Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran

nematoda sangat lambat dan tidak spesifik, mirip dengan gejala kekurangan hara dan air, kerusakan akar dan pembuluh batang. Peranan nematoda dalam penurunan produksi pertanian di Indonesia, masih belum banyak disadari oleh petani. Padahal, serangan nematoda dapat menyebabkan kehilangan hasil yang cukup berarti. Secara umum serangan nematoda menyebabkan kerusakan pada akar, karena nematoda mengisap isi sel-sel akar, sehingga pembuluh jaringan terganggu, akibatnya translokasi air dan hara terhambat. Beberapa genus nematoda dilaporkan menjadi OPT penting di pertanaman tebu, seperti Pratylenchus, Helycotylenchus, Tylenchorhynchus, Meloidogyne, Trichodorus, Paratrichodorus, Xiphinema, dan Hoplolaimus. Di Indonesia telah dilaporkan terdapat sekitar 11 genus nematoda parasit tumbuhan yang berasosiasi dengan tanaman tebu dengan tingkat populasi dan sebaran yang berbeda-beda Spaull Cadet, 1995. Timbulnya suatu organisme sebagai hama, akibat populasinya dominan di suatu ekosistem. Apabila keragaman biota dalam suatu ekosistem meningkat, maka kehadiran setiap jenis akan saling mengendalikan satu dengan yang lainnya, sehingga dominansi suatu jenis organisme tidak muncul. Prinsip tersebut dapat diterapkan dalam mengendalikan nematoda parasit tumbuhan termasuk pada pertanaman tebu. Dalam ekosistem tanah, kehadiran organisme tanah berbanding lurus dengan bahan organik tanah. Pengurangan bahan organik akibat pengolahan tanah mengurangi populasi biota tanah, sehingga aktivitas dalam agregasi tanah berkurang. Pengurangan intensitas pengolahan tanah yang dipadukan dengan penambahan bahan organik dapat mengkompensasi aktivitas biota tanah dan agregasi tanah. Penambahan bahan organik ke lahan pertanaman tebu diketahui dapat menekan OPT dan meningkatkan produksi tanaman. Pengembalian serasah tebu berupa ampas tebu bagasse ke lahan pertanaman tebu dapat menjadi sumber bahan organik tanah dan terbukti meningkatkan produktivitas tanaman Guntoro et al, 2003. Selain itu, blotong juga dapat menekan populasi nematoda parasit pada tebu Spaull Cadet, 1995. Penerapan tanpa olah tanah bertujuan untuk minimisasi pengusikan tanah. Penerapan teknik ini dalam jangka panjang mampu memelihara kandungan bahan organik tanah. Pemberian mulsa dan tanpa olah tanah akan meningkatkan aktivitas nematoda nir-parasit tumbuhan. Mikroba yang meliputi bakteri dan jamur perombak akan melimpah karena keberadaan bahan organik. Peningkatan kelimpahan mikroba tersebut akan memacu perkembangan nematoda nir-parasit seperti, nematoda pemakan bakteri dan jamur. Nematoda predator dan nematoda omnivora juga dapat meningkat karena peningkatan aktivitas biota tanah mikro. Diperkirakan peningkatan kelimpahan nematoda nir-parasit tumbuhan diikuti penurunan kelimpahan nematoda parasit tumbuhan pada pertanaman tebu. D Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Reduksi olah tanah dan pemulsaan mempengaruhi kelimpahan nematoda nir- parasit tumbuhan dan parasit tumbuhan. 2. Kelimpahan nematoda nir-parasit tumbuhan dan parasit tumbuhan pada perlakuan tanpa olah tanah TOT lebih tinggi daripada perlakuan olah tanah intensif OTI.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Tebu

Tebu merupakan tumbuhan anggota Genus Saccharum, Famili Poaceae dan Tribe Andropogoneae. Beberapa spesies tebu diantaranya: Saccharum officinarum, S. spontaneum, S. barberi, S sinense, dan S. robustum. Namun, spesies tebu yang paling banyak dibudidayakan yaitu S. officinarum. Saat ini telah banyak dikembangkan klona-klona baru dari varietas S. officinarum dengan keunggulannya. Tebu S. officinarum berbatang tinggi, berumur panjang, dengan lapisan kulit batang yang tebal. Umumnya tanaman tebu tumbuh membentuk rumpun yang terdiri atas batang-batang tebu yang jumlahnya sangat bervariasi. Pada saat tanaman sudah tua, panjang batang tebu dapat mencapai 2-3 meter dengan diameter antara 20-30 mm. Batang tanaman tebu terdiri atas serangkaian buku- buku tempat terdapatnya mata kuncup dan daun. Tanaman tebu merupakan tanaman asli daerah tropika basah. Namun, tanaman ini masih dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di daerah subtropika pada berbagai jenis tanah di dataran rendah hingga ketinggian 1.400 di atas permukaan laut Anonim, 2010 a . Tanaman tebu diduga berasal dari daerah Pasifik Selatan, yaitu New Guinea dan selanjutnya menyebar ke tiga arah migrasi yang berbeda. Pertama, dimulai pada 8000 tahun sebelum masehi yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru. Penyebaran kedua dimulai sekitar 6000 tahun sebelum masehi, yaitu ke Filipina, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Malaysia dan Thailand, serta India. Ketiga, yaitu antara tahun 500 hingga 1100 masehi, yaitu ke Fiji, Tonga, Tahiti, Marquesa, dan Hawaii. Di Indonesia, tanaman tebu telah ditemukan tumbuh di beberapa tempat di Pulau Jawa dan Sumatera sekitar tahun 400 Masehi. Namun baru pada abad ke-15 tanaman tersebut diusahakan secara komersil oleh sebagian imigran asal China. Industri pergulaan dalam skala yang besar baru berdiri seiring kedatangan Belanda yang selanjutnya mendirikan perusahaan dagang Vereeniging Oost Indische Compagnie VOC pada bulan Maret 1602. Produksi gula tersebut dipasarkan untuk memenuhi permintaan gula dari Eropa. Dibawah kendali VOC, industri gula Indonesia pernah mencapai puncak produksi pada tahun 1930-an dengan areal pertanaman seluas 200.000 hektar dengan 179 pabrik gula yang terkonsentrasi di Pulau Jawa. Total produksinya mencapai 14,8 ton gula per hektar Anonim. 2010 a . Luas areal pertanaman tebu di Indonesia pada musim tanam 20042005 mencapai 367.875 hektar yang menyebar di Pulau Jawa seluas 61 324.422 hektar dan di luar Pulau Jawa seluas 39 dari luasan total 143.453 hektar. Sekitar 60 pertanaman tebu di pulau Jawa diusahakan di lahan sawah dan 40-nya diusahakan di lahan tegalan atau lahan kering. Sedangkan pertanaman tebu di luar Pulau Jawa, seluruhnya diusahakan di lahan tegalan. Lampung saat ini menjadi salah satu provinsi lumbung gula nasional. Terdapat enam perusahaan gula yang beroperasi di wilayah Lampung, lima diantaranya