STUDI KINERJA SISTEM IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BATANG ANAI PROVINSI SUMATERA BARAT JURNAL

  STUDI KINERJA SISTEM IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BATANG ANAI PROVINSI SUMATERA BARAT JURNAL Oleh: ARIAN DODI NPM : 1010018312039 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2018

STUDI KINERJA SISTEM IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BATANG ANAI PROVINSI SUMATERA BARAT

  1

  1

  1 Arian Dodi , Syamsul Asri , Zuherna Mizwar .

  1)

  Universitas Bung Hatta

  dodi_c99@yahoo.com Abstrak

  Kebutuhan pangan akan bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk (Hikam, 2014). Upaya pencapaian target ketahanan pangan membutuhkan dukungan dari sistem irigasi yang baik (Oi, 2000). Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu Provinsi penyangga ketahanan pangan nasional, menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian tahun 2014, kurang lebih 80,57 % areal pertanian di Provinsi Sumatera Barat tergantung kepada irigasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketergantungan Provinsi Sumatera Barat terhadap kinerja sistem irigasi yang handal juga sangat tinggi. Daerah irigasi Batang Anai merupakan salah satu daerah irigasi teknis terbesar yang menjadi andalan Provinsi Sumatera Barat dengan luas areal layanan 13.604 hektar. Sampai saat ini daerah irigasi Batang Anai secara keseluruhan sudah dioperasikan untuk luas layanan 8.421 hektar, namun sudah terjadi kekurangan air pada sebagian besar hilir daerah irigasi Batang Anai I terutama pada jaringan sekunder Banda Cino dan Talao Mundam serta jaringan sekunder Ketaping dan Pilubang.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor

  • – faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai serta lngkah – langkah apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai. Untuk mencapai tujuan penelitian ini metode yang dipakai adalah wawancara, observasi dan dokumentasi, sehingga didapatkan hasil permasalahan penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai adalah : saluran tersier banyak yang tidak memadai dan tidak berfungsi, pintu-pintu air banyak yang rusak dan tidak berfungsi, tidak adanya pengaturan air, tidak adanya rencana tata tanam, kompetensi personil yang masih rendah, sarana dan prasarana penunjang belum memadai, kurangnya kesadaran dan kepedulian petani, pengelolaan daerah irigasi Batang Anai belum profesional dan belum fokus, belum ada koordinasi, belum terpadu serta belum ada sinergi antar lembaga dan instansi pemerintah dalam pengelolaan daerah irigasi Batang Anai. Adapun Langkah- langkah yang dilakukan untuk perbaikan ataupun peningkatan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai adalah : koordinasi dan holistik, pembinaan P3A terpadu, pembenahan saluran tersier, penutupan sadap liar dan membuka ampang liar, perbaikan pintu-pintu air yang rusak, peningkatan kompetensi personil, perkuat manajemen irigasi serta perkuat komisi irigasi provinsi.

  Kata Kunci : Kinerja sistem irigasi, infrastruktur, ketersediaan air, sumber daya manusia, kelembagaan.

  

STUDY OF THE PERFOMANCE OF IRRIGATION SYSTEM

ON BATANG ANAI IRRIGATION AREA

IN THE WEST SUMATERA PROVINCE

  1

  1

  1 Arian Dodi , Syamsul Asri , Zuherna Mizwar .

  1)

  Universitas Bung Hatta

  

Dodi_c99@yahoo.com

Abstract

  Food needs will grow in line with the increase of population (Hikam, 2014). The effort targets the achievement of food security reguires the support of a good irrigation system (Oi, 2000). West Sumatera Province as one of the nation food security buffer province, according to the Data Center and The Agricultural Information System in the year 2014, approximately 80,57% of agricultural area in West Sumatera Province depend on irrigation, so that it can concluded that the dependence of West Sumatera Province against a reliable irrigation system perfomance is also very high. The irrigation area of Batang Anai is one of the biggest technical irrigation areas become a mainstay of West Sumatera Province with extensive service area 13.604 acres. Until recently the irrigation area of Batang Anai as a whole is already extensive operated to 8.421 acres, but the lack of water has already happened in most of the irrigation areas of the lower reaches of Batang Anai I especially in a secondary network of Banda Cino and Talao Mundam as well as secondary network of Ketaping and Pilubang.

  The purpose of this research is to find out what factors are affecting the decrease in the perfomance of irrigation system on irrigation area of Batang Anai as well as what steps are needed to improve the irigation system in irrigation area Batang Anai. To achieve the goal of the research methods used are observation interview and documentation so that the obtained results are decrese in perfomance problems of irrigation system on irrigation area of Batang Anai are : tertiary channels inadequate and not working, many of water gates damaged and not working, no water management, no planting plan, the competence of the personnel is still low, ancillary facilities and infrastructure are not yet adequate, the lack of awareness and concern of the peasants, the management of irrigation area of Batang Anai has not been professional and yet focus as well as there has been no coordination, integrated and yet there hasn’t been a synergy between institutions and government agencies in the management of the irrigation area of Batang Anai. The steps are done to repairing or improvements to the irrigation system in irrigation area of Batang Anai are : coordination and a holistic, integrated P3A coaching, improving tertiary channel, the closure of the wild water taking and open the wild dam, repair broken water gates, increasing the competence of personel, strengthen the management of irrigation as well as strengthen the provincial irrigation commision.

  Perfomance of irrigation system, water availability, human resources, institutional Key Words :

PENDAHULUAN terhadap penyediaannya karena peningkatan

  konsumsi akibat pertambahan penduduk akan Perkembangan kuantitas penduduk terus terjadi, tetapi dilain sisi peningkatan

  Indonesia membawa dampak pada perubahan konsumsi ini akan sangat sulit sekali diimbangi kebutuhan dan produksi pangan nasional. oleh peningkatan produksi yang cenderung Kebutuhan pangan akan bertambah seiring stagnan (Kadarisman,dkk 2012). dengan pertambahan jumlah penduduk (Hikam,

  Upaya pencapaian target ketahanan 2014). Tingginya ketergantungan penduduk pangan membutuhkan dukungan dari sistem Indonesia terhadap beras, memberikan resiko irigasi yang baik (Oi, 2000). Strategi tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa “Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mempertahankan dan meningkatkan kinerja sistem irigasi yang ada merupakan salah satu langkah nyata dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional. Begitu juga halnya dengan Provinsi Sumatera Barat sebagai salah satu Provinsi penyangga ketahanan pangan nasional, menurut Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian tahun 2014, kurang lebih 80,57 % areal pertanian di Provinsi Sumatera Barat tergantung kepada irigasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketergantungan Provinsi Sumatera Barat terhadap kinerja sistem irigasi yang handal juga sangat tinggi.

  Daerah irigasi Batang Anai merupakan salah satu daerah irigasi andalan di Provinsi Sumatera Barat. Daerah irigasi ini merupakan salah satu daerah irigasi teknis kewenangan pusat terbesar yang dimiliki oleh Provinsi Sumatera Barat dengan luas areal layanannya 13.604 hektar. Daerah irigasi Batang Anai ini terbagi menjadi 2 yaitu Batang Anai I dengan luas areal layanan 6.764 hektar dan Batang Anai II dengan luas areal layanan 6.840 hektar. Sampai saat ini daerah irigasi Batang Anai secara keseluruhan sudah dioperasikan untuk luas layanan 8.421 hektar, terdiri dari Batang Anai I seluas 6.764 ha dan Batang Anai II baru seluas 1.657 hektar (BWSS V, 2016).

  Dengan kondisi luas layanan yang telah dioperasionalkan tersebut diatas kondisi kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai I saat ini sudah mengalami penurunan. Hal ini ditandai dengan telah terjadinya kekurangan air pada sebagian besar hilir daerah irigasi Batang Anai I terutama pada jaringan sekunder Banda Cino dan Talao Mundam serta jaringan sekunder Ketaping dan Pilubang, kemudian telah banyaknya ditemukan pengambilan air secara liar oleh masyarakat petani untuk mengairi areal sawahnya disepanjang saluran irigasi Batang Anai (Pengamat irigasi Batang

  Anai, 2016).

  Penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai ini diperkuat juga oleh Saroh (2015) dalam penelitiannya tentang analisis neraca air untuk keberlanjutan air irigasi dipetakkan tersier daerah irigasi Batang Anai, diperoleh hasil dari tiga sampel petak tersier yang diteliti terdapat 1 petak tersier yang kekurangan air. Kemudian data dari dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat tahun 2015 bahwa faktor pemenuhan kebutuhan air pada daerah irigasi Batang Anai baru mencapai 78 %.

  Berdasarkan data dan informasi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa ada permasalahan pada kinerja sistem irigasi daerah irigasi Batang Anai yang akan mengancam kehandalan dan keberlanjutan sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai ini. Kemunduran kinerja sistem irigasi akan berdampak langsung kepada turunnya produktivitas, turunnya intensitas tanam, dan meningkatnya risiko usaha tani. Sedangkan dampak tidak langsungnya adalah melemahnya komitmen petani untuk mempertahankan ekosistem sawah karena buruknya kinerja irigasi mengakibatkan lahan tersebut kurang kondusif untuk usaha tani padi dan mendorong terjadinya alih fungsi lahan (Sumaryanto, 2016). Ancaman besar selanjutnya adalah jika daerah irigasi Batang Anai

  II sudah dioperasikan secara penuh, maka permasalahan yang akan terjadi pada daerah irigasi Batang Anai ini secara keseluruhan akan menjadi semakin kompleks dan rumit.

  Telah banyak usaha-usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai ini, seperti kegiatan operasional dan pemeliharaan infrastruktur irigasi, kegiatan rehabilitasi infrastruktur irigasi, kegiatan pemberdayaan kelembagaaan petani serta kegiatan penyuluhan-penyuluhan, namun belum memberikan dampak yang signifikan terhadap perbaikan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai. Kenyataannya dilapangan kinerja sistem irigasi Batang Anai terus saja mengalami penurunan, sehingga pertanyaaanya adalah apa yang sebetulnya menyebabkan penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai ini.

  Oleh karena itu melalui studi ini peneliti akan mencoba mendalami apa yang sebetulnya menjadi penyebab terjadinya penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai ini serta apa langkah-langkah antisipasi dan perbaikan yang harus dilakukan untuk kedepannya.

  Ada beberapa jenis jaringan irigasi yaitu:

  Menurut Huppert dan Walker (1989) manajemen irigasi diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengontrolan pada suatu sistem irigasi, dengan kata lain manajemen irigasi menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu : a.

  Manajemen irigasi

  Berdasarkan peraturan menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 12/PRT/M/2015 tentang eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi disebutkan bahwa eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi adalah serangkaian upaya pengaturan air irigasi termasuk pembuangannya dan upaya menjaga serta mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik.

  Eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi

  3. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri atas saluran tersier, saluran kuarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.

  2. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

  1. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri atas bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi-sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

  Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor : 12/PRT/M/2015 pasal 1 ayat 12 disebutkan bahwa jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi.

  Tujuan Penelitian 1.

  Jaringan irigasi

  Menurut Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2006 disebutkan bahwa irigasi berfungsi untuk mendukung produktifitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi yang dilakukan dengan pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi serta ditentukan oleh keandalan air irigasi, keandalan prasarana irigasi dan peningkatan pendapatan masyarakat petani dari usaha tani.

  Fungsi irigasi

  Menurut Karta Saputro (1994), irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari air permukaan dan air tanah. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat nomor : 12/PRT/M/2015 pasal 1 ayat 3 disebutkan bahwa irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.

  TINJAUAN LITERATUR Irigasi

  2. Merumuskan langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai.

  Mengidentifikasi faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai.

  Perencanaan Perencanaan adalah sebuah proses mendifinisikan tujuan, menyusun strategi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan tersebut dan merancang aktivitas kerja serta keputusan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait.

  b.

  3. Manajemen irigasi.

  Upaya peningkatan kinerja sistem irigasi memerlukan biaya yang tidak sedikit, maka peningkatan setiap aspek disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Menurut Supriyono, dkk. (2013), dalam menentukan skala prioritas penanganan untuk meningkatkan kinerja jaringan irigasi, apabila tersedia biaya yang cukup, maka prasarana fisik yang terendah dapat terlebih dahulu ditangani, namun jika ketersediaan biaya kurang, maka dapat menangani faktor non fisik yang terendah.

  Langkah – langkah yang dilakukan untuk perbaikan ataupun peningkatan kinerja sistem irigasi

  6. Kondisi kelembagaan P3A.

  5. Dokumentasi.

  4. Organisasi personalia.

  3. Sarana Penunjang.

  2. Produktivitas tanaman.

  Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 12/PRT/M/2015 tentang pedoman ekploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi dijelaskan bahwa evaluasi kinerja sistem irigasi dilakukan terhadap komponen - komponen sebagai berikut: 1. Prasarana Fisik.

  5. Sumber daya manusia.

  4. Kelembagaan pengelolaan irigasi.

  2. Air irigasi.

  Pengorganisasian Pengorganisasian adalah proses yang meliputi bagaimana strategi yang sudah dirumuskan pada saat tahap perencanaan digambarkan pada sebuah struktur organisasi yang tangguh, sesuai, dan lingkungan yang kondusif.

  Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 tahun 2006 pasal 1 ayat 4 tentang irigasi menyatakan bahwa komponen- komponen sistem irigasi meliputi : 1. Prasarana irigasi.

  Komponen kinerja sistem irigasi

  Kinerja sistem irigasi yang buruk mengakibatkan luas areal sawah yang irigasinya baik menjadi berkurang. Secara umum, kinerja jaringan irigasi yang buruk mengakibatkan meningkatnya water stress yang dialami tanaman (baik akibat kekurangan ataupun kelebihan air) sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman tidak optimal.

  Berdasarkan uraian pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja sistem irigasi merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian komponen-komponen yang saling berinteraksi dalam suatu jaringan irigasi untuk mendukung ketersediaan air irigasi pada areal layanan irigasi sesuai dengan waktu, tempat dan luasan serta berdasarkan rencana tata tanam yang telah ditetapkan.

  Kinerja Sistem Irigasi

  Pengendalian adalah upaya untuk memastikan semua kegiatan yang dijalankan bisa berjalan dengan semestinya, sesuai dengan tahap dan target yang telah ditetapkan walaupun ada beberapa perubahan perubahan minor yang bisa terjadi didalam lingkungan yang dihadapi.

  d. Pengaturan/Pengendalian.

  Pengarahan adalah tahap dimana program diimplementasikan supaya bisa dilakukan oleh seluruh pihak yang terlibat dalam sebuah organisasi. Pengarahan sebuah upaya dalam memotivasi pihak pihak tersebut agar bisa melaksanakan tanggung jawabnya dengan kesadaran penuh dan tingkat produktifitas yang sangat tinggi.

  c. Pengarahan.

  Pengorganisasian bisa memberikan kepastian bahwa pihak pihak yang berada dalam organisasi bisa bekerja bersama- sama dengan efektif dan efisien.

  Langkah-langkah perbaikan kinerja sistem irigasi mencakup perangkat lunak maupun perangkat kerasnya. Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa degradasi kinerja jaringan irigasi memang terjadi di semua level, tetapi yang paling menonjol dan banyak ditemukan adalah di level tersier (Pusposutardjo, 1997; Rochdiyanto dan Arif, 1997; Napitupulu, 1997; Sumaryanto dkk, 2003). Oleh karena itu perbaikan kinerja operasi dan pemeliharaan pada level tersier merupakan masalah yang membutuhkan pemecahan segera. Kemunduran kinerja sistem irigasi mengamanatkan pembentukan Badan Pangan. yang terjadi tak dapat dikembalikan hanya Pertanian aspeknya banyak sekali, maka tidak dengan cara rehabilitasi terhadap rancang bisa diurus terpisah-pisah. Pupuk, air irigasi, bangun semula tetapi diperlukan pula upaya- petaninya, penyuluh, pedagang pangan, harus upaya modernisasi irigasi (Oi, 1997; dikoordinasi semua. Langkah-langkah Murty,1997). Modernisasi irigasi di Indonesia, mendasar dalam pengelolaan ketahanan pangan menyangkut sistem pengelolaan irigasi untuk adalah sebagai berikut : memenuhi tingkat layanan (level of service)

  1. Perlunya satu institusi yang irigasi yang telah ditetapkan sebelumnya secara bertanggungjawab. Pertanian aspeknya efektif, efisien, dan berkelanjutan untuk banyak sekali maka tidak bisa diurus mendukung ketahanan pangan. Ada lima pilar terpisah-pisah, baik pupuk, air irigasi, dalam modernisasi irigasi yaitu : petaninya, penyuluhnya dan lain-lain 1. Peningkatan keandalan penyediaan air sebagainya. irigasi.

  2. Perlu ada kerjasama yang bagus dan

  2. Perbaikan sarana dan prasarana irigasi. koordinasi antar pemangku kepentingan,

  3. Penyempurnaan sistem pengelolaan sebab kalau tidak ada koordinasi, uang irigasi. sebanyak apapun yang keluar untuk 4. Penguatan institusi pengelola irigasi. infrastruktur irigasi akan sia-sia.

  5. Pemberdayaan sumber daya manusia

  3. Sumber daya manusia dan institusinya juga pengelola irigasi. sangat penting, membangun infrastruktur tidak sukar, kalau sudah dibangun mau Menurut Mudjiadi (2016), ada tiga bagaimana ini yang tidak pernah disiapkan. permasalahan besar dalam hal irigasi yakni

  4. Dana untuk operasional dan pemeliharaan seputar air, jaringan dan manajemen air. juga harus dipersiapkan, jangan hanya Kemudian ada 5 hal yang perlu dikedepankan membangun fisiknya saja. dalam hal irigasi yaitu :

  1. Penyiapan keandalan penyediaan

  Variabel Penelitian

  infrastruktur irigasi melalui peningkatan Komponen-komponen dan indikator- daya tampung air serta meningkatkan indikator kinerja sistem irigasi yang ada dalam efisiensi.

  Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2006

  2. Penyempurnaan sistem irigasi. Hal ini dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan berarti bahwa dalam sebuah planning,

  Perumahan Rakyat Nomor 12 tahun 2015 sistem operasi, maintenance dan disandingkan dengan hasil penelitian-penelitian monitoring irigasi telah diperhitungkan terdahulu serta pendapat para pakar. Setelah itu secara matang terlebih dahulu sebelum kemudian dirangkum dan disesuaikan dengan mengusulkan pembangunan jaringan irigasi kondisi yang ada pada objek penelitian serta baru. mengacu kepada tujuan dari penelitian ini,

  3. Khusus untuk irigasi besar yang memiliki sehingga diperoleh komponen dan indikator luas minimal di atas 10.000 ha, tidak pelak kinerja sistem irigasi terpilih untuk diteliti lagi harus memiliki operation room. sebagai berikut :

  4. Pengelolaan institusi pengelola irigasi. Saat 1.

  Kinerja infrastruktur irigasi ini terdapat Unit Pengelola Irigasi yang

  2. Kinerja pelayanan air irigasi terdiri top management hingga low

  3. Kinerja sumber daya manusia management. Tidak menutup kemungkinan

  4. Kinerja kelembagaan petani bahwa nanti unit pengelola irigasi ini akan

  5. Kinerja kelembagaan pemerintah dijadikan manajemen secara struktural yang jelas.

METODOLOGI PENELITIAN

  5. Pemberdayaan sumber daya manusia di bidang irigasi.

  Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah sebuah Kemudian menurut Masyhuri (2017), penelitian riset yang sifatnya deskripsi,

  Undang Undang tentang pangan - cenderung menggunakan analisis dan lebih menampakkan proses maknanya. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik (Sugiyona, 2008). Penelitian deskriptif kualitatif sangat sesuai digunakan apabila peneliti ingin mengetahui atau mengukur kinerja sebuah sistem, sebuah organisasi atau instansi melalui wawancara yang berulang-ulang.

  Jenis data

  Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif. Data kualitatif adalah data yang dapat mencakup hampir semua data non-numerik. Data ini dapat menggunakan kata- kata untuk menggambarkan fakta dan fenomena yang diamati.

  Sumber data 1.

  Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau dari objek penelitian dengan teknik observasi langsung pada daerah irigasi Batang Anai serta melakukan wawancara langsung dengan stakeholder terkait, seperti dengan petugas OP irigasi, petani pemakai air (P3A), tim pemberdayaan masyarakat (TPM), penyuluh pertanian, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, dan lain-lain sebagainya.

  2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dalam penelitian yang dikumpulkan oleh orang lain atau dari pihak lain yang terkait dengan objek yang diteliti. Data ini bisa diperoleh dari studi pustaka yang berupa peraturan-peraturan yang berlaku, penelitian- penelitian terdahulu, serta publikasi-publikasi terdahulu yang berfungsi untuk melengkapi data primer. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari Peraturan Menteri PUPR, dari TP-OP Dinas PSDA Provinsi Sumatera Barat, dari Balai Wilayah Sungai Sumatera V, dari jurnal penelitian-penelitian terdahulu dan publikasi-publikasi yang relevan untuk memperoleh gambaran teoritis dari masalah yang diteliti.

  Target informan

  Informan pada penelitian ini nantinya akan diwawancarai secara mendalam berkaitan dengan permasalahan yang terjadi untuk menjawab tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Target informan dalam penelitian ini adalah person yang terlibat langsung maupun pernah terlibat langsung dalam pengelolaan daerah irigasi Batang Anai dan diperkirakan mengetahui secara pasti apa permasalahan yang terjadi pada daerah irigasi Batang Anai ini.

  Pengumpulan Data

  Pengumpulan data dan instrumen pengumpulan data merupakan hal penting dalam penelitian. Pengumpulan data dan instrumen penelitian adalah merupakan alat yang digunakan untuk meneliti dan mengumpulkan data dan disajikan dalam bentuk sistematis guna memecahkan atau menguji suatu hipotesis. Adapun teknik dan instrumen pengumpulan data untuk menjawab masing-masing pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

  Teknik pengumpulan data : 1.

  Mengambil data dan teori dari buku.

  Sebagai data awal untuk penelitian ini diambil informasi dari buku peraturan Menteri PUPR No. 12 Tahun 2015, dokumen operasional dan pemeliharaan daerah irigasi Batang Anai serta dari penelitian-penelitian terdahulu sebagai data dasar.

  2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan informan yang terkait dengan daerah irigasi Batang

  Anai menggunakan pedoman wawancara yang berupa daftar pertanyaan, sehingga melalui informan inilah nantinya akan didapat informasi yang tidak terbatas dan mendalam tentang permasalahan daerah irigasi Batang Anai dari berbagai perspektif. Semua wawancara dibuat rekaman audionya sehingga dapat digunakan untuk menggali isi wawancara secara lebih lengkap pada saat pengolahan yang pokok, memfokuskan pada hal-hal data dilakukan. yang penting, dicari tema dan polanya, membuang yang tidak perlu dan 3. Pengamatan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Pengamatan dilakukan untuk melihat secara

  Dengan kata lain proses reduksi data ini langsung kondisi yang ada dilapangan dilakukan oleh peneliti secara terus sekaligus sebagai validasi atas kebenaran menerus saat melakukan penelitian untuk data dan informasi yang telah diberikan menghasilkan catatan-catatan inti dari data oleh informan. Catatan pengamatan pada yang diperoleh dari hasil penggalian data. umumnya berupa tulisan tangan maupun 2.

  Penyajian Data foto dokumentasi.

  Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga

  Instrumen pengumpulan data :

  memberi kemungkinan akan adanya 1. penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian

  Daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara. data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, 2. Alat perekam suara untuk merekam hasil grafik, jaringan dan bagan. Penyajian data wawancara. dilakukan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu

  3. Skema jaringan irigasi sebagai pedoman dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini pengamatan lapangan peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok 4. Kamera digital untuk merekam hasil permasalahan yang diawali dengan pengamatan lapangan. pengkodean pada setiap subpokok

  Teknik Analisis Data permasalahan.

  3. Validasi Data Analisis data kualitatif adalah upaya untuk

  Menurut Sugiyono (2014) bahwa mengungkap makna dari data penelitian. validitas adalah derajat ketepatan antara

  Menurut Miles dan Huberman (1984), data yang terjadi pada objek penelitian mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

  Pada penelitian ini validasi data dilakukan berlangsung secara terus-menerus sampai dengan cara triangulasi. Menurut Syahla tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran (2013) triangulasi diartikan sebagai kejenuhan data ditandai dengan tidak pengecekan data dari berbagai sumber diperolehnya lagi data atau informasi baru. dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Pengolahan dan analisis dilakukan terhadap

  Triangulasi yang digunakan pada penelitian data yang diperoleh dari hasil wawancara dan ini ada dua macam yaitu : observasi lapangan dengan tahapan sebagai a.

  Triangulasi sumber. berikut :

  Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

  Pengumpulan Data Reduksi Data diperoleh melalui beberapa sumber.

  b. Triangulasi teknik.

  Triangulasi teknik dilakukan dengan cara

  Penarikan Penyajian Data mengecek data kepada sumber yang sama Kesimpulan

  dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, Gambar 1. Siklus Analisis Data lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau laporan.

1. Reduksi Data

  4. Penarikan Kesimpulan Reduksi data adalah bentuk analisis

  Penarikan kesimpulan adalah hasil yang menajamkan, menggolongkan, analisis yang dapat digunakan untuk mengarahkan, merangkum, memilih hal-hal mengambil tindakan. Pengolahan data kualitatif tidak akan menarik kesimpulan secara tergesa-gesa, tetapi secara bertahap dengan tetap memperhatikan perkembangan perolehan data. Penarikan kesimpulan adalah tahap akhir dalam proses analisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan bisa dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep- konsep dasar dalam penelitian tersebut. Khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian ke-dua, dalam merumuskan langkah- langkah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki ataupun meningkatkan kembali kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai, mengingat keterbatasan sumber daya yang tersedia serta adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu disusun skala prioritas langkah-langkah penyelesaian masalah yang pada penelitian ini disusun menggunakan Metode Hanlon Kualitatif.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Ketersediaan sumber air untuk memenuhi kebutuhan irigasi pada daerah irigasi Batang Anai seluas 13.604 hektar mencukupi, bukti visualnya adalah melimpahnya air pada mercu bendung serta tetap melimpahnya air pada bangunan pelimpah di hulu saluran primer daerah irigasi Batang Anai ini.

  Luas total daerah irigasi yang dioperasionalkan saat ini adalah 8.421 hektar, terdiri dari Batang Anai I seluas 6.764 hektar dan Batang Anai II seluas 1.657 hektar. Kondisi ketersediaan air irigasi pada petak-petak sawah saat ini sudah mulai menurun dan tidak mencukupi, terbukti dengan sudah mulai terjadinya kekurangan air irigasi di hilir petak- petak tersier serta tidak mencukupinya air irigasi pada sebagian besar hilir daerah irigasi Batang Anai ini.

  Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis diperoleh informasi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai terkait dengan kinerja infrastruktur irigasi adalah seperti pada gambar berikut :

  Gambar 2. Hasil Analisis Tentang Kinerja Infrastruktur Irigasi

  Permasalahan Kinerja Infrastruktur Daerah Irigasi Batang Anai Saluran tersier yang tidak memadai Banyak terdapat sadap liar dan ampang liar Banyak pintu air yang rusak

  Banyak pintu air yang tidak bisa difungsikan Saluran tersier yang tidak berfungsi

  Banyak sadap liar dan ampang liar yang mengganggu fungsi saluran pembawa Kondisi

  Fisik Kondisi Fungsional Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis diperoleh informasi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai terkait dengan kinerja pelayanan air irigasi adalah seperti pada gambar berikut :

  Ketersediaan air Tidak adanya pada petak-petak pengaturan air tersier Permasalahan Kinerja

  Pelayanan Air Pada Daerah Irigasi Batang Anai

  Tidak adanya data luas Luas tanam dan tanam dan musim musim tanam tanam

  Gambar 3. Hasil Analisis Tentang Kinerja Pelayanan Air Irigasi Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis diperoleh informasi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai terkait dengan kinerja sumber daya manusia adalah seperti pada gambar berikut :

  Sarana dan prasarana

Pelaksanaan tugas

penunjang belum

dan tanggung jawab

  Permasalahan Kinerja memadai Sumber Daya Manusia

  Pada Daerah Irigasi Batang Anai

Ketersediaan sarana

Kompetensi yang dan prasarana masih rendah

penunjang

  Gambar 4. Hasil Analisis Tentang Kinerja Sumber Daya Manusia Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis tersebut diatas diperoleh informasi bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai terkait dengan kinerja kelembagaan petani adalah seperti pada gambar berikut :

  Peran aktif dalam penyusunan Kurangnya kesadaran rencana tata tanam Permasalahan Kinerja dan kepedulian petani Kelembagaan Petani

  Pada Daerah Irigasi Kurangnya kesadaran Batang Anai Peran aktif dalam pengelolaan jaringan tersier dan kepedulian petani

  Gambar 5. Hasil Analisis Tentang Kinerja Kelembagaan Petani Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis diperoleh informasi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai terkait dengan kinerja kelembagaan pemerintah adalah seperti pada gambar berikut :

  Profesionalitas Belum profesional lembaga dan instansi dan belum fokus pemerintah Permasalahan Kinerja

  Kelembagaan Pemerintah Pada Daerah Irigasi Keterpaduan dan Belum ada koordinasi,

  Batang Anai sinergisitas antar belum terpadu serta lembaga dan instansi belum ada sinergi pemerintah

  Gambar 6. Hasil Analisis Tentang Kinerja Kelembagaan Pemerintah Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis tersebut diatas didapatkan informasi tentang langkah

  • – langkah sistemtis yang perlu dilakukan dalam upaya memperbaiki ataupun meningkatkan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai seperti pada gambar berikut : 1. Perlu koordinasi dan holistik.

  2. Pembinaan P3A terpadu.

  3. Benahi/bersihkan saluran tersier.

  Langkah-Langkah

  4. Tutup sadap liar dan buka Perbaikan/Peningkatan ampang liar.

  Kinerja Sistem Irigasi

  5. Perbaiki pintu-pintu air yang Pada Daerah Irigasi rusak.

  Batang Anai

  6. Peningkatan kompetensi personil.

  7. Perkuat managemen irigasi.

  8. Perkuat komisi irigasi provinsi.

  Gambar 7. Hasil Analisis Tentang Langkah-Langkah yang Perlu Dilakukan Untuk Perbaikan Ataupun Peningkatan Kinerja Sistem Irigasi

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Permasalahan yang mempengaruhi penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai tersebut diatas saling kait mengait, sehingga dibutuhkan solusi dengan langkah-langkah yang sistematis untuk perbaikan ataupun peningkatan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai ini berdasarkan skala prioritas dengan urutan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Koordinasi dan holistik.

  4. Fenomena yang terjadi pada daerah irigasi Batang Anai ini juga terjadi pada sebagian besar lahan pertanian beririgasi lainnya di Provinsi Sumatera Barat, yang jika diakumulasikan secara keseluruhan, perlahan tapi pasti kemunduran kinerja sistem irigasi ini secara simultan akan mengancam keberlanjutan lahan pertanian serta mengancam ketahanan pangan di Provinsi Sumatera Barat.

  3. Rekomendasi hasil studi ini bisa menjadi bahan pertimbangan sebelum dioperasikannya secara penuh daerah irigasi Batang Anai II agar menjamin sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai secara keseluruhan dapat berfungsi optimal dalam memberikan pelayanan kepada petani, yaitu mampu mengairi lahan pertanian seluas 13.604 ha.

  2. Upaya perbaikan ataupun peningkatan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai ini akan lebih optimal jika dilakukan dengan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang terukur, monitoring dan evaluasi yang intensif serta adanya upaya-upaya perbaikan yang kontinu serta melibatkan semua stakeholder terkait secara terpadu dan berkesinambungan.

  1. Permasalahan - permasalahan yang mempengaruhi penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai ini harus segera ditangani dan diantisipasi agar tidak terus berkembang dan tidak akan menjadi semakin kompleks.

  Saran

  8. Perkuat komisi irigasi provinsi.

  7. Perkuat manajemen irigasi.

  6. Tingkatkan kompetensi personil.

  5. Perbaiki pintu-pintu air yang rusak.

  4. Tutup sadap liar dan buka ampang liar.

  3. Benahi/bersihkan saluran tersier.

  2. Pembinaan P3A terpadu.

  Langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki ataupun meningkatkan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai.

  Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai, dapat disimpulkan bahwa kondisi kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai sudah dalam tahap yang sangat mengkhawatirkan, ditandai dengan telah terjadinya kekeringan pada sebagian daerah hilir irigasi Batang Anai, serta telah mulai terjadinya kekurangan air pada sebagian hilir petak tersier pada sebagian daerah irigasi Batang Anai ini.

  2. Belum ada koordinasi, belum terpadu serta belum ada sinergi antar lembaga dan instansi pemerintah.

  1. Pengelolaan daerah irigasi Batang Anai belum profesional dan belum fokus.

  Kinerja kelembagaan pemerintah :

  1. Kurangnya kesadaran dan kepedulian petani.

  Kinerja kelembagaan petani :

  2. Sarana dan prasarana penunjang yang belum memadai.

  Kinerja sumber daya manusia : 1. Kompetensi personil yang masih rendah.

  2. Tidak adanya rencana tata tanam.

  Kinerja pelayanan air irigasi : 1. Tidak adanya pengaturan air.

  2. Banyak pintu-pintu air yang rusak dan tidak berfungsi.

  1. Saluran tersier banyak yang tidak memadai dan tidak berfungsi.

  Faktor – faktor yang mempengaruhi penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi Batang Anai. Kinerja infrastruktur irigasi :

  5. Hasil studi pada penelitian ini juga dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaikan permasalahan terkait dengan penurunan kinerja sistem irigasi pada daerah irigasi lainnya yang ada di Provinsi Sumatera Barat.

  6. Hasil studi ini dapat dilanjutkan dengan penelitian yang lebih mendalam lagi terkait masing-masing aspek yang telah menjadi temuan dalam penelitian ini.

  Ketahanan Pangan Demi Masa Depan Indonesia 2015-2025. Badan Inteligen Negara (BIN). Cv. Rumah buku : Jakarta. Huppert & Walker, H.H., 1989. Managementof

  (2007). Analisis Data Kualitatif,

  Masyhuri, 2017. Pembangunan pertanian kedepankan koordinasi dan holistik. Buletin Februari-Mei 2017 Dewan Sumber Daya Air Ditjen Sumber daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jakarta. Miles, Mattew B dan A. Michael Huberman,

  Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. PT Refika Aditama : Bandung.

  Mansoer, Syamsuddin, 2013. Kinerja sistem irigasi ( Studi Kasus D.I. Wanir Provinsi Jawa Barat ). Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, 2005.

  Tugas Mata Kuliah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang.

  Prioritas Masalah Metode Hanlon & Tahap Analisis Akar Penyebab Masalah Fish Bone.

  Kadarisman, Darwin, 2012. Ketahanan Pangan Indonesia. http://ilmu dan teknologi pangan.wordpress.com/Ketahan an Pangan Indonesia/. Diakses pada tanggal 10 Juli 2017. Krisma Indira, dkk, 2015. Tahap Penentuan

  Jogiyanto, H.M., 2005. Analisa dan Desain Sistem Informasi. Andi : Yogyakarta.

  Irrigation System. Technical Cooperation. Federal Republic of Germany.

  Research Methods. (2nd ed).Oxford University Press. Hikam, Muhammad AS, 2014. Memperkuat

  Anonim, 2006, Peraturan Pemerintah Nomor : 20 tahun 2006, tentang Irigasi, Depertemen Pekerjaan Umum, Jakarta. Anonim, 2015, Peraturan Menteri Pekerjaan

  Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada : Jakarta. Bryman, A., and Bell, E. 2007. Business

  Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bungin, Burhan, 2004. Metode Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

  Evaluasi dan Peningkatan Kinerja Jaringan Irigasi Bapang Kabupaten Sragen. Tesis Program Pasca Sarjana Program Studi Magister Teknik Sipil

  Jurnal Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. Bruce, 1974 dalam Atmaja, Tunas 2008.

  Irigasi Pada 16 Bangunan Utama Di daerah Irigasi Jilu Kabupaten malang Konstruksi.

  Ardelimas ARS 2015. Evaluasi kinerja operasi dan pemeliharaan sistem irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Percut Sei. Tuan Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian Universitas Sumatera Utara. Agisaqma, La Ode, 2012. Penentuan Kinerja

  Umum & Perumahan Rakyat Nomor : 30/PRT/M/2015, tentang Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi. Depertemen Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat, Jakarta.

  Depertemen Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat, Jakarta. Anonim, 2015, Peraturan Menteri Pekerjaan

  Anonim, 2015, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat Nomor : 17/PRT/M/2015, tentang Komisi Irigasi.

  Umum & Perumahan Rakyat Nomor : 12/PRT/M/2015, tentang Pedoman Eksplorasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Depertemen Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat, Jakarta.

  Buku sumber tentang metode- Dan Sidemen Di Kabupaten metode baru. Universitas Lombok Tengah. Jurnal Teknik Indonesia Press : Jakarta. Pengairan Universitas Moeheriono, 2009. Pengukuran Kinerja Brawijaya. Berbasis Kompetensi. Ghalia : Sumaryanto, 2016. Studi Kebijakan Sistem Bogor.

  Pengelolaan Irigasi Mendukung Mudjiadi, 2016. Modernisasi Irigasi Untuk Pencapaian Dan Keberlanjutan Pengoperasian Yang Lebih Swasembada Pangan.

  Sederhana. http://pse.litbang. http://sda.pu.go.id/Modernisasi pertanian.go.id/. Diakses pada Irigasi Untuk Pengoperasian tanggal 10 Juli 2017. yang Lebih Sederhana/. Diakses Syaifuddin, 2013. Evaluasi Kinerja Daerah pada tanggal 5 september 2017. Irigasi Wawotobi Kabupaten

  Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Konawe Provinsi Sulawesi Indonesia : Jakarta. Tenggara. Jurnal Teknik Sipil

  Nasution, 1992. Metode Research. Jemmars : Universitas Sebelas Maret Bandung. Surakarta. Nippon Koei Co., Ltd, 2016. Pedoman Tata Sutabri. 2012. Analisis Sistem Informasi.

  Operasional dan Pemeliharaan Andi : Yogyakarta. Jaringan Irigasi Batang Anai. Participatory Irrigation Rehabilitation Improvement Management Project, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jakarta.

  Oi.S. 1997. Introduction to modernization of irrigation schemes. Water report

  12. FAO. Rome. Pusposutarjo, S. 1996. Rancang Bangun dan

  Sistem Jejaring Irigasi dalam Kaitannya Dengan Gerakan Hemat Air. Prosiding Seminar Nasional Gerakan Hemat Air, Jakarta.

  Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2014.

  Statistik Pertanian Tahun 2014. Kementerian Pertanian, Jakarta. Saroh, Mai, 2015. Analisis Neraca Air Untuk

  Keberlanjutan Air Irigasi Dipetakkan Tersier Daerah Irigasi Batang Anai Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Pertanian Universitas Andalas.

  Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta : Bandung.