3 4
Enjinering lalu lintas Police Traffic Enginering Registrasi dan identifikasi pengemudi serta kendaraan bermotor.
19
Dalam rangka penyelenggaraan fungsi LANTASPOL, tersebut polisi
1 lalu
lintas berperan sebagai : Aparat
penegak hukum
perundang-undangan lalu
lintas dan
peraturan pelaksanany 2
a;
3 Aparat yang mempunyai wewenang Kepolisisan Umum;
4 Aparat penyidik kecelakaan lalu lintas;
Aparat pendidikan lalu lintas 5
terhadap masyarakat;
6 Penyelenggaran registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan
bermotor; Pengumpul dan pengelola data tentang lalu lintas; Unsur bantuan
pengelola data bantuan teknis melalui unit-unit patroli jalan raya PJR “.
20
3. Penegakan Hukum Pidana di Indonesia
Menurut Immanuel Kant, hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan
kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan
21
19
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian, op. cit, hlm 14
20
Naning Ramadahan, Menggairahkan kesadaran Hukum Masyarakat Dan Disiplin
Penegak Hukum Dalam Lalu Lintas ,Surabaya : Bina ilmu, 1983, hlm 26
21
C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonessia, Jakarta : Balai Pustaka, hlm 34
. Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan
hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi juga dapat terjadi juga
karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini, hukum yang dilanggar itu harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah menjadikan kenyataan. Dalam
menegakkan hukum, ada 3 unsur yang harus diperhatikan, yakni : kepastian hukum rechtssicherheit, kemanfaatan zweckmassigkeit dan keadilan
gerechtigkeit.
22
Soerjono menyatakan bahwa Penegakan Hukum adalah adalah mencakup proses tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang
pengadilan negeri, upaya hukum dan eksekusi
23
. Selain itu penegakan hukum juga mengandung arti keseluruhan kegiatan dari para pelaksana penegak hukum kearah
tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban dan ketenteraman dan kepastian hukum sesuai dengan
Undang-Undang Dasar 1945. Penegakan hukum yang dikaitkan dengan perlindungan masyarakat terhadap kejahatan tentunya berkaitan dengan masalah
penegakan hukum pidana. Tujuan ditetapkannya hukum pidana adalah sebagai salah satu sarana politik criminal yaitu untuk “perlindungan masyarakat” yang
sering pula dikenal dengan istilah “sosial defence”
24
Menurut Arief Barda Nawawi, fungsionalisasi hukum pidana diartikan sebagai upaya untuk membuat hukum pidana dapat berfungsi, beroperasi atau
bekerja dan terwujud secara konkret. Istilah fungsionalisasi atau konkretisasi
22
Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Yogyakarta : PT Citra Aditya Bhakti, hlm 1
23
Ibid, hlm 36
24
Arief Barda Nawawi, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 1998, hlm.11
hukum pidana yang pada hakekatnya sama dengan pengertian hukum pidana.
25
Penegakan hukum juga merupakan kegiatan menyerasikan hubungan nilai- nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah, pandangan-pandangan yang mantap
dan mengejewantahkannya dalam sikap dan tindakan sebagai serangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan kedamaian pergaulan hidup.
Tegaknya hukum ditandai oleh beberapa faktor yang saling terkait sangat erat yaitu hukum dan aturannya sendiri.
Dalam proses penegakan hukum, bukan merupakan tanggung jawab aparatur penegak hukum semata, tetapi merupakan tanggung jawab masyarakat dalam
upaya menghadapi, menanggulangi berbagai bentuk kejahatan yang merugikan dan meresahkan masyarakat itu sendiri.
26
Penegakan hukum tidak hanya mencakup law enforcement tetapi juga peach maintenance. Menurut Friedman dalam penegakan hukum pidana
dipengaruhi oleh 3 aspek penting, yakni :
27
1. Legal Structure struktur hukum, dapat diartikan sebagai institusi yang
menjalankan penegakan hukum dengan segala proses yang berlangsung didalamnya. Institusi ini dalam sistem yang terdiri atas kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan lembaga pemasyarakatan yang menjamin berjalannya proses peradilan pidana.
25
Ibid , hlm 13
26
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 1983, Hlm 3.
27
Mahmud Mulyadi, Politik Hukum Pidana, Bahan Kuliah di Fakultas Hukum USU, hlm 5
2. Legal Substance substansi hukum, adalah aturan, norma, dan pola perilaku
nyata manusia yang berada di dalam sistem tersebut. Substansi hukum tidak hanya terpusat pada hukum yang tertulis saja law in the book, tetapi juga
mencakup hukum yang hidup di masyarakat the living law. 3.
Legal Culture budaya hukum, sebagai sikap masyarakat terhadap hukum dan sistem hukum itu sendiri. Sikap masyarakat ini mencakup kepercayaan , nilai-
nilai dan ide-ide, serta harapan mereka tentang hukum dan sistem hukum. Hal ini karena pada hakikatnya penegakan hukum merupakan proses penyesuaian
antara nilai-nilai, kaidah-kaidah dan pola prilaku nyata,yang bertujuan untuk mencapai kedamaian. Oleh karena itu tugas utama penegakan hukum adalah
mencapai keadilan. Penegakan hukum dalam Negara dilakukan secara preventif dan represif.
Penegakan hukum secara preventif diadakan untuk mencegah agar tidak dilakukan pelanggaran hukum oleh warga masyarakat dan tugas ini pada umumnya
diberikan pada badan-badan eksekutif dan kepolisian. Penegakan hukum represif dilakukan apabila usaha preventif telah dilakukan ternyata masih juga terdapat
pelanggaran hukum. Berdasarkan hal tersebut, maka hukum haruslah ditegakkan secara represif oleh alat-alat penegak hukum yang diberi tugas yustisional.
Penegakan hukum represif pada tingkatnya operasionalnya pelaksanaannya didukung dan melalui berbagai lembaga yang secara organitoris terpisah satu
dengan yang lainnya, namun tetap berada dalam kerangka penegakan hukum, mulai dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan, sampai kepada lembaga
pemasyarakatan.
Dalam penegakan hukum harus memperhatikan kemanfaatan atau kegunaannya bagi masyarakat, sebab hukum justru dibuat untuk kepentingan
masyarakat, jangan sampai terjadi pelaksanaan dan penegakan hukum nerugikan masyarakat yang pada akhirnya akan menimbulkan keresahan. Penegakan hukum
juga merupakan proses sosial yang melibatkan lingkungannya, oleh karena itu penegakan hukum akan bertukar aksi dengan lingkungannya yang bisa disebut
pertukaran aksi dengan unsur manusia, sosial budaya, politik dan lain sebagainya, jadi penegakan hukum dipengaruhi oleh berbagai macam kenyataan dan keadaan
yang terjadi dalam masyarakat. Soerjono Soekanto membuat perincian faktor-faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum sebagai berikut : 1.
Faktor hukumnya sendiri,misalnya undang-undang 2.
Faktor penegakan hukum yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan 5.
Faktor kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasanya yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.
28
Kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada
efektifitas penegakan hukum. Unsur-unsur yang terkait dalam menegakkan hukum
28
Soerjono Soekanto, op.cit. hal.8
hanya diperhatikan kepastian hukum saja, maka unsur-unsur lainnya dikorbankan. Demikian pula kalau yang diperhatikan hanyalah kemanfaatan, maka kepastian
hukum dan keadilan dikorbankan dan begitu selanjutnya. Asas
penegakan hukum yang cepat, tepat, sederhana dan biaya ringan, hingga saat ini belum sepenuhnya mencapai sasaran seperti yang diharapkan masyarakat. Sejalan
dengan itu pula masih banyak ditemui sikap dan perilaku aparat penegak hukum yang merugikan masyarakat maupun keluarga korban. Harus diakui pula bahwa
banyak anggota masyarakat yang masih sering melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku, contohnya yaitu mempengaruhi
aparatur hukum secara negative dan bertentangan dengan ketentuan yang berlaku pada proses penegakan hukum yang bersangkutan, yang ditujukan kepada diri
pribadi,keluarga atau anakkelompoknya.
29
F. Metode Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Pendekatan masalah. Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis
normatif, yaitu : pendekatan yang bertitik tolak dari ketentuan peraturan perundang – undangan dan diteliti dilapangan untuk memperoleh faktor
pendukung dan hambatannya.
30
29
Soejono Soekonto, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 1996, hlm 1
30
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Rajawali, 1985, hlm 17.
Pendekatan yuridis normatif ini merupakan