BAHASA INDONESIA.docx

BAHASA INDONESIA
Tugas Cerpen

Nama : Ahmad Afiata
Kls : IX I
No : 2

*BANGKIT*
Pandanganku pada langit tua. Cahaya bintang berkelap kelip mulai hilang oleh kesunyian malam. Aku
berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap. Cahaya bulan malam ini begitu indahnya. Hari ini
benar-benar hari yang melelahkan. Konflik dengan orang tua karena tidak lulus sekolah. Hari ulang
tahun yang gagal di rayakan. Dan hadiah sepeda motor yang terpaksa di kubur dalam-dalam karena
tak lulus, belum lagi si adik yang menyebalkan. Teman-teman yang konvoi merayakan kemenangan,
sedang aku?
Hari-hari yang keras kisah cinta yang pedas. Angin malam berhembus menebarkan senyumku walau
sakit dalam hati mulai mengiris. Sesekali aku menghapus air mataku yang jatuh tanpa permisi. Sakit
memang putus cinta.
Rasanya beberapa saat lalu, aku masih bisa mendengar kata-kata terakhirnya yang tergiang-ngiang
merobek otak ku.
“sudah sana… Kejarlah keinginanmu itu!, kamu kira aku tak laku, jadi begini sajakah
caramu, oke aku ikuti.. Semoga kamu tidak menyesal menghianati cinta suci ini.”

beberapa kata yang sempat masuk ke hpku, di ikuti telpon yang sengaja ku matikan karena kesal atau
muak.
Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.
“selamat malam..? Sorii mba kayanya lagi sedih banget boleh aku minta duitnya..”
seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan,
Ia mengeluarkan sebilah pisau lipat dan mengancamku. Aku hanya terdiam tak berkata, membuatnya
sedikit binggung. Aku meraih tas di sampingku dan
menyerahkan padanya. “ini ambil semua.. Aku tak butuh semua ini. Aku hanya ingin
mati…!” Aku melemparkan tas ke hadapannya yang di sambut dengan senyum picik
dan ia pun menghilang di gelapnya malam.
Aku bangkit berdiri dan berjalan menyusuri malam, berdiri menatap air sungai yang mengalir airnya
deras.Di sini di atas jembatan tua ini. Angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku. Aku berdiri menatap
langit yang bertabur bintang, rasanya tak ada yang penting bagiku sekarang. Perlahan-lahan aku
berjalan menaiki jembatan dan berdiri bebas. Menutup mata dan tinggal beberpa senti lagi aku akan
terjatuh. Aku perlahan mengangkat kaki kananku dan…?
Tiba-tiba sosok pemabuk yang menodong pisau padaku ku tadi, menarik baju ku dan menampar
pipiku kuat, keras sekali tamparannya
“ini uang dan tas mu…!! Aku tak butuh..! Aku lebih baik mati kelaparan dari pada
melihat wanita lemah sepertimu” ia menarik ku turun dan melemparkan tasku di
atas tanah

Dan ia berlalu pergi. Aku bangkit dan meraih tas ku kembali menyusuri tangga turun. Sosok yang
tadi, pria mabok yang ternyata seumuran denganku, di sekujur tubuhnya penuh tato dan tubuhnya
kurus sekali. Ia berdiri termenung pada tangga jalan. Sesekali menatap langit dan menghapus air
matanya.
“boleh aku berdiri disini bersamamu? Aku menyapanya tapi ia hanya terdiam
membisu”. Aku berdiri di sampingnya menunggu sampai kapan ia akan berdiri pergi
dari sini.

“kenapa kamu menamparku..?

Kenapa kamu menolongku?

Aku sudah tak berarti lagi. Pria yang aku cintai bertahun-tahun mencapakanku dengan tuduhan yang
tak jelas, aku memulai pembicaraan”.
Dengan sesekali menghapus air mata akibat dari gejolak di hatiku. “apa kamu akan terdiam atau aku
telah mengusikmu?”. Aku melihatnya dan ia balik menatapku tajam. Aroma alkohol dari mulutnya
jelas tercium saat ia bicara “maafkan aku..?
Sungguh aku minta maaf, menurut ku kamu terlalu lemah, masalah apapun jangan berhenti untuk
bangkit, bukankah setiap hari kita merasakan hal yang sama? Ia berkata sembari mengulurkan
tangannya yang ternyata cuma 2 jari yang utuh, Aku mulai merinding karena sedikit takut. Sehingga

aku tak membalas uluran tangannya.
“kaget ya mbak?. Jari ku yang lain di potong oleh preman karena persaingan. Hidup
di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu
sulit. Harus rela kedinginan, Di gigit nyamuk dan tempat ku tertidur hanya di emperan toko, Dan
kalau sudah penuh oleh gembel lain, terpaksa aku harus mencari tempat lain yang menurutku layak.
Maaf bila aku mengambil tas mu. Aku butuh makan, sudah 3 hari aku tidak makan, sisa makanan di
tong sampah sudah membusuk karena hujan kemarin, Biasanya aku mencari kenikmatan disana yang
masih bisa layak ku telan, rasa lapar tak akan bisa membuatmu jijik. Setiap hari
saat membuka mata yang anda ingat hanya perut dan perut.”
Ia terdiam dan mengalihkan pandanganya luas menembus angkasa, langit malam ini. Aku hanya
terdiam terpaku dengan mulut terbuka, betapa aku tak percaya setengah mati. Bagaimana mungkin
seandainya sekarang aku berada di posisi ini? Aku yang terlahir dari keluar sederhana namun penuh
kehangatan, uang bukan masalah, aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku
mendapatkannya, semuanya cukup, tapi ternyata itu bukan kebahagian, itu nafsu sesaat, Aku memang
memiliki segalanya tapi tidak dengan cinta, selalu ada yang kurang setiap hari. Tanpa kebersaman kita
mati. Terutama pentingnya mensyukuri apa yang ada. Aku menarik tangan dan menjabat tangannya
kuat-kuat yang tinggal dua jari meski sedikit risih karena aneh menurutku. Aku memberinya sedikit
pelukan hangat. Ia tersenyum memamerkan mulutnya yang bau alkohol dan bau wc umum. Aku
menyerahkan tas ku padanya. “ambil lah.. Aku tak mengenalmu tapi kamu memberi ku banyak alasan
hari ini, kenapa aku harus kuat menghadapi hidupku sekarang dan nanti, bukankah hidup harus tetap

di jalani. Aku sadar masih punya segalanya, bodoh sekali cuma karena cinta semangatku hilang,
belum tentu ia jodohku, belum tentu ia juga
memikirkan hal yang sama, rasa sakitku”. Aku berlari menuruni tangga
meninggalkan ia sendiri yang masih terdiam menatap kembali langit yang menampakan bintangbintang kecil yang berkelip dengan jenaka, seakan hari ini tak akan berlalu.
Ketika aku akan menapaki jalan. Kekasihku sedang berdiri di depanku dengan bunga mawar banyak
sekali di tangannya, sementara di belakangnya orang tua dan adikku yang berdiri di samping mobil,
kami saling terdiam untuk beberapa saat ia
memulai.“maafkan aku sayang, ternyata aku yang salah menilaimu, makasih ya?,
sudah membuat hidupku lebih berharga karena ini. Ia menyerahkan bunga dengan sebuah diary usang
punyaku, yang entah dari mana ia mendapatkannya. Tapi disinilah aku bisa menulis menitikan setiap
masalah, rasa banggaku atas kekasihku ini. Aku memeluk erat tubuhnya lama kami terdiam di iringi
tangis dan canda
menghiasi malam, sementara kedua orang tuaku tersenyum senang. Aku mengajak kekasihku menaiki
tangga untuk mengenalkan pada orang yang mengajarkanku banyak hal. Khususnya arti
bersyukur.Kami menapaki jalan tangga dan melirik sekeliling dan mencari namun sosok itu hilang tak
berbekas? Kami turun dan kami pergi ke mall bersama orang tua dan adik ku untuk merayakan ulang
tahunku.
Walaupun tetap aku tak dapat sepeda motor karena tak lulus tapi bukan berarti kehangatan ini harus
berakhir.


*Unsur Intrinsik cerpen ‘’Bangkit’’
1.Tema: Jangan mudah putus asa / kehidupan
2.Latar:
-Waktu : Malam hari
Bukti : Cahaya bulan malam ini begitu indahnya.
-Tempat : di pinggir jalan dan di atas jembatan
Bukti : ”Aku termenung di pinggir jalan, memegang kepalaku yang sakit.“
“ Di sini di atas jembatan tua ini angin sepoi-sepoi menyerang tubuh ku.”
-Suasana : Sunyi sepi
Bukti : “Aku berjalan menyusuri lorong malam sepi nan gelap.”
3. Alur : Maju
-Karena jalan cerita dijelaskan secara runtut mulai dari pengenalan latar dan masalah sampai ke
konflik dan di akhir cerita terdapat penyelesaian konflik.
4.Penokohan :
- Aku : mudah putus asa, kurang bersyukur dan selalu mengeluh
Bukti :
“Kenapa kamu menolongku? Aku sudah tak berarti lagi.‟
“Aku hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuaku mendapatkannya.‟
-Pria pemabuk : pemabuk dan kuat menghadapi beratnya hidup
Bukti :

“seorang pemabuk dengan botol bir di tangan kiri dengan jalan yang tak beraturan‟
“Hidup di jalan seperti ku ini, hawanya sangat dingin dan penuh
nyali besar, bahkan untuk tertidur saja itu sulit.‟
5.Sudut pandang : orang pertama sebagai pelaku utama.
-Bukti : Cerpen bangkit menggunakan kata ganti “aku” sebagai tokoh utama dan
mengisahkan tentang dirinya sendiri.
6. Nilai :
-Nilai Moral : Saat tokoh “aku‟ menyadari selama ini
hanya meminta tanpa pernah tahu bagaimana orang tuanya mendapatkannya.Kita seharusnya
bersyukur dengan apa yang telah kita miliki tidak hanya menuntut sesuatu karna diluar sana masih
banyak orang yang kekurangan.
-Nilai Perjuangan = Pria pemabuk berjuang bertahan hidup di jalanan yang keras. Di kehidupan nyata
banyak orang yang melakukan apapun untuk berjung hidup. Kita harus berjuang mempertahankan
hidup di dunia yang keras ini.
-Nilai Kepedulian = Saat Pria pemabuk menyelamat
kan tokoh “aku‟ yang akan terjun
dari jembatan. Banyak orang yang membutuhakan bantuan kita saat menghadapi masalah kita
seharusnya membantu mereka tidak membiarkannya.
7.Amanat :
Jangan mudah putus asa dalam menjalani kerasnya hidup.

Bersyukurlah atas apa yang telah dimiliki.
Hidup tidaklah sempurna kadang manusia diatas dan kadang dibawah.
Jangan lari dari permasalahan.
Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.
Masalah apapun jangan berhenti untuk bangkit.

*kelebihan

dan kekurangan cerpen “Bangkit”

1.Kelebihan :

-menggunakan bahasa yg komunikatif /mudah dipahami, pembaca dapat menikmati tanpa banyak
berpikir keras untuk mengatahui cerita cerpen tsb.
-

2.kekurangan
-banyak dialog tokoh , sehingga menggunkan banyak tanda baca petik dua ( “ )