Kajian Pertumbuhan Stek Batang Sangitan (Sambucus javanica Reinw.) di Persemaian dan Lapangan

(1)

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG

SANGITAN

(

Sambucus javanica

Reinw.)

DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN

RITA RAHARDIYANTI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005


(2)

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG

SANGITAN

(

Sambucus javanica

Reinw.)

DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN

RITA RAHARDIYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005


(3)

Judul Penelitian : KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN

Nama Mahasiswa : Rita Rahardiyanti NRP : E 34101029

Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas : Kehutanan

Disetujui Komisi Pembimbing

Ir. Siswoyo, M.Si. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, M.S. Ketua Anggota

Diketahui

Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S.


(4)

RINGKASAN

Rita Rahardiyanti. E 34101029. Kajian Pertumbuhan Stek Batang Sangitan (Sambucus javanica Reinw.) di Persemaian dan Lapangan. Dibawah bimbingan : Ir. Siswoyo, M.Si. dan Ir. Ervizal A.M. Zuhud, M.S.

Salah satu metode perbanyakan tanaman secara buatan yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan stek. Perbanyakan dengan stek adalah perbanyakan tanaman dengan cara menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan atau bagian tanaman seperti akar, batang, atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Keuntungan utama metode stek adalah dapat menghasilkan tumbuhan yang sempurna dengan akar, batang, maupun daun dalam waktu yang singkat dengan hasil yang mempunyai sifat serupa dengan induknya.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui teknik perbanyakan stek

yang tepat bagi Sangitan (Sambucus javanica Reinw.), terutama mengenai

pengaruh dan efektivitas pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) IBA (Indole

Butyric Acid), NAA (Naphthalene Acetic Acid), kombinasinya, serta interaksinya dengan pupuk terhadap pertumbuhan stek. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan dilanjutkan pengamatannya di lapangan. Perbanyakan bibit di rumah kaca menggunakan rancangan faktorial 6 x 6 dengan pola acak lengkap, yaitu 6 taraf percobaan untuk faktor ZPT IBA dengan konsentrasi 0, 100, 200, 300, 400,

dan 500 ppm (part per million) serta 6 taraf percobaan untuk faktor ZPT NAA

dengan konsentrasi 0, 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm. Tiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan, dan setiap ulangan terdiri dari 2 stek. Jumlah keseluruhan ada 288 stek. Peubah yang diamati meliputi jumlah daun, jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, persentase hidup, serta kondisi iklim setempat selama pengamatan. Penanaman stek di lapangan menggunakan rancangan faktorial 6 x 6 x 2 dengan pola acak lengkap, dengan 2 taraf percobaan untuk faktor pupuk (pupuk kotoran sapi) yang terdiri dari konsentrasi pupuk 7.5% dan 0%. Tiap perlakuan terdiri dari 2 ulangan, dan setiap ulangan terdiri dari 2 stek. Jumlah keseluruhan ada 288 stek. Peubah yang diamati meliputi penambahan jumlah daun, penambahan tinggi tanaman, serta penambahan jumlah cabang.


(5)

Nilai respon data dianalisis dengan sidik ragam dalam selang kepercayaan 95% dan 99%. Data yang menunjukkan respon berbeda nyata dan berbeda sangat nyata diuji lanjut dengan menggunakan uji lanjut Duncan. Dari hasil pengamatan di rumah kaca diketahui bahwa pertumbuhan stek terbesar terjadi pada minggu kedua setelah perlakuan, yaitu sebesar 89.24%. Pada akhir pengamatan di rumah kaca, jumlah stek yang hidup sebanyak 227 stek atau sebesar 78.82% dari jumlah keseluruhan stek.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ZPT NAA dan kombinasi antara ZPT IBA dan NAA di rumah kaca berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Konsentrasi ZPT NAA 500 ppm dan kombinasi antara ZPT IBA 500 ppm dengan NAA 500 ppm memberikan hasil

yang terbaik, yaitu masing-masing sebesar 5-6 helai dan 4-5 helai. Konsentrasi

ZPT IBA 400 ppm merupakan konsentrasi terbaik yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah tunas, yaitu sebesar 1-2 tunas. Konsentrasi ZPT IBA 400 ppm dan kombinasi antara ZPT IBA 400 ppm dan NAA 500 ppm memberikan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan jumlah akar, yaitu masing-masing sebesar 10-11 buah. Sedangkan konsentrasi ZPT IBA 100 ppm merupakan konsentrasi terbaik yang mempengaruhi pertumbuhan panjang akar, yaitu sebesar

27-28 cm. Suhu rata-rata selama pengamatan di rumah kaca mencapai 25.5 0C

dengan kelembaban udara rata-rata mencapai 88.8%.

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa konsentrasi ZPT IBA 500 ppm, ZPT NAA 400 ppm, serta interaksinya dengan pupuk memberikan hasil yang terbaik pada penambahan jumlah daun, yaitu masing-masing sebesar 33-34 helai, 29-30 helai, 28-29 helai, dan 27-28 helai. Konsentrasi ZPT IBA 500 ppm, ZPT NAA 500 ppm, interaksi antara ZPT IBA 500 ppm dengan pupuk serta interaksi antara ZPT NAA 400 ppm dengan pupuk merupakan konsentrasi terbaik yang mempengaruhi penambahan tinggi tanaman, yaitu masing-masing sebesar 68-69 cm, 61-62 cm, 60-61 cm, dan 57-58 cm. Sedangkan penambahan jumlah cabang tanaman hanya dipengaruhi oleh faktor tunggal pupuk, yaitu 1-2 cabang.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Salatiga, Jawa Tengah, pada tanggal 13 Oktober 1982. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Dali Mursito dan Ibu Imronah Estiningsih. Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SDN Sugihan IV, lulus pada tahun 1995, dilanjutkan dengan menempuh pendidikan di SLTPN I Salatiga dan lulus pada tahun 1998. Jenjang pendidikan SLTA penulis jalani di SMUN I Salatiga dan berhasil lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Dendrologi pada tahun ajaran 2003/2004 dan 2004/2005. Penulis aktif di kepengurusan KSR PMI Unit I IPB pada periode 2002/2003, kepengurusan DKM Ibaadurrahmaan pada periode 2002/2003, tergabung dalam UKM Koperasi Mahasiswa, International Forestry Student Association (IFSA), serta Kelompok Pemerhati Goa (KPG) HIMAKOVA. Penulis juga mengemban amanah sebagai bendahara di Asrama Putri Darmaga pada kepengurusan tahun 2004 dan 2005. Penulis pernah melakukan kegiatan magang di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) pada tahun 2002. Selain itu, penulis pernah melakukan kegiatan magang di Laboratorium Lapangan Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di KPH Garut. Pada tahun 2005 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Penulis mendapatkan beasiswa SPP pada tahun ajaran 2001/2002, dan beasiswa PPA pada tahun ajaran 2003/2004 dan tahun ajaran 2004/2005.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dan penyusunan

skripsi dengan judul ”Kajian Pertumbuhan Stek Batang Sangitan (Sambucus

javanica Reinw.) di Persemaian dan Lapangan” dibawah bimbingan Ir. Siswoyo, M.Si. dan Ir. Ervizal A. M. Zuhud, M.S.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan syarat kelulusan program sarjana. Hasil analisis penelitian tersebut dituliskan dalam

skripsi yang berjudul ”Kajian Pertumbuhan St ek Batang Sangitan (Sambucus

javanica Reinw.) di Persemaian dan Lapangan”. Selama penelitian dan penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Siswoyo, M.Si. dan Bapak Ir. Ervizal A.M. Zuhud, M.S. selaku

dosen pembimbing skripsi.

2. Bapak Dr. Ir. Supriyanto, DEA selaku dosen penguji dari Departemen

Manajemen Hutan dan Bapak Ir. Bedyaman Tambunan selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan.

3. Bapak Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, M.S. selaku dosen pembimbing

akademik.

4. Ayah, Bunda, dan segenap keluarga atas doa dan pengertiannya.

5. Asrama Putri Darmaga atas segala fasilitas dan bantuannya.

6. Rekan-rekan cova ’38 dan keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB.

7. Segenap civitas akademika IPB.

8. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT berkenan mengaruniakan balasan yang lebih baik atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembangunan masyarakat luas pada umumnya dan bagi pembangunan kehutanan pada khususnya.

Bogor, Desember 2005


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang.... .. ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Sangitan (Sambucus javanica Reinw.)... 3

1. Taksonomi dan Morfologi... 3

2. Habitat dan Penyebaran... 5

3. Kandungan Kimia, Sifat Kimia, dan Efek Farmakologis ... 5

4. Kegunaan Sangitan ... 5

B. Perbanyakan Tumbuhan dengan Cara Stek... 6

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek... 7

D. Keuntungan Perbanyakan Tumbuhan dengan Cara Stek ... 8

E. Zat Pengatur Tumbuh ... 8

F. Pupuk ... 9

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu ... 12

B. Bahan dan Alat ... 12

C. Metode... 12

1. Persiapan Penelitian ... 12

2. Perbanyakan Bibit di Rumah Kaca... 12

3. Penanaman Bibit di Lapangan... 13

D. Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 14


(9)

2. Penanaman di Lapangan... 15

3. Analisis Data... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum... 17

B. Pengamatan di Rumah Kaca... 18

C. Pengamatan di Lapangan... 25

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 31

B. Saran... 31

DAFTAR PUSTAKA... 32

LAMPIRAN... 35


(10)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman


(11)

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG

SANGITAN

(

Sambucus javanica

Reinw.)

DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN

RITA RAHARDIYANTI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005


(12)

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG

SANGITAN

(

Sambucus javanica

Reinw.)

DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN

RITA RAHARDIYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005


(13)

Judul Penelitian : KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN

Nama Mahasiswa : Rita Rahardiyanti NRP : E 34101029

Departemen : Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas : Kehutanan

Disetujui Komisi Pembimbing

Ir. Siswoyo, M.Si. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, M.S. Ketua Anggota

Diketahui

Dekan Fakultas Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S.


(14)

RINGKASAN

Rita Rahardiyanti. E 34101029. Kajian Pertumbuhan Stek Batang Sangitan (Sambucus javanica Reinw.) di Persemaian dan Lapangan. Dibawah bimbingan : Ir. Siswoyo, M.Si. dan Ir. Ervizal A.M. Zuhud, M.S.

Salah satu metode perbanyakan tanaman secara buatan yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan stek. Perbanyakan dengan stek adalah perbanyakan tanaman dengan cara menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan atau bagian tanaman seperti akar, batang, atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Keuntungan utama metode stek adalah dapat menghasilkan tumbuhan yang sempurna dengan akar, batang, maupun daun dalam waktu yang singkat dengan hasil yang mempunyai sifat serupa dengan induknya.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui teknik perbanyakan stek

yang tepat bagi Sangitan (Sambucus javanica Reinw.), terutama mengenai

pengaruh dan efektivitas pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) IBA (Indole

Butyric Acid), NAA (Naphthalene Acetic Acid), kombinasinya, serta interaksinya dengan pupuk terhadap pertumbuhan stek. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan dilanjutkan pengamatannya di lapangan. Perbanyakan bibit di rumah kaca menggunakan rancangan faktorial 6 x 6 dengan pola acak lengkap, yaitu 6 taraf percobaan untuk faktor ZPT IBA dengan konsentrasi 0, 100, 200, 300, 400,

dan 500 ppm (part per million) serta 6 taraf percobaan untuk faktor ZPT NAA

dengan konsentrasi 0, 100, 200, 300, 400, dan 500 ppm. Tiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan, dan setiap ulangan terdiri dari 2 stek. Jumlah keseluruhan ada 288 stek. Peubah yang diamati meliputi jumlah daun, jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, persentase hidup, serta kondisi iklim setempat selama pengamatan. Penanaman stek di lapangan menggunakan rancangan faktorial 6 x 6 x 2 dengan pola acak lengkap, dengan 2 taraf percobaan untuk faktor pupuk (pupuk kotoran sapi) yang terdiri dari konsentrasi pupuk 7.5% dan 0%. Tiap perlakuan terdiri dari 2 ulangan, dan setiap ulangan terdiri dari 2 stek. Jumlah keseluruhan ada 288 stek. Peubah yang diamati meliputi penambahan jumlah daun, penambahan tinggi tanaman, serta penambahan jumlah cabang.


(15)

Nilai respon data dianalisis dengan sidik ragam dalam selang kepercayaan 95% dan 99%. Data yang menunjukkan respon berbeda nyata dan berbeda sangat nyata diuji lanjut dengan menggunakan uji lanjut Duncan. Dari hasil pengamatan di rumah kaca diketahui bahwa pertumbuhan stek terbesar terjadi pada minggu kedua setelah perlakuan, yaitu sebesar 89.24%. Pada akhir pengamatan di rumah kaca, jumlah stek yang hidup sebanyak 227 stek atau sebesar 78.82% dari jumlah keseluruhan stek.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ZPT NAA dan kombinasi antara ZPT IBA dan NAA di rumah kaca berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun. Konsentrasi ZPT NAA 500 ppm dan kombinasi antara ZPT IBA 500 ppm dengan NAA 500 ppm memberikan hasil

yang terbaik, yaitu masing-masing sebesar 5-6 helai dan 4-5 helai. Konsentrasi

ZPT IBA 400 ppm merupakan konsentrasi terbaik yang mempengaruhi pertumbuhan jumlah tunas, yaitu sebesar 1-2 tunas. Konsentrasi ZPT IBA 400 ppm dan kombinasi antara ZPT IBA 400 ppm dan NAA 500 ppm memberikan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan jumlah akar, yaitu masing-masing sebesar 10-11 buah. Sedangkan konsentrasi ZPT IBA 100 ppm merupakan konsentrasi terbaik yang mempengaruhi pertumbuhan panjang akar, yaitu sebesar

27-28 cm. Suhu rata-rata selama pengamatan di rumah kaca mencapai 25.5 0C

dengan kelembaban udara rata-rata mencapai 88.8%.

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa konsentrasi ZPT IBA 500 ppm, ZPT NAA 400 ppm, serta interaksinya dengan pupuk memberikan hasil yang terbaik pada penambahan jumlah daun, yaitu masing-masing sebesar 33-34 helai, 29-30 helai, 28-29 helai, dan 27-28 helai. Konsentrasi ZPT IBA 500 ppm, ZPT NAA 500 ppm, interaksi antara ZPT IBA 500 ppm dengan pupuk serta interaksi antara ZPT NAA 400 ppm dengan pupuk merupakan konsentrasi terbaik yang mempengaruhi penambahan tinggi tanaman, yaitu masing-masing sebesar 68-69 cm, 61-62 cm, 60-61 cm, dan 57-58 cm. Sedangkan penambahan jumlah cabang tanaman hanya dipengaruhi oleh faktor tunggal pupuk, yaitu 1-2 cabang.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Salatiga, Jawa Tengah, pada tanggal 13 Oktober 1982. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Dali Mursito dan Ibu Imronah Estiningsih. Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SDN Sugihan IV, lulus pada tahun 1995, dilanjutkan dengan menempuh pendidikan di SLTPN I Salatiga dan lulus pada tahun 1998. Jenjang pendidikan SLTA penulis jalani di SMUN I Salatiga dan berhasil lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten dosen mata kuliah Dendrologi pada tahun ajaran 2003/2004 dan 2004/2005. Penulis aktif di kepengurusan KSR PMI Unit I IPB pada periode 2002/2003, kepengurusan DKM Ibaadurrahmaan pada periode 2002/2003, tergabung dalam UKM Koperasi Mahasiswa, International Forestry Student Association (IFSA), serta Kelompok Pemerhati Goa (KPG) HIMAKOVA. Penulis juga mengemban amanah sebagai bendahara di Asrama Putri Darmaga pada kepengurusan tahun 2004 dan 2005. Penulis pernah melakukan kegiatan magang di Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) pada tahun 2002. Selain itu, penulis pernah melakukan kegiatan magang di Laboratorium Lapangan Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 2003. Pada tahun 2004 penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di KPH Garut. Pada tahun 2005 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Penulis mendapatkan beasiswa SPP pada tahun ajaran 2001/2002, dan beasiswa PPA pada tahun ajaran 2003/2004 dan tahun ajaran 2004/2005.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dan penyusunan

skripsi dengan judul ”Kajian Pertumbuhan Stek Batang Sangitan (Sambucus

javanica Reinw.) di Persemaian dan Lapangan” dibawah bimbingan Ir. Siswoyo, M.Si. dan Ir. Ervizal A. M. Zuhud, M.S.


(17)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang merupakan syarat kelulusan program sarjana. Hasil analisis penelitian tersebut dituliskan dalam

skripsi yang berjudul ”Kajian Pertumbuhan St ek Batang Sangitan (Sambucus

javanica Reinw.) di Persemaian dan Lapangan”. Selama penelitian dan penyusunan skripsi, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Siswoyo, M.Si. dan Bapak Ir. Ervizal A.M. Zuhud, M.S. selaku

dosen pembimbing skripsi.

2. Bapak Dr. Ir. Supriyanto, DEA selaku dosen penguji dari Departemen

Manajemen Hutan dan Bapak Ir. Bedyaman Tambunan selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan.

3. Bapak Dr. Ir. Burhanuddin Masy’ud, M.S. selaku dosen pembimbing

akademik.

4. Ayah, Bunda, dan segenap keluarga atas doa dan pengertiannya.

5. Asrama Putri Darmaga atas segala fasilitas dan bantuannya.

6. Rekan-rekan cova ’38 dan keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB.

7. Segenap civitas akademika IPB.

8. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT berkenan mengaruniakan balasan yang lebih baik atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembangunan masyarakat luas pada umumnya dan bagi pembangunan kehutanan pada khususnya.

Bogor, Desember 2005


(18)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang.... .. ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Sangitan (Sambucus javanica Reinw.)... 3

1. Taksonomi dan Morfologi... 3

2. Habitat dan Penyebaran... 5

3. Kandungan Kimia, Sifat Kimia, dan Efek Farmakologis ... 5

4. Kegunaan Sangitan ... 5

B. Perbanyakan Tumbuhan dengan Cara Stek... 6

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek... 7

D. Keuntungan Perbanyakan Tumbuhan dengan Cara Stek ... 8

E. Zat Pengatur Tumbuh ... 8

F. Pupuk ... 9

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu ... 12

B. Bahan dan Alat ... 12

C. Metode... 12

1. Persiapan Penelitian ... 12

2. Perbanyakan Bibit di Rumah Kaca... 12

3. Penanaman Bibit di Lapangan... 13

D. Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 14


(19)

2. Penanaman di Lapangan... 15

3. Analisis Data... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum... 17

B. Pengamatan di Rumah Kaca... 18

C. Pengamatan di Lapangan... 25

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 31

B. Saran... 31

DAFTAR PUSTAKA... 32

LAMPIRAN... 35


(20)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman


(21)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Sangitan (Sambucus javanica Reinw. ) ... 4

2. Rata-rata penambahan jumlah daun Sangitan di rumah kaca... 18

3. Kondisi pertumbuhan Sangitan pada berbagai perlakuan... .19

4. Rata-rata penambahan jumlah tunas Sangitan di rumah kaca ... ... 20

5. Rumus Bangun ZPT IBA dan NAA ... 21

6. Kondisi perakaran Sangitan pada berbagai perlakuan ... 21

7. Grafik hubungan antara ZPT terhadap rata-rata jumlah akar... 22

8. Grafik hubungan antara ZPT terhadap rata-rata panjang akar ... 23

9. Penurunan persentase stek hidup Sangitan di rumah kaca ... 24

10. Pengaruh ZPT IBA terhadap rata-rata jumlah daun di lapangan... 26

11. Pengaruh ZPT NAA terhadap rata-rata jumlah daun di lapangan... 26

12. Pengaruh pupuk terhadap rata-rata jumlah daun di lapangan ... 26

13. Pengaruh ZPT IBA terhadap rata-rata tinggi tanaman di lapangan... 28

14. Pengaruh ZPT NAA terhadap rata-rata tinggi tanaman di lapangan ... 28

15. Pengaruh pupuk terhadap rata-rata tinggi tanaman di lapangan... 28

16. Pengaruh ZPT IBA terhadap rata-rata jumlah cabang di lapangan ... 29

17. Pengaruh ZPT NAA terhadap rata-rata jumlah cabang di lapangan... 30

18. Pengaruh pupuk terhadap rata-rata jumlah cabang di lapangan ... 30


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Tabel sidik ragam pengaruh ZPT IBA, NAA, dan kombinasinya terhadap

pertumbuhan jumlah daun di rumah kaca... 36 2. Uji Lanjut Duncan ZPT NAA terhadap pertumbuhan jumlah

daun di rumah kaca ... 36 3. Uji Lanjut Duncan kombinasi ZPT IBA dan NAA

terhadap pertumbuhan jumlah daun di rumah kaca ... 36 4. Tabel sidik ragam pengaruh ZPT IBA dan NAA dan

kombinasinya terhadap pertumbuhan jumlah tunas di rumah kaca ... 37 5. Uji Lanjut Duncan ZPT IBA terhadap pertumbuhan jumlah

daun di rumah kaca ... 37 6. Tabel sidik ragam pengaruh ZPT IBA, NAA, dan

kombinasinya terhadap pertumbuhan jumlah akar di rumah kaca ... 37 7. Uji Lanjut Duncan ZPT IBA terhadap pertumbuhan jumlah

akar di rumah kaca ... 38 8. Uji Lanjut Duncan ZPT IBA dan NAA terhadap

pertumbuhan jumlah akar di rumah kaca ... 38 9. Tabel sidik ragam pengaruh ZPT IBA, NAA, dan kombinasinya terhadap

pertumbuhan panjang akar di rumah kaca... 39 10. Uji Lanjut Duncan ZPT IBA terhadap pertumbuhan

panjang akar di rumah kaca ... 39 11. Tabel sidik ragam pengaruh ZPT IBA, NAA, kombinasinya, dan interaksinya dengan perlakuan pupuk terhadap penambahan jumlah daun di lapangan ... 39 12. Uji Lanjut Duncan ZPT IBA terhadap penambahan jumlah

daun di lapangan ... 39 13. Uji Lanjut Duncan ZPT NAA terhadap penambahan jumlah

daun di lapangan ... 40 14. Uji Lanjut Duncan pupuk terhadap penambahan jumlah daun

di lapangan ... 40 15. Tabel sidik ragam pengaruh ZPT IBA dan pupuk terhadap

penambahan jumlah daun di lapangan ... 40 16. Uji Lanjut Duncan ZPT NAA dan pupuk terhadap penambahan

jumlah daun di lapangan... 40 17. Tabel sidik ragam pengaruh ZPT IBA, NAA, kombinasinya, dan interaksinya dengan perlakuan pupuk terhadap penambahan tinggi tanaman di lapangan ... 41 18. Uji Lanjut Duncan ZPT IBA terhadap penambahan tinggi


(23)

19. Uji lanjut ZPT NAA terhadap penambahan tinggi tanaman

di lapangan ... 41 20. Uji Lanjut Duncan pupuk terhadap penambahan tinggi

tanaman di lapangan... 41 21. Uji Lanjut Duncan ZPT IBA dan pupuk terhadap penambahan

tinggi tanaman di lapangan... 42 22. Uji Lanjut Duncan ZPT NAA dan pupuk terhadap penambahan

tinggi tanaman di lapangan... 42 23. Tabel sidik ragam pengaruh ZPT IBA, NAA, kombinasinya, dan interaksinya dengan perlakuan pupuk terhadap penambahan jumlah cabang di lapangan... 42 24. Uji Lanjut Duncan pupuk terhadap penambahan jumlah

cabang di lapangan... 42 25. Keadaan Kelembaban di Rumah Kaca (%) ... 43 26. Keadaan Suhu di Rumah Kaca ( 0 C ) ... 44 27. Data Klimatologi Darmaga Bogor tahun 2004-2005 ... 45


(24)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sangitan (Sambucus javanica Reinw.) termasuk kedalam famili

Caprifoliaceae. Spesies ini merupakan tumbuhan asli Indonesia, berbentuk perdu, dan mempunyai ketinggian antara satu sampai dengan tiga meter (Wijayakusuma, Dalimartha, dan Wirian, 1996).

Sangitan memiliki berbagai macam manfaat, namun sejauh ini pemanfaatannya belum dilakukan oleh masyarakat luas secara optimal. Di Indonesia, spesies ini jarang diperhatikan banyak orang. Masyarakat sering menganggap spesies ini sebagai gulma (Afifah, 2003). Menurut Hutapea (1994), spesies ini mengandung berbagai macam minyak atsiri. Berbagai bagian dari spesies ini dapat dimanfaatkan sebagai obat. Spesies ini dapat dimanfaatkan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, diantaranya adalah diuretik, analgesik, pembengkakan, serta dapat melancarkan sirkulasi darah. Spesies ini juga bisa dimanfaatkan sebagai tanaman hias di pekarangan dan juga sebagai tanaman pagar (Wijayakusuma, et al., 1996).

Salah satu metode perbanyakan Sangitan yang sederhana, mudah, dan cepat adalah dengan melakukan penyetekan. Penyetekan dapat didefinisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian dari tumbuhan seperti batang, akar, daun, dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar (Rochiman dan Harjadi, 1973).

Keuntungan utama perbanyakan tumbuhan dengan cara stek adalah dapat menghasilkan tumbuhan yang sempurna dengan akar, daun, dan batang dalam waktu relatif singkat serta bersifat serupa dengan induknya. Dengan mempergunakan bahan yang sedikit, dapat dihasilkan sejumlah besar bibit tanaman yang seragam dalam ukuran tinggi, umur, ketahanan terhadap penyakit, maupun sifat tanamannya. Di dalam dunia tumbuhan, zat pengatur tumbuh (ZPT) berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan tersebut. Menurut Sinaga (1987), ZPT tanaman adalah senyawa-senyawa organik selain nutrisi tumbuhan, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, serta dapat mempengaruhi setiap proses fisiologi tumbuhan.


(25)

Penggunaan ZPT dalam pembiakan tanaman dalam stek adalah untuk mengatasi masalah pembentukan akar. Stek yang diberi perlakuan ZPT akan membentuk akar lebih cepat dan mempunyai kualitas sistem perakaran yang lebih baik daripada yang tanpa perlakuan ZPT (Avery dan Johnson, 1947).

Masalah pembentukan akar merupakan masalah pokok dari perbanyakan vegetatif, terutama untuk cara stek. Dengan adanya ZPT IBA dan NAA yang dapat merangsang pertumbuhan akar, maka perbanyakan dengan stek seringkali menggunakan ZPT tersebut. Sampai saat ini belum diketahui dengan jelas ZPT yang paling efektif untuk merangsang pertumbuhan akar stek batang Sangitan. Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh jenis ZPT IBA, NAA, dan kombinasinya perlu dilakukan untuk menunjang keberhasilan dalam budidaya Sangitan.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui pengaruh ZPT IBA, NAA, serta kombinasinya terhadap pertumbuhan jumlah daun, jumlah tunas, persentase hidup, dan perakaran stek Sangitan di rumah kaca.

2. Mengetahui pengaruh ZPT IBA, NAA, kombinasinya, serta perlakuan pemupukan di lapangan terhadap penambahan jumlah daun, tinggi tanaman, dan jumlah cabang stek Sangitan.

C. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh pemberian ZPT IBA, NAA, kombinasinya, serta perlakuan pemupukan dalam perbanyakan Sangitan dengan cara stek batang.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Sangitan (Sambucus javanica Reinw.)

1. Taksonomi dan Morfologi

Menurut Hutapea (1994), Sangitan mempunyai klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Rubiales Family : Caprifoliaceae

Genus : Sambucus

Species : Sambucus javanica Reinw.

Sinonim Sangitan menurut Dalimartha (2000) adalah :

Sambucus chinensis Lindl., Sambucus canadensis L., Sambucus ebuloides Desv.,

Sambucus thunbergiana Bl., Phyteuma bipinnata Lour., Phyteuma cochinchinensis Lour.

Nama Umum/Dagang : Kerak Nasi.

Nama Daerah : Kerak Nasi (Sunda), Brobos Kebo (Jawa), Abur (Aceh), Babalat (Bengkulu), Kelak Nasi, Sangitan (Melayu), Halemaniri (Tidore).

Nama Asing : Javanese Elder (Inggris), Shuo diao, Pa-so ma (China),

Vlier (Belanda).

Nama Simplisia : Sambuci Javanicae Herba (Herba Sangitan), Sambuci

Javanicae Radix (Akar Sangitan).

Daun Sangitan termasuk daun majemuk yang letak daunnya berseling.

Memiliki 5-9 anak daun yang letaknya berhadapan (opposite). Helaian anak daun

bertangkai, berbentuk ellips memanjang sampai lanset. Panjang daun 8-15 cm,


(27)

permukaan atas hijau tua, dan permukaan bawah hijau muda (Wijayakusuma, et

al., 1996). Menurut Hutapea (1994), pangkal daun Sangitan meruncing, ujung

daun runcing, pertulangan daun menyirip, ibu tulang daun bagian bawah menonjol, serta permukaan daun terasa halus. Daun berbentuk lanset dengan panjang 3-5 cm, lebar 2-3 cm, letaknya berhadapan. Afifah (2003) berpendapat bahwa daun Sangitan memiliki daun yang unik. Lebar daun sekitar 2-3 cm, ujungnya meruncing membuat daunnya semakin tampak sempit, dan helaiannya seperti akan menutup.

Gambar 1. Sangitan (Sambucus javanica Reinw.)

Bunga Sangitan berukuran kecil dengan kelopak berwarna putih kekuningan. Bunga ini berkumpul membentuk payung majemuk dan baunya

harum (Wijayakusuma, et al., 1996). Bunga Sangitan berkelamin dua, kelopaknya

berbentuk bintang, tangkai putik berbentuk silindris, kepala sari berbentuk bulat, dan mahkotanya berwarna putih dengan bentuk corong (Hutapea, 1994). Afifah (2003) berpendapat bahwa bunga Sangitan berwarna putih agak krem, muncul di bagian pucuk tanaman, sehingga kelihatan menonjol. Bentuk mahkota bunga seperti bintang, pertumbuhannya mengarah keatas, dan sekilas bentuknya mirip payung.

Habitus Sangitan berupa perdu dengan tinggi antara 3-5 meter (Sastrapradja, 1986). Perdu Sangitan mempunyai batang berbentuk bulat dan

mempunyai banyak cabang (Wijayakusuma, et al., 1996). Dalimartha (2000)

menambahkan bahwa batang Sangitan tegak dan berkayu. Perdu Sangitan mempunyai ranting yang saling berdesakan (Afifah, 2003).


(28)

Buah Sangitan berbentuk lonjong dan keras (Dalimartha, 2000). Buah Sangitan berwarna hitam bila telah masak. Bentuknya bulat, mempunyai diameter

3-4 mm. Biji buah Sangitan berjumlah 1-3 buah (Wijayakusuma, et al., 1996).

Buahnya mula-mula berwarna kuning, kemudian menjadi hijau, dan akhirnya berwarna hitam apabila telah masak (Kloppenburg dan Versteegh, 1988). Menurut Hutapea (1994), buah Sangitan berbentuk bulat, termasuk kedalam golongan buah buni, dan warnanya ungu. Biji buahnya berbentuk lonjong, teksturnya keras, dan berwarna ungu.

2. Habitat dan Penyebaran

Sangitan merupakan tanaman asli Indonesia yang dapat ditemukan pada

dataran rendah sampai dengan ketinggian 1.000 mdpl. Sangitan banyak ditemukan tumbuh liar di daerah pegunungan, pinggiran kota pada tanah terlantar. Spesies ini umumnya menyukai tempat-tempat yang tidak terlalu kering atau terlalu lembab

(Wijayakusuma, et al., 1996). Kloppenburg dan Versteegh (1988) mengemukakan

bahwa spesies ini hidup secara liar diatas 4.000 kaki diatas permukaan laut. Afifah (2003) menyatakan bahwa Sangitan dapat ditemukan tumbuh liar di pinggir-pinggir sawah dan di dalam hutan.

3. Kandungan Kimia, Sifat Kimia, dan Efek Farmakologis

Kandungan kimia yang terdapat pada Sangitan antara lain essential oil,

ursolic acid, â–sitoster ol , á–amyrin palmitate, KNO3, dan tanin. Rasa Sangitan manis dan sedikit pahit, serta sifatnya hangat. Spesies ini masuk meridian hati

(Wijayakusuma, et al., 1996). Buah Sangitan mengandung saponin dan flavonoid,

sedang pada bagian daun dan akarnya mengandung saponin dan tanin (Hutapea, 1994). Seluruh bagian spesies ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Bagian-bagian tanaman yang akan digunakan (akar, batang, daun, bunga, dan buah) dijemur sampai kering jika akan disimpan (Dalimartha, 2000).

4. Kegunaan Sangitan

Sangitan memiliki berbagai macam manfaat. Akar Sangitan digunakan untuk menyembuhkan frakture (tulang patah), luka terpukul, encok (rematik) dan pegal linu, sakit kuning, pembengkakan. Batang dan daunnya digunakan untuk


(29)

menyembuhkan bengkak karena penyakit ginjal, beri-beri, disentri, radang saluran

napas kronis, rubella, erysipelas (infeksi kulit akut yang disebabkan oleh

Streptococcus sp). Bunganya digunakan untuk menyembuhkan freckles (bercak hitam di wajah), menghaluskan kulit, saraf mudah terangsang, kulit terbakar sinar

matahari. Buahnya digunakan untuk menyembuhkan diuretik (peluruh kencing),

pembersih darah, pencahar dan perangsang muntah. Seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan sebagai obat kram/kejang pada kaki, sakit pada tulang, luka terpukul, dan pembengkakan (Wijayakusuma, et al., 1996).

Sangitan mempunyai bentuk bunga yang menarik, sehingga dapat ditanam sebagai tanaman hias. Selain itu, spesies ini dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pagar (Wijayakusuma, et al., 1996).

B. Perbanyakan Tumbuhan dengan Cara Stek

Menurut Kamus Pemuliaan Pohon (2004), stek merupakan bagian dari batang atau bagian lain tanaman, jika diakarkan akan menghasilkan tanaman yang utuh. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan atau pemotongan beberapa bagian dari tumbuhan seperti batang, akar, daun, dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Pembiakan dengan cara ini sering dipergunakan untuk menanggulangi tanaman-tanaman yang sulit diperbanyak dengan menggunakan biji.

Soerianegara dan Djamhuri (1979) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan stek adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif yang dipisahkan dari pohon induknya. Jika bahan stek ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk beregenerasi, maka bahan stek tersebut akan berkembang menjadi tanaman yang sempurna. Menurut Purnomosidhi, Suparman, Roshetko, dan Mulawarman (2002), perbanyakan tanaman dengan stek merupakan perbanyakan tanaman dengan cara menumbuhkan akar dan pucuk dari potongan atau bagian tanaman seperti akar, batang, atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru.

Stek merupakan bagian alat hara yang dipotong atau dipisahkan dari induknya yang kemudian dapat tumbuh menjadi tanaman baru (Tjitrosoepomo, 2001). Bahan stek diambil dari bagian pohon yang belum berkayu terlampau


(30)

keras. Panjang stek antara 5-10 cm. Bahan stek tersebut sebaiknya diambil dari pohon induk yang subur, mempunyai pertumbuhan bunga yang bagus, dan

berdaun lebat. Bahan stek dipotong pada bagian dekat daun, karena di lokasi

tersebut berkumpul banyak cadangan makanan. Hal ini memudahkan terbentuknya akar di bagian tersebut. Pemotongan tersebut sebaiknya menggunakan pisau yang tajam (Atjung, 1975).

Tjitrosomo, Harran, Djaelani, Hartana, dan Sudiarta (1980)

mengemukakan bahwa stek batang banyak dipraktekkan pada tanaman tidak berkayu. Stek batang terdiri dari potongan batang sepanjang 10-30 cm atau lebih dengan buku-buku dan kuncup-kuncup lateral. Jika potongan-potongan itu ditanam dalam tanah, maka akar-akar akan tumbuh dari bagian pangkal dan kuncup yang paling atas akan tumbuh menjadi tajuk.

Stek dapat dibedakan menurut bagian tanaman yang diambil untuk bahan stek, yaitu stek akar, stek batang, stek daun atau stek tunas daun, dan stek tunas atau stek mata. Stek yang menggunakan batang sebagai bahan stek sangat menguntungkan karena mempunyai persediaan makanan yang memadai (Wattimena, 1988).

Permasalahan yang dihadapi dalam perbanyakan tanaman dengan cara stek meliputi berbagai macam aspek, diantaranya adalah pemilihan bahan stek, pemilihan bibit dan aplikasinya dalam penanaman di lapangan, serta jenis dan konsentrasi hormon yang akan dipergunakan untuk memperoleh hasil yang optimal (Subiakto, 1988).

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek

Rochiman dan Harjadi (1973) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyetekan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu faktor tanaman, faktor lingkungan, dan faktor pelaksanaan. Faktor tanaman, meliputi : macam bahan stek, umur bahan stek, adanya tunas dan daun pada stek, kandungan bahan makanan stek, dan pembentukan kalus. Faktor lingkungan, meliputi : media pertumbuhan, kelembaban, temperatur, dan aspek cahaya. Faktor pelaksanaan, meliputi : perlakuan sebelum pengambilan bahan stek, waktu pengambilan stek, pemotongan stek dan pelukaan, penggunaan ZPT, kebersihan alat pemotong, media perakaran, tempat pertumbuhan dan pemeliharaan. Ketersediaan air,


(31)

kandungan bahan makanan, umur pohon induk, jenis kelamin tanaman, jenis tanaman, bagian tanaman, musim, dan adanya perlakuan ZPT juga mempengaruhi pertumbuhan stek (Kramer dan Kozlowsky, 1960).

D. Keuntungan Perbanyakan Tumbuhan dengan Cara Stek

Metode perbanyakan tumbuhan dengan stek banyak memberikan keuntungan. Dengan material yang sedikit, dapat dihasilkan sejumlah besar bibit tanaman yang seragam. Bibit tanaman yang didapatkan akan mempunyai kesamaan didalam ukuran tinggi, umur, ketahanan terhadap penyakit, dan sifat tanamannya. Metode stek dapat menghasilkan tanaman yang sempurna dengan akar, daun, dan batang dalam waktu relatif singkat, serta bersifat serupa dengan induknya (Rochiman dan Harjadi, 1973).

Subiakto (1988) mengemukakan bahwa keuntungan pembiakan tanaman secara vegetatif terutama dengan cara stek adalah mudahnya mendapatkan bahan biakan. Bahan biakan tersebut dapat dikumpulkan setiap saat pada waktu yang diperlukan. Keuntungan lain yang bisa dicapai adalah pengaruh terhadap karakteristik, fisiologis, dan genetik pada keturunannya. Karakteristik ini adalah tidak terjadi perubahan susunan genetik dan dapat mempertahankan karakteristik fisiologis yang diturunkan dari induk tanaman.

E. Zat Pengatur Tumbuh

Zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa-senyawa organik selain nutrisi tumbuhan, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, serta dapat mempengaruhi setiap proses fisiologi tumbuhan (Sinaga, 1987).

Menurut Abidin (1993), hormon tumbuhan (plant hormone) adalah zat organik

yang dihasilkan oleh tumbuhan, yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis. Hormon biasanya bergerak dari bagian tanaman yang menghasilkan menuju ke bagian tanaman lainnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa zat pengatur tumbuh didalam tanaman terdiri dari lima kelompok, yaitu auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis. Auksin adalah senyawa yang dicirikan oleh kemampuannya dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel. Giberelin adalah senyawa yang menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel, atau


(32)

keduanya. Sitokinin adalah senyawa yang mendukung terjadinya pembelahan sel. Etilen merupakan senyawa yang sangat sederhana. ZPT ini mempunyai peranan dalam pematangan buah. Inhibitor berfungsi menghambat dalam proses biokimia dan fisiologis bagi aktivitas keempat zat pengatur tumbuh sebelumnya.

Penggunaan ZPT dalam pembiakan tanaman dalam stek adalah untuk mengatasi masalah pembentukan akar. Stek yang diberi perlakuan ZPT akan membentuk akar lebih cepat dan mempunyai kualitas sistem perakaran yang lebih baik daripada yang tanpa perlakuan ZPT (Avery dan Johnson, 1947). Selanjutnya dikemukakan bahwa auksin merupakan salah satu ZPT yang berperan penting pada proses pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.

Zat pengatur tumbuh IBA (Indole Butyric Acid) dan NAA (Naphthalene

Acetic Acid) termasuk kedalam golongan auksin. IBA dan NAA merupakan auksin sintetis yang banyak digunakan untuk merangsang perakaran. Penggunaan zat pengatur tumbuh ini menyebabkan pembentukan akar lebih cepat dan panjang, membentuk suatu sistem perakaran yang kuat, kompak, dan menyerabut (Audus, 1963).

Sejumlah besar tanaman baik yang berkayu maupun yang tidak, mudah dikembangbiakkan dengan stek. Namun masih ada sejumlah tanaman yang sukar dibiakkan dengan cara stek. Bahkan ada yang sama sekali tidak dapat berakar. Pada tahun 1935, teknik baru dalam pembiakan tanaman telah memanfaatkan zat pengatur tumbuh untuk merangsang perakaran stek. Hal ini sesuai dengan pendapat Moore (1979) yang mengatakan bahwa zat pengatur tumbuh tanaman adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam jumlah sedikit atau konsentrasi rendah dapat mendorong, menghambat, atau secara kualitatif mengubah pertumbuhan dan perkembangan dengan mempengaruhi proses fisik tanaman.

F. Pupuk

Tanaman membutuhkan paling tidak 13 unsur hara penting yang diperoleh dari dalam tanah. Unsur-unsur pupuk yang terdiri dari nitrogen, fosfor, dan kalium sering sekali mengalami defisiensi didalam tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut, dilakukan usaha penambahan unsur-unsur tersebut kedalam tanah melalui pemupukan (Hakim, Nyakpa, Lubis, Nugroho, Diha, Hong dan Bailey, 1986). Pemupukan merupakan usaha penambahan bahan kedalam tanah


(33)

dengan tujuan untuk menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan tanaman dalam bentuk ion-ion dari unsur hara yang dapat diadsorbsi tanaman (Foth, 1984).

Salah satu jenis pupuk alam yang sering dimanfaatkan adalah pupuk kandang. Pemanfaatan pupuk kandang telah dimulai berabad-abad yang silam sesuai dengan sejarah pertanian (Hakim, et al., 1986). Menurut Soepardi (1983), pupuk kandang merupakan campuran antara kotoran padat, air kencing, dan sisa makanan dari hewan yang dikandangkan. Kandungan hara dalam satu ton pupuk kandang sapi terdiri atas 0.5% N, 0.25% P2O5, dan 0.5% K2O.

Hakim, et al. (1986) mengemukakan bahwa pupuk kandang merupakan

kotoran padat dan cair dari hewan ternak yang tercampur dengan sisa-sisa makanan ataupun alas kandang. Pupuk kandang dan pupuk buatan kedua-duanya menambah bahan makanan tanaman didalam tanah. Pupuk kandang mempunyai kandungan unsur hara yang lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk buatan. Namun demikian, selain dapat menambah unsur hara kedalam tanah, pupuk kandang juga dapat mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah, dan dapat mendorong kehidupan jasad renik tanah.

Pemakaian kotoran hewan selalu memperlihatkan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan tanaman (Foth, 1984). Tabel berikut menunjukkan kadar unsur hara yang dikandung oleh beberapa jenis hewan secara rata-rata.


(34)

Tabel 1. Kadar Rata-rata Unsur Hara yang Terdapat dalam Pupuk Kandang

No Jenis Hewan Bentuk Kotoran H2O* N* P2O5* K2O*

1. Sapi Padat 85 0.40 0.2 0.10

Cair 92 1.00 sedikit 1.35

Keseluruhan 86 0.60 0.15 0.45

2. Kuda Padat 75 0.55 0.30 0.40

Cair 90 1.35 Sedikit 1.25

Keseluruhan 78 0.70 0.25 0.55

3. Domba Padat 60 0.75 0.50 0.45

Cair 85 1.35 0.05 2.10

Keseluruhan 68 0.95 0.35 1.00

4. Babi Padat 80 0.55 0.50 0.40

Cair 97 0.40 0.10 0.40

Keseluruhan 87 0.50 0.35 0.40

5. Ayam Keseluruhan 55 1.00 0.80 0.40

Sumber : Foth, 1984

Keterangan : * dalam satuan % kotoran

Lebih lanjut Hakim, et al. (1986) menjelaskan bahwa dari tabel diatas terlihat bahwa kadar hara yang terdapat didalam pupuk kandang sangat beragam. Oleh karena itu, untuk keperluan perhitungan telah ditetapkan suatu kesimpulan bahwa hara yang terdapat didalam pupuk kandang berkadar rata-rata 0.5% N,

0.25% P2O5, dan 0.5% K2O. Selain unsur-unsur tersebut, pupuk kandang juga

mengandung karbon, magnesium, belerang, serta unsur mikro. Unsur mikro sangat penting dalam menjaga dan mempertahankan keseimbangan hara dari tanah yang mendapat pupuk ini.


(35)

III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Konservasi Tumbuhan Fakultas Kehutanan IPB dan Arboretum Tumbuhan Hutan Tropika Indonesia IPB. Pengambilan data dilaksanakan mulai pertengahan bulan Oktober 2004 sampai dengan bulan Agustus 2005.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah potongan batang Sangitan sepanjang 10 cm dengan diameter + 1cm dengan umur bahan induk + 2

tahun, ZPT IBA dan NAA, alkohol 95 %, tepung talk, pasir, tanah, dan pupuk

kandang (kotoran sapi 7.5%). Bahan stek diperoleh dari Balai Penelitian Tumbuhan Rempah dan Obat, Bogor. Kotoran sapi diperoleh dari hasil pembelian.

Alat yang digunakan yaitu gunting stek, golok tajam, paranet untuk naungan, termometer bola basah bola kering, termometer ruang, mistar, gelas piala, neraca sartorius, polybag ukuran 15 cm x 20 cm, ice box, kompor minyak tanah, sprayer, kaliper, komputer, kalkulator, dan alat tulis.

C. Metode

1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian ini meliputi tiga bentuk kegiatan, yaitu persiapan media pertumbuhan, persiapan zat pengatur tumbuh, dan persiapan bahan stek. Media pertumbuhan stek berupa campuran antara pasir dan tanah dengan perbandingan 1 : 1, dengan kondisi tanah sudah disterilkan. Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah ZPT IBA dan NAA dalam bentuk tepung dengan konsentrasi 0 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, dan 500 ppm.


(36)

2. Perbanyakan Bibit di Rumah Kaca a. Penanaman Stek

Kegiatan penanaman dilakukan dalam polybag yang sudah diberi media

tanam dan ZPT. Polybag-polybag ini ditempatkan di rumah kaca Laboratorium

Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan IPB dan peletakannya dilakukan secara acak.

b. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan adalah

melakukan penyiraman pada pagi dan sore hari dengan menggunakan sprayer.

Kegiatan penyiangan dilakukan pada saat didalam polybag tumbuh rumput

pengganggu.

c. Pengamatan dan Pengambilan Data

Dalam kegiatan pengamatan dan pengambilan data, dilakukan pencatatan data mengenai peubah-peubah yang diamati, yakni meliputi jumlah daun, jumlah tunas, persentase stek hidup, persentase stek berakar, serta kondisi iklim setempat selama penelitian (suhu dan kelembaban).

Peubah-peubah tersebut diamati setiap satu minggu sekali. Pencatatan data stek hidup dan stek berakar dilakukan pada saat penanaman stek di rumah kaca sudah selesai.

3. Penanaman Bibit di Lapangan a. Penanaman Bibit

Setelah siap tanam di lapang, stek dipindahkan ke Arboretum Tumbuhan Hutan Tropika Indonesia IPB. Stek-stek ini ditanam secara acak di lapangan, kemudian diberi label sesuai dengan perlakuan pada saat penanaman di rumah kaca. Jarak antar stek dibuat sama dan seragam. Lubang tanam yang digunakan berukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm. Dari 288 unit percobaan, separuh dikenakan perlakuan dengan pemakaian pupuk kandang (kotoran sapi), dan separuh yang lain tanpa pemakaian pupuk kandang. Pupuk yang digunakan berupa campuran tanah dan kotoran sapi dengan komposisi tanah sebanyak 92.5% dan kotoran sapi sebanyak 7.5%.


(37)

b. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan penyiraman pada saat hari tidak hujan. Dilakukan juga kegiatan penyiangan terhadap rumput pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman..

c. Pengamatan dan Pengambilan Data

Hal-hal yang diamati dalam penanaman di lapangan ini adalah penambahan jumlah daun, penambahan tinggi tanaman, dan penambahan jumlah cabang tanaman. Pencatatan data dilakukan setiap dua minggu sekali.

D. Rancangan Percobaan dan Analisis Data 1. Perbanyakan Bibit di Rumah Kaca

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan faktorial 6 x 6 dalam pola acak lengkap. Rancangan ini terdiri dari dua faktor yang masing-masing mempunyai enam taraf percobaan. Setiap taraf percobaan diulang sebanyak empat kali, dan masing-masing ulangan terdiri dari dua unit percobaan. Jadi secara keseluruhan terdapat 288 unit percobaan.

Masing-masing faktor dirinci sebagai berikut : Faktor A : Konsentrasi ZPT IBA

AI = 0 ppm A2 = 100 ppm A3 = 200 ppm A4 = 300 ppm A5 = 400 ppm A6 = 500 ppm

Faktor B : Konsentrasi ZPT NAA BI = 0 ppm

B2 = 100 ppm B3 = 200 ppm B4 = 300 ppm B5 = 400 ppm


(38)

B6 = 500 ppm

Model umum rancangan acak lengkap dengan dua faktor yang digunakan adalah :

Yijk = U + Ai + Bj + (AB)ij + Eijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan sebagai hasil pengaruh pemberian hasil pengamatan pemberian ZPT IBA pada taraf ke-i, dan ZPT NAA pada taraf ke-j, ulangan ke-k

U = Nilai rata-rata harapan

Ai = Pengaruh faktor A ke-i (i=1,2,3,4,5,6) Bj = Pengaruh faktor B ke-j (j=1,2,3,4,5,6) (AB)ij = Pengaruh interaksi faktor A dan B Eijk = Galat percobaan

2. Penanaman di Lapangan

Penelitian di Arboretum Tumbuhan Hutan Tropika Indonesia IPB ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan faktorial 6 x 6 x 2 dalam pola acak lengkap. Rancangan ini terdiri dari tiga faktor. Faktor pertama adalah perlakuan ZPT IBA dengan enam taraf percobaan. Faktor kedua adalah perlakuan ZPT NAA dengan enam taraf percobaan. Faktor ketiga adalah perlakuan pupuk dengan dua taraf percobaan. Setiap taraf percobaan diulang sebanyak dua kali, dan masing-masing ulangan terdiri dari dua unit percobaan. Jadi secara keseluruhan terdapat 288 unit percobaan. Masing-masing faktor dirinci sebagai berikut :

Faktor A : Konsentrasi ZPT IBA AI = 0 ppm

A2 = 100 ppm A3 = 200 ppm A4 = 300 ppm A5 = 400 ppm A6 = 500 ppm

Faktor B : Konsentrasi ZPT NAA BI = 0 ppm


(39)

B3 = 200 ppm B4 = 300 ppm B5 = 400 ppm B6 = 500 ppm

Faktor C :

P1 = Pupuk kandang (kotoran sapi) 7.5% P0 = Pupuk kandang (kotoran sapi) 0%

Model umum rancangan acak lengkap dengan tiga faktor yang digunakan adalah :

Yijkl = U + Ai + Bj + Ck + (AB)ij + (AC)ik + (BC)jk + (ABC)ijk + Eijkl Keterangan :

Yijkl : Nilai pengamatan sebagai hasil pengaruh pemberian ZPT IBA pada taraf ke-i, ZPT NAA pada taraf ke-j, dan pemberian pupuk pada taraf ke-k, pada ulangan ke-l

U : Nilai rata-rata harapan

Ai : Pengaruh faktor A ke-i (i=1,2,3,4,5,6) Bj : Pengaruh faktor B ke-j (j=1,2,3,4,5,6) Ck : Pengaruh faktor C ke-k (k=1,2)

(AB)ij : Pengaruh interaksi faktor A dan B (AC)ik : Pengaruh interaksi faktor A dan C (BC)jk : Pengaruh interaksi faktor B dan C

(ABC)ijk : Pengaruh interaksi faktor A, B, dan C Eijkl : Galat percobaan

3. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis of variance

(ANOVA). Uji lanjutan yang dipakai untuk uji beda nyata antar perlakuan adalah uji Duncan, karena perlakuan menggunakan kontrol dan hasilnya diharapkan lebih teliti.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


(40)

Pengamatan terhadap pertumbuhan stek dilakukan di Rumah Kaca Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, dan dilanjutkan dengan pengamatan di lapangan, yaitu di Arboretum Tumbuhan Hutan Tropika Indonesia, Institut Pertanian Bogor. Selama pengamatan di rumah kaca, hujan sering sekali turun. Suhu rata-rata mencapai 25.5°C dengan kisaran antara 22-28°C. Kelembaban rata-rata mencapai 88.8% dengan kisaran antara 83-97.3%. Stek mulai mengalami kematian pada 2 MSP

(Minggu Setelah Perlakuan). Hal ini disebabkan oleh white rust (karat putih).

Gangguan ini diduga ditimbulkan oleh cendawan Puccinia horiana. Cipratan air

hujan yang jatuh dari atap memudahkan penyebaran spora dan menyerang stek, terutama pada stek yang terletak di barisan terluar.

Tanaman yang dibudidayakan baik di rumah kaca maupun yang ditanam di lapangan tidak lepas dari gangguan gulma (tumbuhan pengganggu). Tanaman yang masih muda atau yang baru ditanam harus lebih mendapat perhatian. Tanaman seperti ini mempunyai sistem perakaran yang masih terbatas sehingga akan kalah bersaing dalam memperebutkan hara dengan gulma. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyiangan. Selain untuk memberantas gulma, penyiangan juga bertujuan untuk memperbaiki aerasi tanah. Suhu rata-rata selama pengamatan di lapangan mencapai 27.25°C dengan kisaran antara 25.5-28.1°C. Kelembaban rata-rata mencapai 85.8% dengan kisaran antara 80-90%. Selama pengamatan baik di rumah kaca maupun di lapangan, banyak stek yang terserang busuk batang.

Penyakit ini diduga disebabkan oleh cendawan Fusarium culmorum. Stek yang

tidak tahan terhadap serangan penyakit ini akhirnya mengalami kematian. Selama pengamatan daun stek juga diserang oleh ulat. Pengendalian terhadap hama ini dilakukan dengan membuang ulat dari tanaman secara teratur.

B. Pengamatan di Rumah Kaca 1. Jumlah Daun


(41)

5 .0 8

7 .6 8 8 .0 6

0 2 4 6 8 1 0

IB A NA A IB A & NA A

Z at Pe n g at u r T u m b u h

R a t a -r a t a p e n a m b ju m la h da u n ( h e

Gambar 2. Rata-rata penambahan jumlah daun Sangitan di rumah kaca

Pertumbuhan daun di rumah kaca mulai terlihat sejak satu minggu pertama setelah perlakuan (1 MSP). Stek mengalami penambahan jumlah daun yang terbesar pada minggu ketiga. Jumlah daun terus meningkat pada setiap minggunya. Analisa sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan ZPT IBA dan NAA terhadap pertumbuhan jumlah daun (Lampiran 1). Hasil analisa menunjukkan bahwa pemberian ZPT NAA dan kombinasi antara IBA dan NAA berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan daun. Uji lanjut Duncan untuk pengaruh ZPT NAA (Lampiran 2) menunjukkan bahwa konsentrasi ZPT NAA yang paling baik adalah 500 ppm dengan nilai sebesar 5-6 helai, sedangkan

konsentrasi terbaik kombinasi antara ZPT IBA dan NAA (Lampiran 3) adalah

ZPT IBA 500 ppm dan ZPT NAA 500 ppm dengan nilai sebesar 4-5 helai.

Pemberian ZPT IBA tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun (lihat Gambar 2). Hal ini diduga disebabkan oleh pemberian konsentrasi ZPT IBA yang belum tepat. Audus (1963) menyatakan bahwa setiap jenis tumbuhan akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap pemberian ZPT pada konsentrasi yang berbeda-beda pula. Selain itu, kemungkinan stek Sangitan belum siap menerima perlakuan ZPT IBA, sehingga tidak mampu memberikan respon terhadap zat pengatur tumbuh yang diberikan. Lebih lanjut Audus (1963) menjelaskan bahwa pemberian ZPT pada tanaman pada saat yang tidak tepat dapat membuat tumbuhan tidak memberikan respon terhadap ZPT yang diberikan.

Pemberian perlakuan kombinasi antara ZPT IBA dan NAA berpengaruh sangat nyata terhadap penambahan jumlah daun. Hal ini sesuai dengan pendapat


(42)

Weaver (1972), yang menyatakan bahwa kombinasi antara ZPT IBA dan NAA akan lebih efektif pemakaiannya daripada pemberian ZPT IBA secara tunggal maupun ZPT NAA secara tunggal. Penggunaan kombinasi antara ZPT IBA dan NAA akan memberikan respon yang lebih baik. ZPT NAA berpengaruh sangat nyata terhadap penambahan jumlah daun. Diduga, ZPT NAA mempunyai daya pertahanan terhadap kondisi fisik lingkungannya yang kurang menguntungkan. ZPT NAA cenderung stabil terhadap adanya cahaya dan tahan terhadap bakteri pembusuk yang berasal dari lingkungan di sekitarnya (Hartmann dan Kester, 1978).

Secara keseluruhan, kondisi pertumbuhan Sangitan pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kondisi pertumbuhan Sangitan pada berbagai perlakuan 2. Jumlah Tunas

Pertumbuhan tunas mulai muncul sejak 1 MSP. Stek mengalami kenaikan jumlah tunas terbesar pada minggu kedua. Pertumbuhan tunas sangat penting bagi keberlangsungan hidup stek. Hal ini dikarenakan tunas mampu mendorong terjadinya perakaran pada stek. Pembentukan akar sulit terjadi apabila tunas tidak tumbuh. Tunas berperan sebagai sumber auksin, terutama bila tunas tersebut mulai tumbuh (Hartmann dan Kester, 1978).

IBA +NAA NAA IBA


(43)

1 .2 0

0 .7 8

1 .0 1

0 .5 0 0 .7 0 0 .9 0 1 .1 0 1 .3 0

IB A N AA IB A& N AA

Za t P e nga tur Tum buh

R a ta -r a ta p en am b ah a n j u tu n a s ( b u ah )

Gambar 4. Rata-rata penambahan jumlah tunas Sangitan di rumah kaca

Analisa sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan ZPT IBA dan NAA terhadap pertumbuhan jumlah tunas. Hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil analisa menunjukkan pemberian ZPT IBA berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah tunas. Hal ini diduga bahwa ZPT IBA telah mendorong stek untuk membentuk akar sehingga cadangan karbohidrat dalam stek tetap tersedia. Uji lanjut Duncan untuk pengaruh ZPT IBA yang dapat dilihat pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa konsentrasi ZPT IBA yang paling baik untuk pertumbuhan tunas adalah 400 ppm dengan nilai sebesar 1-2 tunas.

Kramer dan Kozlowski (1960) mengemukakan bahwa pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh cadangan karbohidrat. Akar stek yang diduga telah terbentuk akan aktif menyerap zat-zat hara dari media tanam tanam untuk melakukan proses fotosintesis. Daun muda yang baru tumbuh aktif melakukan proses fotosintesis membentuk karbohidrat sebagai cadangan makanan. Sedangkan pemberian ZPT NAA maupun kombinasi antara ZPT IBA dan NAA tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan jumlah tunas. Hal ini diduga konsentrasi ZPT yang dipergunakan belum tepat. Untuk tumbuhan berkayu lunak, pemberian ZPT IBA, NAA, maupun kombinasinya akan efektif dalam merangsang pembentukan tunas pada selang konsentrasi 500-2000 ppm (Mahlstede dan Haber, 1976).

Lebih lanjut Rochiman dan Harjadi (1973) mengemukakan bahwa ZPT IBA bersifat lebih baik dan lebih efektif daripada ZPT NAA karena struktur kimia ZPT IBA lebih stabil. Selain itu, ZPT IBA cenderung mempunyai daya


(44)

mati

IBA NAA IBA & NAA

kerja yang lebih lama daripada ZPT NAA. Kedua jenis ZPT ini mempunyai susunan cincin yang mengandung ikatan rangkap sebagai inti, dan terdapat rangkaian gugus karboksil (Dwidjoseputro, 1981). Berikut merupakan gambar rumus bangun ZPT IBA dan NAA.

IBA NAA Gambar 5. Rumus Bangun ZPT IBA dan NAA

3. Jumlah dan Panjang Akar

Secara keseluruhan, kondisi perakaran Sangitan pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi ZPT IBA, NAA, dan kombinasinya terhadap jumlah akar stek dapat dilihat pada Lampiran 6.

Gambar 6. Kondisi perakaran Sangitan dengan berbagai perlakuan

Berdasarkan hasil sidik ragam, ZPT NAA berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah akar stek. Hal ini diduga karena penggunaan konsentrasi untuk ZPT ini belum tepat. Menurut Kusumo (1984), ZPT NAA mempunyai sifat yang

H N

CH2CH2CH2COOH


(45)

lebih keras dengan selang konsentrasi yang sempit. Rangsangannya terhadap pertumbuhan akar mendekati batas menghambat, sehingga dalam penggunaannya harus lebih berhati-hati. Pemberian ZPT IBA berpengaruh nyata terhadap jumlah akar stek. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa faktor tunggal ZPT IBA memberikan hasil yang terbaik pada konsentrasi 400 ppm. Hal ini bisa dilihat pada Lampiran 7. Hartmann dan Kester (1978) mengemukakan bahwa pembentukan akar dipengaruhi oleh media tanam. Media tanam merupakan faktor luar yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan perakaran. Dalam percobaan

di rumah kaca ini, stek Sangitan ditanam dalam polybag dengan media tanam

berupa campuran antara tanah dan pasir yang sudah disterilkan dengan perbandingan 1:1. Pasir dalam media tanam memungkinkan adanya ruang pori yang mendukung pertumbuhan akar. Pasir tersebut akan membuat tekstur menjadi kasar dan jumlah ruang pori makronya lebih banyak daripada jumlah ruang pori mikronya. Menurut Soepardi (1983), ruang pori makro akan membuat sirkulasi udara dan sirkulasi air didalam tanah menjadi lancar.

Pemberian ZPT IBA yang dikombinasikan dengan ZPT NAA berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan jumlah akar. Hal ini sesuai dengan pendapat Weaver (1972) yang menyatakan bahwa penggunaan kombinasi antara ZPT IBA dan NAA cenderung memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap perakaran stek. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kombinasi antara ZPT IBA 400 ppm dan ZPT NAA 500 ppm memberikan hasil yang terbaik. Hal ini bisa dilihat pada Lampiran 8. Grafik hubungan antara konsentrasi ZPT terhadap rata-rata jumlah akar dapat dilihat pada Gambar 7.

7 8 9 10 11 12 13

100 200 300 400 500

konsentrasi ZPT (ppm)

ra ta -r a ta j u m la h aka r ( h e la i) IBA NAA IBA&NAA Kontrol

Gambar 7. Grafik hubungan antara konsentrasi ZPT terhadap rata-rata jumlah akar

R a ta -r a ta j u m lah a k a r ( bua h )


(46)

Pengaruh konsentrasi ZPT IBA, NAA, dan kombinasinya terhadap panjang akar stek dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan hasil sidik ragam, ZPT NAA dan kombinasi antara ZPT IBA dan NAA berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan panjang akar. Sedangkan pemberian faktor tunggal ZPT IBA berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang akar (Lampiran 10). Konsentrasi ZPT IBA 100 ppm merupakan konsentrasi yang memberikan hasil terbaik. Grafik hubungan antara konsentrasi ZPT terhadap panjang akar dapat dilihat pada Gambar 8. Menurut Audus (1963), perlakuan ZPT IBA akan menghasilkan beberapa akar yang cepat menjadi panjang dan membuat sistem perakaran yang lebih baik.

20 22 24 26 28

100 200 300 400 500

konsentrasi ZPT (ppm)

ra ta -r a ta p an ja n g aka r ( c m ) IBA NAA IBA&NAA Kontrol

Gambar 8. Grafik hubungan antara ZPT terhadap rata-rata panjang akar 4. Persentase Stek Hidup

Pengamatan terhadap persentase stek hidup dilakukan pada minggu kedelapan. Stek hidup dicirikan dengan masih segarnya stek sampai akhir pengamatan di rumah kaca. Batang stek tidak menjadi lembek, tidak mengalami kebusukan, serta tidak menunjukkan gejala kekeringan. Pada satu MSP stek mempunyai persentase hidup yang tinggi (100%). Seluruh stek hidup dan tidak ditemukan gejala kekeringan ataupun kebusukan. Mulai dua MSP hingga akhir pengamatan di rumah kaca persentase hidup semakin menurun. Penurunan persentase stek hidup Sangitan di rumah kaca dapat dilihat pada Gambar 9.

R a ta -r a ta p a n ja ng ak a r (c m )


(47)

100

89.24 86.11 84.72

82.29 82.29 80.21 78.82

0 20 40 60 80 100 120

1 2 3 4 5 6 7 8

minggu ke-p e rsen ta s e s tek h id u p

Gambar 9. Penurunan persentase stek hidup Sangitan di rumah kaca Penurunan jumlah stek hidup ini sebagian besar disebabkan oleh kekeringan dan kebusukan pada bagian batang. Batang stek yang mengalami kebusukan menjadi lembek. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya respon tanaman terhadap perbedaan konsentrasi ZPT yang diberikan. Menurut Weaver (1972), tanaman akan memberi respon terhadap pemberian ZPT yang berbeda-beda, tergantung pada konsentrasi ZPT, keadaan tanaman, dan keadaan lingkungan. Respon ini dapat bersifat menguntungkan dan bisa juga bersifat merugikan.

Penurunan persentase stek hidup juga diduga oleh adanya cendawan

Fusarium culmorum. Cendawan ini menginfeksi batang sehingga menjadi busuk.

Menurut Semangun (1991), cendawan F. culmorum menyebabkan busuk pada

akar, leher akar, dan batang. Cendawan ini diduga berasal dari tanaman induk sehingga bahan stek yang kurang steril menjadi terinfeksi. Lebih lanjut Semangun (1991) menjelaskan bahwa dalam keadaan lembab, cendawan tumbuh dengan cepat dan lebat seperti beledu pada permukaan jaringan suatu tanaman. Selain bisa terbawa oleh bibit yang terinfeksi, cendawan ini bisa berasal dari media tanam yang terinfeksi.

Secara keseluruhan kondisi pertumbuhan stek di rumah kaca tergolong baik. Faktor suhu dan kelembaban diduga turut mendukung pertumbuhan stek. Menurut Edmond, Senn, dan Andrews (1964), suhu udara yang rendah dan kelembaban udara yang tinggi menyebabkan laju transpirasi berkurang, stomata terbuka, turgiditas sel terlindungi, dan CO2 akan lebih banyak terdifusi kedalam daun, sehingga akan mempercepat terbentuknya karbohidrat. Andriance dan

Pengamatan (minggu ke-)

P e rs ent a s e s te k h id u p ( % )


(48)

Brison (1955) mengemukakan bahwa kelembaban udara yang tinggi sangat berguna untuk mencegah kekeringan sebelum stek berakar. Kelembaban udara sebaiknya selalu mendekati 100% selama beberapa hari setelah stek ditanam.

C. Pengamatan di Lapangan 1. Jumlah Daun

Stek yang berdaun cenderung mempunyai kemampuan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini diduga dengan adanya pertumbuhan daun yang baik akan mempengaruhi kondisi pertumbuhan akar. Rochiman dan Harjadi (1973) mengemukakan bahwa daun dapat menghasilkan auksin yang mendukung pertumbuhan akar stek. Melalui daun ini pula proses fotosintesis dapat berlangsung sehingga stek mampu menghasilkan karbohidrat sebagai persediaan makanannya.

Pemberian faktor tunggal ZPT IBA dan pupuk memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap penambahan jumlah daun di lapangan. Demikian juga pemberian ZPT IBA yang dikombinasikan dengan pupuk, dan pemberian ZPT NAA yang dikombinasikan dengan pupuk. Pemberian faktor tunggal ZPT NAA berpengaruh nyata, sedangkan pemberian ZPT IBA yang dikombinasikan dengan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan jumlah daun. Begitu juga dengan interaksi antara ZPT IBA, NAA, dan pupuk, berpengaruh tidak nyata terhadap penambahan jumlah daun (Lampiran 11).

Pada 1 MST (Minggu Setelah Tanam) di lapangan, stek melakukan penyesuaian terhadap lingkungannya. Daun-daun yang sudah terbentuk banyak yang berubah warna menjadi kuning, dan beberapa diantaranya gugur. Dimungkinkan pada saat penanaman di lapangan terjadi penguapan besar-besaran akibat dari tingginya laju transpirasi. Hal ini mendukung terjadinya proses pengguguran daun tersebut. Tidak berpengaruhnya kombinasi antara ZPT IBA dan NAA maupun kombinasi antara ZPT IBA, NAA, dan pupuk terhadap penambahan jumlah daun dimungkinkan karena ZPT IBA dan NAA lebih efektif bekerja pada akar daripada pada daun. Pengaruh ZPT IBA, NAA, dan pupuk terhadap jumlah daun di lapangan disajikan pada Gambar 10, 11, dan 12.


(49)

1 0 2 0 3 0 4 0 5 0

0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0

I B A (p p m )

r a ta -r a ta j m l d

m g g u k e -2 m g g u k e -4 m g g u k e -6 m g g u k e -8 m g g u k e -1 0 m g g u k e -1 2

Gambar 10. Pengaruh ZPT IBA terhadap rata-rata jumlah daun di lapangan.

1 0 2 0 3 0 4 0 5 0

0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0

NAA (ppm )

r a ta -r a ta j m l d

m g g u k e -2 m g g u k e -4 m g g u k e -6 m g g u k e -8 m g g u k e -1 0 m g g u k e -1 2

Gambar 11. Pengaruh ZPT NAA terhadap rata-rata jumlah daun di lapangan.

0 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0

2 4 6 8 1 0 1 2

m inggu k e

-r a ta -r a ta j m l d

p u p u k 9 2 .5 % p u p u k 0 %

Gambar 12. Pengaruh pupuk terhadap rata-rata jumlah daun di lapangan.

Pengamatan (minggu ke-)

R a ta -r a ta j u m la h dau n (hel ai

) Pupuk kotoran sapi 7.5%

Pupuk kotoran sapi 0%

Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-6 Minggu ke-8 Minggu ke-10 Minggu ke-12 R a ta -r a ta ju m la h d aun (hel ai )

Konsentrasi NAA (ppm)

Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-6 Minggu ke-8 Minggu ke-10 Minggu ke-12 R a ta -r a ta ju m la h d aun (hel ai )


(50)

2. Tinggi Tanaman

Pemberian faktor tunggal ZPT IBA, NAA, dan pupuk memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap penambahan tinggi tanaman di lapangan. Demikian juga pemberian ZPT IBA yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk, dan pemberian ZPT NAA yang dikombinasikan dengan pemberian pupuk. Sedangkan pemberian ZPT IBA yang dikombinasikan dengan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan tinggi tanaman. Begitu juga dengan interaksi antara ZPT IBA, NAA, dan pupuk.

Intensitas cahaya yang sangat tinggi di lapangan diduga turut mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Curtis dan Clark (1950) mengemukakan bahwa cahaya mempunyai efek yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman dikarenakan pengaruhnya terhadap proses fotosintesis, pembukaan stomata, dan sintesa klorofil. Cahaya juga mempengaruhi pembesaran sel yang dapat dilihat pada penambahan tinggi tanaman. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pertumbuhan tinggi dapat diketahui dari bertambahnya jumlah sel, bertambahnya jumlah protoplasma, bertambahnya jumlah struktur sel, dan bertambah besarnya ukuran sel.

Kegiatan pemupukan pada tanaman diduga mempengaruhi penambahan tinggi tanaman. Selain dapat menambah unsur hara yang lengkap kedalam tanah, pupuk kandang juga dapat mendorong kehidupan jasad renik. Pupuk kandang juga mampu menaikkan daya penahanan air. Hal ini menyebabkan air tanah mengandung bahan-bahan mudah larut yang mudah diserap oleh bulu akar. Pupuk kandang juga berperan dalam meningkatkan kandungan humus, dimana humus ini dapat mempertahankan struktur tanah sehingga mudah diolah dan mengandung banyak oksigen (Sarief, 1985). Pengaruh ZPT IBA, NAA, dan pupuk terhadap rata-rata tinggi tanaman di lapangan disajikan pada Gambar 13, 14, dan 15.


(51)

3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0

0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 k o n s e n tra s i IB A ( p p m )

ra ta -ra ta t ingg i

m g g u k e -2 m g g u k e -4 m g g u k e -6 m g g u k e -8 m g g u k e -1 0 m g g u k e -1 2

Gambar 13. Pengaruh ZPT IBA terhadap rata-rata tinggi tanaman di lapangan.

3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0

0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 k o n s e n tr a s i N AA ( p p m )

ra ta -ra ta t in gg i

m g g u k e -2 m g g u k e -4 m g g u k e -6 m g g u k e -8 m g g u k e -1 0 m g g u k e -1 2

Gambar 14. Pengaruh ZPT NAA terhadap rata-rata tinggi tanaman di lapangan

0 2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0

2 4 6 8 1 0 1 2

m i n g g u k e

-ra ta -ra ta t ingg i

p u p u k 9 2 .5 % p u p u k 0 %

Gambar 15. Pengaruh pupuk terhadap rata-rata tinggi tanaman di lapangan

Pengamatan (minggu ke-)

Pupuk kotoran sapi 7.5% Pupuk kotoran sapi 0%

R a ta -r a ta t ingg i ( c m ) Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-6 Minggu ke-8 Minggu ke-10 Minggu ke-12 Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-6 Minggu ke-8 Minggu ke-10 Minggu ke-12 R a ta -r a ta t ingg i ( c m ) R a ta -r a ta t ingg i ( c m )

Konsentrasi NAA (ppm) Konsentrasi IBA (ppm)


(52)

3. Jumlah Cabang

Berdasarkan hasil analisa sidik ragam pada Lampiran 23, diketahui bahwa faktor tunggal pupuk berpengaruh sangat nyata terhadap penambahan jumlah cabang di lapangan. Sedangkan faktor tunggal lainnya beserta berbagai macam kombinasinya tidak berpengaruh nyata. Hal ini dimungkinkan bahwa perlakuan auksin yang diberikan pada stek kurang efektif bekerja pada pembentukan cabang. Cadangan makanan yang ada sebagian besar dimobilisasi ke bagian akar sehingga pertumbuhan cabang untuk sementara terhambat. Diduga, auksin yang diberikan pada stek lebih berpengaruh pada pembentukan akar.

Wareing dan Patrick (1976) mengemukakan bahwa asimilat (cadangan makanan) akan bergerak kearah bagian tanaman yang mengandung ZPT dalam konsentrasi tinggi. Lebih lanjut Prawiranata, Harran dan Tjondronegoro (1989) menambahkan bahwa ZPT dengan konsentrasi tinggi terdapat didalam jaringan meristem, seperti pada ujung batang dan akar.

Peningkatan pertumbuhan tanaman berupa penambahan cabang diduga banyak dipengaruhi oleh adanya unsur-unsur makro dan mikro yang ditambahkan pada tanaman melalui kegiatan pemupukan. Pupuk kandang yang diberikan pada tanaman mempunyai kandungan unsur hara yang lengkap, meliputi unsur hara makro (N, P, K), unsur hara mikro (Ca, Mg, S, Mn, Co, Bo), serta banyak mengandung mikroorganisme (Sarief, 1986). Pengaruh ZPT IBA, NAA, dan pupuk terhadap rata-rata jumlah cabang di lapangan disajikan pada Gambar 16, 17, dan 18, sedangkan kondisi pertumbuhan Sangitan pada berbagai perlakuan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 19.

1 1 .1 1 .2 1 .3 1 .4 1 .5

0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 k o n s e n tr a s i IB A (p p m )

r a ta -r a ta j m

l c m g g u k e -2

m g g u k e -4 m g g u k e -6 m g g u k e -8 m g g u k e -1 0 m g g u k e -1 2

Gambar 16. Pengaruh ZPT IBA terhadap rata-rata jumlah cabang di lapangan

R a ta -r a ta j u m la h c a b a n g ( b ua h )

Konsentrasi IBA (ppm)

Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-6 Minggu ke-8 Minggu ke-10 Minggu ke-12


(53)

1 .1 1 .2 1 .3 1 .4 1 .5

0 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 k o n s e n tra s i N AA (p p m )

ra ta -ra ta j m l c

abang m g g u k e -2

m g g u k e -4 m g g u k e -6 m g g u k e -8 m g g u k e -1 0 m g g u k e -1 2

Gambar 17. Pengaruh ZPT NAA terhadap rata-rata jumlah cabang di lapangan

0 .9 1 .1 1 .3 1 .5 1 .7

2 4 6 8 1 0 1 2

m i n g g u k e

-r a ta -ra ta j m l c ab

p u p u k 9 2 .5 % p u p u k 0 %

Gambar 18. Pengaruh pupuk terhadap rata-rata jumlah cabang di lapangan

A&P1

A&P0 B&P1 B&P0

A0B0PO A0B0P1 A&B&P1

Gambar 19. Kondisi pertumbuhan Sangitan pada berbagai perlakuan di lapangan

R a ta -r a ta j u m la h c aba n

g (

b ua h) R a ta -r a ta j u m la h c aba n

g (

b

ua

h)

Pengamatan (minggu ke-)

Pupuk kotoran sapi 7.5% Pupuk kotoran sapi 0%

Minggu ke-2 Minggu ke-4 Minggu ke-6 Minggu ke-8 Minggu ke-10 Minggu ke-12


(54)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengamatan di rumah kaca menunjukkan bahwa :

•Konsentrasi ZPT NAA 500 ppm dan kombinasi antara ZPT IBA 500 ppm

dengan ZPT NAA 500 ppm memberikan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan jumlah daun.

•Konsentrasi ZPT IBA 400 ppm merupakan konsentrasi terbaik yang

mempengaruhi pertumbuhan jumlah tunas.

•Konsentrasi ZPT IBA 400 ppm dan kombinasi antara ZPT IBA 400 ppm

dan ZPT NAA 500 ppm memberikan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan jumlah akar.

•Konsentrasi ZPT IBA 100 ppm merupakan konsentrasi terbaik yang

mempengaruhi pertumbuhan panjang akar. 2. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa :

•Konsentrasi ZPT IBA 500 ppm, ZPT NAA 400 ppm, serta interaksinya

dengan pupuk memberikan hasil yang terbaik pada penambahan jumlah daun.

•Konsentrasi ZPT IBA 500 ppm, ZPT NAA 500 ppm, interaksi antara ZPT

IBA 500 ppm dengan pupuk serta interaksi antara ZPT NAA 400 ppm dengan pupuk merupakan konsentrasi terbaik yang mempengaruhi penambahan tinggi tanaman.

•Penambahan jumlah cabang tanaman hanya dipengaruhi oleh faktor

tunggal pupuk.

B. Saran

Perlu dilakukan percobaan perbanyakan Sangitan menggunakan kombinasi antara ZPT auksin dan bukan auksin, penggunaan media tanam yang berbeda dan penggunaan bahan stek dari organ selain batang (akar, daun, dan pucuk). Selain itu perlu dilakukan uji coba perbanyakan Sangitan dengan menggunakan biji (perbanyakan secara generatif).


(1)

Lampiran 17. Tabel sidik ragam pengaruh ZPT IBA, NAA, dan

kombinasinya serta interaksinya dengan pupuk terhadap penambahan tinggi

tanaman di lapangan

Sumber

dB

JK

KT

Fhit

F

0.05

F

0.01

IBA

5

5558.404

1111.681

8.527**

2.47

3.56

NAA

5

2622.195

524.439

4.022**

2.47

3.56

Pupuk

1

3713.068

3713.068

28.479**

4.11

7.37

IBA*NAA

25

4090.201

163.608

1.255

1.78

2.26

IBA*Pupuk

5

4635.736

927.147

7.111**

2.47

3.56

NAA*Pupuk

5

3167.632

633.526

4.859**

2.47

3.56

IBA*NAA*Pupuk

60

6849.148

114.152

0.876

1.66

2.05

Galat

37

4824.025

130.379

Total

143

35460.409

Keterangan : * = Signifikan pada taraf uji 5% ** = Signifikan pada taraf uji 1%

Lampiran 18. Uji Lanjut Duncan ZPT IBA terhadap penambahan tinggi tanaman di

lapangan

SUBSET

IBA

1

2

3

4

0

46.51

100

54.44

300

54.76

54.76

200

55.76

55.76

400

60.58

500

68.60

Alpha = .01

Lampiran 19. Uji Lanjut Duncan ZPT NAA terhadap penambahan tinggi tanaman di

lapangan

SUBSET

NAA

1

2

3

0

51.79

300

53.26

53.26

100

54.49

200

56.19

400

63.07

500

61.84

Alpha = .01

Lampiran 20. Uji Lanjut Duncan pupuk terhadap penambahan tinggi tanaman di

lapangan

PUPUK

SUBSET

Pupuk 0 %

51.73

Pupuk 7.5 %

61.82


(2)

Lampiran 21. Uji Lanjut Duncan ZPT IBA dan pupuk terhadap penambahan tinggi

tanaman di lapangan

SUBSET

IBA&PUPUK

1

2

3

IBA 0.0 PUPUK 7.5%

53.38

IBA 100 PUPUK 7.5%

56.02

IBA 300 PUPUK 7.5%

56.13

56.13

IBA 200 PUPUK 7.5%

56.46

IBA 400 PUPUK 7.5%

58.07

58.07

IBA 500 PUPUK 7.5%

60.74

Alpha = .01

Lampiran 22. Uji Lanjut Duncan ZPT NAA dan pupuk terhadap penambahan tinggi

tanaman di lapangan

SUBSET

NAA&PUPUK

1

2

3

NAA 0.0 PUPUK 7.5%

53.38

NAA 300 PUPUK 7.5%

53.86

NAA 100 PUPUK 7.5%

54.27

NAA 200 PUPUK 7.5%

54.84

NAA 500 PUPUK 7.5%

56.72

56.72

NAA 400 PUPUK 7.5%

57.13

Alpha = .01

Lampiran 23. Tabel sidik ragam pengaruh ZPT IBA, NAA, dan kombinasinya serta

interaksinya dengan pupuk terhadap penambahan jumlah cabang di

lapangan

Sumber

dB

JK

KT

Fhit

F

0.05

F

0.01

IBA

5

1.1730

0.235

0.618

2.47

3.56

NAA

5

0.5341

0.107

0.282

2.47

3.56

Pupuk

1

3.849

3.849

10.129**

4.11

7.37

IBA*NAA

25

0.854

0.034

0.089

1.78

2.26

IBA*Pupuk

5

0.837

0.167

0.439

2.47

3.56

NAA*Pupuk

5

2.192

0.438

1.153

2.47

3.56

IBA*NAA*Pupuk

60

9.238

0.154

0.405

1.66

2.05

Galat

37

14.072

0.380

Total

143

32.749

Keterangan : ** = Signifikan pada taraf uji 1%

Lampiran 24. Uji Lanjut Duncan pupuk terhadap penambahan jumlah cabang di lapangan

PUPUK

SUBSET

Pupuk 0 %

1.15

Pupuk 7.5 %

1.48


(3)

Lampiran 25. Keadaan kelembaban di rumah kaca (%) :

Tanggal 07.30 13.30 17.30 rata-rata

20/10 100 92 100 97.33 21/10 92 92 92 92.00 22/10 100 92 100 97.30 23/10 92 84 100 92.00 24/10 92 84 100 92.00 25/10 100 85 92 92.30 26/10 100 84 92 92.00 27/10 100 85 92 92.30 28/10 92 85 92 89.60 29/10 100 92 100 97.30 30/10 100 73 100 91.00 31/10 100 84 100 94.60 1/11 100 84 100 94.60 2/11 100 79 100 93.00 3/11 84 73 92 83.00 4/11 100 73 92 88.30 5/11 100 73 100 91.00 6/11 92 79 92 87.60 7/11 100 79 85 88.00 8/11 92 79 100 90.30 9/11 92 79 100 90.30 10/11 92 84 84 87.00 11/11 78 79 92 83.00 12/11 84 72 100 85.30 13/11 85 79 100 88.00 14/11 85 79 100 88.00 15/11 84 72 85 80.30 16/11 92 72 78 80.60 17/11 84 79 92 85.00 18/11 84 73 92 83.00 19/11 84 72 92 83.00 20/11 84 92 92 89.00 21/11 92 92 84 89.00 22/11 77 72 100 83.00 23/11 84 91 91 89.00 24/11 91 78 92 87.00 25/11 91 79 92 87.00 26/11 92 79 78 83.00 27/11 84 79 92 85.00 28/11 84 79 92 85.00 29/11 92 79 91 87.00 30/11 91 79 91 87.00 1/12 91 92 92 92.00 2/12 92 85 85 87.00 3/12 92 85 85 87.00 4/12 92 85 85 87.00 5/12 92 92 84 89.00 6/12 92 92 92 92.00 7/12 92 92 92 92.00 8/12 92 93 90 92.00 9/12 84 92 90 89.00 10/12 92 93 92 92.00 11/12 92 79 91 87.00 12/12 92 92 92 92.00 13/12 92 72 92 85.30 14/12 84 92 92 89.00


(4)

Lampiran 26. Keadaan suhu di rumah kaca (

0

C ) :

Tanggal 07.30 13.30 17.30 rata-rata

20/10 24.5 26.5 25.5 26 21/10 22 30.5 28 27 22/10 24 28 22.5 25 23/10 23 28 26 26 24/10 23.5 31 26 27 25/10 23 30 26 26 26/10 24 30 26 27 27/10 24 30 26 27 28/10 24.5 25.5 24.5 25 29/10 22.5 26 23 24 30/10 23 26 23.5 24 31/10 22.5 25 24.5 24 1/11 24.5 26 23.5 25 2/11 23 26.5 26 25 3/11 23 27 25 25 4/11 25 27 26 26 5/11 23 28 27 26 6/11 24.5 30.5 26 27 7/11 23 27.5 26 26 8/11 24 27.5 21 24 9/11 25 28 26 26 10/11 25 28 24.5 26 11/11 25 28 25 26 12/11 24 31 27 27 13/11 25 30.5 25.5 27 14/11 25 29 25 26 15/11 23 29 26.5 26 16/11 22 31.5 26.5 27 17/11 23.5 33.5 26.5 28 18/11 24 30 26.5 27 19/11 24 28.5 26 26 20/11 24 23.5 23 24 21/11 23.5 24 23 24 22/11 23.5 32.5 24 27 23/11 22 22.5 22 22 24/11 22 27.5 23 24 25/11 22 28 23 24 26/11 22.5 28 26 26 27/11 25 30 25 27 28/11 24 28 23 25 29/11 23.5 28 22 25 30/11 21 28 23 24 1/12 21 28 23.5 24 2/12 22.5 27 25 25 3/12 23 29 26 26 4/12 23 26 23.5 24 5/12 23 26 22.5 24 6/12 23 26 25 25 7/12 23.5 27.5 23 25 8/12 21 28 23.5 24 9/12 25 32 25 27 10/12 25 32 25 27 11/12 25 32 25 27 12/12 23 26 22.5 24 13/12 23 26 25 25 14/12 23.5 27.5 23 25


(5)

Lampiran 27. Data Klimatologi Darmaga Bogor tahun 2004-2005

Temperatur

Maksimum Minimum

Bulan

ABS

ABS

Kelembaban nisbi

Penguapan

Lama

penyinaran

Kecepatan

angin

Hari

hujan

Curah

hujan

September’04

33.3

21

82

4.7

82

2.2

22

392

Oktober

33.8

21

80

4.7

88

2.3

21

277

Nopember

33.7

22.5

86

4.2

64

2.3

27

401

Desember

34.1

20.8

86

3.5

35

2.3

25

432

Januari‘05

32.6

21.4

90

3.0

35

2.3

27

537

Februari

33.2

21.5

89

3.8

48

2.1

25

580

Maret

33.4

21.7

87

4.2

59

2.4

25

568

April

33.8

21.9

85

4.1

67

2.3

22

308

Mei

33.2

21.0

85

3.6

74

1.9

16

429

Juni

32.9

21.4

87

3.5

67

1.9

24

682

Jumlah

334.0

214.2

856.2

39.4

619.4

22.0

234.0

4605.5

Rata-rata

33.4

21.4

85.6

3.9

61.9

2.2

23.4

460.6

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Klas 1 Darmaga Bogor

Keterangan :


(6)