Penggunaan Ekstrak Kulit Batang Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) untuk Mengurangi Dampak Cekaman Panas pada Ayam Broiler

PENGGUNAAN EKSTRAK KULIT
BATANG JALOH (Salix tetrasperma Roxb)
UNTUK MENGURANGI DAMPAK
CEKAMAN PANAS PADA AYAM BROILER

SUGITO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Penggunaan Ekstrak Kulit Batang
Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) untuk Mengurangi Dampak Cekaman Panas pada
Ayam Broiler adalah karya saya beserta komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Maret 2007
Sugito
NIM B161020031

ABSTRAK
SUGITO. Penggunaan Ekstrak Kulit Batang Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) untuk
Mengurangi Dampak Cekaman Panas pada Ayam Broiler. Dibimbing oleh
WASMEN MANALU, DEWI APRI ASTUTI, EKOWATI HANDHARYANI,
dan CHAIRUL.
Peningkatan suhu lingkungan menyebabkan cekaman panas dan
penurunan produktivitas ayam broiler. Ekstrak tanaman jaloh berpotensi
digunakan untuk mengurangi dampak cekaman panas karena mengandung
senyawa yang bersifat sebagai penurun panas. Telah dilakukan penelitian
penggunaan ekstrak kulit batang jaloh pada ayam broiler yang diberi cekaman
panas. Penelitian ini bertujuan menentukan fraksi ekstrak kulit batang jaloh yang
dapat mengurangi dampak cekaman panas, mengetahui dosis efektif, kandungan
senyawa ekstrak jaloh, dan mempelajari kemungkinan jalur mekanisme kerjanya.
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap I adalah penentuan jenis
ekstrak jaloh yang dapat mengurangi dampak cekaman panas pada suhu kandang

33 ± 1oC. Jenis fraksi ekstrak jaloh yang digunakan adalah etanol, etil asetat, dan
n-heksan dengan dosis masing-masing 10 mg/kg BB. Tahap II adalah penentuan
dosis efektif ekstrak jaloh dengan menggunakan dosis 5, 10, dan 20 mg/kg BB.
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi efek proteksi ekstrak jaloh dalam
mengurangi cekaman panas adalah perubahan suhu tubuh, nilai rasio
heterofil:limfosit, kadar kortisol dalam feses, pertambahan bobot badan, nilai rasio
konversi pakan, dan perubahan tingkah laku. Tahap III adalah mengetahui respons
dosis efektif ekstrak jaloh terhadap kadar kalsium dalam serum, tingkah laku, dan
ekspresi enzim inducible nitric oxide synthase (iNOS) dalam jaringan paru.
Hasil penelitian pada tahap I menunjukkan bahwa jenis fraksi ekstrak nheksan jaloh dapat memperbaiki kinerja pertumbuhan dan mengurangi stres
berdasarkan indikator yang diukur. Pada tahap II, diketahui bahwa dosis efektif
ekstrak n-heksan jaloh adalah 10 mg/kg BB. Pada tahap III, hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan jaloh dosis 10 mg/kg BB tidak
mempengaruhi kadar kalsium dan glukosa dalam serum serta penurunan suhu
tubuh, tetapi dapat mengurangi stres dan meningkatkan jumlah sel yang positif
iNOS pada paru. Kandungan senyawa kimia yang terbanyak dalam ekstrak nheksan kulit batang jaloh adalah asam lemak palmitat sebesar 35,91% dan asam
linoleat sebesar 14,76%.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak n-heksan jaloh
dosis 10 mg/kg BB dapat digunakan untuk mengurangi dampak cekaman panas
pada ayam broiler. Mekanisme kerja ekstrak n-heksan jaloh dalam mengurangi

dampak cekaman panas diduga terkait dengan peran asam-asam lemak (terutama
asam linoleat) yang terkandung dalam ekstrak n-heksan jaloh sebagai senyawa
yang bertanggung jawab dalam aktivasi iNOS pada jaringan paru.

ABSTRACT
SUGITO. The Use of Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) Bark Extract to Reduces the
Detrimental Effects of Heat Stress in Broilers Chicken. Under the direction of
WASMEN MANALU, DEWI APRI ASTUTI, EKOWATI HANDHARYANI,
and CHAIRUL.
Increasing ambient temperature could cause heat stress on broiler and
result in decreasing productivity. Extract jaloh potentially reducing the
detrimental effect of heat stress since it contain compound which decreases body
temperature. The research was done to use jaloh bark extract to reduce detrimental
effect of heat stress on broiler chicken. The purpose of the study was to determine
fraction types of jaloh bark extract which could reduce heat stress impact,
effective dose, to analyze extract jaloh chemical compounds, and its mechanism
activity pathways.
The study consisted of three steps. The first step was to determine fraction
types of jaloh bark extract which could reduce detrimental effect of heat stress in
cage temperature 33 ± 1oC. Ethanol, ethyl acetate, and n-hexane fractions were

used at each dose 10 mg/kg BW. The second step was to determine the effective
dose of the n-hexane fraction which used doses 5, 10, and 20 mg/kg BW.
Parameters used to evaluate the reducing detrimental effect stress of extract jaloh
were body temperature, ratio of heterophil and lymphocyte, cortisol level in feces,
gain of body weight, feed conversion ratio, and change of behaviors. The third
step was to study the response of the effective dose of n-hexane extract jaloh on
calcium and glucose concentration in serum and the expression of inducible nitric
oxide synthase (iNOS) at lung tissue.
The result of the first step indicated that fraction of n-hexane solution
could improve performance and lessen stress which based on indicator stress
measured. At second step was found that effective dose of n-hexane jaloh bark
extract was 10 mg/kg BW. At third step, the n-hexane jaloh bark extract at dose
10 mg/kg BW was not change significantly the calcium and glucose concentration
in serum, and decreasing body temperature. However, it could lessen stress, and
increase the number of lung cells were positive iNOS. The highest chemical
compound in n-hexane jaloh bark extract were two major fatty acids i.e., palmitic
acid (35.91%) and linoleic acid (14.76%).
This research concluded that n-hexane jaloh bark extract at the dose of 10
mg/kg BW could be used in reducing detrimental effect of heat stress on broiler.
Mechanism of n-hexane jaloh bark extract in reducing detrimental effect of heat

stress assumed, related to the role of fatty acids (linoleic acid) which responsible
to activate iNOS at lung tissue.

v

©Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

PENGGUNAAN EKSTRAK KULIT
BATANG JALOH (Salix tetrasperma Roxb)
UNTUK MENGURANGI DAMPAK
CEKAMAN PANAS PADA AYAM BROILER

SUGITO

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor pada
Progam Studi Sains Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
karunia dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Ruang
lingkup penelitian ini adalah mempelajari penggunaan ekstrak kulit batang
tanaman jaloh untuk mengurangi dampak stres karena cekaman panas pada ayam
broiler.
Dengan selesainya karya ilmiah ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Wasmen Manalu, Ibu Dewi Apri
Astuti, Ibu Ekowati Handharyani, dan Bapak Haji Chairul selaku pembimbing
yang dengan sangat sabarnya telah banyak memberikan masukan, nasehat, dan
dorongan semangat serta dengan tulus telah mengorbankan waktu selama
pelaksanaan penelitian dan penulisan disertasi. Di samping itu, penghargaan

penulis sampaikan kepada seluruh staf dan pegawai di Laboratorium Fitokimia
Biologi LIPI Kebun Raya Bogor dan Laboratorium Toksikologi Balai Besar
Penelitian Veteriner (BBalitvet) Bogor yang telah memberikan banyak saran dan
mengizinkan pemakaian fasilitas selama pelaksanaan penelitian.
Penghargaan dan ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapakbapak dan Ibu-ibu dosen serta para laboran di Laboratorium Patologi dan
Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang
telah banyak membantu selama pelaksanaan penelitian.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Rektor Universitas
Syiah Kuala (Unsyiah), Dekan FKH Unsyiah, Dekan FKH IPB, serta Ketua
Program Studi Sains Veteriner (SVT), Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD), Yayasan Pendidikan Putera Mama, Deutscher Akademischer
Austausch Dienst (DAAD) Jerman, serta semua pihak atas segala bantuan yang
diberikan.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada Ibunda
Sudiyem, istri, anak, dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Ucapan yang sama penulis sampaikan juga kepada teman-teman dan pihak-pihak
yang telah banyak memberikan dorongan, baik materi maupun moral sehingga
pelaksanaan penelitian dan penulisan disertasi ini dapat diselesaikan.
Bogor, Maret 2007
Sugito


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Tanjung Semantok, Kabupaten Aceh Tamiang
pada tanggal 15 Februari 1961 dari ayah Muhammad Syarief (almarhum) dan ibu
Sudiyem. Penulis merupakan anak keempat dari sembilan bersaudara. Pendidikan
sarjana ditempuh pada program studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran
Hewan (FKH) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, lulus tahun 1986 dan pada
tahun 1988 pada fakultas yang sama lulus pendidikan dokter hewan. Pada tahun
1991, penulis diterima di Program Studi Sains Veteriner pada Program
Pascasarjana IPB dan menamatkannya pada tahun 1994. Kesempatan melanjutkan
studi ke program doktor pada program studi dan perguruan tinggi yang sama
diperoleh pada tahun 2002. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari
Departemen Pendidikan Nasional (BPPS-Diknas) Republik Indonesia. Sejak
tahun 1989 penulis bekerja sebagai dosen pada FKH Unsyiah Darussalam Banda
Aceh.
Selama mengikuti program pendidikan doktor, penulis telah menyajikan
karya ilmiah yang berjudul Perubahan Histopatologi Hati dan Ginjal pada Ayam
Broiler yang Dipapar Cekaman Panas dan Diberi Ekstrak Kulit Batang Jaloh
(Salix tetrasperma Roxb) pada Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner 2006 di Ciawi, Bogor pada bulan September 2006. Sebuah artikel

berjudul Evaluasi Pemberian Ekstrak Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) terhadap
Performans dan Indikator Stres pada Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas,
telah diterbitkan tahun 2006 di Majalah Obat Tradisional 11:29-36. Artikel
tersebut merupakan bagian dari penelitian disertasi penulis.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
Manfaat Penelitian .............................. .......................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jaloh ..............................................................................
Karakteristik Botani Tanaman Jaloh ................................
Penggunaan Tanaman Jaloh sebagai Bahan
Obat Tradisional .................................................................
Komposisi Senyawa Bioaktif Tanaman Jaloh ..................

Efek Farmakologis Senyawa Bioaktif Tanaman Jaloh .......
Lipida pada Tanaman .........................................................
Cekaman (Stres) pada Ayam …....................................................
Cekaman Panas pada Ayam ….........................................
Pengaruh Cekaman Panas pada Jalur HipotalamuHipofisa-Adrenal Ayam ………......................................
Dampak Cekaman Panas pada Ayam ............................
Indikator Adanya Cekaman Panas pada Ayam ................
Aplikasi Pananganan Cekaman Panas
pada Ayam Broiler ………………………………...........

6
6
7
7
8
10
11
12
15
17

19
21

Enzim Nitrat Oksida Sintase dan Nitrat Oksida .......................... 23
Peran Nitrat Oksida pada Proses Evaporasi .................. 24
Enzim iNOS ….................................................................. 26
Evaluasi Pengaruh Pemberian Ekstrak Jaloh (Salix tetrasperma Roxb)
pada Performans dan Indikator Stres pada Ayam Broiler yang Diberi
Cekaman Panas
Abstrak ........................................................................................
Pendahuluan ................................................................................
Bahan dan Metode ......................................................................
Hasil dan Pembahasan .................................................................
Simpulan ......................................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................

27
28
29
32
40
40

Analisis Kandungan Senyawa Kimia pada Ekstrak n-Heksan Tanaman
Jaloh (Salix tetrasperma Roxb) dengan Menggunakan GC-MS
Abstrak ….....................................................................................
Pendahuluan ..................................................................................
Bahan dan Metode ........................................................................
Hasil dan Pembahasan ..................................................................
Simpulan ......................................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................

43
43
44
46
49
50

xi

Perubahan Kadar Hormon Kortisol, Triiodotironin-bebas dan
Hematologi pada Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas dan
Ekstrak Heksan Jaloh
Abstrak ........................................................................................
Pendahuluan ................................................................................
Bahan dan Metode ......................................................................
Hasil dan Pembahasan .................................................................
Simpulan .....................................................................................
Daftar Pustaka .............................................................................

53
54
55
58
64
64

Performans dan Morfometrik Jaringan Usus pada Ayam Broiler yang
Diberi Cekaman Panas dan Ekstrak n-Heksan Jaloh
Abstrak .........................................................................................
Pendahuluan .................................................................................
Bahan dan Metode .......................................................................
Hasil dan Pembahasan .................................................................
Simpulan ......................................................................................
Daftar Pustaka ..............................................................................

68
68
70
72
77
78

Efek Pemberian Ekstrak n-Heksan Tanaman Jaloh terhadap Kadar
Kalsium dan Glukosa Serum serta Ekspresi Nitrat Oksida Sintase
Indusibel Paru Ayam Broiler yang Diberi Cekaman Panas
Abstrak .........................................................................................
Pendahuluan ..................................................................................
Bahan dan Metode ........................................................................
Hasil dan Pembahasan ..................................................................
Simpulan .......................................................................................
Daftar Pustaka …...........................................................................

80
81
82
85
92
92

PEMBAHASAN UMUM ........................................................................ 95
SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................105

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kisaran suhu lingkungan yang direkomendasikan untuk produksi
optimum pertumbuhan pada berbagai tingkat umur ayam broiler
(sumber: Kuczynski 2002)...............................................................

12

2. Keadaan rata-rata (±SD) suhu di luar dan dalam kandang
percobaan selama pelaksanaan penelitian........................................

33

3. Rata-rata (±SD) bobot badan, pertambahan bobot badan (PBB),
konsumsi pakan (KP), dan rasio konversi pakan (RKP) pada
ayam broiler yang diberi perlakuan fraksi ekstrak jaloh selama 14
hari...................................................................................................

36

4. Waktu retensi (RT = retention time), peak area, dan nama-nama
senyawa hasil analisis ekstrak kulit batang tanaman jaloh dengan
alat GC-MS......................................................................................

47

5. Rata-rata (±SD) kadar kortisol (ug/dl) dalam feses yang diambil
pada 3 periode waktu pengambilan, yaitu pengambilan I (feses
dikumpulkan antara 1 sampai 2 jam sebelum penelitian dimulai),
pengambilan II (feses dikumpulkan antara 3 sampai 4 jam setelah
ayam diberi perlakuan cekaman panas), pengambilan III (feses
dikumpulkan antara 2 sampai 3 jam setelah suhu dalam kandang
berpemanas diturunkan)...................................................................

59

6. Rata-rata (±SD) kadar kortisol dalam plasma (μg/dl) ayam broiler
yang diambil pagi pada hari ke-5 dan ke-10 dari pelaksanaan
penelitian..........................................................................................

60

7. Rata-rata (±SD) kadar triiodotironin-bebas (T3b) (pg/ml) dalam
feses pada 3 periode pengukuran dan kadar T3 dalam plasma
pada 2 periode pengukuran..............................................................

62

8. Rata-rata (±SD) jumlah eritrosit (x 106/μl), hemoglobin (Hb),
packed cell volume (PCV), jumlah leukosit (x 103/μl), dan rasio
heterofil dan limfosit (H:L) ayam broiler yang diberi perlakuan
cekaman panas dan EHJ...................................................................

63

9. Rata-rata (±SD) suhu tubuh (°C) ayam yang diukur setiap hari
selama 5 hari pada 3 kali waktu pengukuran, yaitu 2 jam sebelum
diberi perlakuan (I), 2, dan 4 jam setelah diberi cekaman panas (II
dan III) pada masing-masing perlakuan...........................................

73

10. Rata-rata (±SD) pertambahan bobot badan (PBB) dan rasio
konversi pakan (RKP) pada ayam broiler dihitung setelah 5 (hari
ke-5) dan 10 (hari ke-10) pemberian perlakuan...............................

74

xiii

11. Rata-rata (±SD) tinggi (μm) dan luas permukaan (μm2) vili
duodenum, yeyunum, dan ileum pada ayam broiler yang diukur
setelah 10 hari pemberian perlakuan................................................

75

12. Hasil pengamatan tingkah laku ayam broiler yang diberi cekaman
panas tanpa EHJ (CP) dan diberi cekaman panas dan EHJ 10
mg/kg BB (CP+EHJ).......................................................................

87

13. Rata-rata (±SD) kadar glukosa (mg%) dan kalsium (ppm) dalam
serum ayam yang diberi cekaman panas tanpa diberi EHJ (CP)
dan diberi cekaman panas dan EHJ 10 mg/kg BB (CP+EHJ).........

90

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Pohon, bunga, dan daun tanaman jaloh (Salix tetrasperma Roxb)..

6

2. Diagram zona suhu nyaman (thermoneutral zone) pada
lingkungan pemeliharaan untuk optimasi produktivitas ayam........

14

3. Jalur aktivasi hipotalamus-hipofisa-adrenal korteks pada keadaan
menderita cekaman panas dan dampak utama yang
ditimbulkannya serta jalur sekresi, metabolisme dan eskresi
hormon kortisol................................................................................

16

4. Skema metabolisme kortisol dengan prazat kolesterol pada
jaringan adrenal korteks...................................................................

21

5. Ilustrasi aktivasi pembentukan iNOS yang melibatkan beberapa
produk proinflamasi [IL-1 (interleukin 1), TNF (tumor necrosis
factor), IFN (interferon)], nukleus faktor-kaffa B (NF-κB),
hambatan (inhibiton)-kaffa B (I-κB), dan arginin serta peran
senyawa NO di dalam sel untuk proses aktivasi vasodilatasi selsel otot polos dengan melibatkan GS (guanosin siklase), GTP
(guanosin trifosfat), cGMP (siklik guanosin monofosfat), PK-G
(protein kinase G), Na+K+ATP-Ase (sodium kalium ATP-ase),
(Na+)i (ion Na intraselular), (Ca2+)i (ion Ca intraselular)................

25

6. Skema fraksinasi ekstrak kulit batang jaloh dengan cara maserasi
menggunakan larutan n-heksan (Fr. Heksan), etil asetat (Fr.
EtOAc), dan etanol (Fr. EtOH)........................................................

29

7. Rata-rata suhu tubuh ayam sebelum dan sesudah diberi cekaman
panas pada masing-masing perlakuan A) KL= Kontrol luar ayam
tanpa diberi cekaman panas dan ekstrak jaloh; B) KD=Kontrol
dalam ayam diberi cekaman panas tanpa diberi fraksi jaloh; C) Fr.
Hek = Diberi cekaman panas dan diberi fraksi heksan 10 mg/kg
BB; D) Fr. EtOAc= Diberi cekaman panas dan diberi fraksi etil
asetat 10 mg/kg BB; E) Fr. EtOH = Diberi cekaman panas dan
diberi fraksi etil alkohol 10 mg/kg BB............................................

35

8. Rata-rata (±SD) kadar hematokrit (A) dan rasio H:L (B) ayam
broiler yang tidak diberi cekaman panas (KL) dan perlakuan yang
diberi cekaman panas disertai pemberian ekstrak jaloh...................

39

9. Ilustrasi bagian vili usus yang diukur, yaitu tinggi vili (a), lebar
basal vili (b), dan lebar apikal vili (c)..............................................

72

xv

10. Suhu kandang selama penelitian dilakukan (Gambar A) dan ratarata suhu tubuh (Gambar B) ayam perlakuan CP (diberi cekaman
panas tanpa EHJ) dan CP+EHJ (diberi cekaman panas dan EHJ
dosis 10 mg/kgBB) sejak 2 jam sebelum penelitian dimulai dan 2
jam setelah cekaman panas dihentikan............................................

86

11. Jumlah sel yang secara imunoreaktif positif terhadap iNOS (tanda
panah) pada ayam kontrol (A), CP (diberi cekaman panas tanpa
diberi EHJ, B), dan CP+EHJ (diberi cekaman panas dan EHJ 10
mg/kg BB, C) pada metode pewarnaan dengan DAB.....................

91

12. Beberapa hipotesis mekanisme kerja senyawa EHJ dalam
mengurangi dampak cekaman panas yang diduga terjadi melalui 4
jalur, yaitu 1 senyawa EHJ dirombak menjadi eikosanoid, 2
senyawa EHJ digunakan sebagai zat nutrien, 3 senyawa EHJ
membantu pertumbuhan mikoflora dalam saluran pencernaan,
dan 4 senyawa EHJ berperan sebagai antioksidan...........................

97

13. Ilustrasi kemungkinan jalur
mekanisme kerja EHJ dalam
mengaktivasi pembentukan iNOS pada jaringan paru yang
melibatkan nukleus faktor-kaffa B (NF-κB) dan inhibiton-kaffa B
(I-κB)...............................................................................................

99

14. Jalur metabolisme asam linoleat untuk pembentukan asam
8,11,14-eikosatrinoat dan asam arakidonat melalui lintasan
siklooksigenase dan lipoksigenase................................................... 101

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil anova pengukuran suhu tubuh ayam yang diukur setiap hari
selama 5 hari pada 3 kali waktu pengukuran. Pengukuran I
dilakukan 2 jam sebelum diberi perlakuan, pengukuran II dan III
dilakukan 2 dan 4 jam setelah diberi cekaman panas pada masingmasing perlakuan............................................................................. 118
2. Hasil anova selisih suhu tubuh ayam yang diukur pada
pengukuran II dengan pengukuran I dan pengukuran III dengan
pengukuran I. Pengukuran I dilakukan 2 jam sebelum diberi
perlakuan, pengukuran II dan III dilakukan 2 dan 4 jam setelah
diberi cekaman panas pada masing-masing perlakuan.................... 119
3. Hasil anova jumlah gerakan pernapasan terhadap perlakuan..........

120

4a. Hasil anova kadar glukosa dan kalsium dalam serum.....................

121

4b. Hasil anova sel jumlah sel positif iNOS pada jaringan paru

121

5. Surat hasil identifikasi/determinasi tumbuhan jaloh asal Desa
Montasek Kabupaten Aceh Besar.................................................... 122
6. Kromatogram hasil analisis GC-MS pada ekstrak n-heksan kulit
batang jaloh (Gambar A) dan hasil konfirmasi kromatografi lapis
tipis ekstrak jaloh (Gambar B) kasar (EX), fraksi etil asetat (EA),
fraksi etanol (EtOH), dan fraksi n-heksan (HEX) terhadap
keberadaan senyawa asam salisilat (AS)......................................... 123

PENDAHULUAN
Ayam dapat berproduksi secara optimum atau hidup dengan nyaman bila
faktor-faktor internal dan ekternal berada dalam batasan-batasan normal yang
sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Keadaan suhu lingkungan merupakan salah
satu faktor ekternal, yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan produktivitas
ayam. Suhu panas pada suatu lingkungan industri ayam telah menjadi salah satu
perhatian utama karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi akibat peningkatan
angka kematian ataupun penurunan produktvitas (St-Pierre et al. 2003). Di
Indonesia laporan kerugian ekonomi karena pengaruh cekaman panas pada ternak
unggas sampai sejauh ini belum ditemukan. Gambaran nyata di lapangan tentang
kerugian akibat cekaman panas ini diduga relatif besar, mengingat suhu
lingkungan dan kelembaban udara yang relatif tinggi. Pada siang hari rata-rata
suhu harian berkisar antara 27,7 dan 34,6oC dengan kelembaban udara berkisar
antara 55,8 dan 86,8% (BPS 2003). Sebagai pembanding dapat dilihat laporan
Kuczynski (2002) yang menyatakan bahwa pemeliharaan ayam broiler sampai
umur 35 hari pada suhu di atas 31oC menyebabkan penurunan bobot badan
mencapai 25%, jika dibadingkan dengan pemeliharaan pada suhu 21,1-22,2oC.
Kerugian tersebut belum termasuk peningkatan angka kematian dan nilai rasio
konversi pakan.
Ayam merupakan hewan berdarah panas (endotermik/homeotermik) yang
suhu tubuhnya diatur dalam suatu kisaran yang sesuai. Pada keadaan normal, suhu
tubuh ayam dewasa berkisar antara 41 dan 42oC dengan variasi antara 1,5oC. Bila
suhu lingkungan meningkat, suhu tubuh ayam juga akan meningkat (Cooper &
Washburn 1998; Aengwanich & Simaraks 2004). Umumnya diperlukan suhu
lingkungan yang relatif lebih tinggi untuk anak ayam berumur 1-2 minggu,
sedangkan broiler berumur 4-6 minggu (saat bulu kasar telah tumbuh)
memerlukan suhu lingkungan yang lebih rendah guna menjaga keseimbangan
antara pembentukan dan pelepasan panas tubuh agar pertumbuhannya optimum
(Kuczyński 2002). Pada ayam broiler berumur di atas 20 hari, keadaan suhu
lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan berkisar antara 20 dan 25oC
dengan kelembaban relatifnya berkisar antara 50 dan 70% (Borges et al. 2004).

Pendahuluan 2

Ayam broiler berumur di atas 3 minggu akan mengalami cekaman panas serius
bila suhu lingkungan lebih tinggi dari 32oC (Cooper & Washburn, 1998).
Cekaman panas dihasilkan dari adanya ketidakseimbangan (keseimbangan
negatif) antara jumlah panas yang dilepaskan dari tubuh ke lingkungan di
sekitarnya dengan jumlah panas yang dihasilkan tubuh (Lin et al. 2005). Selama
ayam

mengalami

cekaman,

terjadi

perubahan-perubahan

fisiologis

dan

metabolisme tubuh dalam upaya mempertahankan diri dengan pengembangan
sistem homeostasis yang ada, agar suhu tubuh berada pada kisaran normal.
Upaya-upaya tersebut berupa percepatan pengeluaran panas dengan perubahan
tingkah laku dan perubahan metabolisme tubuh (Roberts et al. 2002).
Cekaman panas (heat stress) menyebabkan penurunan pertumbuhan dan
tidak efisiennya penggunaan pakan pada ayam broiler (Donkoh 1989; Mashaly et
al. 2004). Penurunan pertumbuhan ini terkait dengan penurunan konsumsi pakan
selama ayam mengalami cekaman panas (McFarlane et al. 1989), sedangkan tidak
efisiennya penggunaan pakan diduga salah satu penyebabnya terkait dengan
terganggunya pertumbuhan saluran pencernaan. Pada ayam broiler yang
mengalami cekaman panas, villi pada duodenum dan yeyunum akan memendek
(Mitchell & Carlisle 1992). Komposisi zat dalam makanan dan zat aktif dalam
ekstrak tanaman tertentu dalam pakan dapat juga mempengaruhi pertumbuhan vili
usus (Jamroz et al. 2006).
Cekaman panas menyebabkan penurunan pertambahan bobot badan dan
gangguan pembentukan sel-sel darah putih (Cooper & Washburn 1998),
peningkatan sel-sel heterofil dan penurunan sel-sel limfosit sehingga rasio antara
heterofil dan limfosit meningkat (Aengwanich & Chinrasri, 2002; Bedanova et al.
2003), dan penurunan kadar hematokrit (Packed cell volume = PCV) (Altan et al.
2000). Peningkatan rasio heterofil:limfosit selalu digunakan sebagai indikator
yang akurat akibat cekaman panas yang kronis pada ayam (Bedanova et al. 2003).
Pada ayam yang mengalami cekaman panas, jalur utama untuk menjaga
keseimbangan suhu adalah pelepasan panas melalui penguapan air (evaporasi)
pada kulit dan saluran pernapasan dengan cara panting (Hoffman & Walsberg
1999; Ophir et al. 2002). Evaporasi terjadi dengan cara pelebaran pembuluh
perifer (vasodilatasi) sehingga darah lebih banyak membawa panas dari dalam
(core) ke permukaan tubuh (Campbell et al. 2004). Salah satu senyawa yang

Pendahuluan 3

berperan dalam perangsangan vasodilatasi pembuluh darah adalah nitrat oksida
(NO). Nitrat oksida terbentuk dari asam amino arginin dan enzim nitrat oksida
sintase (NOS) yang berperan sebagai biokatalisatornya (Taylor & Bishop 1993;
Mori & Gotoh 2004). Dari 3 bentuk (isoform) NOS, iNOS diketahui banyak
berperan pada keadaan hewan menderita cekaman. Secara normal iNOS sangat
rendah kadarnya pada sel (Tedeschi et al. 2004). Aktivasi iNOS diinduksi oleh
beberapa jenis sitokin seperti interleukin 1 (IL-1) (Virag et al. 1998; Pitt & Croix
2002; Teng et al. 2002; Chen et al. 2004).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi pengaruh suhu panas
pada pemeliharaan ayam broiler, baik aspek eksternal seperti pengembangan
disain kandang dan pemasangan instalasi penyejuk maupun internal tubuh ayam
seperti pengaturan pemberian pakan berupa suplementasi mikronutrient (vitamins
dan mineral) (Abu-Dieyeh 2006; Lin et al. 2006). Penelitian-penelitian tentang
penanganan aspek internal tubuh ayam telah banyak menjadi perhatian peneliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi mikronutrient dilaporkan dapat
mengurangi dampak cekaman panas pada ayam, tetapi efek pemberiannya hanya
bersifat simptomatis, tidak berefek langsung pada kenyamanan ayam. Pemberian
tersebut lebih mengarah kepenggantian senyawa-senyawa yang hilang dan efek
antioksidan pada saat terjadi cekaman
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian bahan tanaman
obat dapat dimanfaatkan sebagai antistres pada ayam broiler. Aspek yang banyak
menjadi kajian adalah efek pemberian ekstrak tanaman pada performans produksi
daging maupun produksi telur (Roy et al 1996; Dhal et al. 1997; Narayanswamy
et al. 2004; Setiaji & Sudarman 2006; Kusnadi et al. 2006). Aspek kajian yang
lebih mendalam terkait mekanisme kerja masih belum banyak dilaporkan. Potensi
pemanfaatan bahan asal tanaman obat sangat besar, mengingat Indonesia memiliki
kekayaan biodeversitas yang luas.
Di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) telah lama diketahui ada sejenis
tanaman yang biasa digunakan sebagai obat tradisionil dalam bahasa Aceh disebut
jaloh (bak sijalŏh). Dari hasil identifikasi, tanaman tersebut sejenis dengan Salix
sp, dari famili Salicaceae, yaitu Salix tetrasperma Roxb. Pada beberapa daerah di
NAD, tumbuhan jaloh ini biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai obat
penurun panas (Khalid 1996). Penggunaan tanaman Salix spp sebagai bahan obat

Pendahuluan 4

telah lama diketahui, terutama di negara-negara Eropa dan Asia sebagai obat pada
manusia (Fiebich & Chrubasik 2004). Sayangnya, sejak ditemukannya aspirin dan
dapat dibuat secara sintetik, penelitian khasiat ekstraksi Salix spp jarang
dilakukan. Pembahasan tentang aktivitas ekstraksi Salix spp selalu mengacu ke
hasil penelitian asam salisilat (aspirin) (Vane 2000; Long et al. 2001).
Tanaman Salix spp telah terbukti sebagai bahan obat antipiretik
(Chrubasik et al. 2000; Fabricant & Farnsworth 2001), antiinflamasi (Fiebich &
Chrubasik 2004; Khayyal et al. 2005), dan antioksidan (Kahkonen et al. 1999).
Analisis dan penentuan kandungan senyawa pada tanaman salix yang telah
dilaporkan umumnya diekstraksi dengan etanol atau larutan yang bersifat polar
lainnya (Kammerer et al. 2005). Hasil analisis pada beberapa spesies Salix
(seperti Salix alba; S. daphnoides, S. purpurea, S. matsudana) umumnya
mengandung senyawa glikosida, seperti salisin. Selain itu, diidentifikasi juga
beberapa senyawa terpen, flavonoid, dan beberapa jenis steroid (Chrubasik et al.
2001; Du et al 2004; Zheng et al. 2005; Kammerer et al. 2005). Kajian terakhir
menunjukkan bahwa senyawa bioaktif pada ekstrak beberapa jenis tanaman salix
dapat bekerja menghambat aktivitas enzim siklooksigenase (Marz & Kemper
2002; Zheng et al. 2005) dan pelepasan tumor nekrosis faktor-alpha (TNF-α),
interleukin-1 beta (IL-1β), serta IL-6 (Fiebich & Chrubasik 2004).
Diduga bahwa peran ekstrak tanaman jaloh dalam mengurangi dampak
cekaman panas pada ayam broiler berkaitan dengan peran enzim nitrat oksida
sintase tipe indusibel (iNOS = inducible nitrate oxide synthase) untuk proses
vasodilatasi sehingga terjadi peningkatan pelepasan panas tubuh melalui
evaporasi. Penelitian ke arah ini pada ayam broiler yang mengalami cekaman
panas belum ditemukan. Oleh karena itu, dirumuskan suatu kerangka pemikiran
untuk mengkaji penggunaan ekstrak kulit batang jaloh untuk mengurangi dampak
cekaman panas pada ayam broiler.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mempelajari penggunaan ekstrak
kulit batang jaloh (Salix tetrasperma Roxb) dalam upaya mengurangi dampak
cekaman panas pada ayam broiler sehingga dapat memperbaiki performans dan
kesehatan ayam broiler. Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini

Pendahuluan 5

adalah menentukan jenis fraksi ekstrak kulit batang jaloh yang dapat mengurangi
dampak cekaman panas, dosis efektif, kandungan senyawa kimia ekstrak jaloh,
dan mempelajari kemungkinan jalur mekanisme kerjanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan 3 tahap pelaksanaan penelitian.
Ketiga tahap pelaksanaan penelitian tersebut adalah tahap pertama penentuan
jenis fraksi ekstrak kulit batang jaloh yang dapat digunakan untuk mengurangi
dampak cekaman panas. Tahap kedua adalah penentuan dosis efektif ekstrak nheksan kulit batang jaloh (EHJ). Tahap ketiga adalah penentuan jalur mekanisme
kerja EHJ dengan melihat ekspresi iNOS pada jaringan paru. Selain itu dilakukan
juga analisis kandungan senyawa di dalam EHJ dengan menggunakan GC-MS.
Dari ke-3 tahapan pelaksanaan penelitian dan analisis kandungan senyawa EHJ
tersebut, laporan hasil penelitian disertasi ini dibuat dalam 5 subjudul artikel.
Hipotesis Penelitian
1. Ekstrak kulit batang jaloh (Salix tetrasperma Roxb) dapat mengurangi
dampak cekaman panas pada ayam broiler.
2. Ekstrak n-heksan kulit batang jaloh efektif bekerja mengurangi dampak
cekaman panas pada dosis 10 mg/kg bobot badan.
3. Kandungan utama senyawa dalam EHJ adalah asam-asam lemak.
4. Mekanisme kerja ekstrak n-heksan kulit batang jaloh mengurangi dampak
cekaman panas terjadi melalui aktivasi enzim iNOS pada jaringan paru.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan menemukan jenis tanaman obat yang dapat
digunakan untuk mengurangi kerugian akibat cekaman panas pada ayam broiler,
terutama di musim kemarau. Selain itu, penelitian ini juga berupaya menggali dan
memanfaatkan sumber hayati tanaman obat yang terdapat di tanah air guna
memperbaiki produktivitas ayam broiler dalam upaya meningkatkan produktivitas
sesuai potensi genetik yang dimilikinya .

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jaloh
Jaloh (Jalŏh atau Sijalŏh) dalam bahasa Aceh merupakan sebutan untuk
suatu jenis tumbuhan perdu dari famili Salicaceae, yaitu Salix tetrasperma Roxb.
Jaloh merupakan tumbuhan subtropis daerah Asia, terutama India dan Cina.
Penyebaran tanaman ini ke daratan Indonesia adalah melalui Semenanjung
Malaysia. Penyebaran tanaman jaloh di Indonesia terbatas hanya pada beberapa
wilayah di Pulau Sumatera (bagian Utara dan Tengah), di Pulau Jawa (Jawa
Tengah dan Jawa Barat bagian Utara), Pulau Madura, dan beberapa daerah di
Pulau Lombok, Sumbawa, Sumba serta Flores (Burkill 1935; VanSteenis 1976).
Jaloh mempunyai nama daerah antara lain Kapeh-kapeh (Minangkabau), Daludalu atau Dĕdalu (Melayu), Anyang atau Kayu Anyang (Madura dan Jawa)
(Clercq & Greshoff 1909).

Gambar 1. Pohon, bunga, dan daun tanaman jaloh (Salix tetrasperma Roxb)
Tumbuhan ini berupa pohon yang hidup di daerah berawa dan mempunyai
tinggi berkisar 3 sampai 10 m. Daun bagian bawahnya berwarna putih, pinggir
bergerigi, panjang 4-10 cm dan lebar 1-2,5 cm. Permukaan kulit batang bagian
luarnya yang muda mengkilap berwarna cokelat tua atau agak kehijauan,
sedangkan kulit batang yang tua terlihat kasar. Gambar daun dan bunga jaloh
ditampilkan pada Gambar 1. Klasifikasi tanaman jaloh termasuk divisi:

Tinjauan Pustaka 7

Magnoliophyta; kelas: Magnoliopsida; subklas: magnoliidae; ordo: Salicales;
famili: Salicaceae; genus: Salix; spesies:

Salix tetrasperma Roxb. Sinonim

tanaman ini Salix azaolana Blanco atau Salix horsfieldiana Miquel (Hanum,
1997).
Penggunaan Tanaman Jaloh sebagai Bahan Obat Tradisional.
Penggunaan tanaman Salix spp sebagai bahan obat tradisonal telah lama
diketahui, terutama di negara-negara Eropa dan Asia. Dalam dunia farmasi,
beberapa spesies Salix (seperti S. alba dan S. purpurea) telah populer diketahui
karena dari ekstrak tumbuhan inilah asal mula ditemukannya aspirin (Bowman &
Rand 1980; Vane 2000). Di kawasan Semanjung Malaysia, tanaman salix ini telah
lama dimanfaatkan sebagai obat penurun panas (antipiretik) pada kasus demam
(Burkill 1935). Di beberapa daerah di Aceh (NAD), jaloh ini biasanya digunakan
sebagai obat penurun panas. Pemanfaatannya tidak hanya sebagai bahan obat pada
manusia tetapi juga pada ternak. Menurut Daniel et al. (2001) di beberapa daerah
di India dan China, Salix spp digunakan sebagai obat tonik dan gangguan pada
saluran pencernaan.
Beberapa hasil penelitian uji klinis menunjukkan pemberian ekstrak
tanaman salix efektif untuk mengurangi rasa sakit, seperti pada kasus reumatik
dan sakit otot punggung (Chrubasik et al. 2000; Fabricant & Farnsworth 2001).
Pada umumnya, ekstrak tanaman Salix spp selalu dimanfaatkan sebagai
antiinflamasi, analgesik, dan juga antipiretik (Fiebich & Chrubasik 2004; Khayyal
et al. 2005) dan sebagai antioksidan (Kahkonen et al. 1999). Penelitian terakhir
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Salix spp terbukti efektif untuk mencegah
kejadian trombus dan arterosklerosis (Zheng et al. 2005), sebagai bahan obat
untuk lipolisis (Zhang et al. 2000; Han et al. 2003), antinosiseptif (Marz &
Kemper 2002), antileukemia (El-Shemy et al. 2003), dan antikarsinogenik pada
kulit (Sultana & Saleem 2004).
Komposisi Senyawa Bioaktif Tanaman Jaloh. Dalam ekstrak tumbuhan
Salix spp terkandung berbagai senyawa kimia, antara lain golongan glukosida.
Salah satu golongan glukosida sebagai kandungan aktifnya adalah salisilat yang
merupakan prekursor salisin dan turunan-turunannya (Chrubasik et al. 2001).
Hampir semua spesies Salix spp mengandung 3 jenis utama salisilat, yaitu salisin,

Tinjauan Pustaka 8

salikortin, dan diglukosida salisin. Secara in vitro salikortin dan beberapa salisilat
lainnya, seperti tremulasin dan asetil salixortin (yang mengandung 1-hidroksi-6okso-2-sikloheksena-1-karbonil), sangat labil dan mudah didegradasi menjadi
salisin, tetapi sangat lambat didegradasi bila dalam keadaan utuh di dalam
tanaman (Ruuhola 2000).
Ada beberapa senyawa salisilat yang dapat mengalami reaksi reversibel
untuk pembentukan salisin, seperti salikortin, salisin diglukosida, dan salsisil
alkohol serta melalui pembentukan zat antara seperti 2-O-asetilsalisin dan
tremuloidin. Kandungan kimia salisin pada tanaman salix bergantung pada
spesies, sebagai contoh pada S. purpurea kandungan salisinnya mencapai 3
sampai 8,5%, sedangkan pada S. alba hanya 0,5 sampai 1% (Bone & Morgan
2002).
Pada 10 tahun terakhir ini penelitian tentang penggunaan dan kandungan
kimia tanaman Salix spp menunjukkan peningkatan, terutama pada ekstrak polar
(air dan etanol) dan semi polar (etil asetat). Hampir semua ekstrak asal Salix spp
mengandung senyawa glukosida, seperti salisin dan diglukosida salisin
(Chrubasik et al. 2001). Hasil penapisan dengan HPLC dan MS pada kulit batang
S. daphnoides, S. purpurea, dan persilangan

S. purpurea × S. daphnoides

ditemukan beberapa senyawa bioaktif seperti saligenin, asam salisilat, isosalisin,
pikein, salidrosida, triandrin, salikosilsalicin, isosalipurposida, salipurposida,
naringenin-7-O-glukosida dan tremulasin (Kammerer et al. 2005). Pada daun S.
matsudana telah diisolasi juga beberapa senyawa seperti apigenin 7-O-β-Dglukopiranuronida, luteolin 7-O-β-D-glukopiranuronida, m-hidroksi-benzil β-Dglukosida, dan krisoeriol 7-O-β-D-glukopira-nuronida (Zheng et al. 2005). Hasil
identifikasi ekstrak kulit batang S. alba dengan menggunakan kromatografi cairan
kinerja tinggi menunjukkan ada tiga jenis senyawa utama flavonoid, yaitu
eriodiktiol, 5,7 dihidroksikromen 4-one, dan naringenin (Du et al. 2004).
Efek Farmakologi Senyawa Bioaktif Tanaman Jaloh.

Penggunaan

ekstrak tanaman Salix spp telah terbukti efektif sebagai obat antiinflamasi dan
antipiretik. Oleh sebab itu, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini setidaktidaknya ada 4 publikasi yang mengkaji jalur kerja senyawa bioaktif yang

Tinjauan Pustaka 9

terkandung dalam ekstrak salix terkait dengan efeknya sebagai antiinflamasi dan
antipiretik.
Kajian efek ekstrak kulit batang salix sebagai antipiretik diketahui terjadi
melalui hambatan aktivitas enzim siklooksigenase (cyclooxigenase = COX) yang
merupakan enzim kunci yang diperlukan untuk menghidrolisis asam arakidonat
menjadi prostaglandin (Marz & Kemper 2002). Menurut Zheng et al. (2005)
selain menghambat aktivitas enzim COX, senyawa pada ekstrak salix juga
menghambat pembentukan asam 12-hidroks-5,8,10,14-ieikosatetraenoik (12HETE) dan tromboksan (Zheng et al. 2005). Hal ini diduga terkait dengan
pengaruh ekstrak salix pada fungsi trombosit (Marz & Kemper 2002). Senyawa
aktif ekstrak salix terbukti juga bekerja melalui hambatan pelepasan tumor
necrosis factor-alpha (TNF-α), interleukin-1 beta (IL-1β), dan IL-6 (Fiebich &
Chrubasik 2004). Peran ekstrak salix lainnya adalah mengurangi deposit lipid
yang terjadi melalui peningkatan pelepasan asam lemak bebas pada sel-sel lipid
dengan melibatkan hormon norepinefrin dan mengurangi absorbsi asam palmitat
pada membran usus kecil (Zhang et al. 2000; Han et al. 2003).
Ekstrak salix dapat bekerja sebagai antiinflamasi melalui pengurangan
kadar glutation tereduksi (G-SH), suatu senyawa yang mempunyai efek untuk
membatasi pembentukan peroksidasi lipid. Selain itu juga mengurangi
pembentukan malondialdehid yang berperan dalam proteksi tubuh terhadap stres
atau cekaman oksidatif-oksidatif (Khayyal et al. 2005). Sebagai antikarsinogenik
pada kulit, senyawa ekstrak salix diduga bekerja melalui hambatan pembentukan
sintesis DNA, hambatan ornitin dekarboksilase (ODC), dan xantin oksidase yang
ditimbulkan bahan karsinogenik dan juga aktivitas ekstrak salix sebagai
antioksidan (Sultana & Saleem 2004).
Pemberian ekstrak etanol ternyata efektif untuk menghancurkan sel-sel
tumor pada biakan selnya. Diduga efek destruksi ini terjadi melalui inaktivitasi
beberapa jenis enzim yang terlibat dalam pertumbuhan sel tumor, dengan cara
pengikatan senyawa aktif salix pada reseptor sel tumor (El-Shemy et al. 2003).
Hasil uji sebagai antioksidan membuktikan bahwa dari 60 jenis tanaman pohon
yang biasa dipakai sebagai bahan obat, ternyata bahan ekstrak asal tanaman salix
sp memiliki efek sebagai antioksidan tertinggi ditemukan (Kahkonen et al. 1999).

Tinjauan Pustaka 10

Lipida pada Tanaman
Lipida pada tanaman merupakan unsur penting pembentukan dinding sel.
Padas tanaman kandungan lipid 5-10% bobot kering. Pada tanaman, umumnya
lipid banyak terdapat dalam biji, buah, dan daun (Ohlroggeav & Browseb 1995).
Pada biji tanaman umumnya banyak terdapat asam-asam lemak terutama asam
palmitat (asam heksadekanoat = C16), asam linoleat dan beberapa jenis sterol.
Asam palmitat merupakan asam lemak jenuh utama yang juga banyak terdapat
dalam daun (Harborne 1996). Umumnya, senyawa asam lemak dengan jumlah C16 dan C18 banyak ditemukan dalam buah, biji, daun, ataupun bunga. Pada akar
dan kulit batang tanaman relatif rendah (Ogunwande et al. 2006). Selain itu
ditemukan juga golongan asam lemak tak jenuh (C16:3 dan C18:3) dan biasanya
asam-asam lemak ini banyak ditemukan dalam biji-bijian ataupun buah (Robinson
1995; Dewick 2001). Banyaknya jenis asam lemak pada buah dan daun ini
mungkin terkait dengan aktivitas protektif terhadap hama dan pertumbuhan.
Beberapa jenis asam lemak memiliki efek pengaturan pertumbuhan (Robinson
1995). Lipida pada tanaman umumnya mengandung dalam jumlah besar asam
lemak linoleat (ALA = 18:3ω3) (Simopoulos 2004).
Pada tanaman, senyawa asam 9,12-oktadekadienal dan asam 9,12,15oktadekadienal merupakan asam lemak tak jenuh terbentuk dari perombakan asam
9,12-oktadekadienoat (Tillman et al. 1999). Menurut Hamberg et al. (1999)
pembentukan 9,12,15-oktadekadienal dari asam oleat akibat teraktivasinya enzim
oksigenase. Aktivasi oksigenase terkait dengan keberadaan bakteri patogen pada
tumbuhan. Keberadaan senyawa 9,12,15-oktadekadienal diduga terkait dengan
perannya dalam pengembangan sistem petahanan tubuh.
Semua atom karbon yang terdapat pada asam lemak tanaman merupakan
turunan dari senyawa asetilkoenzim A (KoA) yang ada di dalam plasmid
(Ohlroggeav & Browseb 1995). Pembentukan asam lemak dimulai dengan
karboksilasi dari asetil-KoA oleh enzim asetil-KoA karboksilase ke dalam asam
mevalonat (Gueguen et al 2000). Asam palmitat dibentuk dari perombakan asam
mevalonat pada metokondria. Asam-asam lemak utama yang disintesis dari asam
mevalonat ini adalah asam oktanoat (C8), asam heksadekanoat (C16), dan asam
oktadekanoat (C18).

Tinjauan Pustaka 11

Pada tanaman juga terdapat lipida golongan sterol. Senyawa ini terlibat di
dalam pengendalian dari proses-proses metabolisme yang berhubungan dengan
membran sel, seperti pengaturan permeabilitas membran dan sinyal transduksi dan
aktivitas enzim-enzim yang terikat pada membran (Kemal & Amar 2006).
Stigmast-5-en-3-ol merupakan golongan fitosterol yang paling sering ditemukan
pada tanaman (Lavoie & Stevanovic 2005). Stigmast-5-en-3-ol (sitosterol)
biasanya banyak ditemukan pada biji-bijian yang menghasilkan minyak seperti
biji buah kapas, jagung, kedelai, gandum dan beberapa jenis bijian lainnya (Tyler
et al. 1988). Sitosterol ini sering juga ditemukan pada tanaman golongan
angiosperma, gimnosperma, dan pakis-pakisan (Hernes & Hedges 2004) dan pada
jaringan tanaman yang hidup di daerah berair, seperti tanaman mangrof yang
hidup di daerah pantai (Hernes et al. 2001). Beberapa jenis senyawa sterol pada
tanaman berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan menolak
serangan mikroba (Harborne 1996).
Cekaman (Stres) pada Ayam
Cekaman (stres) dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan tertekan yang
diderita seekor hewan sebagai akibat adanya satu atau lebih pencekam (stressor)
yang berasal dari internal dan atau eksternal tubuh hewan (Borrel 2001).
Meskipun belum ada kesepakatan yang jelas tentang definisi cekaman ini,
setidaknya keadaan cekaman selalu dihubungkan dengan emosi dan sensasi yang
tak nyaman, seperti rasa sakit, kesusahan (distress), takut, frustrasi, lapar, haus,
kepanasan, dan kedinginan (Pacak & Palkovits 2001; Turner 2006). Untuk
penyusuaian terhadap adanya cekaman, tubuh menstimulasi/menginduksi
berbagai perubahan fisiologis dan tingkah laku sebagai upaya tubuh melakukan
homeostasis untuk adaptasi (Borrel 2001).
Cekaman yang terjadi pada seekor hewan merupakan suatu ancaman
keseimbangan bagi tubuh hewan dan akan menyebabkan kematian bila
antisipasinya berjalan lambat. Proses adaptasi terhadap cekaman (allostasis)
adalah upaya organisme agar terus dapat bertahan hidup dalam keadaan seimbang.
Hewan mempertahankan kehidupannya dengan mempertahankan keseimbangan
dinamis dengan lingkungan di sekitarnya. Adanya cekaman baik dari luar maupun
dari dalam tubuh dikritisi melalui aktivasi berbagai sistem yang ada dalam tubuh

Tinjauan Pustaka 12

dalam suatu rangkaian proses homeostasis (Hillman et al. 2000; Oconnor et al.
2000).
Cekaman Panas pada Ayam.

Ayam termasuk hewan yang tidak

memiliki kelenjar keringat sehingga pelepasan panas tubuh melalui permukaan
kulit menjadi sangat terbatas. Terjadinya gangguan keseimbangan pembentukan
dan pelepasan panas tubuh menyebabkan ayam menderita cekaman dan hal ini
dapat terjadi pada berbagai tingkat umur. Ayam termasuk jenis hewan yang sangat
rentan terhadap peningkatan suhu lingkungan (Dawson & Whittow 2000; Defra
2005). Untuk menjaga keseimbangan suhu tubuhnya, hewan

memerlukan

kesesuaian suhu di lingkungannya. Pada ayam broiler, kesesuaian suhu
lingkungan dipengaruhi beberapa faktor, seperti umur, aktivitas dan bobot badan
Tabel 1

Kisaran suhu lingkungan yang direkomendasikan untuk produksi
optimum pertumbuhan pada berbagai tingkat umur ayam broiler
(sumber: Kuczynski 2002)

Umur ayam (hari)
0-7
8-14
15-21
22-28
29-sampai dipanen

Kisaran Suhu
Kandang (°C)
30-31
27-30
24-27
21-24
20

Penyebaran Suhu (°C)
Di bawah Brooder
Di luar Brooder
32-35
25-28
29-32
24-25
26-29
23-24
24-21
18-21

ayam (Hillman et al. 2000). Umumnya, anak ayam berumur 1-2 minggu
memerlukan suhu lingkungan yang relatif lebih tinggi (pada kisaran 29-32oC),
sedangkan broiler berumur 4-6 minggu (saat bulu kasar telah tumbuh)
memerlukan suhu lingkungan lebih rendah (pada kisaran 18-24oC) guna
penyesuaian untuk pertumbuhan optimumnya (Kuczyński 2002). Kesesuaian suhu
pada ayam broiler berumur sehari (day old chicken = DOC) sampai masa panen
dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada ayam, untuk dapat bertumbuh dan berk