Dampak pembangunan irigasi terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani padi pada irigasi batang anai, kabupaten padang pariaman

DAMPAK PEMBANGUNAN IRIGASI TERHADAP
KETAHANANPANGANRUMAHTANGGAPETANIPADIPADA
IRIGASI BATANG ANAl, KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Oleh:

mON HENDRA
NRP A 155030111

PROGRAM STUDI
ILMU PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PEDESAAN
SEKOLAH PASCASARJANA
. INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR, MEl 2006

SURATPERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benamya bahwa segala pemyataan dalam tesis
saya yang beIjudul:
DAMPAK PEMBANGUNAN IRIGASI TERHADAP KETAHANAN
PANGAN RUMAHTANGGA PETANI PADI PADA IRIGASI BATANG
ANAl, KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan pembimbingan
Komisi pembimbing. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar
pada program sejenis diperguruan tinggi lain. Semua daa dan informasi yang
digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor,

Mei 2006

lhonHendra
NRP A 155030111

ABSTRAK
JHON HENDRA Dampak Pcmbangunan Irigasi terhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga Pelani Padi pad a Irigasi Batmlg Anai, Kabupaten Padang Pariamml
(HERMANTO SIREGAR sebagai Ketua dan HARIANTO sebagai Anggota Komisi
Pembimbing).
Pemanfaatan sumberdaya air seeara efektif dan efisien dapal meningkalkan produksi
pertanian dan ketahanan pangan rumahtangga. Ketersediaan padi di Kabupalen Padang
Pariaman selama 13 tahun terakhir menunjukkan laju pertumbuhan yang rendah yaitu
sebesar 0,52 persen. Pemerintah telah berupaya meningkatkan produksi padi melalui

pembangunan irigasi Batang Anai, letapi sampai saal ini pembangunan irigasi baru
menyelesaikan tahap pertama seluas 6.764 ha dari rencana 13.604 ha. Berdasarkan
kondisi lersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan
irigasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahlangga petani
padi. Analisis dilakukan seeara deskriptif dan menggunakan met ode Two Srage [,east
Squares (2 SLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa daerah irigasi dalam usahatani padi
lebih efisien daJam penggunaan input perlanian seperli pupuk, bibit dan tenaga kerja
dibandingkan daerah tanpa irigasi. Hal ini mendorong tingkal pendapatan. kelersediaan
dan kecukupan energi rumahtangga pelani padi di daerah lrigasi lebih tinggi. Kctahnnal1
pangan rumahtangga pctani padi dipcngaruhi oleh luas areal garapan yang diusahakan.
jumlah tcnaga ォ」セゥャ@
rumahtangga yang bcrburuhtani dan non-pcrtanian. pcndidikan sualni
dan iSlri,jumlah anggota kcluarga. nilai padi yang tidak diJlIaL harga pndi. dan pcngc!uaran
pangan.
Kata kllnei: Kctnhanan

ー。ョセャQ⦅@

rumahtallgg::t pClani. irigasl


@ Hak cipta milik Jhon Hendra, tahun 2006
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm dan sebagainya

DAMPAK PEMBANGUNAN IRIGASI TERHADAP KETAHANAN
PANGAN RUMAHTANGGA PETANI PADI PADA IRIGASI
BATANG ANAl, KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Oleh:
JHONHENDRA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
Pada
Program Studi
IImu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan


SEKOLAHPASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

Judul

Dampak Pembangunan lrigasi Terhadap Ketahanan
Pangan Rumahtangga Petani Padi Pada Irigasi Batang
Anai, Kabupaten Padang Pariaman

Nama Mahaiswa :

Jhon Hendra

NomorPokok

A 155030111

Program Studi


IImu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

セ@

. Ir. Harianto, MS
Anggota

Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc
Ketua

Mengetahui,

Prof. Dr.lr. bang Gonarsyah

Tanggal Ujian: 17 April 2006


Tanggal Lulus: 1 7 MAY 2006

PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Allah Subha.na Wata'ala yang telah memberikan
taufik dan hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesi
dengan judul: Dampak Pembangunan Irigasi Terhadap Ketahanan Pangan
Rumahtangga Petani Padi Pada Irigasi Batang Anai, Kabupaten Padang
Pariaman. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada program Studi lImu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan, Institut Pertanian Bogor.
Seiring dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. Ir.Hermanto Siregar, MEc selaku Ketua Kornisi Pembimbing
dan Bapak Dr. Ir.Harianto, MS selaku anggota Kornisi Pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan dari awal hingga tersusunnya tesis ini.
Ucapan terima kasih khususnya kepada istriku tercinta Euis Siti Aisyah
serta anak-anakku Naila dan Nadia atas keiklasan dan pengertian yang tiada hentihentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Dernikian pula
kepada Ibunda dan Ayahanda yang selalu mendoakan dan memberikan dorongan
moril kepada penulis.
Selanjutnya ucapan terima kasihjuga penulis sampaikan kepada:


1. Bapak Rektor, Dekan Sekolah Pascasrujana dan Ketua Program Studi lImu
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Institut Pertanian Bogor
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis selama
mengikuti pendidikan Program Magister Sains di Sekolah Pascasrujana
Institut Pertanian Bogor.
2. Bapak Menteri Pertanian, Bapak KepaIa Badan Pengembangan Sumberdaya
Manusia Departemen Pertanian dan Bapak Kepala Badan Ketahanan Pangan
yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa.
3. Bapak Dosen di lingkungan Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan
Wilayah dan Pedesaan yang telah membimbing penulis selama mengikuti
pendidikan.
4. Bapak dan Ibu Pegawai Administrasi Sekolah Pascasrujana IPB atas kemudahan urusan administrasi yang mendukung penulis dalam masa pendidikan.

5. Bapak Kepala Dinas PekeIjaan Umum Kabupaten Padang Pariaman dan
Kepala Cabang Dinas IV PekeIjaan Umum Kecamatan Lubuak Alung yang
telah membantu penulis daIam memperoleh data.
6. Bapak dan Ibu petani padi, selaku responden yang telah memberikan jawaban
sebagai data penuIisan tesis.
7. Adikku Yeni, Aid dan Mon yang telah memberikan dorongan moril dan
semangat untuk menyelesaikan tesis ini.

8. Dan kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat penuIis sebutkan satu per satu
atas bantuannya daIam penyusunan tesis.

Bogor, Mei 2006-05-02

Penulis

RIWAYATHIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Padang Panjang, Propinsi Sumatera Barat pada
tanggal 12 Maret 1974 dari ayah Yusni Datuk Rangkai Tuo dan ibu Syamsidar.
Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.
Tahun 1993 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Padang Panjang dan pada
tabun yang sarna lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Ekonomi Pertanian
dan Sumberdaya, Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian.
Pada tabun 2003 penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan
program magister sains di IPB yang dibiayai oleh Proyek Pengembangan
Kelembagaan Agribisnis dan Sumberdaya Manusia Pertanian Pusat, Badan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian.


DAFTARISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
DAFTAR LAMPlRAN ...................................................................................... xi

I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................... I
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ...................................... 7

II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Irigasi .................................................................................... 8
2.1.1. Definsi dan Fungsi Irigasi... ...................................................... 8
2.1.2. Klasifikasi lrigasi ..................................................................... 8

2.1.3. Pengelolaan Irigasi .................................................................. 10
2.2. Konsep Pembangunan Irigasi ............................................................. 12
2.3. Konsep Ketahanan Pangan ................................................................. 13
2.3.1. Definisi Ketahanan Pangan....................................................... 13
2.3.2. Indikator Ketahanan Pangan ..................................................... 14
2.3.3. Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumabtangga.15
2.4. Konsep Ekoncmi Rumahtangga Pertanian.......................................... 16
2.4.1. Perilaku Rumabtangga Pertanian ............................................. 16
2.4.2. Model Ekonomi Rumahtangga ................................................ 17
2.5. Fungsi Produksi ................................................................................. 24
2.6. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2005 ............................................ 27
2.7. Proyek lrigasi Batang Anai ................................................................ 29
2.8. Studi-Studi Terdahulu ....................................................................... .30
2.8.1. Studi Tentang Pembangunan Irigasi ........................................ .30
2.8.2. Studi Tentang Ketahanan Pangan ............................................ .31
2.8.3. Studi Tentang Ekonomi Rumahtangga di Indonesia ................. .32

IlL KERANGKA PEMIKIRAN
3.1.
3.2.

3.3.
3.4.

Kerangka Pemikiran Konseptual ...................................................... .34
Kerangka Teoritis ............................................................................ .36
Kerangka Pemikiran OperasionaI dan Definisi Operasional... ........... .37
Hipotesis .......................................................................................... .40

IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi Penelitian ..............................................................................42
4.2. Sumber data dan Pemilihan Sampel ................................................. .42
4.3. Analisis ............................................................................................ .43
4.3.1. Analisis Deskriptif. .................................................................43
4.3.2. Anaiisis Ekonometerika......................................................... .44
4.3.2.1. Produksi Padi .......................................................... .48
4.3.2.2. Penggunaan Input Sarana Pertanian Padi... .............. .49

4.4.
4.5.
4.6.
4.7.

v.

4.3.2.3. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi ................51
4.3.2.4. Biaya Produksi Padi.. ...............................................52
4.3.2.5. Pendapatan Rumahtangga Petani Padi.. ....................53
4.3.2.6. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga Petani Padi.. ..55
4.3.2.7. Ketersediaan Pangan ................................................ 56
4.3.2.8. Kecukupan Energi.. .................................................. 57
Identifikasi Model ............................................................................. 57
Pendugaan Model ............................................................................. 61
Valiasi Model ................................................................................... 61
Simulasi Model ................................................................................. 63

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian ............................................................. 67
5.1.1. lrigasi Batang Anai... ............................................................. 67
5.2.1. Nagari Lubuk Alung .............................................................. 68
5.2.2. Nagari Sintuk ........................................................................69
5.2. Karakteristik Rumahtangga Pertanian ............................................... 70
5.3. Keragaan Usahatani Padi .................................................................. 71
5.3.1. Luas Garapan ........................................................................72
5.3.2. Penggunaan Sarana Produksi. ................................................72
5.3.3. Kebutuhan Tenaga Kerja ....................................................... 73
5.3.4. Produksi ................................................................................ 74
5.3.5. Pendapatan Usahatani Padi... ................................................. 75
5.4. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga Petani ............................ 76
5.5. Konsumsi dan Kecukupan Energi-Protein ......................................... 79
5.6. Kelembagaan Pengelolaan Irigasi.. .................................................... 81
5.6.1. Kelembagaan Petani Pengelola Irigasi (P3A} ........................... 81
5.6.2. Penyerahan Pengelolaan Irigasi ............................................... 87

VI. KINERJA MODEL PERILAKU RUMAHTANGG PERTANIAN
6.1. Kinerja Umum Model ....................................................................... 89
6.2. Produktivitas dan Biaya Usahatani .................................................... 90
6.2.1. Luas Garapan dan Produktivitas Usahatani Padi .................... 90
6.2.2. Penggunaan Pupuk ................................................................94
6.2.3. Penggunaan Bibit .................................................................. 96
6.2.4. Penggunaan Air ...................... :.............................................. 97
6.2.5. Penggunaan Tenaga Kerja ..................................................... 98
6.3. Pendapatan Rumahtangga Petani Padi... .......................................... 100
6.3.1. Berburuh Non-Pertanian ...................................................... 100
6.3.2. Total Pendapatan Berburuh ................................................. 101
6.4. Pengeluaran Rumahtangga Petani Padi.. .......................................... 103
6.4.1. Pengeluaran Pangan ............................................................ 103
6.4.2. Penge1uaran Kesehatan ....................................................... 105
6.4.3. Pengeluaran Pendidikan ...................................................... 107
6.4.4. Nilai Padi yang Tidak Oijual ............................................... 108
6.5. Kecukupan Energi Rumahtangga Petani Padi.. ................................ 110

v

VII. DAMPAK PEMBANGUNAN IRIGASI DAN KEBiJAKAN PEMERINTAH
TERHADAPKETAHANANPANGAN
7.1. Hasil Validasi Model ........................................................................ 112
7.2. Simulasi Pengaruh Pembangunan Irigasi .......................................... 115
7.2.1. Peningkatan Luas Areal Garapan .......................................... 115
7.2.2. Peningkatan Penggunaan Air ................................................ 118
7.3. Simulasi Pengaruh Kebijakan Pemerintah ........................................ 121
7.3.1. Kenaikan Harga Padi ............................................................ 121
7.3.2. Kenaikan Harga Pupuk Urea. ................................................ 124
7.3.3. Kenaikan Harga Pupuk TSP ................................................. 128
7.3.4. Kombinasi Kenaikan Harga Pupuk dan Harga Padi ............. 131
7.3.5. Kenaikan Tingkat Upah Berburuhtani .................................. 134
7.4. Simulasi Pengaruh Indikator Ketahanan Pangan .............................. 137
7.4.1. Peningkatan Nilai Padi yang Tidak Dijual ............................ 137
7.4.2. Peningkatan Pengeluaran Pangan ......................................... 139
7.4.3. Kombinasi Nilai Padi yang Tidak Dijual
dan Luas Areal Garapan ........................................................ 142
7.5. EValuasi Hasil Simulasi .................................................................... 144
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan ....................................................................................... 149
8.2. Saran ............................................................................................... 152
DAFIARPUSTAKA ....................................................................................... 153

VI

DAFfAR TABEL

Nomor

Halaman

1.

Perkembangan ketersediaan kalori dan protein
per kapita per hari ................................................................................. 2

2.

Perkembangan konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan protein ...... 3

3.

Luas Tanam, Produktivitas dan Produksi Padi Kabupaten
Padang Pariaman 1990-2003 ................................................................. 5

4.

Jenis dan Jumlah Irigasi Kabupaten Padang Pariaman
Tahun 1990- 2003 (Hektar) ................................................................... 5

5.

Perbandingan Perubahan Harga Pembelian Gabah oleh Pemerintah
Berdasarkan Inpres No 9 tahun 2002 ke Inpres No 2 tahun 2005 ......... 29

6.

Peubah-Peubah yang digunakan dalam Model Penelitian .................... 47

7.

Persamaan-Persamaan Struktural dan Identitas
dalam Model Penelitian ....................................................................... 59

8.

Karakteristik Demografi Rumahtangga Petani Responden ................... 70

9.

Pemilikan Lahan oleh Rumahtangga Petani Padi ................................. 71

10.

Penggunaan Sarana Produksi Usahtani Padi per Musim TanamIHa ..... 73

II.

Biaya Usahatani per ha per Musim Tanam (dalam rupiah) ................... 75

12.

Analisis Pendapatan Usahtani Padi per dua Musim Tanam .................. 76

13.

Ragam Pendapatan Rumahtangga Petani Padi di Daerah Penelitian ..... 77

14.

Tingkat Pengeluaran Rumahtangga Petani Padi per Bulan ................... 78

15.

Bentuk Tabungan Rumahtangga Petani Padi ....................................... 78

16.

Tingkat konsumsi dan Kecukupan Gizi Rumahtangga Petani Padi... .... 79

17.

Kontribusi Energi Rumahtangga Menurut Kelompok Pangan .............. 80

18.

Kontribusi Protein Rumahtangga Petani
Berdasarkan Kelompok Pangan ........................................................... 80

19.

Pangsa Pengeluaran Rumahtangga terhadap Jenis Pangan ................... 81

20.

Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Luas Areal Garapan ............... 90

21.

HasH Pendugaan Parameter Persamaan Produktivitas Padi .................. 93

22.

Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Nilai Penggunaan Pupuk ........ 94

23.

HasH Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Bibit Padi ........... 96

24.

HasH Pendugaan Parameter Persamaan Penggunaan Air ..................... 97

25.

HasH Pendugaan Parameter Persamaan
Penggunaan Tenaga Kerja ................................................................... 98

26.
27.

Hasil Pendugaan Parameter Jumlah Tenaga Kerja
Rumahtangga yang berburuh Non-Pertanian ..................................... 101
Hasil Pendugaan Parameter Total Pendapatan
Rumahtangga Petani Padi dari Kegiatan Berhuruh ............................ 102

28.

Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran
Pangan Rumahtangga Petani Padi ..................................................... 104

29.

HasH Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran
Kesehatan Rumahtangga Petani Padi.. ............................................... 106

30.

Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Pengeluaran
Pendidikan Rumahtangga Petani Padi ............................................... 107

31.

HasH Pendugaan Parameter Persamaan Padi yang Tidak Dijual... ...... 109

32.

HasH Pendugaan Parameter Persamaan Kecukupan
Energi Rumahtangga Petani Padi.. ..................................................... 110

33.

HasH Validasi Model HasH Analisis Nilai Simulasi Dasar dan Validasi
Model Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Daerah lrigasi... .......... 113

34.

HasH Validasi Model HasH Analisis NHai Simulasi Dasar dan Validasi
Model Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Daerah Tanpa lrigasi .. 114

35.

Dampak Peningkatan Luas Areal Garapan (30%) terhadap Perilaku
Rumah Tangga Petani Padi di Daerah lrigasi.. ................................... 116

36.

Dampak Peningkatan Luas Areal Garapan (30%) terhadap Perilaku
Rumah Tangga Petani Padi Daerah Tanpa lrigasi .............................. 117

37.

Dampak Peningkatan Penggunaan Air lrigasi Sebesar (10%)
Terhadap Ekonomi Rumah-tangga Petani Padi Daerah Irigasi .......... 119

38.

Dampak Peningkatan Penggunaan Air lrigasi (10010) Terhadap
Ekonomi Rumahtangga Petani Padi Daerah Tanpa Irigasi ............... 120

39.

Dampak Peningkatan Harga Padi (30 %) Terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Padi di Daerah lrigasi.. ..................................... 122

40.

Dampak Peningkatan Harga Padi (30%) Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi Daerah Tanpa lrigasi .......................................... 123

41.

Dampak Peningkatan Harga Pupuk Urea (25%)Terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Padi ................................................................. 125

42.

Dampak Peningkatan Harga Pupuk Urea (25%) Terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Padi di Daerah Tanpa lrigasi ............................ 126

43.

Dampak Peningkatan Harga Pupuk TSP (30%) Terhadap Ekonomi
Rumah-tangga Petani Padi di Daerah Irigasi.. .................................... 129

44.

Dampak Peningkatan Harga Pupuk TSP (30%) Terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Padi di Daerah Tanpa Irigasi ............................ 130

45.

Dampak Peningkatan Harga Padi (30%), Pupuk Urea (25%) dan Pupuk
TSP (30%) Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Daerah
Irigasi ................................................................................................ 132

viii

46.

Dampak Peningkatan Harga Padi (30%), Pupuk Urea (25%) dan
-Pupuk TSP (30%) Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi
di Daerah Tanpa Irigasi ..................................................................... 133

47.

Dampak Peningkatan Upah Berburuh Tani (20%) Terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Padi di Daerah Irigasi.. ..................................... 135

48.

Dampak Peningkatan Upah Buruhtani (20%) Terhadap Ekonomi
Rumahtangga Petani Padi di Daerah Tanpa lrigasi ............................ 136

49.

Dampak Peningkatan Nilai Padi yang Tidak Dijual (15%)
Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Daerah Irigasi ........ 137

50.

Dampak Peningkatan Nilai Padi yang Tidak Dijual (15%) Terhadap
Ekonomi Rumahtangga Petani Padi Daerah Tanpa lrigasi ................. 138

51.

Dampak Peningkatan Pengeluaran Konsumsi Pangan (15%)
Terhadap Ekonomi Rumahtangga Petani Padi di Daerah Irigasi ....... 140

52.

Dampak Peningkatan Pengeluaran Konsumsi Pangan (15%) Terhadap
Ekonomi Rumahtangga Petani Padi Daerah Tanpa Irigasi ................ 141

53.

Dampak Peningkatan Nilai Padi yang Tidak Dijual (15 %) dan
Luas Areal Garapan (30%) Terhadap Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi Daerah Irigasi ................................................................. 143

54.

Dampak Peningkatan Nilai Padi yang Tidak Dijual (15%) dan
Luas Areal Garapan (30%) Terhadap Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi Daerah Tanpa lrigasi.. ..................................................... 144

55.

Rekapitulasi Pengaruh Pembangunan Irigasi terhadap
Ketahanan Pangan Rumahtangga di Daerah lrigasi... ......................... 145

56.

Rekapitulasi Pengaruh Pembangunan Irigasi terhadap
Ketahanan Pangan Rumahtangga di Daerah Tanpa Irigasi ................. 146

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor
I.

Halaman
Kerangka Pemikiran Konseptual Ketahanan Pangan
Rumahtangga Petani Padi ................................................................. 35

2.

Alur Kerangka Pemikiran Operasional Dampak Investasi
Pembangunan Irigasi terhadap Ketahanan Pangan Rumahtangga ...... 41

3.
4.

Hubungan Keterkaitan antar Peubah Eksogen dan Endogen ............. 46
Struktur Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air ...................... 82

DAFTAR LAMPlRAN

Nomor

Halaman

1.

Data statistik Responden Petani Padi di Daerah lrigasi ....................... 157

2.

Data Statistik Responden Petani Padi di Daerah Tanpa lrigasi... ......... 158

3.

Model Ekonomi Rumahtangga Petani Padi ........................................ 159

4.

Program Pendugaan Parameter Model Ekonomi
Rumahtangga Petani PadL ................................................................... 166

5.

Program Pendugaan Parameter Model Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi dengan Kenaikan Luas Areal Garapan 30 Persen ............. 168

6.

Program Pendugaan Parameter Model Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi dengan Kenaikan Penggunaan Air 30 Persen ................... 169

7.

Program Pendugaan Parameter Model Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi dengan Kenaikan Harga Padi 30 Persen ........................... 170

8.

Program Pendugaan Parameter Model Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi dengan Kenaikan Harga Pupuk Urea 25 Persen ............... 171

9.

Program Pendugaan Parameter Model Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi dengan Kenaikan Harga Pupuk TSP 30 Persen ................ 172

10.

Program Pendugaan Parameter Model Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi dengan Kenaikan Upah Berburuhtani 30 Persen .............. 173

11.

Program Pendugaan Parameter Model Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi dengan Kenaikan Harga Padi 30 Persen,
Harga Pupuk Urea 25 persen dan Harga Pupuk TSP 30 persen........... 174

12.

Program Pendugaan Parameter Model Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi dengan Kenaikan Nilai Padi Tidak di Jual ........................ 175

13.

Program Pendugaan Parameter Model Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi dengan Kenaikan Pengeluaran Pangan 30 Persen ............. 176

14.

Program Pendugaan Parameter Model Ekonomi Rumahtangga
Petani Padi dengan Kenaikan Luas Areal Garapan 30 Persen
Dan Nilai Padi yang Tidak di Jual ....................................................... 177

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
mempunyai peran yang strategis didalam peningkatan produk domestik bruto,
penyediaan pangan, penyediaan baban baku industri, peningkatan ekspor dan
devisa negara, penyediaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraan masyarakat. Dalam upaya mencapai
tujuan pembangunan pertanian tersebut perlu ditopang oleh kegiatan pembangunan pada berbagai sektor pertanian seperti pembangunan pengairan.
Pembangunan pengairan merupakan suatu upaya untuk memanfaatkan
sumberdaya air secara tepat guna, berdaya guna dan berhasil guna untuk
menunjang program peningkatkan produksi pertanian dan kesejabteraan masyarakat. Pada sisi lain, adanya perubaban tujuan pembangunan pertanian dari
meningkatkan produksi untuk swasembada beras menjadi melestarikan ketabanan
pangan, meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan kesempatan kerja di
pedesaan serta perbaikan gizi keluarga (Penjelasan Peraturan Pemerintab Nomor
77 Tabun 200 I). Untuk dapat mempertahankan tingkat produksi padi dan bahan
pangan lainnya dalam rangka melestarikan ketahanan pangan dan peningkatan
pendapatan petani diperlukan pembangunan jaringan irigasi.
Menurut Undang-undang No.7 tabun 1996 tentang pangan, ketabanan
pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumabtangga
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlab maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dengan demikian, ketabanan pangan merupakan salab satu pilar bagi pembangunan sektor-sektor lainnya. Ketidaktabanan atau
kerawanan pangan sangat berpotensi memicu kerawanan sosial, politik dan
keamanan. Kondisi demikian tidak menunjang pelaksanaan program pembangunan secara keseluruhan.
Pemenuhan pangan bagi setiap rumabtangga merupakan suatu keharusan
dan menjadi tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat untuk mewujudkannya. Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya pemenuhan pangan
antara lain: (I) pemenuhan pangan merupakan hak azazi bagi setiap individu

manusia, (2) kualitas pangan yang dikonsumsi berkontribusi terhadap upaya
pembentukan kualitas manusia dan (3) ketahanan nasional akan mantap apabila
kondisi ketahanan pangan pada masing-masing keluarga juga dapat diwujudkan.
Maxwell dan Frankembuger (1992) menyatakan bahwa pencapaian ketahanan pangan rumahtangga dapat diukur dengan berbagai indikator. Indikator tersebut dibedakan menjadi dua kelompok yaitu indikator proses dan indikator
dampak. Indikator proses mengambarkan situasi pangan yang ditunjukan oleh
ketersediaan dan akses pangan, sedangkan indikator dampak dapat digunakan
sebagai cerminan konsumsi pangan.
Ketersediaan pangan secara nasional dapat dilihat dengan membandingkan
antara kecukupan

ォ。ャッセ@

dan energi masyarakat dengan standar kecukupan kalori

dan energi hasil Wydiakarya Pangan dan Gizi. Pada kurun waktu 1999-2003
ketersediaan pangan telah melebihi standar Widyakarya Pangan dan Gizi ke-VIII
tahun 2004 yaitu ketersediaan kalori sudah mencapai 2.992 kilokaloriloranglhari
sementara standar hanya sebesar 2.200 kilokaloriloranglhari dan untuk protein
sebesar 80 gramloranglhari sedangkan standar protein sebesar 57 gramJorangi
hari. Walaupun ketersediaan konsumsi kalori dan protein telah diatas rekomendasi
yang dianjurkan tetapi ada kecenderungan penurunan ketersediaan kalori sebesar
3,44 persen dan protein sebesarl2,78 persen seperti terlihat pada Tabell.
Tabel I. Perkembangan ketersediaan kalori dan protein per kapita per hari
Tahun
1999
2000
2001
2002
2003
Pertumbuhan

..

Kalori (kkal/hari)
3.215
3.099
3.027
3.269
3.098

- 3,44

Protein (I
85,20
81,65
75,94
79,39
74,50
- 12,78

ari)

Sumber. Statistik Indonesia 2004

Pada sisi konsumsi pangan terlihat bahwa krisis ekonomi yang berlangsung
sejak pertengahan tahun 1997 sampai dengan sekarang sangat terasa dampaknya
pada semua masyarakat baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan.
Dari data SUSENAS terlihat bahwa rata-rata konsumsi energi dan protein

2

penduduk Indonesia pada krisis tahun 1999 dan 2002 masih rendah jika dibandingkan sebelum krisis tahun 1996, hal ini terlihat pada Tabel2.
Tabel 2. Perkembangan konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan protein
Wilayah
1996
Energi (kkal/kap/hari)
1.983 (77,76)
0
Kota
o Desa
2.040 (80,00)
0
Desa dan Kota
2.019 (79,18)
Protein (gramlkaplhari)
55,9 (101,64)
0
Kota
53,7(97,64)
0
Desa
54,5 (99,09)
o Desa dan Kota
Surnber: SUSENAS 1993,1996 dan 2002

1999

2002

1.802 (70,67)
1.879 (73,69)
1.849 (72,51)

1.945 (76,27)
2.013 (78,94)
1.987 (71,92)

49,3 (89,64)
48,2 (87,64)
48,6 (88,36)

55,9 (101,64)
53,2 (96,73)
54,4 (98,91)

Kondisi ketersediaan pangan ditingkat makro tersebut tidak tercermin
dalam tingkat ketersediaan dan konsumsi di tingkat mikro. Hal ini terlihat dari
kemampuan akses rumah tangga terhadap pangan yang masih rendah, dimana
pada tahun 2004 tingkat konsumsi energi per kapita hanya sebesar 1.986 kilokalori per hari atau 99,30 persen dari tingkat kecukupan standar yang direkomendasikan dari angka kecukupan konsumsi. Belum tercapainya kecukupan pangan di
tingkat individu juga ditunjukkan oleh masih tingginya proporsi balita yang
mengalami kekurangan gizi yaitu sebesar 24,9 persen dan gizi buruk sebesar 7,7
persen
Pencapaian kecukupan pangan di tingkat

individu memerlukan upaya

dalam peningkatan ketersediaan dan kemampuan daya beli masyarakat. Peningkatan ketersedian pangan khususnya padi dapat melalui pembangunan, perbaikan
dan pengelelolaan irigasi, karena sumbangan irigasi tidak hanya menentukan
produktivitas tetapi juga penentu aplikasi budidaya dan intensitas pertanaman

(IP).
1.2. Perumusan Masalah
Secara makro kemampuan nasional dalam penyediaan pangan menghadapi
kendala yang sangat kompleks seperti adanya kecenderungan penurunan pertumbuhan produksi pangan khususnya padi. Hal ini dapat dilihat bahwa selama lima
tahun terakhir pertumbuhan produksi padi secara nasional hanya sebesar 0,92
persen bahkan pada tahun 200 I pertumbuhan produksi menurun sebesar 2,74

3

persen dibandingkan dengan tahun 2000 (Badan Pusat Statistik, 2003). Ketersediaan padi di Kabupaten Padang Pariaman selama 13 tabun terakhir juga menunjukkan laju pertumbuhan yang rendah yaitu hanya sebesar 0,52 persen, dimana
kondisi ini akibat penurunan tingkat produktivitas padi sebesar 0,68 persen seperti
terlihat pada Tabel 3
Tabel 3.

Luas Tanam, Produktivitas dan Produksi Padi Kabupaten Padang
Pariaman 1990-2003

Tabuo

Luas

Produkti

Produksi

1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Pertumbuhan

Tom(H&
45.744
47.104
52.121
49.428
50.035
46.143
48.588
40.175
48.270
55.792
47.681
47.440
48.160
48.679
48.240

JKullla)
48,60
43,83
47,88
48,85
49,10
48,70
49,32
43,00
42,30
42,00
42,37
42,49
43,73
43,67
45,42

Ton
222.316
206.448
249.555
241.456
245.672
224.716
239.636
172.753
204.182
234.326
202.024
201.573
210.604
212.581
219.132

Laju(%
LuasTom

Proktif

Produksi

2,97
10,65
(5,17)
1,23
(7,78)
5,30
(17,31)
20,15
15,58
(14,54)
(0,51)
1,52
1,08
1,01

(9,82)
9,24
2,03
0,51
(0,81)
1,27
(12,81)
(1,63)
(0,71)
0,88
0,28
2,92
(0,14)
(0,68)

(7,14)
20,88
(3,25)
1,75
(8,53)
6,64
(27,91)
18,19
14,76
(13,79)
(0,22)
4,48
0,94
0,52

Sumber: Padang Panaman dalam Angka (dlOlah)

Penurunan produksi ini antara lain disebabkan (a) banyaknya sistem irigasi
yang mengalami kerusakan sehingga banyak lahan sawah menjadi tidak produktif,
dimana secara nasional pada tabun 1999 sekitar 1,8 juta hektar irigasi mengalami
kerusakan atau 30 persen dari total irigasi teknis yang adaI. Kabupaten Padang
Pariaman juga mengalami penurunan luas irigasi menjadi '23.301 ha atau turun
sebesar 14 persen dibandingkan tabun 2002 seperti pada Tabel 4, (b) semakin
terbatas dan tidak pastinya penyediaan air untuk produksi pangan akibat kerusakan hutan dan (e) persaingan pemanfaatan sumberdaya air dengan sektor industri
dan permukiman. Kondisi ini diperparah oleh terjadinya peristiwa ElcNino,
dimana menurut Surmaini dan Sugianto (1999) pengaruh El-Nino tabun 1991

1

Kompas. Desember 2004

4

menyebabkan produksi padi nasional turun sebesar 1,09 persen dan tahun 1997
turun sebesar 3,64 persen.
Tabel4. Jenis dan Jumlab Irigasi Kabupaten Padang Pariaman Tabun 1990- 2003
(Hektar)
Tabun

1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003

TekJIis

-

-

2.019
2.019
3.779
4.240
4.290
5.436
6.236
5.236
4.803

Setengab
Teknis
8.535
8.346
8.612
8.632
9.612
7.972
7.123
6.240
6.227
6.563
6.856
7.242
6.789
4.265

Sederbana

Desa Non

PU
7.969
8.300
4.727
8.890
7.973
8.528
3.953
4.1I5
4.275
4.315
4.190
4.240
4.185
4.649

10.374
10.121
9.718
9.573
9.383
5.660
5.660
4.597
4.822
4.790
5.085
5.208
4.801
4.748

Tadab
Hujan

Jumlab

-

26.878
26.767
28.432
28.545
28.263
33.411
27.656
28.685
28.422
26.594
30.381
28.131
26.652
23.302

-

5.375
1.450
1.295
9.232
8.901
9.954
8.858
6.636
8.814
5.205
5.641
4.837

Sumber: Padang Panaman dalam Angka (diolah)

Pada sisi lain diketahui babwa 80 persen produksi padi Kabupaten Padang
Pariaman dibasilkan dari sawab beririgasi teknis, semi teknis maupun irigasi desa.

Program ketabanan pangan akan terganggu dengan banyaknya masalab-masalab
yang menghambat kinerja dan fungsi jaringan irigasi yang telab dibangun, misalnya banyaknya jaringan irigasi yang rusak karena banjir dan bencana alam dan
terjadinya alih fungsi laban irigasi menjadi sarana atau prasarana jalan dan
perumaban ( Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Padang Pariaman, 2005).
Kallo (1983) menyatakan bahwa kegiatan usaha tani yang berlokasi pada air
irigasi yang terjamin akan memberikan basil produksi yang lebih tinggi daripada
usahatani yang dilokasi yang tidak terjamin air irigasinya. Kondisi ini dapat
diartikan bahwa keberbasilan penggunaan teknologi baru di bidang kimia biologi
dalam rangka peningkatan produktivitas dan basil produksi pertanian sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan dan pengaturan air irigasi. Fagi (1998) dalam
penelitiannya menemukan babwa secara partial sektor irigasi menyumbang 16

5

persen terhadap laju kenaikan produksi padi nasional dari tahun 1972-1988.
Sementara Abdurahman, et.al (1999) menyatakan bahwa peningkatan produksi
padi nasional sebesar 75 persen merupakan hasil integrasi antara irigasi, varietas
danpupuk
Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman telah berupaya memacu peningkatan produksi padi melalui proyek irigasi Batang Anai sejak tahun 1992/1993.
Melalui proyek ini direncanakan akan dapat mengairi sawah seluas 13.604 hektar
melalui dua tahap pelaksanaan. Tahap satu telah selesai pada tahun 1996 dengan
luas sawah yang dapat diairi seluas 6.764 hektar, tetapi untuk pelaksanaan tahap
kedua menghadapi kendala dalam anggaran pembangunan. Pembangunan irigasi
ini diharapkan dapat meningkatkan produksi padi melalui penambahan areal
sawah beririgasi teknis, peningkatan luas areal panen dan peningkatan produktivitas lahan semak belukar, sawah tadah hujan dan sawah beririgasi sederhana.
Peningkatan produksi ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani
sekaligus menopang ketahanan pangan tingkat keluarga.
Peningkatan produksi padi petani pada satu sisi juga akan mempengaruhi
konsumsi pangan rumahtangga petani disisi lain. Hal ini disebabkan tidak adanya
rumahtangga pertanian yang menjadi produsen murni atau konsumen murni
karena pada umumnya mereka menjual sebagian hasil panen dan sebagian lagi digunakan untuk konsumsi rumahtangga. Dalam konteks ketahanan pangan
pengambilan keputusan oleh rumahtangga pada sisi produksi maupun sisi
konsumsi akan saling terkait, sehingga keputusan pada satu aspek akan dapat
mempengaruhi derajat ketahanan pangan rumahtangga petani baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah di alas, maka
permasalahan pokok yang diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut:
(I)

Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga
petani padi padi?

(2)

Sejauhmana pengelolaan irigasi oleh lembaga pengelola air (P3A) dalam
rangka irigasi berkelanjutan?

(3)

Sejauhmana darnpak pembangunan irigasi, perubahan harga input dan harga
output terhadap ketahanan pangan rumahtangga petani padi?

6

1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan masalah yang telah diuraikan, maka
penelitian ini bertujuan:
(I)

Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga petani padi.

(2)

Mengetahui pengelolaan irigasi oleh lembaga pengelola air (P3A) dalam
rangka irigasi berkelanjutan.

(3)

Menganalisis dampak pembangunan irigasi, perubahan harga input dan
harga output terhadap ketahanan pangan rumahtangga petani padi.

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang
seberapa besar pengaruh pembangunan irigasi Batang Anai tahap pertama terhadap peningkatan produksi, pendapatan dan ketahanan pangan rumahtangga

petani di Padang Pariaman. Informasi ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melanjutkan pembangunan irigasi Batang Anai tahap dua.

1.4. Ruang Iingkup dan Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini hanya terbatas kepada rumahtangga petani padi pada daerah

irigasi dan daerah tanpa irigasi. Rumahtangga petani padi yang dimaksud adalah
rumahtangga yang mengusahakan usahatani padi secara monokulur tanpa
mengabaikan kemungkinan petani sampel memiliki lebih dari satu usahatani.
Penelitian ini hanya mengambil responden terbatas pada petani pemilik
penggarap, dimana secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat aspekaspek seperti: (I) produksi usahatani padi, (2) pendapatan rumahtangga, (3)
pengeluaran konsurnsi dan ketersediaan pangan rumahtangga dan (4) kecukupan
energi serta (5) dampak pembangunan irigasi dengan faktor-faktor lain terhadap
ketahanan pangan rumahtangga petani petani.
Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain (I) karaktetistik usahatani
non-padi tidak ditelaah dan pendapatan usahatani non-padi hanya sebagai peubah
eksogen, (2) peubah luas garapan tidak membedakan kualitas lahan, (3) faktor
suku bunga tidak masuk dalam pembahasan model dan (4) tabungan hanya
sebagai peubah eksogen.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Irigasi
2.1.1. Definisi dan Fungsi Irigasi
Peraturan Pemerintah Nomor 77 tahun 2001 tentang pengairan menyatakan
bahwa irigasi merupakan usaha pengadaan dan pengaturan air secara buatan, baik
air tanah maupun air permukaan untuk menunjang pertanian. Dumairy (1992)
menyebutkan bahwa irigasi yang dibangun di lahan pertanian berfungsi sebagai
penjamin kelangsungan proses fisiologi dan biologi tanaman seperti untuk
evapotranspirasi, proses asimilasi, pelarut unsur hara, media pengangkut unsurunsur di dalam tubuh tanaman, pengatur tegangan sel atau turgor
Air merupakan faktor produksi strategis selain pupuk, bibit padi unggul dan
obat-obatan dalam menentukan tingkat produksi. Penempatan air dan pupuk, bibit
padi unggul serta obat-obatan secara bersama-sama merupakan refleksi dari sifat
air (irigasi) yang komplemen dengan faktor-faktor tersebut. Artinya keberhasilan
penggunaan faktor produksi dalam pertanian sangat tergantung kepada ketersediaan dan pengaturan irigasi, misal pada laban yang kurang air pemberian
pupuk tidak efektif bahkan dapat memberikan pengaruh buruk bagi pertumbuhan
tanaman (Hutagaol, 1985).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan tahun 1991 oleh Pusat Penelitian
Padi International (IRRI) menunjukan bahwa dari rata-rata produksi padi sebesru:
3,4 ton gabah/ha air memberikan kontribusi sebesar 0,9 tonlha, pupuk sebesar 0,7
tonlha dan faktor lainnya seperti bibit, pestisida, tenaga kerja memberikan
kontribusi sebesar 1,8 tonlha. Sedangkan Thamrim Kalo (1983) menyatakan
tingkat produksi padi sangat dipengaruhi oleh kondisi irigasi, dimana usahatani
yang terjamin irigasinya memberikan hasil produksi yang lebih tinggi daripada
usahatani yang tidak terjamin irigasinya
2.1.2. Klasifikasi lrigasi
Menurut Dumairy (1992) irigasi dapat diklasifikasikan berdasarkan tiga
sudut pandang yaitu: (1) eara penyampaian air ke areal persawahan, yang dibagi
atas irigasi aliran dan irigasi pompa, sementara irigasi aliran dapat dibedakan
berdasarkan pengaliran airnya yang terdiri dari irigasi pereniai dan irigasi

innundasi dan berdasarkan bangunannya terdiri dari irigasi langsung dan irigasi
tidak langsung, (2) pemberian airnya pada tanaman dibedakan atas irigasi
permukaan, irigasi curab dan irigasi bawah tanab dan (3) berdasarkan teknik
bangunannya dibedakan atas irigasi teknis, semi teknis dan sederhana. Sementara
Soenarno (1996) mengkasifikasi irigasi berdasarkan pengelolaannya yang dibeda-

kan atas irigasi pemerintab dan irigasi desa.
Irigasi aliran adalab tipe irigasi yang penyampaian airnya ke daerab
pertanian dengan cara pengaliran. Berdasarkan pengalirannya irigasi dibedakan
atas irigasi perennial yaitu sistem irigasi yang penyediaan airnya disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman selama masa pertumbuhan dan irigasi innundasi yaitu
sistem irigasi dimana tanab yang akan dikerjakan atau ditanam terendam air
secara tidak sengaja kemudian baru ditanami setelab pengeringan secara alamiab.
Berdasarkan bangunannya irigasi aliran dibagi atas irigasi aliran langsung yaitu
irigasi aliran yang menggunakan bendungan sebagai bangunan airnya dan irigasi
aliran tidak langsung yaitu irigasi aliran yang menggunakan waduk sebagai
bangunan airnya. Perbedaan antara waduk dan bendungan terletak pada air yang
telab dinaikkan permukaannya langsung dialirkan ke saluran induk pada
bendungan dan pada waduk terlebih dabulu terbentuk genangan menyerupai
danau kemudian baru dialirkan Hー・イエゥキセ@

2003).

Irigasi permukaan (swface irrigation) adalab irigasi yang pemberian
airnya pada tanaman dilakukan dengan cara penggenangan atau pengaliran di
permukaan tanah. Irigasi curab (sprinkle irrigation) adaIab irigasi yang pemberian
airnya pada tanaman dilakukan dengan cara mencurabkan air dari bagian atas
tanaman seakan-akan disiram oleh air hujan. Sementara irigasi bawab tanab

(subswface irrigation) merupakan cara pemberian air pada tanaman dengan cara
mengalirkan air di bawab permukaan tanab areal tanaman.
Irigasi teknis adalab jaringan irigasi yang bangunan-bangunannya dibuat
dengan kontruksi permanen, dilengkapi dengan alat ukur dan pengaturan debit air,
sehingga air irigasi dapat diukur dan dikendalikan dengan baik. Irigasi semi teknis
adalab jaringan yang dibuat dengan konstruksi permanen atau semi permanen,
dilengkapi dengan alat pengatur atau pengukur debit, sehingga umumnya debit air
dapat diatur tetapi tidak diukur. Sedangkan irigasi sederbana adalab jaringan

9

irigasi yang bangunannya dibuat dengan kontruksi semi permanen atau darurat
dan tidak dilengkapi alat pengukur maupun pengatur debit air, sehingga hasil yang
dicapai 'asal air mengalir' sampai ke petak-peta!csawah (Departemen Pekerjaan
Umum, 1985).
Irigasi pemerintah adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dilaksanakan
operasi dan pemeliharaannya oleh pemerintah daerah, biasanya dengan tingkat
teknologi teknis dan atau semi teknis. Sedangkan irigasi desa adalahjaringan yang
dibangun dan dikelola oleh desa atau perkumpulan petani pengguna air (P3A),
biasanya tingkat teknologinya sederhana dan areal pelayanan terbatas.
2.1.3. PengeJoJaan Irigasi
Peraturan Pemerintah No. 77 tahun 200 J tentang irigasi menyatakan
bahwa pengeJolaan irigasi diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan
masyarakat petani dan menempatkan perkumpulan petani pemakai air (P3A) .
sebagai pengambil keputusan dan pelaku utama dalam pengelolaan irigasi.
Dengan berperan aktifnya lembaga tersebut akan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penggunaan air secara optimum sehingga dapat menghasilkan produksi
yang optimal.
Pengelolaan irigasi dilaksanakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan air
pennukaan dan air bawah tanah secara terpadu, serta dilaksanakan dengan prinsip
satu sistem irigasi, satu kesatuan pengelolaan dengan memperhatikan kepentingan
pengguna di bagian hulu, tengah dan hilir secara berimbang. Dengan satu sistem
irigasi dalam satu kesatuan pengelolaan diharapkan pemerintah daerah dapat
menyerahkan kewenangan pengelolaan irigasi kepada P3A. Pengelolaan irigasi
disini meliputi kegiatan oPerasi dan pemeliharaan, pengamanan, rehabilitasi dan
peningkatan jaringan irigasi.
Menumt Anwar (1999) dalam rangka upaya peningkatan efisiensi pengelolaan sumberdaya air dan pemberdayaan para petani maka beberapa aspek penyesuaian kelembagaan berikut perlu menjadi perhatian antara lain:
l)

Guna melindungi kepentingan pelayanan air kepada petani sebagai pihak
yang lemah dalam kompetisi pemakaian air memerlukan adanya kelembagaan yang mengatur secara efektif menyangkut pengelolaan air sehingga
sasaran untuk mengalokasikan air kepada para petani dapat dicapai. Untuk

10

mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya pelaksanaan pengelolaan serta
perlindungan sumberdaya air di setiap aliran sungai yang didasarkan atas
asas pemeratan dan keadilan sosial
2)

Perkembangan teknologi irigasi, tantangan dalarn produksi kebutuhan untuk
menangani sendiri pembangunan di wilayah pedesaan, operasi dan pemeliharaan sumberdaya air, menyebabkan penanganan tugas-tugas keirigasian
oleh para petani tidak cukup lagi hanya dengan mengandalkan mekanisme
tatanan tradisional dalam pengerahan tenaga kerja dan material secara lokal,
melainkan memerlukan adanya penanganan oleh suatu organisasi petani
yang profesional

3)

Agar lembaga keirigasian petani dapat lebih menangani kegiatan di luar
usahatani (off-fann activities) secara lebih seksarna dan bermakna, termasuk
kerja sarna dengan KUD dan bank-bank, maka lembaga-Iembaga ini perlu
diberi status badan hukum

4)

Untuk mengembangkan sistem kelembagaan ekonomi maka akan memerlukan pola pembinaan petani secara sistematis oleh pemerintah yang tidak
terpusat pada konsetrasi sektoral yang tidak hanya dipandu oleh tujuan
tunggal masing-masing, melainkan harus diarahkan pada pembinaan
keswadayaan dan kemandirian petani secara lokaf. Sehubungan dengan ini
diperlukan adanya perubahan cara berpikir dan sistem insentif yang dapat
mengarahkan para petani pada perbaikan sikap, kemampuan petani dalam
berbagai aspek serta menumbuhkan pola pikir yang berorientasi agribisnis,
dukungan permodalan (kredit) dan penyederhanaan sistem kelembagaan
petani di tingkat lokal

5)

Dengan memperhatikan tantangan tentang kepastian pelayanan air pada
masa mendatang, maka dirasakan semakin beratnya upaya mengembangkan
keJjasama diantara kelembagaan irigasi petani yang terkait dalam suatu
sistem hidrologis yang sekaligus berkaitan dengan sistem kehidupan
masyarakat pedesaan. Dengan mengawinkan antara sistem kelembagaan
menurut keperluan masyarakat lokal setempat dengan kebutuhan kelembagaan yang lebih maju, maka unsur-unsur kelembagaan air tersebut dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya.

II

6)

Pengembangan sistem kelembagaan dalam arti membina kumpulan tata cara
dan mengaturan alokasi sumberdaya air akan memerlukan waktu relatif
lama, karena manfaatnya hams dapat dirasakan oleh pihak-pihak yang
terlibat, agar kemudian setelah manfaat tersebut dapat dirasakan akan
menjadi melembaga ditengah-tengah masyarakat sebagai pengatur tingkah
laku semua pihak yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu kegagalan atau
keberhasilan suatu sistem kelembagaan bam atau memperkuat lembaga lama
yang diperbahami, diharapkan memerlukan waktu yang relatif pendek dalam
beberapa tahun saja.

2.2. Konsep Pembangunan Irigasi
Pembangunan irigasi ditujukan untuk meningkatkan produksi usahatani
khususnya padi, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Pembangunan
irigasi dapat dilakukan melalui perbaikan sistem irigasi yang telah ada,
pembangunan sarana pengairan dalam rangka perluasan jangkauan irigasi atau
pengembangan tertier dalam rangka ketersediaan air.
Melalui pembangunan irigasi akan terjadi perluasan areal sawah dari lahan
yang sebelumnya bukan sawah atau terjadi peningkatan kualitas lahan sawah dari
yang berkualitas rendah menjadi sawah yang berkualitas lebih tinggi. Sebagai
contoh dengan pembangunan irigasi lahan sawah tadah hujan dapat menjadi
sawah dengan pengairan teknis.
Hal ini sesuai dengan pandangan Asnawi (1998) yang menyatakan bahwa
kebutuhan pembangunan irigasi adalah untuk memenuhi kebutuhan tambahan
areal irigasi karena dari areal irigasi yang ada belum cukup mendukung
kelestarian swasembada bera