Khasiat Hepatoproteksi Ekstrak Daun Sangitan (Sambucus Javanica Reinw. ex Blume) pada Tikus Putih Salur Sprague Dawley yang Diberi Parasetamol
1
PENDAHULUAN
Penyakit hati merupakan penyakit yang banyak dijumpai di Indonesia. Secara epidemiologis Indonesia termasuk daerah endemi sedang sampai tinggi hepatitis B di dunia. Sekitar 300-350 juta orang terinfeksi virus hepatitis B (Dufour et al. 2000), dan 78 % di antaranya ada di Asia. Sebanyak 170 juta orang terinfeksi hepatitis C (Dufour et al. 2000). Tahun 2001, penduduk Indonesia yang menderita hepatitis B dan C sebanyak 12 juta orang. Dua jenis penyakit inilah yang sering dikaitkan dengan penyakit hati kronis, dampaknya adalah kerusakan jaringan hati berkelanjutan yaitu pengerasan hati (sirosis). Sirosis dapat berkembang menjadi kanker hati. Sirosis maupun kanker hati akan berakhir dengan kematian penderitanya.
Sampai saat ini belum ada obat yang memuaskan untuk penyakit (kerusakan) hati. Walaupun sudah ada, obat-obatan tersebut selain khasiat penyembuhannya belum sempurna juga memiliki efek samping yang berbahaya. Selain itu, harga obat yang mahal masih menjadi kendala utama dalam pengobatan penyakit hati.
Pengobatan oleh dokter umumnya bersifat simptomatik, yakni untuk meringankan gejala penyakit yang timbul selain sebagai terapi yang membantu kelangsungan fungsi hati. Obat-obat tersebut umumnya bersifat membantu proses perbaikan fungsi hati biasanya bersifat hepatoprotektor, melindungi sel hati dari pengaruh zat beracun yang dapat merusak dengan cara memperbaiki dan meningkatkan daya regenerasi (Dalimartha 2002).
Obat tradisional yang telah lama digunakan oleh masyarakat dan dipercaya dapat menyembuhkan penyakit hati menjadi alternatif bagi para penderita. Khasiat dari obat-obatan tersebut belum teruji secara ilmiah. Hal ini disebabkan penggunaan obat-obatan tradisional berdasarkan pengalaman secara empiris. Salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan penyakit hati yaitu sangitan.
Sangitan telah lama dikenal sebagai obat berbagai penyakit seperti, bronkhitis, rematik, beri-beri, disentri, rubella (German measles), eksim, nephritic edema, freckles (bercak hitam di wajah), keram, erysipelas (infeksi kulit akut oleh Steptococcus sp), luka terpukul, tulang patah (fracture), analgesik (pereda nyeri) dan perangsang saraf (Dalimartha 2002). Daun Sangitan berkhasiat sebagai obat pegal linu, diuretik (peluruh air seni) dan obat demam (Hutapea 1994; Depkes 1995), laksatif (pencahar isi perut) dan
sudorifik (peluruh keringat) (Lemmens & Bunyapraphatsara 2003), antispasmodik (penghilang kolik), mengobati radang (termasuk peradangan hati) dan melancarkan sirkulasi darah (Afifah 2003).
Era globalisasi yang melanda dunia menyebabkan kita harus mendukung argumentasi kebiasaan atau pengalaman nenek moyang dengan data ilmiah. Kajian ilmiah harus dilakukan terhadap bahan obat asli Indonesia. Hal inilah yang menjadi permasalahan dari penelitian ini, yaitu belum dibuktikannya secara ilmiah efek hepatoprotektor dari ekstrak daun sangitan. Pembuktian secara ilmiah dapat dilakukan dengan cara mengukur aktivitas ALT dan AST tikus yang telah mengalami gangguan fungsi hati melalui pemberian parasetamol dosis tinggi.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak air dan etanol 70% daun sangitan terhadap aktivitas enzim hati yang dirusak dengan pemberian parasetamol berlebih. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu ekstrak daun sangitan memiliki efek hepatoprotektor terhadap senyawa parasetamol yang dapat merusak organ hati tikus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang khasiat ekstrak daun sangitan sebagai obat alternatif dalam mencegah kerusakan hati.
TINJAUAN PUSTAKA
SangitanSangitan (Sambucus javanica Reinw. ex Blume.) merupakan tanaman asli Indonesia. Sangitan umumnya menyukai tempat-tempat yang tidak terlalu kering maupun lembab dan terletak di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Sangitan mempunyai beberapa nama seperti kerak nasi (Sunda), abur (Aceh), babalat (Bengkulu) dan halemaniri (Tidore) (Hutapea 1994). Sangitan berdasarkan klasifikasi taksonomi termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, bangsa Rubiales, suku Caprifoliaceae, marga
Sambucus, dan jenis Sambucus javanica
Reinw. ex Blume. (Tjitrosoepomo 1994). Sangitan berupa perdu dengan tinggi 1-4 m dan tergolong herba yang menahun. Sangitan memiliki batang bulat, berkayu dan bercabang banyak. Daun sangitan termasuk daun majemuk menyirip gasal ganda dua tidak sempurna, memiliki 5-11 anak daun yang letaknya menyirip. Daun sangitan berbentuk elips memanjang sampai lanset dengan ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan
(2)
1
PENDAHULUAN
Penyakit hati merupakan penyakit yang banyak dijumpai di Indonesia. Secara epidemiologis Indonesia termasuk daerah endemi sedang sampai tinggi hepatitis B di dunia. Sekitar 300-350 juta orang terinfeksi virus hepatitis B (Dufour et al. 2000), dan 78 % di antaranya ada di Asia. Sebanyak 170 juta orang terinfeksi hepatitis C (Dufour et al. 2000). Tahun 2001, penduduk Indonesia yang menderita hepatitis B dan C sebanyak 12 juta orang. Dua jenis penyakit inilah yang sering dikaitkan dengan penyakit hati kronis, dampaknya adalah kerusakan jaringan hati berkelanjutan yaitu pengerasan hati (sirosis). Sirosis dapat berkembang menjadi kanker hati. Sirosis maupun kanker hati akan berakhir dengan kematian penderitanya.
Sampai saat ini belum ada obat yang memuaskan untuk penyakit (kerusakan) hati. Walaupun sudah ada, obat-obatan tersebut selain khasiat penyembuhannya belum sempurna juga memiliki efek samping yang berbahaya. Selain itu, harga obat yang mahal masih menjadi kendala utama dalam pengobatan penyakit hati.
Pengobatan oleh dokter umumnya bersifat simptomatik, yakni untuk meringankan gejala penyakit yang timbul selain sebagai terapi yang membantu kelangsungan fungsi hati. Obat-obat tersebut umumnya bersifat membantu proses perbaikan fungsi hati biasanya bersifat hepatoprotektor, melindungi sel hati dari pengaruh zat beracun yang dapat merusak dengan cara memperbaiki dan meningkatkan daya regenerasi (Dalimartha 2002).
Obat tradisional yang telah lama digunakan oleh masyarakat dan dipercaya dapat menyembuhkan penyakit hati menjadi alternatif bagi para penderita. Khasiat dari obat-obatan tersebut belum teruji secara ilmiah. Hal ini disebabkan penggunaan obat-obatan tradisional berdasarkan pengalaman secara empiris. Salah satu tanaman yang digunakan untuk pengobatan penyakit hati yaitu sangitan.
Sangitan telah lama dikenal sebagai obat berbagai penyakit seperti, bronkhitis, rematik, beri-beri, disentri, rubella (German measles), eksim, nephritic edema, freckles (bercak hitam di wajah), keram, erysipelas (infeksi kulit akut oleh Steptococcus sp), luka terpukul, tulang patah (fracture), analgesik (pereda nyeri) dan perangsang saraf (Dalimartha 2002). Daun Sangitan berkhasiat sebagai obat pegal linu, diuretik (peluruh air seni) dan obat demam (Hutapea 1994; Depkes 1995), laksatif (pencahar isi perut) dan
sudorifik (peluruh keringat) (Lemmens & Bunyapraphatsara 2003), antispasmodik (penghilang kolik), mengobati radang (termasuk peradangan hati) dan melancarkan sirkulasi darah (Afifah 2003).
Era globalisasi yang melanda dunia menyebabkan kita harus mendukung argumentasi kebiasaan atau pengalaman nenek moyang dengan data ilmiah. Kajian ilmiah harus dilakukan terhadap bahan obat asli Indonesia. Hal inilah yang menjadi permasalahan dari penelitian ini, yaitu belum dibuktikannya secara ilmiah efek hepatoprotektor dari ekstrak daun sangitan. Pembuktian secara ilmiah dapat dilakukan dengan cara mengukur aktivitas ALT dan AST tikus yang telah mengalami gangguan fungsi hati melalui pemberian parasetamol dosis tinggi.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menguji pengaruh pemberian ekstrak air dan etanol 70% daun sangitan terhadap aktivitas enzim hati yang dirusak dengan pemberian parasetamol berlebih. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu ekstrak daun sangitan memiliki efek hepatoprotektor terhadap senyawa parasetamol yang dapat merusak organ hati tikus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang khasiat ekstrak daun sangitan sebagai obat alternatif dalam mencegah kerusakan hati.
TINJAUAN PUSTAKA
SangitanSangitan (Sambucus javanica Reinw. ex Blume.) merupakan tanaman asli Indonesia. Sangitan umumnya menyukai tempat-tempat yang tidak terlalu kering maupun lembab dan terletak di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Sangitan mempunyai beberapa nama seperti kerak nasi (Sunda), abur (Aceh), babalat (Bengkulu) dan halemaniri (Tidore) (Hutapea 1994). Sangitan berdasarkan klasifikasi taksonomi termasuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, bangsa Rubiales, suku Caprifoliaceae, marga
Sambucus, dan jenis Sambucus javanica
Reinw. ex Blume. (Tjitrosoepomo 1994). Sangitan berupa perdu dengan tinggi 1-4 m dan tergolong herba yang menahun. Sangitan memiliki batang bulat, berkayu dan bercabang banyak. Daun sangitan termasuk daun majemuk menyirip gasal ganda dua tidak sempurna, memiliki 5-11 anak daun yang letaknya menyirip. Daun sangitan berbentuk elips memanjang sampai lanset dengan ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, pertulangan
(3)
2
menyirip dan tidak berambut. Helaian anak daun bertangkai. Permukaan atas daun berwarna hijau tua dan permukaan bawah hijau muda (Gambar 1a). Bunga sangitan berukuran kecil-kecil, berwarna putih agak krem, berkumpul membentuk payung, dengan kelopak kecil berlekuk malai rata, keluar dari ujung ranting dan berbau harum (Gambar 1b). Buah sangitan merupakan buah batu yang menyerupai buni dengan bentuk bulat, berwarna ungu kehitaman, berdiamater 3-4 mm dan jumlah biji 1-3 buah (Gambar 1c). Sangitan dapat diperbanyak dengan stek maupun biji (Van Steenis 1948; Backer & Bakhuizen van den Brink 1965; Hutapea 1994; Depkes 1995; Lemmens & Bunyapraphatsara 2003; Tjitrosoepomo 1994).
Tanaman ini mengandung flavonoid, minyak atsiri, KNO3, triterpenoid (a
-sitosterol, asam ursolat dan a-amyrin
palmitat), glukosida sianogen (L(+)-mandelonitril-D-glukosida atau sambunigrin), saponin dan tanin (Depkes 1995; Afifah 2003). Daun dan akar sangitan mengandung saponin dan tanin, sedangkan buahnya mengandung saponin dan flavonoid (Hutapea 1994). Sangitan mengandung glikosida yang bersifat sedatif bagi rahim, oleh karena itu wanita hamil dilarang minum air rebusan tanaman ini (Tjitrosoepomo 1994).
Aktivitas farmakologi dari sangitan belum banyak diketahui. Hasil-hasil penelitian farmakologinya sangat menjanjikan dan penelitian lebih lanjut tentang sangitan terlihat sangat bermanfaat. Sangitan menunjukkan sifat anti hepatotoksik karena mengandung asam ursolat (Lemmens & Bunyapraphatsara 2003).
Hati
Hati merupakan organ terbesar dan kompleks di dalam tubuh, beratnya mencapai 1.200-1.600 gram atau 2.5 % dari bobot total orang dewasa. Hati terletak di dalam rongga perut kanan atas, dibawah diafragma kanan dan dilindungi tulang iga kanan bawah. Hati terbagi menjadi dua bagian, bagian kanan enam kali lebih besar dari pada bagian kiri (Kaplan & Pesce 1989).
(a) (b) (c) Gambar 1 (a) daun sangitan; (b) bunga
sangitan; dan (c) buah sangitan.
Hati memiliki banyak fungsi diantaranya metabolisme biomolekul (asam amino, protein, lipid, karbohidrat, hormon dan bilirubin), menyebarkan zat-zat makanan yang telah diserap melalui dinding usus dan mempertahankan kadarnya dalam peredaran darah agar tetap. Fungsi tersebut sebagian besar dilakukan oleh sel-sel hati dan untuk menjalankan fungsi tersebut sel-sel hati dilengkapi berbagai perangkat diantaranya enzim (Mitchel et al 1972).
Sel hati mengandung beberapa enzim dalam jumlah besar seperti alanin amino-transferase (ALT), aspartat aminoamino-transferase (AST), alkalin fosfatase, laktat dehidrogenase (LD), γ-glutamiltransferase (GGT) dan 5-nukleotidase (Anderson & Cockayne 1993). Kerusakan sel-sel hati (nekrosis) akan menyebabkan enzim-enzim tersebut keluar dari sel hati sehingga kadarnya dalam darah akan meningkat (Girindra 1989). Oleh karena itu enzim-enzim tersebut dapat dijadikan parameter terjadinya kerusakan hati. Konsentrasi keenam enzim tersebut akan meningkat dalam beberapa macam kerusakan hati seperti, hepatitis, sirosis, penyakit hati kronis, penyakit hati alkoholik dan tumor hati (Kaplan & Pesce 1989).
Enzim ALT banyak ditemukan di sitosol sel hati sedangkan AST ditemukan di jantung, otot rangka dan hati. Kedua enzim tersebut sering dijadikan parameter kerusakan awal hati (nekrosis hati) karena kedua enzim ini lebih mudah keluar dari sel hati yang rusak dibandingkan enzim lainnya. Konsentrasi tertinggi kedua enzim ini didapati pada penyakit hati yang disebabkan virus hepatitis, nekrosis hati yang disebabkan racun atau obat dan ischemia hati, tetapi tingginya konsentrasi kedua enzim ini tidak berkorelasi dengan jumlah sel hati yang rusak. Pada umumnya konsentrasi ALT lebih tinggi dibandingkan AST (Kaplan & Pesce 1989).
Parasetamol Sebagai Senyawa Hepatotoksik
Parasetamol mempunyai beberapa nama generik antara lain hidroksi asetanilida, N-asetil-p-aminofenol dan asetaminofen. Parasetamol digunakan sebagai obat analgesik dan antipiretik di seluruh dunia (Sumioka et al. 2004). Khasiat antipiretik (pereda demam) dari parasetamol ditimbulkan oleh gugus aminobenzena (Gan et al. 1980). Parasetamol berbentuk serbuk putih, tidak berbau, rasanya sedikit pahit, peka terhadap udara dan cahaya, serta mempunyai pH 5.3-6.5 (Martindale 1989).
(4)
3
Parasetamol relatif aman pada dosis terapi, tetapi pada dosis tinggi dapat menyebabkan hepatotoksik, kerusakan (nekrosis) sentrilobularis hati pada tikus, mencit dan manusia (Gan et al. 1980; Gibson & Sket 1991; Graham et al. 2004; Raghavendran et al. 2004).
Parasetamol dimetabolisme oleh enzim-enzim mikrosom dalam hati melalui reaksi konjugasi dengan asam glukoronat dan asam sulfat, hasilnya diekskresikan melalui urin. Sisa parasetamol dimetabolisme oleh sitokrom P-450 menghasilkan N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI), suatu senyawa yang toksik dan reaktif. NAPQI didetoksifikasi dengan konjugasi oleh glutation (GSH) membentuk asam merkapturat (Gupta et al. 2004).
Dosis tinggi parasetamol akan menghabiskan kapasitas konjugasi asam glukoronat dan asam sulfat, sehingga pembentukan metabolit reaktif NAPQI bertambah banyak. Konsekuensinya, NAPQI yang dikonjugasi oleh GSH bertambah banyak dan ketika melewati kapasitas konjugasi GSH, NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis hati (Gibson & Sket 1991; Sumioka et al. 2004).
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permeabilitas membran akan mengakibatkan enzim ALT, AST, alkalin fosfatase, laktat dehidrogenase dan γ-glutamiltransferase bebas keluar sel, sehingga enzim yang masuk ke pembuluh darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat (Girindra 1986). Selain itu obat ini dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan hemolisis eritrosit (Gan et al. 1980).
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan
Hewan percobaan yang akan digunakan adalah tikus dewasa galur Sprague Dawley
berkelamin jantan, sehat dan beraktivitas normal. Tikus diperoleh dari koleksi Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Daun Sangitan yang sudah dikeringkan diperoleh dari koleksi Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Alat-alat yang akan digunakan adalah alat-alat gelas, kertas saring, rotary vapour evaporator, alumunium foil, sentrifus, spektrofotometer UV dan oven.
Bahan-bahan yang akan digunakan antara lain daun sangitan, parasetamol, akuades, etanol, reagen ALT dan AST Randox, kloroform, amoniak, H2SO4, pereaksi Meyer,
Dragendorf, Wagner dan Lieberman-Buchard.
Metode Penelitian
Ekstraksi Daun Sangitan (Harbone 1987)
Daun Sangitan yang telah dikeringkan dimaserasi panas dengan air dan dengan etanol 70%. Kedua campuran dipanaskan dalam water bath pada suhu 100 oC dan 70 oC. Larutan ekstrak dipisahkandengan penyaringan biasa dan pelarutnya dipisahkan dengan menggunakan rotapavor pada suhu 50 oC. Ekstrak dalam bentuk pasta dikeringkan dalam oven bersuhu 40 oC.
Analisis Fitokimia (Harbone 1987)
Uji Alkaloid. Residu hasil ekstraksi ditambahkan 10 ml kloroform dan beberapa tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan H2SO4. Fraksi H2SO4
dimasukan ke dalam 3 tabung reaksi, pereaksi Dragendorf ditambahkan pada tabung pertama, pereaksi Meyer pada tabung kedua dan pereaksi Wagner pada tabung ketiga. Terdapatnya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada tabung pertama (pereaksi Meyer), endapan merah pada tabung kedua (pereaksi Dragendorf) dan endapan coklat pada tabung ketiga (pereaksi Wagner).
Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik.
Residu hasil ekstraksi ditambah metanol sampai terendam dan dipanaskan. Terbentuknya warna merah karena penambahan NaOH 10% (b/v) menunjukkan adanya senyawa fenolik hidrokuinon sedangkan warna merah yang terbentuk akibat penambahan H2SO4 pekat menunjukkan
adanya senyawa flavonoid.
Uji Saponin. Residu hasil ekstraksi ditambah air secukupnya dan dipanaskan selama lima menit. Larutan tersebut didinginkan kemudian dikocok. Timbulnya busa sampai selang waktu 10 menit menunjukkan adanya saponin.
Uji Triterpenoid dan Steroid. Residu hasil ekstraksi ditambah 25 ml etanol lalu dipanaskan dan disaring. Filtratnya diuapkan lalu ditambahkan eter. Lapisan eter ditambah pereaksi Lieberman Buchard (tiga tetes asam asetat anhidrida dan satu tetes H2SO4 pekat).
Warna merah atau ungu menunjukkan adanya kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau menunjukkan adanya kandungan steroid.
Uji Tanin. Residu hasil ekstraksi ditambah air kemudian dididihkan selama beberapa menit. Larutan ini disaring dan filtratnya ditambah FeCl3 (b/v). Warna biru
tua atau hitam kehijauan menunjukkan terdapatnya tanin.
(5)
3
Parasetamol relatif aman pada dosis terapi, tetapi pada dosis tinggi dapat menyebabkan hepatotoksik, kerusakan (nekrosis) sentrilobularis hati pada tikus, mencit dan manusia (Gan et al. 1980; Gibson & Sket 1991; Graham et al. 2004; Raghavendran et al. 2004).
Parasetamol dimetabolisme oleh enzim-enzim mikrosom dalam hati melalui reaksi konjugasi dengan asam glukoronat dan asam sulfat, hasilnya diekskresikan melalui urin. Sisa parasetamol dimetabolisme oleh sitokrom P-450 menghasilkan N-asetil p-benzokuinon imin (NAPQI), suatu senyawa yang toksik dan reaktif. NAPQI didetoksifikasi dengan konjugasi oleh glutation (GSH) membentuk asam merkapturat (Gupta et al. 2004).
Dosis tinggi parasetamol akan menghabiskan kapasitas konjugasi asam glukoronat dan asam sulfat, sehingga pembentukan metabolit reaktif NAPQI bertambah banyak. Konsekuensinya, NAPQI yang dikonjugasi oleh GSH bertambah banyak dan ketika melewati kapasitas konjugasi GSH, NAPQI akan berikatan kovalen dengan makromolekul vital sel hati (seperti lipid dan protein membran sel) dan menyebabkan nekrosis hati (Gibson & Sket 1991; Sumioka et al. 2004).
Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati atau permeabilitas membran akan mengakibatkan enzim ALT, AST, alkalin fosfatase, laktat dehidrogenase dan γ-glutamiltransferase bebas keluar sel, sehingga enzim yang masuk ke pembuluh darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat (Girindra 1986). Selain itu obat ini dapat mengalami hidroksilasi dan hasilnya dapat menimbulkan methemoglobinemia (Hb diubah menjadi met-Hb) dan hemolisis eritrosit (Gan et al. 1980).
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan
Hewan percobaan yang akan digunakan adalah tikus dewasa galur Sprague Dawley
berkelamin jantan, sehat dan beraktivitas normal. Tikus diperoleh dari koleksi Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Daun Sangitan yang sudah dikeringkan diperoleh dari koleksi Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Alat-alat yang akan digunakan adalah alat-alat gelas, kertas saring, rotary vapour evaporator, alumunium foil, sentrifus, spektrofotometer UV dan oven.
Bahan-bahan yang akan digunakan antara lain daun sangitan, parasetamol, akuades, etanol, reagen ALT dan AST Randox, kloroform, amoniak, H2SO4, pereaksi Meyer,
Dragendorf, Wagner dan Lieberman-Buchard.
Metode Penelitian
Ekstraksi Daun Sangitan (Harbone 1987)
Daun Sangitan yang telah dikeringkan dimaserasi panas dengan air dan dengan etanol 70%. Kedua campuran dipanaskan dalam water bath pada suhu 100 oC dan 70 oC. Larutan ekstrak dipisahkandengan penyaringan biasa dan pelarutnya dipisahkan dengan menggunakan rotapavor pada suhu 50 oC. Ekstrak dalam bentuk pasta dikeringkan dalam oven bersuhu 40 oC.
Analisis Fitokimia (Harbone 1987)
Uji Alkaloid. Residu hasil ekstraksi ditambahkan 10 ml kloroform dan beberapa tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan H2SO4. Fraksi H2SO4
dimasukan ke dalam 3 tabung reaksi, pereaksi Dragendorf ditambahkan pada tabung pertama, pereaksi Meyer pada tabung kedua dan pereaksi Wagner pada tabung ketiga. Terdapatnya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada tabung pertama (pereaksi Meyer), endapan merah pada tabung kedua (pereaksi Dragendorf) dan endapan coklat pada tabung ketiga (pereaksi Wagner).
Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik.
Residu hasil ekstraksi ditambah metanol sampai terendam dan dipanaskan. Terbentuknya warna merah karena penambahan NaOH 10% (b/v) menunjukkan adanya senyawa fenolik hidrokuinon sedangkan warna merah yang terbentuk akibat penambahan H2SO4 pekat menunjukkan
adanya senyawa flavonoid.
Uji Saponin. Residu hasil ekstraksi ditambah air secukupnya dan dipanaskan selama lima menit. Larutan tersebut didinginkan kemudian dikocok. Timbulnya busa sampai selang waktu 10 menit menunjukkan adanya saponin.
Uji Triterpenoid dan Steroid. Residu hasil ekstraksi ditambah 25 ml etanol lalu dipanaskan dan disaring. Filtratnya diuapkan lalu ditambahkan eter. Lapisan eter ditambah pereaksi Lieberman Buchard (tiga tetes asam asetat anhidrida dan satu tetes H2SO4 pekat).
Warna merah atau ungu menunjukkan adanya kandungan triterpenoid sedangkan warna hijau menunjukkan adanya kandungan steroid.
Uji Tanin. Residu hasil ekstraksi ditambah air kemudian dididihkan selama beberapa menit. Larutan ini disaring dan filtratnya ditambah FeCl3 (b/v). Warna biru
tua atau hitam kehijauan menunjukkan terdapatnya tanin.
(6)
4
Dosis Penggunaan Ekstrak Daun Sangitan.
Dosis ekstrak daun sangitan yang digunakan didasarkan pada dosis yang digunakan masyarakat tradisional yaitu 2 X 20 gram = 40 gram per hari. Berat badan rata-rata diasumsikan sebesar 60 Kg dan perolehan kembali sebesar 40%, maka dosis yang digunakan secara tradisional sebesar 267mg/Kg BB perhari. Perhitungan:
Residu hasil ekstraksi = 40% X 40 gram = 16 gram
Dosis yang digunakan per kilogram berat badan per hari
KgBB mg g mg X Kg g / 267 1 1000 60 16 = =
Hewan Coba dan Rancangan Penelitian
Pada awal penelitian, tikus diadaptasikan untuk menghindari stres yang dapat mempengaruhi kandungan serum darah yang akan diambil dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing kelompok perlakuan. Pada masa adaptasi ini, tikus hanya diberi pakan standar.
Tikus yang akan digunakan dibagi menjadi empat kelompok dan masing-masing kelompok terdiri atas enam ekor tikus. Keempat kelompok tikus diberi pakan standar selama penelitian. Tikus kelompok I merupakan kontrol normal yang selama penelitian hanya diberi pakan standar dan dicekoki akuades. Tikus dalam kelompok II adalah kelompok kontrol parasetamol yang dicekoki parasetamol dosis 500mg/kg BB selama 4 minggu yaitu hari ke-8 sampai 35. Kedua kelompok lainnya merupakan kelompok perlakuan. Tikus dalam kelompok III dicekoki ekstrak air daun sangitan dari hari ke-0 sampai 35 dengan dosis 267mg/Kg BB. Tikus dalam kelompok IV dicekoki ekstrak etanol 70% daun sangitan dari hari ke-0 sampai 35 dengan dosis 267mg/Kg BB. Selanjutnya, kedua kelompok ini diberi parasetamol peroral dengan dosis 500mg/kg BB dari hari ke-8 sampai 35. Pengukuran parameter kerusakan hati yang meliputi aktivitas ALT dan AST darah dilakukan pada keempat kelompok sebanyak lima kali, yaitu pada hari ke-0, 7, 14, 21 dan 35.
Pengukuran Kadar ALT dan AST (Bergmeyer 1986)
Metode Bergmeyer digunakan untuk mengukur aktivitas ALT dan AST dalam darah tikus. Sampel serum tikus diambil sebanyak 0.1 mL lalu dicampur dengan 1.0 mL reagen. Setelah satu menit tepat absorban larutan dibaca pada panjang gelombang 340 nm dan diulangi lagi pada menit ke-2, 3 dan 4. Analisis dilakukan pada suhu 25 0C.
Pereaksi yang digunakan dalam pengukuran ALT mengandung buffer tris, L-alanin, laktat dehidrogenase, α-ketoglutarat dan NADH. Perhitungan aktivitas ALT = 1746 X ΔA Hg 340 nm/menit. Pereaksi yang digunakan dalam pengukuran AST mengandung buffer tris, laktat dehidrogenase, L-aspartat, α-ketoglutarat, malat dehidrogenase dan NADH. Perhitungan aktivitas AST = 1746 X ΔA Hg 340 nm/menit.
Analisis Statistik
Data aktivitas ALT dan AST dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL). Model rancangan tersebut adalah:
ij i ij
Y
=
m
+
l
+
e
keterangan:
μ = Pengaruh rataan umum.
l = Pengaruh perlakuan ke-i, i = 1, 2, 3, 4.
ξ = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j= 1, 2, 3, 4, 5.
i = 1 adalah perlakuan pemberian pakan standar saja.
i = 2 adalah perlakuan pemberian pakan standar dan parasetamol 500 mg/Kg BB. i = 3 adalah perlakuan pemberian pakan
standar, parasetamol 500 mg/Kg BB dan ekstrak air daun sangitan 267mg/Kg BB. i = 4 adalah perlakuan pemberian pakan standar,
parasetamol 500 mg/Kg BB dan ekstrak etanol 70% daun sangitan 267mg/Kg BB. Perbedaan pengaruh perlakuan diuji dengan uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT/LSD).
HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan Fitokimia
Pada ekstrak daun sangitan dilakukan uji fitokimia. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang diharapkan dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor. Hasil uji fitokimia pada ekstrak air dan etanol 70% daun sangitan menunjukkan keberadaan senyawa alkaloid, steroid, triterpenoid dan tanin. Selain itu pada ekstrak air juga ditemukan flavonoid, sedangkan pada ekstrak etanol 70% ditemukan saponin (Tabel 1). Hasil ini sesuai dengan pernyataan Hutapea (1994) bahwa daun sangitan mengandung saponin dan tanin. Kandungan triterpenoid pada daun sangitan diduga a-sitosterol, a-amyrin palmitat dan
asam ursolat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lemmens dan Bunyapraphatsara (2003), sangitan mengandung asam ursolat
(7)
4
Dosis Penggunaan Ekstrak Daun Sangitan.
Dosis ekstrak daun sangitan yang digunakan didasarkan pada dosis yang digunakan masyarakat tradisional yaitu 2 X 20 gram = 40 gram per hari. Berat badan rata-rata diasumsikan sebesar 60 Kg dan perolehan kembali sebesar 40%, maka dosis yang digunakan secara tradisional sebesar 267mg/Kg BB perhari. Perhitungan:
Residu hasil ekstraksi = 40% X 40 gram = 16 gram
Dosis yang digunakan per kilogram berat badan per hari
KgBB mg g mg X Kg g / 267 1 1000 60 16 = =
Hewan Coba dan Rancangan Penelitian
Pada awal penelitian, tikus diadaptasikan untuk menghindari stres yang dapat mempengaruhi kandungan serum darah yang akan diambil dan untuk menyeragamkan pola hidup masing-masing kelompok perlakuan. Pada masa adaptasi ini, tikus hanya diberi pakan standar.
Tikus yang akan digunakan dibagi menjadi empat kelompok dan masing-masing kelompok terdiri atas enam ekor tikus. Keempat kelompok tikus diberi pakan standar selama penelitian. Tikus kelompok I merupakan kontrol normal yang selama penelitian hanya diberi pakan standar dan dicekoki akuades. Tikus dalam kelompok II adalah kelompok kontrol parasetamol yang dicekoki parasetamol dosis 500mg/kg BB selama 4 minggu yaitu hari ke-8 sampai 35. Kedua kelompok lainnya merupakan kelompok perlakuan. Tikus dalam kelompok III dicekoki ekstrak air daun sangitan dari hari ke-0 sampai 35 dengan dosis 267mg/Kg BB. Tikus dalam kelompok IV dicekoki ekstrak etanol 70% daun sangitan dari hari ke-0 sampai 35 dengan dosis 267mg/Kg BB. Selanjutnya, kedua kelompok ini diberi parasetamol peroral dengan dosis 500mg/kg BB dari hari ke-8 sampai 35. Pengukuran parameter kerusakan hati yang meliputi aktivitas ALT dan AST darah dilakukan pada keempat kelompok sebanyak lima kali, yaitu pada hari ke-0, 7, 14, 21 dan 35.
Pengukuran Kadar ALT dan AST (Bergmeyer 1986)
Metode Bergmeyer digunakan untuk mengukur aktivitas ALT dan AST dalam darah tikus. Sampel serum tikus diambil sebanyak 0.1 mL lalu dicampur dengan 1.0 mL reagen. Setelah satu menit tepat absorban larutan dibaca pada panjang gelombang 340 nm dan diulangi lagi pada menit ke-2, 3 dan 4. Analisis dilakukan pada suhu 25 0C.
Pereaksi yang digunakan dalam pengukuran ALT mengandung buffer tris, L-alanin, laktat dehidrogenase, α-ketoglutarat dan NADH. Perhitungan aktivitas ALT = 1746 X ΔA Hg 340 nm/menit. Pereaksi yang digunakan dalam pengukuran AST mengandung buffer tris, laktat dehidrogenase, L-aspartat, α-ketoglutarat, malat dehidrogenase dan NADH. Perhitungan aktivitas AST = 1746 X ΔA Hg 340 nm/menit.
Analisis Statistik
Data aktivitas ALT dan AST dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL). Model rancangan tersebut adalah:
ij i ij
Y
=
m
+
l
+
e
keterangan:
μ = Pengaruh rataan umum.
l = Pengaruh perlakuan ke-i, i = 1, 2, 3, 4.
ξ = Pengaruh galat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j, j= 1, 2, 3, 4, 5.
i = 1 adalah perlakuan pemberian pakan standar saja.
i = 2 adalah perlakuan pemberian pakan standar dan parasetamol 500 mg/Kg BB. i = 3 adalah perlakuan pemberian pakan
standar, parasetamol 500 mg/Kg BB dan ekstrak air daun sangitan 267mg/Kg BB. i = 4 adalah perlakuan pemberian pakan standar,
parasetamol 500 mg/Kg BB dan ekstrak etanol 70% daun sangitan 267mg/Kg BB. Perbedaan pengaruh perlakuan diuji dengan uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT/LSD).
HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan Fitokimia
Pada ekstrak daun sangitan dilakukan uji fitokimia. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang diharapkan dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor. Hasil uji fitokimia pada ekstrak air dan etanol 70% daun sangitan menunjukkan keberadaan senyawa alkaloid, steroid, triterpenoid dan tanin. Selain itu pada ekstrak air juga ditemukan flavonoid, sedangkan pada ekstrak etanol 70% ditemukan saponin (Tabel 1). Hasil ini sesuai dengan pernyataan Hutapea (1994) bahwa daun sangitan mengandung saponin dan tanin. Kandungan triterpenoid pada daun sangitan diduga a-sitosterol, a-amyrin palmitat dan
asam ursolat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lemmens dan Bunyapraphatsara (2003), sangitan mengandung asam ursolat
(8)
5
yang bersifat antihepatotoksik dan diharapkan memiliki khasiat hepatoprotektor pada penelitian ini.
Pada ekstrak air dan etanol 70% daun sangitan tidak ditemukan senyawa fenolik hidrokuinon. Selain itu pada ekstrak etanol 70% juga tidak ditemukan senyawa flavonoid, sedangkan pada ekstrak air tidak ditemukan saponin. Pada pembanding juga tidak ditemukan senyawa triterpenoid. Perbedaan hasil fitokimia ini disebabkan daun sangitan dan tanaman pembanding yang digunakan berasal dari sumber yang berbeda, sedangkan kandungan metabolit sekunder dipengaruhi oleh lingkungan hidup suatu tumbuhan.
Keadaan Hewan Coba Sebelum Perlakuan
Tikus diadaptasikan dalam kandang selama 5 minggu sebelum memulai perlakuan. Adaptasi dilakukan untuk menghindari resiko timbulnya gangguan stress yang dapat mempengaruhi kandungan serum darah. Selama masa adaptasi tikus hanya diberi pakan standar dan belum diberi perlakuan apa-apa. Pada akhir masa adaptasi dilakukan analisis serum pada keempat kelompok perlakuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan normal aktivitas ALT dan AST yang kemudian akan dijadikan keadaan populasi normal.
Hasil analisis serum awal hewan coba menunjukkan rerata aktivitas ALT semua tikus adalah 16.76 ± 1.66 U/L (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan kisaran aktivitas ALT tikus normal menurut Girindra (1989) yaitu sebesar 17.0-30.2 U/L. Demikian juga dengan hasil analisis aktivitas AST diperoleh rerata sebesar 55.14 ± 7.62 U/L (Tabel 2). Nilai ini masih sesuai dengan kisaran normal AST tikus menurut Girindra (1989) yaitu sebesar 45.7-80.8 U/L.
Efek Pemberian Ekstrak Daun Sangitan Terhadap Aktivitas ALT dan AST
Hewan coba diberi ekstrak daun sangitan selama 7 hari sebelum pemberian parasetamol. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sangitan terhadap aktivitas ALT dan AST. Ekstrak daun sangitan diharapkan dapat melindungi dan mencegah terhadap kerusakan hati akibat pemberian parasetamol dengan dosis tinggi pada minggu-minggu selanjutnya. Oleh karena itu ekstrak daun sangitan tidak boleh menyebabkan gangguan fungsi hati (hepatotoksik).
Aktivitas ALT pada hari ke-7 mengalami peningkatan menjadi 55.29 ± 5.35 U/L pada kelompok ekstrak air dan 57.33 ± 3.91 U/L pada kelompok ekstrak etanol 70%. Kenaikan ini tidak signifikan (p>0.05) dibandingkan dengan kenaikan pada kelompok kontrol normal 57.13 ± 5.33 U/L (Tabel 3). Begitu pula dengan aktivitas AST, kelompok ekstrak air mengalami peningkatan menjadi 183.04 ± 42.80 U/L dan kelompok ekstrak etanol 70% menjadi 188.37 ± 36.19 U/L. Kenaikan aktivitas AST tersebut tidak signifikan (p>0.05) dibandingkan dengan peningkatan pada kelompok kontrol normal yaitu 168.10 ± 18.88 U/L (Tabel 3).
Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan aktivitas ALT dan AST pada kedua kelompok ekstrak bukan disebabkan oleh pengaruh ekstrak daun sangitan. Dengan kata lain, pemberian ekstrak daun sangitan tidak menyebabkan gangguan fungsi hati. Adanya keragaman (kenaikan) aktivitas ALT dan AST dibandingkan dengan nilai normal menurut Girindra (1989) dapat disebabkan perbedaan bobot tikus, terjadinya hemolisis, keadaan fisiologis dan makro enzim yang berbeda. Hemolisis dapat disebabkan mekanisme biokimia, fisik atau kimia. Selain itu stres akibat pencekokan juga dapat meningkatkan aktivitas ALT dan AST
Tabel 1 Uji fitokimia ekstrak daun sangitan
Ekstrak daun sangitan Uji
Air Etanol 70% Pembanding
Alkaloid
Dragendrof + (endapan merah bata) + (endapan merah bata) + (endapan merah) Meyer + (endapan putih) + (endapan putih) + (endapan putih) Wagner + (endapan coklat) + (endapan coklat) + (endapan coklat) Flavonoid + (agak merah) - (hijau pekat) + (merah bata) Fenolik hidrokuinon - (hijau kekuningan) - (hijau pekat) + (merah kekuningan) Steroid + (hijau kekuningan) + (hijau kehitaman) + (hijau) Triterpenoid + (merah kecoklatan) + (ungu kemerahan) - (hijau) Saponin - (tidak berbuih) + (sedikit berbuih) + (berbuih banyak) Tanin + (hijau kecoklatan) + (hijau) + (hijau kehitaman) Tanaman pembanding yang digunakan yaitu daun tapak dara (uji alkaloid), biji pinang (uji flavonoid dan fenolik hidrokuinon), daun som jawa (uji steroid dan tritepenoid), biji klerak (uji saponin) dan daun teh (uji tanin).
(9)
6
0 50 100 150 200 250 30014 21 35
Hari P e n in g k a ta n A k ti v it a s A L T ( % ) Kontrol normal Kontrol parasetamol Ekstrak air Ekstrak etanol
Tabel 2 Kondisi hewan coba sebelum perlakuan Kelompok ALT (U/L) AST (U/L) Kontrol normal 17.36 ± 1.49 53.35 ± 8.76 Kontrol
parasetamol 17.27 ± 1.36 55.10 ± 6.93 Ekstrak air
daun sangitan 16.01 ± 1.83 55.48 ± 7.53 Ekstrak etanol
daun sangitan 16.39 ± 1.93 56.65 ± 8.89
Rerata 16.76 ± 1.66 55.14 ± 7.62
Tabel 3 Pengaruh pemberian ekstrak terhadap aktivitas ALT dan AST sebelum pemberian parasetamol
Kelompok ALT (U/L) AST (U/L) Kontrol normal 57.13 ± 5.33 168.10 ± 18.88 Kontrol
parasetamol 61.69 ± 5.38 190.90 ± 21.90 Ekstrak air
daun sangitan 55.29 ± 5.35 183.04 ± 42.80 Ekstrak etanol
daun sangitan 57.33 ± 3.91 188.37 ± 36.19
Efek Pemberian Parasetamol Terhadap Aktivitas ALT dan AST
Pemberian parasetamol bertujuan untuk merusak hati hewan coba sehingga kemampuan ekstrak dalam melindungi hati dapat terlihat. Efek hepatoprotektor dilihat dari kemampuannya menghambat peningkatan aktivitas ALT dan AST dibandingkan terhadap kontrol yang tidak menerima ekstrak (kelompok kontrol parasetamol).
Aktivitas ALT kelompok kontrol parasetamol mulai mengalami peningkatan yang signifikan setelah 1 minggu diberi parasetamol (hari ke-14), dibandingkan dengan sebelum pemberian parasetamol (hari ke-7). Aktivitas ALT pada hari ke-14, 21 dan 35 meningkat sebesar 71.54%, 90.88% dan 255.98% (Gambar 2). Hal ini menunjukkan gangguan fungsi hati mulai terlihat setelah 1 minggu pemberian parasetamol pada masa percobaan.
Berbeda dengan aktivitas ALT, pemberian parasetamol dosis 500mg/kg BB selama seminggu tidak menyebabkan kenaikan aktivitas AST yang signifikan, hal ini sesuai dengan penelitian Adji (2004). Rerata aktivitas AST kelompok kontrol parasetamol pada hari ke-14, 21 dan 35 yaitu 170.82 ± 20.68 U/L, 187.70 ± 46.22 U/L dan 242.02 ± 34.15 U/L (Tabel 5). Hasil ini menunjukkan bahwa parasetamol dosis 500mg/kg BB bersifat hepatotoksik dan ALT sangat cocok sebagai tes untuk menentukan adanya gangguan fungsi hati walaupun dalam derajat ringan.
Efek Ekstrak Daun Sangitan Terhadap Kerusakan Hati Akibat Pemberian
Parasetamol Dosis Tinggi
Aktivitas ALT. Pada hari ke-14 kedua kelompok ekstrak mengalami peningkatan aktivitas ALT dibandingkan sebelum pemberian parasetamol, yaitu 41.29% pada kelompok ekstrak etanol dan 31.40% pada kelompok ekstrak air (Gambar 2). Nilai ini berbeda nyata dengan peningkatan pada kelompok kontrol parasetamol, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan peningkatan pada kelompok kontrol normal. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun sangitan selama 14 hari mampu menghambat peningkatan aktivitas ALT akibat pemberian parasetamol dosis tinggi. Dengan kata lain, ekstrak air dan etanol 70% daun sangitan berfungsi sebagai hepatoprotektor.
Pada hari ke-21, aktivitas ALT kedua kelompok ekstrak mengalami penurunan. Kedua kelompok ekstrak hanya mengalami peningkatan 18.78% (ekstrak etanol) dan 17.37% (ekstrak air) dibandingkan dengan sebelum pemberian parasetamol. Nilai ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan pada kelompok kontrol parasetamol, tetapi tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol normal. Hal ini menunjukkan kedua ekstrak mampu menghambat dan memperbaiki kerusakan hati akibat parasetamol.
Pada hari ke-35, kelompok ekstrak etanol mengalami peningkatan aktivitas ALT yang paling rendah dibandingkan dengan semua kelompok, yaitu 9.04%. Kelompok ekstrak air mengalami peningkatan 33.26%. Nilai kedua kelompok ekstrak tidak berbeda nyata dengan peningkatan pada kelompok kontrol normal, yaitu 18.78%. Akan tetapi berbeda nyata dengan peningkatan pada kelompok kontrol parasetamol, yaitu 255.98%. Berdasarkan nilai ini kelompok ekstrak etanol memiliki kemampuan menghambat peningkatan aktivitas ALT paling besar dibandingkan dengan kelompok ekstrak air.
Gambar 2 Peningkatan aktivitas ALT tikus setelah pemberian parasetamol.
(10)
7
-30 -20 -10 0 10 20 3014 21 35
Hari P e n in g k a ta n A k ti v it a s A S T ( % ) Kontrol normal Kontrol parasetamol Ekstrak air Ekstrak etanol
Tabel 4 Aktivitas ALT setelah pemberian parasetamol dan ekstrak daun sangitan ALT (U/L) Kelompok
Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-35 Kontrol normal 72.56 ± 3.35 (a) 63.44± 14.01 (a) 67.86 ± 11.17 (a) Kontrol parasetamol 105.83 ± 16.82 (b) 117.76 ± 6.16 (b) 219.61 ± 67.46 (b) Ekstrak air daun sangitan 72.65 ± 7.39 (a) 64.89 ± 5.19 (a) 73.68 ± 13.18 (a) Ekstrak etanol daun sangitan 81.00 ± 13.85 (a) 68.09 ± 15.38 (a) 62.51 ± 11.22 (a) Keterangan : Nilai dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (p<0.05).
Tabel 5 Aktivitas AST setelah pemberian parasetamol dan ekstrak daun sangitan AST (U/L) Kelompok
Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-35 Kontrol normal 129.69 ± 43.44 155.01 ± 44.31 191.59 ± 37.25 Kontrol parasetamol 170.82 ± 20.68 187.70 ± 46.22 242.02 ± 34.15 Ekstrak air daun sangitan 134.15 ± 23.77 163.54 ± 54.59 224.42 ± 42.24 Ekstrak etanol daun sangitan 143.37 ± 51.82 155.74 ± 34.76 225.70 ± 49.14
Aktivitas AST. Pada hari ke-14, semua kelompok mengalami penurunan. Kelompok ekstrak air mengalami penurunan sebesar 26.71%, sedangkan kelompok ekstrak etanol sebesar 23.89% (Gambar 3). Nilai kedua kelompok ekstrak tidak berbeda nyata dengan penurunan pada kelompok kontrol normal dan kontrol parasetamol.
Pada hari ke-21, semua kelompok masih mengalami penurunan dibandingkan hari ke-7. Kelompok ekstrak air mengalami penurunan 10.65%, sedangkan kelompok ekstrak etanol 17.32% (Gambar 3). Nilai kedua kelompok ekstrak tidak berbeda nyata dengan nilai pada kelompok kontrol parasetamol maupun kontrol normal.
Pada hari ke-35, aktivitas AST semua kelompok mulai mengalami peningkatan dibandingkan sebelum pemberian parsetamol. Kelompok ekstrak air mengalami peningkatan 22.61%, sedangkan kelompok ekstrak etanol 19.82% (Gambar 3). Akan tetapi peningkatan ini tidak signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol parasetamol dan kontrol normal.
Gambar 3 Peningkatan aktivitas AST tikus setelah pemberian parasetamol.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Ekstrak air dan etanol daun sangitan dengan dosis 267mg/Kg BB memiliki efek hepatoprotektor. Khasiat hepatoproteksi terlihat setelah 7 hari pemberian parasetamol dosis 500mg/Kg BB. Ekstrak etanol 70% daun sangitan memiliki efek yang lebih lama dibandingkan dengan ekstrak air daun sangitan. Hal ini terlihat pada penurunan aktivitas ALT sampai hari ke-35. Akan tetapi ektrak air daun sangitan mampu menghambat peningkatan ALT lebih besar dibandingkan ekstrak etanol 70% daun sangitan.
Saran
Penelitian lanjutan mengenai senyawa aktif yang terdapat pada daun sangitan yang memiliki efek hepatoprotektor. Pemeriksaan histopatologi untuk memeriksa tingkat kerusakan hati tikus akibat pemberian parasetamol. Hewan coba lain, seperti kelinci atau satwa primata dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sangitan sebelum diaplikasikan pada manusia. Konsentrasi yang beragam juga perlu dilakukan untuk mengetahui konsentrasi yang aman dan berkhasiat optimal dalam melindungi hati.
DAFTAR PUSTAKA
Adji P. 2004. Daya antioksidan saponin akar kuning (Archangelisia flava(L)Merr) sebagai mekanisme hepatoprotektor pada tikus yang diberi parasetamol. [Skripsi]. Bogor. Departemen Biokimia FMIPA IPB.
(11)
KHASIAT HEPATOPROTEKSI EKSTRAK DAUN SANGITAN
(
Sambucus javanica
Reinw. ex Blume.) PADA TIKUS PUTIH
GALUR
Sprague Dawley
YANG DIBERI PARASETAMOL
MAMAN FIRMANSYAH
PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
(12)
7
-30 -20 -10 0 10 20 3014 21 35
Hari P e n in g k a ta n A k ti v it a s A S T ( % ) Kontrol normal Kontrol parasetamol Ekstrak air Ekstrak etanol
Tabel 4 Aktivitas ALT setelah pemberian parasetamol dan ekstrak daun sangitan ALT (U/L) Kelompok
Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-35 Kontrol normal 72.56 ± 3.35 (a) 63.44± 14.01 (a) 67.86 ± 11.17 (a) Kontrol parasetamol 105.83 ± 16.82 (b) 117.76 ± 6.16 (b) 219.61 ± 67.46 (b) Ekstrak air daun sangitan 72.65 ± 7.39 (a) 64.89 ± 5.19 (a) 73.68 ± 13.18 (a) Ekstrak etanol daun sangitan 81.00 ± 13.85 (a) 68.09 ± 15.38 (a) 62.51 ± 11.22 (a) Keterangan : Nilai dengan huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (p<0.05).
Tabel 5 Aktivitas AST setelah pemberian parasetamol dan ekstrak daun sangitan AST (U/L) Kelompok
Hari ke-14 Hari ke-21 Hari ke-35 Kontrol normal 129.69 ± 43.44 155.01 ± 44.31 191.59 ± 37.25 Kontrol parasetamol 170.82 ± 20.68 187.70 ± 46.22 242.02 ± 34.15 Ekstrak air daun sangitan 134.15 ± 23.77 163.54 ± 54.59 224.42 ± 42.24 Ekstrak etanol daun sangitan 143.37 ± 51.82 155.74 ± 34.76 225.70 ± 49.14
Aktivitas AST. Pada hari ke-14, semua kelompok mengalami penurunan. Kelompok ekstrak air mengalami penurunan sebesar 26.71%, sedangkan kelompok ekstrak etanol sebesar 23.89% (Gambar 3). Nilai kedua kelompok ekstrak tidak berbeda nyata dengan penurunan pada kelompok kontrol normal dan kontrol parasetamol.
Pada hari ke-21, semua kelompok masih mengalami penurunan dibandingkan hari ke-7. Kelompok ekstrak air mengalami penurunan 10.65%, sedangkan kelompok ekstrak etanol 17.32% (Gambar 3). Nilai kedua kelompok ekstrak tidak berbeda nyata dengan nilai pada kelompok kontrol parasetamol maupun kontrol normal.
Pada hari ke-35, aktivitas AST semua kelompok mulai mengalami peningkatan dibandingkan sebelum pemberian parsetamol. Kelompok ekstrak air mengalami peningkatan 22.61%, sedangkan kelompok ekstrak etanol 19.82% (Gambar 3). Akan tetapi peningkatan ini tidak signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol parasetamol dan kontrol normal.
Gambar 3 Peningkatan aktivitas AST tikus setelah pemberian parasetamol.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Ekstrak air dan etanol daun sangitan dengan dosis 267mg/Kg BB memiliki efek hepatoprotektor. Khasiat hepatoproteksi terlihat setelah 7 hari pemberian parasetamol dosis 500mg/Kg BB. Ekstrak etanol 70% daun sangitan memiliki efek yang lebih lama dibandingkan dengan ekstrak air daun sangitan. Hal ini terlihat pada penurunan aktivitas ALT sampai hari ke-35. Akan tetapi ektrak air daun sangitan mampu menghambat peningkatan ALT lebih besar dibandingkan ekstrak etanol 70% daun sangitan.
Saran
Penelitian lanjutan mengenai senyawa aktif yang terdapat pada daun sangitan yang memiliki efek hepatoprotektor. Pemeriksaan histopatologi untuk memeriksa tingkat kerusakan hati tikus akibat pemberian parasetamol. Hewan coba lain, seperti kelinci atau satwa primata dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sangitan sebelum diaplikasikan pada manusia. Konsentrasi yang beragam juga perlu dilakukan untuk mengetahui konsentrasi yang aman dan berkhasiat optimal dalam melindungi hati.
DAFTAR PUSTAKA
Adji P. 2004. Daya antioksidan saponin akar kuning (Archangelisia flava(L)Merr) sebagai mekanisme hepatoprotektor pada tikus yang diberi parasetamol. [Skripsi]. Bogor. Departemen Biokimia FMIPA IPB.
(13)
8
Afifah E. 2003. Tanaman Obat untuk Mengatasi Hepatitis. Jakarta : Agromedia Pustaka. Anderson CS, Cockayne S. 1993. Clinical
Chemistry Concepts and. Saunders Bergmeyer HU, Scheibe P, Wahlefeld AW.
1978. Optimization of methods for aspartate aminotransferase and alanine aminotransferase. Clin Chem; 24:58-61. Dalimartha S. 2000. Ramuan Tradisional
untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta : Penebar Swadaya.
Dalimartha S. 2002. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Puspa Swara. Departemen Kesehatan. 1995. Materi Medika
Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Depkes. Dufour DR, et al. 2000. Diagnosis and
monitoring of hepatic injury. I. Performance characteristics of laboratory tests. Clinical Chemistry; 46 : 2050-2068 Gan S et al. 1980. Farmakologi dan Terapi.
Edisi 2. Jakarta : UI.
Gibson GG, Sket P. 1991. Pengantar Metabolisme Obat. Aisyah BI, Penerjemah; Jakarta : UI.
Girindra A. 1986. Patologi Klinik Veteriner. Bogor : PAU IPB.
Girindra A. 1989. Biokimia Patologi Hewan. Bogor : PAU IPB.
Graham GG, Scott KF, Day RO. 2004. Alcohol and paracetamol. Australian Prescriber; 27 : 14-15.
Gupta M, et al. 2004. Antioxidant and hepatoprotective effects of Bauhinia racemosa against paracetamol and carbon tetrachlorida induced liver damage in rats. Iranian Journal of Pharmacology & Therapeutics; 3 : 12-20.
Harborne. 1987. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung : ITB.
Hutapea JR, dkk. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid III. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes.
Kaplan LA, Pesce JA. 1989. Clinical Chemistry: Theory, Analysis, and Correlation, Third ed. New York: Mosby.
Lemmens RHMJ, Bunyapraphatsara N. 2003.
Plant Resources of South-East Asia : Medicinal and Poisonous Plants 3. Leiden : Backhuys.
Raghavendran HRB, Sathivel A, Devaki T. 2004. Hepatoprotective nature of seaweed alcoholic extract on acetaminophen induced hepatic oxidative stress. Journal of Health Science; 50 : 42-46
Sumioka I, Matsura T, Yamada K. 2004. Acetaminophen-induced hepatotoxicity: Still an important issue. Acta Medica; 47 : 17-28.
Tjitrosoepomo G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Yogyakarta : UGM.
(14)
KHASIAT HEPATOPROTEKSI EKSTRAK DAUN SANGITAN
(
Sambucus javanica
Reinw. ex Blume.) PADA TIKUS PUTIH
GALUR
Sprague Dawley
YANG DIBERI PARASETAMOL
MAMAN FIRMANSYAH
PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
(15)
ABSTRAK
MAMAN FIRMANSYAH. Khasiat Hepatoproteksi Ekstrak Daun Sangitan
(
Sambucus javanica
Reinw. ex Blume.) Pada Tikus Putih Galur
Sprague Dawley
yang Diberi Parasetamol. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan ERVIZAL A. M.
ZUHUD.
Daun sangitan diduga mempunyai aktivitas hepatoprotektor terhadap
kerusakan hati yang disebabkan agen hepatotoksik, seperti parasetamol. Penelitian
ini bertujuan menguji ekstrak daun sangitan terhadap peningkatan aktivitas alanin
aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase (AST) serum darah tikus
putih yang dicekok parasetamol dosis tinggi. Kelompok hewan percobaan yang
terdiri atas 24 ekor tikus jantan terbagi atas 4 kelompok sebagai berikut:
kelompok kontrol normal, kelompok kontrol parasetamol (500 mg/kg BB),
kelompok ekstrak air daun sangitan (267 mg/kg BB) dan kelompok ekstrak etanol
70% daun sangitan (267 mg/kg BB). Pemberian ekstrak dimulai 7 hari sebelum
pemberian parasetamol dan seterusnya sampai akhir percobaan selama 35 hari.
Analisis fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak air dan etanol 70% daun
sangitan mengandung senyawa alkaloid, steroid, triterpenoid dan tanin. Selain itu
flavonoid hanya ada pada ekstrak air, sedangkan saponin pada ekstrak etanol 70%.
Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa ekstrak air dan ekstrak etanol 70%
rata-rata mampu menghambat peningkatan aktivitas ALT berturut-turut sebesar
47.57% dan 45.73%. Kesimpulannya, ekstrak air dan ekstrak etanol 70% daun
sangitan memiliki potensi sebagai hepatoprotektor.
(16)
ABSTRACT
MAMAN FIRMANSYAH. Hepatoprotection Potency of Sangitan
(
Sambucus javanica
Reinw. ex Blume.) Leaf Extracts in Paracetamol-Induced
Sprague Dawley
Rats. Under the direction of SULISTIYANI and ERVIZAL A.
M. ZUHUD.
Sangitan leaf is being thought as hepatoprotector againts liver damage
caused by hepatotoxic agent such as paracetamol. This research is to test the
potency of sangitan leaf extract in reducing the activity of ALT (alanine
aminotransferase) and AST (aspartate aminotransferase) in rats were given high
dose paracetamol. Total of 24 rats were used in this research which were divided
into 4 experimental groups as follows: normal control group, paracetamol control
group (500 mg/kg BW), sangitan leaf water extract group (267 mg/kg BW) and
sangitan leaf 70% ethanol extract group (267 mg/kg BW). This experiment was
carried out for 35 days with extract given 7 days before paracetamol treatment.
Phytochemical analysis demonstrated that both water- and 70%
ethanol-extract of sangitan leaf contained alcaloids, steroids, triterpenoids and tannins. In
addition, flavonoids were found only in water extract and saponin in 70% ethanol
extract only. This study also showed that on average water- and 70%
ethanol-extract decreased ALT activities as much as 47.57% and 45.73%, respectively.
The conclusion is that water- and 70% ethanol-extract of sangitan leaf have
potency as hepatoprotector.
(17)
KHASIAT HEPATOPROTEKSI EKSTRAK DAUN SANGITAN
(
Sambucus javanica
Reinw. ex Blume.) PADA TIKUS PUTIH
GALUR
Sprague Dawley
YANG DIBERI PARASETAMOL
MAMAN FIRMANSYAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Program Studi Biokimia
PROGRAM STUDI BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
(18)
Judul skripsi :
Khasiat Hepatoproteksi Ekstrak Daun Sangitan (
Sambucus Javanica
Reinw. ex Blume.) pada Tikus Putih Galur
Sprague Dawley
yang
Diberi Parasetamol
Nama
: Maman Firmansyah
NIM
: G08400040
Disetujui
Komisi Pembimbing
drh. Sulistiyani, M. Sc., Ph. D
Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS.
Ketua
Anggota
Diketahui
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.
NIP 131 473 999
(19)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuningan, 20 Maret 1982 sebagai anak pertama dari
empat bersaudara, anak pasangan Tarsono dan Icah Anisah.
Tahun 2000 penulis lulus dari SMU Negeri I Kuningan dan pada tahun yang
sama diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) di
Program Studi Biokimia, Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IPB. Penulis melakukan Praktek Kerja Lapang di
Subdepartemen Toksikologi Forensik Puslabfor Bareskrim Mabes Polri (Pusat
Laboratorium Forensik Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polisi Republik
Indonesia), Kebayoran Baru dari bulan Juni sampai Agustus 2003.
Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten laboratorium untuk
matakuliah Pengantar Biokimia D3 Perikanan dan Kimia Klinis D3 Kimia.
(20)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian dilakukan dari
bulan Juni 2005 sampai Maret 2006, di Laboratorium Biokimia Hewan dan
Tumbuhan Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, IPB Bogor. Tema yang dipilih adalah potensi daun sangitan sebagai
hepatoprotektor dengan judul Khasiat Hepatoproteksi Ekstrak Daun Sangitan
(
Sambucus Javanica
Reinw. ex Blume.) Pada Tikus Putih Galur
Sprague Dawley
yang Diberi Parasetamol.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian penulisan karya ilmiah ini, terutama kepada Ibu
Sulistiyani (Departemen Biokimia) dan Bapak Ervizal A. M. Zuhud (Departemen
Konservasi Sumber Daya Hutan) sebagai dosen pembimbing atas bimbingan,
saran dan bantuannya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh staf
dan Laboran Biokimia antara lain Bapak Arya, Bapak Katma, Bapak Nana, Ibu
Iis, Ibu Merry dan Mbak Martini atas bantuannya. Selain itu ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Metha, Khirani, Wida, Dini, Anton dan Fatkurohman,
serta keluarga yang telah membantu dan memberikan doa, kasih sayang, motivasi
serta dukungannya.
Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan umat
manusia.
Bogor, Juli 2007
(21)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ...
1
TINJAUAN PUSTAKA
Sangitan ...
1
Hati ...
2
Parasetamol Sebagai Senyawa Hepatotoksik ...
2
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan ...
3
Metode Penelitian ...
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penapisan Fitokimia ...
4
Keadaan Hewan Coba Sebelum Perlakuan ...
5
Efek Pemberian Ekstrak Daun Sangitan Terhadap Aktivitas ALT dan AST 5
Efek Pemberian Parasetamol Terhadap Aktivitas ALT dan AST ...
6
Efek Ekstrak Daun Sangitan Terhadap Kerusakan Hati Akibat Pemberian
Parasetamol ...
6
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ...
7
Saran ...
7
DAFTAR PUSTAKA ...
7
(22)
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Uji fitokimia ekstrak daun sangitan ...
5
2
Kondisi awal hewan coba sebelum perlakuan ...
6
3
Pengaruh pemberian ekstrak terhadap aktivitas ALT dan AST sebelum
pemberian parasetamol ...
6
4
Aktivitas ALT setelah pemberian parasetamol dan ekstrak daun sangitan
7
5
Aktivitas AST setelah pemberian parasetamol dan ekstrak daun sangitan
7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
(a) daun sangitan; (b) bunga sangitan; dan (c) buah sangitan ...
2
2
Peningkatan aktivitas ALT tikus setelah pemberian parasetamol ...
6
3
Peningkatan aktivitas AST tikus setelah pemberian parasetamol ...
7
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Tahapan penelitian ... 10
2
Prosedur ekstraksi daun sangitan ... 10
3
Rancangan penelitian ... 11
4
Perhitungan dosis ekstrak daun sangitan ... 12
5
Pengukuran aktivitas ALT ... 12
6
Pengukuran aktivitas AST ... 13
7
Rataan aktivitas ALT hewan coba ... 13
8
Rataan aktivitas AST hewan coba ... 14
9
Aktivitas ALT selama percobaan ... 15
10
Aktivitas AST selama percobaan ... 20
11
Analisis statistik aktivitas ALT ... 25
12
Analisis statistik aktivitas AST ... 27
(1)
Lampiran 10 Lanjutan
Aktivitas hari ke-35
Absorban
Sampel
A1
A2
A3
A4
D
A1
D
A2
D
A3
D
A/Menit
Aktivitas
AST
(U/L)
Ekstrak Air Daun Sangitan 267mg/Kg BB
1
1,236 1,123 1,013 0,907 0,113 0,110 0,106
0,110
191,478
2
1,390 1,294 1,189 1,080 0,096 0,105 0,109
0,103
180,420
3
1,683 1,536 1,386 1,243 0,147 0,150 0,143
0,147
256,080
4
0,977 0,855 0,737 0,608 0,122 0,118 0,129
0,123
214,758
5
1,244 1,052 0,860 0,764 0,192 0,192 0,096
0,160
279,360
6
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
0,000
MATI
224,419
Ekstrak Etanol 70% Daun Sangitan 267mg/Kg BB
1
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
0,000
MATI
2
0,684 0,514 0,355 0,212 0,170 0,159 0,143
0,157
274,704
3
1,699 1,580 1,477 1,372 0,119 0,103 0,105
0,109
190,314
4
1,426 1,280 1,142 0,997 0,146 0,138 0,145
0,143
249,678
5
1,302 1,224 1,132 1,030 0,078 0,092 0,102
0,091
158,304
6
1,805 1,712 1,530 1,366 0,093 0,182 0,164
0,146
255,498
225,700
Kontrol Normal
1
1,391 1,264 1,138 1,010 0,127 0,126 0,128
0,127
221,742
2
0,954 0,835 0,740 0,598 0,119 0,095 0,142
0,119
207,192
3
1,466 1,341 1,225 1,114 0,125 0,116 0,111
0,117
204,864
4
1,418 1,298 1,190 1,079 0,120 0,108 0,111
0,113
197,298
5
1,451 1,376 1,305 1,233 0,075 0,071 0,072
0,073
126,876
6
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
0,000
MATI
191,594
Kontrol Parasetamol
1
1,080 0,840 0,676 0,575 0,240 0,164 0,101
0,168
293,910
2
1,873 1,722 1,621 1,518 0,151 0,101 0,103
0,118
206,610
3
1,683 1,553 1,473 1,282 0,130 0,080 0,191
0,134
233,382
4
1,245 1,150 0,999 0,881 0,095 0,151 0,118
0,121
211,848
5
1,371 1,214 1,065 0,905 0,157 0,149 0,160
0,155
271,212
6
1,442 1,334 1,143 1,038 0,108 0,191 0,105
0,135
235,128
242,015
(2)
Lampiran 11 Analisis statistik aktivitas ALT
Descriptives
N
Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Min.
Max.
Ekstrak Air
6
16,005
1,831
,748
14,550
18,624
Ekstrak Etanol
6
16,393
1,927
,787
14,550
19,206
Aktivitas ALT
Hari ke-0 (U/L)
Kontrol Normal
6
17,363
1,491
,609
15,714
19,206
Kontrol Parasetamol
6
17,266
1,361
,556
14,550
18,042
Total
24
16,757
1,664
,340
14,550
19,206
Ekstrak Air
6
55,290
5,347
2,183
47,724
59,946
Ekstrak Etanol
6
57,357
3,912
1,597
51,798
64,020
Aktivitas ALT
Hari ke-7 (U/L)
Kontrol Normal
6
57,133
5,327
2,175
50,634
66,930
Kontrol Parasetamol
6
61,692
5,385
2,200
55,290
71,586
Total
24
57,868
5,270
1,076
47,724
71,586
Ekstrak Air
6
72,653
7,393
3,018
66,930
86,136
Ekstrak Etanol
6
80,995
13,848
5,654
57,036
94,866
Aktivitas ALT
Hari ke-14
(U/L)
Kontrol Normal
6
72,556
3,347
1,366
69,258
77,988
Kontrol Parasetamol
6 105,827
16,817
6,866
89,628 129,786
Total
24
83,008
17,631
3,599
57,036 129,786
Ekstrak Air
6
64,893
5,189
2,118
55,872
71,586
Ekstrak Etanol
5
68,094
15,382
6,879
49,470
87,882
Aktivitas ALT
Hari ke-21
(U/L)
Kontrol Normal
6
63,438
14,012
5,720
46,560
86,718
Kontrol Parasetamol
6 117,758
6,156
2,513 112,326 129,786
Total
23
79,000
25,679
5,354
46,560 129,786
Ekstrak Air
5
73,681
13,179
5,894
58,200
85,554
Ekstrak Etanol
5
62,507
11,215
5,015
48,306
75,078
Aktivitas ALT
Hari ke-35
(U/L)
Kontrol Normal
5
67,861
11,169
4,995
55,290
80,898
Kontrol Parasetamol
6 219,608
67,464
27,54 142,590 299,730
Total
21 111,328
78,502
17,13
48,306 299,730
ANOVA
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
Between Groups
7,946
3
2,649
,951
,435
Aktivitas ALT
Hari ke-0 (U/L)
Within Groups
55,720
20
2,786
Total
63,666
23
Between Groups
132,422
3
44,141
1,744
,190
Aktivitas ALT
Hari ke-7 (U/L)
Within Groups
506,298
20
25,315
Total
638,721
23
Between Groups
4447,376
3
1482,459 10,972
,000
Aktivitas ALT
Hari ke-14 (U/L) Within Groups
2702,284
20
135,114
Total
7149,659
23
Between Groups
12254,899
3
4084,966 34,463
,000
Aktivitas ALT
Hari ke-21 (U/L) Within Groups
2252,119
19
118,533
Total
14507,019
22
Between Groups
98798,120
3
32932,707 22,894
,000
Aktivitas ALT
Hari ke-35 (U/L) Within Groups
24454,157
17
1438,480
(3)
Lampiran 11 Lanjutan
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
LSD
95% Confidence Interval Dependent
Variable (I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J)
Std.
Error Sig. Lower Bound
Upper Bound Ekstrak Air Ekstrak Etanol -,38800 ,96367 ,691 -2,3982 1,6222 Kontrol Normal -1,35800 ,96367 ,174 -3,3682 ,6522 Aktivitas ALT
Hari ke-0 (U/L)
Kontrol Parasetamol -1,26100 ,96367 ,206 -3,2712 ,7492 Ekstrak Air ,38800 ,96367 ,691 -1,6222 2,3982
Ekstrak
Etanol Kontrol Normal -,97000 ,96367 ,326 -2,9802 1,0402 Kontrol Parasetamol -,87300 ,96367 ,376 -2,8832 1,1372 Ekstrak Air 1,35800 ,96367 ,174 -,6522 3,3682
Kontrol
Normal Ekstrak Etanol ,97000 ,96367 ,326 -1,0402 2,9802 Kontrol Parasetamol ,09700 ,96367 ,921 -1,9132 2,1072 Ekstrak Air 1,26100 ,96367 ,206 -,7492 3,2712
Kontrol
Parasetamol Ekstrak Etanol ,87300 ,96367 ,376 -1,1372 2,8832 Kontrol Normal -,09700 ,96367 ,921 -2,1072 1,9132 Ekstrak Air Ekstrak Etanol -2,06700 2,90488 ,485 -8,1265 3,9925 Kontrol Normal -1,84300 2,90488 ,533 -7,9025 4,2165 Aktivitas ALT
Hari ke-7 (U/L)
Kontrol Parasetamol -6,40200(*) 2,90488 ,039 -12,4615 -,3425 Ekstrak Air 2,06700 2,90488 ,485 -3,9925 8,1265
Ekstrak
Etanol Kontrol Normal ,22400 2,90488 ,939 -5,8355 6,2835 Kontrol Parasetamol -4,33500 2,90488 ,151 -10,3945 1,7245 Ekstrak Air 1,84300 2,90488 ,533 -4,2165 7,9025
Kontrol
Normal Ekstrak Etanol -,22400 2,90488 ,939 -6,2835 5,8355 Kontrol Parasetamol -4,55900 2,90488 ,132 -10,6185 1,5005 Ekstrak Air 6,40200(*) 2,90488 ,039 ,3425 12,462
Kontrol
Parasetamol Ekstrak Etanol 4,33500 2,90488 ,151 -1,7245 10,394 Kontrol Normal 4,55900 2,90488 ,132 -1,5005 10,618 Ekstrak Air Ekstrak Etanol -8,34200 6,71104 ,228 -22,3410 5,6570 Kontrol Normal ,09700 6,71104 ,989 -13,9020 14,100 Aktivitas ALT
Hari ke-14 (U/L)
Kontrol Parasetamol -33,1740(*) 6,71104 ,000 -47,1730 -19,18 Ekstrak Air 8,34200 6,71104 ,228 -5,6570 22,341
Ekstrak
Etanol Kontrol Normal 8,43900 6,71104 ,223 -5,5600 22,438 Kontrol Parasetamol -24,8320(*) 6,71104 ,001 -38,8310 -10,83 Ekstrak Air -,09700 6,71104 ,989 -14,0960 13,902
Kontrol
Normal Ekstrak Etanol -8,43900 6,71104 ,223 -22,4380 5,5600 Kontrol Parasetamol -33,2710(*) 6,71104 ,000 -47,2700 -19,27 Ekstrak Air 33,17400(*) 6,71104 ,000 19,1750 47,173
Kontrol
Parasetamol Ekstrak Etanol 24,83200(*) 6,71104 ,001 10,8330 38,831 Kontrol Normal 33,27100(*) 6,71104 ,000 19,2720 47,270 Ekstrak Air Ekstrak Etanol -3,20100 6,59257 ,633 -16,9994 10,597 Kontrol Normal 1,45500 6,28577 ,819 -11,7013 14,611 Aktivitas ALT
Hari ke-21 (U/L)
Kontrol Parasetamol -52,8650(*) 6,28577 ,000 -66,0213 -39,71 Ekstrak Air 3,20100 6,59257 ,633 -10,5974 16,999
Ekstrak
Etanol Kontrol Normal 4,65600 6,59257 ,489 -9,1424 18,454 Kontrol Parasetamol -49,6640(*) 6,59257 ,000 -63,4624 -35,86 Kontrol Normal Ekstrak Air -1,45500 6,28577 ,819 -14,6113 11,701
(4)
Lampiran 11 Lanjutan
Ekstrak Etanol -4,6560 6,59257 ,489 -18,454 9,1424 Kontrol Parasetamol -54,320(*) 6,28577 ,000 -67,476 -41,16 Ekstrak Air 52,865(*) 6,28577 ,000 39,709 66,021
Kontrol
Parasetamol Ekstrak Etanol 49,664(*) 6,59257 ,000 35,866 63,462 Kontrol Normal 54,320(*) 6,28577 ,000 41,164 67,476 Ekstrak Air Ekstrak Etanol 11,1744 23,98733 ,647 -39,434 61,783 Kontrol Normal 5,8200 23,98733 ,811 -44,788 56,429 Aktivitas ALT
Hari ke-35 (U/L)
Kontrol Parasetamol -145,927(*) 22,96612 ,000 -194,381 -97,47 Ekstrak Air -11,1744 23,98733 ,647 -61,783 39,434
Ekstrak
Etanol Kontrol Normal -5,3544 23,98733 ,826 -55,963 45,254 Kontrol Parasetamol -157,101(*) 22,96612 ,000 -205,556 -108,6 Ekstrak Air -5,8200 23,98733 ,811 -56,429 44,788
Kontrol
Normal Ekstrak Etanol 5,3544 23,98733 ,826 -45,254 55,963 Kontrol Parasetamol -151,747(*) 22,96612 ,000 -200,201 -103,3 Ekstrak Air 145,927(*) 22,96612 ,000 97,472 194,38
Kontrol
Parasetamol Ekstrak Etanol 157,101(*) 22,96612 ,000 108,647 205,56 Kontrol Normal 151,747(*) 22,96612 ,000 103,292 200,20
(*) The mean difference is significant at the .05 level.
Lampiran 12 Analisis statistik aktivitas AST
Descriptives
N Mean Std. Deviation
Std.
Error Min. Max.
Ekstrak Air 6 55,484 7,5316 3,075 47,142 68,676 Ekstrak Etanol 6 56,648 8,8927 3,630 43,068 69,840 Aktivitas AST Hari
ke-0 (U/L)
Kontrol Normal 6 53,350 8,7623 3,577 40,158 62,856 Kontrol Parasetamol 6 55,096 6,9321 2,830 42,486 61,110 Total 24 55,144 7,6237 1,556 40,158 69,840 Ekstrak Air 6 183,039 42,7994 17,472 123,384 217,668 Ekstrak Etanol 6 188,374 36,1940 14,776 151,902 239,784 Aktivitas AST Hari
ke-7 (U/L)
Kontrol Normal 6 168,101 18,8820 7,708 130,950 181,002 Kontrol Parasetamol 6 190,896 21,9005 8,941 161,214 221,742 Total 24 182,602 30,7622 6,279 123,384 239,784 Ekstrak Air 6 134,151 23,7660 9,702 106,506 160,632 Ekstrak Etanol 6 143,366 51,8191 21,155 68,094 196,716 Aktivitas AST Hari
ke-14 (U/L)
Kontrol Normal 6 129,689 43,4383 17,734 72,750 174,018 Kontrol Parasetamol 6 170,817 20,6811 8,443 151,320 203,700 Total 24 144,506 38,4172 7,842 68,094 203,700 Ekstrak Air 6 163,542 54,5890 22,286 123,384 257,244 Ekstrak Etanol 5 155,743 34,7586 15,544 122,802 211,266 Aktivitas AST Hari
ke-21 (U/L)
Kontrol Normal 6 155,006 44,3095 18,089 118,146 234,546 Kontrol Parasetamol 6 187,695 46,2223 18,870 114,072 258,408 Total 23 165,921 44,8953 9,361 114,072 258,408 Ekstrak Air 5 224,419 42,2353 18,888 180,420 279,360 Ekstrak Etanol 5 225,700 49,1392 21,976 158,304 274,704 Aktivitas AST Hari
ke-35 (U/L)
Kontrol Normal 5 191,594 37,2466 16,657 126,876 221,742 Kontrol Parasetamol 6 242,015 34,1499 13,942 206,610 293,910 Total 21 221,936 42,0107 9,167 126,876 293,910
(5)
Lampiran 12 Lanjutan
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 33,590 3 11,197 ,172 ,914 Aktivitas AST
Hari ke-0 (U/L) Within Groups 1303,184 20 65,159
Total 1336,774 23
Between Groups 1875,458 3 625,153 ,629 ,605 Aktivitas AST
Hari ke-7 (U/L) Within Groups 19889,760 20 994,488
Total 21765,219 23
Between Groups 6122,027 3 2040,676 1,467 ,254 Aktivitas AST
Hari ke-14 (U/L) Within Groups 27823,185 20 1391,159
Total 33945,212 23
Between Groups 4111,362 3 1370,454 ,647 ,594 Aktivitas AST
Hari ke-21 (U/L) Within Groups 40231,616 19 2117,453
Total 44342,977 22
Between Groups 7123,716 3 2374,572 1,433 ,268 Aktivitas AST
Hari ke-35 (U/L) Within Groups 28174,261 17 1657,309
Total 35297,976 20
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
LSD
95% Confidence Interval Dependent
Variable (I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J)
Std.
Error Sig. Lower Bound
Upper Bound Ekstrak Air Ekstrak Etanol -1,1640 4,6604 ,805 -10,8855 8,5575 Kontrol Normal 2,1340 4,6604 ,652 -7,5875 11,856 Aktivitas AST
Hari ke-0 (U/L)
Kontrol Parasetamol ,3880 4,6604 ,934 -9,3335 10,110 Ekstrak Air 1,1640 4,6604 ,805 -8,5575 10,886
Ekstrak
Etanol Kontrol Normal 3,2980 4,6604 ,487 -6,4235 13,020 Kontrol Parasetamol 1,5520 4,6604 ,743 -8,1695 11,274 Ekstrak Air -2,1340 4,6604 ,652 -11,8555 7,5875
Kontrol
Normal Ekstrak Etanol -3,2980 4,6604 ,487 -13,0195 6,4235 Kontrol Parasetamol -1,7460 4,6604 ,712 -11,4675 7,9755 Ekstrak Air -,3880 4,6604 ,934 -10,1095 9,3335
Kontrol
Parasetamol Ekstrak Etanol -1,5520 4,6604 ,743 -11,2735 8,1695 Kontrol Normal 1,7460 4,6604 ,712 -7,9755 11,468 Ekstrak Air Ekstrak Etanol -5,3350 18,207 ,773 -43,3142 32,644 Kontrol Normal 14,9380 18,207 ,422 -23,0412 52,917 Aktivitas AST
Hari ke-7 (U/L)
Kontrol Parasetamol -7,8570 18,207 ,671 -45,8362 30,122 Ekstrak Air 5,3350 18,207 ,773 -32,6442 43,314
Ekstrak
Etanol Kontrol Normal 20,2730 18,207 ,279 -17,7062 58,252 Kontrol Parasetamol -2,5220 18,207 ,891 -40,5012 35,457 Ekstrak Air -14,9380 18,207 ,422 -52,9172 23,041 Kontrol Ekstrak Etanol -20,2730 18,207 ,279 -58,2522 17,706
Normal
(6)
Lampiran 12 Lanjutan
Ekstrak Air 7,8570 18,207 ,671 -30,1222 45,8362
Kontrol
Parasetamol Ekstrak Etanol 2,5220 18,207 ,891 -35,4572 40,5012 Kontrol Normal 22,7950 18,207 ,225 -15,1842 60,7742 Ekstrak Air Ekstrak Etanol -9,2150 21,534 ,673 -54,1345 35,7045 Kontrol Normal 4,4620 21,534 ,838 -40,4575 49,3815 Aktivitas AST
Hari ke-14 (U/L)
Kontrol Parasetamol -36,6660 21,534 ,104 -81,5855 8,2535 Ekstrak Air 9,2150 21,534 ,673 -35,7045 54,1345
Ekstrak
Etanol Kontrol Normal 13,6770 21,534 ,533 -31,2425 58,5965 Kontrol Parasetamol -27,4510 21,534 ,217 -72,3705 17,4685 Kontrol Ekstrak Air -4,4620 21,534 ,838 -49,3815 40,4575 Normal Ekstrak Etanol -13,6770 21,534 ,533 -58,5965 31,2425 Kontrol Parasetamol -41,1280 21,534 ,071 -86,0475 3,7915 Ekstrak Air 36,6660 21,534 ,104 -8,2535 81,5855
Kontrol
Parasetamol Ekstrak Etanol 27,4510 21,534 ,217 -17,4685 72,3705 Kontrol Normal 41,1280 21,534 ,071 -3,7915 86,0475 Ekstrak Air Ekstrak Etanol 7,7988 27,864 ,783 -50,5211 66,1187 Kontrol Normal 8,5360 26,567 ,751 -47,0699 64,1419 Aktivitas AST
Hari ke-21
(U/L) Kontrol Parasetamol -24,1530 26,567 ,375 -79,7589 31,4529 Ekstrak Air -7,7988 27,864 ,783 -66,1187 50,5211
Ekstrak
Etanol Kontrol Normal ,7372 27,864 ,979 -57,5827 59,0571 Kontrol Parasetamol -31,9518 27,864 ,266 -90,2717 26,3681 Ekstrak Air -8,5360 26,567 ,751 -64,1419 47,0699
Kontrol
Normal Ekstrak Etanol -,7372 27,864 ,979 -59,0571 57,5827 Kontrol Parasetamol -32,6890 26,567 ,234 -88,2949 22,9169 Ekstrak Air 24,1530 26,567 ,375 -31,4529 79,7589
Kontrol
Parasetamol Ekstrak Etanol 31,9518 27,864 ,266 -26,3681 90,2717 Kontrol Normal 32,6890 26,567 ,234 -22,9169 88,2949 Ekstrak Air Ekstrak Etanol -1,2804 25,747 ,961 -55,6025 53,0417 Kontrol Normal 32,8248 25,747 ,220 -21,4973 87,1469 Aktivitas AST
Hari ke-35
(U/L) Kontrol Parasetamol -17,5958 24,651 ,485 -69,6052 34,4136 Ekstrak Air 1,2804 25,747 ,961 -53,0417 55,6025
Ekstrak
Etanol Kontrol Normal 34,1052 25,747 ,203 -20,2169 88,4273 Kontrol Parasetamol -16,3154 24,651 ,517 -68,3248 35,6940 Ekstrak Air -32,8248 25,747 ,220 -87,1469 21,4973
Kontrol
Normal Ekstrak Etanol -34,1052 25,747 ,203 -88,4273 20,2169 Kontrol Parasetamol -50,4206 24,651 ,057 -102,4300 1,5888 Ekstrak Air 17,5958 24,651 ,485 -34,4136 69,6052
Kontrol
Parasetamol Ekstrak Etanol 16,3154 24,651 ,517 -35,6940 68,3248 Kontrol Normal 50,4206 24,651 ,057 -1,5888 102,430