama 1- 2 jam sesudah bangun tidur
siang hari. Setelah itu, baru pergi main bersama teman-teman. Setelah salat magrib secara
berjamaah dengan Bapak, Ibu dan Kakek, Nenek, dan Kakak, saya belajar selama satu
jam untuk mengulangi pelajaran yang telah dipelajari di sekolah, kemudian pergi menonton dan
tidur. Dengan demikian, pada waktu ujian cawu, seluruh pertanyaan dapat saya jawab dengan
baik dan tepat. Dengan ketekunan dan kedisiplinan belajar tersebut, pada waktu menerima
rapor, di , lalu saya buka, di dalamnya tertulis sebagai peringkat I . langsung
saya mengucapkan Alhamdulillah, betapa senangnya dan puasnya saya saat itu. Begitu pun,
mama ,bapak, dan nenek di rumah.
Sesaat setelah pembagian rapor, ada siswa bertanya, “Kapan mulai libur cawu , Bu?,” tanya
Imran.

“Libur cawu mulai besok,” jawab Bu Guru.
Ady sambung bertanya, “Berapa lama libur, Bu?”
Jawab bu Guru, “Sembilan hari. Jadi kita mulai sekolah pada hari Rabu”
Pada malam harinya, bapak bertanya, “Berapa lama kau libur, Nak?” “Sembilan hari , Pak!”
Jawabku singkat. “Lalu di mana akan berlibur?” tanya bapak Lagi.“ “Saya mau berlibur ke
rumah nenek di desa sambil melepas rindu, sekaligus menikmati damai dan indahnya
panorama desa.“ Jawabku dengan wajah yang ceria.“ Itu ide yang bagus. Insya Allah nanti
bapak-ibu antar besok sekalian melepas rindu juga dengan nenek dan kelu-arga lainnya di desa
kelahiran bapak.
Keesokan harinya, tepatnya pada hari minggu pagi, saya berangkat bersama Ayah dan ibu ke
rumah nenek yang jauhnya sekitar 25 kilometer dari rumah kami. Dua jam kemudian saya tiba
rumah nenek. Betapa gembiranya nenek menyambut kami, saya langsung dipeluk dan
dicium sambil berkata “Kenapa baru datang, Nak. Lama sekali rasanya baru bertemu. Nenek
sudah rindu sekali”. Baru libur, Nek! Jawabku.

Selama di rumah nenek, setiap hari aku berjalan bersama nenek, mene-lusuri pematang sawah
sambil menyanyi dengan riang gembira. Utamanya pada pagi hari setelah shalat subuh, kami
berjalan-jalan bersama nenek mengelilingi desa sambil mendengarkan kicauan
berbagai macam burung yang begitu mengasyikkan. Alangkah indahnya berlibur di rumah
nenek.

Pada malam Selasa, saya menyampikan kepada nenek bahwa besok saya akan pulang karena
sudah beberapa hari di sini . “Mengapa cepat sekali pulang cucuku? Rindu nenek masih…” ”
Lusa hari sekolah sudah mulai, Nek!” sambungku cepat. “Kalau begitu, nenek tidak
bisa menahanmu, nanti bapakmu marah.” Nek, bisa antar saya besok sekalian jalan-jalan ke
kota. Sudah lama juga nenek tidak ke kota. Nanti kita jalanjalan menikmati ramai dan hiruk
pikuknya kendaraan dan megahnya bangunan di kota Makassar .“ “Nenek sudah tua, dan ada
sepupumu akan dinikahkan minggu depan” Jawabnya.
Keesokan harinya, Bapak dan Ibu menjemputku. Sekiat 20 meter dari rumah nek, Saya
melambaikan tangan kepada nenek sambil mengucapkan dalam hati “Selamat tinggal panorama
desaku yang indah dan permai, sela-mat tinggal nenek tersayang , sampai jumpa nek di
libur cawu mendatang.”
Bagaimana? Anda telah memahami uraian materi subunit 2 di atas?
Jika ya, kerjakan latihan berikut untuk meningkatkan pemahamannya tentang parafrase puisi.
Parafrasekan puisi berikut ini menjadi prosa!
MENYESAL
Ali Hasymi
Pagiku hilang melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di hari pagi
Kini hidup meracuni hati
Miskin ilmu miskin harta
Ah, apa guna kusesalka

Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju ke arah padang bakti
Rambu-rambu penyelesaian latihan.
Untuk mengerjakan latihan di atas, Anda perlu membaca puisi tersebut secara berulang-ulang
lalu mencermati kata-kata yang konotatif pada setiap larik/bait, kemudian memahami makna
inti atau tema puisi tersebut, terakhir mencermati alur cerita yang akan dibuat berdasarkan
puisi tersebut.
Pendekatan Analitis
Pendekatan analitis telah dibahas teori dan penerapannya pada unit subunit 1 yang tujuannya
untuk meningkatkan taraf apresiasi sastra anak SD secara reseptif. Oleh karena itu, pendekatan
analitis pada subunit 2 ini akan diarahkan pembahasan dan penerapannya untuk meningkatkan

taraf apresiasi sastra anak SD secara produktif.
Sebagaimana yang telah diuraikan pada subunit 1 bahwa pendekatan analitis merupakan
pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk memahami unsur-unsur instrinsik yang menangun
suatu karya sastra tertentu dan hubungan antarunsur yang satu dengan lainnya sebagai suatu
kesatuan yang utuh (Aminuddin, 2004). Diharapkan dengan pemahaman tersebut pembaca
menulis karya sastra tertntu dengan baik. Untuk itu, sebelum siswa ditugasi menulis puisi
misalnya lebih dahulu dibelajarkan tentang unsur-unsur instrinsik puisi.
Menurut I.A Richard (dalam Situmorang,1980) ada dua hal pokok yang membangun puisi, yaitu
hakikat puisi dan metode puisi. Hakikat puisi meliputi tema, rasa, nada, dan amanat, sedang
metode puisi meliputi diksi, gaya bahasa, kata konkret, imagery, ritme dan rima. Hubungan
keduanya erat, oleh Tarigan (1989) seperti hubungan jiwa dan tubuh.sehingga hakikat puisi dapat
disebut sebagai unsur batiniah dan metode puisi dapat disebut sebagai unsur lahiriah puisi.
1. Unsur lahiriah (metode puisi)
(1) Diksi. Diksi merupakan kemampuan memilih kata demi kata secara tepat menurut tempatnya
yang sesuai dalam suatu jalinan kata yang harmonis dan artistik sehingga sejalan dengan maksud
puisinya, baik secara denotatif maupun secara konotatif. Misalnya:
Sekali berarti (bukan: bermakna, berguna, bermanfaat)
Sudah itu mati (bukan: wafat, meninggal, tewas, mampuas, dll.

…………………

(2) Gaya bahasa. Gaya bahasa ialah cara atau gaya tertentu yang digunakan penyair untuk
menciptakan kesan tertentu, daya bayang, dan nilai keindahan, seperti:
– gaya personifikasi : “Kerling danau di pagi hari” (Situr Situmorang)
– Gaya simbolisme : Ah, rumput, akarmu jangan turut mengering (Waluyati)
(3) Kata konkret. Kata konkret ialah pemakaian kata-kata yang dapat mewakili suatu pengertian
secara konkret dengan memilih kata yang khusus; bukan yang umum, misal:
– Anak itu bersimpuh di kaki ibundanya. (kata khusus)
– Aak itu duduk lalu memeluk kaki ibundanya (kata umum)
(4) Daya bayang (imagery). Daya bayang (imagery) ialah kemampuan penyair mendeskripsikan
atau melukiskan suatu benda atau peristiwa sehingga seolah-olah pembaca menyaksikan benda
atau mengalami peristiwa seperti yang disaksikan atau dialami penyair tersebut. Daya bayang
terwujud sebagai manifestasi dari pemakaian kata konkret, diksi, dan gaya bahasa yang tepat.
Misalnya:
Sajak Kecil Buat Penggalang
Dengan gagah perkasa
Engkau berdiri siap siaga
Bersenjata tongkat dibalut kain selempang
Berhias tanda-tanda kecakapan
Tali merah tali sempritan
Tersandang di lengan tangan kiri

Kepala dibalut baret
Lengkap lencana tunas kelapa
Tali melingkar bergantung dipinggang
Sangkur menambah indah dipandang
……………………………….

(5) Irama dan rima.
(a) Irama adalah berkaitan dengan keras lembutnya suara (tekanan), panjang pendeknya suara
(tempo), dan tinggi rendahnya suara (nada), perhentian sejenak (jeda) dan lainnya. Misalnya
sebagai berikut.
KASIH IBU
Siti Atika
Penuh kasih engkau nina bobokkan aku
Penuh cinta engkau suapi aku
Tangisku, rintihanku dan rengekanku
Tetap membuatmu tersenyum
Kasihmu seluas samudra
Cintamu sedalam lautan
Sayangmu setinggi gunung
Dengan apa aku harus membalasnya

Ibu….
Di dunia ini tiada banding kasihmu
Dalam deritamu
Engkau tetap tabah mengasuh dan mendidik aku
Ibu…..
Engkau adalah matahariku
Engkau adalah rembulanku
Doaku bersamamu selalu
Semoga rahmat Ilahi atasmu
(b) Rima ialah persaman bunyi awal, akhir, awal-akhir. Misalnya:

Caya bulan di ombak menitik
Embun berdikit turun menitik (J.E.Tatengkeng)
Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal
Selamat tinggal…… (Chairil Anwar)
1. Unsur batiniah puisi (hakikat puisi)
(1) Tema ialah pokok persoalan yang mendasari dan menjiwai setiap larik puisi. Misalnya, Ayip
Rosidi menuangkan tema “Ketidakpuasan “ dalam puisi “Di Akuarium”:
Di Akuarium

Ayip Rosidi
Kulihat ikan-ikan berenangan, alangkah nyaman
dan tenang hidup tanpa persoalan. Betapa ingin
aku menjadi ikan.
Dari balik kaca, matanya cemburu memandang
Barangkali ingin menjadi manusia, menjadi aku
Yang pergi memancing di hari minggu.
(2) Rasa (feeling) ialah sikap pandang (pendapat) penyair terhadap pokok persoalan/tema
tertentu. Ada penyair yang bersikap simpati-antipati, setuju-tidak setuju, dll. Misalnya Chairil
Anwar dalam masih bersikap menerima terhadap gadis yang telah mengecewakannya
dengan persyaratan tertentu. Sebaliknya Armyn Pane bersikap menolak terhadap gadis yang telah
mengecewakannya. Hal itu terungkap dalam puisinya masing-masing sebagai berikut.
PENERIMAAN
Chairil Anwar
KEMBANG SETENGAH JALAN
Armyn Pane
Kalau kau mau, kuterima kembali

Dengan sepenuh hati
Aku masih tetapi sendiri
Kutahu kau yang bukan dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tantang Aku
dengan berani

APRESIASI SASTRA ANAK SECARA RESEPTIF
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti penghargaan,
penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja "ti appreciate" yang berarti
menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa Indonesia menjadi mengapresiasi.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra adalah penghargaan,
penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang berbentuk puisi maupun
prosa atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan sungguh-sungguh hingga
tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan
yang baik terhadap cipta sastra.
Di sekolah dasar, pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa mengapresiasikan karya sastra. Menurut Huck (1987 : 630-623)
bahwa pembelajaran sastra di SD harus memberi pengalaman pada siswa yang
akan berkontribusi pada 4 tujuan, yakni pencarian kesenangan pada buku,
menginterprestasikan bacaan sastra, mengembangkan kesadaran bersastra, dan
mengembangkan apresiasi.
Pembelajaran sastra di SD adalah pembelajaran sastra anak. Sastra anak adalah
karya sastra yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi tentang
dunia yang akrab dengan anak-anak, yaitu anak yang berusia antara 6-13 tahun.
Sifat sastra anak adalah imajinasi semata, bukan berdasarkan pada fakta. Unsur
imajinasi ini sangat menonjol dalam sastra anak. Hakikat sastra anak harus sesuai
dengan dunia dan alam kehidupan anak-anak yang khas milik mereka dan bukan
milik orang dewasa. Sastra anak bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan
imbauan tertentu yang dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
Jenis sastra anak meliputi prosa, puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi dalam
sastra anak sangat menonjol. Berdasarkan kehadiran tokoh utamanya, sastra anak
dapat dibedakan atas tiga hal, yaitu sastra anak yang mengetengahkan tokoh

utama benda mati, sastra anak yang mengetengahkan tokoh utamanya makhluk
hidup selain manusia,dan sastra anak yang menghadirkan tokoh utama yang
berasal dari manusia itu sendiri.
Seperti pada jenis karya sastra umumnya, sastra anak juga berfungsi sebagai
media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, serta menuntun
kecerdasan emosi anak. Pendidikan dalam sastra anak memuat amanat tentang
moral, pembentukan kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas,
serta memberi pengetahuan keterampilan praktis bagi anak. Fungsi hiburan dalam
sastra anak dapat membuat anak merasa bahagia atau senang membaca, senang
dan gembira mendengarkan cerita ketika dibacakan atau dideklamasikan, dan
mendapatkan kenikmatan atau kepuasan batin sehingga menuntun kecerdasan
emosinya.
1.2
(1)
(2)
(3)
1.3
(1)
(2)
(3)

Rumusan Masalah
Apakah definisi apresiasi sastra?
Apakah tujuan dan manfaat apresiasi sastra?
Apakah yang dimaksud dengan apresiasi sastra anak-anak secara reseptif?
Tujuan
Menjelaskan definisi apresiasi sastra
Menjelaskan tujuan dan manfaat apresiasi sastra
Menjelaskan maksud apresiasi sastra anak-anak secara reseptif

2.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Apresiasi Sastra
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Inggris "apresiation" yang berarti
penghargaan,penilaian,pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja " ti
appreciate" yang berarti menghargai, menilai,mengerti dalam bahasa indonesia
menjadi mengapresiasi. Dengan demikian, yang dimaksud dengan apresiasi sastra
adalah penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra, baik yang
berbentuk puisi maupun prosa, atau suatu kegiatan menggauli sastra dengan
sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis,
dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Untuk pengertian sastra anak, yaitu :
1. Sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya
remaja atau dewasa, isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan
kepribadian anak.
2. Sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya
masih tergolong anak-anak, yang isi dan bahasanya mencerminkan corak
kehidupan dan kepribadian anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra
yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis
oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya
sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga

bentuk drama.
Pengertian apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan bermain
dengan sastra anak-anak sehingga muncul pengertian, ketepatan dan ketelitian
pemahaman, kepekaan perasaan dan penghargaan yang baik dalam diri anak
terhadap sastra anak-anak.
2.2 Tujuan dan Manfaat Apresiasi Sastra
Manfaat apresiasi sastra, diantaranya :
(1)
Melatih keempat keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis.
(2)
Menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat
istiadat, agama, kebudayaan, dsb.
(3)
Membantu mengembangkan pribadi
(4)
Membantu pembentukan watak
(5)
Memberi kenyamanan
(6)
Meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru (Wardani 1981)

Selain itu, manfaat lain dari apresiasi sastra, diantaranya :
(1) Nilai personal
Memberi kesenangan, mengembangkan imajinasi, memberi pengalaman yang
dapat terhayati, mengembangkan pandangan ke arah persoalan kemanusiaan,
menyajikan pengalaman yang bersifat emosional.
(2) Nilai pendidikan
Membantu perkembangan bahasa, meningkatkan kelancaran-kemahiran membaca,
meningkatkan keterampilan menulis, mengembangkan kepekaan terhadap sastra
(Huck 1987).
2.3 Apresiasi Sastra Anak Secara Reseptif
Apresiasi sastra anak secara reseptif adalah penghargaan, penilaian, dan
pengertian terhadap karya sastra anak-anak, baik yang berbentuk puisi maupun
prosa yang dapat dilakukan dengan cara membaca, mendengarkan dan
menyaksikan pementasan drama.
Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra
anak-anak secara reseptif, diantaranya sebagai berikut:
(1) Pendekatan Emotif
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca untuk
mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam suatu karya
sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi. Menurut Aminuddin
(2004:42) mengemukakan bahwa pendekatan emotif adalah suatu pendekatan
yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan
pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk
maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu atau

menarik.
(2) Pendekatan Didaktis
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai amanat,
petuah, nasihat, pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-nilai yang dapat
memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. Aminuddin (2004: 47) mengemukakan
bahwa pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukan
dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap itu dalam hal ini akan
mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga
akan mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.
(3) Pendekatan Analitis
Aminuddin (2004: 44) mengemukakan bahwa pendekatan analitis merupakan
pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara
pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur intrinsik dan hubungan
antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam
rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya. Namun demikian, penerapan
pendekatan analitis dalam pembelajaran sastra di SD tidaklah berarti harus
selengkap seperti yang dipaparkan diatas. Dianggap telah memadai, jika telah
dapat mengungkapakan unsur-unsur yang membangun karya sastra yang dibaca,
dan dapat menunjukkan hubungan antarunsur yang saling mendukung atau saling
bertentangan, serta mampu memaparkan pesan-pesan yang dapat memperkaya
pengalaman rohaniah.
Aminudin (2004) mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau cerita fiksi adalah
tema, latar, alur, penokohan dan titik pandang, dan gaya.

3.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apresiasi sastra anak-anak merupakan serangkaian kegiatan bermain dengan sastra
anak-anak sehingga muncul pengertian, ketepatan dan ketelitian pemahaman,
kepekaan perasaan dan penghargaan yang baik dalam diri anak terhadap sastra
anak-anak. Apresiasi sastra anak mempunyai manfaat diantaranya : melatih
keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup
manusia, membantu mengembangkan pribadi membentuk watak, memberi
kenyamanan meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru (Wardani
1981). Apresiasi sastra anak-anak secara reseptif dapat dilakukan dengan
memberikan penghargaan, penilaian, dan pengertian terhadap karya sastra anakanak, baik yang berbentuk puisi maupun prosa yang dapat dilakukan dengan cara
membaca, mendengarkan dan menyaksikan pementasan drama. Pendekatan yang
dapat diterapkan dalam mengapresiasi sastra anak-anak secara reseptif
diantaranya adalah pendekatan Emotif, pendekatan Didaktis, dan pendekatan
Analitis.
3.2 Saran
Penulis berharap pendidik dapat menggunakan dan menghasilkan sebuah apesiasi
karya sastra anak-anak secara reseptif agar anak-anak mendapatkan pembelajaran

tentang sastra sesuai dengan porsinya dan lebih meningkatkan daya imajinasi dan
kreativitas anak dalam dunia sastra.
DAFTAR RUJUKAN
Zuchdi, D. dan Budiasih. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah. Semarang: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Haryadi dan Zamzami. 1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Faisal, M. dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia SD. Semarang: Departemen
Pendidikan Nasional.