tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum Syaifuddin, 2008.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktek Lapang Dasar-Dasar Agronomi adalah untuk mengamati perbedaan tumbuh dan hasil dari tanaman monokultur dan tumpang sari.
Adapun kegunaan dari pelaksanaan Praktek Lapang Dasar-Dasar Agronomi adalah untuk mengetahui teknik budidaya tanaman secara monokultur dan secara tumpang sari.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Tanaman jagung Zea mays L dapat diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae Tumbuhan, Subkingdom Tracheobionta berpembuluh, Super Divisi Spermatophyta
Menghasilkan biji, Divisi Magnoliophyta Tumbuhan berbunga Kelas: Liliopsida berkeping satu monokotil Sub Kelas: Commelinidae Ordo: Poales Famili:
Poaceae suku
rumput-rumputan Genus ZeaSpesies: Zea mays L. Klasifikasi dari kacang hijau Phaseolus radiatus
L yakni Kingdom Plantae, Subkingdom Tracheobionta Tumbuhan berpembuluh, Super Divisi
Spermatophyta tumbuhan yang menghasilkan biji, Divisi Magnoliophyta Tumbuhan berbunga, Kelas: Magnoliopsida berkeping dua dikotil, Sub Kelas: Rosidae, Ordo: Fabales,
Famili: Fabaceae
suku polong-polongan, Genus: Phaseolus
, Spesies: Phaseolus radiatus L. Arif Ardiawan, 2008 .
2.2 Teknik Budidaya
2.2.1 Penyipan lahan
Pengolahan tanah dikerjakan saat hujan pertama mulai turun. Saat ini musim hujan kadang kurang jelas jatuhnya, namun sebagai ancer-ancer bisa pada bulan Oktober sampai awal
Nopember. Pengolahan tanah ini dilakukan agar tanah menjadi gembur. Selain membuat tanah menjadi gembur, pengolahan tanah akan dapat menghilangkan gulma. Pengolahan tanah
dilakukan dengan dicangkul sedalam 10-15 cm, kemudian dicacah sambil membuang gulma yang ada dan yang terakhir dibuat guludan. Arah guludan sebaiknya menghadap ke barat-timur
dengan lebar guludan antara 170-180 cm. Antara dua guludan dibuat saluran selebar 20-30 cm
untuk mengalirkan air, agar saat hujan tanah tetap dalam keadaan atus sehingga akar tanaman jagung maupun kacang tanah tidak tergenang Warsana, 2009.
2.2.2 Penyiapan benih
Dengan pemilihan tanaman yang tepat, sistem ini dapat memberikan beberapa keuntungan, antara lain mengurangi serangan OPT pemantauan populasi hama, karena tanaman yang satu
dapat mengurangi serangan OPT lainnya. Misalnya bawang daun dapat mengusir hama aphids dan ulat pada tanaman kubis karena mengeluarkan bau allicin, menambah kesuburan tanah.
Dengan menanam kacang-kacangan- kandungan unsur N dalam tanah bertambah karena adanya bakteri Rhizobium yang terdapat dalam bintil akar. Dengan menanam yang mempunyai
perakaran berbeda, misalnya tanaman berakar dangkal ditanam berdampingan dengan tanaman berakardalam, tanah disekitarnya akan lebih gembur. Keuntungan yang lain yaitu siklus hidup
hama atau penyakit dapat terputus, karena sistem ini dibarengi dengan rotasi tanaman dapat memutus siklus OPT serta memperoleh hasil panen yang beragam. Penanaman lebih dari satu
jenis tanaman akan menghasilkan panen yang beragam. Ini menguntungkan karena bila harga salah satu komoditas rendah, dapat ditutup oleh harga komoditas lainnya Warsana, 2009.
2.2.3 Tehnik penanaman
Pada pola tumpangsari jagung dan kacang hijau, diatur dimana jagung sebagai tanaman pokok dan kacang hijau sebagai tanaman sela. Benih jagung yang akan ditanam adalah jagung
komposit bersari bebas varietas Bisma berlabel yang sudah diberi seed treatment. Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 2-3 cm, dengan jarak antar barisan tanaman 200 cm,
sedangkan jarak dalam barisan adalah 40 cm. Kebutuhan benih jagung setiap hektar lahan dengan pola tumpangsari adalah 15 kg 2 benih tiap lubang tanam, sehingga populasi tanaman
jagung dalam 1 ha lahan adalah 25.000 batang. Sedangkan untuk kacang hijau yang akan
ditanam adalah kacang tanah varietas Jerapah, varietas ini mempunyai biji 2 dalam setiap polong. Jarak tanaman kacang tanah adalah 25 x 25 cm, sehingga dalam setiap guludan
terdapat 1 baris tanaman jagung dan 5 baris tanaman kacang hijau. Populasi tanaman kacang hijau dalam 1 ha kurang lebih 100.000 tanaman atau sekitar 70 dibanding pola monokultur.
Kebutuhan benih kacang tanah untuk setiap 1 ha lahan dengan pola tumpangsari dengan jagung adalah 50 kg biji kering 1 benih tiap lubang tanam Warsana, 2009.
Jagung manis tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih di ssukai karena mampu menaha lengas yang tinggi. Tanaman ini peka terhadap tah masam dan tumbuhb baik
pada kisaran pH antara 6,0 – 6,8 dan agak toleran terhadap- kondisi basa. Hampir selalu di tanamn dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam rata-rata jagung manis umumnya 20-25 cm
dalam barisan dan 70- 90 cm antar barisan Sumoprastowo, 2000
2.2.4 Pemeliharaan
Perawatan atau pemeliharaan tanaman meliputi beberapa kegiatan antara lain penyulaman, penyiangan dan pembumbunan. Penyulaman sebaiknya dilakukan agar tidak ada spot-spot
kosong yang akan diisi oleh gulma bila tidak dilakukan penyulaman. Penyulaman untuk tanaman jagung dilakukan antara 4-7 hari setelah tanam, sedangkan untuk kacang tanah antara 5-10
hari setelah tanam. Sebaiknya penyulaman tidak terlalu lama melakukannya. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling tidak sebanyak dua kali atau menyesuaikan dengan kondisi
gulma, bila memang gulma tumbuh dominan dapat dilakukan penyiangan lagi. Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, sedangkan penyiangan yang kedua
dilakukan setelah tanaman berumur 30 hari sebelum dilakukan pemupukan susulan. Pada penyiangan kedua ini sekaligus dilakukan pembumbunan yaitu dengan menggemburkan tanah
dan menikkan tanah ke sekitar batang. Untuk kacang tanah sebaiknya dilakukan pembumbunan sekali lagi yaitu pada saat tanaman selesai berbunga sekitar 40 hari setelah tanam Warsana,
2009. Pemupukan dilakukan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman telah berumur
1 bulan. Dosis pupuk untuk jagung adalah 120 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCL. Dosis pupuk untuk kacang tanah adalah 40 kg Urea, 80 kg SP-36 yang masing-masing diberikan dalam
dua kali pemupukan. Pemupukan pertama pada jagung adalah 80 kg Urea, 65 kg SP-36 dan 50 kg KCl, satu bulan kemudian ditambahkan pupuk susulan yaitu Urea sebanyak 40 kg.
Pemupukan pertama pada kacang tanah adalah: 20 kg Urea, 80 kg SP-36 dan 40 kg KCL, selang satu bulan ditambahkan pupuk susulan yaitu 20 kg Urea. Cara pemupukan yaitu semua pupuk
yang akan diberikan dicampur jadi satu, kemudian dibuat larikan dekat barisan tanaman sekitar 5 cm dari barisan tanaman dengan kedalaman antara 5-7 cm, pupuk ditabur sepanjang
larikan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan kedua untuk tanaman jagung larikan disesuaikan dengan
tajuk tanaman, sedangkan untuk kacang tanah larikan dibuat di tengah jarak antara dua barisan tanaman kacang tanah Warsana, 2009.
2.2.5 Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama penyakit dimaksukkan agar kesehatan tanaman dapat terjaga sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengendalian hama maupun penyakit
dengan menggunakan pestisida sebaiknya dilakukan dengan bijaksana, karena bahan kimia ini selain membunuhhama tetapi juga sekaligus membunuh predatornya juga. Jadikanlah pestisida
sebagai pilihan
yang mempunyai spektrum sempit. Pada jagung yang sering dijumpai adalah penyakit bulai untuk hamanya adalah penggerek daun penghisap daun Warsana,2009 .
2.2.6 Panen dan pasca panen
Ciri jagung yang siap dipanen adalah Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam. Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya
lapisan hitam pada biji bagian lembaga. Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas. Jagung untuk sayur jagung muda, dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu
diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu
keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis.
Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya tempat menempelnya biji pada tongkol. Bila
biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas. Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai.
Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya
cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan. Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan.
Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–11 . Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai,
dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung. Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga manusia, terutama pada musim
hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di
dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-430 C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 . Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai
dengan kadar air biji jagung yang diinginkan Kasryno 2009 .
2.3 Monokultur dan Tumpang Sari
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya
di lahan pertanian
dengan menanam satu jenis tanaman
pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke-20 di dunia serta menjadi penciri
pertanian intensif dan
pertanian industrial .
Monokultur menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan pemanenan secara cepat dengan bantuan
mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena
wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah keseragaman kultivar
mempercepat penyebaran
organisme pengganggu tanaman OPT, seperti
hama dan
penyakit tanaman .
Pertanaman padi
, jagung
, atau gandum
sejak dulu bersifat monokultur karena memudahkan perawatan. Dalam setahun, misalnya, satu lahan
sawah ditanami hanya padi, tanpa variasi apa
pun. Akibatnya hama atau penyakit dapat ber sintas
dan menyerang tanaman pada periode penanaman berikutnya. Pertanian pada masa kini biasanya menerapkan monokultur spasial tetapi
lahan ditanami oleh tanaman lain untuk musim tanam berikutnya untuk memutus siklus hidup
OPT sekaligus menjaga kesehatan tanah.
Istilah monokultur sekarang juga dipinjam oleh bidang-bidang lainnya, seperti peternakan
, kebudayaan
mengenai dominasi jenis aliran musik
tertentu, atau ilmu komputer
mengenai sekelompok komputer yang menjalankan
perangkat lunak yang sama.
Tumpang sari intercropping, adalah melakukan penanaman lebih dari satu tanaman yang memiliki umur sama atau berbeda. Sistem tanam tumpangsari adalah menanam beberapa jenis
tanaman dalam satu lahan. Ada tiga jenis bertanam tumpangsari yakni tumpngsari campuran, tumpangsari baris dan tumpang sari pitajalur. Pada system tanam tumpangsari campuran di atas
lahan yang sama ditanam dua atu lebih tanaman secara bersama-sama dengan tidak memperhatikan jarak tanam. Pada system tanam tumpngsari baris di atas lahan yang sama
ditanam dua atau lebih tanaman dengan mempertimbangkan baris-baris dan jarak tanam tertentu. Sedangkan dalam system tanam tumpangsari pitajalur di atas lahan yang sama ditanam dua atau
lebih tanaman dalam jalur-jalur yang ditentukan. Sistem tumpangsari jenis terakhir ini sering disebut sebagai system surjan.
Sistem tumpangsari memberikan beberapa manfaat bagi petani yakni antara lain mengurangi biaya pengolahan lahan, mudah dalam menanggulangi hama, memudahkan proses
pembersihan atau penyiangan dan yang terakhir adalah meningkatkan hasil produksi atau panen. Fahrudin dan beberapa kader petani di Gunung Panah Kecamatan Bubon Aceh Barat sudah
mencoba menggunakan sistem tanam tumpangsari. Dan yang dikembangkan sejauh ini adalah tumpang sari antara semangka dan jagung. Tanaman utamanya adalah semangka dan
ditumpangsari dengan tanaman jagung, atau kacang tanah yang ditumpangsari dengan jagung. “pertama-tama harus menentukan dulu tanaman utamanya, baru kemudian ditumpangsari dengan
tanaman-tanaman yang lain dianggap cocok” kata Fahrudin. Namun sejauh ini sambil
menerapkan system tanam tumpangsari, para kader juga berusaha untuk terus belajar menggunakan system tumpangsari yang baik dan benar
Kekurangan sistem polikultur adalah apabila pemilihan jenis tanaman tidak sesuai, sistem polikultur dapat memberzi dampak negatif, misalnya terjadi persaingan unsur hara antar tanaman
dan OPT banyak sehingga sulit dalam pengendaliannya Jarwani, 2007.
III METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu