Persepsi Komunitas Adat Baduy Luar Terhadap Kebutuhan Keluarga Di Kabupaten Lebak Provinsi Banten

PERSEPSI KOMUNI TAS ADAT BADUY LUAR TERHADAP
KEBUTUHAN KELUARGA DI KABUPATEN
LEBAK PROVI NSI BANTEN

AHMAD SI HABUDI N

SEKOLAH PASCASARJANA
I NSTI TUT PERTANI AN BOGOR
BOGOR
2009

i

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Persepsi Komunitas Adat
Baduy Luar terhadap Kebutuhan Keluarga di Kabupaten Lebak Provinsi
Banten” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka pada bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Oktober 2009

Ahmad Sihabudin
NRP: I362060021

ii

ABSTRACT
AHMAD SIHABUDIN, The Perception of Ethnic Community of Outer Baduy
about the Family Needs in Lebak Regency, Banten Province. Under the
supervision of BASITA GINTING SUGIHEN as Advisory Committee
Chairman; DJOKO SUSANTO and PANG S. ASNGARI as members of the
Committee.
Baduy community is one of the ethnic communities who still adheres to
tradition and tends to be reclusive. So, it is called Komunitas Adat Terpencil
(Closed Ethnic Community). The objectives of this study are (1) to get the
description of the family needs of the Outer Baduy Community, (2) to analyze

determinant factors that influence the perception of the Outer Baduy
Community about their families’ needs; and (3) To get tentative models of
Planned Changes, such as intervention, and things that need to be intervened to
raise the standard of living of Outer Baduy Community’s Families. This
research is conducted in fifteen kampungs (villages) of Outer Baduy in Lebak
Regency using survey method. The findings of the study are (1) Perception of
Heads of Families of Outer Baduy Community in the Lower West and Middle
West on Families’ needs; physiology, sence of safety, sense of love , and sense
of group appreciation is high, but in Kaduketug strip those needs are considered
average; (2) The satisfaction of Heads of Outer Baduy Community families in
the Lower West and Middle West on Family needs; physiology, sense of safety,
sense of love and group appreciation is high, but in Kaduketug’s strip the
satisfaction on physiology is high, sense of love and sense of belonging by the
group; (3) the efforts of heads of families in Lower West in cropping, trading,
hunting, and working for others and making handycrafts have highly correlated
to the perception of heads of families on basic needs, sense of safety, sense of
love; (4) the motive to gain knowledge is highly correlated to the perception of
heads of families on basic needs, sense of safety, sense of love and sense of
belonging to the group ; (5) Social Interactio n through interpersonal
communication and the agents of changes is highly correlated to the perception

of heads of families on basic needs, sense of safety, sense of love, and sense of
belonging to the group; (6) the value of social culture on work, nature and
relationships with other people is highly correlated to the perception of heads
of families on basic needs, sense of safety, sense of love, and sense of belonging
to the group. To develop strategies and policies to meet the needs of SCC
family of Baduy can be created by raising the standard of living by providing a
centre of business practice, discussion forum (informative community group),
escalation of business facilities, community participation, the support of opinion
leaders in Baduy community, private support, and high motive and the
awareness to change.
____________________
Key Words : Community of Baduy Custom, Perception, Family Needs.

iii

RINGKASAN
AHMAD SIHABUDIN, Persepsi Komunitas Adat Baduy Luar
terhadap Kebutuhan Keluarga di Kabupaten Le bak Provinsi Banten.
Dibimbing oleh BASITA GINTING SUGIHEN sebagai Ketua; DJOKO
SUSANTO dan PANG S. ASNGARI sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Masyarakat Baduy adalah salah satu komunitas etnik yang masih
memegang tradisi dan cenderung tertutup, atau dala m istilah sekarang
Komunitas Adat Terpencil (KAT). Pengertian KAT, adalah kelompok sosial
budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam
jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi maupun politik. Komunitas Adat
Baduy Dalam masih memegang teguh adat dan tradisi leluhur, sedangkan
Baduy Luar cenderung sudah menerima perubahan, serta nilai- nilai dari luar.
Tujuan penelitian adalah: (1) Memperoleh gambaran persepsi KAT pada
kebutuhan keluarga masyarakat Baduy Luar, (2) Mengkaji faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi masyarakat Baduy Luar terhadap kebutuhan
keluarganya; dan (3) Mendapatkan suatu model perubahan terencana, macam
intervensi, dan hal- hal yang perlu di intervensi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga Komunitas Adat Baduy Luar.
Penelitian ini dirancang dengan metode survei, dengan tujuan
mendeskripsikan, mengeksplanasi (expalanatory), dan mengeksplorasi serta
menjelaskan tujuan, termasuk menjelaskan pengaruh dan hubungan antar
peubah lewat pengujian hipotesis.
Penelitian ini dilaksanakan di Pemukiman Komunitas Adat Terpencil
Baduy yang berjumlah 58 kampung, yang terdiri dari 3 Kampung termasuk
Baduy Dalam yaitu Cibeo, Cikeusik, dan Cikartawana, dan 55 Kampung Baduy

Luar sesuai dengan Perda No. 32 Kabupaten Lebak tentang Perlindungan Hak
Ulayat Masyarakat Baduy. Fokus penelitian dilakukan hanya pada Baduy Luar
Hasil Penelitian adalah: (1) Persepsi kepala keluarga Komunitas Adat
Baduy Luar di jalur Bawah Barat dan Tengah Barat pada kebutuhan keluarga;
fisiologi, rasa aman, dicintai dan dimiliki, dan dihargai kelompok adalah tinggi,
di jalur Kaduketug pada kebutuhan tersebut adalah sedang; (2) Kepuasan kepala
keluarga Komunitas Adat Baduy Luar di jalur Bawah Barat dan Tengah Barat
pada kebutuhan keluarga: fisiologi, rasa aman, dicintai dan dimiliki, dan
dihargai kelompok adalah tinggi, di jalur Kadukteug kepuasan pada kebutuhan
fisiologi adalah tinggi, rasa aman rendah, dicintai, dimiliki sedang, dan dihargai
sedang; (3) Usaha-usaha kepala keluarga di jalur Bawah Barat dalam berladang,
berjualan, berburu, bekerja pada orang lain, dan membuat kerajinan
berhubungan nyata dengan persepsi kepala keluarga pada kebutuhan dasar,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai, dan kebutuhan dihargai yang
dirasakannya, dan persepsi terhadap kepuasan kebutuhan rasa aman, kebutuhan
dicintai, dan dihargai; (4) Motif memperoleh pengetahuan berhubungan nyata
dengan persepsi kepala keluarga pada kebutuhan dasar, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan dicintai, dan kebutuhan dihargai yang dirasakannya, dan persepsi

iv


pada kepuasan kebutuhan dasar rasa aman, kebutuhan dicintai, dan dihargai; (5)
Interaksi sosial melalui komunikasi interpersonal dan dengan agen pembaharu
berhubungan nyata dengan persepsi kepala keluarga pada kebutuhan dasar,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai, dan kebutuhan dihargai yang
dirasakannya, dan persepsi pada kepuasan kebutuhan dasar rasa aman,
kebutuhan dicintai, dan dihargai; dan (6) Nilai sosial budaya tentang hakekat
kerja, hakekat alam, dan hakekat hubungan dengan sesama berhubungan nyata
dengan persepsi kepala keluarga pada kebutuhan dasar, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan dicintai, dan kebutuhan dihargai yang dirasakannya, dan persepsi
pada kepuasan kebutuhan dasar rasa aman, kebutuhan dicintai, dan dihargai.
Strategi dan kebijakan peningkatan pemenuhan kebutuhan keluarga
KAT Baduy dapat diciptakan melalui peningkatan standar kebutuhan keluarga,
dengan membuat pusat latihan usaha, forum disksusi (kelompok informasi
masyarakat), peningkatan fasilitas usaha, partisipasi masyarakat, dukungan
tokoh adat, dukungan swasta, dan motif dan kesadaran ingin berubah yang
tinggi.
Kesimpulan yang diperoleh: persepsi kepala keluarga Komunitas Adat
Baduy Luar di jalur Bawah Barat dan Tengah Barat pada kebutuhan keluarga
yang dirasakan; fisiologi, rasa aman, dicintai dan dimiliki, dan dihargai

kelompok adalah tinggi, di jalur Kaduketug pada kebutuhan tersebut adalah
sedang; Dan Kepuasan kepala keluarga Komunitas Adat Baduy Luar di lokasi
Bawah Barat dan Tengah Barat pada kebutuhan keluarga; fisiologi, rasa aman,
dicintai dan dimiliki, dan dihargai kelompok adalah tinggi, di lokasi Kadukteug
kepuasan pada kebutuhan fisiologi adalah tinggi, rasa aman rendah, dicintai dan
dimiliki sedang, dihargai sedang; Usaha-usaha kepala keluarga di jalur Bawah
Barat dalam berladang, berjualan, berburu, bekerja pada orang lain, dan
membuat kerajinan, Motif, Interaksi sosial, Nilai sosial budaya berhubungan
nyata dengan persepsi kepala keluarga pada kebutuhan dasar, kebutuhan rasa
aman, kebutuhan dicintai, dan kebutuhan dihargai yang dirasakannya, dan
persepsi terhadap kepuasan kebutuhan rasa aman, kebutuhan dicintai, dan
dihargai.
Agar kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman, dan dicintai
dapat ditingkatkan, diperlukan upaya dari Pemda untuk lebih memberikan
pengakuan atas eksistensi KAT Baduy. Agen pembaharu supaya ditingkatkan
kompetensinya agar mampu berinteraksi sosial lebih berkualitas dengan
masyarakat Baduy Luar. Diperlukan pengembangan strategi agar perubahan
terencana dapat dilakukan untuk lebih memenuhi kebutuhan keluarga komunitas
adat Baduy Luar, yaitu dengan membentuk forum kelompok diskusi yang
didukung oleh lembaga adat dan pemerintah daerah, dan dukungan agen

pembaharu pada usaha dan pola produksi, dan membangkitkan motif atau
dorongan untuk berubah.
Kata Kunci : Komunitas Adat Baduy, Persepsi, Kebutuhan Keluarga

v

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya
untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah;
dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

vi

PERSEPSI KOMUNITAS ADAT BADUY LUAR TERHADAP

KEBUTUHAN KELUARGA DI KABUPATEN
LEBAK PROVINSI BANTEN

AHMAD SIHABUDIN

DISERTASI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Mayor Ilmu Penyuluhan Pembangunan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
vii

Judul Disertasi

: Persepsi Komunitas Adat Baduy Luar Terhadap
Kebutuhan Keluarga di Kabupaten Lebak Provinsi

Banten.

Nama

: Ahmad Sihabudin

NRP

: I362060021

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA
Ketua

Prof. Dr. Pang S. Asngari
Anggota

Prof (Ris ). Dr. Djoko Susanto, SKM.

Anggota

Mengetahui
Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc.

Tanggal Ujian:

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS.

Tanggal Lulus:

viii

PRAKATA
Hanya kata puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
segala karuniaNya berupa ilmu pengetahuan, sehingga naskah disertasi ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang direncanakan, berkat bimbingan dan
arahan komisi pembimbing Dr. Ir. Basita Ginting Sugihen, MA, Prof (Ris). Dr.
Ign. Djoko Susanto, SKM, dan Prof. Dr. Pang. S. Asnga ri, yang dengan tulus,
sabar, dan penuh pengertian yang tiada batas dalam membimbing, sejak
penyusunan rencana penelitian sampai dengan penyelesaian disertasi ini, untuk
itu penulis mengucapkan terimakasih dan semoga semua kebaikan dan
keikhlasan Bapak menjadi amal baik, dan Allah SWT membalas dengan
syurgaNya Amin. Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada yang terhormat Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS sebagai
Dekan Sekolah Pascasarjana yang telah memberi kesempatan menempuh studi
di IPB. Terimakasih dan hormat saya kepada Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS
selaku Ketua Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas
Ekologi Manusia, dan Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc selaku Ketua Program Mayor
Ilmu Penyuluhan Pembangunan beserta staf yang telah banyak memberikan
pelayanan administrasi akademik dan kemahasiswaan, dan penulis juga
sampaikan terimakasih kepada seluruh dosen di Program Mayor Ilmu
Penyuluhan Pembangunan yang telah membantu dan memberi kontribusi ilmu
pengetahuan selama penulis belajar. Tak lupa penulis juga mengucapakan
terimakasih kepada Prof. Dr. Iberamsyah, MS, Dr. Ir. Rosmawati Sudibyo, dan
Dr. Udi Rusadi, MS. yang memberi rekomendasi kepada penulis untuk belajar
di Sekolah Pascasarjana IPB.
Ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi penulis sampaikan
kepada yang terhormat Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta),
Prof. Dr. Ir. Rahman Abdullah, M.Sc. sebagai atasan penulis yang telah banyak
membantu dan mendukung, sehingga penulis tetap semangat dan penuh percaya
diri dalam menyelesaikan studi. Penghargaan yang tinggi juga saya ucapkan
kepada kolega kerja di FISIP Untirta, para Pembantu Dekan, Ketua Program

ix

Studi, dan staf yang dengan tulus berbagi tugas dengan penulis semoga
ketulusan dan keikhlasan Bapak Ibu dapat ganjaran amal baik dari Allah SWT.
Tak lupa terimakasih kepada saudara Aming, Benbela, Ilham, Herman, yang
telah membantu selama penelitian lapangan, juga pada Ayah Mursid (Jaro
Cibeo / Baduy Dalam) yang banyak membantu memberikan fasilitas akomodasi
dan diskusi tentang komunitas Baduy selama penelitian berlangsung.
Kepada kedua orang tua, Bapak H.M. Ma’sum S. Salim, Ibunda Hj.
Ratnasari yang tercinta, penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga atas
segala doa yang selalu Bapak Ibu panjatkan untuk penulis agar tetap sehat, dan
semangat menyelesaikan sekolah.
Sangat khusus kepada Isteri tercinta Dra. Hj. Rahmiati Fattah, serta
anak-anakku: Umar Shalahuddin, M. Miftah Fahmi, dan M. Dylan Ibaidillah
Arrasyidi yang selalu menjadi pendorong luar biasa, dan sumber inspirasi
penulis. Bapak hanya bisa bilang, ”Bapak sangat berterimakasih dan sangat
menyayangi kalian.” Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Abah
dan Ibu mertua H. Abdul Fattah Sulaiman, dan Hj. Nurya ni yang selalu
mendorong penulis dalam penyelesaian studi.
Terimakasih juga penulis sampaikan kepada seluruh kawan-kawan
angkatan 2006 Program S2, dan S3, terutama pada Drs. Dirlanuddin, M.Si.
Johanis Kamagi, S.Ip., M.Si., Drs. Oos. M Anwas, M.Si. yang telah memberi
dorongan baik selama proses kuliah maupun saat penulisan disertasi, kalian
adalah sahabat masa suka duka kuliah di PPN yang telah banyak memberi
warna pengetahuan dan pengalaman yang akan penulis terus kenang. Juga pada
Kanda Drs. Dolfi Suawa, M.Pd., adinda Drs. Suparno Jaya, M.Pd, dan Dr. Suaib
Amiruddin, M.Si. yang selalu memberikan dorongan, dan penghiburan.
Sebagai ungkapan syukur izinkan penulis menyampaikan pikukuh
Baduy, ”mipit kudu amit, ngala kudu menta, nyaur kudu diukur, nyabda kudu
diunggang, ulah ngomong segeto-geto, ulah lemek sadaek-daek, ulah maling
papanjingan” (memetik harus izin, mengambil harus meminta, bertutur

x

haruslah

diukur,

berkata

haruslah

dipertimbangkan,

jangan

berkata

sembarangan, jangan berkata semaunya, jangan mencuri walau kekurangan).
Akhirnya dengan rendah hati dan segala keterbatasan, penulis
sampaikan disertasi ini semoga bermanfaat bagi semua yang membutuhkan.
Segala

saran

kritik

yang

konstruktif

sangat

diharapkan

untuk

penyempurnaannya. Semoga Allah SWT selalu memberikan rakhmat, dan
hidayahNya kepada kita semua.

Bogor, Oktober 2009

Ahmad Sihabudin

xi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Petir, Kabupaten Serang, Banten tanggal 4
Juli 1965 sebagai anak pertama dari tujuh bersaudara keluarga Bapak H. Moh.
Ma’sum S. Salim dan Ibu Hj. Ratnasari. Menyelesaikan sekolah pada SD
Negeri 4 tahun 1977, SMP Negeri 1 tahun 1981, dan SMA Negeri 1 tahun 1984
di Kota Tangerang d.h. Kabupaten Tangerang.
Meraih gelar Sarjana Komunikasi (S1) Jurusan Ilmu Penerangan di
FIKOM Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta d.h. Sekolah Tinggi
Publisistik tahun 1990. Meraih gelar Magister Sains (S2) tahun 1994, Bidang
Kajian Utama Ilmu Komunikasi pada Program Pascasarjana Univesitas
Padjadjaran Bandung dan berstatus sebagai Dosen Tugas Belajar dari IISIP
Jakarta. Tahun 2006 mendaftar sebagai mahasiswa S3, di Program Studi Ilmu
Penyuluhan Pembangunan, Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulis bekerja sebagai Dosen tetap IISIP Jakarta sejak 1991 s.d. tahun
2002. Pernah menjabat sebagai Ketua Jurusan Ilmu Penerangan tahun 1996,
Pembantu Dekan

Bidang Akademik 1998, dan Dekan Fakultas Ilmu

Komunikasi tahun 2000 s.d. 2002 di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(IISIP) Jakarta. Tahun 2002 mengundurkan diri sebagai Dekan dan Dosen tetap
IISIP Jakarta. Menjadi Dosen luar biasa di FIKOM Universitas Mercubuana,
Universitas Budi Luhur, dan FIKOM IISIP Jakarta sampai dengan tahun 2007.
Sejak tahun 2002 tercatat sebagi Dosen tetap di FISIP Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa (Untirta), dan berstatus sebagai Dosen Pegawai Negeri Sipil
Jabatan Fungsional Lektor Kepala, pangkat saat ini Penata Tingkat I/IIIc, dan
terhitung Desember 2007 mendapat tugas tambahan sebagai Dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, di
bebas tugaskan sebagai Dekan FISIP Untirta, 4 Mei 2009.
Karya ilmiah yang dipublikasikan dalam empat tahun terakhir antara
lain; Menulis buku ”Komunikasi Antarbudaya Satu Perspektif Multi-Dimensi”.
Diterbitkan: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP – Untirta. Serang Tahun
2007. ”Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi Antar Kelompok (Studi
xii

Tentang Pengaruh Prasangka Sosial Terhadap Efektivita Komunikasi Antar
Kelompok Baduy Luar, Baduy Dalam dan Masyarakat Ciboleger Lebak
Banten)”. Jurnal Komunikasi ”Mediator” Terakreditasi. Vol 1/No.1/2008,
Unisba Bandung. Merupakan bagian dari hasil Penelitian Fundamental Tahun
2007. ”Tantangan Masa Depan Program Studi Ilmu Komunikasi”. Jurnal Ilmu
Komunikasi FISIP Untirta. Vol.1 No.1. Desember 2005. ”Saluran Komunikasi
Dalam Pilkada”. Jurnal Ilmu Komunikasi FISIP Untirta. Vol.2 No.2. Desember.
2006. ”Strategi Pendidikan Dengan Pendekatan Pengembangan Sumber Daya
Manusia

Untuk

Komunitas

Adat

Terasing.”

Jurnal

Teknodik.

No.

20/XI/Teknodik/ April/2007. Departemen Pendidikan Nasional. Pusat Teknologi
Informasi dan Komunikasi Pendidikan. Dua artikel yang merupakan bagian
disertasi ini telah diterima redaksi dan akan dimuat pada: Jurnal Penyuluhan
Fema IPB untuk artikel berjudul (1) ”Persepsi Komunitas Adat Baduy terhadap
Kebutuhan Keluara di Kabupaten Lebak Provinsi Banten,” dan (2) Pengaruh
Interaksi Sosial Komunitas Adat Baduy Luar terhadap Persepsinya pada
Kebutuhan Keluarga.
Saat ini tengah melakukan penelitian dengan judul “Model Revitalisasi
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi
Masyarakat Dalam Pembangunan di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten”.
Hibah Bersaing Direktorat DP2M Tahun Anggaran 2008/2009.
Penulis menikah dengan Dra. Hj. Rahmiati Fattah, dan telah dikarunia
tiga orang putra: Umar Shalahuddin, M. Miftah Fahmi, dan M. Dylan Ibaidillah
Arrasyidi.

xiii

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...............................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................

xvi

PENDAHULUAN ............................................................................

1

Latar Belakang .............................................................................

1

Masalah Penelitian ......................................................................

3

Tujuan Penelitian ..........................................................................

6

Kegunaan Penelitian ....................................................................

6

Definisi Istilah .............................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

9

Komunitas Adat Terpencil Baduy

..............................................

9

Gambaran Umum dan Sekilas Asal Usul Orang Baduy …………

10

Luas Wilayah, Kondisi Tanah dan Tata Guna Lahan

………….

13

Sistem Sosial dan Pemerintahan Masyarakat Baduy ……………

14

Kepercayaan Orang Baduy ………………………………………

19

Gejala Perubahan Sosial di Baduy ……………………………….

21

Kebutuhan Hidup Keluarga ……………………………………..

27

Persepsi …………………………………………………………..

32

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi …………………… .

33

Usaha Pemenuhan Kebutuhan Keluarga …………………………

36

Motif Memperoleh Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan ……...

37

Interaksi Sosial ……………………………………………………..

40

Nilai Sosial Budaya ……………………………………………….

42

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ……………………….

47

Kerangka Berpikir

……………………………………………….

47

Hipotesis Peneltian ………………………………………………

49

METODE PENELITIAN

…………………………………………

50

Rancangan Penelitian ……………………………………………

50

xiv

Lokasi, Objek, dan Waktu Penelitian ……………………………

50

Populasi dan Sampel Penelitian ………………………………….

50

Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ……………………

53

Pengumpulan Data ………………………………………….

53

Instrumen Penelitian ………………………………………..

54

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

……………………….

56

Analisis Data ………………………………………………..

57

HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………..

59

Deskripsi Lokasi Penelitian

…………………………………….

59

Geografis ………………………………………………………...

60

Administratif ……………………………………………………

59

Demografi ……………………………………………………….

62

Deskripsi Karaktersitik Kepala Keluarga KAT Baduy Luar ……

64

Deskripsi Usaha dan Pola Produksi KAT Baduy Luar ………….

66

Deskripsi Motif Untuk Memenuhi Kebutuhan Keluarga …………

68

Deskripsi Interaksi Sosial ………………………………………...

70

Deskripsi Nilai Sosial Budaya ……………………………………

72

Persepsi Terhadap Kebutuhan Keluarga yang Dirasakan ……….

75

Persepsi Kepala Keluarga terhadap Kepuasan Kebutuhan Keluarga.

77

Hubungan antara Karakteristik Sosial, Usaha, Motif, Interaksi Sosial,
dan Nilai Sosial Budaya dengan Persepsi Kepala Keluarga terhadap
Kebutuhan Keluarga yang dirasakan ………………………………

80

Hubungan antara Karakteristik Sosial, Usaha, Motif, Interaksi Sosial,
dan Nilai Sosial Budaya dengan Persepsi Kepala Keluarga terhadap
Kepuasan pada Kebutuhan Keluarga …………………………….

85

Hubungan antara Karakteristik Sosial, Usaha, Motif, Interaksi Sosial,
dan Nilai Sosial Budaya dengan Persepsi Kepala Keluarga terhadap
Kebutuhan Keluarga yang dirasakan di Lokasi Bawah Barat ……….

90

Hubungan antara Karakteristik Sosial, Usaha, Motif, Interaksi Sosial,
dan Nilai Sosial Budaya dengan Persepsi Kepala Keluarga terhadap
Kepuasan pada Kebutuhan Keluarga. di Lokasi Bawah Barat ……..

95

Hubungan antara Karakteristik Sosial, Usaha, Motif, Interaksi Sosial,
dan Nilai Sosial Budaya dengan Persepsi Kepala Keluarga terhadap
Kebutuhan Keluarga yang dirasakan di Lokasi Tengah Barat ……..

100

xv

Hubungan antara Karakteristik Sosial, Usaha, Motif, Interaksi Sosial,
dan Nilai Sosial Budaya dengan Persepsi Kepala Keluarga terhadap
Kepuasan pada Kebutuhan Keluarga. di Lokasi Tengah Barat ……

106

Hubungan antara Karakteristik Sosial, Usaha, Motif, Interaksi Sosial,
dan Nilai Sosial Budaya dengan Persepsi Kepala Keluarga terhadap
Kebutuhan Keluarga yang dirasakan di Lokasi Kaduketug ……….

110

Hubungan antara Karakteristik Sosial, Usaha, Motif, Interaksi Sosial,
dan Nilai Sosial Budaya dengan Persepsi Kepala Keluarga terhadap
Kepuasan pada Kebutuhan Keluarga. di Lokasi Kaduketug ….……

116

Pembahasan Umum ..........................................................................

120

Strategi Peningkatan Kebutuhan Keluarga KAT Baduy ....................

142

KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

147

Kesimpulan .......................................................................................

147

Saran .................................................................................................

147

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

149

LAMPIRAN ...........................................................................................

155

xvi

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Lokasi Penelitian ...................................................................................

52

2

Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen ..........................................................

55

3

Penduduk Baduy Tahun 1994Menurut Kelompok Usia ....................

63

4

Jumlah Kepala Keluarga KAT Baduy Luar Menurut
Karakteristik Sosial .............................................................................

64

Jumlah KAT Baduy Luar Seluruh lokasi menurut
Karakteristik Sosial ...............................................................................

66

Jumlah kepala keluarga Baduy Luar menurut
Usaha dan Pola Produksi di masing- masing lokasi ..............................

67

7

Jumlah kepala keluarga Menurut Usaha dan Pola Produksi ................

68

8

Jumlah kepala keluarga Berdasarkan Jalur Masuk ke Baduy Dalam
menurut Motif dalam memenuhi kebutuhan keluarga .........................

69

Motif kepala keluarga pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan
dalam memenuhi kebutuhan keluarga .................................................

70

10 Interaksi sosial keluarga berdasarkan Jalur Masuk
ke Baduy Dalam ..................................................................................

71

11 Interaksi Sosial kepala keluarga dalam memenuhi
Kebutuhan Keluarga ...........................................................................

72

12 Nilai Sosial Budaya kepala keluarga menurut
lokasi jalur masuk ke Baduy Dalam .................................................

73

13 Nilai Sosial Budaya kepala keluarga keseluruhan Responden ..........

74

14 Persepsi kepala keluarga Terhadap Kebutuhan Keluarga yang
dirasakan menurut Jalur Masuk ke Baduy Dalam ............................

75

15 Jumlah kepala keluarga Seluruh Lokasi Menurut Persepsi yang
dirasakan tentang Kebutuhan Keluarga ............................................

77

16 Persepsi pada Kepuasan Kebutuhan Keluarga Berdasarkan Jalur
Masuk ke Baduy Dalam ..................................................................

78

5

6

9

xvii

17 Persepsi kepala keluarga terhadap Kepuasan Kebutuhan Keluarga
di semua lokasi ...............................................................................

80

18 Hubungan antara karakteristik sosial, usaha, motif,interaksi sosial,
dan nilai sosial budaya dengan persepsi kepala keluarga terhadap
kebutuhan keluarga yang dirasakan di semua lokasi ......................

81

19 Hubungan Antara karkateristik sosial, usaha, motif, interaksi sosial,
dan nilai sosial budaya dengan Pesepsi kk terhadap kepuasan
kebutuhan keluarga di semua lokasi ................................................

86

20 Hubungan Antara karakteristik sosial, usaha, motif, interaksi sosial,
dan nilai sosial budaya dengan Pesepsi kepala keluarga terhadap
kebutuhan keluarga yang dirasakan di lokasi Bawah Barat ...............

91

21 Hubungan Antara karakteristik sosial, usaha, motif, interaksi sosial,
dan nilai sosial budaya dengan Pesepsi kepala keluarga terhadap
kepuasan kebutuhan keluarga di lokasi Bawah Barat .......................

96

22 Hubungan Antara karakteristik sosial, usaha, motif, interaksi sosial,
dan nilai sosial budaya dengan Pesepsi kepala keluarga terhadap
kebutuhan keluarga yang dirasakan di Lokasi Tengah Barat .............. 101
23 Hubungan Antara karakteristik sosial, usaha, motif, interaksi sosial,
dan nilai sosial budaya dengan Pesepsi kepala keluarga terhadap
kepuasan kebutuhan keluarga di Lokasi Tengah Barat .......................

107

24 Hubungan Antara karakteristik sosial, usaha, motif, interaksi sosial,
dan nilai sosial budaya dengan Pesepsi kepala keluarga terhadap
kebutuhan keluarga yang dirasakan di Lokasi Kaduketug ...............

111

25 Hubungan Antara karakteristik sosial, usaha, motif, interaksi sosial,
dan nilai sosial budaya dengan Pesepsi kepala keluarga terhadap
kepuasan kebutuhan keluarga di Lokasi Kaduketug .........................

117

26 Sistem Kalender dan aktivitas Warga Baduy ……………………...

123

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1

Struktur Organsasi KAT Baduy ............................................................

19

2

Pembentukan Persepsi .........................................................................

35

3

Hubungan antar Peubah Penelitian ........................................................

48

4

Peta Wilayah Desa Kanekes ..................................................................

60

5

Strategi Peningkatan Kebutuhan Keluarga KAT Baduy ........................ 144

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1

Data Penyebaran Penduduk Desa Kanekes Tahun 2008 ............

155

2

Uji Reliabilitas .........................................................................

157

3

Hasil Analisis Korelasi ..............................................................

158

4

Kuisioner ..................................................................................

185

xx

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Bangsa Indonesia terkenal dengan kemajemukannya yang terdiri dari
berbagai suku bangsa dan hidup bersama dalam negara kesatuan RI dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika. Dalam keanekaragaman tersebut ada
sekelompok masyarakat / suku bangsa yang secara relatif sudah lebih dahulu
maju. Tetapi ada juga yang belum maju dan malahan tertinggal dengan
masyarakat lainnya. Perubahan sosial dalam masyarakat baik secara vertikal
maupun horizontal juga dapat menimbulkan ketertinggalan dan keterpencilan
pada sekelompok masyarakat tertentu karena lokasi yang terpencil serta sulit
mendapatkan akses pelayanan dari luar.
Bahkan mungkin yang terpenting dari kemajemukan masyarakat dan
kekayaan kebudayaan yang memerlukan perhatian adalah: masih jutaan anakanak negeri yang diidentifikasi sebagai Komunitas Adat Terpencil (KAT) adalah
pewaris keterbelakangan, ketertinggalan, dan kemiskinan masyarakat Indonesia.
Bahkan masyarakat global melihat KAT dalam perspektif yang sama. Tanpa kita
menyadari, sebenarnya anak-anak negeri dalam KAT yang hidup dalam
kemiskinan selalu melahirkan kemiskinan.
Salah satu masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam
rangka pembangunan masyarakat di Indonesia adalah Komunitas Adat Terpencil.
Komunitas ini bermukim di berbagai pelosok wilayah. Data menginformasikan
bahwa KAT terdapat hampir di seluruh wilayah Nusantara, mulai dari Sabang di
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) hingga Merauke di Provinsi Papua.
Sebagian kecil suku yang tergolong KAT dilihat dari provinsi asal antara lain:
Suku Gayo (NAD), Suku Anak Dalam (Jambi), Suku Dayak Sekadau
(Kalimantan Barat), Suku Dayak Meratus (Kalimantan Selatan), Suku Baduy
(Banten), Suku Tengger (Jawa Timur), Suku Loitas (Nusa Tenggara Timur), dan
Suku Ekagi (Papua).
Menciptakan dan mengembangkan strategi pengembangan masyarakat
yang nyata diperlukan keberanian demi membawa kemajuan memperbaiki
kualitas kehidupan masyarakat yang teridentifikasi ke dalam KAT. Warga KAT
1

2
sebagaimana lazimnya masyarakat pada umumnya mereka juga menginginkan
perubahan, perubahan dalam kualitas kemanusiaannya. Namun kemampuan
mereka sendiri tidak mendukung atau mustahil untuk melakukan perubahan,
untuk memperbaiki nasib. Harus ada intervensi atau campur tangan pihak lain
dari luar KAT. Adalah jelas warga KAT antara lain ingin menapaki pendidikan
yang lebih baik, memiliki kondisi kesehatan yang lebih sehat, lebih bersih,
sandang pangan yang mencukupi, dan hidup dalam kelembutan tidak dalam
kekerasan kehidupan seperti yang mereka jalani.
Memperhatikan data yang ada, jumlah KAT yang dikategorikan terpencil
di Indonesia dengan persebarannya adalah sebanyak 205.029 KK atau sekitar
1.025.000 jiwa, sedangkan jumlah yang sedang diberdayakan 8.338 KK / lokasi
dan jumlah yang sudah diberdayakan 51.398 KK / lokasi. Visi Pemberdayaan
Komunitas Adat Terpencil adalah: kesejahteraan sosial Komunitas Adat
Terpencil yang mandiri di dalam berbagai aspek kehidupan dan penghidupan.
KAT yang kini berjumlah sekitar 1,1 juta jiwa bukan jumlah yang sedikit. KAT
masih terisolasi, miskin, dan lemah (Abdullah, 2004).
Dalam Pasal 2 Keppres No. 111/1999 tentang pembinaan kesejahteraan
sosial komunitas adat terpencil diamanatkan sebagai berikut :
”Pembinaan kesejahteraan sosial komunitas adat terpencil bertujuan untuk
memberdayakan komunitas adat terpencil dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan agar mereka dapat hidup secara wajar baik jasmani, rohani, dan
sosial sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan, yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan adat istiadat setempat.”
Berdasarkan keputusan di atas penelitian ini mencoba mengkaji salah satu
KAT yang ada di Indonesia, yaitu suku Baduy Luar. Secara administratif wilayah
Baduy atau biasa pula disebut wilayah “Rawayan” atau wilayah “Kanekes”
termasuk dalam Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten (dulu masuk wilayah Jawa Barat). Wilayah yang dihuni orang
Baduy berada pada kawasan Pegunungan Kendeng yang sebagian merupakan
hutan lindung.
Masyarakat Baduy adalah salah satu etnik yang dapat dikatakan sebaga i
komunitas yang masih memegang tradisi dan cenderung tertutup, atau dalam

3
istilah sekarang Komunitas Adat Terpencil sebagai pengganti istilah Masyarakat
Terasing.
Misi Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil adalah: Meningkatkan
harkat dan martabat Komunitas Adat Terpencil, meningkatkan kualitas hidup
Komunitas Adat Terpencil, memperkuat pranata dalam jaringan sosial,
mengembangkan sistem kehidupan dan penghidupan yang berlaku pada
Komunitas Adat Terpencil, dan meningkatkan peranserta dan tanggung jawab
sosial masyarakat dalam proses pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil.
Sebaga imana dikemukakan oleh Kusdinar (2004), di Kabupaten Lebak,
KAT terdapat di Kecamatan Leuwidamar dan Kecamatan Cibeber. Salah satu
komunitas adat tersebut adalah Suku Baduy yang terdapat di wilayah Desa
Kanekes Kecamatan Leuwidamar. Masyarakat Baduy terdiri dari “Baduy Dalam”
dan “Baduy Luar.” “Baduy Dalam” terdiri dari tiga kampung yaitu kampung
Cikeusik, Kampung Cikertawarna, dan Kampung Cibeo yang masing- masing
dipimpin oleh seorang pimpinan adat atau yang biasa disebut Pu’un. “Baduy
Luar” tersebar di 51 kampung, antara lain: Kadu Ketug, Kadu Keter, Gajeboh,
Kadu Kohak, Cipiit, dan Kadu Jangkung.
Selain di wilayah Baduy, Komunitas Adat Terpencil terdapat pula di
wilayah lain, tepatnya di wilayah Lebak Selatan yaitu di Kecamatan Cibeber
yang terdapat masyarakat yang patuh dan taat pada lembaga “kaolotan” seperti
yang terdapat dalam “kaolotan” Cisungsan, Citorek, Cisitu, Cipanas, dan Bayah.

Masalah Penelitian
Sebagaimana lazimnya masyarakat pada umumnya, komunitas Baduy
juga membutuhkan pengembangan diri, membutuhkan perubahan, dan terutama
dalam hal kebutuhan keluarga baik sandang, pangan, papan, dan kebutuhan
sekunder dan tersier lainnya. Ini terlihat dalam komunitas Baduy Luar yang
sudah terlihat dinamika perubahannya dibandingkan dengan saudaranya Baduy
Dalam yang secara adat masih memegang sangat teguh tradisi leluhur. Baduy
Luar meskipun dianggap oleh orang Baduy Dalam sebagai pelanggar adat, namun
demikian bila diperhatikan tata cara kehidupannya masih memegang tradisi yang
kuat.

4
Secara umum yang membedakan antara Baduy Dalam dan Baduy Luar
adalah sebagai berikut:. Baduy Luar relatif sudah mau menerima inovasi dan
modernisasi dari luar sedangkan Baduy Dalam belum dapat menerima hal- hal
yang berbau teknologi dan modernisasi. Meskipun demikian kehidupan secara
sosial dan ekonomi, komunitas Baduy Luar tidak jauh berbeda dengan Baduy
Dalam. Artinya, mereka masih memerlukan pengembangan dan pemberdayaan
dalam berbagai segi kehidupan, sesuai dengan yang diamanatkan Keppres No.
111/1999.
Gejala lain yang tampak pada masyarakat Baduy Luar adalah dalam hal
cara memenuhi kebutuhan keluarga lebih bervariasi selain bertani dan berladang
ada yang membantu mengerjakan lahan orang lain, berjualan, dan membantu
memasarkan hasil- hasil produk baik pertanian dan kerajinan sesama warga Baduy
Luar. Mengingat sifat dan karakter masyarakat ini termasuk yang menutup diri
terhadap hal- hal yang berasal dari luar komunitasnya.
Secara umum dan pada hakikatnya masyarakat manapun membutuhkan
perubahan dalam pengertian perubahan kehidupan yang lebih baik, baik
pengetahuan, keterampilan dan sikap mental. Pengemb angan dan perubahan ini
harus memperha tikan hal- hal yang tidak bertentangan dengan adat istiadat
mereka.
Mengingat potensi alam yang dimiliki komunitas ini cukup banyak,
seperti aspek pertanian, mereka kebanyakan menanam padi padahal dapat juga
menanam sejenis atau berbagai palawija, hasil hutan misalnya madu, bahan baku
untuk membuat gula aren, dan kerajinan tangan berupa tas (jarog). Khusus untuk
kerajinan, pengamatan peneliti, model dan karyanya sudah mulai bervariasi mulai
dari tas khasnya (jarog) sampai tempat handphone sudah mereka buat, tinggal
masalah memasarkan, dan cara mereka menjualnya. Potensi komunitas Baduy
sebenarnya cukup besar untuk dapat hidup lebih baik dari saat ini.
Komunitas Baduy sebagai masyarakat yang taat menjunjung adat dan
nilai- nilai leluhurnya, salah satu tradisinya adalah hasil ladang berupa padi tidak
boleh dijual karena merupakan pantangan bagi seluruh orang Baduy, baik Baduy
Dalam maupun Baduy Luar, maka yang terpenting adalah memberikan informasi
yang dapat membantu mereka memanfaatkan sumber daya dan potensi yang ada

5
dalam lingkungannya, tanpa mengganggu tradisinya. Hal ini dapat dianggap
sebagai kendala, ini juga memerlukan penyelidikan yang lebih mendalam.
Mengacu pada latar belakang masalah yang diuraikan, Komunitas Adat
Baduy Dalam masih memegang teguh adat dan tradisi leluhur, sedangkan Baduy
Luar cenderung sudah menerima perubahan, serta nilai- nilai dari luar. Berangkat
dari gejala tersebut peneliti memfokuskan penelitian pada komunitas Baduy Luar,
karena mereka meskipun secara adat dianggap orang-orang yang melanggar adat,
tidak loyal pada adat dan tradisi leluhurnya tetapi secara umum kehidupan
mereka relatif sama dengan masyarakat Baduy Dalam. Gejala tersebut menarik
untuk dikaji lebih jauh dan dipertanyakan alasan itu terjadi dan dilakukan oleh
orang-orang Baduy yang sekarang disebut Baduy Luar.
Terdapat beberapa gejala yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu masalah
filosofis sistem nilai yang dianut oleh Komunitas Baduy dan bagaimana mereka
mempersepsi kebutuhan keluarga.
Beberapa hal yang menjadi permasalahan filosofis antara lain adalah:
(1) Kepercayaan dan sistem nilai yang dianut oleh suku Baduy menghambat
proses perubahan yang bisa memajukan taraf kehidupan mereka.
(2) Tradisi yang ada menjadikan mereka tertutup dengan dunia luar.
(3) Kurangnya sumber daya manusia yang mengelola sumber daya alam yang
ada.
Dari sisi pemerintah sebagai pembuat kebijakan perlu dikaji hal- hal
sebagai berikut:
(1) kurangnya upaya dari pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia
masyarakat Baduy agar mereka dapat mengelola potensi alam yang mereka
miliki.
(2) kurang dan tertutupnya

akses berbagai informasi

yang memudahkan

masyarakat baduy untuk maju, baik dalam bentuk komunikasi interpersonal,
maupun kelompok, dengan memanfaatkan lembaga sosial yang ada.
(3) kurang atau hampir tidak adanya berbagai pelatihan dan pemberdayaan dari
pemerintah bekerja sama dengan masyarakat yang sudah terdidik agar dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat Baduy.

6
Dari beberapa permasalahan yang ada, ditambah sifat dan hakekat
manusia yang selalu berusaha untuk berubah, dan hakekat manusia yang selalu
berusaha memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan dirinya maupun keluarganya,
maka masalah penelitian yang dipertanyakan adalah:
(1) Bagaimana persepsi kepala keluarga Komunitas Adat Baduy Luar terhadap
kebutuhan keluarga nya?
(2) Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi kepala keluarga
Komunitas Adat Baduy Luar terhadap kebutuhan keluarga nya?
(3) Bagaimana strategi perubahan terencana untuk meningkatkan kesejahteraan
kebutuhan keluarga kepala keluarga Komunitas Adat Baduy Luar?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah :
(1) Mengkaji persepsi kepala keluarga Komunitas Adat Baduy Luar terhadap
kebutuhan keluarga.
(2) Mengkaji faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi kepala keluarga
Komunitas Adat Baduy Luar terhadap kebutuhan keluarga nya.
(3) Mengembangkan strategi perubahan terencana untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga Komunitas Adat Baduy Luar.

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini merupakan media proses belajar dalam mengaplikasikan
konsep-konsep teori dan model dalam pengembangan komunitas adat terpencil,
yang didasarkan pada teori dan pengamatan (empirik). Kegunaan penelitian ini
sebagai berikut:
(1) Dari segi keilmuan hasil penelitian ini diharapkan sebagai khazanah untuk
memperkaya kajian ilmu penyuluhan pembangunan. Diharapkan adanya
perluasan segi-segi teoritis penyuluhan pembangunan yang dapat menunjang
penelitian sejenis pada masa yang akan datang.
(2) Dari segi terapan, hasil penelitian ini diharapkan berma nfaat untuk menangani
masalah- masalah Komunitas Adat Terpencil, khususnya pada masyarakat

7
Baduy, maupun masyarakat

dalam kategori adat terpencil lainnya yang

memiliki karakteristik yang sama.
(3) Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Lebak – Banten, dan Direktorat
Bina Masyarakat Terasing, Departemen Sosial RI, dalam menyusun
kebijakan tentang pembangunan komunitas adat terpencil Baduy Luar yang
berorientasi kesejahteraan dan kelestarian adat dan lingkungan.

Definisi Istilah
Definisi dan pengukuran dari peubah yang ada disajikan agar makna
penelitian dapat dipahami secara bersama:
(1) Komunitas Adat Terpencil adalah kelompok sosial budaya yang
bersifat lokal dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam
jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi maupun politik.
(2) Masyarakat Baduy adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Desa
Kanekes

Kecamatan

Leuwidamar,

Kabupaten

Lebak

yang

mempunyai ciri kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda dengan
masyarakat umum.
(3) Persepsi adalah pengertian dan penafsiran makna informasi yang
diterima peralatan pancaindera, yang diukur dari pemahaman orang
baduy pada kebutuhan hidup keluarga.
(4) Kebutuhan keluarga orang Baduy Luar adalah, kebutuhan fisiolojik,
rasa aman, rasa memiliki dan dimiliki, dan harga diri.
(5) Karakteristik masyarakat Baduy Luar adalah pendapatan rumah
tangga, usia, dan jumlah anggota keluarga.
(6) Motif adalah hal yang mendorong Orang Baduy Luar untuk lebih
memiliki pengetahuan, percaya diri, dan lebih terampil dalam
memenuhi kebutuhan keluarganya.
(7) Usaha dan Pola produksi adalah usaha orang Baduy Luar memenuhi
kebutuhan keluarganya.
(8) Nilai-nilai budaya adalah konsep-konsep yang hidup dalam pikiran
aktivitas masyarakat Baduy Luar mengenai hal-hal yang mereka
anggap paling agung dalam hidup, sehingga berfungsi sebagai

8
pedoman dalam berperilaku

dalam

hidupnya. Penelitian

ini

menggunakan konsep yang dikembangkan Clide Kluckon dan F.L
Strodtbeck (Koentjaraningrat, 2004) yaitu tentang:
(a) Hakekat hidup manusia, adalah pandangan masyarakat Baduy,
bahwa hidup suatu ha l yang baik, buruk, atau menerima apa
adanya.
(b) Hakekat karya manusia, adalah pandangan tentang bekerja sebagai
sesuatu

yang

memberikan

kedudukan

terhormat

dan

menghargainya
(c) Hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, adalah
pandangan bahwa masa la lu, masa depan atau waktu sekarang
adalah waktu yang terpenting
(d) Hakekat dari kedudukan manusia dengan alam semesta, adalah
pandangan masyarakat Baduy tentang alam bahwa alam dan
sekitarnya berupa gunung, hutan dan air perlu dihormati, dan
dijaga.
(e) Hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya, adalah
pandangan bahwa hubungan dengan sesamanya adalah amat
penting.
(9) Interaksi sosial, adalah interaksi masyarakat Baduy Luar dengan
kelompoknya, masyarakat luar atau wisatawan, aparat pemerintah,
dan keterdedahan oleh media, diukur frekuensi interaksinya.

9
TINJAUAN PUSTAKA
Komunitas Adat Terpencil Baduy
Menurut Adimihardja (2007) komunitas adat sebagai bagian dari
masyarakat Indonesia adalah kelompok masyarakat yang terisolasi, baik secara
fisik, geografi, maupun sosial budaya. Sebagian besar komunitas ini bertempat
tinggal di daerah terpencil dan sulit dijangkau. Pranata sosial dalam komunitas
adat ini umumnya bertumpu pada hubungan kekerabatan yang sangat terbatas dan
homogen. Kehidupan mereka sehari- hari masih didasarkan pada interaksi
tradisional yang bersifat biologis darah dan ikatan tali perkawinan. Abdullah
(2004) berpendapat kelompok masyarakat inilah yang dikategorikan sebagai
Komunitas Adat yang masih hidup terpencil, keterpencilan itu ada 2 (dua) aspek
yaitu secara eksternal: kenapa pihak luar belum atau sulit memberikan akses
pelayanan sosial dasar pada mereka. Secara internal: Kenapa mereka belum dan
atau sulit mendapatkan akses pelayanan sosial dasar.
Pengertian Komunitas Adat Terpencil

(KAT) dalam surat Keputusan

Presiden No 111 tahun 1999, adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal
dan terpencar serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik
sosial, ekonomi maupun politik. Berdasarkan pengertian tersebut, maka
kelompok masyarakat tertentu dapat dikategorikan sebagai Komunitas Adat
Terpencil jika terdapat ciri-ciri umum yang berlaku universal sebagai berikut:
(a) Berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen.
(b) Pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan.
(c) Pada umumnya lokasinya terpencil secara geografis dan relatif sulit
dijangkau.
(d) Pada umumnya masih hidup dengan sistem ekonomi sub-sisten.
(e) Peralatan teknologinya sederhana, sangat tradisionil
(f) Ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat
relatif tinggi.
(g) Akses terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik terbatas.
Dengan demikian maka berdasarkan pengertian, dan gambaran ciri-ciri
KAT dalam Keppres No. 111 Tahun 1999, Komunitas Adat Terpencil dapat
dikelompokkan berdasarkan habitat, dan atau lokalitas sebagai berikut:

10
(a) Dataran tinggi / pegunungan;
(b) Dataran rendah; Daerah rawa; Daerah aliran sungai
(c) Daerah pedalaman; Daerah perbatasan;
(e) Di atas perahu; Pantai dan di pulau-pulau kecil.
Komunitas Adat Terpencil juga dapat dikategorikan orbitasinya sebagai
berikut: Kelana, Menetap Sementara, dan Menetap.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa komunitas adat terpencil
adalah kelompok masyarakat yang masih terbatas mendapatkan berbagai akses
pelayanan dasar sosial yang disebabkan secara geografis sulit dijangkau, dan
cenderung sifat masyarakatnya tertutup.

Gambaran Umum dan Sekilas
Asal Usul Orang Baduy
Sebutan “Orang Baduy” atau ”Urang Baduy” yang digunakan untuk
kelompok masyarakat ini bukan berasal dari mereka sendiri. Penduduk wilayah
Banten Selatan yang sudah beragama Islam, biasa menyebut masyarakat yang
suka berpindah-pindah seperti halnya orang Badawi di Arab, dengan sebutan
“Baduy”. Orang-orang Belanda seperti Hoevell, Jacobs, Meijer, Penning, Pleyte,
Trcht, dan Geise menyebut mereka badoe’i, badoej, badoewi, dan orang kanekes
seperti dikemukakan dalam laporan- laporannya. Sekitar tahun 1980-an, ketika
KTP (Kartu Tanda Penduduk) diberlakukan di sini, hampir tidak ada yang
menolak dengan sebutan Orang Baduy. Walaupun, sebutan diri yang biasa
mereka gunakan adalah Urang Kanekes, Urang Rawayan, Urang Tangtu (Baduy
Dalam) dan Urang panamping (Baduy Luar). Nama “Baduy” mungkin diambil
dari nama sungai Cibaduy dan nama gunung Baduy yang kebetulan berada di
wilayah Baduy (Garna, 1993a:120).
Salah satu tulisan paling awal mengenai komunitas Baduy berasal dari
laporan C.L Blume ketika melakukan ekspedisi botani ke daerah tersebut pada
tahun 1822, ia menulis:
“…dipangkuan sebuah rangkaian pegunungan, yang menjulang tinggi di
Kerajaan Bantam di Jawa Barat... kami mendapatkan beberapa kampong
pribumi, yang dengan sengaja bersembunyi dari penglihatan orang-orang
luar… Di sebelah Barat dan di Selatan gunung itu… yang tidak dimasuki

11
oleh ekspedisi Hasanuddin… dalam kegelapan hutan yang lebat, mereka
masih dapat memuja para dewa mereka selama berabad-abad…”
Menurut Blume, komunitas Baduy beasal dari Kerajaan Sunda Kuno,
yaitu Pajajaran, yang besembunyi, ketika kerajaan ini runtuh pada awal abad ke17 menyusul bergeloranya ajaran Islam dari Kerajaan Banten. (Garna,
1993b:144).
Kisah yang hampir sama muncul dalam cerita rakyat di daerah Banten.
Kisah tersebut menceritakan bahwa dalam suatu pertempuran, Kerajaan Pajajaran
tidak dapat membendung serangan Kerajaan Banten. Pucuk pimpinan Pajajaran
saat itu, Prabu Pucuk Umun (keturunan Prabu Siliwangi), beserta punggawa yang
setia berhasil lolos meninggalkan kerajaan dan masuk ke dalam hutan belantara.
Akhirnya mereka tiba di daerah Baduy sekarang ini dan membuat pemukiman di
sana.(Djuwisno, 1987:1-2)
Van Tricht, seorang dokter yang pernah melakukan riset kesehatan pa