KEHIDUPAN MASYARAKAT BADUY LUAR DI DESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN (KAJIAN SOSIAL-EKONOMI 1990-2010).

(1)

KEHIDUPAN MASYARAKAT BADUY LUAR DI DESA

KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN (KAJIAN

SOSIAL-EKONOMI 1990-2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Sejarah

Oleh Getari Gita

1105996

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015


(2)

KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN (KAJIAN

SOSIAL-EKONOMI 1990-2010)

Oleh:

GETARI GITA

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Getari Gita 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

KEHIDUPAN MASYARAKAT BADUY LUAR DI DESA

KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN (KAJIAN

SOSIAL-EKONOMI 1990-2010)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si. NIP. 19630311 198901 1 001

Pembimbing II

Drs. Syarif Moeis NIP. 19590305 198901 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dr. Agus Mulyana, M.Hum. NIP. 19660808 199103 1 001


(4)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Oleh Getari Gita

1105996 ABSTRAK

Masyarakat Baduy yang dinilai unik dan erat dengan menjaga teguh adat-istiadatnya. Keterasingan dan hidup sederhana yang mengandalkan alam menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi Masyarakat Baduy, sehingga tidak sedikit setiap harinya Masyarakat Baduy mendapatkan kunjungan dari para wisatawan. Kebijakan pemerintah Kabupaten Lebak dengan menetapkan Baduy sebagai Wisata Budaya Baduy telah menimbulkan dampak bagi Masyarakat Baduy sendiri, khususnya Masyarakat Baduy Luar seperti halnya pola pikir dan perilaku para warga, pengaruh para pengunjung yang ditiru, serta hal lainnya. Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis memiliki keinginan lebih untuk mengkaji tentang kehidupan sosial-ekonomi Masyarakat Baduy khususnya Masyarakat Baduy Luar dengan batasan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana latar belakang Kehidupan Masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak, Banten sebelum tahun 1990? 2) Bagaimana sikap dan respon Masyarakat Baduy Luar terhadap pengaruh dunia luar tahun 1990-2010? 3) Bagaimana pengaruh Wisata Budaya Baduy terhadap kehidupan sosial-ekonomi Masyarakat Baduy Luar tahun 1990-2010? Metode yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini ialah menggunakan metode historis atau metode sejarah dengan tahapan-tahapan: heuristik, kritik sumber, interpretasi, historiografi. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah studi kepustakaan, wawancara dan studi dokumentasi. Adapun pendekatan yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi ini adalah pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep-konsep dari ilmu Sosiologi, Antropologi dan Ekonomi. Masyarakat Baduy Luar menetap di Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Banten dengan kepercayaan sunda wiwitan dan memiliki aturan adat yang tegas dalam kehidupannya. Masyarakat Baduy Luar hidup dengan kesederhanaan dan menjunjung tinggi pikukuh leluhurnya. Hal tersebut pada akhirnya ditetapkan sebagai wisata budaya oleh Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten setelah melalui pembicaraan dan pertimbangan yang matang. Banyaknya kehadiran pengunjung ke Desa Kanekes membuat terbukanya kehidupan Masyarakat Baduy Luar. Ternyata Masyarakat Baduy Luar dalam perkembangannya sudah mengalami perubahan-perubahan dan mengadopsi beberapa kebudayaan yang dibawa oleh para pengunjung. Walaupun demikian, Masyarakat Baduy Luar tetap memfilter segala perubahan yang masuk agar tidak mengganggu adat yang sudah ada sejak dahulu. Mata pencaharian utama Masyarakat Baduy adalah dalam sektor pertanian. Warga Baduy dikenal dengan berladang dan berdagang. Namun semenjak terbukanya Baduy Luar dengan dunia luar, membuat mata pencaharian Masyarakat Baduy Luar semakin meluas.


(5)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

REGENCY BANTEN (SOCIO-ECONOMIC 1990-2010) By

Getari Gita 1105996 ABSTRACT

Baduy Community are unique and close by keeping the customs firmly. Alienation and simple life that rely on nature being one of the attraction for Baduy community, so everyday Baduy community get visits not only from a few tourists. Lebak regency government policy to establish Baduy as Baduy Cultural Tourism are already affecting Baduy itself, especially the Baduy Luar Community such as the mindset and behavior of citizens, the influence of the visitors who imitated, and others. Based on the explanation, the author wants to learn more about the socio-economic life of Baduy especially Baduy Luar Community with problem limit as follows 1) How was the background of Baduy Luar Community lives in Lebak , Banten before 1990? 2) How was the attitude and response of Baduy Luar Community to the outside world in 1990 to 2010? 3) How was the influence of Baduy Cultural Tourism on the socio-economic life of Baduy Luar Community in 1990-2010? The method used by author in writing this thesis is the historical method or method of history by stages: heuristics, criticism of sources, interpretation, historiography. Data collection techniques that author used is the study of literature, interview and documentation study. The approach used by the author to study the problems in this thesis is an interdisciplinary approach using concepts from the science of Sociology, Anthropology and Economics. Baduy Luar Community settle at Kanekes village in Lebak Regency, Banten with belief in sunda wiwitan and having strict custom rules in life. They live with simplicity and uphold pikukuh of their ancestors. In the end Baduy designated as cultural tourism by the Government of Lebak, Banten after through discussions and thorough consideration. The presence of many visitors to Kanekes village makes the Baduy Luar Community lives opened. The fact is Baduy Luar Community in the development have changed and adopting some of the culture brought by the visitors. Nevertheless, they keep filtering all incoming changes so that not disturbing the existing custom. Their main living is the agriculture sector. Baduy Community are known for farming and trading. But since Baduy Luar Community open to the outside world, it makes their living increasingly widespread.


(6)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN


(7)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vi

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang Penelitian……… 1

1.2 Rumusan Masalah……… 6

1.3 Tujuan Penelitian……….. 7

1.4 Manfaat Penelitian……… 7

1.5 Struktur Organisasi Skripsi……….. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 10

2.1 Masyarakat dan Kebudayaan………... 10

2.2 Masyarakat Terasing……… 13

2.3 Perubahan-perubahan Dalam Masyarakat……… 16

2.3.1 Faktor-faktor Perubahan Sosial………... 17

2.3.2 Bentuk-bentuk Perubahan Sosial……… 20

2.4 Masyarakat Baduy Sebagai Wilayah Cagar Budaya …………... 22

2.5 Penelitian Terdahulu……… 23

BAB III METODE PENELITIAN ……… 29

3.1 Metode Penelitian………. 29

3.2 Persiapan Penelitian………. 33

3.2.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian………... 34

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian……….. 34

3.2.3 Perlengkapan dan Izin Penelitian……… 35

3.2.4 Proses Bimbingan/Konsultasi………..…………... 35

3.3 Pelaksanaan Penelitian………. 36


(8)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.3.1.2 Sumber Lisan……….. 40

3.3.2 Kritik Sumber………..… 41

3.3.2.1 Kritik Eksternal………... 42

3.3.2.2 Kritik Internal………. 43

3.2.3 Interpretasi………….………. 44

3.2.4 Historiografi………..……….. 45

BAB IV KEHIDUPAN MASYARAKAT BADUY LUAR DI DESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN (1990-2010)………… 49

4.1 Gambaran Umum Keadaan Masyarakat Baduy Luar di Desa Kanekes ….……… 49

4.1.1 Keadaan Geografis dan Kependudukan Desa Kanekes………... 50

4.1.2 Etnografi Masyarakat Baduy Luar………..………. 57

4.2 Latar Belakang Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Sebelum Tahun 1990 ……….. 61

4.2.1 Keberadaan Masyarakat Baduy………..……….. 61

4.2.3 Keberadaan Masyarakat Baduy Luar Dalam Konteks Masyarakat Baduy ………... 63

4.3 Sikap dan Respon Masyarakat Baduy Luar Terhadap Pengaruh Dunia Luar ……… 65

4.3.1 Sikap Masyarakat Baduy Luar Terhadap Rencana Penetapan Wisata Budaya……… 68

4.3.2 Respon Masyarakat Baduy Luar Terhadap Penetapan Wisata Budaya……….. 70

4.4 Pengaruh Penetapan Wisata Budaya Terhadap Kehidupan Sosiak-Ekonomi Masyarakat Baduy Luar 1990-2010………... 72

4.4.1 Pengaruh Penetapan Perda Terhadap Kehidupan Sosial.. 72


(9)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.4.2 Pengaruh Penetapan Perda Terhadap Kehidupan

Ekonomi……….……… 82

4.4.2.1 Mata Pencaharian …………...………. 82

4.4.2.2 Gaya Hidup ………. 83

4.4.2.3 Kesejahteraan Masyarakat Baduy Luar………… 86

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ………... 88

5.1 Simpulan ……… 88

5.2 Rekomendasi…..………..……… 90

DAFTAR PUSTAKA ………...………... 92


(10)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Tabel

Tabel 4.1 Nama Perkampungan di Desa Kanekes Pada Tahun 1992.……… 56

Tabel 4.2 Jumlah Perkampungan Baduy Luar dari Tahun 1990-2010……... 57

Tabel 4.3 Nama Perkampungan di Desa Kanekes Pada Tahun 2010………. 58

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan Menurut Kelompok


(11)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN


(12)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling “bergaul”, atau dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi (Koentjaraningrat, 2009 hlm. 116). Salah satu warisan budaya yang dimiliki negara Indonesia adalah Masyarakat Baduy. Masyarakat Baduy dalam kehidupannya selama ini berhasil menarik perhatian seluruh sudut mata baik lokal maupun asing untuk berkunjung dan mempelajari kehidupan Masyarakat Baduy yang dinilai unik dan erat dengan menjaga teguh adat-istiadatnya.

Keterasingan dan hidup sederhana yang mengandalkan alam menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi Masyarakat Baduy, sehingga tidak sedikit setiap harinya Masyarakat Baduy mendapatkan kunjungan dari para wisatawan. Seperti yang dikatakan oleh Iskandar (1992, hlm. 3), bahwa Masyarakat Baduy atau biasa disebut Masyarakat Kanekes adalah suatu kelompok masyarakat Sunda yang kehidupannya sangat tradisional. Mereka tinggal di wilayah perbukitan Banten Selatan yang masih terdapat banyak hutan. Hal tersebut yang membuat mereka hidup dengan ingin tetap mempertahankan sifat tradisional dari leluhurnya untuk menjaga kealamian alam sekitar.

Kanekes merupakan nama desa tempat tinggal Masyarakat Baduy tepatnya di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Lokasinya di hulu aliran Sungai Ciujung pada sisi utara Pegunungan Kendeng di kawasan Banten Selatan. Menurut anggapan orang Sunda, nama Kanekes berasal dari nama Sungai Cikanekes yang mengalir di daerah itu (Danasasmita dan Djatisunda, 1985 hlm. 1), sehingga tidak jarang banyak yang menyebut Masyarakat Baduy dengan sebutan Masyarakat Kanekes atau Orang Kanekes.

Masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak, Banten sebagaimana dalam Kurnia dan Sihabudin (2010, hlm. 8) mengatakan mengenai Masyarakat Baduy sebagai berikut:


(13)

Suku Baduy adalah satu etnis yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan posisi geografis dan administratif berada di sekitar Pegunungan Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Bukanlah merupakan suku terasing,

tetapi suatu suku yang sengaja “mengasingkan dirinya” dari kehidupan

dunia luar (menghindari modernisasi), menetap dan menutup dirinya dari pengaruh kultural luar yang dianggap negatif dengan satu tujuan untuk menunaikan amanat leluhur dan pusaka karuhun yang mewasiatkannya untuk selalu memelihara keseimbangan dan keharmonisan alam semesta. Masyarakat Baduy dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi adat dan kepercayaannya sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan masyarakat Baduy percaya bahwa adanya surga dan neraka di kehidupan setelah mati. Menurut Erwinantu (2012 hlm.8) Struktur Masyarakat Baduy memiliki keunikan tersendiri yang sering membuat banyak kalangan heran, yaitu dengan keberadaan dua kelompok masyarakat dalam satu wilayah adat, yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Moeis (2010, hlm. 3) sebagai berikut:

Berdasarkan pada tingkat adatnya, orang Kanekes dapat diklasifikasikan atas dua kelompok sosial, yaitu orang Kanekes Dalam (Baduy dalam) dan orang Kanekes Luar (Baduy luar); orang Kanekes dalam tinggal di tiga kampung terpisah yaitu Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik, sedangkan orang Kanekes luar adalah orang Kanekes yang bermukim di banyak kampung di luar kampung Kanekes dalam.

Bagaimana terjadinya Baduy Dalam dan Baduy Luar dalam satu wilayah ini dikatakan tidak tercatat dalam sumber tulisan, namun terekam dalam tuturan lisan, bahwa antara lain karena semakin berkembangnya zaman dan terbukanya isolasi. Beberapa Masyarakat Baduy menjadi terbuka dan mengadopsi berbagai pengaruh luar yang masuk secara terbatas tanpa menghilangkan asal-usul mereka, dan terbentuklah Masyarakat Baduy Luar hingga sekarang. Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang unik karena di satu sisi mereka menutup diri untuk menghindari pengaruh dari luar demi menjaga warisan leluhur mereka, namun di sisi lain terjadi pula keserasian hubungan Masyarakat Baduy dengan dunia luar. Sehingga Kurnia dan Sihabudin (2010, hlm. 10) mengatakan bahwa “Baduy itu

tertutup tetapi terbuka, kaku tetapi fleksibel”.

Masyarakat Baduy pun tidak serta merta hidup sendiri, justru mereka tidak menolak program-program dan berbagai peraturan pemerintah yang diterapkan.


(14)

Masyarakat Baduy tidak menolak dengan adanya program kesehatan, dan partisipasi kenegaraan seperti halnya melakukan pemilu. Namun perlu diingat bahwa dari semua hal tersebut tidak menjadi pertentangan dan harus selaras dengan adat serta kepercayaan yang dimiliki oleh Masyarakat Baduy. Masyarakat Baduy juga mampu hidup rukun dan harmonis dengan masyarakat di luar kawasan Baduy, baik dalam hubungan kerja sama di kehidupan sehari-hari maupun dalam penyelesaian masalah atau konflik yang terjadi.

Masyarakat Baduy yang kini banyak dikunjungi wisatawan, membuat mereka mempersiapkan dan memberikan berbagai keperluan yang dibutuhkan oleh para pengunjung. Bahkan pemerintah daerah turut membuat berbagai peraturan dan keputusan tertulis yang mengatur perlindungan terhadap Masyarakat Baduy seperti: Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 13 Tahun 1990 tentang Pembinaan dan Pengembangan Lembaga Adat Masyarakat Baduy di Kabupaten Daerah TK II Lebak; Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy (Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Nomor 65 Seri D Tahun 2001); dll.

Banyaknya wisatawan dan terbukanya Baduy terhadap dunia luar, membuat terkuaknya kehidupan sosial, ekonomi, budaya, adat istiadat, serta kepercayaan Masyarakat Baduy sendiri. Saat dibukanya hubungan antara Masyarakat Baduy dengan dunia luar, tentunya membuat beberapa perubahan yang mempengaruhi kehidupan Masyarakat Baduy secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung, mereka dapat membiarkan pengaruh luar masuk ke dalam kehidupan Masyarakat Baduy hingga Desa Kanekes, tempat tinggal mereka menjadi sebuah destinasi wisata yang bernuansa Budaya. Sedangkan perubahan secara langsungnya dapat dilihat dari bidang sosial-ekonomi dengan adanya interaksi Masyarakat Baduy dengan masyarakat luar, serta mata pencaharian Masyarakat Baduy yang sudah semakin meluas tidak hanya pada sektor pertanian saja yang turut mempengaruhi dalam kehidupan ekonomi Masyarakat Baduy.

Masyarakat Baduy berada di Kabupaten Lebak, Banten yang berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 Banten berubah menjadi sebuah provinsi yang terlepas dari Provinsi Jawa Barat tepatnya pada bulan Oktober 2000.


(15)

Pemerintah Kabupaten Lebak lalu membuat Peraturan Daerah Tingkat II Lebak Nomor 13 Tahun 1990 tentang Pembinaan dan Pengembangan Lembaga Adat Masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak. Atas dasar peraturan daerah tersebut, pada akhirnya Pemerintah Kabupaten Lebak menetapkan Baduy sebagai destinasi wisata atau bagi Masyarakat Baduy sendiri disebut dengan Saba Budaya Baduy dan sejak itu semakin banyak wisatawan yang datang berkunjung ke Desa Kanekes. Hal tersebut juga tidak sedikit turut membawa perubahan kepada Masyarakat Baduy baik perubahan yang positif maupun negatif.

Ketika Desa Kanekes ditetapkan sebagai Wisata Budaya Baduy oleh Pemerintah Kabupaten Lebak, dikatakan Masyarakat Baduy mengeluhkan kebijakan tersebut karena merasa terbebani kewajiban menyetor uang retribusi setiap tahunnya. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Lebak dengan menetapkan Baduy sebagai Wisata Budaya Baduy telah menimbulkan dampak bagi Masyarakat Baduy sendiri, khususnya Masyarakat Baduy Luar seperti halnya pola pikir dan perilaku para warga, pengaruh para pengunjung yang ditiru, serta hal lainnya. Selain itu semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung, dikhawatirkan semakin luntur pula tradisi yang dimiliki oleh Masyarakat Baduy karena derasnya pengaruh dan kebudayaan yang dibawa oleh setiap pengunjung ke dalam Baduy. Meskipun kebijakan pemerintah telah disepakati oleh kedua belah pihak, diharapkan Baduy tetap dilestarikan keaslian tradisi leluhurnya agar tetap memiliki nilai yang kaya akan budaya.

Sebuah penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Gurniwan Kamil Pasha dalam disertasinya yang dikutip oleh Febriana (2013, hlm. 3) sebagai berikut:

Perubahan sosial dalam kehidupan komunitas Baduy sebenarnya menurut pikukuh tidak boleh terjadi, tetapi adanya toleransi terhaadap pengobatan dari luar dan penanaman albazia akan mempercepat terjadinya perubahan dalam kehidupan mereka. Disamping itu perubahan sosial terjadi pada orang panamping yang keluar dari kehidupan dan budaya Baduy, karena adanya keinginan untuk mengubah kehidupan baik atas kehendak sendiri ataupun ajakan dan dorongan pihak lain, tetapi terlebih dahulu harus melakukan pertimbangan agar kelak tidak merugikan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diperoleh pemahaman bahwa suatu masyarakat tidak terkecuali Masyarakat Baduy, bisa saja mengalami perubahan sosial. Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi jika adanya toleransi


(16)

dari pihak Baduy sendiri demi kebaikannya, dan karena semakin berkembangnya zaman sehingga merupakan hal yang lumrah apabila Masyarakat Baduy mengalami perubahan yang disebabkan adanya pengaruh-pengaruh luar yang masuk ke dalam.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis memiliki keinginan lebih untuk mengkaji tentang kehidupan sosial-ekonomi Masyarakat Baduy khususnya Masyarakat Baduy Luar dengan alasan sebagai berikut: Pertama, tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat (Soekanto, 1990 hlm. 343). Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap masyarakat mengalami perubahan-perubahan baik perubahan yang dikehendaki, direncanakan, tidak dikendaki, maupun tidak direncanakan. Pada Masyarakat Baduy Luar yang lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat luar baik secara sadar maupun tidak sadar telah mengubah pola-pola kehidupan baik dalam bidang Sosial, Ekonomi, Politik, maupun Budaya. Masyarakat Baduy Luar merupakan masyarakat yang telah bersentuhan dengan dunia modern secara langsung di mana para pengunjung yang datang ke Baduy bisa singgah dan tinggal di rumah-rumah warga Baduy Luar. Masyarakat Baduy Luar pun tidak serta merta membiarkan para pengunjung hanya datang dan melihat-lihat, namun mereka melakukan interaksi sosial hingga mengadopsi pengaruh-pengaruh luar dalam kehidupan mereka sehari-hari. Walaupun perubahan terjadi dengan demikian, namun perubahan yang datang kepada Masyarakat Baduy Luar harus selaras dan tidak mengganggu adat-istiadat yang berlaku sejak dulu.

Kedua, penelitian ini berbeda dengan penelitian dan karya-karya sebelumnya yang sudah terbit, di mana dalam penelitian ini penulis mencoba membahas dan menggali lebih dalam seputar kehidupan Sosial dan Ekonomi pada Masyarakat Baduy Luar khususnya, yang kehidupannya telah mengalami perubahan-perubahan karena berbagai faktor yang salah satunya karena Desa Kanekes sebagai tempat tinggal Masyarakat Baduy telah ditetapkan sebagai Wisata Budaya. Penelitian ini pun turut membahas tentang bagaimana kehidupan Masyarakat Baduy Luar dalam mempertahankan keaslian tradisinya yang dihadapkan dengan perkembangan zaman yang masuk dengan begitu derasnya.


(17)

Ketiga, penulis memilih perubahan dalam bidang sosial-ekonomi dikarenakan Desa Kanekes atau tempat tinggal Masyarakat Baduy telah menjadi Wisata Budaya Baduy yang membuat Masyarakat Baduy Luar mengalami perubahan baik dalam interaksi sosial antar individu, kelompok, bahkan masyarakat luar, serta lembaga sosial, maupun mata pencaharian. Menurut Popenoe (dalam Supardan, 2009 hlm. 113), hubungan antara ekonomi dan sosiologi, bahwa ekonomi yang merupakan basis perilaku sosial yang ikut menentukan tipe dan bentuk interaksi mereka. Ekonomi dan material itu memiliki pengaruh atas minat serta motivasi kerja pada masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Masyarakat Baduy Luar khususnya dalam bidang Sosial-Ekonomi yang diawali pada tahun 1990 di mana pada tahun tersebut Pemerintah Kabupaten Lebak mengeluarkan peraturan daerah yang menjadi dasar ditetapkannya Baduy sebagai Wisata Budaya Baduy, serta penulis membatasi hingga tahun 2010 ketika terjadinya wajib menyetor urang retibusi setiap tahunnya kepada pemerintah di mana pihak Baduy harus mentaatinya dan sebenarnya tidak sebanding dengan dampak kerusakan yang ditimbulkan dari kedatangan wisatawan.

Keempat, penulis sebagai putera daerah Banten merasa terpanggil dan memiliki ikatan serta kepedulian yang lebih untuk menjaga dan melestarikan tradisi Baduy sebagai cagar budaya yang memiliki nilai budaya tinggi sebagai warisan budaya Indonesia. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti perubahan-perubahan dalam kehidupan Masyarakat Baduy Luar.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan penulis di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian penulis dalam penyusunan skripsi. Secara garis besar yang menjadi pokok permasalahan adalah “Bagaimana Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Baduy Luar Di Kabupaten Lebak, Banten pada tahun 1990-2010 setelah menjadi Wisata Budaya Baduy.”

Untuk mempermudah dan mengarahkan dalam pembahasan, maka penulis membuat batasan dalam rumusan masalah. Batasan-batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:


(18)

1. Bagaimana latar belakang Kehidupan Masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak, Banten sebelum tahun 1990?

2. Bagaimana sikap dan respon Masyarakat Baduy Luar terhadap pengaruh dunia luar pada tahun 1990-2010?

3. Bagaimana pengaruh Wisata Budaya Baduy terhadap kehidupan sosial-ekonomi Masyarakat Baduy Luar antara tahun 1990 sampai dengan 2010?

1.3Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dibatasi oleh penulis di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Baduy Luar Di Kabupaten Lebak, Banten pada tahun 1990-2010 setelah Baduy menjadi Saba Budaya Baduy. Selain itu penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran umum tentang keadaan Masyarakat Baduy di Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Banten yang mencakup asal usul Orang Baduy, lokasi dan keadaan geografis, keadaan penduduk, dan sistem sosial yang berlaku pada Masyarakat Baduy sebelum tahun 1990.

2. Mendeskripsikan sikap dan respon Masyarakat Baduy Luar terhadap pengaruh dunia luar pada tahun 1990-2010, ketika Desa Kanekes menjadi Wisata Budaya Baduy.

3. Menganalisis pengaruh-pengaruh yang terjadi pada Masyarakat Baduy Luar sebagai dampak dari dijadikannya Desa Kanekes sebagai Wisata Budaya Baduy oleh Pemerintah Kabupaten Lebak dengan melihat dari aspek Sosial-Ekonomi yang berkaitan dengan perubahan sosial, interaksi sosial, mata pencaharian, pendapatan dan keuntungan yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan Masyarakat Baduy Luar, dll.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara umum bertujuan untuk menperoleh gambaran mengenai Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Baduy Luar Di Kabupaten Lebak, Banten pada tahun 1990-2010 setelah menjadi Wisata Budaya Baduy. Adapun secara khusus penelitian ini dibuat agar bermanfaat untuk:


(19)

1. Bagi Universitas Pendidikan Indonesia khususnya Jurusan Pendidikan Sejarah, penelitian ini dapat memberikan kegunaan baik kepada penulis maupun pembaca, yaitu berguna sebagai penambah khasanah keilmuan sejarah terutama dalam sejarah lokal yang berkaitan dengan Masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak, Banten.

2. Bagi dunia pendidikan, dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan pelestarian budaya lokal, serta diharapkan dapat menjadi bahan edukasi bagi pembelajaran yang bermuatan sejarah lokal di sekolah.

3. Bagia dunia akademis, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, pemikiran serta perbandingan dalam penulisan sejarah lokal lainnya yang berkaitan dengan kajian yang diteliti.

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan skripsi, tesis, dan disertasi disesusaikan dengan ranah dan cakupan disiplin bidang ilmu yang ada di Universitas Pendidikan Indonesia. Namun demikian, pada dasarnya sistematika skripsi, tesis, dan disertasi, seperti yang lazim digunakan di Universitas Pendidikan Indonesia terdiri atas beberapa unsur, yaitu:

Bab I Pendahuluan, membahas secara terperinci tentang latar belakang

masalah yang penulis angkat yaitu “Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Desa Kanekes Kabupaten Lebak Banten (Kajian Sosial-Ekonomi Tahun 1990-2010). Selain latar belakang, dalam bab ini mengandung batasan-batasan masalah penelitian yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian. Selanjutnya pula bab ini memaparkan tujuan penelitian yang ingin disampaikan oleh penulis terhadap penelitian yang dilakukan. Adapula bab ini memaparkan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisa n.

Bab II Kajian Pustaka, menjelaskan literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji oleh penulis. Dari buku-buku yang

berkaitan dengan judul penelitian yaitu “Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Desa Kenekes Kabupaten Lebak Banten (Kajian Sosial-Ekonomi Tahun 1992-2005)” hingga penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan tentang Masyarakat Baduy, dan perubahan-perubahan Sosial-Ekonomi.


(20)

Bab III Metode Penelitian, menguraikan tentang bagaimana penulis melakukan langkah-langkah dalam penelitian. Dimulai dari tahap persiapan yaitu mencari sumber-sumber yang relevan, hingga tahap akhir yaitu tahap penulisan. Langkah-langkah penelitian tersebut di antaranya heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

Bab IV Kehidupan Masyarakat Baduy Luar, mendeskripsikan tentang jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terlampir dalam rumusan masalah. Pemaparan dalam bab ini diuraikan secara deskriptif untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan secara terperinci. Baik dalam tulisan yang bersumber dari buku, penelitian terdahulu, maupun penelitian yang dilakukan sendiri oleh penulis. Di mana penulis akan memaparkan mulai dari keadaan awal Masyarakat Baduy, sikap dan respon Masyarakat Baduy Luar dengan dunia luar, dan pengaruh-pengaruh yang terjadi pada Masyarakat Baduy Luar sebagai dampak dijadikannya Wisata Budaya Baduy.

Bab V Simpulan dan Saran, memaparkan kesimpulan atas pembahasan yang sudah dikaji oleh penulis yang melalui tahap interpretasi atau penafsiran. Bab ini juga berisi saran dan rekomendasi dari penulis yang diajukan kepada berbagai pihak.


(21)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai langkah-langkah, prosedur atau metodologi penelitian yang dipakai oleh penulis dalam menyusun skripsi yang berjudul “Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Banten (Kajian Sosial-Ekonomi 1990-2010)”. Penulis akan memaparkan secara terperinci langkah-langkah dalam mencari sumber untuk menunjang penyusunan skripsi, cara mengolah sumber, analisis, dan tahapan-tahapan penelitian selama penulis melakukan penelitian sebagai berikut:

3.1Metode Penelitian

Menurut Sjamsuddin (2012, hlm. 10-11) metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti. Sedangkan metodologi merupakan ilmu yang berhubungan tentang metode atau prosedur. Metode dalam kaitannya dengan ilmu sejarah diartikan dengan bagaimana mengetahui sejarah. Sehingga metode yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini ialah menggunakan metode historis atau metode sejarah.

Pengertian metode sejarah menurut Ismaun (2005, hlm. 28) adalah:

Metode sejarah adalah seperangkat sarana/sistem yang berisi asas-asas atau norma-norma, aturan-aturan, prosedur, metode dan teknik yang harus diikuti untuk mengumpulkan segala kemungkinan saksi mata (witness), tentang suatu masa atau peristiwa, untuk mengevaluasi kesaksian (testimony) tentang saksi-saksi tersebut, untuk menyusun fakta-fakta yang telah diuji dalam hubungan-hubungan kausalnya dan akhirnya menyajikan pengetahuan yang tersusun mengenai peristiwa-peristiwa tersebut.

Menurut pengertian di atas, menunjukkan bahwa metode sejarah merupakan seperangkat langkah-langkah atau prosedur yang harus dilakukan oleh seorang peneliti dalam meneliti suatu peristiwa dengan menyajikan fakta-fakta. Dengan metode sejarah, seorang peneliti dapat mengkaji keaslian sumber sejarah,


(22)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informasi-informasi sejarah, dan menginterpretasikannya menjadi cerita sejarah. Tugas penulis dalam penelitian historis adalah:

“Metode ilmiah di dalam sejarah bertujuan untuk memastikan dan memaparkan kembali fakta masa lampau berdasarkan bukti dan data yang diperoleh sebagai peninggalan masa lampau” dengan kata lain metode sejarah adalah “proses penguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Ismaun, 2005 hlm. 35).

Sedangkan menurut Gottschalk (2008, hlm. 23-24) metode sejarah merupakan langkah menganalisis kesaksiaan yang ditempuh oleh seorang sejarawan yang ada sebagai bukti yang dapat dipercaya mengenai masa lampau manusia, dan jenis bukti yang dicari serta cara merangkainya akan ada pengaruhnya. Dengan demikian menurut Gottschalk menulis sejarah mengenai suatu tempat, periode, seperangkat peristiwa, lembaga atau orang, bertumpu kepada empat kegiatan pokok, yaitu:

1. Pengumpulan berbagai objek yang ada pada zamannya, serta pengumpulan informasi berupa bahan-bahan cetak, tulus maupun lisan yang bersifat relevan.

2. Memilih dan menyingkirkan berbagai bahan dan bagian-bagian yang tidak autentik.

3. Menarik kesimpulan atas bahan yang dapat dipercaya sebagai bahan yang autentik.

4. Penyusunan kesaksian yang disajikan dalam suatu kisah sejarah yang berarti.

Sementara itu menurut Sjamsuddin (2012, hlm. 70) mengemukakan paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu:

1. Memilih suatu topik yang sesuai

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topic yang dipilih.

3. Membuat cacatan penting tentang apa saja yang dianggap penting dan sesuai dengan topik yang dipilih ketika melakukan penelitian dengan berbagai cara baik dengan fotocopy, computer, internet maupun system cards.

4. Melakukan evaluasi dengan kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan atau biasa disebut dengan kritik sumber.

5. Melakukan penyusunan hasil-hasil penelitian yang berupa catatan fakta-fakta ke dalam sistematika yang sudah disiapkan sebelumnya. 6. Menyajikannya dalam bentuk yang menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti.


(23)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun beberapa tahapan penelitian sejarah menurut Ismaun (2005, hlm. 1125-131) yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Langkah-langkah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Heuristik

Heuristik merupakan langkah awal dalam sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2012 hlm. 67). Heurtistik berasal dari bahasa Yunani heurishein yang berarti menemukan (Abdurrahman, 2007 hlm. 64). Tahap heuristik merupakan tahapan yang paling menyita waktu karena harus mencari sumber-sumber yang relevan ke berbagai tempat. Sehingga sangat disarankan sebelum melakukan pencarian, kita harus menggunakan kemampuan berpikir kita untuk mengatur strategi di mana dan bagaimana kita akan mendapatkannya.

Usaha yang penulis lakukan dalam melakukan heuristik ialah dengan mencari berbagai literatur yang relevan dengan topik yang penulis pilih. Pencarian sumber yang sudah penulis lakukan ialah dengan mengunjungi beberapa perpustakaan perguruan tinggi, toko buku, serta menelusuri sumber melalui internet.

2. Kritik

Kritik yaitu setelah menemukan sumber-sumber yang mendukung penelitian maka penulis harus melakukan analisis terhadap sumber yang diperoleh untuk mengetahui apakah sumber tersebut otentik dengan melakukan seleksi dan penyaringan data untuk menyingkirkan bagian-bagian dari sumber yang tidak terpercaya. Ketika berada dalam usaha mencari kebenaran, sejarawan dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan mana yang benar, mana yang tidak benar, apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil. Sehingga Jacques Barzun dan Henry F. Graff (Sjamsuddin, 2012 hlm. 103) mengatakan:

Sejarawan harus mengerahkan segala kemampuan pikirannya, bahkan seringkali ia harus menggabungkan antara pengetahuan, sikap ragu (skeptis), percaya begitu saja, menggunakan akal sehat, dan melakukan tebakan inteligen.

Menurut Abdurahman (2007, hlm. 68) bahwa verifikasi atau kritik sumber memiliki tujuan untuk memperoleh keabsahan suatu sumber. Sehingga dalam hal ini, dalam menguji kebsahan tentang keaslian (autentisitas) dilakukan melalui


(24)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) ditelurusi melalui kritik intern. Sejalan dengan pendapat Sjamsuddin (2012, hlm. 104) bahwa kritik menyangkut verifikasi pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber, yang kemudian dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal.

Dengan demikian kritik terbagi menjadi dua, yaitu kritik eksternal dan kritik Internal. Kritik eksternal merupakan pengujian terhadap aspek-aspek luar seumber sejarah, baik sumber tertulis maupun lisan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sjamsuddin (2012, hlm. 104):

Kritik eksternal merupakan suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu harus menegakkan fakta dari kesaksian bahwa kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu ini, dan kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan.

Kritik eksternal dapat diuji dengan setidaknya lima pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan seperti: siapa yang mengatakan itu? Apakah kesaksian itu telah diubah? Apa yang sebenarnya dimaksud oleh saksi tersebut? Apakah orang yang memberikan kesaksian merupakan saksi mata yang mengetahui fakta? Apakah saksi mengatakan yang sebenarnya dan memberikan fakta?

Selain kritik eksternal, terdapat pula kritik internal yang menekankan pada aspek isi dari sumber. Menurut Ismaun (2005, hlm. 50) kritik internal mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab serta moralnya dengan membandingkan isi kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan isi kesaksian sumber lainnya. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Sjamsuddin (2012, hlm. 112) bahwa kritik internal merupakan kebalikan dari kritik eksternal dan menekankan aspek “dalam” yaitu “isi” dari sumber kesaksian (testimony).

3. Interpretasi

Setelah melalui tahap heurtistik dan kritik, langkah selanjutnya dalam metode sejarah ialah Interpretasi atau penafsiran dan pengelompokkan fakta-fakta


(25)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam berbagai hubungan mereka yang dalam bahasa Jerman disebut Auffassung (Sjamsuddin, hlm. 121). Interpretasi yaitu proses penafsiran dan menyusun fakta-fakta sejarah, menyimpulkan dan merumuskan data penelitian yang didapat pada sumber sejarah sebelum menuliskannya.

Interpretasi memiliki tiga aspek penting sebagaimana yang diungkapkan oleh Gottschalk yang dikutip oleh Ismaun (2005, hlm. 56) sebagai berikut:

Pertama, analisis-kritis yaitu menganalisis struktur intern dan pola-pola hubungan antar fakta-fakta. Kedua, historis-substantif yaitu menyajikan suatu uraian prosesial dengan dukuungan fakta-fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan. Sedangkan ketiga adalah sosial-budaya yaitu memperhatikan manifestasi insani dalam interaksi dan interelasi sosial-budaya.

Dalam interpretasi atau penafsiran atas fakta janganlah dilandaskan pada sifat subjektif yang berdasarkan pemikiran pribadi. Namun harus dilandasi oleh sifat objektif yang mana cara memperoleh pengetahuannya benar dan tidak memihak, serta bebas dari reaksi pribadi seseorang.

Adapun pendekatan yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi ini adalah pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep-konsep dari ilmu Sosiologi, Antropologi dan Ekonomi.

4. Historiografi

Historiografi adalah tahap penyajian gambaran sejarah atau penulisan sejarah yang sudah melalui berbagai tahap dalam menginterpretasikan informasi dan fakta. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sjamsuddin (2012, hlm. 121):

Setelah melalui berbagai tahap penelitian, ketika sejarawan memasuki tahap menulis maka ia akan mengerahkan seluruh daya pikirannya tidak hanya keterampilan teknis dalam menggunakan kutipan serta catatan-catatan saja, tetapi penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis yang harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya dalam suatu penulisan utuh

Menurut pengertian di atas, historiografi tidak hanya dengan menuliskan sejarah sebagai penyajian, namun dalam tahap ini segala daya pikir dan keterampilan menulis perlu dikerahkan agar menghasilkan cerita sejarah yang sebenar-benarnya. Dalam penulisan sejarah setidaknya digunakan tiga bentuk teknis dasar, yakni: deksripsi, narasi dan analisis.


(26)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2 Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian ada beberapa prosedur yang penulis lakukan dalam menyusun skripsi ini. Kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap seperti: tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan, proses bimbingan/konsultasi, perlengkapan dan izin penelitian, dan pelaksanaan penelitian. Adapun tahapan-tahapan dalam proses persiapan penelitian sebagai berikut:

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Sebelum melakukan penelitian yang berkenaan dengan permasalahan yang dikaji oleh peneliti, penulis terlebih dahulu menentukan tema dan judul dalam perkuliahan Seminar Penulisan Karya Ilmiah kepada Dosen selaku Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Departemen Pendidikan Sejarah Bapak Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si. Penulis tertarik terhadap kehidupan suatu masyarakat dan ingin mengkajinya lebih lanjut. Masyarakat yang penulis lirik ialah masyarakat adat yang tinggal di daerah Lebak, Banten di mana lokasi tersebut tidak terlalu jauh dari tempat tinggal penulis.

Setelah berkonsultasi dan mencari ketersediaan sumber dalam menunjang penulisan, maka penulis mengajukan judul awal yakni “Baduy Tertutup Namun Terbuka: Kajian Sosial-Ekonomi Masyarakat Baduy Di Kabupaten Lebak, Banten 1990-2010”. Setelah disetujui, maka penulis menyusun proposal dan melakukan presentasi selaku tuntutan di mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah dan mendapat banyak masukan untuk kelangsungan penelitian.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan pencarian berbagai sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Setelah mengumpulkan beberapa sumber, penulis mengkaji literatur yang relevan untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk proposal yang selanjutnya penulis ajukan kembali kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) untuk disetujui. Setelah disetujui, penulis mendapatkan surat ketetapan dari ketua Departemen Pendidikan Sejarah yang menyebutkan tanggal seminar serta calon pembimbing I dan II. Adapun dosen


(27)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembimbing I ialah Drs. H. Ayi Budi Santosa, M. Si, dan Drs. Syarief Moeis sebagai pembimbing II. Penulis mempresentasikan proposal yang telah dibuat dalam seminar proposal pada tanggal 7 Juli 2014 yang bertempat di Perpustakaan Departemen Pendidikan Sejarah.

Di dalam seminar tersebut penulis mendapatkan berbagai kritik dan saran dari dosen-dosen yang hadir seperti masukan untuk merubah judul, memperbaiki latar belakang, serta rumusan masalah. Di mana judul semula yang penulis ajukan adalah “Baduy Tertutup Namun Terbuka: Kajian Sosial-Ekonomi Masyarakat Baduy Di Kabupaten Lebak, Banten Tahun 1990-2010”. Oleh karena adanya kritik dan saran dari calon dosen pembimbing, maka penulis melakukan perbaikan dengan merubah judul menjadi “Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Kabupaten Lebak, Banten (Kajian Sosial-Ekonomi 1990-2010)”. Setelah diperbaiki, penulis menyerahkan rancangan proposal tersebut kepada Ketua Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Bapak Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si untuk dibuatkan surat keputusan judul skripsi dan penunjukkan dosen pembimbing secara resmi. Surat keputusan tersebut bernomor: 09/TPPS/JPS/PEM/2014

3.2.3 Perlengkapan dan Izin Penelitian

Untuk memudahkan dan memperlancar proses penelitian skripsi ini, penulis mempersiapkan berbagai perlengkapan penelitian yang diperlukan untuk proses penelitian, di antaranya:

1. Surat perizinan penelitian

2. Pedoman dan instrumen wawancara 3. Catatan lapangan

4. Alat perekam, dan 5. Kamera

Perizinan merupakan aspek paling penting dalam melakukan penelitian, karena apabila tanpa adanya perizinan yang sah maka penelitian tidak akan berjalan dengan lancar. Adapun surat perizinan ditujukan kepada beberapa instansi sebagai berikut: Lembaga Adat Baduy (Kepala Desa Kanekes), Dinas


(28)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Lebak, Sekretaris Daerah Kabupaten Lebak (Bagian Hukum), dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak.

3.2.4 Proses Bimbingan/Konsultasi

Bimbingan merupakan suatu kegiatan konsultasi yang penulis lakukan dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Proses bimbingan ini sangat diperlukan bagi penulis untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi yang baik. Baik dalam menentukan fokus kajian, fokus kegiatan, serta fokus penelitian skripsi. Proses bimbingan terlaksana ketika sebelumnya penulis menghubungi dosen pembimbing I Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si dan dosen pembimbing II Bapak Drs. Syarif Moeis untuk membuat janji jadwal bimbingan dan setelah itu penulis melaksanakan bimbingan yang dilakukan bab demi bab secara intensif sehingga penulis dan pembimbing dapat berdiskusi dan menemukan letak kesalahan maupun kekurangan penulis dalam menyusun skripsi. Setiap hasil penelitian yang penulis peroleh, penulis melaporkannya kepada pembimbing untuk dikonsultasikan agar penulis mengetahui dan memahami petunjuk dalam menghadapi segala kendala yang ditemukan dalam kegiatan penelitian.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Berkaitan dengan penelitian ini, penulis telah melakukan heuristik atau pencarian sumber sejak bulan Maret 2014. Dalam tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber tertulis yang berkaitan dengan Masyarakat Baduy di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten baik berupa buku-buku, jurnal ilmiah, maupun artikel di internet yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah studi kepustakaan, wawancara dan studi dokumentasi.

1. Studi kepustakaan.

Dalam pencarian sumber-sumber yang relevan dengan penelitian, penulis mendatangi berbagai perpustakaan dan toko buku untuk mempelajari dan mengkaji sumber-sumber yang relevan. Adapun perpustakaan yang dikunjungi


(29)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

oleh penulis ialah: Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Perpustakaan Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung, dan Badan Perpustakaan dan Kantor Arsip Daerah Provinsi Banten. Sedangkan toko buku yang didatangi oleh penulis adalah Pasar Buku Palasari, Gramedia, dan toko buku-toko buku online. Selain melakukan pencarian ke tempat-tempat tersebut, penulis juga melakukan browsing ke internet guna menambah pengetahuan mengenai penelitian yang dikaji.

2. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan mengumpulkan informasi yang dilakukan secara langsung dengan narasumber, baik narasumber tersebut yang berlatar belakang pelaku sejarah ataupun saksi dalam suatu peristiwa sejarah. Wawancara dilakukan dengan mengajukan berbagai pertanyaan kepada narasumber seputar permasalahan yang penulis kaji untuk mendapatkan informasi dan menjawab permasalahan. Wawancara yang penulis lakukan ialah dengan teknik wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur, di mana wawancara terstruktur ialah wawancara yang terdiri dari berbagai pertanyaan yang sudah direncanakan dan diajukan kepada narasumber dengan tata urutan dan bahasa yang sama. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang terdiri dari pertanyaan yang diajukan secara spontan atau tidak direncanakan sebelumnya.

Wawancara dilakukan kepada orang-orang yang bersangkutan langsung dengan peristiwa atau objek penelitian yang penulis kaji yaitu Kehidupan Masyarakat Baduy Luar, baik pelaku ataupun saksi. Teknik wawancara digunakan guna memperoleh informasi lisan di mana periode yang penulis kaji masih memungkinkan untuk mendapatkan sumber lisan. Selain itu, narasumber adalah pelaku dan saksi yang mengalami serta melihat sendiri peristiwa yang menjadi kajian penulis sehingga sumber lisan yang diperoleh dapat menjadi objektif.

3. Dokumentasi

Menurut Esterberg (Sarosa, 2012 hlm. 61), dokumen merupakan segala sesuatu yang bersifat materi dan dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. Studi dokumentasi yang merupakan penelitian terhadap informasi yang berupa


(30)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rekaman, baik gambar maupun surat tulisan yang didokumentasikan dan biasanya dikenal dengan penelitian analisis dokumen. Studi dokumentasi tentunya disesuaikan dengan periode penelitian, bukan apa yang ada pada saat ini.

3.3.1 Heuristik atau Pengumpulan Sumber 3.3.1.1 Sumber Tertulis

Penulis melakukan teknik penelitian baik itu studi kepustakaan, wawancara dan studi dokumentasi yang berupa sumber tertulis dan sumber lisan. Oleh karena itu, penulis telah menemukan beberapa sumber di berbagai perpusatakaan baik berupa buku, penelitian terdahulu, dan jurnal maupun artikel yang relevan dengan penelitian yang penulis kaji, di antaranya:

1) Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

Penulis mendatangi perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung sudah sejak karya ini dibuat, yakni sekitar bulan Mei tahun 2014. Penulis banyak sekali mendapatkan sumber-sumber literatur yang menunjang penulisan skripsi, di antaranya: Kehidupan Masyarakat Kanekes (Danasasmita, 1985), Sosiologi Perubahan Sosial (Martono, 2012), Pengantar Ilmu Budaya (Mujianto, 2010), Metodologi Penelitian Sejarah (Abdurahman, 2007), Manusia Indonesia dan Kebudayaan Di Indonesia, Teori dan Konsep (Hasibuan, 2002), Perubahan Nilai-nilai di Indonesia (Kayam, 1983), Pengantar Pariwisata (Marpaung, 2002), Sosiologi Perubahan Sosial (Martono, 2012), Pengantar Geografi Pariwisata (Maryani, 1997), Pengantar Ilmu Budaya (Mujianto, 2010), Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana (Pendit, 2003), Sosiologi Pariwisata (Pitana dan Gayatri, 2005), Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar (Rusnandar, 2012), Sosiologi Pembangunan (Sajogyo, 1985), Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya (Setiadi dan Usman, 2011), Pengantar Sosiologi Dasar Analisis, teori, & Pendekatan Menuju Analsisi Masalah-Masalah Sosial,


(31)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perubahan Sosial, & Kajian-Kajan Strategis (Soyomukti, 2010), Dasar-dasar Pariwisata (Suwartono, 2004), Ilmu Budaya Dasar (Veeger, dkk., 2001), Pengantar Ilmu Pariwisata (Yoeti, 1987) skripsi-skripsi yang relevan, dsb.

2) Perpustakaan Universitas Padjadjaran

Penulis melakukan pencarian sumber di perpustakaan Universitas Padjadjaran pada bulan Oktober tahun 2014. Literatur yang penulis temukan selama melakukan pencarian sumber ke perpustakaan fakultas Ilmu Budaya Unpad di antaranya Manusia dan Kebudayaan di Indonesia Teori & Konsep (Hasibuan, 2002), Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat (Lubis, 2013), Perubahan nilai-nilai di Indonesia (Umar Kayam, dkk. 1983), dll.

3) Perpustakaan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung

Penulis mendatangi Perpustakaan Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung pada bulan Oktober tahun 2014. Selama berada di perpustakaan STSI Bandung, penulis menemukan beberapa sumber yang membahas secara khusus tentang Masyarakat Baduy, sumber buku tersebut di antaranya: Tata Ruang Masyarakat Baduy (R. Cecep Eka Permana, 2006), Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah (Edi S. Ekadjati, 1995), Budaya Sunda Melintasi Waktu Menantang Masa Depan (Judistira K. Garna, 2008).

4) Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung

Pencarian sumber yang penulis lakukan di Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung dilakukan pada bulan Oktober tahun 2014. Penulis menemukan buku sumber yang berjudul Seba Dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten karya Rusnandar tahun 2012.

5) Badan Perpustakaan dan Kantor Arsip Daerah Provinsi Banten

Badan Perpustakaan dan Kantor Arsip Daerah Provinsi Banten penulis kunjungi pada bulan Mei tahun 2014. Selama melakukan pencarian sumber ke perpustakaan provinsi Banten, penulis hanya menemukan sebuah buku tentang Masyarakat Baduy yang berjudul Saatnya Baduy Bicara karya Asep Kurnia dan Ahmad Sihabudin tahun 2010.


(32)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain melakukan pencarian sumber berupa buku maupun jurnal ke berbagai tempat seperti perpustakaan dan toko buku, maka penulis juga mendapatkan sumber dari koleksi pribadi penulis yang dianggap relevan dengan penelitian. Buku-buku tersebut di antaranya: Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy Dan Cisungsang Serta Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug (Dinas Inkosbudpar, 2004), Saba Baduy Sebuah Perjalanan Wisata Budaya Inspiratif (Erwinantu, 2012), Ekologi Perladangan Di Indonesia Studi Kasus dari daerah Baduy Banten Selatan, Jawa Barat (Iskandar, 1992), Pengantar Antropologi (Koentjaraningrat, 2009), Sosiologi Suatu Pengantar (Soekanto, 1990), Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural (Supardan, 2009), Studi Masyarakat Indonesia (Pasya, dkk., 2011), Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar (Soelaeman, 2011), serta Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya (Ekadjati, 1984), Mengerti Sejarah (Gottschalk, 2008), Pengantar Ilmu Sejarah (Ismaun, 2005), Sejarah Lokal Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah (Mulyana, dan Restu, 2007), Metodologi Sejarah (Sjamsuddin, 2012), dan Sosiologi Suatu Pengantar (Soekanto, 1990).

7) Sumber Internet

Selain mengunjungi tempat-tempat beserta sumber yang penulis temukan, penulis juga menelusuri internet untuk menemukan jurnal, artikel maupun karya lainnya yang mampu menunjang penelitian penulis. Sumber yang penulis temukan di antaranya: Makalah karya Drs. Syarief Moeis yang berjudul Konsep Ruang Dalam Kehidupan Orang Kanekes (Studi Tentang Penggunaan Ruang dalam Kehodupan Komunitas Baduy Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten) tahun 2010, Jurnal Mozaik yang berjudul Makna Simbolik Huma (Ladang) Di Masyarakat Baduy karya Jamaludin (2012), Jurnal sosiohumaniora yang berjudul Sistem Pertanian Perladangan Berpindah Dan Konservasi Hutan oleh Masyarakat Baduy Di Banten Selatan karya Senoaji 2012, dan lain sebagainya.

8) Dokumen-dokumen

Selaian penelitian studi kepustakaan dan wawancara seperti yang penulis uraikan di atas, terdapat pula sumber berupa dokumen baik itu koleksi pribadi


(33)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun koleksi orang lain yang sudah penulis pilih dan dibaca terlebih dahulu untuk menentukan mana yang dianggap relevan dengan penelitian yang penulis kaj, di antaranya Peraturan Daerah Kabupaten Lebak No.13 Tahun 1990, dan Lembaran Daerah Kabupaten Lebak Nomor 65 Seri D Tahun 2001.

3.3.1.2 Sumber Lisan

Teknik wawancara merupakan langkah yang penulis lakukan selain melakukan pencarian sumber tertulis, atau disebut dengan sumber lisan. Pencarian sumber lisan tentunya sangat membantu dalam menjawab permasalahan yang penulis kaji. Wawancara dilakukan kepada narasumber yang mengalami dan memahami tentang permasalahan yang penulis kaji.

Narasumber dapat dokategorikan menjadi dua, yaitu saksi dan pelaku suatu peristiwa. Saksi merupakan yang melihat dan mengetahui bagaimana suatu peristiwa terjadi misalnya masyarakat sekitar. Sedangkan pelaku merupakan orang yang benar-benar mengalami atau terlibat langsun dalam suatu peristiwa seperti lembaga adat suatu masyarakat dan institusi pemerintahan dalam penelitian yang penulis kaji.

Narasumber yang sudah penulis wawancara antara lain: 1) Jaro Dainah sebagai Kepala Desa Kanekes (54 tahun) 2) Salman sebagai Kaur Umum Desa Kanekes (30 tahun)

3) Nurheli sebagai masyarakat Baduy Luar Kampung Kaduketug I (32 tahun)

4) Saodah sebagai penenun Baduy Luar Kampung Kaduketug I (40 tahun)

5) Sali sebagai mantan ketua RT kampung Kaduketug III (64 tahun) 6) Rumanah sebagai salah satu pemilik warung di Kampung Kaduketug

III (37 tahun)

7) Sanip sebagai masyarakat Baduy Luar Kampung Balimbing (34 tahun) 8) Kuncar sebagai masyarakat Baduy Luar Kampung Gajeboh (68 tahun) 9) Salim (Ayah Dana) sebagai menantu Jaro Dainah masyarakat


(34)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10)Oman Nurohman sebagai Kepala Bidang Pariwisata Lebak (53 tahun)

3.3.2 Kritik Sumber

Pada tahap ini penulis berupaya melakukan penilaian terhadap berbagai sumber yang telah penulis temukan baik berupa buku, jurnal, internet maupun sumber tertulis lainnya yang dianggap relevan. Sumber-sumber ini dipilih melalui kritik eksternal dan kritik internal, di mana kritik eksternal merupakan pengujian dengan melihat aspek-aspek luar sumber sejarah, dan kritik internal yang merupakan pengujian yang dilakukan terhadap isi sumber sejarah.

3.3.2.1 Kritik Eksternal

Pada tahap penelitian kritik sumber, langkah pertama yang penulis lakukan adalah dengan melakukan penilaian terhadap fisik buku sumber yang disebut dengan kritik eksternal. Penilaian fisik buku ini bertujuan untuk melihat atau memperhatikan aspek akademis dari penulis sumber tersebut yaitu dengan cara melihat latar belakang penulis buku dalam melihat kebenarannya, memperhatikan aspek tahun terbitnya, serta tempat buku tersebut diterbitkan.

Berdasarkan hasil kritik, buku-buku yang penulis gunakan di antaranya: Danasasmita dan Anis Djatisunda (1985), Edi S. Ekajadi (1995), Johan Iskandar (1992), R. Cecep Eka Permana (2006), Judistira K. Garna (2008), Asep Kurnia & Ahmad Sihabudin (2010), Erwinantu (2012), dan Rusnandar (2012). Apabila diperhatikan menurut tahun terbit, yang berada pada kurun waktu dengan peristiwa yang penulis kaji di antaranya: Danasasmita (1985), Johan Iskandar (1992), Edi S. Ekajati (1995), R. Cecep Eka Permana (2006), Judistira K. Garna (2008) dan Asep Kurnia & Ahmad Sihabudin (2010).

Langkah kedua yang penulis lakukan dalam kritik eksternal ialah dengan melihat latar belakang penulis buku. Hal ini dilakukan penulis untuk melihat siapa penulis buku dan apakah penulis merupakan orang yang kompeten dalam bidangnya atau tidak. Penulis melakukan kritik eksternal pertama pada buku yang


(35)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ditulis oleh Edi S. Ekadjati (1995). Ekadjati merupakan seorang sejarawan Indonesia yang dikenal sebagai pakar naskah Sunda kuno. Ia pernah menjadi Guru Besar dan dosen Fakultas Sastra Indonesia di Universitas Padjadjaran serta Ketua Pusat Studi Sunda. Ekadjati pernah menjadi Guru Besar Tamu pada Research Institute for Language and Cultures of Asia and Africa di Tokyo University of Foreign Studies, Jepang dan pernah menerima sejumlah penghargaan. Karya tersebut juga didukung oleh beberapa sumber literature, sehingga karya Edi S. Ekadjati yang berjudul Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah yang di dalamnya turut membahas tentang Masyarakat Baduy merupakan sumber yang memiliki kredibilitas.

Kritik eksternal kedua yang penulis lakukan adalah terhadap buku yang ditulis oleh Asep Kurnia dan Ahmad Sihabudin (2010) yang berjudul Saatnya Baduy Bicara. Asep Kurnia merupakan Koordinator Pemandu Wisata Budaya Baduy sejak 1999 sampai sekarang, dan merupakan anggota Tim Penelitian Kanwil Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang meneliti tentang “Mencari Formula Pelayanan Kesehatan Suku Terasing di Suku Baduy”. Sedangkan Ahmad Sihabudin merupakam Lektor Kepala pada Jurusan Ilmu Komunikasi dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (2007-sekarang), Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan masih mengajar di berbagai perguruan tinggi swasta di Jakarta. Karya yang mengupas seputar kehidupan Masyarakat Baduy ini bukan ditulisnya dengan berdasarkan pada sumber-sumber sekunder dan tidak terpercaya, melainkan hasil interaksi dan kerjasamanya dengan tokoh-tokoh Baduy di Desa Kanekes selama beberapa tahun. Artinya penulis menuangkan segala sesuatu yang ditelitinya berdasarkan wawancara karena penulis menuliskan langsung bahasa yang dikatakan oleh narasumber, lalu menerjemahkannya. Buku tersebut merupakan salah satu sumber utama dalam menjawab permasalahan yang sedang diteliti oleh penulis.

3.3.2.2 Kritik Internal

Setelah melakukan kritik eksternal, penulis kemudian melakukan krikit internal. Dalam kritik internal yang memperhatikan isi sumber, penulis melakukan


(36)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perbandingan dari buku-buku yang penulis gunakan sebagai sumber dalam penulisan skripsi ini. Sumber-sumber yang akan dijadikan sebagai rujukan dalam penulisan skripsi ini menurut penulis sudah baik apabila dilihat dari isi buku yang memiliki fakta-fakta yang relevan dengan kenyataannya. Kritik internal yang penulis lakukan terhadap sumber-sumber yang akan digunakan di antaranya:

Perbandingan isi sumber penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh Danasasmita (1985) yang berjudul Kehidupan Masyarakat Kanekes dengan hasil studi lapangan. Dari hasil kritik tersebut ditemukan perbedaan penjelasan dari tulisan dengan apa yang diungkapkan oleh narasumber mengenai sebutan Masyarakat Baduy. Dalam buku yang ditulis oleh Danasasmita menjelaskan tentang sebutan atau panggilan bagi Masyarakat Baduy adalah Urang Kanekes atau Orang Kanekes. Sedangkan menurut narasumber yang bernama Jaro Dainah (54) selaku kepala Desa Kanekes menjelaskan bahwa Kanekes adalah nama desa, sedangkan Baduy adalah sebutan bagi masyarakatnya.

Buku lain yang berjudul Saba Baduy karya Erwinantu dalam menjelaskan isinya tidak begitu mendalam dan tergolong singkat dalam setiap pembahasannya di mana dalam isi kontennya hanya memiliki 12 bab saja. Namun dalam buku tersebut memuat beberapa pendapat langsung dari para tokoh Baduy dalam maupun Baduy Luar yang menambah informasi dan fakta-fakta yang sangat membantu penulis terutama dalam hal perubahan yang terjadi di Masyarakat Baduy dan keadaan ekonominya.

Buku sumber lainnya ialah Ekologi Perladangan Di Indonesia Studi Kasus dari Daerah Baduy Banten Selatan, Jawa Barat karya Johan Iskandar. Dalam buku ini menjelaskan tentang sistem perladangan di daerah Baduy. Apabila dilihat dari permasalahan yang penulis kaji, buku tersebut memiliki bahasan yang tidak terlalu banyak sepurat kehidupan Masyarakat Baduy karena buku tersebut lebih dalam membahas mengenai sistem perladangan di Baduy. Namun materi yang tersaji di dalam buku tersebut cukup membantu penulis dan fakta-fakta yang terkandung di dalamnya mampu dipertanggung jawabkan karena ditunjang oleh berbagai referensi.


(37)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam proses kritik sumber, penulis sangat perlu memperhatikan dan mencermati isi dari berbagai buku. Penulis harus menilai dan berhati-hati terhadap buku-buku tersebut apakah banyak memuat unsur subjktivitas atau tidak agar interpretasi penulis mampu bersifat objektif.

3.3.3 Interpretasi

Interpretasi merupakan penafsiran terhadap informasi dan sumber-sumber yang telah penulis kaji dengan sebelumnya telah melalui tahap kritik eksternal dan kritik internal. Dari sumber-sumber yang telah penulis kaji, didapatkan fakta-fakta yang berasal dari kesaksian beberapa tokoh adat Baduy, bahwa sebutan yang pas bagi Masyarakat Baduy adalah Baduy yang juga merupakan identitas mereka. sedangkan nama Kanekes merupakan sebuah nama desa tempat tinggal mereka. Hal itu diperkuat karena berdasarkan penuturan langsung tokoh adat Baduy.

Selain itu mengenai asal-usul Masyarakat Baduy yang banyak disebutkan oleh masyarakat luar, bukanlah berasal dari kelompok yang melarikan diri dari Kerajaan Sunda Padjadjaran maupun kelompok yang tergeser karena perluasan wilayah oleh Kesultanan Banten. Kelompok tersebut pada mulanya memeluk agama Hindu dan tidak ingin masuk Islam, sehingga mereka melakukan pelarian diri ke selatan. Namun menurut penuturan mereka, asal usul mereka sudah ada sejak dahulu kala, di mana para leluhur mereka telah tinggal dan menetap di tempat tinggal mereka kini pegununang Kendeng, Desa Kanekes semenjak zaman Nabi Adam. Mereka membantah keras tentang pendapat yang menyebutkan mereka adalah pelarian dari Padjadjaran.

Selain itu penulis juga menggunakan pendekatakn interdisipliner dengan pendekatan-pendekatan seperti Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi. Dalam karya ini dibutuhkan pendekatan seperti yang telah disebutkan sebelumnya sangatlah penting guna membantu menjawab permasalahan yang dikaji. Seperti halnya pendekatan sosiologi dan antropologi digunakan untuk mengkaji permasalahan pada manusia atau masyarakat dan kehidupan-kehidupan sosial yang ada pada Masyarakat Baduy Luar, sedangkan pendekatan ekonomi yang


(38)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penulis gunakan di antaranya untuk mengkaji mata pencaharian, gaya hidup, dan ekonomi daerah pada Masyarakat Baduy.

Setelah melakukan interpretasi maka tahapan selanjutnya adalah historiografi. Historiografi merupakan penulisan sejarah yang menyajikan temuannya selama penelitian dengan cara menyusun ke dalam bentuk tulisan secara jelas dan dengan teknik penulisan yang baik dan benar. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pembaca mengerti dengan hasil penelitian yang penulis tuangkan dalam tulisan.

3.3.4 Historiografi

Historiografi merupakan tahapan akhir dari rangkaian metode sejarah, di mana historiografi merupakan penyajian penelitian dalam bentuk tulisan yang dirangkai sejelas mungkin dan dengan teknik penulisan yang baik untuk memudahkan pemahaman pembaca tentang isi dari penelitian. Historiografi terbentuk setelah melakukan tahapan heuristik, kritik sumber, dan interpretasi yang dilakukan oleh penulis.

Untuk memudahkan penulisan, maka disusun kerangka tulisan yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah. Tulisan ini berupa skripsi yang disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya ke dalam lima bab. Pada bab satu pendahuluan terdiri dari pemaparan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah untuk membatasi kajian yang penulis teliti, tujuan dan manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi. Bab dua kajian pustaka yang terdiri dari tinjauan literatur atau tinjauan pustaka yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam bab ini memaparkan tentang konsep kepariwisataan di mana Baduy ditetapkan sebagai Destinasi Wisata Budaya, Masyarakat dan Kebudayaan, Masyarakat Terasing, dan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan kajian.


(39)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bab tiga metodologi penelitian, penulis menguraikan langkah-langkah dan prosedur penelitian yang dilakukan oleh penulis selama menyusun skripsi yang berjudul “Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Kabupaten Lebak, Banten (Kajian Sosial-Ekonomi Tahun 1990-2010)”. Dimulai dari pengajuan judul, pencarian sumber, hingga penelitian dan menuangkan dalam tulisan. Bab empat, memaparkan tentang hasil temuan penulis selama melakukan penelitian dalam bentuk deskripsi, narasi, dan analisis yang didapatkan dari kajian pustaka dan wawancara yang dilakukan oleh penulis. Bab lima, membahas tenatang simpulan dari hasil penelitian dan tanggapan tentang permasalahan secara keseluruhan yang berupa pendapat.


(40)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan

Pada bagian ini akan disimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan

dalam penulisan skripsi yang berjudul. “Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Banten (Kajian Sosial-Ekonomi Tahun 1990-2010)”. Simpulan ini merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian pada rumusan masalah di bab sebelumnya. Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka ada tiga hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama, bahwa Masyarakat Baduy tinggal di pegunungan Kendeng tepatnya di Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Banten. Asal usul Masyarakat Baduy ini sejak semula sudah ada dan menempati daerah Kanekes sejak zaman Nabi Adam, di mana leluhur mereka diberikan tugas dan amanat langsung untuk menjaga alam semesta melalui ajaran sunda wiwitan yang masih dipegang teguh oleh Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar. Masyarakat Baduy terbagi menjadi dua komunitas yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar yang menjadi penduduk mayoritas di kesukuan Baduy. Dalam kesehariannya, tidak ada yang membedakan antara warga Baduy Dalam dengan Baduy Luar. Adat tetap dijaga teguh dan hanya kelonggaran aturan adat yang membedakannya. Baduy Luar mengalami toleransi dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, di mana mereka hidup dengan beriringan antara tetap mempertahankan adat, dengan kehidupan di mana perkembangan zaman sudah semakin modern. Baduy Luar seolah merupakan penjaga, penyangga, penyaring serta pelindung dengan pihak luar, sehingga baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar, keduanya merupakan unsur penting dalam keseimbangan adat Baduy.

Kedua, aturan adat yang kokoh dan kuat dalam kehidupan Masyarakat Baduy tidak membuat tertutupnya hubungan antara pihak Baduy dengan pihak luar, terutama pemerintah setempat. Oleh karena itu, salah satu tujuan


(1)

92

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

warisan budaya Indonesia. Melalui kerja sama, koordinasi, dan program-program yang cemerlang, mampu memajukan tidak hanya Kabupaten Lebak, namun juga mampu memajukan Masyarakat Baduy sendiri agar mampu dikenal hingga ke mancanegara.


(2)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Buku

Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak. (2011). Kecamatan Leuwidamar Dalam

Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lebak: Rangkasbitung.

Danasasmita, S. & Anis D. (1985). Kehidupan Masyarakat Kanekes. Bandung: Proyek Sundanologi, Dep. Pendidikan Kebudayaan R.I.

Dinas Informasi Komunikasi Seni budaya Dan Pariwisata Kabupaten Lebak. (2004). Membuka Tabir Kehidupan Tradisi Budaya Masyarakat Baduy

Dan Cisungsang Serta Peninggalan Sejarah Situs Lebak Sibedug.

Rangkasbitung: Dinas Inkosbudpar.

Ekadjati, E. S. (1995). Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah. Jakarta: Pustaka Jaya.

Ekadjati, E.S. (1984). Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Bandung: Karya Nusantara.

Erwinantu. (2012). Saba Baduy Sebuah Perjalanan Wisata Budaya Inspiratif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Garna, J. K. (2008). Budaya Sunda Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan Judistira Garna Foundation. Gottschalk, L. (2008). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia.

Hasibuan, S. R. (2002). Manusia Indonesia dan Kebudayaan Di Indonesia, Teori

dan Konsep. Jakarta: Dian Rakyat

Iskandar, J. (1992). Ekologi Perladangan Di Indonesia Studi Kasus dari daerah

Baduy Banten Selatan, Jawa Barat. Jakarta: Djambatan

Ismaun. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Historia Utama Press. Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kurnia, A. & Ahmad S. (2010). Saatnya Baduy Bicara. Jakarta: Bumi Aksara. Kayam, U. dkk. (1983). Perubahan Nilai-nilai di Indonesia. Bandung: Penerbit


(3)

93

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lubis, N. H. dkk. (2013). Sejarah Kota-kota Lama di Jawa Barat. Jawa Barat: Balai Pengelolaan Kepurbakalaan, Sejarah, dan Nilai Tradisional, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.

Marpaung, H. (2002). Pengantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta

Martono, N. (2012). Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarata: Rajawali Pers. Maryani, E. (1997). Pengantar Geografi Pariwisata. Bandung: IKIP Bandung. Mujianto, Y. dkk. (2010). Pengantar Ilmu Budaya. Yogyakarta: Pelangi

Publishing.

Mulyana, A. & Restu, G. (2007). Sejarah Lokal Penulisan dan Pembelajaran di

Sekolah. Bandung: Salamina Press.

Pasya, G. K., dkk. (2011). Studi Masyarakat Indonesia. Bandung: Maulana Media Grafika.

Pendit, N. (2003). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.

Permana, R. C. (2006). Tata Ruang Masyarakat Baduy. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Pitana, I. G. dan Gayatri P. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Ranjabar, J. (2006). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Rusnandar, N. dkk. (2012). Seba dalam Tradisi Masyarakat Baduy di Banten. Bandung: Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB).

Sajogyo, P. (1985). Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta.

Setiadi, E. M., dan Usman K. (2011). Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta

Dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, Dan Pemecahannya.

Jakarta: Kencana.

Sjamsuddin, H. (2012). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soelaeman, M. M. (2011). Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial.


(4)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soyomukti, N. (2010). Pengantar Sosiologi Dasar Analisis, teori, & Pendekatan

Menuju Analsisi Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian-Kajan Strategis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Suwartono, G. (2004). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Veeger, dkk. (2001). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Prenhallindo. Yoeti, O. A. (1987). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Skripsi

Febriana, W. (2013). Tradisi Seba Pada Masyarakat Adat Baduy Sebagai

Perwujudan Warga Negara Yang Baik: Studi kasus terhadap Masyarakat Adat Baduy Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak.

Skripsi Sarjana Pendidikan Kewarganegaraan Pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Fitriani, R. (2011). Perkembangan Pariwisata Di Pantai Pangandaran Dan

Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sekitar Tahun 1990-2005. Skripsi Sarjana Pendidikan Sejarah Pada FPIPS UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Nugraha, G. (1996). Penilaian Manfaat Hasil Hutan Dan Tata Nilai Sosial

Budaya Pada Masyarakat Terasing. Skripsi Sarjana Kehutanan Pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor: Tidak diterbitkan.

Susandi. (2012). Seni Tenun Baduy Di Desa Kanekes Kabupaten Lebak, Banten

1986-2001 (Asal Mula, Makna, dan Perkembangannya). Skripsi Sarjana

Pendidikan Sejarah Pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Jurnal

Jamaludin. (2012). Makna Simbolik Huma (Ladang) Di Masyarakat Baduy.

Mozaik, 11 (1).

Senoaji, G. (2012). Sistem Pertanian Perladangan Berpindah Dan Konservasi Hutan Oleh Masyarakat Baduy Di Banten Selatan. Sosiohumaniora, 14 (3), hlm. 273-289.


(5)

95

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Makalah, Artikel dan Karya Lainnya

Moeis, S. (2010). “Konsep Ruang Dalam Kehidupan Orang Kanekes (Studi

Tentang Penggunaan Ruang dalam Kehidupan Komunitas Baduy Desa

Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Banten)”. Disajikan

dalam diskusi Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung.

Prihantoro, F. Kehidupan Berkelanjutan Masyarakat Suku Baduy. (2006). Asia

Good ESD Practice Project. BINTARI (Bina Karta Lestari) Foundation.

Saripudin, D. (2008). Pendidikan Yang Berwawasan Lingkungan Masyarakat Terasing: Beberapa Pengalaman Di Indonesia. Makalah Disajikan dalam

International Conference Indigenous Pedagogies, Sarawak, Malaysia.

Arsip

Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tigkat II Lebak No.13 Tahun 1990 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Lembaga Adat Masyarakat Baduy Di Kabupaten Daerah Tingkat II Lebak.

Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 32 Tahun 2001 Tentang Perlindungan Atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy

Peraturan Desa Kanekes Nomor 01 Tahun 2007 Tentang Saba Budaya Dan Perlindungan Masyarakat Adat Tatar Kanekes (Baduy)

Internet

Admin. (2006). Wilayah Baduy Tetap Dilarang Jadi Obyek Wisata. [Online]. Tersedia di: www.suaramerdeka.com/cybernews/harian/0611/05 /nas6.htm. Diakses 22 Mei 2014.

Muharam, A. (___). Jawa Barat Perlu Membangun Cagar Budaya. [Online].

Tersedia di:

http://www.sunda.org/SundaClippings/Word_Clippings/img469.doc. Diakses 20 Juni 2015


(6)

Getari Gita , 2015

KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nama Alamat Pekerjaan Umur Jaro Dainah Kaduketug I Kepala Desa Kanekes 54 th

Salman Kaduketug I Kaur Umum Desa Kanekes 30 th Nurheli Kaduketug I Masyarakat Baduy Luar 32 th Saodah Kaduketug I Penenun Baduy Luar 40 th Sali Kaduketug III Mantan ketua RT 64 th Rumanah Kaduketug III Pemilik Warung 37 th Sanip Balimbing Masyarakat Baduy Luar 34 th Kuncar Gajeboh Masyarakat Baduy Luar 68 th Salim (ayah Dana)

menantu Jaro Dainah

Balimbing Masyarakat Baduy Luar 37 th