Economic Empowerment of Poor Vegetable Farmer (A Case Study at Kelurahan Nunukan Timur, Nunukan Subdistrict, Nunukan Regency, East Kalimantan Province)

(1)

(Studi Kasus di Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan

Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur)

MUHAMMAD FIRNANDA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Pemberdayaan Ekonomi Petani Sayur Miskin (Studi Kasus di Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Nopember 2006

MUHAMMAD FIRNANDA


(3)

MUHAMMAD FIRNANDA, Pemberdayaan Ekonomi Petani Sayur Miskin (Studi Kasus di Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur). Dibimbing oleh FELIX SITORUS sebagai Ketua, IRAWAN SOEHARTONO sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Proses pergeseran paradigma dalam pembangunan dari sentralistik menuju desentralistik yang bertumpu pada potensi dan sumber daya lokal telah terjadi sejak pasca Orde Baru. Adanya perubahan ini tidak secara langsung menunjukkan perubahan yang signifikan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Begitupun halnya yang terjadi di Kabupaten Nunukan, proses pembangunan yang dilaksanakan dianggap masih kurang partisipatif, dimana lebih mengutamakan pembangunan prasarana pemerintahan yang megah daripada pembangunan kesejahteraan sosial. Kenyataannya di Kelurahan Nunukan Timur masih terdapat masyarakat yang tergolong miskin.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani masalah kemiskinan di Nunukan adalah dengan melakukan pembentukan kelompok-kelompok tani sebagai langkah untuk mengubah pola mata pencaharian masyarakat yang tergantung dengan hutan dan mengurangi jumlah masyarakat miskin yang ada, khususnya di Kelurahan Nunukan Timur.

Permasalahan yang ada berkaitan dengan kelompok petani ini adalah ternyata dengan adanya bantuan yang ada, para petani sayur belum dapat meningkatkan penghasilan mereka secara optimal, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan keterampilan mereka.

Tujuan kajian ini adalah untuk memahami karakteristik petani sayur miskin, permasalahan dan faktor penyebab dan merumuskan strategi yang dapat dikembangkan untuk peningkatan petani sayur berkaitan dengan dibentuknya kelompok tani.

Kajian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pemetaan sosial, evaluasi program, dan kajian lapangan dengan fokus kegiatan merancang strategi dan program pemberdayaan petani sayur miskin di Kelurahan Nunukan Timur. Metode kajian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan berperanserta dan wawancara mendalam, studi dokumentasi danfocus group discussion(FGD). FGD dilakukan dengan para petani sayur miskin dan parastakeholdersyang ada.

Penyusunan rancangan program dilakukan secara partisipatif dengan tahap-tahap, yaitu membahas dan menentukan masalah yang dihadapi dan masalah yang menjadi prioritas, menganalisa faktor-faktor internal dan eksternal, serta melakukan penggalian aspirasi dalam rangka penyusunan rancangan program pengembangan masyarakat.

Hasil kajian menunjukkan bahwa program pemberdayaan ekonomi petani sayur miskin yang berhasil dirumuskan adalah Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Petani dan Kelompok Petani, yang terbagi dalam 2 (dua) sub Program, yaitu untuk individu petani dan kelompok tani, dengan kegiatan-kegiatan berupa pendampingan, pengadaan pupuk dan bibit gratis, dinamika kelompok sederhana, pelatihan manajemen dan sosialisasi dengan pihak ketiga (LSM dan swasta). Berhasilnya pelaksanaan program ini sangat tergantung dari partisipasi para petani sayur miskin serta dukungan dari para stakeholdersyang ada.


(4)

MUHAMMAD FIRNANDA, Economic Empowerment of Poor Vegetable Farmer

(A Case Study at Kelurahan Nunukan Timur, Nunukan Subdistrict, Nunukan Regency,East Kalimantan Province).Advised byFELIX SITORUSas chairman, IRAWAN SOEHARTONOas a member of Adviser Commission.

A process of paradigm shift in development, from centralistic to decentralistic, resting on local potency and resources has occurred since post New Order. With the presence of this shift it didn’t directly indicate a significant shift of society’s economic social condition. Likewise similarly it occurred at Nunukan Regency,the development process carried out is supposed to be still less participative, where it more prioritized the development of governmental glorious infrastructure than social welfare development. In fact, at Kelurahan Nunukan Timur there are still several poor-categorized societies.

The efforts conducted by government in handling a poverty problem at Nunukan are by doing an establishment of farmer groups as a measure to change the pattern of the society’s livelihood means depending on the forest and by reducing the number of existing poor people,specially at Kelurahan Nunukan Timur.

The existing problem associated with this farmer group is in fact with the available assistance,the vegetable farmers can not yet increase their earnings optimally, due to the limitation of their knowledge and skills.

The objectives of this study are to understand the characteristic of poor vegetable farmer, problem and cause factor and to formulate a strategy that can be developed to improve the vegetable farmer’s earning with the establishment of farmer group.

This study has been carried out in three stages,those are social mapping,

program evaluation, and field study with the focus of designing the strategy and program of poor vegetable farmer’s empowerment at Kelurahan Nunukan Timur.

The study method used is a qualitative method. The data collecting technique used is the observation of role participating and deep interview, documentary study and focus group discussion(FGD).FGD has been conducted with the poor vegetable farmers and stakeholders available.

The arranging of program design has been performed in participative with stages, those are to discuss and determine the problem faced and the problem becoming a priority,analyzing internal and external factors as well as conducting an aspiration excavating in arranging the design of society’s development program.

The results of study indicate that the economic empowerment program of poor vegetable farmer s that has been formulated is the Improvement Program of human resource capacity and farmer group, divided into 2 (two) sub-programs,

those are for farmer individual and farmer group, with activities in the forms of assistance, providing for free fertilizer and seeds, simple group dynamics,

management training and socialization with third party (LSM and private). The success of this program implementation highly depends on the participation of poor vegetable farmers as well as the support of the stakeholders available.


(5)

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,


(6)

(Studi Kasus di Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan

Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur)

MUHAMMAD FIRNANDA

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(7)

Provinsi Kalimantan Timur)

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD FIRNANDA

NRP : A 154050245

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M. T. FELIX SITORUS, MS

Ketua

Prof. Dr. H. IRAWAN SOEHARTONO

Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. DJUARA P. LUBIS, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. KHAIRIL A. NOTODIPUTRO, MS


(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Kajian Pengembangan Masyarakat ini (KPM) sebagai lanjutan dari kajian lapangan yang dilaksanakan di Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan.

Penulisan kajian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan penghargaan dan dan ucapan terima kasih, terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. M. T. Felix Sitorus, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan kajian ini ;

2. Bapak Prof. Dr. H. Irawan Soehartono, selaku Anggota Komisi Pembimbing dan keluarga yang telah meluangkan waktu dan memberikan dorongan moril dalam rangkaian proses penyelesaian kajian ini ;

3. Departemen Sosial Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menambah pengetahuan di bidang Pengembangan Masyarakat melalui proses pembelajaran di Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerjasama Institut Pertanian Bogor dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung ;

4. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor ;

5. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung ;

6. Bapak Ir. Ivanovich Agusta, MS, selaku Dosen Penguji Luar Komisi yang telah memberikan saran dan masukan guna perbaikan kajian ini ;

7. Pemerintah Kabupaten Nunukan yang telah memberikan kepercayaan dan membantu penulis selama menjalankan kewajiban sebagai Tugas Belajar ; 8. Camat, Lurah dan masyarakat Kelurahan Nunukan Timur yang telah

membantu penulis dalam melaksanakan Kajian Pengembangan Masyarakat ; 9. Istri tercinta, Dewi Ernawati Hesti dan putri tersayang, Winda Amalia Putri


(9)

sayangnya yang telah memotivasi penulis hingga dapat menyelesaikan tugasnya ; dan

10. Seluruh sahabat dan saudara-saudara penulis, khususnya mahasiswa Magister Profesional Pengembangan Masyarakat dan Diploma IV STKS Bandung, serta seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu, yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi selama proses perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa kajian lapangan ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Hal ini disadari karena adanya keterbatasan dan kemampuan penulis dalam melakukan analisa dan membahas data yang ada. Namun, harapan penulis semoga apa yang telah dilakukan ini dapat menjadi langkah awal yang baik untuk proses-proses selanjutnya.

Semoga kajian ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia Nya kepada kita semua. Amin.

Bogor, Nopember 2006


(10)

Penulis dilahirkan di Samarinda pada tanggal 23 Juli 1979 dari pasangan Ibu bernama Aminah Ismail dan Bapak Muhammad Faried S.A. Penulis merupakan putra ketujuh dari tujuh bersaudara. Tahun 1997 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Samarinda dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan dengan mengikuti seleksi Calon Praja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) asal Provinsi Kalimantan Timur angkatan IX dan diterima sebagai Praja STPDN angkatan IX. Lulus dari STPDN Jatinangor pada Tahun 2001.

Penulis pada tahun 2001 bertugas sebagai pelaksana pada Bagian Pemerintahan Sekretariat Kabupaten Nunukan. Selanjutnya pada Tahun 2003-2004 diangkat sebagai Penjabat Sekretaris Kecamatan Nunukan, tahun 2003- 2004-2005 (selama 7 bulan) menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Sebuku dan pada tahun 2005 (selama 2 bulan) menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Lumbis. Pada tahun 2005 penulis melepaskan jabatan struktural dan berkesempatan menjadi Tugas Belajar Pemerintah Kabupaten Nunukan dengan melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerjasama Institut Pertanian Bogor dengan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung atas biaya Departemen Sosial Republik Indonesia.

Pada tanggal 20 Oktober 2002 penulis menikah dengan Dewi Ernawati Hesti dan telah dikaruniai 1 (satu) orang anak, yaitu Winda Amalia Putri Firnanda (3 tahun).


(11)

(Studi Kasus di Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan

Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur)

MUHAMMAD FIRNANDA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Pemberdayaan Ekonomi Petani Sayur Miskin (Studi Kasus di Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Nopember 2006

MUHAMMAD FIRNANDA


(13)

MUHAMMAD FIRNANDA, Pemberdayaan Ekonomi Petani Sayur Miskin (Studi Kasus di Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur). Dibimbing oleh FELIX SITORUS sebagai Ketua, IRAWAN SOEHARTONO sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Proses pergeseran paradigma dalam pembangunan dari sentralistik menuju desentralistik yang bertumpu pada potensi dan sumber daya lokal telah terjadi sejak pasca Orde Baru. Adanya perubahan ini tidak secara langsung menunjukkan perubahan yang signifikan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Begitupun halnya yang terjadi di Kabupaten Nunukan, proses pembangunan yang dilaksanakan dianggap masih kurang partisipatif, dimana lebih mengutamakan pembangunan prasarana pemerintahan yang megah daripada pembangunan kesejahteraan sosial. Kenyataannya di Kelurahan Nunukan Timur masih terdapat masyarakat yang tergolong miskin.

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam menangani masalah kemiskinan di Nunukan adalah dengan melakukan pembentukan kelompok-kelompok tani sebagai langkah untuk mengubah pola mata pencaharian masyarakat yang tergantung dengan hutan dan mengurangi jumlah masyarakat miskin yang ada, khususnya di Kelurahan Nunukan Timur.

Permasalahan yang ada berkaitan dengan kelompok petani ini adalah ternyata dengan adanya bantuan yang ada, para petani sayur belum dapat meningkatkan penghasilan mereka secara optimal, dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan keterampilan mereka.

Tujuan kajian ini adalah untuk memahami karakteristik petani sayur miskin, permasalahan dan faktor penyebab dan merumuskan strategi yang dapat dikembangkan untuk peningkatan petani sayur berkaitan dengan dibentuknya kelompok tani.

Kajian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu pemetaan sosial, evaluasi program, dan kajian lapangan dengan fokus kegiatan merancang strategi dan program pemberdayaan petani sayur miskin di Kelurahan Nunukan Timur. Metode kajian yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan berperanserta dan wawancara mendalam, studi dokumentasi danfocus group discussion(FGD). FGD dilakukan dengan para petani sayur miskin dan parastakeholdersyang ada.

Penyusunan rancangan program dilakukan secara partisipatif dengan tahap-tahap, yaitu membahas dan menentukan masalah yang dihadapi dan masalah yang menjadi prioritas, menganalisa faktor-faktor internal dan eksternal, serta melakukan penggalian aspirasi dalam rangka penyusunan rancangan program pengembangan masyarakat.

Hasil kajian menunjukkan bahwa program pemberdayaan ekonomi petani sayur miskin yang berhasil dirumuskan adalah Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Petani dan Kelompok Petani, yang terbagi dalam 2 (dua) sub Program, yaitu untuk individu petani dan kelompok tani, dengan kegiatan-kegiatan berupa pendampingan, pengadaan pupuk dan bibit gratis, dinamika kelompok sederhana, pelatihan manajemen dan sosialisasi dengan pihak ketiga (LSM dan swasta). Berhasilnya pelaksanaan program ini sangat tergantung dari partisipasi para petani sayur miskin serta dukungan dari para stakeholdersyang ada.


(14)

MUHAMMAD FIRNANDA, Economic Empowerment of Poor Vegetable Farmer

(A Case Study at Kelurahan Nunukan Timur, Nunukan Subdistrict, Nunukan Regency,East Kalimantan Province).Advised byFELIX SITORUSas chairman, IRAWAN SOEHARTONOas a member of Adviser Commission.

A process of paradigm shift in development, from centralistic to decentralistic, resting on local potency and resources has occurred since post New Order. With the presence of this shift it didn’t directly indicate a significant shift of society’s economic social condition. Likewise similarly it occurred at Nunukan Regency,the development process carried out is supposed to be still less participative, where it more prioritized the development of governmental glorious infrastructure than social welfare development. In fact, at Kelurahan Nunukan Timur there are still several poor-categorized societies.

The efforts conducted by government in handling a poverty problem at Nunukan are by doing an establishment of farmer groups as a measure to change the pattern of the society’s livelihood means depending on the forest and by reducing the number of existing poor people,specially at Kelurahan Nunukan Timur.

The existing problem associated with this farmer group is in fact with the available assistance,the vegetable farmers can not yet increase their earnings optimally, due to the limitation of their knowledge and skills.

The objectives of this study are to understand the characteristic of poor vegetable farmer, problem and cause factor and to formulate a strategy that can be developed to improve the vegetable farmer’s earning with the establishment of farmer group.

This study has been carried out in three stages,those are social mapping,

program evaluation, and field study with the focus of designing the strategy and program of poor vegetable farmer’s empowerment at Kelurahan Nunukan Timur.

The study method used is a qualitative method. The data collecting technique used is the observation of role participating and deep interview, documentary study and focus group discussion(FGD).FGD has been conducted with the poor vegetable farmers and stakeholders available.

The arranging of program design has been performed in participative with stages, those are to discuss and determine the problem faced and the problem becoming a priority,analyzing internal and external factors as well as conducting an aspiration excavating in arranging the design of society’s development program.

The results of study indicate that the economic empowerment program of poor vegetable farmer s that has been formulated is the Improvement Program of human resource capacity and farmer group, divided into 2 (two) sub-programs,

those are for farmer individual and farmer group, with activities in the forms of assistance, providing for free fertilizer and seeds, simple group dynamics,

management training and socialization with third party (LSM and private). The success of this program implementation highly depends on the participation of poor vegetable farmers as well as the support of the stakeholders available.


(15)

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,


(16)

(Studi Kasus di Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan

Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur)

MUHAMMAD FIRNANDA

Tugas Akhir

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006


(17)

Provinsi Kalimantan Timur)

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD FIRNANDA

NRP : A 154050245

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M. T. FELIX SITORUS, MS

Ketua

Prof. Dr. H. IRAWAN SOEHARTONO

Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. DJUARA P. LUBIS, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. KHAIRIL A. NOTODIPUTRO, MS


(18)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat limpahan rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan Kajian Pengembangan Masyarakat ini (KPM) sebagai lanjutan dari kajian lapangan yang dilaksanakan di Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan.

Penulisan kajian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan penghargaan dan dan ucapan terima kasih, terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Ir. M. T. Felix Sitorus, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran dalam rangka penyusunan dan penyempurnaan kajian ini ;

2. Bapak Prof. Dr. H. Irawan Soehartono, selaku Anggota Komisi Pembimbing dan keluarga yang telah meluangkan waktu dan memberikan dorongan moril dalam rangkaian proses penyelesaian kajian ini ;

3. Departemen Sosial Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menambah pengetahuan di bidang Pengembangan Masyarakat melalui proses pembelajaran di Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerjasama Institut Pertanian Bogor dan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung ;

4. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor ;

5. Segenap Pimpinan dan civitas akademika Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung ;

6. Bapak Ir. Ivanovich Agusta, MS, selaku Dosen Penguji Luar Komisi yang telah memberikan saran dan masukan guna perbaikan kajian ini ;

7. Pemerintah Kabupaten Nunukan yang telah memberikan kepercayaan dan membantu penulis selama menjalankan kewajiban sebagai Tugas Belajar ; 8. Camat, Lurah dan masyarakat Kelurahan Nunukan Timur yang telah

membantu penulis dalam melaksanakan Kajian Pengembangan Masyarakat ; 9. Istri tercinta, Dewi Ernawati Hesti dan putri tersayang, Winda Amalia Putri


(19)

sayangnya yang telah memotivasi penulis hingga dapat menyelesaikan tugasnya ; dan

10. Seluruh sahabat dan saudara-saudara penulis, khususnya mahasiswa Magister Profesional Pengembangan Masyarakat dan Diploma IV STKS Bandung, serta seluruh pihak yang tidak dapat dituliskan satu persatu, yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi selama proses perkuliahan.

Penulis menyadari bahwa kajian lapangan ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Hal ini disadari karena adanya keterbatasan dan kemampuan penulis dalam melakukan analisa dan membahas data yang ada. Namun, harapan penulis semoga apa yang telah dilakukan ini dapat menjadi langkah awal yang baik untuk proses-proses selanjutnya.

Semoga kajian ini bermanfaat dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia Nya kepada kita semua. Amin.

Bogor, Nopember 2006


(20)

Penulis dilahirkan di Samarinda pada tanggal 23 Juli 1979 dari pasangan Ibu bernama Aminah Ismail dan Bapak Muhammad Faried S.A. Penulis merupakan putra ketujuh dari tujuh bersaudara. Tahun 1997 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Samarinda dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan dengan mengikuti seleksi Calon Praja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) asal Provinsi Kalimantan Timur angkatan IX dan diterima sebagai Praja STPDN angkatan IX. Lulus dari STPDN Jatinangor pada Tahun 2001.

Penulis pada tahun 2001 bertugas sebagai pelaksana pada Bagian Pemerintahan Sekretariat Kabupaten Nunukan. Selanjutnya pada Tahun 2003-2004 diangkat sebagai Penjabat Sekretaris Kecamatan Nunukan, tahun 2003- 2004-2005 (selama 7 bulan) menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Sebuku dan pada tahun 2005 (selama 2 bulan) menjabat sebagai Sekretaris Kecamatan Lumbis. Pada tahun 2005 penulis melepaskan jabatan struktural dan berkesempatan menjadi Tugas Belajar Pemerintah Kabupaten Nunukan dengan melanjutkan pendidikan di Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat kerjasama Institut Pertanian Bogor dengan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung atas biaya Departemen Sosial Republik Indonesia.

Pada tanggal 20 Oktober 2002 penulis menikah dengan Dewi Ernawati Hesti dan telah dikaruniai 1 (satu) orang anak, yaitu Winda Amalia Putri Firnanda (3 tahun).


(21)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Kajian... 4

Kegunaan Kajian ... 4

KERANGKA KAJIAN Teori dan Konsep ... 5

Kerangka Analisis ... 13

METODE KAJIAN Batas-batas Kajian ... 16

Strategi Kajian ... 16

Tempat dan Waktu Kajian... 16

Metode Pengumpulan Data ... 17

Analisis Data dan Pelaporan ... 19

Penyusunan Rancangan Program ... 19

PETA SOSIAL KELURAHAN NUNUKAN TIMUR Keadaan Umum Lokasi ... 20

Kependudukan ... 21

Sistem Ekonomi ... 24

Kepemimpinan Lokal ... 26

Lembaga Kemasyarakatan ... 27

Sumber Daya Lokal ... 28

Masalah Kesejahteraan Sosial ... 30

TINJAUAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Deskripsi Kegiatan ... 35

Pengembangan Ekonomi Lokal ... 38

Pengorganisasian Masyarakat... 42

Perencanaan Sosial ... 43

Evaluasi Umum ... 43

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin ... 45

Permasalahan yang Dihadapi Petani Miskin dan Faktor Penyebab .. 49

PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Identifikasi Potensi ... 51


(22)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan ... 64 Rekomendasi ... 66

DAFTAR PUSTAKA... 67


(23)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Tujuan dan Teknik Pengumpulan Data ... 18 2 Peruntukkan Tanah di Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005 ... 21 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan

Nunukan Timur Tahun 2005 ... 22 4 Jumlah Penduduk yang Bekerja Berdasarkan Mata Pencaharian

di Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005 ... 24 5 Jumlah Penduduk RT 24 yang Bekerja Berdasarkan Mata

Pencaharian di Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2006 ... 25 6 Jumlah Petani Miskin yang Mempunyai Lahan di RT 24

Berdasarkan Kelompok Umur ... 46 7 Permasalahan yang Dihadapi Petani Miskin di RT 24

Kelurahan Nunukan Timur ... 49 8 AnalisisStakeholdersdi RT 24 Kelurahan Nunukan Timur ... 52 9 Analisis Masalah, Potensi dan Alternatif Pemecahan Masalah

Petani Sayur di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur ... 57 10 Rencana Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

(SDM) Petani dan Kelompok Tani di RT 24 Kelurahan


(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Lingkaran Kemiskinan ... 12 2 Alur Pemikiran Pemberdayaan Petani Miskin di RT 24

Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan ... 14 3 Masalah Kesejahteraan Sosial di Kelurahan Nunukan Timur

Tahun 2005 ... 30 4 Analisis Pohon Masalah ... 56


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Peta Administratif Kelurahan Nunukan Timur ... 69 2 Pedoman Wawancara Mendalam ... 70 3 Pedoman Wawancara Terstruktur ... 72 4 Dokumentasi ... 75


(26)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Proses pergeseran paradigma dalam pembangunan dari sentralistik menuju desentralistik yang bertumpu pada potensi dan sumber daya lokal telah terjadi sejak pasca Orde Baru. Adanya perubahan paradigma ini tidak secara langsung menunjukkan perubahan yang signifikan pada kondisi sosial ekonomi masyarakat, karena pemahaman aparat sebagai unsur pelaksana terhadap makna sebenarnya dari pembangunan yang berbasis masyarakat lokal masih sangat kurang. Hal ini dapat diibaratkan bahwa pelaksanaan pembangunan tidak jauh seperti ‘seekor ular yang kepalanya dilepas tetapi ekor tetap dipegang’.

Begitupun halnya yang terjadi di Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Timur. Nunukan merupakan kabupaten baru yang resmi terbentuk pada tanggal 12 Oktober 1999 sebagai kabupaten pemekaran dari Kabupaten Bulungan. Sejak dimekarkan hingga saat ini, Pemerintah Kabupaten Nunukan senantiasa giat dalam melaksanakan pembangunan. Konsekuensi dari kabupaten pemekaran yang baru berusia 7 (tujuh) tahun ini, tentu masih banyak kekurangan yang terjadi termasuk dalam hal proses perencanaan pembangunan. Menurut beberapa orang tokoh masyarakat setempat mengenai proses perencanaan pembangunan yang dilaksanakan selama ini dianggap masih kurang partisipatif dan cenderung bersifat ‘mercusuar’. Maksudnya adalah bahwa prose tersebut lebih mengutamakan pembangunan prasarana pemerintahan yang megah daripada pembangunan kesejahteraan sosial masyarakatnya.

Prinsip peran serta masyarakat dalam pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan dan memanfaatkan unsur-unsur lokal dalam bentuk sumber daya alam, sumber daya manusia dan sosiokultural yang ada. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan yang dimulai dari saat perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi diwujudkan melalui berbagai bentuk partisipasi baik secara langsung (misalnya dengan memberikan sumbangan pemikiran, ide ataupun biaya dan tenaga) maupun tidak langsung (misalnya dengan cara memelihara dan merawat). Keterlibatan tersebut selain akan mempererat rasa keterikatan masyarakat dalam pembangunan, juga akan menumbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap pelaksanaan proses pembangunan yang sedang atau telah berjalan.


(27)

Pemerintah dalam konteks pembangunan dengan memanfaatkan potensi lokal dan partisipasi masyarakat mempunyai fungsi untuk menciptakan strategi sebagai landasan bagi organisasi lokal untuk mengembangkan kreatifitas sesuai dengan potensi yang ada. Posisi pemerintah lebih dituntut hanya sebagai pengarah, motivator atau sebagai fasilitator, sedangkan pihak yang menjalankan adalah masyarakat lokal. Begitupun halnya dengan sistem pemerintahan yang ada, dimana Pemerintah Pusat hanyalah sebagai pihak yang mengarahkan dan Pemerintah Daerah sebagai unsur pelaksana yang mempunyai wewenang untuk mengambil kebijakan strategis sesuai dengan potensi lokal yang ada di daerah. Adanya kebijakan strategis di daerah ini setidaknya akan dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan kapasitasnya sendiri. Pengembangan kapasitas masyarakat ini dimaksudkan sebagai suatu pendekatan pembangunan yang berbasis pada kekuatan yang ada di masyarakat secara nyata. Kekuatan itu diantaranya adalah sumber daya alam, sosial, ekonomi dan termasuk manusianya itu sendiri, sehingga akhirnya dapat menjadi local capacity

(kapasitas lokal). Kapasitas lokal ini termasuk didalamnya adalah kapasitas pemerintah daerah, kelembagaan (baik sosial maupun swasta) dan kapasitas masyarakat setempat.

Berdasarkan hasil pemetaan sosial pada Praktek Lapangan I yang dilaksanakan dari tanggal 1 sampai dengan 16 Nopember 2005 dan evaluasi program pada Praktek Lapangan II yang dilaksanakan dari tanggal 17 sampai dengan 24 Pebruari 2006 di Kelurahan Nunukan Timur, diperoleh informasi bahwa salah satu program pemerintah yang dilaksanakan dalam rangka pengentasan kemiskinan di Nunukan adalah pembentukan kelompok tani hampir di seluruh wilayah di kabupaten ini, termasuk di Kelurahan Nunukan Timur. Hal ini dilakukan dimaksudkan sebagai sebuah langkah untuk mengubah pola mata pencaharian masyarakat yang sangat tergantung dengan hutan, khususnya Hutan Lindung Pulau Nunukan.

Kondisi hutan yang semakin memburuk dan pengawasan aparat terhadap kelestarian hutan semakin ketat, telah menyebabkan masyarakat yang sudah terbiasa dengan pekerjaan tersebut menjadi kehilangan pekerjaan. Kondisi ini dibarengi dengan bertambahnya jumlah penduduk sebagai akibat dari migrasi, mengingat daerah ini merupakan daerah transit bagi pengiriman dan pemulangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke dan dari Malaysia Timur (Sabah dan Serawak). Dampak dari kondisi tersebut adalah jumlah penduduk menjadi


(28)

semakin bertambah, sedangkan mata pencaharian menjadi semakin berkurang, dan akhirnya kondisi ini semakin menambah populasi masyarakat miskin yang ada di Kabupaten Nunukan, khususnya di Kelurahan Nunukan Timur.

Kelompok tani yang telah dibentuk tersebut selanjutnya diberikan bantuan modal dari pemerintah melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten Nunukan dalam Program Pengembangan dan Peningkatan Tanaman Pangan. Adanya program tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan kondisi sosial ekonomi para petani dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitarnya. Kenyataan yang ada, hasil dari kelompok tani ini belum begitu menggembirakan, karena pengalaman masyarakat setempat dalam pengembangan kegiatan di bidang pertanian masih sangat minim. Berkaitan hal tersebut, maka permasalahan yang dikaji dalam kajian pengembangan masyarakat adalah ”bagaimana strategi pemberdayaan petani miskin di Kelurahan Nunukan Timur yang dapat dikembangkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan mereka?”

Perumusan Masalah

Kajian ini diharapkan dapat menjawab tiga pokok permasalahan berikut : 1. Bagaimana karakteristik petani miskin di Kelurahan Nunukan Timur

khususnya di sekitar kawasan Hutan Lindung Kelurahan Nunukan Timur ? 2. Bagaimana permasalahan yang dihadapi oleh petani miskin yang telah

diberdayakan dan apakah faktor penyebab permasalahan tersebut ?

3. Strategi apa yang dapat dikembangkan untuk peningkatan kapasitas mereka berkaitan dengan dibentuknya kelompok tani ?

Kegiatan pengembangan masyarakat yang akan dilakukan melalui pemberdayaan petani miskin ini diharapkan akan dapat memperoleh jawaban dari beberapa permasalahan di atas, sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar bagi penyusunan program pengembangan masyarakat di Kelurahan Nunukan Timur.


(29)

Tujuan Kajian

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kajian lapangan yang dilakukan dalam kegiatan pengembangan masyarakat ini adalah untuk merumuskan suatu program pemberdayaan petani miskin di Kelurahan Nunukan Timur yang dilakukan bersama-sama dengan para petani tersebut. Adapun tujuan khusus dari kajian ini adalah untuk :

1. Memahami karakteristik petani miskin di sekitar kawasan Hutan Lindung Kelurahan Nunukan Timur.

2. Memahami permasalahan yang dihadapi petani miskin dan menganalisa faktor-faktor yang menimbulkan permasalahan tersebut.

3. Merumuskan strategi yang dapat dikembangkan untuk peningkatan kapasitas petani miskin berkaitan dengan dibentuknya kelompok tani.

Kajian pengembangan masyarakat ini juga bertujuan untuk memahami serta mengembangkan konsep pengembangan masyarakat secara empiris, dan memahami proses pengembangan praktek pekerjaan sosial dalam menumbuh-kembangkan potensi kelompok.

Kegunaan Kajian

Hasil kajian pengembangan masyarakat yang dilakukan di Kelurahan Nunukan Timur ini, secara lebih khusus diharapkan dapat dipergunakan oleh : 1. Komunitas petani miskin yang ada, sebagai rencana pengembangan

kapasitas petani, khususnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka.

2. Pemerintah dan LSM setempat, sebagai bahan evaluasi dan masukan tentang rencana pengembangan kegiatan dan lebih meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat miskin yang dilaksanakan secara lebih aspiratif.

3. Pengembang masyarakat, sebagai penambah wawasan dan memperkaya pengetahuan tentang teori dan praktek pengembangan masyarakat, serta sebagai model pengembangan komunitas masyarakat miskin di daerah lain.


(30)

KERANGKA KAJIAN

Teori dan Konsep

Kemiskinan

Kemiskinan merupakan konsep dan fenomena yang berwayuh wajah, bermatra multidimensional. SMERU dalam Suharto (2005), menunjukkan bahwa kemiskinan memiliki beberapa ciri, yaitu :

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan).

2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

3. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber alam.

6. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarkat.

7. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental. 9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita

korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil).

Ellis (dalam Suharto, 2005) menyatakan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, politik dan sosial psikologis. Dipandang dari aspek ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Sumber daya dalam konteks ini menyangkut tidak hanya aspek finansial, melainkan pula semua jenis kekayaan (wealth) yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Berdasarkan konsepsi ini, maka kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumber daya yang dimiliki melalui penggunaan standar baku yang dikenal dengan garis kemiskinan (poverty line). Cara seperti ini sering disebut dengan metode pengukuran kemiskinan absolut.

Dilihat dari aspek sosial, kemiskinan mengindikasikan potensi perkembangan masyarakat yang rendah. Aspirasi dan persepsi dalam masyarakat berkembang bersifat terbatas dan semu, serta mengutamakan atau mementingkan pengambilan keputusan dalam rentang waktu yang pendek.


(31)

Adapun jika ditinjau dari aspek politik, kemiskinan ini berhubungan dengan lemahnya kemandirian masyarakat. Ketergantungan ataupun esploitasi antar masyarakat senantiasa tampak. Hal ini pada akhirnya bermuara pada keadaan ketidakadilan dan kesenjangan. Kondisi senjang yang secara tidak disadari ini menjadi terpelihara, akan menjadi lebih berbahaya dan akan menghambat upaya penghapusan kemiskinan.

Penyebab kemiskinan berdasarkan pendapat Sumodiningrat (2004) menyangkut dimensi sosial, ekomoni dan budaya. Hal ini lebih lanjut dijelaskan olehnya sebagai kemiskinan alami, struktural dan kultural. Kemiskinan alami merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh keterbatasan kualitas sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Hal ini mengakibatkan sistem produksi beroperasi tidak optimal dengan efisiensi rendah. Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang langsung atau tidak langsung diakibatkan oleh berbagai kebijakan, peraturan dan keputusan dalam pembangunan. Kemiskinan ini disebabkan tatanan kelembagaan yang didalamnya berhubungan dengan aturan-aturan main yang ditetapkan oleh pemegang kebijakan. Kemiskinan umumnya ditandai dengan adanya ketimpangan antara lain kepemilikan sumber daya, kesempatan berusaha, keterampilan dan faktor lain yang menyebabkan perolehan pendapatan tidak seimbang dan pada akhirnya mengakibatkan struktur sosial yang timpang. Kemiskinan struktural ini umumnya dapat dikenali dari transformasi ekonomi yang tidak berjalan seimbang. Adapun yang dimaksud dengan kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang lebih banyak disebabkan oleh sikap individu dalam masyarakat yang mencerminkan gaya hidup, perilaku atau budaya yang menjebak dirinya dalam kemiskinan.

Berdasarkan tingkat kerentanan kemiskinan, Sulistiati dkk. (2005) menyebutkan bahwa masalah kemiskinan dapat dibagi menjadi kemiskinan kronis (chronic poverty) dan kemiskinan sementara (transient poverty). Kemiskinan kronis merupakan kemiskinan yang berlangsung dalam jangka waktu lama, turun temurun atau disebut juga sebagai kemiskinan struktural. Adapun kemiskinan sementara ditandai dengan menurunnya pendapatan dari kesejahteraan anggota masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis, bencana alam dan bencana sosial. Kemiskinan jenis ini jika tidak ditanani akan dapat menjadi kemiskinan kronis.


(32)

Pemberdayaan Masyarakat

Munculnya konsep pemberdayaan ini menurut Pranarka dan Vidhyandika (dalam Hikmat, 2004) merupakan akibat dari dan reaksi terhadap alam pikiran, tata masyarakat dan tata budaya sebelumnya yang berkembang di suatu negara. Konsep pemberdayaan (empowerment) dalam wacana pengembangan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan (Hikmat, 2004). Mc Ardle (dalam Hikmat, 2004) menyatakan bahwa pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut.

Pemberdayaan masyarakat mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi justru sebagai subyek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan masyarakat secara umum (Setiana, 2005).

Menurut Kartasasmita (dalam Setiana, 2005) pada dasarnya, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain menurutnya bahwa memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Roesmidi dan Riza (2006) menyatakan bahwa pemberdayaan itu sifatnya individual sekaligus kolektif. Pemberdayaan merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan-hubungan kekuatan/kekuasaan yang berubah antara individu, kelompok dan lembaga-lembaga sosial. Pemberdayaan itu juga merupakan proses perubahan pribadi, karena masing-masing individu mengambil tindakan atas nama diri mereka sendiri dan kemudian mempertegas kembali pemahamannya terhadap lingkungan tempat tinggalnya.

Dilihat dari sasaran dan ruang lingkupnya, menurut Wasistiono dalam Roesmidi dan Riza (2006) pemberdayaan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu pemberdayaan pada individu anggota organisasi atau masyarakat; pemberdayaan pada tim atau kelompok masyarakat; pemberdayaan pada organisasi; dan pemberdayaan pada masyarakat secara keseluruhan.


(33)

Berdasarakan sasaran dan ruang lingkup tersebut, maka dalam pemberdayaan petani miskin ini akan lebih terfokus kepada pemberdayaan pada kelompok tani.

Hikmat (2004) mengatakan bahwa pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembangunan masyarakat. Keduanya merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial dan transformasi budaya.

Meninjau dalam kerangka pemberdayaan masyarakat yang terpenting adalah dimulai dengan bagaimana menciptakan kondisi, suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Berbagai upaya dapat dilakukan melalui berbagai macam strategi dalam rangka mencapai tujuan pemberdayaan, diantaranya adalah modernisasi yang mengarah pada perubahan struktur sosial, ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran serta masyarakat setempat. Prioritas utama program pemberdayaan masyarakat adalah terciptanya kemandirian, yaitu masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan menolong dirinya sendiri dalam berbagai hal, terutama menyangkut kelangsungan kehidupannya. Begitupun halnya dalam masyarakat petani, perlu diketahui sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada, sehingga dalam menyusun program pemberdayaan akan lebih mengena sasaran.

Keberdayaan masyarakat terletak pada proses pengambilan keputusan sendiri untuk mengembangkan pilihan-pilihan penyesuaian diri (adaptasi) terhadap perubahan lingkungan dan sosialnya. Berkaitan hal tersebut, maka pemahaman mengenai proses adaptasi masyarakat, khususnya masyarakat petani terhadap lingkungannya merupakan proses yang penting dalam pembangunan yang berorientasi pada manusia (people centered development), yang melandasi wawasan pengelolaan sumber daya lokal (community based resource management).

Partisipasi

Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan selama ini tentunya sangat diharapkan dapat berlangsung secara berkesinambungan. Satu pendekatan yang dapat diambil saat ini agar dapat mencapai hasil-hasil pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan adalah dengan pendekatan partisipatoris.

Munculnya paradigma partisipatoris mengindikasikan adanya dua perspektif, yang pertama pelibatan masyarakat setempat dalam pemilihan, perancangan, perencanaan, dan pelaksanaan program atau proyek yang akan


(34)

mewarnai hidup mereka, sehingga dengan demikian dapatlah dijamin bahwa perspektif setempat, pola sikap dan pola berpikir serta nilai-nilai dan pengetahuannya ikut dipertimbangkan secara penuh. Kedua adalah membuat umpan balik (feedback) yang pada hakikatnya merupakan bagian tak terlepaskan dari kegiatan pembangunan (Jamieson dalam Mikkelsen, 2003).

FAO (dalam Mikkelsen, 2003) menyebutkan bahwa

kata partisipasi dan partisipatoris merupakan dua kata yang sangat sering digunakan dalam pembangunan. Keduanya memiliki banyak makna yang berbeda. Pelbagai kajian, dokumen proyek, dan buku panduan menunjukkan tafsiran yang sangat beragam mengenai arti kata partisipasi :

 Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

 Partisipasi adalah ‘pemekaan’ (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan.

 Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

 Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial.

 Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

 Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Pembangunan yang partisipatoris merupakan suatu bidang baru. Oleh karena itu tafsiran yang berbeda tentu akan muncul pula. Untuk sementara ini belum ada definisi yang dapat diterima secara global.

Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam proses pembangunan saat ini di berbagai wilayah. Kedua konsep ini merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial, dan trasformasi budaya. Proses ini, pada akhirnya akan menciptakan pola pembangunan yang lebih berpusat pada rakyat.

Rahardjo (dalam Ndraha, 1990) menyatakan bahwa bentuk partisipasi itu ada yang bersifat vertikal dan horisontal. Dikatakan partisipasi vertikal karena bisa terjadi dalam kondisi tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada pada posisi sebagai bawahan, pengikut atau klien. Adapun partisipasi horisontal, karena pada suatu saat tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat mempunyai kemampuan untuk berprakarsa, dimana setiap anggota/kelompok masyarakat berpartisipasi horisontal satu dengan yang lain, baik dalam


(35)

melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Tentu saja parstisipasi seperti ini merupakan suatu tanda pada pemulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dikemukakan oleh Goldsmith dan Blustain (dalam Ndraha, 1990) bahwa masyarakat tergerak untuk berpartisipasi jika :

 Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.

 Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan.

 Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat.

 Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang berperan dalam pengambilan keputusan. Partisipasi masyarakat dan kemampuan masyarakat di suatu wilayah untuk berkembang secara mandiri mempunyai kaitan yang erat, ibarat dua sisi mata uang, tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri. Kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri dapat ditumbuhkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi partisipasi masyarakat dalam membangun daerahnya.

Petani Miskin dan Kelompok Tani

Fokus kajian ini adalah para petani miskin di Kelurahan Nunukan Timur. Menurut Penny (dalam Prayitno, 1987) pengertian petani miskin jika ditinjau dari aspek ekonomi dicirikan sebagai berikut :

(a). Pendapatan rumah tangga petani rendah (termasuk pendapatan di luar usaha tani).

(b). Luas tanah garapan sempit (khusus untuk usaha tani pertanaman dan perikanan darat).

(c). Produktivitas tenaga kerja rendah. Penggunaan tenaga kerja tidak efisien, sehingga pendapatan pertanian per kapita rendah.

(d). Modal (kapital) relatif kecil atau tidak ada. Karena pendapatan rendah, simpanan/tabungan yang dimiliki sangat kecil atau relatif tidak ada. Akibatnya kesempatan untuk memperluas usahanya menjadi sangat terbatas. Selain uang tunai, pengertian modal di sini termasuk tanah, ternak, alat-alat dan sebagainya.

(e). Tingkat keterampilan (skill) rendah. Secara umum, keterampilan petani miskin rendah. Akibatnya jiwa kewirausahaan rendah dan kemampuan manajerialnya juga rendah. Akibat selanjutnya daya tangap (respons) mereka terhadap teknologi baru lambat atau kecil, sehingga produktivitas usaha secara keseluruhan rendah.


(36)

Ciri-ciri petani miskin di atas tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait mengait satu sama lain serta saling pengaruh mempengaruhi penilaian terhadap seorang petani apakah dia termasuk petani miskin atau tidak.

Pendapatan rendah petani disebabkan oleh produksi yang rendah. Rendahnya hasil produksi umumnya disebabkan karena lahan yang sempit dan dikelola dengan teknologi dan peralatan yang sederhana. Pendapatan petani yang rendah menyebabkan mereka tidak mempunyai kemampuan untuk menabung dan menambah investasi. Akibatnya, maka teknologi yang mereka gunakan tidak mengalami kemajuan, yang pada akhirnya pendapatan yang diperoleh tetap rendah dan begitu seterusnya.

Kondisi pendapatan rendah, luas lahan yang digarap sempit, teknologi tradisional dan peralatan yang terbatas merupakan unsur yang saling berkaitan dan membentuk suatu lingkaran yang tidak berujung pangkal. Secara lebih khusus Malassis (dalam Prayitno, 1987) menggambarkan suatu bentuk diagram lingkaran kemiskinan (circle of poverty) di negara-negara yang sedang berkembang yang identik dengan masalah petani miskin sebagaimana tampak pada Gambar 2. Dalam gambar tersebut tampak mata rantai (dengan tanda panah lebih tebal) yang memperlihatkan inti dari lingkaran kemiskinan, yaitu produktivitas rendah akan menyebabkan pendapatan rendah, tabungan rendah dan seterusnya. Kondisi ini akan terus berlangsung sampai ada tindakan yang dapat memutus mata rantai tersebut. Faktor lain yang juga sangat menentukan adalah keadaan alam yang tidak menguntungkan, walaupun teknologi dan modal tersedia.

Produktivitas tenaga kerja keluarga yang rendah menurut Prayitno (1987) antara lain disebabkan karena sifat musiman dari usaha tani yang menimbulkan pengangguran musiman pula. Kecilnya usaha tani yang tidak seimbang dengan persediaan tenaga kerja keluarga menimbulkan pengangguran tidak kentara (disguised unemployment), serta (terbatasnya) keterampilan khusus dan peralatan yang diperlukan untuk memanfaatkan tenaga keluarga pada waktu senggang (leisure), semuanya mencirikan produktivitas tenaga kerja keluarga yang rendah. Pada akhirnya pendapatan rumah tangga petani miskin akan menjadi tetap rendah.


(37)

Adapun mengenai kelompok tani dalam kajian ini merupakan bagian dari masyarakat yang ada di Kelurahan Nunukan Timur yang memiliki kesamaan dalam berusaha untuk meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik. Pengertian dari kelompok adalah sebagaimana dikemukakan oleh Mardikanto (dalam Setiana, 2005) yaitu himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi satu sama lain serta memiliki kesadaran untuk saling menolong. Kelompok tidak jauh berbeda dengan organisasi, dimana kumpulan orang tersebut juga mempunyai satu tujuan yang ingin dicapai bersama.

Departemen Pertanian RI (dalam Setiana, 2005) memberi batasan bahwa kelompok tani adalah sekumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas

Gambar 1 LINGKARAN KEMISKINAN

Investasi material

rendah Pengangguran

tenaga kerja

Investasi pendidikan

rendah

Tingkat teknologi

rendah

Tingkat investasi

rendah

Produktivitas tenaga kerja

rendah Kekurangan

tenaga (skill)

Tingkat tabungan

rendah

Pendapatan rendah

Permintaan per kapita

rendah Produksi

rendah


(38)

petani dewasa pria atau wanita maupun petani taruna atau pemuda tani yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atau dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada di lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani.

Berdasarkan proses pembentukannya dikenal ada dua macam kelompok, yaitu kelompok formal dan kelompok informal. Pembentukan kelompok formal pada umumnya mengikuti pedoman atau aturan-aturan tertentu, memiliki struktur yang jelas yang dapat menggambarkan kedudukan dan peran masing-masing yang menjadi anggotanya dan dinyatakan secara tertulis. Kelompok informal seringkali pembentukannya tanpa melalui prosedur atau ketentuan-ketentuan tertentu, struktur dan pembagian tugasnya tidak diatur secara jelas dan umumnya tidak dinyatakan secara tertulis (Shaw dalam Setiana, 2005). Adapun pembentukan kelompok tani yang ada di Nunukan Timur secara umum merupakan kelompok formal tetapi lebih cenderung berdasarkan kepada ikatan sosial yang ada di masyarakat.

Kerangka Analisis

Masalah kemiskinan yang terjadi di Kelurahan Nunukan Timur disebabkan karena pengaruh pertambahan jumlah penduduk, kelahiran maupun migrasi penduduk dari luar Nunukan, sempitnya lapangan kerja yang ada, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan kerusakan lingkungan. Adapun upaya yang telah dilakukan diantaranya adalah dengan membentuk kelompok-kelompok tani. Pembentukan kelompok tani bertujuan akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para anggota kelompok dan sebagai wahana untuk menambah serta mengembangkan kemampuan masyarakat dalam bidang pertanian.

Kelompok tani dalam perkembangan selanjutnya ternyata belum berjalan optimal. Pengetahuan petani dalam hal membudidayakan sayur di lahan mereka ternyata masih sangat terbatas. Mereka hanya mampu mengembangkan kegiatan tanaman sayur berdasarkan kemampuan yang mereka miliki, dan untuk pemasaran hasil pun hanya dilakukan secara sederhana. Kondisi ini diperparah dengan petugas penyuluh lapangan yang jarang hadir di tengah-tengah kelompok tani untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada para


(39)

petani. Biasanya para petugas tersebut hadir pada saat awal dan akhir kegiatan serta pada saat pencairan bantuan modal kepada para petani.

Petani sayur yang cukup lama menggeluti usahanya ini lebih cenderung bersikap spekulatif dalam membudidayakan jenis tanaman sayur. Akhirnya dengan program yang dijalankan di masyarakat, berupa pemberian bantuan modal sebesar Rp 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) per kelompok (antara 18 – 25 orang per kelompok) tersebut, saat ini belum dapat meningkatkan pendapatan mereka secara maksimal seperti yang diharapkan. Petani pun menjadi bergantung dengan modal usaha dari pemerintah.

Hal tersebut berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang minim serta kondisi pemasaran hasil yang belum dikelola secara maksimal. Kondisi ini apabila digambarkan dalam bentuk bagan adalah sebagaimana tampak pada alur pemikiran pada Gambar 2.

Berdasarkan alur pemikiran dapat terlihat bahwa kondisi petani miskin dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, baik bagi individu petani itu sendiri maupun pada kelompok tani. Faktor internal bagi individu petani tersebut adalah berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan, wawasan dan modal. Sedangkan faktor internal yang berkaitan dengan kelompok tani adalah kerja sama dan partisipasi, serta manajemen kelompok. Adapun faktor eksternal yang Faktor Eksternal Petani Miskin (individual) & Kelompok  Dukungan stakeholders

 Bantuan Modal  Teknologi  Pendampingan  Jaringan Pemasaran Faktor Internal Petani Miskin (individual)  Pengetahuan  Keterampilan  Wawasan  Modal Kelompok  Kerjasama dan

Partisipasi  Manajemen

PETANI

MISKIN

PETANI BERDAYA

Pengetahuan & keterampilan meningkat Kelompok mantap Akses pemasaran Hasil tani optimal

KESEJAHTERAAN MENINGKAT

PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SDM PETANI & POK TANI

Gambar 2 Alur Pemikiran Pemberdayaan Petani Miskin


(40)

mempengaruhi petani baik secara individu maupun kelompok adalah dukungan

stakeholders, bantuan modal, teknologi, pendampingan dan jaringan pemasaran. Harapan yang ingin dicapai adalah agar petani miskin tersebut dapat berdaya. Keberdayaan petani ini dapat ditinjau dari sisi pengetahuan dan keterampilan; kelembagaan; akses pemasaran; serta hasil tani mereka. Upaya pemberdayaan ini tidak terlepas dari faktor internal dan eksternal yang ada.

Kajian ini membahas tentang faktor penyebab permasalahan yang dihadapi para petani miskin dan upaya untuk mengatasi masalah tersebut melalui perumusan strategi pengembangan masyarakat. Strategi pengembangan masyarakat yang optimal melalui Program Peningkatan Kapasitas SDM Petani dan Kelompok Tani diharapkan nantinya akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya dalam hal tingkat pendapatan mereka.


(41)

METODE KAJIAN

Batas-batas Kajian

Batas-batas kajian atau penelitian menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2005) terdiri dari yang paling kecil, yaitu situasi sosial (single social situation) sampai masyarakat luas yang paling kompleks. Adapun yang menjadi batas-batas kajian ini adalah sekelompok masyarakat, yaitu petani miskin (a single community study) yang berada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur.

Tipe kajian ini adalah kajian terapan deskriptif, yaitu berupaya untuk memahami ciri-ciri dan sumber-sumber masalah manusia dan masyarakat, menyumbang kepada teori yang dapat digunakan untuk merumuskan program dan intervensi penanganan masalah. Adapun aras kajian yang digunakan adalah obyektif mikro, yaitu membahas tentang pola perilaku, tindakan interaksi langsung antara pengkaji dan anggota komunitas dalam suatu lingkungan masyarakat dalam rangka pemberdayaan petani miskin.

Strategi Kajian

Strategi yang digunakan pada kajian ini adalah berupa studi kasus instrumental yang bersifat deskriptif terhadap permasalahan petani miskin yang tinggal di sekitar kawasan hutan lindung Kelurahan Nunukan Timur dan upaya untuk memberdayakan mereka. Strategi ini dipilih karena dibandingkan dengan strategi lainnya hasilnya lebih mudah dipahami dan bersifat lebih mendalam.

Tempat dan Waktu Kajian

Kajian ini dilakukan di Kelurahan Nunukan Timur Kecamatan Nunukan Kabupaten Nunukan (peta administratif sebagaimana tampak padalampiran 1). Berdasarkan monografi Kecamatan Nunukan Tahun 2003, Kelurahan ini merupakan kelurahan terluas dengan jumlah Rukun Tetangga sebanyak 34 buah, merupakan pusat kota dan mempunyai penduduk miskin terbanyak di


(42)

Kecamatan Nunukan khususnya di Pulau Nunukan dengan subyek kajiannya adalah petani miskin yang ada di RT 24.

Berdasarkan hasil Praktek Lapangan I, Pengkaji melihat bahwa perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap masalah kemiskinan sangat besar, begitupun halnya dengan program pemerintah melalui kelompok tani tersebut. Masyarakat mempunyai harapan agar program ini dapat berjalan secara berkesinambungan. Dipilih komunitas masyarakat yang ada di sekitar kawasan hutan lindung adalah berdasarkan informasi dari Lurah dan Tokoh Masyarakat setempat bahwa daerah itu merupakan kantong kemiskinan yang ada di Kelurahan Nunukan Timur dan wilayah tersebut sangat mudah dijangkau karena dekat dengan pusat kota.

Alasan lain pengkaji memilih lokasi ini adalah dikarenakan alasan praktis, sebagaimana diungkapkan oleh Moleong (1998), yaitu karena keterbatasan waktu, biaya, tenaga, perlu pula dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi kajian.

Kajian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan waktu kerja sebagai berikut : a. Praktek Lapangan I (Pemetaan Sosial) yang dilaksanakan selama 16 hari

kerja, yaitu dari tanggal 1 sampai dengan 16 Nopember 2005.

b. Praktek Lapangan II (Evaluasi Program) yang dilaksanakan selama 8 hari kerja, yaitu dari tanggal 17 sampai dengan 24 Pebruari 2006.

c. Kajian Lapangan yang dilaksanakan selama 30 hari kerja, yaitu selama bulan Agustus 2006.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan teknik yang berkaitan dengan alat-alat atau instrumen sarana untuk memperoleh data. Menurut sifatnya data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan 2 cara, yaitu teknik konvensional dan teknik partisipatif. Teknik pengumpulan data primer yang bersifat konvensional yang digunakan adalah :

1. Pengamatan berperan serta, dengan tujuan untuk melihat, merasakan dan memaknai peristiwa dan fenomena sosial yang ada dalam


(43)

masyarakat, serta membentuk pengetahuan bersama bagi masyarakat di Kelurahan Nunukan Timur.

2. Wawancara mendalam (indepth interview) dan wawancara terstruktur, dengan tujuan untuk mendalami pandangan masyarakat Kelurahan Nunukan Timur tentang situasi sosial, budaya, ekonomi, politik, ekologi dan demografi di lingkungannya. Teknik wawancara terstruktur akan digunakan untuk mengetahui karakteristik dari petani miskin yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur.

Teknik partisipatif yang digunakan adalah pemetaan masalah dan diskusi kelompok. Diskusi yang dilaksanakan dapat berupa FGD (focus group discussion) ataupun dalam bentuk diskusi-diskusi non formal. Adanya diskusi ini diharapkan dapat menggali suatu informasi secara lebih dalam, dalam hal ini pengkaji berposisi sebagai fasilitator.

Pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah dengan teknik penelusuran dokumen (studi dokumentasi), yaitu dengan mempelajari arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang terkait dengan situasi dan kondisi masyarakat di Kelurahan Nunukan Timur dan Kecamatan Nunukan. Kegiatan pengumpulan informasi dan data yang dilaksanakan tersebut diharapkan dapat memenuhi segala informasi yang dibutuhkan dalam kajian, dan hal ini secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Tujuan dan Teknik Pengumpulan Data

No Tujuan Variabel Parameter Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

1. Mengetahui karakteristik petani miskin

Keadaan sosial ekonomi Pola usaha Partisipasi dalam

kelompok Kerjasama dalam

kelompok

Pendapatan

Perkembangan usaha

Kebutuhan produksi dan hasil pemasaran

Peran serta dalam kelompok

o Petani miskin o Tokoh

Masyarakat

Studi Dokumentasi Wawancara Mendalam Wawancara Terstruktur Observasi 2. Memahami masalah dan faktor penyebab masalah yang dihadapi petani miskin Pengetahuan Keterampilan Jaringan pemasaran Dukungan

stakeholders

Pendidikan dan keterampilan yang dimiliki Perkembangan akses informasi Perkembangan jaringan pemasaran

Intensitas dan efektifitas pendampingan

o Petani miskin o Tokoh Masyarakat o Pimpinan Pertanian Kecamatan o Dispertanak o Disperindagkop Wawancara Mendalam FGD

Studi Dokumentasi

3. Merumuskan strategi pemberdayaan melalui penguatan kelompok tani Program pemberdayaan petani miskin Penguatan kelompok tani

Penentuan masalah prioritas

Penetapan tujuan Analisa kemungkinan

strategi yang dapat dilakukan

Pemilihan strategi

o Petani miskin o Tokoh Masyarakat o PPK o Dispertanak o Disperindagkop o LSM Wawancara Mendalam FGD


(44)

Analisis Data dan Pelaporan

Data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif. Menurut Patalima (2005) bahwa pada analisis data kualitatif, kata-kata dibangun dari hasil wawancara atau pengamatan terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum. Pertanyaan dapat dibuat oleh pengkaji untuk melihat hubungan antara berbagai tema yang diidentifikasi, hubungan perilaku atau karakteristik individu seperti umur dan jenis kelamin.

Data yang diperoleh disunting, dikelompokkan menurut aspek-aspeknya, dilengkapi dan disistemisasi sehingga manjadi informasi yang utuh. Data yang terkumpul dari sumber yang berbeda dibandingkan dan diberikan penafsiran, begitupun halnya dengan data yang diperoleh dengan teknik yang berbeda. Hasilnya disajikan secara deskriptif analitis dengan dibantu beberapa tabel, gambar dan diagram.

Langkah awal yang ditempuh adalah melakukan penyuntingan data (melengkapi dan mentransformasi data mentah yang ditulis dalam catatan lapangan) yang terkumpul dengan sumber-sumber lain yang mendukung (dokumen tertulis, peta dan laporan-laporan).

Penyusunan Rancangan Program

Penyusunan rancangan program menggunakan pendekatan partisipasi yang mengutamakan peran serta para petani miskin sebagai subyek dari pengembangan masyarakat. Teknik yang akan dilakukan adalah dengan diskusi terfokus yang diupayakan melibatkan stakeholders yang ada, baik dari instansi pemerintah maupun dari masyarakat dalam rangka pemberdayaan petani miskin di Kelurahan Nunukan Timur.

Rancangan program disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Membahas dan menentukan masalah yang dihadapi dan menentukan

masalah prioritas secara bersama dengan peserta FGD

2. Melakukan analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada 3. Penggalian aspirasi dari petani dan melakukan penyusunan rancangan


(45)

PETA SOSIAL KELURAHAN NUNUKAN TIMUR

Keadaan Umum Lokasi

Kelurahan Nunukan Timur merupakan kelurahan yang baru diresmikan pada tahun 2004 lalu yang pada awalnya adalah sebuah desa, namun sebagai konsekuensi dari kebutuhan, perkembangan jumlah penduduk dan fasilitas yang ada, maka status desa tersebut ditingkatkan menjadi kelurahan. Kelurahan ini merupakan Kelurahan terluas di Kecamatan Nunukan (khususnya Pulau Nunukan), yaitu seluas 6.000 Ha atau sekitar 25,7 % luas Pulau Nunukan, tetapi untuk di Kecamatan Nunukan luasnya hanya sekitar 3,76 % luas Kecamatan Nunukan (karena kecamatan ini mempunyai dua wilayah yaitu wilayah pulau kecil dan wilayah daratan yang ada di Pulau Kalimantan). Kelurahan Nunukan Timur ini berada pada dataran rendah (7 m dari permukaan laut) dan beriklim tropis (25-32oC).

Berdasarkan data orbitasi, jarak Kelurahan Nunukan Timur ke pusat-pusat pemerintahan seperti kecamatan dan kabupaten tidak terlalu jauh (1,5 km dan 12 km) sehingga dapat ditempuh dengan angkutan darat, sedangkan jarak ke Ibukota Provinsi dan Negara cukup jauh (sekitar 525 km dan 1.170 km) sehingga harus ditempuh dengan angkutan udara. Memperhatikan kondisi ini, maka jarak yang dekat antara kelurahan dan pusat kecamatan ini sangatlah mempermudah kegiatan administratif yang perlu dilakukan oleh aparat kelurahan, serta mempermudah arus informasi dan komunikasi antara Kantor Kelurahan Nunukan Timur dan Kecamatan Nunukan.

Kelurahan ini dilewati oleh jalur utama yang menuju ke pusat pemerintahan kabupaten, sehingga secara umum dapat dikatakan wilayah Kelurahan Nunukan Timur sangat mudah dijangkau, baik oleh kendaraan umum maupun pribadi. Selain itu, terdapat juga fasilitas kesehatan, ekonomi dan pendidikan yang dapat ditempuh dengan waktu antara 10-15 menit.

Berdasarkan data penggunaan tanah tampak bahwa 52,42 % dari luas wilayah yang ada digunakan sebagai wilayah pemukiman penduduk dengan kategori perumahan hampir 60 % merupakan perumahan permanen dengan jenis pemukiman yaitu pemukiman umum. Hal ini secara lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 2.


(46)

Tabel 2 Peruntukan Tanah di Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005

No Peruntukan Luas

(Ha) (%)

1. Jalan 126,5 2,11

2. Sawah dan Ladang 8,5 0,14

3. Bangunan Umum 1.330,0 22,17

4. Empang 17,0 0,28

5. Pemukiman/Perumahan 3.145,0 52,42

6. Jalur Hijau 1.300,0 21,67

7. Pemakaman 5,0 0,08

8. Lain-lain 68,0 1,13

Jumlah 6.000 100,00

Sumber :Monografi Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005.

Kelurahan Nunukan Timur tergolong sebagai wilayah perkotaan, namun di kelurahan ini masih terdapat areal pertanian masyarakat seluas 8,5 Ha atau sekitar 0,14 % dari luas keseluruhan. Letak lahan yang menjadi areal pertanian ini berada di wilayah RT 24 dan RT 25 atau di sekitar Hutan Lindung Pulau Nunukan dan berbatasan langsung dengan wilayah Kelurahan Nunukan Selatan. Keminiman lahan ini bukan menjadi penghambat utama dari semangat masyarakat untuk beralih pencaharian menjadi seorang petani, karena diantara mereka juga membuka lahan di wilayah lain di Kecamatan Nunukan, seperti di Kelurahan Nunukan Barat dan Nunukan Selatan.

Berkaitan dengan kegiatan ekonomi lokal di wilayah ini, masyarakat masih menjalankan usahanya secara sederhana, yaitu berusaha di tempat tinggalnya sendiri, seperti kios/warung, dan masing-masing juga menjajakan hasil usaha tani yang dimiliki langsung kepada konsumen.

Kependudukan

Jumlah penduduk Kelurahan Nunukan Timur pada bulan Oktober 2005 adalah sebanyak 19.472 jiwa yang terdiri dari 10.110 jiwa laki-laki dan 9.362 jiwa perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 4.350 KK. Adapun jumlah penduduk usia kerja di wilayah ini menggunakan batas usia 15 tahun keatas, yaitu sebanyak 14.930 jiwa atau 76,67 % dari jumlah penduduk (Tabel 3).


(47)

Tabel 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan Nunukan Timur

Tahun 2005

No Kelompok Umur

(Tahun)

Jumlah

(Jiwa) (%)

1. 0 – 03 1.324 6,80

2. 04 – 06 640 3,29

3. 07 – 12 1.738 8,93

4. 13 – 15 840 4,31

5. 16 – 18 874 4,49

6. 19 + 14.056 72,19

Jumlah 19.472 100,00

Sumber :Monografi Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005.

Adapun jumlah penduduk yang bekerja (PNS, TNI, karyawan swasta, wiraswasta, tani, pertukangan, buruh tani, nelayan, pemulung dan jasa) yaitu sejumlah 10.689 jiwa atau 71,59 % dari jumlah penduduk usia kerja. Berdasarkan monografi Kelurahan Nunukan Timur diketahui juga bahwa jumlah pengangguran yang ada di wilayah ini adalah sejumlah 698 jiwa atau 4,68 % dari jumlah penduduk usia kerja, dengan kategori termasuk pengangguran tidak kentara, yaitu mereka yang bekerja tidak tetap, seperti buruh-buruh bangunan maupun mereka yang baru menyelesaikan pendidikan dan belum mendapatkan pekerjaan.

Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan ini secara keseluruhan dapat dikatakan cukup baik, yaitu 66,63 % adalah berpendidikan SLTA. Hal ini berpengaruh terhadap pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang dimiliki penduduk. Keadaan ini juga dapat dijadikan indikator untuk menilai tinggi rendahnya pendapatan seseorang.

Perubahan jumlah penduduk di Kelurahan Nunukan Timur selain dipengaruhi oleh faktor fertilitas dan mortalitas, juga dipengaruhi oleh faktor migrasi penduduk. Berdasarkan data yang ada, pada tahun 2005 jumlah penduduk yang datang sejumlah 441 jiwa dan 63,27 % adalah laki-laki, sedangkan jumlah penduduk yang pindah adalah sejumlah 298 jiwa. Adapun jumlah kelahiran yang terjadi pada periode yang sama adalah 464 jiwa (57,54 % yang lahir adalah laki-laki) dan kematian hanya 77 jiwa (59,74 % adalah laki-laki). Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk di


(48)

Kelurahan Nunukan Timur. Hal ini sangat sejalan, berdasarkan penuturan Camat Nunukan bahwa Kecamatan Nunukan khususnya Pulau Nunukan merupakan daerah transit yang sangat strategis, terutama dalam hal penyaluran tenaga kerja Indonesia ke Tawau-Malaysia.

Menurut Camat Nunukan, dari beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Nunukan, Kelurahan Nunukan Timur merupakan daerah pusat kegiatan dimaksud. Kondisi ini sangat mempengaruhi jumlah penduduk karena sekitar 65 % dari jumlah TKI yang dipulangkan ataupun tidak jadi berangkat ke Tawau-Malaysia Timur berpikiran enggan untuk kembali ke daerah asalnya. Pada akhirnya mereka memilih untuk tinggal menetap di Nunukan dan diantara mereka memilih untuk tinggal dan bahkan berkeluarga di Kelurahan Nunukan Timur.

Adapun untuk RT 24 yang menjadi lokasi kajian kali ini berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada bulan Juli 2006 terdapat 129 KK (kepala keluarga) yang terdiri dari 537 jiwa dan 40 KK diantaranya termasuk keluarga miskin. Berkaitan dengan keluarga miskin ini, AMT, salah seorang warga di Kelurahan ini menyatakan bahwa :

Kalau dikatakan miskin secara kasat mata sih, mungkin banyak yang menyangkal kalau mereka dikatakan miskin, karena rumah mereka kebanyakan rumah semi permanen dan permanen. Rata-rata mereka yang ada di RT 24 dan 25 tidak mempunyai pekerjaan tetap, sehingga pada pendataan yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Nunukan, mereka dikategorikan sebagai keluarga miskin.

Dari 40 KK miskin yang ada di RT 24 ini, terdapat jumlah anggota keluarga sejumlah 180 jiwa.

Hal lain tentang kependudukan, adalah berkaitan dengan etnis. Penduduk asli Nunukan termasuk Kelurahan Nunukan Timur etnis Tidung, namun seiring dengan pertumbuhan penduduk dan sebagai konsekuensi sebagai daerah transit, maka Kelurahan Nunukan Timur mempunyai etnis yang ada sangat banyak, yaitu etnis Tidung itu sendiri, Bugis, Jawa, Makassar, Dayak, Timor, Ambon, Tionghoa dan Madura. Termasuk keberadaan para TKI, yang sekitar 90 % dari mereka berasal dari etnis Timor ada di Kelurahan Nunukan Timur. Walaupun demikian, keadaan ini jugalah menurut tokoh masyarakat serta Lurah setempat yang menyebabkan Pulau Nunukan dapat berkembang pesat, termasuk Kelurahan Nunukan Timur.


(49)

Sistem Ekonomi

Mata Pencaharian

Masyarakat Kelurahan Nunukan Timur bermata pencaharian sebagai karyawan swasta, baik itu buruh pabrik di kelurahan lain maupun karyawan perusahaan swasta seperti Perusahaan Pengerah Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) dan perusahaan yang bergerak di bidang ilegal logging, sebagaimana tampak pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah Penduduk yang Bekerja Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Nunukan Timur

Tahun 2005

No Mata Pencaharian Jumlah(Jiwa) (%)

1. Pegawai Negeri Sipil 527 4,93

2. TNI/Polri 223 2,09

3. Karyawan Swasta 5.857 54,79

4. Wiraswasta/Pedagang 725 6,78

5. Tani 1.912 17,89

6. Pertukangan 429 4,01

7. Buruh Tani 712 6,66

8. Nelayan 64 0,60

9. Pemulung 21 0,20

10. Jasa 219 2,05

Jumlah 10.689 100,00

Sumber :Monografi Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005.

Adapun bidang pertanian, walaupun Kelurahan Nunukan Timur sangat minim sekali lahan pertaniannya, mereka tidak hanya bertani di wilayah mereka sendiri, tetapi juga menggarap lahan di wilayah lain seperti di Kelurahan Nunukan Barat dan Nunukan Selatan. Kedua Kelurahan tersebut menurut penuturan Lurah dan Camat Nunukan, adalah Kelurahan yang cukup memiliki lahan pertanian yang cukup luas dan sekitar 398 jiwa penggarapnya adalah dari masyarakat Kelurahan Nunukan Timur, 58 jiwa diantaranya berasal dari RT 24.

Adapun penduduk di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur, jumlah mereka yang bekerja dapat dilihat pada Tabel 5.


(50)

Tabel 5 Jumlah Penduduk RT 24 yang Bekerja Berdasarkan MataPencaharian di Kelurahan Nunukan Timur

Tahun 2006

No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

1. PNS 21 10,94

2. Pedagang 26 13,54

3. Petani 101 52,60

4. Swasta 27 14,06

5. Nelayan 3 1,56

6. Pertukangan 5 2,60

7. Jasa 9 4,70

Jumlah 192 100

Sumber :Hasil Olah Data Wawancara, 2006.

Di Kelurahan Nunukan Timur juga terdapat 8 buah Koperasi Simpan Pinjam, 7 buah Kelompok Usaha Ekonomi Bersama (KUBE), 178 buah toko dan warung, baik skala besar maupun kecil dan 1 buah pasar kecil sebagai penggerak roda perekonomian masyarakat setempat. Selain itu terdapat juga 7 buah Kelompok Tani lokal dengan komoditinya adalah sayur-sayuran dan tanaman pangan yang diusahakan di Kelurahan Nunukan Timur, khususnya yang berada di sekitar kawasan hutan lindung (RT 24 dan 25).

Keberadaan kelompok tani ini sejak tahun 2000–2004 merupakan peralihan mata pencaharian masyarakat Nunukan, karena pada masa silam masyarakat Nunukan bergerak di bidang ilegal logging baik di Hutan Lindung Pulau Nunukan, maupun hutan Iuar Pulau Nunukan. Persediaan kayu mulai menipis dibarengi dengan operasi keamanan hutan yang semakin ketat telah membuat mereka kehilangan mata pencaharian, yang pada akhirnya mereka beralih usaha dengan membentuk kelompok tani dan ada juga yang bewiraswasta dengan berdagang.

Permasalahannya, walaupun mereka telah membentuk kelompok tani, selain masalah pengetahuan yang minim, adalah masalah pemasaran hasil tani. Menurut penuturan para petani, akhir-akhir ini harga sayur kian merosot karena hasil panen sayur yang ada melimpah, sehingga mereka memilih untuk bercocok tanam dengan cara berspekulasi terhadap jenis tanaman yang dapat meningkatkan pendapatan mereka.


(51)

Kepemimpinan Lokal

Menurut informasi yang diperoleh bahwa kepemimpinan yang muncul di Kelurahan Nunukan Timur adalah berdasarkan pada posisi apa yang dijabat oleh seseorang, adanya pendukung dari satu etnis yang sama yang menokohkan seseorang dan pada segmen mana tokoh tersebut berada.

Berdasarkan hal tersebut, maka tokoh-tokoh kepemimpinan lokal yang ada di Kelurahan Nunukan Timur, terdiri dari :

1. Tokoh Formal 2. Tokoh Agama

3. Tokoh Informal lainnya (sepeti Ketua Kerukunan) 4. Tokoh Pemuda

Keberadaan para pemimpin formal di Kelurahan Nunukan Timur memiliki peranan yang sangat penting. Masyarakat patuh kepada pemimpin formal (RT, Lurah dan Camat) adalah menyangkut hal-hal yang bersifat prosedural, seperti pengurusan Kartu Tanda Penduduk, Surat Rekomendasi untuk berbagai kegiatan dan Surat Pengantar untuk ke level pemerintahan yang lebih tinggi.

Pemimpin formal di tingkat Rukun Tetangga, dipilih secara demokratis melalui musyawarah masyarakat dengan memperhatikan wibawa, kharisma dan kemampuan mengayomi yang dimiliki oleh seseorang dan faktor kedekatan dengan masyarakat. Ketua RT akan terpilih berulang-ulang setelah selesai periode kepemimpinannya (2 tahun). Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat sudah percaya dengan kepemimpinan seseorang yang ditokohkan tersebut. Masyarakat sangat loyal dan akan memberi dukungan kepada pemimpin yang mempunyai kepedulian terhadap masalah-masalah yang terjadi di masyarakat.

Pemimpin informal, misalnya tokoh agama peranannya sangat terlihat, terutama dalam hal pembinaan generasi muda. Mereka senantiasa memberikan motivasi kepada para generasi muda untuk aktif dalam kegiatan keagamaan, seperti kegiatan remaja masjid dan kegiatan peringatan keagamaan, sehingga dapat meredam timbulnya kenakalan remaja.

Keberadaan tokoh masyarakat dianggap cukup memegang peranan penting terhadap keberhasilan pembangunan di wilayah ini, baik pembangunan secara fisik maupun mental. Hal ini dapat dilihat pada saat kegiatan Temu Karya Pembangunan tingkat kecamatan yang selalu dilaksanakan setiap tahun, sumbang saran dari tokoh masyarakat setiap kelurahan turut menentukan dalam


(52)

penentuan prioritas pembangunan di kelurahannya dan nantinya akan menjadi usulan bagi Pemerintah Kabupaten Nunukan.

Keberadaan tokoh masyarakat tidak hanya karena ketokohannya, ada juga tokoh masyarakat setiap etnis yang ditunjuk sekaligus menjadi ketua kerukunan masing-masing etnis yang ada di kelurahan ini. Peranan ketua etnis ini pun tidak kalah pentingnya dengan tokoh masyarakat umumnya. Segala permasalahan yang terjadi yang dilakukan oleh masyarakat, misalnya pencurian atau perkelahian, selama belum ditangani oleh aparat berwajib, maka yang bersangkutan akan diserahkan kepada ketua kerukunan sepanjang etnisnya diketahui dan ada kerukunannya, dan selanjutnya akan diselesaikan oleh kerukunan masing-masing. Saat ini di Kelurahan Nunukan Timur telah terdapat sekitar 15 buah kerukunan etnis yang dilihat dari asal provinsi dan keseluruhan berjalan dengan baik.

Peranan kerukunan ini akan sangat tampak, apabila terdapat seorang warga yang meninggal dan mungkin tidak mempunyai sanak saudara di Nunukan, biasanya para TKI yang sakit atau dipulangkan, maka dengan kesadaran yang tinggi segala sesuatu berkaitan dengan penyelenggaraan jenazah yang bersangkutan menjadi tanggung jawab dari etnis warga yang meninggal tersebut. Namun walaupun demikian, hal ini juga tetap menjadi perhatian masyarakat lain di luar etnis tersebut.

Berdasarkan kondisi di atas, dapat terlihat jelas bahwa sesungguhnya respon masyarakat terhadap kepemimpinan di Kelurahan Nunukan Timur cukup baik. Partisipasi warga cukup tinggi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh tokoh-tokoh atau pemimpin di wilayah ini. Hal inilah yang dapat mengurangi terjadinya perselisihan antar warga, baik sesama etnis, berbeda etnis maupun antar agama. Begitupun halnya dalam kegiatan pertanian, peran tokoh masyarakat dalam memberikan pengaruhnya kepada masyarakat cukup besar. Petani miskin sendiri sebenarnya sangat menghargai keberadaan para pemimpin formal dan informal, khususnya dalam melaksanakan program yang diberikan kepada mereka.

Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga kemasyarakatan yang ada di Kelurahan Nunukan Timur ada yang formal, seperti LPM, PKK Kelurahan dan Gudep Pramuka, ada juga yang


(53)

bersifat non formal yang terbentuk atas dasar inisiatif masyarakat sendiri dan juga dari pihak luar dalam rangka pemberdayaan masyarakat, seperti Forum Pemberdayaan Ummat (LSM Format), Kelompok Fardhu Kifayah, Majelis Ta’lim, Kelompok Ibu-ibu Shalawat, Ikatan Pemuda dan Remaja Masjid, Arisan Qurban dan Pemuda-pemudi Gereja. Lembaga kemasyarakatan yang berkaitan dengan masalah keagamaan didukung dengan keberadaan sarana-sarana rumah ibadat. Adapun sarana peribadatan sebagai pendukung lembaga kemasyarakatan yang ada di Kelurahan Nunukan Timur terdiri dari 8 buah masjid, 4 buah mushalla/surau dan 10 buah gereja.

Lembaga ekonomi yang ada di kelurahan ini adalah Koperasi Simpan Pinjam dan KUBE. Lembaga bentukan pemerintah, seperti LPM belum berfungsi maksimal karena baru dibentuk. Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kelurahan cukup aktif menjalankan kegiatan seperti posyandu, arisan, penyuluhan dan pemanfaatan pekarangan untuk tanaman obat keluarga. Dalam bidang kepemudaan, ada satu buah Karang Taruna ‘Borneo’ yang baru dibentuk bulan Oktober 2005. Selain itu, sebagaimana telah diutarakan pada bagian sebelumnya, di Kelurahan ini terdapat juga kelompok-kelompok tani.

Dalam bidang pendidikan, di kelurahan ini terdapat Sekolah Dasar sebanyak 5 buah, SLTP/MTs Swasta 1 buah dan SLTA Negeri 1 buah. Adapun siswa yang ada di sekolah-sekolah tersebut, tidak hanya berasal dari Kelurahan Nunukan Timur, tetapi juga berasal dari luar kelurahan bahkan dari luar Pulau Nunukan. Dalam bidang kesehatan, di kelurahan ini terdapat 1 buah Puskesmas. Keberadaan Puskesmas ini sangat membantu masyarakat khususnya dalam hal pencegahan dan pengobatan penyakit.

Sumber Daya Lokal

Hubungan antara komponen ekosistem yang ada di Kelurahan Nunukan Timur, dapat dilihat dari bagaimana pemanfaatan sumber daya yang ada di lingkungan oleh masyarakat setempat. Saat ini, hubungan antara masyarakat dengan lingkungan dapat dikatakan cukup baik, karena masyarakat secara perlahan telah sadar akan pentingnya kelestarian alam. Misalnya saja seperti adanya hutan lindung di kelurahan ini, mereka sudah tidak lagi melakukan


(54)

perambahan, tetapi mulai memanfaatkan lahan-lahan tidur bekas perambahan hutan di masa lampau. Walaupun tidak dapat dipungkiri, masih ada saja terdapat masyarakat yang masih kurang sadar dengan kelestarian lingkungan, seperti yang terjadi di daerah hilir aliran Sungai Bolong, masyarakat ada yang melakukan penggalian batu koral dan membuang sampah rumah tangga di aliran sungai tersebut. Padahal air sungai itu digunakan sebagai sumber air bagi pengolahan air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum Nunukan.

Mengenai pengelolaan khususnya pengamanan potensi sumber daya alam, hutan dan air yang ada saat ini di Kelurahan Nunukan Timur masih menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Nunukan melalui Polisi Pamong Praja dan aparat keamanan lainnya. Berdasarkan penuturan masyarakat setempat, mereka belum dilibatkan secara maksimal, ironisnya di antara mereka pun masih belum mengetahui dimana batas hutan lindung sebenarnya. Hal ini terjadi karena di satu sisi masyarakat Kelurahan Nunukan Timur sudah berhenti merambah hutan, sedangkan di sisi lain masyarakat Kelurahan Nunukan Selatan masih terus merambah, bahkan saat ini menurut mereka sudah hampir tembus ke batas wilayah Kelurahan Nunukan Timur.

Adapun mengenai sumber daya lokal yang ada di Kelurahan Nunukan Timur adalah :

a. Lahan

Luas lahan pertanian yang dapat diusahakan oleh masyarakat setempat yang ada di wilayah ini seluas 8,5 Ha. Lahan lain sudah terisi oleh pemukiman penduduk, bangunan umum, empang, jalur hijau dan pemakaman. Luas yang sedikit ini keseluruhannya diusahakan sebagai lahan perkebunan sayur dan tanaman pangan. Pola penguasaan tanah adalah dikuasai secara pribadi dan belum ada yang menyewakan kepada pihak lain.

Jumlah lahan pertanian yang sempit tidak menunjukkan bahwa tekanan penduduk terhadap lahan sangat tinggi, karena masyarakat masih mempunyai alternatif untuk mencari lahan di kelurahan lain.

b. Tenaga Kerja

Jumlah penduduk usia kerja yang cukup besar dengan kualitas pendidikan yang relatif baik, yaitu 12.974 jiwa berpendidikan SLTA atau sekitar 86,899 % dari usia kerja yang ada (monografi Kelurahan Nunukan Timur). Kondisi ini secara umum akan dapat membentuk suatu sumber daya di Kelurahan Nunukan Timur.


(55)

c. Modal

Permasalahan modal yang ada di Kelurahan Nunukan Timur ini terkait di dalamnya adalah modal ekonomi dan modal sosial. Modal ekonomi berkaitan dengan asset produksi (seperti tanah dan tenaga kerja) yang dimiliki oleh para pelaksana kegiatan ekonomi lokal serta merupakan dana investasi. Adapun modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat Kelurahan Nunukan Timur adalah adanya kerukunan-kerukunan etnis, kelembagaan sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, yang dibentuk dengan adanya kepercayaan, jaringan kerja dan kerja sama yang baik antara mereka. Akhirnya dengan adanya modal ini, segala kegiatan ekonomi lokal dan sosial dapat terus berjalan tanpa adanya gesekan-gesekan antara masyarakat di kelurahan ini.

Masalah Kesejahteraan Sosial

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat dan Lurah, diperoleh informasi bahwa beberapa masalah yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial adalah sebagaimana tampak pada Gambar 3.

Memperhatikan data di atas, terlihat bahwa sebenarnya seluruh permasalahan kesejahteraan sosial yang ada di Kelurahan Nunukan Timur ini akhirnya bermuara ke permasalahan kemiskinan, seperti wanita tuna susila,

13 15

812

4 112 5 698

Wanita Tuna Susila

Rumah tidak layak huni Pengangguran

Wanita rawan sosial ekonomi

Kemiskinan

Penyandang cacat

Orang Gila

Gambar 3 Masalah Kesejahteraan Sosial di Kelurahan Nunukan Timur Tahun 2005


(1)

C.Penguasaan Modal Produksi non Pertanian

No. Jenis Volume Status Keterangan

IV. KONDISI EKONOMI

1. Pendapatan : ... 2. Kondisi rumah : ... 3. Pola makan : ... 4. Pendidikan anak : ... 5. Masalah ekonomi yang : ... dihadapi ... ... ... ... V. ANALISIS USAHA TANI PER MUSIM TANAM

Jenis Komoditas : ...

No. Uraian Jumlah Keterangan

1. Biaya Produksi 2. Tenaga Kerja 3.

4.

Total

Hasil Produksi

No. Uraian Jumlah Keterangan

1. 2. 3.

Total

Keuntungan

No. Uraian Jumlah Keterangan

1. 2. 3.


(2)

VI. KENDALA-KENDALA DALAM USAHA TANI

1. Dalam Proses Produksi : ... ... ... ... ... 2. Dalam Proses Pemasaran : ... ... ... ... ...


(3)

Lampiran 4 Dokumentasi

Gambar 1 Lahan pekebunan sayur masyarakat yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur


(4)

Gambar 2 Kolam Ikan Mas yang baru dibuat oleh salah satu Rumah Tangga Petani

Gambar 3 Kondisi Rumah dan Pemukiman Petani di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur


(5)

Gambar 4 Wawancara dengan Lurah Nunukan Timur


(6)